ca mame
TRANSCRIPT
![Page 1: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTIFIKASI
Nama : Ny.SY
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dalam kota
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
MRS : 11 Maret 2014
1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tanggal 2 April 2014)
Keluhan utama :
Benjolan pada payudara kanan
Keluhan tambahan :
Kulit pada payudara kanan menjadi kemerahan
Riwayat perjalanan penyakit :
± 8 bulan SMRS penderita mengeluh timbul benjolan sebesar kelereng di
payudara kanan disertai nyeri yang hilang timbul. Keluar cairan atau darah dari
puting susu tidak ada. Timbul benjolan di ketiak tidak ada. Penderita tidak
mengeluh adanya nyeri tulang, rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak dan sakit
kepala. Penderita mengaku belum berobat.
± 2 minggu SMRS penderita mengeluh kulit di payudara kanan memerah
namun benjolan dirasakan tidak membesar dan disertai rasa nyeri yang hilang
timbul. Keluar cairan atau darah dari puting susu tidak ada. Tidak ada benjolan di
tempat lain. Batuk dan sesak nafas tidak ada. Nyeri pada tulang tidak ada. Rasa
nyeri dan penuh di ulu hati tidak ada. Nyeri kepala hebat tidak ada. Penderita
1
![Page 2: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/2.jpg)
datang berobat ke poli bedah RSMH, dikatakan sakit tumor payudara kanan dan
dirawat.
± 6 minggu MRS dilakukan tindakan biopsi eksisi pada penderita,
dikatakan hasilnya tumor jinak dan tidak perlu dilakukan pengangkatan payudara.
Benjolan yang menonjol sebesar kelereng pada puting dipayudara dirasakan tidak
ada lagi.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengalami menarche saat berusia 11 tahun dan masih menstruasi
secara teratur hingga sekarang.
Pasien melahirkan anak pertama sekitar usia 24 tahun. Pasien memiliki 4
orang anak .
Pasien pernah menggunakan KB berupa suntikan selama 3 tahun dan pil
selama 2 tahun
Pasien menyusui anak hingga usia 1 tahun hanya pada payudara kanan
karena anak tidak mau menyusu dari payudara kiri.
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Pasien menyangkal adanya penyakit yang sama dalam keluarga.
1.3. PEMERIKSAAN FISIK (2 April 2014)
Status generalis :
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
RR : 18 x/ menit
Nadi : 82 x/ menit
Suhu : 36,6 oC
Keadaan gizi : overweight
Kepala : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Pupil : isokor, reflek cahaya +/+
Leher : Tidak ada kelainan
2
![Page 3: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/3.jpg)
Thorax : Lihat status lokalis
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan
Status Lokalis
Regio Thorax anterior
I : Payudara kiri dan kanan simetris.
P : Sonor pada kedua hemithoraks.
A : Suara napas vesikuler (+) normal pada kedua hemithoraks
Regio Mamma Dextra
I : Tampak jahitan bekas biopsi eksisi pada tepi areola bagian atas,
terdapat warna kulit tidak sama dengan sekitarnya (kemerahan)
pada kuadaran medial bawah.
P : Teraba massa pada kuadran sentral, permukaan rata, konsistensi
keras, batas tegas, ukuran 10 cm x 7 cm x 4 cm, nyeri tekan tidak
ada, mobile, tidak keluar nipple discharge.
Pemeriksaan KGB
KGB Supra Klavikula
Inspeksi: tidak tampak benjolan.
3
![Page 4: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/4.jpg)
Palpasi: Tidak teraba pembesaran KGB.
KGB Infra Kavikula
Inspeksi: tidak tampak benjolan.
Palpasi: Tidak teraba pembesaran KGB.
KGB Axilla Dextra
Inspeksi: tidak tampak benjolan.
Palpasi: Tidak teraba pembesaran KGB.
Regio Mamma Sinistra
I : Tidak ada kelainan.
P : Tidak ada kelainan.
Pemeriksaan KGB
KGB Supra Klavikula
Inspeksi: tidak tampak benjolan.
Palpasi: Tidak teraba pembesaran KGB.
KGB Infra Kavikula
Inspeksi: tidak tampak benjolan.
Palpasi: Tidak teraba pembesaran KGB.
KGB Axilla Sinistra
4
![Page 5: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/5.jpg)
Inspeksi: tidak tampak benjolan.
Palpasi: Tidak teraba pembesaran KGB.
1.4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (Tanggal 28 April 2014)
1. Pemeriksaan darah rutin
Hb : 13,3 gr/dL
Ht : 37 %
WBC : 9.600/mm3
PLT : 337.000/mm3
Faal hemostasis
Waktu perdarahan : 1 menit
Waktu pembekuan: 9 menit
SGOT : 40 U/L
SGPT : 54 U/L
Protein total : 8,2 g/dl
Albumin : 4,2 g/dl
Globulin : 3,7 g/dl
BSS : 120 mg/dl
Ureum : 23 mg/dl
Kreatinin : 0,49 mg/dl
Natrium : 138 mEq/L
Kalium : 4,0 mEq/L
Pemeriksaan Radiologis
5
![Page 6: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/6.jpg)
Pada pemeriksaan foto Rontgen torak PA didapatkan:
- CTR > 50%, cor membesar
- corakan bronkovaskuler normal
- tidak tampak infiltrat
- diafragma kanan dan kiri licin
- sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
- tulang-tulang baik
- soft tissue baik.
Kesan: kardiomegali dan tidak tampak metastasis ke jaringan paru
1.5. DIAGNOSIS
Tumor mamma dekstra post biopsi eksisi
1.6. PENATALAKSAAN
Edukasi
Ciprofloxacin 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Ganti verban perhari
I. 7 PROGNOSIS
6
![Page 7: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/7.jpg)
Prognosis kanker payudara berdasarkan stadium klinik
Stadium IIIB memiliki 5 tahun survival rate 30% dan 10 tahun survival
rate 20%
Keterlibatan histologik KGB aksila
Tidak ada keterlibatan histologik KGB aksila memiliki 5 tahun survival
rate 80% dan 10 tahun survival rate 65%
Ukuran tumor
Ukuran tumor 3-4 cm 10 tahun survival rate 55%
BAB II
7
![Page 8: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/8.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Payudara dewasa
terletak di hemithoraks kanan dan kiri dengan dasar terletak pada iga kedua
sampai keenam. Bagian medial payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral
sejajar garis aksilaris anterior.Pada bagian lateral atasnya, jaringan kelenjar ini
keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor
payudara.payudara terletak di atas lapisan fascia otot pektoralis mayor pada dua
pertiga superomedial dan otot seratus anterior pada sepertiga lateral bawah.1,2
Payudara terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, jaringan
lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening serta otot dan fascia.
