case tht - oma

32
Laporan Kasus Otitis Media Akut Stadium Perforasi Aurikula Dextra Nama : Maria Donata Keli Nim : 11.2015.058 Pembimbing: dr. Wiendy R.,Sp.THT-KL Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan

Upload: markell-draco-felton

Post on 12-Jul-2016

62 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Case THT OMA

TRANSCRIPT

Page 1: Case Tht - Oma

Laporan Kasus

Otitis Media Akut

Stadium Perforasi Aurikula Dextra

Nama : Maria Donata Keli

Nim : 11.2015.058

Pembimbing:

dr. Wiendy R.,Sp.THT-KL

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

RSUD Tarakan Jakarta Pusat

Periode 22 Februari 2016 – 26 Maret 2016

Page 2: Case Tht - Oma

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

ini dengan judul “Otitis Media Akut Stadium Perforasi Aurikula Dextra”.

Makalah ini di buat untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik bagian ilmu

penyakit THT di RSUD Tarakan. Makalah ini berisikan informasi secara teori

mengenai Otitis Media Akut. Penulis berharap melalui makalah ini dapat memberikan

manfaat dan menambah pengetahuan pembaca dalam bidang kedokteran di bagian

ilmu penyakit THT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi

melengkapi makalah ini.

Jakarta, Maret 2016

Penyusun

Page 3: Case Tht - Oma

BAB I

Pendahuluan

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa

telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Sumbatan tuba

Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba

terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu, sehingga

kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Kuman penyebab OMA

adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus,

Pneumococcus, Haemphilus influenza, Eschericia coli, Streptococcus anhemolyticus,

Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aeruginosa.

Perubahan mukosa telinga tengah akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium, yaitu

stadium oklusi, hiperemis, supurasi, perforasi, dan resolusi. Gejala klinik otitis media

akut tergantung stadium penyakit dan usia pasien.pengobatan OMA tergantung pada

stadium penyakitnya.

Tujuan dari pengoabatan OMA yaitu menghilangkan tanda dan gejala penyakit,

eradikasi infeksi, dan pencegahan komplikasi.

Page 4: Case Tht - Oma

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi telinga

Anatomi Telinga

A. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/auricula), liang telinga (meatus acusticus

externus, MAE) sampai gendang telinga (membran timpani). Daun telinga merupakan

gabungan dari tulang rawan elastin yang dilapisi kulit.1 Liang telinga berbentuk huruf

S, dengan sepertiga bagian luar terdiri dari tulang rawan yang disebut pars

cartilagenous, sedangkan duapertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang atau

disebut pars osseus. Panjangnya kira-kira 2,5- 3 cm. Pada sepertiga bagian luar liang

Page 5: Case Tht - Oma

telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar

keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya

sedikit dijumpai kelenjar serumen.1

B. Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:1

- batas luar : membran timpani

- batas depan : tuba eustachius

- batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

- batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

- batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window) , tingkap bundar

(round window) dan promontorium.

1. Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang

telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal ratarata 9-10

mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm.

Letak membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring

yang arahnya dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari 4

dataran sagital dan horizontal. Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila

dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.1 Bagian

atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa

(membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan

epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti

epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu

lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan serat elastin yang berjalan secara radier di

bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.1 Bayangan penonjolan bagian bawah maleus

Page 6: Case Tht - Oma

pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya

(cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan

pada pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah

cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani

terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan

timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini

dinilai, misalnya bila letak cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba

eustachius.1 Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-

belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.1 Di dalam telinga

tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu

maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus

melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap

lonjong yang berhubungan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran

merupakan persendian.1 Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di

tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga

tengah dan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang

menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.1 Aliran darah membran

timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluhpembuluh epidermal

berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari arteri maksilaris interna.

Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri timpani anterior cabang dari

arteri maksilaris interna dan oleh stilomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.1

2. Kavum Timpani

Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya

bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau vertikal 15 mm,

sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu :

bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior, dan posterior.1 Kavum timpani

terdiri dari :

a) Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil), inkus

(anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)

Page 7: Case Tht - Oma

b) Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot

stapedius (muskulus stapedius).

c) Saraf korda timpani.

d) Saraf pleksus timpanikus.

