case saraf hnp
DESCRIPTION
Hernia Nucleus PulposusTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
“Nyeri Punggung Bawah (LBP) et Hernia Nukleus Pulposus”
Pembimbing:
Dr. Endang Kustiowati Sp,S(K), Msi.Med
DisusunOleh:
INTAN ARKAS REFRA
11-2013-014
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA)
RS. PANTI WILASA ‘Dr.Cipto’, Semarang
PERIODE 14OKTOBER–16 NOVEMBER 2013
1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS PANTI WILASA “Dr. Cipto”
Nama : Intan Arkas Refra
NIM : 11-2013-014
Dokter Pembimbing : Dr Endang Kustiowati Sp.S (K), Msi.Med
Masuk Rumah Sakit : Tanggal 28Oktober 2013 Jam 07.45 WIB
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. Umi Haniah Alamat : Aspol Gombel No. 127 RT 1/6
Tanggal lahir : 23 Maret 1963 Jenis kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Nikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga No. CM : 37840113
PASIEN DATANG KE RS
Pasien datang ke IGD, tanpa alat bantu, dibawa oleh keluarganya,
II. SUBJEKTIF
Autoanamnesis, tanggal : 28 Oktober2013 Pukul :07.45 WIB
1. Keluhan utama :
Nyeri sepanjang tungkai kanan sejak 3 hari SMRS. Nyeri berawal dari pinggang, menjalar ke
bokong kemudian sepanjang tungkai kanan.
2. Riwayat penyakit sekarang
2
Ny U 50 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke bokong kemudian ke
tungkai kanan (tungkai kanan atas, tungkai kanan bagian bawah) dan telapak kaki kanan. Nyeri
dirasakan sudah 3 hari, nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti di tusuk-tusuk, nyeri di
rasakan hilang timbul, muncul terutama saat pasien berdiri, hendak berjalan. Os merasa nyerinya
berkurang ketika tiduran, nyeri di pinggang sudah pernah dirasakan Os sebelumnya tapi tidak
sehebat ini sehingga tidak dihiraukan Os. Tanggal 28 oktober 2013 kurang lebih jam 7.10 WIB
Os merasa nyerinya semakin hebat sehingga mengeluh karena keluhannya semakin memberat
keluarga menyarankan untuk di bawa ke RS IGD Panti Wilasa. mual -, muntah -, riwayat trauma
di sangkal pasien. BAB baik, BAK baik. Tidak ada riwayat penyakit DM, Ginjal, Stroke.
3. Riwayat penyakit dahulu
Os pernah menegeluhakan hal yang sama tahun 2006 tapi Cuma sebenntar, sehingga
diabaikan oleh Os. Os belum pernnah berobat
DM -, Hipertensi-, Stroke -, Penyakit ginjal -.
Riwayat trauma/ kecelakaan/ jatuh terduduk sebelumnya tidak ada.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-)
DM (-)
Penyakit Ginjal (-)
Stroke (-)
Alergi (-)
Asma (-)
5. Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi : Cukup
III. OBJEKTIF
1. StatusGeneralis
a. Kesadaran : E4M6V5
b. TD : 140/80 mmHg
c. Nadi : 84 x/menit
d. Pernafasan : 20 x/menit
e. Suhu : afebris
f. Kepala : normosefali, tidak ada kelainan
g. Mata : OS : pupil bulat, diameter+3 mm,ikterik (-), anemis (-)
3
: OD : pupil bulat, diameter+3 mm, ikterik (-), anemis (-)
i. Mulut : simetris,tidak ada kelainan
h. Leher : pembesaran KGB(-), tiroid (-)
i. Paru : SN vesikuler,ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
j. Jantung : Batas Jantung normal. BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
k. Perut : supel, bising usus (+), datar
l. Ekstremitas : edema (-), akral hangat +/+
m. IMT : cukup
2. Status psikikus
a. Cara berpikir : realistik
b. Perasaan hati : eutim
c. Tingkah laku : aktif
d. Ingatan : baik
e. Kecerdasan : cukup
3. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk : normosefali
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Pulsasi : (+)
b. Leher
Sikap : simetris
Pergerakan : bebas
Kaku kuduk : (-)
c. Tanda-tanda Perangsang Meningen
i. Kaku kuduk : tidak dilakukan
ii. Kernig : (-)
iii. Brudzinski I : tidak di lakukan
iv. Brudzinski II : tidak di lakukan
d. Pemeriksaan Nervus Cranialis
4
N. I kanan kiri
Subjektif tidak dilakukan tidak dilakukan
Dengan bahan tidak dilakukan tidak dilakukan
N. II kanan kiri
Tajam penglihatan normal normal
Lapangan penglihatan normal normal
Melihat warna normal normal
Fundus okuli tidak dilakukan tidak dilakukan
N. III kanan kiri
Kelopak mata terbuka terbuka
Pergerakan mata
Superior normal normal
Inferior normal normal
Medial normal normal
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Exophtalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
Diameter Pupil 3 mm 3 mm
Posisi pupil tengah tengah
Bentuk bulat bulat
