case stroke hemorragik
DESCRIPTION
cmvnTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Stroke Hemorragik merupakan salah satu kegawatdaruratan neurologis, secara patologi terdiri dari 2 jenis yaitu, Intraparenchymal (intracerebral) hemorrhage (IPH/ICH) dan Subarachnoid hemorrhage (SAH). Gejala klinis, hasil pemeriksaan radiologi, etiologi, dan modalitas terapi juga berbeda antara IPH dan ICH. Manajemen terapi dan tatalaksana pada stroke hemorragik sangat penting, karena jika tidak diidentifikasi dan ditangani dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa, seperti edema otak, dan herniasi transtentorial.
Menurut World Health Organization (WHO) Stroke merupakan penurunan atau gangguan fungsi otak (defisit neurologis) secara fokal maupun global yang timbul mendadak, dan berlangsung lebih dari 24 jam atau berujung dengan kematian, tanpa kemungkinan penyebab lain selain penyakit vaskular. Secara patologi anatomi stroke dibagi berdasarkan stroke iskemik dan stroke hemoragik. Meskipun angka insidensi Stroke Hemorragik rendah yaitu hanya mencapai 8-18% dari seluruh kejadian stroke, Stroke Hemorragik memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Stroke Iskemik.2
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, 20.000 penduduk dari kejadian tersebut adalah stroke hemoragik. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun.3
Penegakan diagnosis pada stroke hemorragik berdarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang laboratorium dan imaging (CT-Scan). Anamnesis memiliki peran yang penting untuk penegakan diagnosis stroke, keluhan utama, onset gejala, riwayat penyakit dahulu, riwayat konsumsi obat-obatan serta faktor risiko merupakan hal penting yang harus diperhatikan pada pasien stroke. Penyebab utama dari stroke hemorragik adalah hipertensi, lalu diikuti dengan, kelainan pembuluh darah (koagulopati), terapi antikoagulan, Arteriovenous Malformation (AVM), dan lain-lain.4
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I
Usia: 49 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Status Perkawinan: Menikah
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Alamat: Bukit Duri, Pangkalan Jakarta-Timur
Suku Bangsa: Betawi
Agama: Islam
Pendidikan: SMP
Tanggal Masuk RS: 25 Juni 2015
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis, pada tanggal 30 Juni 2015 pada pukul 12.00 WIB di ruang bangsal Lantai 9 RSUD Budhi Asih.
Keluhan Utama : Bicara Pelo sejak 2 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan bicara pelo sejak 2 hari yang lalu, keluhan timbul mendadak dirasakan pada saat pasien bangun tidur pada pagi hari sekitar pukul 05.30 WIB. Pada saat itu keluhan tidak disertai dengan kelememahan pada salah satu sisi tubuh, sakit kepala, rasa berputar, pingsan, pengelihatan ganda, kejang, demam, dan mual-muntah. Tidak ada nya keluhan lain tersebut didukung oleh pernyataan pasien yang masih dapat menjalani aktifitas sehari-hari seperti jalan ke kamar mandi, dan makan masih dapat dilakukan tanpa kesulitan dan bantuan dari keluarganya. Pasien langsung pergi berobat ke klinik terdekat dan dilakukan pemeriksaan tekanan darah yang hasilnya diingat pasien sekitar 200 mmHg (tekanan sistol). Pada keesokan harinya pasien merasakan sakit kepala yang hebat sehingga mengganggu tidur, merasa mual, hingga disertai muntah sebanyak 2x.
Pasien mengatakan pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya sekitar 4 bulan yang lalu dan membaik hingga bicara normal kembali setelah berobat jalan ke RS, pasien mengatakan gejala yang dialami saat ini lebih berat daripada yang dulu. Pada kejadian sebelumnya pasien juga hanya mengalami gejala gangguan bicara tanpa disertai kelemahan sisi tubuh. Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit darah tinggi sejak lama hampir 10 tahun dan rutin konsumsi obat darah tinggi berupa captopril.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat stroke dengan gejala yang sama (+)
Riwayat Hipertensi (+)
Riwayat Diabetes disangkal
Riwayat Penyakit kolesterol disangkal
Riwayat Penyakit Jantung disangkal
Riwayat Cedera Kepala disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Stroke pada keluarga (+) (ayah pasien)
Riwayat Hipertensi pada keluarga (+)
Riwayat Diabetes pada keluarga disangkal
Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal riwayat alergi makanan, ataupun obat.
Riwayat Kebiasaan :
Pasien seorang Ibu rumah tangga, kerja sehari-hari hanya mencuci pakaian dan pekerjaan dapur saja, pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol. Konsumsi obat-obatan pengencer darah juga disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: Compos Mentis (Aphasia Global)
Tekanan Darah: 130 / 90 mmHg (TD awal : 170/100)
Nadi: 80x/menit
Suhu: 36,6 oC
Pernafasaan: 18x/menit
Kepala
Ekspresi wajah : Normal, tampak simetris
Rambut : Hitam merata
Bentuk : Normocephali
Mata
Konjungtiva: Anemis (-/-)
Sklera: Ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforia
Pupil: bulat isokor 3mm/3mm.
Telinga
Selaput pendengaran: tidak dinilai
CAE: lapang, sekret -/-
Penyumbatan : -/-
Serumen: +/+
Perdarahan: -/-
Mulut
Bibir: Sianosis (-) luka (-)
Lidah: TIdak tampak deviasi
Uvula: Simetriks letak ditengah
Tonsil: T1-T1
Leher
Trakhea terletak ditengah
Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar
Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe: tidak teraba membesar
Thoraks
Bentuk: Simetris
Paru Paru
Depan
Belakang
Inspeksi
Kiri
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Kanan
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi
Kiri
- Tidak ada benjolan
- Stem fremitus sama kuat
- Tidak ada benjolan
- Stem fremitus sama kuat
Kanan
- Tidak ada benjolan
-Stem fremitus sama kuat
- Tidak ada benjolan
-Stem fremitus sama kuat
Perkusi
Kiri
redup di setengah lapang paru
Redup di setengah lapang paru
Kanan
Redup di setengah lapang paru
Redup di setengah lapang paru
Auskultasi
Kiri
- Suara dasar vesikuler normal
- Wheezing (-), Ronki (-)
- suara dasar vesikuler normal
- Wheezing (-),Ronki (-)
Kanan
- Suara dasar vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara dasar vesikuler normal
- Wheezing (-), Ronki (-)
Jantung
Inspeksi: Tidak di lakukan pemeriksaan
Palpasi: Tidak teraba iktus cordis
Perkusi
Batas kanan: Tidak di lakukan pemeriksaan
Batas kiri: Tidak di lakukan pemeriksaan
Batas atas: Tidak di lakukan pemeriksaan
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen
Inspeksi: Cembung ,tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, simetris, dilatasi vena (-)
Palpasi : Dinding perut: supel , nyeri tekan (-)
Hati: sulit dilakukan
Limpa: sulit dilakukan
Ginjal : ballotement ( -/- ), nyeri ketuk CVA ( -/- )
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
Ekstremitas
LenganKananKiri
OtotTonus:baikbaik
Massa:tidak adatidak ada
Sendi:tidak ada kelainantidak ada kelainan
Gerakan: baikbaik
Kekuatan:baikbaik
Oedem:tidak adatidak ada
Lain-lain: tidak adatidak ada
Petechie tidak adatidak ada
Tungkai dan KakiKananKiri
Luka:tidak adatidak ada
Varises:tidak adatidak ada
Otot Tonus:baikbaik
Massa:tidak adatidak ada
Sendi:baikbaik
Gerakan:baikbaik
Kekuatan:kuatkuat
Oedem:( - )( + )
Lain-lain: tidak adatidak ada
Kelenjar Getah Bening
Preaurikuler: tidak teraba membesar
Postaurikuler: tidak teraba membesar
Submandibula: tidak teraba membesar
Supraclavicula: tidak teraba membesar
Axilla: tidak teraba membesar
Inguinal: tidak teraba membesar
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran: Compos mentis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif
Tidak Dilakukan
N. II ( Optikus )
Tajam penglihata (visus bedside)
Normal
Normal
Lapang penglihatan
Normal
Normal
Melihat warna
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Ukuran
Isokor, D 3mm
Isokor, D 3mm
Fundus Okuli
Tidak dilakukan
N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )
Nistagmus
-
-
Pergerakan bola mata
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Kedudukan bola mata
Ortoforia
Ortoforia
Reflek Cahaya Langsung & Tidak Langsung
+
+
Diplopia
-
-
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut
+
Menggerakan Rahang
+
Oftalmikus
+
Maxillaris
+
Mandibularis
+
N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior )
Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis
Baik
Baik
Motorik orbikularis okuli
Baik
Baik
Motorik orbikularis oris
Baik
Baik
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran
Normal
Tes Keseimbangan
Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang )
Tidak Dilakukan
Refleks Menelan
Baik
Refleks Muntah
Tidak Dilakukan
N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu
Baik
Menoleh
Baik
N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah
Deviasi ( - )
Disatria
+
Sistem Motorik Tubuh
Ekstremitas Atas
Kanan
Kiri
Postur Tubuh
Baik
Baik
Atrofi Otot
Eutrofik
Eutrofik
Tonus Otot
Normal
Normal
Gerak involunter
(-)
(-)
Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
Postur Tubuh
Baik
Baik
Atrofi Otot
Eutrofik
Eutrofik
Tonus Otot
Normal
Normal
Gerak involunter
(-)
(-)
Kekuatan motorik :
5555
5555
5555
5555
Refleks
Pemeriksaan
Kanan
Kiri
Refleks Fisiologis
Bisep
+
+
Trisep
+
+
Patela
+
+
Achiles
+
+
Pemeriksaan
Kanan
Kiri
Refleks Patologis
-
-
Babinski
Chaddok
-
-
-
-
Oppenheim
Gordon
-
-
-
-
Klonus
-
-
Hoffman Tromer
-
-
Tes Sensorik (sentuhan)
Regio
Kanan
Kiri
Brachii
+
+
Antebrachii
+
+
Femoralis
+
+
Fungsi Autonom
Menurut anamnesis tidak ada gangguan pola BAB maupun BAK
Keseimbangan dan koordinasi
Hasil
Tes disdiadokinesis
Baik
Tes tunjuk jari kanan dan kiri
Baik
Tes Romberg
Baik
Tes tandem gait
Baik
Fungsi Kortikal Luhur
1. Bicara Spontan : Bicara cadel, dan tertegun-tegun
2. Tes Pengulangan kata : Kata-kata yang diulang tidak sesuai
Ular di Lorong Lorong -> ubla loba libu
3. Perintah Kompleks : Pasien tidak mengnikuti perintah dengan benar
Pegang telinga KANAN dengan tangan KIRI
-> Pasien memegang telinga kiri dengan tangan kiri
Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium :
Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 25 Juni 2015 didapatkan keadaan Hipokalemia (3,2 mmol/L), dan kenaikan sedikit kadar LDL (112mg/dL) yang masuk dalam kategori mendekati optimal. Hasil pemeriksaan Darah rutin, fungsi ginjal, dan Gula darah dalam batas normal.
2. CT-SCAN Kepala (Tanpa Kontras) :
Dilakukan CT scan kepala potongan axial.
Tampak Lesi Hiperdens (Hemoragik) 3 x 2,5 x 3cm parietalis kiri
Deviasi midline ringan ke kanan
Sulcus, gyrus, dan ventrikel kiri menyempit
Sella Tursika: bentuk dan ukuran baik
Kalsifikasi Plexus : Pineal
Infratentorial baik
Estimasi jumlah perdarahan : 36 cc
Kesan : Stroke Haemoragik Lobus Parietalis Sinistra
RESUME
Pasien seorang wanita usia 49 tahun dengan keluhan bicara pelo sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, tanpa disertai penurunan kesadaran, hemiparesis, diplopia, nausea, vomitus, nyeri kepala. Keesokan harinya timbul gejala nyeri kepala hebat, nausea (+), Vomitus (+). Riwayat stroke 4 bulan lalu dengan gejala yang sama, Riwayat Hipertensi, DM (-), Hiperkolesterolemia disangkal. Pemeriksaan Fisik : Compos Mentis, TD:130/90, TD awal :170/100, Nadi : 80x, Suhu: 36,6, RR:18x. Pemeriksaan Neurologis: Afasia Global (+), Disartria (+), N. Cranialis dalam batas normal, Motorik : Tidak ada paresis, Sensorik dalam batas normal, Keseimbangan dan koordinasi dalam batas normal. Laboratorium : Hipokalemia (3,2 mmol/L), dan kenaikan sedikit kadar LDL (112mg/dL) yang masuk dalam kategori mendekati optimal. Hasil pemeriksaan Darah rutin, fungsi ginjal, dan Gula darah dalam batas normal. CT-Scan : Kesan Lesi hemoragik pada lobus parietalis sinistra.
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis: Aphasia Global, dan dysarthria
Diagnosis Etiologi: Stroke hemorrhagic
Diagnosis Topis: Parietalis kiri
Diagnosis patologis: Hemorraghic
FAKTOR RISIKO :
Hipertensi
Umur > 45 tahun
Riwayat Stroke sebelumnya (+)
RENCANA TERAPI
Non-medikamentosa
Edukasi :
Diet rendah garam dan rendah lemak
Mengurangi manuver yang bisa meningkatkan TIK seperti batuk, mengedan, dan letak kepala harus lebih tinggi dari tubuh 30o
Medikamentosa
IVFD Asering + Mecobalamin 1 ampul setiap 12 jam
Manitol 3 x 100cc per hari
Dexketoprofen 1 amp + Nacl 0,9% 100cc
Injeksi Citicolin 2 x 1gr
KSR 3 x 1
Amlodipine 1 x 10mg
Konsultasi :
Kepada Spesialis Bedah saraf untuk pengkajian lanjut tindakan pembedahan.
Kepada Bagian Rehabilitasi medik untuk rencana fisioterapi bicara.
H. PROGNOSIS
Ad Vitam: Ad Bonam
Ad Functionam: Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam: Dubia
ANALISIS KASUS
Pasien mengeluh gangguan bicara atau pelo yang muncul mendadak saat bangun tidur yang termasuk dalam kategori sedang tidak berkatifitas, gejala stroke yang muncul pada keadaan istirahat biasanya mengarah kepada stroke iskemik yang diakibatkan oleh oklusi pembuluh darah akibat thrombosis atau embolus, Keluhan awal pada penderita ini lebih condong kearah kecurigaan stroke iskemik, karena terjadi pada saat bangun tidur & tidak disertai tanda-tanda peningkatan Tekanaan intracranial, seperti sakit kepala. Identifikasi stroke iskemik dan hemorragik berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dilakukan menggunakan Siriraj Score yang dinilai dari aspek kesadaran, gejala sakit kepala, vomitus, terdapatnya masalah metabolik, dan Tekanan darah diastolik pertama. Hasil perhitungan Siriraj Score pada pasien ini yaitu -1 yang mengarah kepada stroke iskemik. Tetapi hal diatas tidak bersifat pasti sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya stroke hemorragik pada keadaan istirahat pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi, karena hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya stroke hemoragik pada pasien ini.4
Keesokan harinya, pasien mengalami gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang merupakan tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial, gejala ini tidak muncul pada hari pertama terjadinya onset. Peningkatan tekanan intracranial dapat terjadi pada kasus dengan stroke hemoragik atau stroke iskemik dengan daerah yang luas, sehingga menyebabkan edema otak yang bermakna dalam peningkatan tekanan intracranial. Untuk menunjang penegakan diagnosis maka pasien di rencanakan untuk melakukan pemeriksaan CT-Scan kepala.
Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala ternyata tidak mendukung tanda dan gejala pada pasien yang lebih condong kepada Stroke iskemik. Tampak lesi hiperdens atau hemoragik pada daerah parietalis hemisfer kiri. Hasil ini sangat penting sebagai penunjang penegakan diagnosis pada stroke hemoragik dan menyingkirkan stroke iskemik dari diagnosis banding. Sesuai dengan patofisiologi peningkatan tekanan intracranial pada stroke hemoragik, gejala tersebut muncul pada hari kedua setelah onset mungkin disebabkan oleh jumlah perdarahan belum cukup untuk menimbulkan gejala peningkatan tekanan intracranial (asimtomatik), tetapi akumulasi perdarahan terus bertambah sehingga menimbulkan gejala pada hari selanjutnya.
Selain untuk membantu menegakan diagnosis, CT-scan juga menunjukan penyempitan sulcus, gyrus, dan ventrikel kiri yang merupakan tanda terdapat desakan pada daerah tersebut akibat akumulasi perdarahan dan edema perifokal.7 Temuan ini berhubungan dengan pemeriksaan fisik, ditemukan Aphasia global dan Disartria pada pasien ini, tanpa ada kelumpuhan sisi tubuh ataupun gangguan fungsi saraf kranialis. Hal ini mungkin terjadi berdasarkan letak lesi yang terdapat pada daerah kortikal yang mewakili fungsi motorik lidah sesuai dengan homunculus nya tanpa mengenai serabut saraf motorik lainnya pada traktus kortikospinalis dan kortikobulbar.5 Aphasia Global dapat terjadi karena lesi terdapat pada hemisfer kiri dapat menyebabkan gangguan pada fungsi pusat bicara motorik (ekspresif) yaitu area Brocca (Broadmans 44 dan 45) dan pusat bicara asosiatif (reseptif) pada area Wernicke (Broadmans 22) akibat dari efek penekanan pada daerah tersebut.6
Gejala klinis lainnya yang ditemukan pada pasien ini berupa sakit kepala yang hebat, dan mual disertai muntah, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial yang mungkin jarang ditemukan pada stroke iskemik (kecuali terjadi edema serebri). Peningkatan tekanan intrakranial yang terus berlangsung dapat mengancam jiwa karena resiko terjadinya herniasi serebri. Pada pasien ini Tanda-tanda progresivitas atau perburukan peningkatan tekanan intrakranial berupa penurunan kesadaran, pupil anisokor, delayed hemiparesis, reflex patologis tidak ditemukan pada pemeriksaan fisik.
Pasien diedukasikan untuk mengurangi intake garam karena garam dapat meningkatkan tekanan osmotik dan meningkatkan volume darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Juga diedukasikan untuk mengurangi intake lemak karena kadar kolesterol total pasien cukup tinggi. Pasien juga diedukasikan untuk tidak melakukan manuver yang bisa membuat peningkatan TIK seperti batuk dan mengedan.
Mannitol adalah suatu osmotik diuretik, bekerja dengan meningkatkan osmotik intravaskular sehingga volume darah meningkat dan urine output pun meningkat. Mannitol juga biasa digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial akibat edema cerebral. Pada penatalaksanaan pasien diberikan infus mannitol untuk mengurangi tekanan intrakranial akibat edema. Dosis yang digunakan pada pasien ini adalah 100cc pada setiap kali, diberikan setiap 8 jam. Kontraindikasi dari pemberian mannitol adalah penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan Ureum dan Kreatinin, pada pasien ini keadaan fungsi ginjal baik (Ur: 34 Cr: 0.8) sehingga mannitol dapat diberikan. Mecobalamin merukapan supplemen yang berisi vitamin B12 sebagai pelengkap nutrisi sel-sel neuron.8 Citicolin merupakan neuroprotektor yang berdasarkan penelitiannya memiliki efek outcome yang baik pada pasien dengan gangguan neurologis, salah satunya akibat stroke.9-10 Dexketoprofen merupakan obat golongan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) yang bertujuan untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien ini.