3. Prosesus Mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.

Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa

kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada

dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum yang menghubungkan telinga

tengah dengan antrum mastoid.1

4. Tuba eustachius.

Tuba eustakhius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani berbentuk seperti

huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan

nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan

dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.1

Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :1

a) Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

b) Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Fungsi Tuba Eustakhius adalah ventilasi, drenase sekret dan menghalangi masuknya

sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar

tekanan di telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Adanya fungsi

ventilasi tuba dapat dibuktikan dengan melakukan perasat Valsava dan perasat

Toynbee.1 Perasat Valsava meniupkan dengan keras dari hidung sambil mulut

dipencet serta mulut ditutup. Bila Tuba terbuka maka akan terasa ada udara yang

masuk ke telinga tengah yang menekan membran timpani ke arah lateral. Perasat ini

tidak boleh dilakukan kalau ada infeksi pada jalur nafas atas.1 Perasat Toynbee

dilakukan dengan cara menelan ludah sampai hidung dipencet serta mulut ditutup.

Bila tuba terbuka maka akan terasa membran timpani tertarik ke medial. Perasat ini

lebih fisiologis.1

Page 8: Case Tht - Oma

C. Telinga dalam

Terdiri dalam terdiri koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea

disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.1

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli

sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah, dan skala media (duktus koklearis)

diantaranya.1 Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala

media berisi endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli

disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala

media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti.1 Pada skala

media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada

membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari satu baris sel rambut dalam, tiga

baris sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.1

Fisiologi Telinga

Proses mendengar ini dimulai dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga

dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran ini

dialirkan ke telinga tengah dan mengenai membran timpani, sehingga membran

timpani bergetar. Selanjutnya getaran ini akan diteruskan ke telinga tengah melalui

tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain yang terdiri dari maleus,

incus, dan stapes. Stapes akan menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan

perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran melalui membran reissner akan mendorong

endolimfe dan membrane basilaris ke bawah. Perilimfe juga akan bergerak.2 Proses

tersebut akan menyebabkan defleksi stereo silia sel-sel rambut pada organ corti,

sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion-ion bermuatan listrik dari badan

sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf

auditorius, kemudian dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks

pendengaran (area 39 dan 40) di lobus temporalis.2

Page 9: Case Tht - Oma

Gambar 2. Fisiologi pendengaran

Otitis Media Akut

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.3

Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga.

Daerah ini menghubungkan syara dengan alat pendengaran ditelinga dalam. Selain

itu, di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah

dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Fungsi dari saluran ini

adalah:1,3

- Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikan

dnegan tekanan udara diluar telinga.

- Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga

tengah ke bagian belakang hidung

Etiologi

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25%

pasien tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25%

kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis

media ersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophlius influezae,

dan Moraxella catharalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar

kasus disebbkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal

Page 10: Case Tht - Oma

ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran tuba Eustachius akan terbuka

kembali sehingga bakteri akan tersingkirkan bersama aliran lendir.4,5

Anak lebih mudah terserang otitis media dibandingkan orang dewasa karena beberapa

hal:

- Sistem kekebalan tubuh anak masih rendah

- Tuba Eustachius pada anak lebih lurus secara horizotal dan lebih pendek

sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

- Adenoid pada anak relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa. Posisi

adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang

besar dapat menggangu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid

dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian akan menyebar ke telinga

tengah lewa saluran eustachius.4,5

Patofisiologi

Oitis media akut terjadi kibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas

menjaga kestrelilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada

saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah

lewat tuba Eustachius.4 Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat

menyebabkan infeksi dialuran tersebut sehingga terjadi pembengkakan disekitar

saluran. Tersumbatnya saluran Eustachius menyebabkan transudasi dan datangnya

sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh

bakteri dengan mengorbankan dirinya sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah

dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius

menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel telinga tengah terkumpul dibelakang

gendang telinga.4 Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat

terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubunga gendang

telinga dengan oragan pendengaran didalam telinga tidak dapat bergerak bebas.

Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 dB (bsiikan halus).

Namun, cairan yang lebih banyaj dapatmenyebabkan gangguan pendengaran hingga

45 dB (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan

yang paling berat, cairan yang terlalu banyan tersebut akhirnya dapat merobek

gendang telinga karena tekanannya.4

Page 11: Case Tht - Oma

Manifestasi klinis

Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantng pada stadium penyakit dan umur

pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga

tengah:4,5

1. Stadium oklusi tuba Eustachius

Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif didalam

telinga tengah. Kadang-kadang berwarna ormal atau keruh pucat. Efusi tidak

dapat dideteksi dan sukar dibedakan dengan otitis media seora akibat virus

atau alergi.