Parenkim epitelial dibentuk oleh 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-
masing mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus. Di
dalam lobus terdapat 40 atau lebih lobulus. Satu lobulus mempunyai diameter 2-3
mm. Masing-masing lobulus mengandung 10 sampai 100 alveoli (acini) yang
merupakan unit dasar sekretori. Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis
superficialis yang bagian anterior dan posteriornya dihubungkan oleh ligamentum
cooper sebagai penyangga.1,2
Perdarahan payudara berasal dari : 1,2,3
1. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna yang memperdarahi tepi
medial glandula mammae
8
![Page 9: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/9.jpg)
2. Rami pektoralis a. thorakoakromialis yang memperdarahi glandula
mammae bagian dalam (deep surface)
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) yang memperdarahi bagian
lateral payudara
Pembuluh darah lain yang penting meskipun tidak memperdarahi glandula
mammae adalah a.thorakodorsalis. Pada tindakan mastektomi perdarahan terjadi
karena akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol sehingga daerah ini disebut “The
Bloody Angle”.
Sedangkan vena pada payudara berasal dari : 1,2,3
1. Cabang-cabang perforantes v.mammaria interna
2. Cabang-cabang v. Aksilaris
a. v. thorakoakromialis
b. v. thorakodorsalis
c. v. thorakolateralis
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara pada v.azygos
(melalui vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru).
Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh saraf
simpatis. Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari nervus
supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus interkostal torasika 3-4.
Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang anterior nervus interkostal
torasika. Kuadran lateral atas payudara dipersarafi terutama oleh nervus
interkostobrakialis (C8 dan T1). 1,2,3
Pada mastektomi dengan diseksi aksila n.interkostobrakialis dan
n.kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian
medial lengan atas sedapat mungkin dipertahankan agar tidak terjadi mati rasa di
9
![Page 10: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/10.jpg)
daerah tersebut. Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor,
n.torakodorsalis yang mengurus m.lattisimus dorsi dan n.torakalis longus yang
mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi
dengan diseksi aksila. 1,2,3
Sistem limfatik pada payudara terdiri dari : 2,3
1. Pembuluh getah bening
a. Pembuluh getah bening aksila
b. Pembuluh getah bening mammaria interna
c. Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial
bawah payudara
2. Kelenjar getah bening aksila
Terdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila
a. Kelenjar getah bening mammaria eksterna
1) Kelompok superior setinggi interkosta II-III
2) Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI
b. Kelenjar getah bening skapula
c. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
1) Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)
2) Kelenjar getah bening v.aksilaris
3) Kelenjar getah bening subklavikula
4) Kelenjar getah bening prepektoral
5) Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Pengaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi
ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50
(berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri
dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok
10
![Page 11: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/11.jpg)
anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat
sepanjang vena aksilaris dan yang berlanjut ke kelenjar servikal bagian kaudal
dalam di fossa supraklavikular.2,3
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialanh mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofisi telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari ke-8 menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik
terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto
mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu
II. 2 Definisi
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker ini bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
II. 3 Etiologi
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau
beberapa gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling
berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah
11
![Page 12: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/12.jpg)
gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada
kromosom 13. Gen keempat yang juga terlihat adalah gen reseptor androgen pada
kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada
pria. Etiologi kanker payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga
sekarang namun yang diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap
mutagen. Mutagen ini dapat berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti
lipid peroksidase dan malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen seperti
radiasi. 4
II. 4 Faktor Resiko
Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa
faktor resiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara.
Beberapa alasannya sebagai berikut:
a. Faktor Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan resiko kanker
payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di
atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang
payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40
tahun. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan sebagai
efek dari hormon ovarium pada perkembangan penyakit.1,3,5
b. Jenis kelamin
Insiden kanker payudara pada pria dibandingkan dengan wanita
adalah 1:100. Kanker payudara lebih sering terjadi pada perempuan.
Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel pada payudara lebih
sering terekspose oleh hormon-hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada payudara.9 Angka kejadian
kanker payudara pada laki-laki hanya 1 %. Kanker payudara pada pria
(male breast cancer) jarang terjadi. Kanker payudara pria paling sering
terjadi pada pria antara usia 60 dan 70 tahun.3
12
![Page 13: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/13.jpg)
c. Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan resiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai resiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah
usia 15 tahun. Resiko kanker payudara berkurang sekitar setengah apabila
menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause
terjadi setelah 55 tahun.2,3,5 Hal ini mungkin disebabkan karena eksposure
hormon estrogen dan progesterone yang berkepanjangan yang
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel payudara.
d. Riwayat Keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker
payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar
diwarisi secara familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan demikian
individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi
untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh
jumlah anggota keluarga yang menderita kanker payudara, sejak usia
berapa mereka menderita kanker dan hubungan mereka terhadap individu
tersebut. Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua kali pada anak
perempuan yang ibunya menderita kanker dan pada wanita yang saudara
perempuannya menderita kanker. Kanker familial ini cenderung terjadi
pada usia lebih muda dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar
disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang mempredisposisi kanker
payudara. Pada keluarga berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota
keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi
BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari
193 wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun
dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada
anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker payudara
familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain
seperti colon, ovarium dan uterus.1,2,3
13
![Page 14: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/14.jpg)
e. Faktor Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi menunjukkan peran hormon seks
dalam perkembangan kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi
proliferasi sel-sel dan jaringan payudara serta meningkatkan
karsinogenesis payudara pada hewan percobaan, namun bukti-bukti
epidemiologisnya pada manusia masih merupakan konflik. Mungkin hal
ini disebabkan oleh kesulitan dalam pengukurannya. Sebuah studi populasi
pada wanita postmenopause yang berasal dari negara berisiko tinggi
menunjukkan level serum oestradiol rata-rata sekitar 20% lebih tinggi
daripada wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko rendah. Studi
case-control lain menunjukkan wanita dengan kanker payudara
mempunyai level progesterone yang lebih tinggi dari kelompok kontrol
pada analisis yang terbatas pada saat ovulasi. Prolactin adalah mitogen
dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang penting untuk
perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi perannya pada
kanker payudara manusia belum jelas. Meskipun demikian terdapat bukti-
bukti yang meyakinkan bahwa level prolaktin dipengaruhi oleh sejumlah
even yang juga mempengaruhi risiko kanker payudara.1,2,3
Faktor hormon merupakan faktor yang banyak berpengaruh pada
timbulnya kanker payudara, seperti mendapat haid pertama (menarke)
kurang dari 12 tahun risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi daripada wanita
dengan menarke yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun,
mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun risikonya 1,5 kali lebih
tinggi, tidak menikah /nullipara atau tidak pernah melahirkan anak
risikonya 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang kawin dan punya
anak, melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun risikonya 2 kali
lebih besar, dan tidak pernah menyusui anak risikonya lebih tinggi untuk
mendapat kanker payudara.2,6
f. Faktor Radiasi
14
![Page 15: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/15.jpg)
Pernah mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding
dada, misalnya untuk pengobatan keloid risikonya 2-3 kali lebih tinggi.
