case report hil (yana)

33
CASE REPORT SEORANG LAKI-LAKI USIA 66 TAHUN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBLE DEXTRA OLEH: Ramayana Dg. Situru, S.Ked J500090095 PEMBIMBING: dr. Bambang Suhartanto, Sp.B KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD Dr. HARDJONO PONOROGO FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: ramayana-dg-situru

Post on 25-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

cr hil

TRANSCRIPT

CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI USIA 66 TAHUN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBLE DEXTRA

OLEH:Ramayana Dg. Situru, S.KedJ500090095

PEMBIMBING:dr. Bambang Suhartanto, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHRSUD Dr. HARDJONO PONOROGOFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTATAHUN 2014

CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI USIA 66 TAHUN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBLE DEXTRA

Yang Diajukan Oleh:Ramayana Dg. Situru, S.KedJ500090095

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah SurakartaPada hari Rabu tanggal 27 Februari 2014

Pembimbing:dr. Bambang Suhartanto, Sp.B()

Dipresentasikan dihadapan:dr. Bambang Suhartanto, Sp.B()

Disahkan Ka. Program Profesi :dr. Dona Dewi Nirlawati()

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHRSUD Dr. HARDJONO PONOROGOFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTATAHUN 2014

BAB IIDENTITAS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Jenis Kelamin: Laki - laki Umur : 66 tahun Alamat: 2/2 Muneng Balong Agama : Islam Pekerjaan : Petani Tanggal masuk RS: 6 Februari 2014 Tanggal pemeriksaan: 6 Februari 2014 Tanggal Operasi: 7 Februari 2014

II. ANAMNESAA. Keluhan utama : keluar benjolan di daerah lipatan paha kanan B. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengeluhkan sudah satu tahun ini sering muncul benjolan di daerah lipatan paha bawah. Benjolan tersebut hilang timbul dan timbul biasanya jika pasien sudah kelelahan dari aktifitas pekerjaannya sebagai petani, ketika benjolan timbul pasien sering merasakan kesakitan. Jika sudah sakit pasien biasanya langsung berbaring dan memberikan perutnya minyak kayu putih dan mengurut-urut sendiri benjolan tersebut, karena dengan berbaring dan mengurutnya pasien mengaku benjolan tersebut bisa hilang. Kebiasaan makan dan minum pasien dalam batas normal, buang air besar dan buang air kecil juga normal. Pasien tidak pernah mondok di RS dan tidak pernah operasi.C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Asma: disangkal Riwayat Alergi: disangkal Riwayat Hipertensi: disangkal Riwayat Penyakit Jantung/Paru: disangkal Riwayat Diabetes Mellitus: disangkal Riwayat Sakit Ginjal/Liver: disangkal Riwayat Sakit Tumor/Kanker: disangkal Riwayat Operasi sebelumnya: disangkal Riwayat Trauma`: disangkal Riwayat Serupa: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Alergi dalam keluarga: disangkal Riwayat Asma dalam keluarga: disangkal Riwayat Hipertensi dalam keluarga: disangkal Riwayat DM dalam keluarga: disangkal

E. Anamnesis Sistem Sistem Serebrospinal: Pusing (-), Demam (-) Sistem Respirasi: Batuk (-), Pilek (-), sulit bernafas (-) Sistem Kardiovaskuler: Nyeri dada (-), Pucat (-) Sistem Digestivus: Mual (-), Muntah (-), BAB lancar Sistem Urogenital: BAKlancar, jernih kekuningan, nyeri (-) Sistem Muskuloskeletal: nyeri sendi(-) dan nyeri otot(-) Sistem Integumentum: Suhu teraba hangat

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis Keadaan Umum: Baik Gizi: Cukup Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6 Vital Sign:Tekanan Darah: 120/80 mmHgNadi: 80 x/menit isi cukup dan regulerRR: 20 x/menitSuhu: 36,3 oC per axilla