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

Tampak pembuluh darah melebar disekitar membran timpani atau seluruh

membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk

mungkin bersifat eksudat serosa sehingga sukar dilihat.

3. Stadium supurasi

Membran timpani menonjol kearah telinga luar akibat tekanan yang hebat

pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta

terbentuknya eksudat purulen dikavum timpani. Pada staidum ini pasien

tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta nyeri ditelinga bertambah

hebat. Apabila tekanan tidak berkurang akan terjadi iskemia, tromboflebitis

dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah

yang lebih lembek dan kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini

dapat terjadi ruptur.

4. Stadium perforasi

Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi,

dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah terlihat keluar mengalir dari

telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang,

suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

Page 12: Case Tht - Oma

5. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali.

Bila telah terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila

daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi

tanpa pengobatan. Otitis media (OMA) berubah menjadi otitis media supuratif

subakut bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau

hilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik

(OMSK) bila berlangsung lebih dari 1,5 atau 2 bulan.dapat menimbulkan

gejala sisa yaitu otitis media serosa bila sektret menetap dikavum timpani

tanpa perforasi.

Pada anak keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu yang tinggi.

Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa didapatkan

juga gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar. Pada bayi dan

anak kecil gejala khas otitis media adalah suhu tubuh yang meninggi (>39,50C) ,

gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang dan kadang-kadang

memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran timpani, suhu tubuh

akan turun dan anak tertidur.5

Diagnosa

Diagnosa OMA harus memenuhi tiga hal tersebut:3,4

1) Penyakit muncul mendadak (akut)

2) Adanya tanda atau peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya

salah satu diantara tanda berikut:

- Kemerahan pada gendang telinga

- Nyeri telinga yang mengganggu saat tidur maupun aktivitas normal

3) Ditemukannya tanda efusi ditelinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya

salah satu diantara tanda berikut:

- Menggembungnya gendang telinga

- Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

Page 13: Case Tht - Oma

- Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga

- Cairan yang keluar dari telinga

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun

telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan,

mual, dan muntah serta rewel.4,5 Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan

dari telinga) tidak spesifikuntuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat

didasarkan pada riwayat semata.4,5

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop dan dapat dilihat adanya gendang

telinga yang menggembung, perubahan warna pada gendang telinga menjadi

kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.

Jika diperlukan konfirmasi dapat dilakukan dengan otoskopi pneumatik (pemeriksaan

telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa

udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara).

Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat

dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini eningkatkan sensitivitas diagnosis OMA.

Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakan dengan otoskop biasa. 4,5

Penatalaksanaan

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditunjukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,

dekongestan lokal atau sistemik dan antipiretik.4,5

1. Stadium oklusi

Terapi ditunjukan untuk membuka kembali tuba Eustachisus sehingga tekanan

negatif ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCL efedrin

0,25% untuk anak <12 tahun dan HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis

untuk anak >12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati.

Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

Diberikan antibiotik,obat tetes hidung dan analgesik. Dianjurkan pemberian

antibiotik golongan penisilin atau eritromisin jika telah terjadi resistensi dapat

Page 14: Case Tht - Oma

diberikan asam klavulanat atau sefalosforin. Untuk terapi awal diberikan

penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat didlam darah sehingga

tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala

sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.

3. Stadium supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila

membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi

ruptur.

4. Stadium perforasi

Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat tetes

cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3

minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri

dalam 7-10 hari.

5. Stadium resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, skret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup. Bila tidak, antbiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.

Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.

Serumen

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang

terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga.

Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana pengangkut debris

epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga

berfungsi sebagai peluman dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura

pada epidermis. Efek bakterisidal serumen berasal dari komponen asam lemak,

lisozim dan immunoglobulin. Serumen dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe basah dan

tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.