Prognosis pada pasien ini secara umum baik, dilihat dari kesadarannya compos mentis dan tidak ada penurunan kesadaran selama menjalani perawatan sehingga Ad vitam pada pasien ini Bonam. Ad Functionam dinilai berdasarkan fungsi neurologis seperti motorik dan nervus kranialis, pada pasien ini tidak mengalami gangguan pada fungsi motorik dan nervus kranialis lainnya, aphasia dan disartria yang terdapat pada pasien ini juga dapat membaik dengan terapi medikasi dan fisioterapi. Ad sanationam pada pasien ini dubia, dilihat dari faktor resiko nya berupa hipertensi, umur, dan penyakit penyerta yang dapat meningkatkan angka kekambuhan terjadinya stroke di masa depan.
Penyembuhan atau recovery pada pasien ini terlihat baik, dalam beberapa hari perawatan dengan terapi konservatif dapat memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan dilihat dari gangguan fungsi bicaranya yang berangsur-angsur membaik. Proses penyembuhan pada pasien stroke akan terus terjadi hingga 1 sampai 2 tahun. Penyembuhan total bervariasi pada setiap pasien dan relatif tidak bisa diprediksi.11
KEPUSTAKAAN
1. Feigin VL, Lawes CM, Bennett DA, Anderson CS. Stroke epidemiology: a review of population-based studies of incidence, prevalence, and case-fatality in the late 20th century. Lancet Neurol. 2003 Jan. 2(1):43-53.
2. Broderick J, Connolly S, Feldmann E, Hanley D, Kase C, Krieger D, et al. Guidelines for the management of spontaneous intracerebral hemorrhage in adults: 2007 update: a guideline from the American Heart Association/American Stroke Association Stroke Council, High Blood Pressure Research Council, and the Quality of Care and Outcomes in Research Interdisciplinary Working Group. Circulation. 2007 Oct 16. 116(16):e391-413.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). 2010
4. Nighoghossian N, Hermier M, Adeleine P, Blanc-Lasserre K, Derex L, Honnorat J, et al. Old microbleeds are a potential risk factor for cerebral bleeding after ischemic stroke: a gradient-echo T2*-weighted brain MRI study. Stroke. 2002 Mar. 33(3):735-42.
5. Baehr, M., & Frotscher, M. Duus' topical diagnosis in neurology: anatomy, physiology, signs, symptoms. 2005
6. Henseler, I; Regenbrecht, F; Obrig, H (March 2014). "Lesion correlates of patholinguistic profiles in chronic aphasia: comparisons of syndrome-, modality- and symptom-level assessment.". Brain: a journal of neurology 137 : 91830
7. Perron, A. How to read a head CT scan. Emergency Medicine, 3, 2008. 753-764.
8. Schwarz, S., Schwab, S., Bertram, M., Aschoff, A., & Hacke, W. (1998). Effects of hypertonic saline hydroxyethyl starch solution and mannitol in patients with increased intracranial pressure after stroke. Stroke, 29(8), 1550-1555.
9. Saver JL (Fall 2008). "Citicoline: update on a promising and widely available agent for neuroprotection and neurorepair". Reviews in Neurological Diseases 5 (4): 16777.
10. Adibhatla RM, Hatcher JF, Dempsey RJ (Jan 2002). "Citicoline: neuroprotective mechanisms in cerebral ischemia". Journal of Neurochemistry 80 (1): 1223.
11. Warlow, C. P., Dennis, M. S., van Gijn, J., Hankey, G. J., Sandercock, P. A., Bamford, J. M., & Wardlaw, J. M. (2001). Stroke: a practical guide to management. Wiley-Blackwell.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode 29 JUNI 2015 1 AGUSTUS 2015Page 1