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
N.IV kanan kiri
Gerak mata ke lateral bawah normal normal
Strabismus (-) (-)
Melihat kembar (Diplopia) (-) (-)
N.V kanan kiri
Membuka mulut baik baik
Mengunyah baik baik
Refleks kornea tidak dilakukan tidak dilakukan
Sensibilitas baik baik
5
N.VI kanan kiri
Pergerakan mata ke lateral normal normal
Strabismus divergen (-) (-)
Melihat kembar (-) (-)
N.VII kanan kiri
Mengerutkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Sudut Mulut simetrris simetris
Meringis baik baik
Bersiul tidak dilakukan tidak dilakukan
Perasaan lidah 2/3 anterior tidak dilakukan tidak dilakukan
N.VIII kanan kiri
Cara berjalan normal/simetris normal/simetris
Tes Romberg tidak dilakukan tidak dilakukan
Suara berbisik (+) (+)
N.IX kanan kiri
Perasaan lidah 1/3 posterior tidak dilakukan tidak dilakukan
Arcus faring tidak dilakukan tidak dilakukan
Refleks muntah tidak dilakukan tidak dilakukan
N.X kanan kiri
Arcus pharinx tidak dilakukan tidak dilakukan
Disfagia (-) (-)
Nadi normal normal
N.XI kanan kiri
Mengangkat bahu (+) (+)
Memalingkan kepala (+) (+)
N.XII kanan kiri
Pergerakan lidah baik baik
Tremor lidah (-) (-)
Julur lidah tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Artikulasi baik baik
d. Badan dan anggota gerak
6
1. Badan
Motorik
Bentuk columna verterbralis : normal
Pergerakan columna vertebralis : bebas
Duduk : sedikit membungkuk, dbn
Sensibilitas kanan kiri
Taktil baik baik
Nyeri baik baik
Suhu tidak dilakukan
Refleks
Refleks kulit perut atas :tidak dilakukan
Refleks kulit perut tengah :tidak dilakukan
Refleks kulit perut bawah : tidak dilakukan
2. Anggota Gerak Atas
Motorik kanan kiri
Pergerakan bebas bebas
Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5
Tonus normotonus normotonus
Atrofi (-) (-)
Sensibilitas kanan kiri
Taktil baik baik
Nyeri baik baik
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Refleks kanan kiri
Biceps + +
Triceps + +
Tromner-hoffman tidak di lakukan tidak dilakukan
3. Anggota Gerak Bawah
7
Motorik kanan kiri
Pergerakan bebas bebas
Kekuatan 4-4-4-4 5-5-5-5
Tonus normotonus normotonus
Atrofi (-) (-)
Sensibilitas kanan kiri
Taktil baik baik
Nyeri baik baik
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Refleks kanan kiri
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel-Bechterev (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Tes Lasegue (-) (-)
Tes Kernig (-) (-)
Tes Patrick (-) (-)
Koordinasi, gait, dan keseimbangan
Cara berjalan : tidak dapat dinilai
Tes Romberg :tidak di lakukan
Tandem walking : tidak dilakukan
Disdiadokokinesia : tidak dilakukan
Rebound phenomenon: tidak dilakukan
Heel to knee : tidak dilakukan
Gerakan-gerakan abnormal
8
Tremor : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Alat Vegetatif
Miksi : lancar
Defekasi : lancar
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Laboratorium, Tgl 28 – 10 -2013
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 13,2 g/dL 11,7 - 15,5
Leukosit 8,4 ribu/uL 3,6 – 11
Eritrosit 4,4 ribu/uL 3,8 – 5,2
Trombosit 272 ribu/uL 150 – 400
Hematokrit 38 % 35 – 47
LED 1 Jam 35 mm/jam 0-20
LED 2 Jam 60 mm/jam 0-30
MCV 86 fl 80-100
MCH 30 Pg 26-34
MCHC 35 g/dL 32-36
Eosinofil 0,5 % 2,00 – 4,00
Basofil 0,2 % 0-1
Netrofil 78,30 % 50-70
Limfosit 18,10 % 25 – 40
Monosit 2,9 % 2 – 8
Gula darah sewaktu 87 mg/dL 70 – 150
Asam urat 2,3 mg/dL 2,0 – 7,0
9
Golongan darah : O
2. Pemeriksaan MRI Lumbosakral
Hasil pemeriksaan MRI menunjukkan adanya kompresi pada saraf spinal, pada segmen L 4-5,
L5-S1.
sumber : www.google.com
10
IV. RINGKASAN
Subjektif :Ny U 50 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke bokong
kemudian ke tungkai kanan (tungkai kanan atas, tungkai kanan bagian bawah) dan telapak kaki
kanan. Nyeri dirasakan sudah 3 hari, nyeri timbul secara tiba-tiba terasa di seperti tusuk-tusuk,
nyeri di rasakan hilang timbul, muncul terutama saat pasien berdiri, hendak berjalan. Os merasa
nyerinya berkurang ketika tiduran, Os sudah pernah mengalami nyeri seperti tapi tidak sehebat
ini sehingga tidak dihiraukan Os. tanggal 28 oktober 2013 kurang lebih jam 7.10 WIB Os
merasa nyerinya semakin hebat sehingga mengeluh karena keluhannya semakin memberat
keluarga menyarankan untuk di bawa ke RS IGD Panti Wilasa. mual -, muntah -, riwayat trauma
di sangkal pasien. BAB baik, BAK baik.