Tubuh mempunyai mekanisme pembersihan serumen secara alami dan dibantu oleh

gerakan rahang sewaktu mengunyah.6,7,8

Page 15: Case Tht - Oma

Fungsi serumen:

1. Membersihkan

Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang

disebut conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan

gerakan rahang seperti mengunyah (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah

membran timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo kedinding kanalis

akustikus eksternus dan bergerak keluar. Serumen pada kanalis akustikus

eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-partikel yang dapat ikut

keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan memampatkan kotoran

yang menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan

pengeluaran kotoran.6,7,8

2. Lubrikasi

Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan ternakarnya kulit kanalis

akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari

kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada

serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam

lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak.6,7,8

3. Fungsi sebagai antibakteri dan antifungal

Fungsi sebagai antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an dan banyak

studi yang menemukan bahwa serumen bersifat antibakterisidal terhadap

beberapa strain bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan

hidup bakteri antara lain haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan

eschericia colli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga

dapat dihambat dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan

antimikroba ini dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan

khusunya pH yang relatif rendah pada serumen biasanya 6 pada manusia

normal. Dikatakan pula bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari

infeksi bakteri dan jamur. Beberapa penulis mebgatakan bahwa serumen yang

tertahan dapat menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan

infeksi telinga namun secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup

lemah.6,7,8

Page 16: Case Tht - Oma

Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi

merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus tetapi

hanya boleh dilakukan bila membran timpani intak. Perforasi membran timpani

memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah sehingga

menyebabkan otitis media. Perforasi dapat terjadi akibat semprotan air yang terlalu

keras kearah membran timpani. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga

keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding

superior kanalis akustikus eksternus sehingga arus yang kembali mendorong serumen

dari belakang. Air yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah

telinga dengan bantuan asisten.7

Tatalaksana pada serumen yang keras yaitu dengan memberikan zat serumenolisis

terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Zat serumenolisis yang

digunakan antara lain minyakmineral, hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex.

Tidak boleh menggunakan zat ini untuk jangka waktu lama karena dapat

menyebabkan iritasi kulit bahkan dermatitis kontak.7

Page 17: Case Tht - Oma

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn.N

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Grogol

Status pernikahan : Belum menikah

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2016 pukul 11.20

WIB.

Keluhan Utama:

Keluhan Tambahan:

Riwayat Penyakit Sekarang:

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Penyakit Keluarga:

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS LOKALIS

Telinga

Dextra Sinistra

Bentuk daun telinga Normotia Normotia

Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada

Radang, Tumor Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada

Penarikan daun telinga Tidak ada Tidak ada

Kelainan pre-, infra-,

retroaurikuler

Tidak ada Tidak ada

Page 18: Case Tht - Oma

Region mastoid Dalam batas normal Dalam batas normal

Liang telinga Serumen (+), sekret (+) Serumen (+)

Membran Timpani Perforasi sentral Membran timpani utuh,

refleks cahaya angka (+)

Tes Penala

Kanan Kiri

Rinne Tidak dilakukan Negatif

Weber Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Swabach Tidak dilakukan Sama dengan pemeriksa

Penala yang digunakan 512 Hz 512 Hz

Hidung

  Dextra Sinistra

Bentuk Dalam batas normal,

tidak deformitas

Dalam batas normal,

tidak deformitas

Tanda peradangan Tidak ada Tidak ada

Daerah sinus frontalis dan

maxillaris

Dalam batas normal Dalam batas normal

Vestibulum Dalam batas normal Dalam batas normal

Cavum Nasi Dalam batas normal Dalam batas normal

Konka inferior Dalam batas normal,

eutrofi (+)

Dalam batas normal,

eutrofi (+)

Meatus nasi inferior Dalam batas normal Dalam batas normal

Konka Medius Dalam batas normal,

eutrofi (+)

Dalam batas normal,

eutrofi (+)

Meatus nasi medius Dalam batas normal Dalam batas normal

Septum nasi Dalam batas normal Dalam batas normal

Rhinopharhinx

Koana : Tidak dilakukan

Page 19: Case Tht - Oma

Septum nasi posterior: Tidak dilakukan

Muara tuba eustachius: Tidak dilakukan

Tuba eustachius : Tidak dilakukan

Torus tubarius : Tidak dilakukan

Post nasal drip : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Transluminasi

Sinus Frontas kanan, Kiri : tidak dilakukan

Sinus Maxilla kanan, Kiri : tidak dilakukan

Tenggorokan

Pharynx

Dinding pharynx : Dalam batas normal

Arcus : Dalam batas normal, simetris kanan dan kiri

Tonsil : T1-T1 tenang, hiperemis (-), kripta (-), detritus (-)

