case ortopedi anti
DESCRIPTION
closed fracture crurisTRANSCRIPT
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
RM : 733642
Tgl Masuk : 19 November 2015
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada tungkai bawah kiri
Anamnesis Terpimpin:
Dialami 6 jam sebelum masuk ke RS. Wahidin Sudirohusodo karena
kecelakaan lalu lintas.
Mekanisme trauma :
Pasien sedang menyebrang jalan kemudian ditabrak motor dari sebelah
kiri dan pasien terjatuh .
Riwayat pingsan tidak ada, riwayat mual dan muntah tidak ada, riwayat
sakit kepala tidak ada.
Riwayat pasien dirawat di RSUD Pangkajene kemudian dirujuk ke Rumah
Sakit Wahidin Sudirohusodo.
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Keadaan Umum : Sadar GCS 15 (E4M6V5) / Gizi Cukup
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,8oC (aksilla)
Status Lokalis :
Regio Cruris sinistra
Look :
Tampak luka laserasi di aspek medial setinggi 1/3 tengah cruris,
deformitas ada, edema ada, hematoma ada.
Feel :
Nyeri tekan ada.
Range of Movement :
Pergerakan aktif dan pasif dari knee dan ankle kanan sulit
dievaluasi karena nyeri.
NVD : Sensibilitas baik. Pulsasi dari arteri dorsalis pedis teraba.
CRT < 2 detik.
Left Right
ALL 81 cm 82 cm
TLL 70 cm 71 cm
LLD 1 cm
IV. GAMBARAN KLINIS
V. GAMBARAN RADIOLOGI
Foto Kruris AP + Lateral
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 13,4 4,00-10,0
RBC 3,46 4,00-6,00
HGB 9,6 12,0-16,0
HCT 29,2 37,0-48,0
PLT 199 150-400
CT 8’00” 4-10
BT 3’00” 1-7
HBsAg Non Reactive Non Reactive
VII. RESUME
Seorang Wanita, 56 tahun, masuk Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
dengan keluhan nyeri pada tungkai kiri yang dialami 6 jam sebelum masuk
Rumah Sakit karena ditabrak oleh pengendara motor. Mekanisme trauma :
Pasien sedang menyebrang jalan, dan tiba-tiba pasien ditabrak pengendara
motor dari arah kiri pasien, kemudian pasien terjatuh ke arah kanan.
Dari pemeriksaan fisis, didapatkan pada inspeksi tampak luka laserasi di
aspek medial setinggi 1/3 medial cruris, ukuran < 1 cm, deformitas ada,
edema ada, hematoma ada. Pada palpasi ditemukan adanya nyeri tekan.
Range of Motion pada sendi lutut dan ankle sulit dinilai karena nyeri. Pada
pemeriksaan neurovaskuler distal dalam batas normal.
Dari pemeriksaan radiologi, ditemukan adanya fracture transversal os tibia
dextra dan fraktur 1/3 transversal os fibula dextra.
VIII. DIAGNOSIS
Open fracture transversal 1/3 medial left tibia grade I
Open fracture transversal 1/3 medial left fibula grade I
IX. PENATALAKSANAAN
IVFD
Analgesik
Antibiotik
Vaksin tetanus
Debridement
Rencana Open Reduction Internal Fixation
DISKUSI
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
I. PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari
adanya retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan kortex sehingga tulang
terenggang baik secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang.
Jika kulit diatas fraktur masih utuh maka disebut fraktur tertutup, jika kulit
terhubung dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, hati-hati
terhadap kontaminasi dan infeksi.1
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau
tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.1,2,3
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis
Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
pada tahun 2006 di Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalu lintas, 249
kasus atau 14,7% nya mengalami fraktur femur.1
Fraktur tibia dan fibula merupakan fraktur yang paling banyak dari
fraktur tulang panjang. Populasi rata-rata menunjukkan bahwa sekitar 26
tibia diafisis mengalami fraktur per 100.000 populasi per tahun.2
II. ANATOMI
Tibia adalah tulang tubular panjang dangan penampang berbentuk
segitiga. Batas anteromedial dari tibia adalah jaringan subkutan dan
dikelilingi oleh empat buah fasia yang membentuk kompartemen (anterior,
lateral, superficial posterior dan deep posterior). Otot dari kompartemen
anterior adalah untuk dorsofleksi atau ekstensi ibu jari kaki. Sedangkan otot
dari kompartemen lateral, superficial posterior dan deep posterior fleksi
bagian plantar kaki.3,4,5
Fibula adalah tulang yang tipis pada bagian lateral tubuh dari tungkai
bawah. Ini bukan merupakan bagian dari artikulatio pada sendi lutut, tetapi
dibawah dari malleolus lateralis dari sendi pergelangan kaki. Ini bukan
merupakan bagian dari penopang berat tubuh, tetapi ini merupakan bagian
dari perlengketan otot. Fibula ini luas pada bagian proksimal, corpus dan
distal. 6
Suplai darah
Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior, yang
memasuki korteks posterolateral distal sampai ke origin dari muskulus
soleus. Pada saat pembuluh darah memasuki kanalis intermedullaris, ia
terbagi menjadi tiga cabang asendens dan satu cabang desendens. Cabang-
cabang ini yang kemudian membentuk endosteal vascular tree, yang
beranastomose dengan arteri periosteal dari arteri tibialis posterior.3
Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena
perjalanannya yang melalui sebuah celah padah membran interosseus.3
Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan terjadi aliran
melalui korteks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting. Hal
ini menekankan pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum selama
fiksasi.3
Fibula berperan sebesar 6%-17% dalam menopang berat badan. Pada
bagian leher fibula berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat
dengan permukaan kulit. Hal ini menyebabkan nervus peroneus komunis
rentan terhadap trauma langsung pada daerah leher fibula. 3
Gambar 5. Tibia dan Fibula4
(b)(a)
Gambar 6. Kompartemen dari tungkai bawah
(a) Anterior compartment; (b) Lateral compartment; (c) Superficial posterior compartment;
(d) Deep posterior compartment. 5
III. MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR
Fraktur dapat disebabkan dari kecelakaan, stress yang berulang
maupun gangguan pada tulang (fraktur patologis). (1,2,3,7,8)
1. Fraktur yang disebabkan karena kecelakaan
Pada umumnya fraktur disebabkan oleh kekuatan yang berlebihan
yang terjadi secara tiba-tiba, yang dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung.
Langsung
(c) (d)
o Energi tinggi: kecelakaan kendaraan bermotor
Sebagian besar berupa fraktur transversal, comminuted,
displaced fractures.
Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat tinggi.
o Penetrasi: luka tembakan
Pola luka bervariasi.
Pada senjata genggam dengan kecepatan rendah tidak dapat
menyebabkan gangguan pada tulang maupun kerusakan
jaringan seperti yang disebabkan oleh energy tinggi
(kecelakaan bermotor) atau kecepatan tinggi (senjata
tembak dan senjata mematikan lainnya).
o Bending: three- or four-point (ski boot injuries)
Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat
timbul, dengan kemungkinan menghasilkan potongan
butterfly.
Timbulnya crush injury.
Pola comminuted dan segmental sangat berhubungan
dengan kerekatan janringan disekitarnya.
Kemungkinan terjadinya kompartemen sindrom harus
diperhatikan
o Fraktur corpus fibula: Akibat dari trauma langsung dari bagian
lateral tungkai bawah.
Tidak langsung
o Mekanisme terpelintir
Terputarnya kaki dan terjatuh dari ketinggian rendah
merupakan penyebab utama.
Spiral, tidak ada pergeseran pada bagian fraktur yang
memiliki hubungan yang sedikit terhadap kerusakan
jaringan sekitar.
o Fraktur Stres
Pada pelatihan militer, jenis kecelakaan ini sangat sering
timbul pada sambungan antara metafisis dan diafisis,
ditandai dengan bagian sklerotik pada kortex postero
medial.
Pada penari balet, fraktur ini biasanya muncul pada 1/3
tengah, yang biasanya tersembunyi akibat penggunaan yang
berlebihan.
Temuan radiologi dapat tertunda sampai beberapa minggu.
2. Fraktur karena stres berulang:
Fraktur jenis ini muncul pada tulang yang normal yang menanggung
berat secara berulang-ulang, biasanya terjadi pada atlet, penari dan anggota
militer yang selalu melakukan latihan. Beban yang berat akan menimbulkan
deformitas yang menginisiasi proses normal dari remodeling tulang,
gabungan dari proses reabsropsi tulang dan pembentukan tulang baru sesuai
dengan hukum Wolff’s. Ketika terpajan oleh stress serta proses deformasi
yang berulang dan memanjang, reabsorpsi timbul lebih cepat daripada
penggantian, sehingga meninggalkan daerah yang kosong dan menyebabkan
fraktur. Masalah yang sama timbul pada orang yang sedang dalam
pengobatan sehingga mengganggu keseimbangan proses reabsorpsi dan
penggantian tulang baru.
3. Fraktur Patologi:
Fraktur dapat terjadi dengan stres yang normal jika tulang melemah
akibat perubahan pada strukturnya (contohnya pada osteoporosis,
osteogenesis imperfekta atau Paget’s disease) atau sebuah lesi litik
(contohnya kista pada tulang atau sebuah metastasis).
Gambar 7. Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan mekanisme penyebab:
(a) pola spiral (terputar); (b) pola obliq pendek (kompresi); (c) potongan segitiga ‘butterfly’
(tertarik) dan (d) pola transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang)
seringkali terjadi akibat kecelakaan energi rendah secara tidak langsung; pola tertarik dan
transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara langsung. 1
IV. KLASIFIKASI MULLER
Secara universal, didasarkan pada posisi anatomis, komunikasi dan
berbagai data dari banyak negara dan populasi, yang berkontribusi dalam
penelitian dan tatalaksana. Sebuah klasifikasi alfanumerik yang
dikembangkan oleh Muller dan kawan-kawan saat ini telah diadaptasi dan
direvisi (Muller et al., 1990; Marsh et al., 2007; Slongo and Audige 2007).
Walaupun hal tersebut belum sepenuhnya divalidasi untuk reabilitas dan
reproduksibilitas, sementara diusahakan secara komprehensif.1
Gambar 9 Klasifikasi Muller (a) Masing-masing tulang panjang memiliki tiga segmen-
proximal, diafisis dan distal; fragmen proksimal dan distal dibatasi oleh segiempat dari
ukuran terlebar tulang (b,c,d) fraktur pada segmen diafisis dapat sederhana, tajam maupun
kompleks. (e,f,g) fraktur pada bagian proksimal dan distal dapat berupa ekstraartikular,
partial artikular dari articular lengkap.1
VI. TIPE FRAKTUR DARI TIBIA DAN FIBULA
Gambar 10 (5) Tipe fraktur dari Tibia dan Fibula5
Klasifikasi Gustilo And Anderson untuk fraktur terbuka:3
1. Tipe I : kulit bersih terbuka < 1 cm, biasanya dari dalam keluar; kontusio
otot minimal; fraktur transversal simpel atau oblik pendek.
2. Tipe II : Laserasi > 1cm, dengan kerusakan soft tissue yang luas;
komponen yang hancur minimal hingga sedang; fraktur transversal simpel
atau oblik pendek dengan kominusi yang minimal.
3. Tipe III : kerusakan soft tissue yang luas, termasuk otot, kulit, dan struktur
neurovaskuler;biasanya merupakan trauma high energy dengan komponen
hancur yang berat.
a. III A : Laserasi soft tissue yang luas, penutupan tulang yang
adekuat; fraktur segmental, trauma luka tembak; stripping
periosteal yang minimal.
b. III B : Kerusakan soft tissue yang luas dengan stripping periosteal
dan paparan tulang yang membutuhkan penutupan flap dari soft
tissue; biasanya berkaitan dengan kontaminasi yang masif.
c. III C : Trauma vaskuler yang membutuhkan perbaikan.
VII. DIAGNOSIS
Mendapatkan informasi mengenai riwayat yang lengkap dan
pemeriksaan fisis sangat penting ketika memeriksa seseorang yang diduga
mengalami fraktur tibia. Dapat diketahui bagaimana mekanisme perlukaan,
waktu terjadinya perlukaan dan syndrome nyeri yang akan muncul. Sangat
penting untuk menentukan apakah perlukaan ini termasuk tinggi-atau
rendah energi, perlukaan dengan energi yang tinggi juga akan sangat
signifikan akan mengalami perlukaan jaringan lunak pada sekitar daerah
fraktur.
Fraktur corpus tibia disebabkan oleh perlukaan energi rendah yang
berpotensi dengan keadaan patologik atau kondisi osteopenik. Ini sangat
penting untuk menanyakan mengenai lokasi dan berat ringannya nyeri pada
tungkai bawah termasuk panggul, lutut dan pergelangan kaki. Penanganan
harus hati-hati pada associated injuries. Dari pemeriksaan fisis, biasanya
ditemukan nyeri pada sisi yang fraktur yang berhubungan dengan hematom
dari jaringan lunak.2 Pemeriksaan Neurovascular Distal (NVD) penting
dilakukan. Arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior harus diraba
untuk dievaluasi dan kita laporkan hasilnya, khususnya pada fraktur terbuka
vascular biasanya mengalami gangguan. Nervus peroneal comunis dan
tibialis harus kita lakukan pemeriksaan. 3
IX. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan Radiologi (Foto x-ray) yang harus dilakukan pada fraktur
femur adalah foto AP dan lateral dari femur, sendi hip dan lutut harus
nampak pada foto tersebut. Ditambah dengan foto pelvis proyeksi AP.3
Pemeriksaan radiologi pada fraktur tibia dan fibula harus mencakup
semua tibia (posisi anteroposterior [AP] dan lateral) dengan visualisasi sendi
pergelangan kaki dan sendi lutut. Posisi oblik dapat membantu untuk
melihat karakteristik fraktur. Foto radiologi post- reduksi harus mencakup
lutut dan pergelangan kaki untuk aligment dan rencana preoperatif.3
Seorang ahli bedah sebaiknya melihat ciri - ciri foto radiologi AP dan lateral
seperti berikut: 3
- Lokasi dan morfologi fraktur harus ditentukan.
- Adanya garis fraktur sekunder: garis ini dapat berubah selama operasi.
- Adanya fraktur komminitive: hal ini menandakan cedera- energi
tinggi.
- Jarak fragmen tulang yang telah berubah dari lokasi normalnya:
pergeseran fragmen yang luas menunjukkan bahwa jaringan lunak
yang terikat telah rusak dan fragmen mungkin avaskular.
- Defek osseus: hal ini menunjukkan adanya tulang yang hilang.
- Garis fraktur dapat meluas ke proksimal hingga ke lutut atau ke distal
hingga ke pergelangan kaki.
- Keadaan tulang: Apakah ada bukti adanya osteopenia, metastasis, atau
fraktur sebelumnya?
- Osteoarthritis atau adanya artroplasti lutut: hal tersebut dapat
mengubah metode pengobatan yang dipilih oleh ahli bedah.
- Gas dalam jaringan: hal ini biasanya akibat sekunder dari fraktur
terbuka tetapi juga dapat menandakan adanya gas gangren, necrotizing
fasciitis, atau infeksi anaerob lainnya.
Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos: 1
- Two views - Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya
dari satu posisi foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi
(anteroposterior dan lateral) yang harus diambil.
- Two joints – Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang dapat
fraktur dan mengalami angulasi. Angulasi tidak mungkin terjadi
kecuali tulang lainnya juga rusak, atau sendi dislokasi. Keduanya,
sendi atas dan bawah fraktur harus diambil pada film x-ray.
- Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat
membingungkan dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas
yang tidak terluka diperlukan untuk perbandingan.
- Two injuries – cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada
lebih dari satu level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting
dilakukan foto x-ray pelvis dan spine.
- Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi
segera setelah cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua
minggu kemudian dapat menunjukkan adanya lesi. Contoh umum
adalah undisplaced fraktur ujung distal klavikula, scaphoid, neck
femur dan maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan cedera fiseal
yang tidak berpindah dimanapun terjadi.
Computed tomography dan magnetic resonance imaging (MRI)
biasanya tidak diperlukan. Technetium scan tulang dan MRI dapat berguna
dalam mendiagnosis stress fraktur sebelum cederanya menjadi jelas pada
foto polos. Angiografi diindikasikan jika dicurigai terdapat cedera arteri.3
X. PENATALAKSANAAN
Dari semua penanganan kecelakaan, atasi syok merupakan langkah
awal dan fraktur dibidai sebelum dipindahkan. Bidai fraktur dengan metode
Thomas-type splint untuk mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Berikan
antibiotik dan analgetik intravena.1
Fraktur Tibia Fibula
Non-operative 3
Reduksi fraktur diikut dengan pengaplikasian long leg cast dengan
pemberian beban secara progresif dapat digunakan untuk mengisolasi dan
menutup fraktur berenergi rendah dengan pergeseran dan pola kominutive
yang minimal.
Cast pada lutut dengan sudut fleksi 0-5º untuk memperbolehkan beban
ditopang secepat mungkin oleh pasien dengan percepatan untuk
pemberian beban secara penuh pada minggu kedua dan keempat.
Setelah empat sampai enam minggu, long leg cast dapat diganti
dengan patella-bearing cast atau fraktur brace.
Kesuksesan union mencapai 97%, namun pemberian beban yang
terlambat dapat menyebabkan penyetuan tulang terlambat atau
malunion.
Reduksi fraktur yang dapat diterima
Direkomendasikan angulasi varus/valgus < 5º
Direkomendasikan angulasi anterior/posterior < 10º (disarankan < 5º)
Direkomendasikan deformitas rotasional < 10º dengan eksternal rotasi
dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan internal rotasi.
Pemendekan < 1 cm; 5 mm distraksi dapat menunda penyembuhan antara
8-12 bulan.
Direkomendasikan jika kontak lebih dari 50%.
Diperkirakan, spina iliaca anteroposterior, bagian tengah dari patella dan
dasar dari jari kedua dalam satu garis.
Waktu untuk Union
Waktu rata-rata adalah 16±4 minggu. Hal ini bervariasi tergantung
pada pola fraktur dan kerusakan jaringan.
Union yang terlambat didefinisikan > 20 minggu.
Fraktur Stres Tibia
Pengobatan terdiri dari penghentian aktivitas yang beresiko.
Sebuah short leg cast mungkin diperlukan, dengan ambulation partial-
weight-bearing.
Fraktur Corpus Fibula
Pengobatan terdiri dari weight bearing yang ditoleransi.
Meskipun tidak diperlukan untuk penyembuhan, imobilisasi dalam
waktu singkat dapat digunakan Nonunion: Timbul saat secara klinis
baik secara klinis dan radiologi, memperlihatkan tanda-tanda potensi
untuk union hilang, termasuk lesi sklerotik dan celah yang tidak
berubah dalam beberapa minggu. Nonunion juga didefinisikan sebagai
penyembuhan yang tidak terjadi dalam 9 bulan setelah fraktur.
untuk meminimalkan rasa sakit.
Nonunion jarang terjadi karena lampiran otot yang luas.
Pengobatan Operatif 3
Intramedullary (IM) Nailing
IM nailing memiliki keuntungan dalam menjaga suplai darah periosteal
dan membatasi kerusakan jaringan lunak. Selain itu, keuntungan
biomekaniknya adalah dapat mengontrol alignment, translasi dan
rotasi. Oleh karena itu direkomendasikan pada sebagian besar pola
fraktur.
Locked versus unlocked nail
o Locked nail: Alat ini memberikan kontrol rotasi; efektif dalam
mencegah pemendekan pada fraktur comminutive dan pada
orang-orang dengan kehilangan tulang yang signifikan.
Interlocking screws dapat dibuka pada lain waktu untuk
dinamisasi lokasi fraktur, jika diperlukan, untuk penyembuhan.
o Nonlocked nail: Alat ini memungkinkan impaksi pada lokasi
fraktur dengan weight bearing, tetapi sulit untuk mengontrol
rotasi. Nonlocked nail jarang digunakan.
Reamed versus unreamed nail
o Reamed nail: Hal ini diindikasikan untuk kebanyakan fraktur
tertutup dan terbuka. Hal ini memungkinkan IM splint yang
sangat baik pada fraktur dan penggunaan diameter yang lebih
besar, nail yang lebih kuat.
o Unreamed nail: Hal ini dirancang untuk menjaga suplai darah IM
pada fraktur terbuka di mana suplai periosteal telah hancur. Saat
ini disediakan untuk fraktur terbuka dengan derajat tinggi;
kerugiannya adalah bahwa alat ini secara signifikan lebih lemah
dari reamed nail yang lebih besar dan memiliki risiko yang lebih
tinggi terjadinya implant fatigue failure.
Flexible Nails (Enders, Rush Rods)
Beberapa pin IM yang menggunakan tenaga pegas untuk menahan
angulasi dan rotasi, dengan kerusakan minimal pada sirkulasi medula.
Alat ini jarang digunakan di Amerika Serikat karena dominasi pola fraktur
yang tidak stabil dan sukses dengan interlocking nails.
Hal ini direkomendasikan hanya pada anak-anak atau remaja dengan
physes terbuka.
Fiksasi Eksternal
Terutama digunakan pada fraktur terbuka yang parah, juga dapat
digunakan pada fraktur tertutup dengan komplikasi, seperti sindrom
kompartemen, adanya cedera kepala bersamaan, atau luka bakar.
Popularitasnya di Amerika Serikat telah berkurang dengan meningkatnya
penggunaan reamed nails untuk sebagian besar fraktur terbuka.
Tingkat union: Hingga 90%, dengan rata-rata 3,6 bulan untuk union.
Insiden infeksi saluran pin adalah 10% -15%.
Plates and Screws
Biasanya dilakukan pada fraktur yang meluas ke metafisis atau epifisis.
Tingkat keberhasilan yang dilaporkan adalah 97%.
Tingkat komplikasi infeksi, kerusakan luka, dan malunion atau nonunion
meningkat pada pola cedera-energi yang tinggi.
Fraktur Proksimal Tibia
Fraktur ini mencapai sekitar 7% dari semua fraktur diafisis tibia.
Patah tulang ini terkenal sulit untuk nailing, sering terjadi malaligned,
deformitas tersering adalah valgus dan angulasi apeks apeks.
Nailing membutuhkan penggunaan teknik khusus seperti blocking screws.
Penggunaan plat yang dimasukkan secara perkutaneus sering digunakan
akhir-akhir ini.
Fraktur Distal Tibia
Resiko malalignment ada dengan menggunakan IM nail.
Dengan IM nailing, fibula plating atau penggunaan blocking screws
sekrup dapat membantu untuk mencegah malalignment.
Penggunaan plat yang dimasukkan secara perkuteneus sering digunakan
akhir-akhir ini.
Fraktur Tibia dengan Fibula yang utuh
Jika fraktur tibia yang tidak mengalami pergeseran, pengobatan terdiri dari
long leg cast dengan early weight bearing. Observasi yang cermat
diindikasikan untuk mengenali kecenderungan terjadinya varus.
Beberapa penulis merekomendasikan IM nailing walaupun fraktur tibia
tidak mengalami pergeseran.
Sangat beresiko terjadinya varus jika ada malunion, terutama pada pasien
dengan usia > 20 tahun.
Fasciotomy
Adanya bukti terjadinya kompartemen syndrome yang merupakan indikasi
untuk dilakukan fasciotomy pada semua empat otot kompartemen
tungkai bawah (anterior, lateral, superfisial dan deep posterior)
melalui satu atau beberapa teknik insisi. Setelah operasi fiksasi
fraktur, pembukaan fasia tidak boleh reapproximated.
XI. KOMPLIKASI 3
Komplikasi yang dapat terjadi ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan
komplikasi lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli
lemak, trauma pembuluh darah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan
infeksi. Sedangkan yang termasuk kompliksai lanjut adalah delayed union,
non union, malunion, kaku sendi otot, dan refraktur. 3,9
o Malunion: Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan
posisi anatominya.
o Nonunion: Hal ini terkait dengan cedera- berkecepatan tinggi, fraktur
terbuka (terutama Gustilo grade III), infeksi, fibula yang intak, fiksasi
yang tidak adekuat dan fraktur yang pada awalnya mengalami
pergeseran.
o Dapat terjadi infeksi.
o Dapat terjadi kekakuan pada lutut dan / atau pergelangan kaki.
o Nyeri pada lutut: Hal ini merupakan komplikasi yang paling umum
yang berhubungan dengan IM tibial nailing.
o Kerusakan hardware: Kerusakan nail dan locking screw tergantung
pada ukuran nail yang digunakan dan jenis logamnya. Reamed nail
yang lebih besar memiliki cross screw yang lebih besar; insidens
kerusakan nail dan screw lebih besar pada undreamed nail yang
memanfaatkan locking screw dengan diameteter- kecil.
o Nekrosis akibat suhu dari diafisis tibia dengan reaming merupakan hal
yang tidak biasa dan merupakan komplikasi yang serius. Risiko
meningkat dengan penggunaan reamer yang tumpul dan reaming
dengan kontrol tourniquet.
o Reflex simpatik distrofi: Hal ini merupakan hal yang paling umum
terjadi pada pasien yang tidak bisa menggunakan bear weight early
dan dengan imobilisasi cast yang lama. Hal ini ditandai dengan nyeri
dan bengkak yang diikuti oleh atrofi ekstremitas. Tanda-tanda
radiografi adalah demineralisasi bercak-bercak pada kaki dan distal
tibia serta pergelangan kaki equinovarus. Hal tersebut diobati dengan
stoking kompresi elastis, weight bearing, blok simpatis, dan orthoses
kaki, disertai dengan terapi fisik yang agresif.
o Kompartemen syndrome: Kompartemen anterior merupakan
kompartemen yang paling sering terkena. Tekanan tertinggi terjadi
pada saat reduksi terbuka atau tertutup. Hal ini memerlukan fasiotomi.
Kematian otot terjadi setelah 6 sampai 8 jam. Kompartemen syndrome
deep posterior mungkin terlewatkan karena tidak terkenanya
kompartemen superficial diatasnya, dan menyebabkan claw toes.
o Cedera neurovaskular: Cedera vascular jarang terjadi kecuali jika
cedera berkecepatan tinggi, adanya pergeseran nyata, sering pada
fraktur terbuka. Hal ini paling sering terjadi pada arteri tibialis anterior
yang melintasi membran interoseus tungkai bawah bagian proksimal.
Hal ini mungkin memerlukan saphenous vein interposition graft.
Nervus peroneal komunis rentan terhadap cedera langsung pada fibula
proksimal serta fraktur dengan angulasi varus yang signifikan. Traksi
yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada saraf, dan cetakan
cast/ padding yang tidak adekuat dapat mengakibatkan neurapraksia.
o Dapat terjadi emboli lemak.
o Deformitas claw toes. Hal ini terkait dengan jaringan parut pada
tendon ekstensor atau iskemia dari posterior otot kompartemen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.
2. Bucholz, Robert W.; Heckman, James D. Fractures of The Tibia and Fibula.
In: Court-Brown, Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th
Edition. UK: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p. 1868-76.
3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 4th
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.p. 464-75.
4. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s Atlas of Anatomy 12th edition. New York:
Lippincott William Wilkins. 2009. p. 422-5.
5. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy.
2th Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.
6. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New
York: Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.
7. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer.
2006. 59-60.
8. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
9. Nalyagam S. Injury of The Knee and Leg. In: Solomon L. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 901-3.