Radiasi pada usia di bawah 16 tahun mempunyai risiko100 kali, radiasi
sebelum umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali. Pada usia 20-29 tahun
risiko 6 kali dan setelah usia 30 tahun risko tidak bermakna2,6
g. Pernah menggunakan obat hormonal
Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen seperti terapi
pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga dianggap berpengaruh
terhadap risiko kanker payudara. Terapi pengganti hormon meningkatkan
risiko kanker payudara pada orang-orang yang baru atau sedang
menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun). Risiko meningkat sekitar
2% untuk setiap satu tahun penggunaan. Kontrasepsi oral juga dikatakan
dapat meningkatkan risiko bila digunakan jangka panjang. Pada penelitian
terbukti kontrasepsi oral hanya sedikit meningkatkan risiko kanker
payudara yaitu sebesar 1,24% pada orang yang sedang menggunakan dan
sebesar 1,16% pada orang yang telah berhenti menggunakan 1-4 tahun
sebelumnya. Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 8-10 tahun
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.1,2,3,6
h. Pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat
tumor jinak (kelainan fibrikostik dan fibroadenoma) atau tumor ganas
payudara kontralateral atau operasi ginekologis-tumor ovarium risikonya
3-9 kali lebih besar.1,3,6
i. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup seperti diet tinggi kalori, diet tinggi lemak,
konsumsi alkohol dan merokok serta obesitas pada menopause. Perbedaan
insiden kanker payudara di dunia menunjukkan bahwa diet mungkin
memegang peranan penting dalam perkembangan kanker payudara. Diet di
negara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi. Wanita
15
![Page 16: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/16.jpg)
dari negara Barat mempunyai resiko terkena kanker payudara enam kali
lebih tinggi dari wanita Asia dan negara berkembang lain.1,3,5
II. 5 Epidemiologi
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering ditemui pada
wanita di dunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh wanita.
Sebanyak 519.000 wanita dilaporkan mengalami kematian akibatnya pada tahun
2004. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya
sebanyak 350.000 diantaranya ditemukan di negara maju, sedangkan sisanya
ditemukan di negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, kira-kira
175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara.1
Di sebagian besar negara di Asia, insiden kanker payudara berdasarkan
Age Standardized Ratio (ASR) masih rendah walaupun angka tersebut mencapai
lebih dari 50 per 100.000 penduduk (world standardized rate) di Manila, Filipina
dan Karachi selatan, Pakistan.(3) Kanker payudara merupakan penyebab utama
dalam hal insiden dan kematian yang terjadi akibat kanker pada wanita. Pada
tahun 2000 insiden kanker payudara di Indonesia berdasarkan ASR adalah sebesar
20,6 (20,6 per 100.000 penduduk) dengan mortalitas sebesar 10,1 (10,1 per
100.000 penduduk) atau se banyak 10.753 orang. Sedangkan pada tahun 2005
mortalitas akibat kanker payudara menurut ASR adalah sebesar 10,9 per 100.000
penduduk dengan jumlah kematian sebanyak 12.352 orang. Kanker payudara
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, karena morbiditas dan
mortalitasnya yang tinggi.7
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak setelah kanker leher
rahim pada wanita di Indonesia. Di Indonesia, karena tidak tersedianya registrasi
berbasis patologi dengan insiden relatif 11,5% (artinya 11-12 kasus baru per
100.000 penduduk berisiko3,7,8
II. 6 Stadium Klinis
Stadium klinis dapat digunakan untuk menentukan jenis pengobatan dan
prognosis. Selain itu, juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis
pengobatan dan prognosis yaitu:
16
![Page 17: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/17.jpg)
a. Jenis sel kanker
b. Gambaran kanker
c. Respon kanker terhadap hormon: kanker yang memiliki reseptor estrogen
tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca
menopause.
d. Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.
Kanker payudara diklasifikasikan berdasarkan sistem TNM (Tumor,
Nodus limfatikus regional, dan Metastasis) oleh AJCC (American Joint
Committee on Cancer) dan UICC (Union Internationale Contre Cancere) tahun
2002 sebagai berikut:3,6,8
T = ukuran tumor primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget) Penyakit paget pada puting tanpa adanya tumor
T1 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya ≤ 2 cm
T1mic Adanya mikroinvasi ukuran ≤ 0,1 cm
T1a Tumor dengan ukuran > 0,1 - 0,5 cm
T1b Tumor dengan ukuran > 0,5 – 1 cm
T1c Tumor dengan ukuran > 1 – 2 cm
T2 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya > 2 – 5 cm
T3 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya > 5 cm
T4Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi lansung ke dinding dada
atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)
T4bEdema (termasuk peau d’ orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit
yang terbatas pada 1 payudara
T4c Mencakup kedua hal di atas
17
![Page 18: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/18.jpg)
T4d Mastitis karsinomatosa
N = Kelenjar getah bening regional
Nx KGB regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya)
N0 Tidak terdapat metastasi KGB
N1 Metastasi KGB aksila ipsilateral yang mobil
N2
Metastasiske KGB aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau
adanya pembesaran KGB mamaria interna ipsilateral (terdeteksi
secar klinis, dengan pemeriksaan fisik atau imaging (di luar
limfoscintigrafi))
N2aMetastasispada KGB aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain
N2bMetastasis hanya pada KGB mamria interna ipsilateral secara klinis
dan tidak terdapat metastasis pada KGB aksila
N3
Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis KGB aksila atau klinis terdapat metastasis pada KGB
mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada KGB aksila;
atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa metastasis pada KGB aksila/mamaria interna.
N3a Metastasis ke KGB infraklavikular ipsilateral
N3b Metastasis ke KGB mamaria interna dan KGB aksila
N3c Matastasis ke KGB supraklavikula
Patologi (pN)a
pNxKGB regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya atau
tidak diangkat)
pN0Tidak terdapat metastasis ke KGB secara patologi, tanpa
pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells (ITC)
ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran tidak lebih
dari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi dengan pewarnaan imunohistokimia
(IHC) ata metode molecular lainnya tapi masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak
selau menunjukkan adanya aktivitas keganasan seperti proliferasi atau reaksi
18
![Page 19: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/19.jpg)
stromal.
pNO(i-) Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis, IHC negatif.
pNO(i+)Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis, IHC positif. Tidak
terdapat kelompok IHC yang lebih dari 0,2 mm.
pNO(mol-)Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis, pemeriksaan
molecular negatif (RT-PCR)b
pNO(mol+
)
Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis, pemeriksaan
molecular positif 9RT-PCR).
a. Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa pemeriksaan
sentinel node. Klasifikasi berdasarkan hanya pada diseksi sentinel node tanpa
diseksi KGB aksila ditandai dengan (sn) untuk sentinel node, contohnya:
pN0(i+) (sn).
b. RT-PCR: reverse transcriptase/polymerase chain reaction.
pN1
Metastasis pada 1-3 KGB aksila dan atau KGB mamaria interna
(klinis negatif yaitu tidak terdeteksi dengan pencitraan (kecuali
limfoscintigrafi) atau dengan pemeriksaan fisik) secara mikroskopis
yang terdeteksi dengan sentinel node diseksi.
pN1mic Mikrometastasis (> 0,2 – 2,0 mm).
pN1a Metastasis pada KGB aksila 1-3 buah.
pN1b
Metastasis pada KGB (klinis negatif yaitu tidak terdeteksi dengan
pencitraan (kecuali limfoscintigrafi) atau dengan pemeriksaan fisik)
secara mikroskopis yang terdeteksi dengan diseksi sentinel node.
pN1c
Metastasis pada 1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna secara
mikroskopis melalui diseksi sentinel node dan secara klinis negatif
(jika terdapat > 3 buah KGB aksila yang positif, maka KGB mamaria
interna diklasifikasikan sebagai pN3b untuk menunjukkan
peningkatan besarnya tumor).
pN2Metastasis pada 4-9 KGB aksila atau secara klinis terdapat
pembesara KGB mamaria interna tanpa metastasis KGB aksila.
pN2a Metastasis pada 4-9 KGB aksila (paling kurang terdapat 1 deposit
19
![Page 20: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/20.jpg)
tumor lebih dari 2,0 mm).
pN2bMetastasis pada KGB mamaria interna secara klinis tanpa metastasis
KGB aksila.
pN3
Metastasis pada 10 atau lebih KGB aksila; atau infraklavikula atau
metastasis KGB mamria interna (klinis) pada satu atau lebih KGB
aksila yang positif; atau pada metastasis KGB aksila yang positif
lebih dari 3 dengan metastasis mikroskopis KGB mamaria interna
negatif; atau pada KGB supraklavikula.
pN3a
Metastasis pada 10 atau lebih KGB aksila (paling kurang pusat
deposit tumor lebih dari 2,0 mm), atau metastasis pada KGB
infraklavikula.
pN3b
Metastasis KGB mamria interna ipsilateral (klinis) dan metastasis
pada KGB aksila 1 atau lebih; atau metastasis pada KGB aksila 3
buah dengan terdapat metastasis mikroskopis pada KGB mamaria
interna yang terdeteksi dengan diseksi sentinel node yang secara
klinis negatif.
pN3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
M = metastasis jauh
Mx Metastasisjauh belum dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasisjauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Stadium
Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA
T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
20
![Page 21: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/21.jpg)
IIBT2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA
T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB
T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC Tiap T N3 M0
IV Tiap T Tiap N M1
Histopatologi
Kanker payudara mempunyai beberapa tipe histologi khusus yang turut
mempengaruhi prognosis, meskipun stadium klinis lebih berpengaruh. Pada
stadium I tanpa keterlibatan KGB regional 5-year survival rate sekitar 80% untuk
karsinoma duktal invasif dan sekitar 90-95% untuk karsinoma lobular, koloid dan
comedocarcinoma.2
Malignant (carcinoma)
a. Non invasive carcinoma
1. Non invasive ductal carcinoma
2. Lobular carcinoma in situ
b. Invasive carcinoma
1. Invasive ductal carcinoma
a) papillobular carcinoma
b) solid-tubular carcinoma
c) schirrous carcinoma
2. Special types
a) mucinous carcinoma
b) medullary carcinoma
21
![Page 22: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/22.jpg)
c) invasive lobular carcinoma
d) adenoid cystic carcinoma
e) squamous cell carcinoma
f) spindel cell carcinoma
g) apocrine carcinoma
h) carcinoma with cartilaginous and or osseous metaplasia
i) tubular carcinoma
j) secretory carcinoma
k) others
3. Paget’s disease
Berikut penjelasan beberapa tipe histologis dari kanker payudara:3,8
a. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok terbesar (78%) dari
seluruh tumor ganas payudara. Secara mikroskopik tampak proliferasi
anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat duktus.
Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma duktal in situ atau karsinoma
intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa karena tidak ada
komponen scirrhous.
b. Karsinoma lobular (9%)
Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in situ tanpa tanda-tanda
invasi lokal sehingga sering dianggap premaligna dan disebut neoplasia
lobular. Secara histologi menunjukkan gambaran sel-sel anaplastik yang
semuanya terletak di dalam lobulus-lobulus.
c. Comedocarcinoma (5%)
Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan debris sentral.
22
![Page 23: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/23.jpg)
d. Karsinoma medular (4%)
Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan penuh berisi
kelompok sel yang belum berdifferensiasi, tidak teratur dan tidak jelas
membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler. Terdapat banyak sebukan
limfosit yang menjolok pada stroma di dalam tumor.
e. Karsinoma koloid (3%)
Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan kista proksimal berkembang.
f. Karsinoma mukoid/musinus (3%)
Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan secara mikroskopik sel tumor
yang menghasilkan musin tersusun membentuk asinus pada beberapa tempat.
Juga tampak sel-sel cincin stempel (signet ring cells).
g. Karsinoma skirus (schirrous)
Pada pemeriksaan mikroskopik tumor terdiri dari stroma yang padat
dengan kelompok sel epitel yang terlepas atau membentuk kelenjar. Sel-sel
berbentuk bulat atau poligonal, hiperkromatik.
h. Karsinoma inflamasi (1%)
Karsinoma ini memiliki prognosis paling buruk. Sistem limfa dipenuhi
oleh tumor memicu perubahan payudara dan kulit yang mirip infeksi.
i. Penyakit Paget (1%)
Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama yang
menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan
menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil dan areola. Kelainan
ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua dari penderita kanker payudara
umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas adalah adanya penyebukan
epidermis oleh sel ganas yang disebut sel paget. (Mangunkusumo, 1992,
Harris, 1993).