Uvula : Di tengah

Gigi : Gigi berlubang (-), caries (-), gigi palsu (-)

Larynx

Epiglotis : Tidak dilakukan

Plica aryepiglotis: Tidak dilakukan

Arytenoidds : Tidak dilakukan

Ventricular band : Tidak dilakukan

Pita suara : Tidak dilakukan

Rima glotidis : Tidak dilakukan

Cincin trachea : Tidak dilakukan

Sinus Piriformis : Tidak dilakukan

RESUME

Anamnesis

Seorang perempuan berusia

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan otoskop ditemukan

DIAGNOSIS KERJA

Page 20: Case Tht - Oma

Otitis Media Akut Aurikula Dextra Stadium Perforasi

Dasar yang mendukung:

Anamnesis:

- Onset bersifat akut

- Adanya faktor predisposisi ISPA.

- Keluarnya cairan dari telinga kanan.

Pemeriksaan Fisik:

- Pada pemeriksaan dengan menggunakan otoskop, ditemukan sekret sedikit

kental pada liang telinga kanan.

- Membran timpani kanan terlihat mengalami perforasi.

Serumen Bilateral

Dasar yang mendukung:

Pemeriksaan Fisik:

- Pada pemeriksaan dengan menggunakan otoskop, ditemukan serumen pada

liang telinga kanan dan kiri

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa:

Cuci telinga

H2O2 3% 3 x 5 gtt (ADS)

Antibiotik sistemik

Amoxcycilin 3 x 500 mg

Nonmedikamentosa:

Menjaga telinga tetap kering

Menjaga higiene telinga

Tidak boleh berenang

Mempertahankan kondisi tubuh sehat dengan makan yang bergizi

dan olahraga teratur

Tidak mengorek-ngorek telinga

PROGNOSIS

Page 21: Case Tht - Oma

Ad vitam : Bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad fungtionam : Dubia ad bonam

BAB III

PembahasanBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik THT yang dilakukan pada

pasien ini, maka dapat ditegakkan diagnosis kerja Otitis Media Akut Stadium

Perforasi Aurikula Dekstra dan Serumen Bilateral.

Hasil anamnesis yang mendukung adalah adanya onset akut yaitu 2 minggu,

faktor predisposisi ISPA dan keluarnya cairan dari telinga kanan.

Pada pemeriksaan fisik menggunakan otoskop ditemukan sekret sedikit kental

serta serumen pada telinga kanan dan membran timpani telinga kanan mengalami

perforasi. Pada liang telinga kiri hanya didapatkan serumen.

KesimpulanOtitis Media Akut (OMA) Stadium Perforasi merupakan suatu infeksi di

telinga tengah dengan perforasi membran timpani.. OMA ini dibagi menjadi 5

stadium yaitu stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium, supurasi,

stadium perforasi, stadium resolusi. OMA ini sering didahului oleh penyakit ISPA.

Untuk penatalaksanaan yang penting adalah medikamentosa sesuai dengan

stadium penyakit dan non-medikamentosa. Prognosis untuk penyakit ini secara umum

baik bila di terapi dengan cepat dan tepat.

Page 22: Case Tht - Oma

Daftar Pustaka

1. Adams LG, Boies LR, Higler PA. Anatomi telinga. Boies buku ajar penyakit

THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.h.30-8, 90-1, 203, 276-8.

2. Restuti RD, Bashiruddin J, Damajanti S, Soepardi EA, Iskandar N.Gangguan

pendengaran dan kelainan telinga. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2007.h.10-6.

3. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi

13. Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.h.392-5.

4. Restuti RD, Bashiruddin J, Damajanti S, Soepardi EA, Iskandar N. Otitis

Media Akut. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2007.h.66-68.

5. Adams LG, Boies LR, Higler PA. Infeksi kronik pada telinga tengah dan

mastoid. Boies buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.h.107-16.

6. Adams et al. Serumen dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:

EGC; 1997. h.76-7.

7. Soepardi E, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti R. Serumen dalam Buku

AjarIlmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta;

Balai penerbit FKUI. 2010. Hal. 59-60.

8. Lalwani A. Disease of External Ear in Current Diagnosis Otolaryngology

Head and Neck Surgery 2nd Ed. New York; McGraw-Hill’s. 2007.