Objektif :
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital
tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nadi 84X/menit, frekuensi napas 20x/menit suhu 36,70 C.
Status generalis tidak didapatlan kelainan. Pemeriksaan status neurologis, GCS 15, pemeriksaan
motorik di beri nilai 5, ekstremitas inferior dextra pemeriksaan motorik diberi nilai 4 karena di
pengaruhi oleh rasa nyeri. Refleksi fisiologis (+) pada keempat ekstremitas. Refleks patologis (-)
pada enxtremitas inferior dextra. Tanda rangsang meningeal (-). Pemeriksaan laboratorium
ditemukan adanya penigkatan laju endap darah, peningkatan netrofil penurunan eusinofil, dan
limfosit.Pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya kompresi pada saraf spinal pada segmen L4,
L5, S1.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis klinik : Low Back Pain (nyeri punggung bawah) dextra
Diagnosis topik :discus intervertebralis
Diagnosis etiologik :Hernia Nukleus Pulposus
11
VI. TATALAKSANA
Terapi :
Non medikamentosa :
Tirah baring
Fisiterapi
Korset lumbal
Medikamentosa :
Infus RL 20 tetes/menit
Ketorolac 3% inj
Profenid Supp
Sohobion inj
Grahabion tab
Ranitidin inj
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
12
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
Gambar 2.1 Herniated Nucleus Pulposus
3.2 Epidemiologi
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi.HNP lumbalis paling sering (90%)
mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang bawah (NPB) oleh
karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.
HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yangbanyak membungkuk dan
mengangkat.Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada
bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan
kompresi radiks saraf.
13
3.3 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Degenerasi diskus intervertebralis
Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
Faktor resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat trauma
sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga tidak
teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat badan berlebih,
batuk lama dan berulang.
3.5 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus
(gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis
menekan radiks.
14
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
misalnya karena pergerakan.Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf.Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya.Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap
rangsang mekanikal dan termal.Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
15
3.6 GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat terjadi
kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke arah
postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan
radiks dan saraf mana yang terkena.Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri
pinggang.
16
Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada
tubuh.masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari
tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut.
Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki.
Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa menyebarsepanjang
panjang saraf sciatic menuju kaki.Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang Ischialgia, yaitu suatu
kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otot-
otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP), dan lain sebagainya.
Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke
tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi.Nyeri dirasakan seperti ditusuk jarum, sakit
nagging, atau nyeri seperti ditembak.Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki.Berjalan,
berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan
dengan menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgiaadalah :
Nyeri punggung bawah.
Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan
dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf
mana yang terjepit.
17
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin
akibat bertambahnya tekanan intratekal.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan
hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang
sehat.
18
Tes-tes Khusus
1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.
2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari
ibu jari kaki (L5).
3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5),
atau plantarfleksi (S1).
Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit
Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki
4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan
indikasi untuk segera operasi.
5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk
operasi.
6. Tes provokasi : tes valsava dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal.
7. Tes kernique
19
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : tidak spesifik
Urine rutin : tidak spesifik
Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia.
Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan
tingkat protrusi diskus.
MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau
kauda ekuina atau saraf-saraf spinal.
Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan
pembentukan osteofit
3. 8 PENATALAKSANAAN
Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan.Perawatan
utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan
anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan
sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus
mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien
dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang
.
20
2. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
3. Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti
bermanfaat.Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring
dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. keadaan
akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis.Sebagai penyangga korset dapat mengurangi
beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti jalan kaki,
naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan
untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan
lunak.Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.
Proper body mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah
terjadinya cedera maupun nyeri.Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai
berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal
ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
21
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk.
Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk
sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri
dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus berdasarkan alasan yang kuat
yaitu berupa:
Defisit neurologik memburuk.
Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah.
Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung.Jangan sekali-kali mengangkat benda atau
sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.Hindari kerja dan
aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
22
23
3.9 PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
Sebagian kecil à berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasien yang dioperasi : 90% à membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%
24
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan
annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan berupa nyei pinggang.
Mendiagnosis HNP di tegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik pemeriksaan
radiologi. MRI merupakan pilihan dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki
spesitifitas dan sensitivitas yang tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang hanya
dapat melihat komponen tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat mencurigai
kearah HNP dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti myelografi, MRI.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 87-95. 1999
2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 182-212.
3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid kedua,
cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan kelima.
Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-nyeri-
pinggang-hnp/ [diakses 7 Desember 2010]
7. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/ [diakses 9
Desember 2010]
26