23
![Page 24: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/24.jpg)
II. 7 Diagnosis Kanker Payudara
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam diagnosis kanker
payudara yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang6,7,8
a. Anamnesis
Hal-hal yang perlu kita tanyakan ialah:
1. Identifikasi Pasien
2. Keluhan utama, meliputi benjolan padat (70% dari penderita)
3. Keluhan lain berupa nyeri, nipple discharge, benjolan di tempat lain
seperti di leher dan ketiak
4. Kelainan pada kulit payudara meliputi krusta atau eczema yang tak
sembuh sekitar areola atau papila mamma dengan atau tanpa massa
(Paget disease), dimpling, ulserasi (koreng), dan peau d’ orange
(permukaan kulit payudara seperti kulit jeruk).
5. Perjalanan penyakit meliputi kecepatan pertumbuhan (agresifitas,
doubling time tumor)
24
![Page 25: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/25.jpg)
6. Perubahan berat badan
7. Penurunan nafsu makan
8. Keluhan tambahan, berhubungan dengan metastasis meliputi nyeri
tulang (misalnya vertebra, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak,
sakit kepala hebat, muntah, gangguan kesadaran dan keluhan lainnya.
9. Faktor risiko untuk menjadi kanker payudara
Riwayat menstruasi pertama
Riwayat menopause
Riwayat melahirkan anak pertama
Riwayat menyusui anak
Riwayat penggunaan obat hormonal
Riwayat konsumsi alkohol atau merokok
Riwayat mengalami radiasi di bagian dinding dada
Riwayat trauma pada bagian dada
Riwayat operasi tumor payudara atau area lain
Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau di daerah lain
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker
payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung
soliter, unilateral, padat, keras, irreguler, tidak dapat digerakkan (terfiksir), cepat
membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar secara spontan dari puting susu
(nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling umum dari kanker payudara.
Karakter nipple discharge dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan sepertu
susu menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan
multiwarna atau lengket menandakan ektasia duktus (conmedomastitits). Cairan
serous, serosanguinus, berdarah atau seperti air mungkin menandakan papiloma
(80%) atau karsinoma intraduktal (20%).2
b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan status generalis
Selain tanda vital perlu juga diperiksa performance status
penderita.
25
![Page 26: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/26.jpg)
2. Pemeriksaan status lokalis
Payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen
dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat
pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah lebih kurang
satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik
yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara
secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan1,3
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada
inspeksi dilihat simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit
berupa peau d’orange, kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan
nodul satelit; kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan
adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh
tersebar rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung
diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita yang
payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan mempergunakan
falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang dikerjakan
secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke
distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah
sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi
ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan
pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah
sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti
daripada dengan rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat
membedakan kepadatan massa payudara.
26
![Page 27: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/27.jpg)
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan
kuadran payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial
bawah, dan daerah sentral), ukuran tumor (diameter terbesar),
konsistensi, permukaan, bentuk dan batas-batas tumor, jumlah
tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan sekitar payudara, kulit,
m.pektoralis dan dinding dada.
Pemeriksaan kelenjar getah bening regional
a. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa
aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih
banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan
kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu
kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri
pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di bagian
anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis
di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB
apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan
ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau
ke jaringan sekitarnya.
b. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi
dengan cermat dan teliti.
Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah
paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan radiodiagnostik atau imaging2
Dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang direkomendasikan
(USG payudara dan mammografi untuk tumor > 3 cm, foto toraks,
USG abdomen) dan atas indikasi (optional) (Bone scanning atau
27
![Page 28: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/28.jpg)
bone survey bila sitologi atau klinis sangat mencurigakan pada
tumor > 5 cm, CT Scan).
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft
tissue technic yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara.
Meskipun 15% kanker payudara tidak bisa divisualisasikan dengan
mammografi, 45% kanker payudara dapat dilihat pada
mammografi sebelum mereka dapat diraba. Adanya proses
keganasan akan memberikan tanda–tanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi,
deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan
distorsi duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa
bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik digunakan
untuk diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk skrining
harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif
yaitu untuk wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas
mammografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir 90%.
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi
padat atau kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle
biopsy. Mammografi dan USG payudara dilakukan pada tumor
yang berukuran < 3cm.
Scintimamografi merupkan teknik pemeriksaan radionuklir
menggunakan radioisotop Tc 99m. Sensitifitasnya dalam menilai
aktivitas sel kanker payudara cukup tinggi. Pemeriksaan ini juga
dapat mendeteksi lesi yang multipel dan adanya keterlibatan KGB
regional.
2. Pemeriksaan sitologi (Fine Needle Aspiration Biopsy)
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik
dicurigai ganas. Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan
dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan dan
diekspertise oleh ahlinya2
28
![Page 29: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/29.jpg)
3. Pemeriksaan histopatologi (gold standard diagnostic)
Dapat dilakukan dengan potong beku dan atau paraffin.
Bahan pemeriksaannya dapat diambil melalui:2,3,5
a. Core biopsy
b. Biopsi eksisional untuk tumor ukuran < 3 cm
c. Biopsi insisional untuk tumor ukuran > 3 cm sebelum operasi
definitive atau inoperable
d. Specimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB
e. Spesimen immunohistokimia: ER, PR, c-erbB-2 (HER-2 neu),
cathepsin-D, p53 (situasional)
Untuk biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti
temuan pada mammografi dapat dilakukan ultrasound atau
stereotactic core biopsy yaitu pungsi dengan jarum besar yang
akan menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk
pemeriksaan termasuk teknik biokomia.
4. Laboratorium
Berupa pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan
kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis misalnya alkali
fosfatase dan liver function tests untuk metastasis ke hepar atau
kadar kalsium dan fosfor untuk metastase tulang.2,3,5
5. Pemeriksaan metastasis jauh
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning
dan/atau bone survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan
untuk mencari metastasis jauh. Pemeriksaan yang
direkomendasikan oleh PERABOI adalah foto thoraks dan USG
abdomen sedangkan bone scanning dan/atau bone survey (bila
sitologi dan/atau klinis sangat mencurigakan pada lesi > 5cm) dan
CT scan dilakukan atas indikasi.
Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen
memperlihatkan gambaran coin lesion yang multipel dengan
29
![Page 30: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/30.jpg)
ukuran yang bermacam-macam. Metastasis dapat pula mengenai
pleura yang akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang
vertebra akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran
osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.3,5
6. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan
imunohistokimia
Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin
berguna untuk memantau respon terhadap terapi pada penyakit
yang sudah lanjut. Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR,
c-erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.2
II. 7 Diagnosis Banding
a. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan
terbesar dari tumor payudara yaitu 45-50% di RS Dr. Soetomo.
Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara khusus diketahui sebagai
tumor di payudara dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan
dari jaringan sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan berbatas tegas.
Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada kulit dan tidak
disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu 15-30 tahun,
dapat dijumpai bilateral atau multipel. Sebagai tumor jinak, tidak ada
metastase regional dan jauh. Pengobatannya cukup dengan eksisi
tumor.
b. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya
terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda
radang dan sering sudah menjadi abses.
c. Penyakit fibrokistik
30
![Page 31: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/31.jpg)
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai
rasa nyeri terutama menjelang menstruasi. Ukurannya dapat berubah,
terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang menstruasi dan akan
mengecil dan nyeri yang berkurang setelah menstruasi. Hal ini karena
FCD dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini
umumnya tidak berbatas tegas. Konsistensinya padat kenyal dapat pula
kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan dengan
kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa massa
tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat, permukaan
granular. Pengobatan FCD adalah dengan medikamentosa
simptomatis. Jika medikamentosa tidak efektif dapat dilanjutkan
dengan operatif.
d. Cytosarcoma philloides
Gambaran kliinis dapat seperti FAM yang besar. Bentuknya bulat
lonjong, permukaan berbenjol. Batas tegas, ukuran bisa mencapai 20-
30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian yang
kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau
kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi.
Cystosarcoma philloides tidak bermetastase karena ini adalah kelainan
jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam bentuk ganas yang
disebut malignant cystosarcoma philloides. Pengobatannya adalah
simple mastectomy untuk mencegah residif. Pad orang muda atau
belum berkeluarga dapat dipetimbangkan untuk mastektomi subkutan.
e. Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma melainkan suatu massa
tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktifeus pada
ibu-ibu yang sedang atau bar selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas
tegas, dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.
31
![Page 32: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/32.jpg)
II. 8 Penatalaksanaan6,8
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan
yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu terapi dapat bersifat
kuratif atau paliatif. Pengobatan kanker payudara dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok besar berdasarkan cara bekerja dan waktu digunakan. Pengobatan
kanker ada dua jenis, yaitu pengobatan lokal dan pengobatan sistemik.
Pengobatan lokal digunakan untuk mengobati tumor tanpa mempengaruhi bagian
tubuh lainnya. Contohnya, operasi (pembedahan) dan radioterapi. Pengobatan
sistemik merupakan pengobatan yang diberikan dalam aliran darah atau melalui
mulut dan bergerak ke seluruh tubuh untuk mencapai sel-sel kanker yang
mungkin telah menyebar ke luar payudara. Contoh pengobatan sistemik
diantaranya kemoterapi dan terapi hormon.
Operasi (Pembedahan)
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara. Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic Radical
Mastectomy (CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing
Mastectomy (SSM), Nipple Sparing Mastectomy (NSP), dan Breast Conserving
Treatment (BCT). Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian
yang berbeda-beda.
a. Classic Radical Mastectomy (CRM)
CRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta
tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor
dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada
infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoral tanpa ada metastasis jauh. Jenis
operasi ini mulai ditinggalkan karena morbiditas tinggi sementara nilai
kuratifitas sebanding dengan MRM.
b. Modified Radical Mastectomy (MRM)
MRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta
tumor, nipple areola kompleks, kulit di atas tumor dan faksia pektoral serta
32
![Page 33: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/33.jpg)
diseksi I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan
lokal lanjut.merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas
sebanding dengan CRM.
c. Skin Sparing Mastectomy (SSM)
SSM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta
tumor dan nipple aerola kompleks dengan mempertahankan kulit sebanyak
mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai
rekonstruksi payudara secara langsung yang umumnya adalah TRAM flap
(transverse rektus abdominis musculotaneus flap), LD flap (latissimus
dorsi flap) atau implant (silikon). Dilakukan pada tumor stadium dini
dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak
memenuhi syarat untuk BCT.
d. Nipple Sparing Mastectomy (NSP)
NSP adalah operasi pengankatan seluruh jaringan payudara beserta tumor
dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi
aksila level I-II. Operasi ini, juga harus disertai rekonstruksi payudara
secara langsung yang umumnya adalah TRAM flap (transverse rektus
abdominis musculotaneus flap), LD flap (latissimus dorsi flap) atau
implant (silikon). Dilakukan pada tumor stadium dini dengan ukuran 2 cm
atau kurang, lokasi periper, secara klinis NAC tidak terlibat, kelenjar getah
bening N0, hispatologi baik, dan potongan beku sub areola: bebas tumor.
e. Breast Conserving Treatment (BCT)
BCT adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau
segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi.
Jika terdapat fasilitas, lymphatic mapping dengan Sentinel Lymph Node
Biopsi (SLNB) dapat dilakukan untuk menggantikan diseksi aksila. Terapi
ini memberikan survival yang sama dengan MRM namun rekkurrensinya
lebih besar. Ada tiga syarat yang harus terpenuhi dalam pemilihan jenis
33
![Page 34: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/34.jpg)
terapi ini yakni tepi sayatan bebas tumor (dibuktikan dengan potong beku),
radioterapi dapat dilakukan dan kosmetik bisa diterima.
Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi
kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan atau terapi
paliatif. Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu
efektif, tetapi sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif
besar berguna. Radioterapi biasanya diberikan setelah operasi pembedahan lokal
dan dapat diberikan setelah mastectomy untuk membunuh sel-sel kanker yang
mungkin tersisa di jaringan sebelah payudara, seperti dinding dada atau kelenjar
getah bening di dekatnya. Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik
untuk waktu terbatas bila kanker sudah tak mampu angkat secara lokal.
Radioterapi paliatif bertujuan meringankan gejala, misalnya: mengurangi rasa
sakit, menghentikan perdarahan atau mengurangi kerusakan struktur saraf di
sekitar tumor. Untuk tujuan ini, radioterapi diberikan dalam jangka pendek
misalnya 1 hari atau 1-2 minggu.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai berikut :
a. Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
b. Tepi sayatan dekat (T≥T2) atau tidak bebas tumor
c. Tumor sentral atau medial
d. KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radioterapi
a. Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila beserta
supraklavikula) kecuali :
1. Pada keadaan T≤T2 bila cN = 0 dan pN; maka tidak dilakukan
radiasi pada KGB aksila supraklavikula
2. Pada keadaan tumor di medial / sentral diberikan tambahan radiasi
pada mammaria interna
34
![Page 35: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/35.jpg)
b. Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy; booster dilakukan sebagai
berikut
1. Pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya
tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)
2. Pada yang terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopis
maupun makroskopis) maka diberikan booster dengan dosis 20 Gy
kecuali untuk aksila 15 Gy
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
mengahancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Obat sitostatika dibawa melalui aliran
darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus bood-brain
barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem syaraf pusat. Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik, dan
sebagai terapi ajuvan (tambahan). Kemoterapi ajuvan diberikan diberikan kepada
pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pasca bedah mastektomi ditemukan
metastasis disebuah atau beberapa kelenjar. Kemoterapi ajuvan bertujuan untuk
membantu mencegah kekambuhan kanker. Biasanya akan diberikan lebih dari
satu jenis obat selama dilakukan kemoterapi ajuvan. Contoh kombinasi obat
kemoterapi yang diberikan adalah CMF (cyclophosphmide, methotrexate, dan 5-
Fluorourasil), FAC (5-Fluorourasil, doxorubicin, dan cyclophosphmide), TAC
(docetaxel. Doxorubicin, dan cyclophosphmide), GT (gemcitabine dan paclitaxel).
Terapi Hormon
Terapi hormon adalah terapi kanker yang umum digunakan bagi pasien
yang memiliki reseptor hormon positif. Tidak efektif digunakan sebagai
pengobatan sel-sel kanker yang memiliki reseptor hormon negatif. Penggunaan
obat pada terapi hormon ditujukan untuk menggangu aktivitas hormon atau
menghentikan produksi hormon. Terapi hormon juga dapat melibatkan
pengangkatan kelenjar yang menghasilkan hormon.
35
![Page 36: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/36.jpg)
Terapi hormon dapat diberikan sebelum atau setelah pengobatan primer.
Terapi hormon yang diberikan sebelum pengobatan primer bertujuan untuk
membunuh sel-sel kaker dan membantu efektivitas terapi primer. Sementara terapi
hormon yang diberikan setelah pengobatan primer bertujuan untuk meningkatkan
kemungkinan sembuh. Pada dasarnya ada tiga jenis golongan obat-obatan terapi
hormon yang umum digunakan untuk mengobati kanker payudara, antaralain:
Aromatase Inhibitor yaitu obat-obatan yang berfungsi mencegah tubuh
menghasilkan hormon estrogen; SERMs (Selective Estrogen Receptor
Modulators) yaitu obat-obatan yang menghambat aktivitas hormon estrogen di
dalam tubuh; dan ERDs (Estrogen Receptor Downregulators).
Pilihan Terapi Berdasarkan Stadum3
Pada stadium I, II dan III awal (stadium operabel) sifat pengobatan adalah
kuratif dengan pembedahan sebagai terapi primer, terapi lainnya hanya bersifat
adjuvan. Semakin cepat dilakukan pembedahan semkin tinggi kurasinya.
Sedangkan untuk stadium III akhir dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif
yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan pasien dan memperbaiki kualitas
hidup
a. Kanker payudara stasdium 0
Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif pada T0
tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasinya didasarkan pada hasil
pemeriksaan imaging.
b. Kanker payudara stadium dini / operabel
Dilakukan BCS atau mastektomi radika modifikasi atau
mastektomi radikal dengan atau tanpa terapi adjuvan. Terapi adjuvan
diberikan berdasarkan ada atau tidaknya metastase ke kelenjar getah
bening aksila, reseptor estrogen atau reseptor progesteron, dan usia
premenopause atau post menopause atau usia tua.
Terapi adjuvan pada node negative (KGB histopatologi negatif)
36
![Page 37: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/37.jpg)
Status Menopause Reseptor Hormonal Resiko Tinggi
Premenopause ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)
Ke + Tam / OvKe
Postmenopause ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)
Tam + KemoKe
Usia Tua ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)
Tam + KemoKe
Terapi adjuvan pada node positive (KGB histopatologi positif)
Status Menopause Reseptor Hormonal Resiko Tinggi
Premenopause ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)
Ke + Tam / OvKe
Postmenopause ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)
Ke + TamKe
Usia Tua ER (+) / PR (+)ER (-) / PR (-)
Tam + KemoKe
c. Kanker payudara lokal lanjut / locally advanced
1. Operable locally advanced
Mastektomi simpel MRM + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvan +
terapi hormonal
2. Inoperable locally advanced
Radiasi kuratif + kemoterapi + terapi hormonal
Radiasi + terapi + kemoterapi + terapi hormonal
Kemoterapi neoadjuvan + operasi +kemoterapi + radiasi +
hormonal terapi
d. Kanker payudara lanjut metastase jauh
Terapi primer pada stadium IV adalah terapi sistemik yaitu terapi
hormonal dan kemoterapi. Terapi lokoregional sepert radiasi dan
pembedahan hanya dilakukan bila perlu. Radiasi kadang diperlukan untuk
paliasi pada daerah-daerah tulang weight bearing yang mengandung
37
![Page 38: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/38.jpg)
metastase atau pada tumor bed yang berdarah, difus dan berbau yang
mengganggu sekitarnya
II. 9 Prognosis
Stadium klinik
Stadium TNM pada kanker payudara merupakan indikator yang paling
dapat diandalkan pada prognosis. Survival rate (%) pada pasien dengan
kanker payudar berdasarkan stadium TNM yaitu sebagai berikut:
Stadium TNM Five years Ten years0 95 90I 85 70
IIA 70 50IIB 60 40IIIA 55 30IIIB 30 20IV 5-10 2
Keterlibatan histologik KGB aksila
Prognosis kanker payudara berdasarkan keterlibatan histologik KGB
aksila
KGB aksila 5 tahun (%) 10 tahun (%)
Tidak ada
1-3 KGB
> 3 KGB
80
65
30
65
40
15
Ukuran tumor
Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm) 10 tahun (%)
< 1
3-4
5-7,5
80
55
45
Histologi
38
![Page 39: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/39.jpg)
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang well differentiated.
Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu survival
yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER
negatif.
BAB III
ANALISIS KASUS
Kasus ini membahas tentang seorang wanita, 38 tahun, ibu rumah tangga,
beralamat di dalam kota, beragama Islam, status menikah, MRS pada tanggal 11
Maret 2014 dengan keluhan utama timbul benjolan pada payudara kanan yang
semakin membesar
Dari identifikasi didapatkan hal yang berkaitan dengan faktor risiko
keganasan, yaitu Berkaitan dengan jenis kelamin diketahui bahwa wanita
merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara dimana kanker payudara
seratus kali lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.
39
![Page 40: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/40.jpg)
Dari autoanamnesis didapatkan beberapa hal penting yang mengarah ke
diagnosis tumor payudara suspek ganas antara lain benjolan pada payudara kiri
mulai dirasakan membesar sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu yang aktif
bertambah besar yang awalnya seukuran kelereng menjadi sebesar telur ayam.
Berdasarkan benjolan, pemeriksa memikirkan apakah termasuk non
neoplasma (kongenital, nekrosis lemak, galaktokel, dan mastitis) atau neoplasma
(jinak atau ganas). Keadaan nonneoplasma berikut kemungkinan besar dapat
disingkirkan karena usia penderita sudah tua (pada kelainan kongenital), tidak
terdapat riwayat trauma (pada nekrosis lemak), penderita tidak dalam masa
menyusui (pada galaktokele). Mastitis masih belum dapat disingkirkan karena
terdapat nyeri dan kemerahan meskipun tidak ditemukan tanda-tanda inflamasi
yang lain (demam).
Benjolan yang secara klinis pertumbuhannya cepat menunjukkan adanya
kecenderungan ke arah ganas. Nyeri yang terlokalisir di daerah benjolan dapat
menunjukkan adanya penekanan pada syaraf, pembuluh darah atau jaringan
sekitar sehingga menyebabkan hipoksia dan akumulasi laktat yang dapat
diakibatkan invasi jaringan neoplasma ke jaringan sekitarnya. Selain itu sel kanker
dapat juga mengeluarkan enzim proteolitik sehingga merusak sel sekitarnya yang
memicu adanya respon inflamasi. Akan tetapi kondisi ini belum dapat
disingkirkan meskipun tidak terdapat tanda-tanda peradangan yang lain.
Sehubungan dengan usia, pasien mengalami menarche saat berusia 11
tahun. Pasien sudah menikah dan memiliki riwayat melahirkan anak pertama
pada usia 24 tahun. Hal ini sesuai dengan beberapa faktor risiko mengalami
kanker payudara di mana wanita menarche di bawah usia 12 tahun memiliki risiko
1,7-3,4 kali menderita kanker payudara.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal
dan pada status lokalis didapatkan tanda-tanda tumor mamma dextra suspek
ganas.
1. Pada status lokalisnya di regio mamma dextra pada inspeksi tampak
benjolan dengan perubahan warna kulit menjadi merah kehitaman
disekitar payudara. Terdapat gambaran peau d’orange, tampak nodul
40
![Page 41: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/41.jpg)
satelit di daerah sekitar payudara kanan, dan tampak krusta di sekitar
areola dan puting susu.
2. Pada pemeriksaan palpasi regio mamma sinistra, teraba sebuah massa,
dengan permukaan berdungkul-dungkul, konsistensi keras, batas tidak
tegas , ukuran 3 cm x 2 cm x 0,5 cm, mobile, nyeri tekan tidak ada. Hasil
pemeriksaan ini merupakan tanda yang mengarah ke tumor payudara
suspek ganas dan menunjukkan klasifikasi tumor primer T4.
3. Pada pemeriksaan KGB, tidak ditemukan adanya benjolan. Hasil
pemeriksaan ini menunjukkan tidak adanya pembesaran KGB aksila dan
masih termasuk klasifikasi nodul N0.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu laboratorium darah rutin,
dan rontgen torak. Dari hasil laboratorium pemeriksa mendapatkan hemoglobin,
hematokrit, leukosit dan trombosit dalam batas normal. Pada pemeriksaan rontgen
thoraks didapatkan tidak tampak adanya kelainan menunjukkan kemungkinan
belum atau tidak terdapat metastasis ke paru.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan
radiologi. Setelah diagnosis ditegakkan perlu ditentukan stadium dari kanker
payudara ini. Penentuan stadium dilakukan berdasarkan sistem TNM. Untuk
tumor primer (T), pada pasien ini didapatkan benjolan yang berukuran 3 x 2 x 0,5
cm, sudah terjadi perubahan warna kulit menjadi merah kehitaman yang berarti
kanker sudah menginfiltrasi kulit dan massanya masih mobile yang berarti kanker
belum menginfiltrasi dinding dada. Dengan demikian stadium T-nya adalah T4.
Untuk nodul (N), pada pasien ini tidak ditemukan pembesaran KGB, sehingga
stadium N-nya adalah N0. Untuk metastase (M), dari hasil pemeriksaan fisik tidak
didapati keluhan nyeri pada tulang, sesak nafas, dan sakit kepala pada pasien yang
didukung dengan bukti foto thoraks yang menunjukkan tak tampak tanda
metastasis paru yang menyatakan tidak adanya metastase ke paru-paru.
Sedangkan untuk mengetahui ada atau tidak proses metastase ke hati perlu
dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Tetapi, dari gejala klinis belum ditemukan
adanya kelainan pada hati seperti sklera ikterik maupun kuning pada seluruh
41
![Page 42: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/42.jpg)
tubuh maupun pembesaran hati pada perabaan hepar. Sehingga, stadium M-nya
adalah M0. Jadi stadium kanker payudara pada pasien ini adalah Stadium III B
(T4bN1M0).
Untuk penatalaksanaan, pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan
terapi stadium IIIB (Inoperable locally advanced) yaitu kemoterapi neoadjuvan
lalu operasi dan dilanjutkan kemoterapi adjuvan. Terapi radiasi dilakukan jika
sayatan tidak bebas tumor dan tidak dilakukan terapi hormonal karena ER - dan
PR -. Prognosis pada pasien ini berdasarkan stadium klinik IIIB memiliki 5 tahun
survival rate 35% dan 10 tahun survival rate 20%, ada keterlibatan histologik 1-3
KGB aksila memiliki 5 tahun survival rate 65% dan 10 tahun survival rate 40%,
ukuran tumor 5-7,5 cm memiliki 10 tahun survival rate 45%.
42
![Page 43: ca mame](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022062308/55cf9709550346d0338f690b/html5/thumbnails/43.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Asrul. 2003. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker
payudara dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila.
Bagian Ilmu Bedah Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara
2. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. EGC : Jakarta
3. Ramli, Muchlis. 1995. Kanker Payudara. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah
Edisi Pertama. Editor : Soelarto Reksoprodjo dkk. Binarupa Aksara. Hlm :
342-364
4. Souhami, Robert L Et al. Oxford Textbook of Oncology 2nd Ed Oxford
Press. Page 110-116.
5. Albar, Zafiral Azdi dkk. 2004. Protokol PERABOI 2003 Edisi Pertama.
PERABOI. Jakarta
6. Suyatno, Pasaribu ET. 2010. Kanker Payudara dalam Bedah Onkologi
Diagnosis dan Terapi. Jakarta; Sagung Seto. Hal 35-79.
7. Budiman A, