case presentation lisa-bedah ortopedi

24
Fraktur cruris dekstra 1/3 tengah terbuka Disusun oleh LISA 1102008140 Pembimbing : Dr. Ismail Jamaluddin, Sp. OT

Upload: adika-tito-dharmadi

Post on 31-Jul-2015

175 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Fraktur cruris dekstra 1/3 tengah terbuka

Disusun oleh

LISA

1102008140

Pembimbing :

Dr. Ismail Jamaluddin, Sp. OT

SMF ILMU BEDAH

RSUD GUNUNG JATI CIREBON

22 MEI 2012

Page 2: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : pelajar

Alamat : majalengka- Cirebon

Agama : islam

Tanggal masuk : 11 mei 2012

Tanggal pemeriksaan : 15 mei 2012

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : nyeri pada tungkai bawah kanan dan sulit digerakkan.

Riwayat penyakit sekarang

Pasien laki-laki 21 tahun datang ke IGD RSUD Gunung Jati jam 13.45 WIB atas rujukan RS. C dengan diagnosis fraktur terbuka cruris dekstra. Keadaan pasien saat tiba di IGD, kepala bagian belakang atas kiri ada bekas 3 jahitan, bibir bawah kanan bekas jahitan, luka lecet di tangan dan kaki kiri ukuran 3x2x2cm. tungkai kanan di balut perban, setelah perban dibuka pada tungkai kanan pasien terdapat bulla, bengkak, merah, penonjolan tulang keluar kulit, tak tampak deformitas, nyeri bila digerakkan dan nyeri bila ditekan, .

2 hari yang lalu (9 mei 2012, sekitar jam 12.00 wib) pasien mengalami kecelakaan lalu lintas antara motor dan motor di daerah gambiran. Pasien berkendara dengan kecepatan kira-kira 40km/jam, pasien ditabrak dari arah berlawanan, dan terjatuh dengan posisi badan sebelah kanan dibawah tertimpa motornya sendiri. Pasien sadar, dirasakan nyeri pada kepala, tidak ada mual, tidak ada muntah, tidak ada perdarahan dari hidung maupun telinga. Terdapat luka pada kepala kiri, bibir bawah dan kaki kiri. Pasien di bawa ke rumah sakit C, dan dirawat selama 2 hari di RS. C. tungkai kanan bawah pasien dibalut dengan kassa ber betadine dan balutannya tidak di ganti. Pasien mengaku bahwa ia alergi dengan betadine. Saat di buka balutannya terdapat bula pada tungkai bawah kanan.

Riwayat penyakit lainnya : (-)

Riwayat sebelum sakit

Riwayat penyakit dahulu : (-)

Riwayat trauma : (+)

Riwayat pengobatan : (+)

Page 3: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Riwayat operasi : (-)

Riwayat penyakit keluarga : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : kompos mentis, GCS = 15

Vital sign : TD : 110/70 mmHg

RR : 24x/menit

N : 88x/mnt

S : 36,5 0 C

Kepala : normocephal, terdapat bekas jahitan bagian kepala sebelah kiri

Mata : conjungtiva tidak anemis

Sclera tidak ikterik

Pupil bulat, letak central , kanan-kiri isokhor

Reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif.

Gerakan bola mata dapat ke segala arah

Leher : tidak ada pembesaran, tidak ada deviasi trachea, tidak ada perlukaan

THT : tidak ada pembesaran, tidak ada perlukaan, tidak ada perdarahan

Thorax

Cor

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :

Inspeksi : pergerakan paru kanan-kiri simetris

Palpasi : vocal fremitus kanan- kiri sama

Page 4: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Perkusi : sonor di seluruh lapang pandang paru

Auskultasi : vasikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

Inspeksi : permukaan datar, BU tidak terlihat

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak teraba pembesaran

Perkusi : timpani di empat kuadran

Auskultasi : bising usus 16x/menit

Ekstremitas : pada status lokalis

IV. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI UMUM

Status lokalis

Regio cruris dekstra

Inspeksi :

Tungkai kanan dibalut dengan verband dari paha sampai mata kaki, kemudian dibuka :

Warna kulit merah di beberapa tempat, tekstur kulit terdapat bullae ukuran 1-2cm, tidak terdapat pus, tidak terdapat jaringan parut

Tulang terlihat menonjol keluar kulit, yang terlihat hanya sedikit, ukuran 2 cm, sendi membengkak

terdapat bula-bula tidak ada deformitas

palpasi :

suhu kulit hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis pedis teraba

terdapat pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah fraktur, tidak ada spasme otot, tidak ada atropi otot.

Pengukuran panjang tungkai kanan dan kiri sama. krepitasi tidak dilakukan

pergerakan :

gerakan aktif articulatio genu dekstra : terbatas dan terasa nyeri gerakan pasif articulatio genu dekstra : terbatas gerakan aktif articulatio talocruralis dekstra dorsofleksi : terbatas (terpasang verband) gerakan pasif articulatio talocruralis dekstra plantar fleksi : terbatas (terpasang

verband)

Page 5: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

articulation interphalank dekstra bebas

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto rontgen cruris dekstra AP/L tanpa kontras : fraktur pada diafisis os tibia dan fibula dekstraFoto rontgen thorax tanpa kontras : dalam batas normal

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal : 14 mei 2012 WBC : 8,2 103/mm3 (4,0/ 10,0) RBC : 3,93 106/mm3 (4,0/6,20) HGB : 8,8 g/dl (11,0/18,0) HCT : 26,3 % (35,0/55,0) MCV : 67 um3 (80/100) MCHC: 33,6 pg (26,0/34,0)

Tanggal : 15 mei 2012 WBC : 10,4 103/mm3 4,0/ 10,0 RBC : 4,62 106/mm3 (4,0/6,20) HGB : 11,1 g/dl (11,0/18,0) HCT : 35,4% (35,0/55,0)

VII. RESUME

Pasien laki-laki 21 tahun datang ke IGD RSUD Gunung Jati jam 13.45 WIB atas rujukan RS. C dengan diagnosis fraktur terbuka cruris dekstra. Keadaan pasien saat tiba di IGD, kepala bagian belakang atas kiri ada bekas 3 jahitan, bibir bawah kanan bekas jahitan, luka lecet di tangan dan kaki kiri ukuran 3x2x2cm. tungkai kanan terdapat bula, bengkak, merah, penonjolan tulang keluar kulit, tak tampak deformitas, nyeri bila digerakkan dan nyeri bila ditekan, .

Regio cruris dekstra

Page 6: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Inspeksi :

Warna kulit merah di beberapa tempat, tekstur kulit terdapat bullae ukuran 1-2cm. Tulang terlihat menonjol keluar kulit, yang terlihat hanya sedikit, ukuran 2 cm, sendi membengkak

terdapat bullae-bulae

palpasi :

suhu kulit hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis pedis teraba

terdapat pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah fraktur.

pergerakan : gerakan aktif articulatio genu dekstra : terbatas, nyeri gerakan pasif articulatio genu dekstra : terbatas, nyeri gerakan aktif articulatio talocruralis dekstra dorsofleksi : terbatas (terpasang verband) gerakan pasif articulatio talocruralis dekstra plantar fleksi : terbatas (terpasang

verband)

VIII. DIAGNOSIS KERJAFraktur tibia dan fibula dekstra 1/3 tengah, terbuka

IX. RENCANA PENATALAKSANAANKonservatif :

Istirahat, dimaksudkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Debridement luka Rawat luka pada kaki dengan sufratul Pemasangan gips bila luka kering secara sirkuler

Medikamentosa :

Antibiotic :

Ceftriaxone inj 3x1 ampulIndikasi : infeksi yang disebabkan oleh bakteri pathogen pada saluran

nafas, THT, sepsis, meningitis, tulang sendi dan jaringan lunak, intraabdominal genital, profilaksis priopertif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh.

Dosis : dewasa dan anak >12 thn dan anak dgn BB >50 Kg sehari 1x1-2g

Gentamicin inj 2x80mgIndikasi : septicemia, ISK, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi

jaringan lunak.Dosis : sehari 3mg/kgbb/hari terbagi dalam 3 dosis.

Analgesic non narkotic

Page 7: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Ketorolac inj 3x1 ampulIndikasi : untuk penanganan jangka pendek untuk nyeri berat.Dosis : im. Pengobatan jangkanpendek untuk nyeri awal 30-60mg lalu dapat diberikann 15-30mg tiap 6 jam bila perlu.

Meloxicam 2x1 tabIndikasi : terapi simptomatis jangka pendek untuk OA eksaserbasi akut, terapi simptomatis jangka panjang untu AR, gout.

Cefixime 2x1 tabIndikasi : infeksi sekunder luka dan luka bakar, faringitis, tonsillitis,dsb.

Obat tambahan

Excelase 3x1 tabIsi : sanaktase 50 mg, protease 60mg, lipase 20mg, pankreatin 167,74.

Indikasi : defisiensi enzim pankreratin

Dosis : dewasa 3x1 kap sebelum makan.

Vitamin

Vitamin K 1x1 ampul

FISIOTERAPI DAN TERAPI OKUPASI

Bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan gerakan sendi, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan fungsi musculoskeletal. Fisioterapi terutama di aplikasikan untuk pengobatan anggota gerak bawah dan tulang belakang. Sedangkan terapi okupasi lebih diarahkan untuk mengembalikan fungsi sehari-hari anggota gerak atas.

X. PROGNOSISQuo ad vitam : ad bonamQuo ad functionam : ad bonam

Page 8: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Follow up harian :

15-05-2012 Ku : nyeri pada tungkai kanan, perih

Kt : pusing, lemes

Inspeksi kaki : di verband, kaki kanan lebih besar dari yang kiri. Bullae (+)

Palpasi : nyeri tekan (+),arteri dorsalis pedis teraba.

Terapi :IVFD RL 30 gtt/mntCeftriaxone inj 3x1 ampulGentamicin inj 2x80mgKetorolac inj 3x1 ampulExcelase 3x1 tab

Transfuse darah Cek HB setelah transfuse darah

16-05-2012 Ku : nyeri pada tungkai kanan, mulai terasa panas pada luka

Kt : pusing

Inspeksi : di verband, kanan lebih besar dari yang kiri. Bullae (+)

Palpasi : nyeri tekan positif, arteri dorsalis pedis teraba.

Terapi :IVFD RL 30 gtt/mntCeftriaxone inj 3x1 ampulGentamicin inj 2x80mgKetorolac inj 3x1 ampulExcelase 3x1 tab

Rencana debridementRencana pemasangan gips

18-05-2012 Ku : nyeri pada tungkai kanan

Kt : pusing

Inspeksi : di verband, kanan lebih besar dari yang kiri. Bullae (+)

Palpasi : nyeri tekan positif, arteri dorsalis pedis teraba.

Terapi :IVFD RL 30 gtt/mntCeftriaxone inj 3x1 ampulGentamicin inj 2x80mgKetorolac inj 3x1 ampulExcelase 3x1 tab

Dilakukan debridement jam 16.00 WIB

19-15-2012 Ku : nyeri pada tungkai kanan

Kt : pusing

Inspeksi : dipasang spalk pada tungkai kanan melewati 2 sendi sesuai posisi anatomis, terlihat bekas jahitan pada

Terapi :IVFD RL 30 gtt/mntCeftriaxone inj 3x1 ampulGentamicin inj 2x80mgKetorolac inj 3x1 ampulExcelase 3x1 tabVitamin K 1x1 ampul

Page 9: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

daerah fraktur.

Palpasi : nyeri tekan positif, arteri dorsalis pedis teraba.

Perawatan luka dengan sufratul

21-05-12 Ku : nyeri pada tungkai kanan

Kt : pusing

Inspeksi : dipasang spalk pada tungkai kanan melewati 2 sendi sesuai posisi anatomis, terlihat bekas jahitan pada daerah fraktur.Luka membaik

Palpasi : nyeri tekan positif, arteri dorsalis pedis teraba.

Terapi :IVFD RL 30 gtt/mntCeftriaxone inj 3x1 ampulGentamicin inj 2x80mgKetorolac inj 3x1 ampulExcelase 3x1 tabVitamin K 1x1 ampul

Perawatan luka dengan sufratulRencana pemasangan gips secara sirkuler

Page 10: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Os. Tibia

Os. Fibulla

Keterangan :

1. Condylus lateralis2. Condylus medialis3. Tuberositas tibiae4. Facies medialis5. Facies lateralis6. Margo anterior7. Margo interossea8. Margo medialis9. Malleolud medialis10. Linea musculi solei Facies post11. erior12. Sulcus malleolaris13. Facies articularis superior condyli lateralis14. Facies artikularis superior medialis15. Foramen nutricium

Keterangan :

1. Apex capitis fibulae2. Caput fibulae3. Facies lateralis4. Facies medialis5. Margo anterior6. Margo interossea7. Margo posterior8. Crista medialis9. Facies posterior10. Malleolus lateralis11. Sulcus tendo musvuli peroneorum12. Facies articularis malleoli

Keterangan :

1. Tendo achiles2. M. gastrocnemeus caput lateral3. M. gastrocnemeus caput medial4. M. Plantaris

O : crista supracodylaris femoris lateralisI : facies posterior calcaneus

Page 11: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Keterangan :

1. M. tibialis anteriorO : facies lateralis corpus tibia dan mebrana interosseaI : Cuneiform mediale dan basis os. Metatarsale I

2. M. extensor digitorum longusO : facies anterior corpus fibulaI : ekspansi extensor keempat jari kaki (II –V)

3. M. halucis longusO : facies anterior corpus fibula I : basis phalanges distal ibu jari kaki

4. M. peroneus longusO : facies lateralis corpus fibulaI : basis ossis metatarsale I dan cuneforme medial

5. M. peroneus brevesO: facies lateralis corpus fibulaI : basis ossis metatarsal V

Keterangan :

1. M. peroneus longus2. M. gastronemius

O : caput lateral condylus lateralis femoris, caput medial proximal condylus medialisI : tendo calcaneus ke facies posterior calcaneus

3. M. extensor hallucis longusO : facies anterior corpus fibula I : basis phalanges distal ibu jari kaki

4. M. soleusO : corpus tibiae dan fibulaeI : melalui tendo calcaneus ke facies posterior calcaneus

5. M. extensor digitorum longusO : facies anterior corpus fibulaI : ekspansi ekstensor keempat jari yang lateral

6. M. peroneus brevisO : facies anterior corpus fibulaI : basis os metatarsale V

Keterangan :

1. M. popliteusO : facies lateralis condylus lateralis femoralisI : facies posterior corpus tibiae diatas linea musculi solei

2. M. tibialis posteriorO : facies posterior corpus tibiae, fibulae, dan membrane interosseaI : tuberositas ossis naviculare dan tulang-tulang dekatnya

3. M. flexor digitorum longusO : facies posterior corpus tibiaeI : basis phalange distal empat jari kaki lateral

4. M. flexor hallucis longusO : facies posterior corpus fibulaeI : basis phalanges distal ibu jari kaki

Page 12: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Fraktur pada batang tibia dan fibula merupakan fraktur yang lebih sering terjadi dibandingkan dengan batang tulang panjang yang lain. Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati di ruang Orthopedi periode Januari 2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang mengalami fraktur Tibia Fibula berjumlah 31 orang (5,59%).

Periosteum yang menutupi tibia pada orang dewasa tipis, terutama di atas batas subkutannya dan mudah robek sehingga fraktur pada batang tibia sering dengan pergeseran yang luas. Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja.

Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:

1. Fraktur proksimal tibia2. Fraktur diafisis3. Fraktur dan dislokasi pada  pergelangan kaki

FRAKTUR DIAFISIS

Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral. Fraktur jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi:

a)      Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa

Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa tanpa mematahkan fibula:

1) Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara transversal atau oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga dapat membidai fragmen, dan pergeseran akan sangat terbatas.

2) Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan fraktur oblik spiral hampir tanpa pergeseran dan cedera jaringan lunak yang sangat terbatas.

Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal, tinggalkan fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan anestesi dan reduksikan.

b)      Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak

Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan fibula yang intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimal dengan fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversal dengan atau tanpa fraktur fibula.

c)      Fraktur Tertutup Pada Korpus Fibula

Page 13: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula secara transversal. Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi pergeseran atau hanya sedikit pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat berdiri. Otot-otot tungkai menutupi tempat fraktur, sehingga memerlukan sinar-X untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu asalkan persendian lutut normal, biarkan pasien berjalan segera setelah cedera jaringan lunak memungkinkan. Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom diresorbsi.

d)     Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula

Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada tungkai bawah secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser ke arah lateral, bertumpang tindih, dan berotasi. Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan adalah reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat dan dikoreksi. Perawatan tergantung pada apakah terdapat pemendekan. Jika terdapat pemendekan yang jelas, maka traksi kalkaneus selama seminggu dapat mereduksikannya. Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak menjadi masalah karena akan dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian, pemendekan sebaiknya dihindari.

Mekanisme Trauma Fraktur dapat diakibatkan trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma

langsung energi tinggi diakibatkan kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian lebih dari 4 m. Fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka. Trauma langsung energi rendah diakibatkan cedera pada waktu olah raga. Biasanya fraktur yang terjadi fraktur tertutup.

Trauma tidak langsung diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri berupa torsi tubuh, kekuatan trauma disalurkan melalui sendi.

Trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe tranversal atau oblik pendek, sedangkan

trauma rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal sedangkan fraktur fibula pada batas 1/3 bagian tengah dengan 1/3 bagian proksimal, sehingga fraktur tidak terjadi pada ketinggian yang sama. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka.

Gambaran KlinisDaerah yang patah tampak bengkak, tampak deformitas angulasi atau endo/eksorotasi, ditemukan nyeri gerak dan nyeri tekan pada daerah yang patah. Sering ditemukan penonjolan tulang keluar kulit.

Page 14: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.

b. Stadium Proliferasi

Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.

c. Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.

d. Stadium Konsolidasi

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.

e. Stadium Remodelling

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma. Radiologi, umumnya cukup dibuat 2 proyeksi, anterior posterior dan lateral. Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan lokalisasi fraktur, jenis fraktur, apakah fraktur pada tibia dan fibula atau hanya pada tibia saja atau fibula saja. Juga dapat ditentukan apakah fraktur bersifat segmental.

b)  Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c) Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d) Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

Page 15: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

e) Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

penatalaksanaan Fraktur :

Non Operatif

1. Reduksi

Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan tarikan atau traksi.

2. Imobilisasi

Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.

3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan

Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle, memperkuat otot kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi normal

Operatif

Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:

a. Absolut

-  Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi dalam penyembuhan dan perawatan lukanya.

-  Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya darah di tungkai.

- Fraktur dengan sindroma kompartemen.

- Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga mengurangi nyeri.

b. Relatif, jika adanya:

-          Pemendekan

-          Fraktur tibia dengan fibula intak

-          Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Fiksasi eksternal

a. Standar

Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka

Page 16: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat memperlambat kemungkinan penyembuhan.

b. Ring Fixators

Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks.

c. Open reduction with internal fixation (ORIF)

Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada penyembuhan luka operasi.

Page 17: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

d. Intramedullary nailing

Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak.

2. Amputasi

Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus tibia dan pada crush injury dari tibia.

Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

Page 18: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

1) Kelakuan sendi

2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

Page 19: Case Presentation Lisa-bedah Ortopedi

DAFTAR PUSTAKA

Rasjad, Chairudddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi, bintang lamumpatue, makaassar : 2003.

Arthur C. Guyton, John E. Hall. Textbook of medical physiology.11th ed. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 982-3.

Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green. Fractures in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 2081-93.