B. Pemeriksaan fisika) Kepala/Leher Jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematom (-), rhinorea (-), otorhea (-), peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)b) Mata Konjungtiva: Anemis (-/-) Sklera: Ikterus (-/-) Pupil: Ukuran 3 mm reguler, reflek cahaya (+/+), isokor (+/+) Palpebra: Edema (-/-)c) Thoraks Dinding thoraks: Jejas (-) Paru Inspeksi: Gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri Palpasi: Ketinggalan gerak (-), Fremitus taktil kanan dan kiri (N) Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-) Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak Palpasi : Iktus kordis teraba kuat angkat pada SIC V sinistra 2 cm sisi medial linea midclavicula sinistra Perkusi: Batas jantung tidak membesarBatas kiri jantung Atas: SIC II sinistra di sisi lateral linea parasternalis sinistra. Bawah: SIC V sinistra 2 cm sisi medial linea midclavicula sinistra.Batas kanan jantung Atas: SIC II dextra di sisi lateral linea parasternalis dextra. Bawah: SIC IV dextra di sisi lateral linea parasternalis dextra. Auskultasi : Suara Jantung I-II regular, Bising jantung (-)d) Abdomen Inspeksi: Jejas (-), distensi (-), darm steifung (-), darm contour (-) Auskultasi: Peristaltik (+) normal Perkusi: Timpani, hepar pekak, hepatomegali (-), splenomegali (-) Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)e) Ekstremitas Atas: Clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak ditemukan, akral hangat. Bawah: clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak ditemukan, akral hangat.

C. Status Lokalis a) Inspeksi: tampak benjolan kecil di regio inguinal dextra, warna sama dengan kulit di sekitar, tidak ada tanda-tanda radangb) Auskutasi: peristaltik normalc) Palpasi : teraba massa kecil ,kenyal yang keluar saat pasien disuruh mengedan, dapat dimasukkan kembali dan tidak nyeri tekan, finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa, thumb test (-) tidk teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus.IV. RESUMESeorang laki-laki 66 tahun bekerja sebagai petani datang dengan keluhan sudah satu tahun ini sering muncul benjolan di daerah lipatan paha bawah. Benjolan tersebut hilang timbul dan timbul biasanya jika pasien sudah kelelahan dari aktifitas pekerjaannya sebagai petani, ketika benjolan timbul pasien sering merasakan kesakitan. Jika sudah sakit pasien biasanya langsung berbaring dan memberikan perutnya minyak kayu putih dan mengurut-urut sendiri benjolan tersebut, karena dengan berbaring dan mengurutnya pasien mengaku benjolan tersebut bisa hilang. Kebiasaan makan dan minum pasien dalam batas normal, buang air besar dan buang air kecil juga normal. Pasien tidak pernah mondok di RS dan tidak pernah operasi.Pasien tidak memiliki penyakit asma, DM, hipertensi, penyakit jantung dan paru, tumor atau kanker ataupun penyakit yang serupa sebelumnya.Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis didapatkan dalam batas normal. Pada status lokalis tampak benjolan kecil di regio inguinal dextra, warna sama dengan kulit di sekitar, tidak ada tanda-tanda radang. teraba massa kecil dan kenyal yang keluar saat pasien disuruh mengejan, dapat dimasukkan kembali dan tidak nyeri tekan. Finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa, thumb test (-) tidk teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus.V. PLANNINGPlanning Diagnosis: Pemeriksaan darah lengkapPlanning Terapi: Operatif: Herniotomi Medikamentosa post operasi : infus RL 20 tpm, injeksi ceftriaxone 2x1, injeksi ketorolac 2x1

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Pemeriksaan Darah LengkapParameterHasilNilai Normal

WBC8.8 x 103 /L4.0 10.0 103 /L

Lymph3.1 x 103 /L0.8 4.0 103 /L

Mid0,5 x 103 /L0.1 0.9 103 /L

Gran5.2 x 103 /L2.0 7.0 103 /L

Lymph%35,6 %20.0 40.0 %

Mid%5,6 %3.0 9.0 %

Gran%58,8 %50.0 70.0 %

HGB14,3 gr/dL11.0 16.0 gr/dL

RBC5,19 x 106 /L3.5 5.5 106 /L

HCT40,0 %37.0 50.0 %

MCV77,2 fL82.0 95.0 fL

MCH27,5 Pg27.0 31.0 pg

MCHC35,7 gr/dL32.0 36.0 gr/dL

RDW CV13,8 %11.5 14.5 %

RDW SD37,8 fL35.0 56.0 fL

PLT269 x 103/ L100 300 x 103

MPV7,0 fL7 11.0

PDW15,815.0 17.0

PCT0,188 %0.108 0.282 %

CT85-11

BT21 5

B. Pemeriksaan Kimia DarahParameterHasilNilai Normal

Glucos136 mg/dl60-115 mg/dl

DBIL0.35 mg/dl0-0.35 mg/dl

TBIL1.04 mg/dl0.2-1.2 mg/dl

SGOT46.1 U/I0-38 U/I

SGPT45.9 U/I0-40 U/I

ALP234 U/I98-279 U/I

GammaGT61.3 U/I10-54 U/I

TP7.2 g/dl6.6-8.3 g/dl

ALB3.3 g/dl3.5-5.5 g/dl

Glob3.9 g/dl2-3.9 g/dl

Urea 26.2 mg/dl10-50 mg/dl

Creat 0.99 mg/dl0.7-1.4 mg/dl

UA7 mg/dl3.4-7 mg/dl

CHOL136 mg/dl140-200 mg/dl

TG128 mg/dl36-165 mg/dl

HDL60 mg/dl35-150 mg/dl

LDL50 mg/dl0-190 mg/dl

VII. ASSESMENT/ DIAGNOSIS KERJA Diagnosis kerja: Hernia Inguinalis Lateralis Reponible DextraDiagnosis post operasi : Hernia Inguinalis Lateralis Reponible DextraDiagnosis banding: Limfadenitis, Hidrokel, Tumor testis, Orchitis, Spermatocel, Varicocel

VIII. EDUKASI Hindari aktivitas yang berat, menggangkat beban berat, dan mengejan yang kuat saat BAB Banyak istirahat Makan makanan tinggi protein post operasi

IX. FOLLOW UP (Post Operatif)Tanggal SubyekObjektifAssesmentPlanning

8 Februari 2014

Pasien sedikit batuk KU: baikKesadaran: CMTD: 120/80 mmHgN: 80 x/menitRR: 20 x/menitS: 36oC

Status lokalis : pus pada luka (-), jahitan tidak terbukaPost herniotomi H+1Infuse RL 20 tpmCeftriaxone 2x1Ketorolac 2x1Perawatan luka

9 Februari 2014Tidak ada keluhanKU: baikKesadaran: CMTD: 120/80 mmHgN: 78 x/menitRR: 20 x/menitS: 36,3oC

Status lokalis : pus pada luka (-), jahitan tidak terbukaPost herniotomi H+2Infuse RL 20 tpmCeftriaxone 2x1Ketorolac 2x1Perawatan luka

BAB 2TINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISIHernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

B. EPIDEMIOLOGITujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.2,3

C. ETIOLOGIPenyebab terjadinya hernia adalah1,2: a Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup b Akibat dari pembedahan sebelumnya c Kongenital Hernia kongenital sempurna Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu. Hernia kongenital tidak sempurna Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis) d Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain: Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan pada saat buang air besar atau buang air kecil. Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong. Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal Penyakit yang melemahkan dinding perut Merokok Diabetes mellitus

D. BAGIAN HERNIABagian-bagian dari hernia menurut: a. Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis. b. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). c. Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia. d. Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

E. KLASIFIKASI HERNIAMenurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3: a Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. b Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. c. Hernia inkarserata: bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus.d. Hernia strangulata: bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis.

Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan hernia skrotalis. a Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit, dll). b Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua. Insidensinya pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki.c Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan. d Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis skrotum.

F. PATOFISIOLOGI HERNIA INGUINALIS LATERALISKanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2 Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2 Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia. Akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

G. DIAGNOSSa. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia inguinalis medialis.4

Pemeriksaan Ziemen test posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan, penderita disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2 hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4

Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4

b. Pemeriksaan penunjang Leukosit > 10.000 18.000/mm3 Serum elektrolit meningkat Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.

H. DIAGNOSIS BANDINGa. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic, undescenden testis c. Aneurisma artery femoralis d. Nodus limfatikus e. Kista limfatikus f. Kista sebasea g. Psoas abses h. Hematoma i. Ascites

I. PENATALAKSANAAN1. Konservatifa) Reposisi (memasukkan hernia ke tempat semula)Hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang kedua memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi.b) SuntikanDilakukan setelah reposisi berhasil dengan menyuntikkan cairan sklerotik berupa phenol dan alkohol di daerah sekitar hernia agar jaringan di sekitar kantung hernia tadi mengalami sklerosis dan fibrosis sehingga akan menyempitkan kantung hernia dan akhirnya isi hernia tidak dapat lagi masuk ke dalam kantung hernia tersebut.c) Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang melolak operasi Bentuk sabuk seperti kepala ular diletakkan tepat di pintu hernia. Pemakaian dalam jangka waktu lama berdefek tidak baik yaitu menyebabkan pintu hernia semakin lebar dan pemakaian yang tidak puas. Pemakaian sabuk sebaiknya setelah reposisi berhasil.2. OperatifMerupakan penanganan hernia yang paling baik dan dapat dilakukan pada semua jenis hernia baik hernia reponibilis, irreponibilis, strangulasi maupun incarserata. Untuk herna irreponibilis operasi dapat dilakukan elektif/ terencana. Untuk hernia irreponibilis harus dilakukan segera 2x24 jam setelah diagnosa. Speed operasi (operasi yang harus segera setelah diagnosis ditegakkan dengan cara melihat keadaan umum). Dilakukan untuk hernia incarserata di mana pasien sudah tidak dapat flatus/ defekasi dan terlihat tanda-tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemik dan gangren pada isi hernia.Jenis Operasi: Herniotomy Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2

Herniorrhapy Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2

Hernioplastymerapatkan conjoint tendo ke ligamentum inguinale dan mengaitkan kedua struktur tadi maksudnya adalah LMR hilang/ tertutup dan dinding perut menjadi lebih kuat.8

J. PROGNOSISTergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.

BAB 3PEMBAHASANDiagnosis untuk hernia inguinalis lateralis reponible dextra pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anmnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan sudah satu tahun ini sering muncul benjolan di daerah lipatan paha bawah. Benjolan tersebut hilang timbul dan timbul biasanya jika pasien sudah kelelahan dari aktifitas pekerjaannya sebagai petani, ketika benjolan timbul pasien sering merasakan kesakitan. Jika sudah sakit pasien biasanya langsung berbaring dan memberikan perutnya minyak kayu putih dan mengurut-urut sendiri benjolan tersebut, karena dengan berbaring dan mengurutnya pasien mengaku benjolan tersebut bisa hilang. Dari anamnesis ini dapat disimpulkan bahwa hernianya adalah hernia yang reponible karena benjolan dapat keluar masuk, dimana benjolan timbul jika pasien kelelahan dari kegiatannya bertani, kegiatan ini bisa menjadi faktor meningkatnya tekanan intrabdominal. Bila terjadi peningkatan tekanan abdominal, isi peritoneum akan terdorong atau terdesak keluar kebagian terlemah dari dinding peritoneum dalam hal ini adalah kanalis inguinalis. Pada saat beristirahat, tekanan intraabdominal menurun dan bila annulus internus cukup lebar atau elastic, isi usus dapat kembali masuk ke rongga peritoneum. Dengan demikian benjolan kembali atau disebut reponible.Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan menunjukkan hernia inguinalis lateralis karena finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa, thumb test (-) tidk teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus. Warna kulit yang sama dengan sekitar dan tidak adanya nyeri tekan menyingkirkan adanya tanda-tanda infeksi atau tanda strangulate. Sedangkan konsistensi benjolan yang kenyal atau lunak menunjukkan isi kantong tang kemungkinan adalah usus dan menyingkirkan isi kantong adalah cairan. Etiologi pada kasus ini diduga karena kelemahan otot dinding perut karena pekerjaan pasien sebagai petani dan sering kelelahan karena mencangkul mengakibatkan kendurnya annulus internus. Penanganan hernia inguinalis yang paling rasional adalah tindakan operatif. Dengan demikian pada kasus ini penanganan yang dipilih adalah operatif dengan herniotomi sekaligus herniorafi untuk mencegah residif karena faktor usia pasien yang sudah lansia. Prognosis pada kasus hernia inguinalis lateralis reponible adalah baik jika ditangani secara tepat dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394. 2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217 3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, 706- 710, EGC, Jakarta. 4. Inguinal Hernia: Anatomy and Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik Bedah, edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta. 6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman Singapore Publisher Ltd, Singapore. 7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. 8. Kendarto, 2001. Catatan Kuliah Bedah Satu. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.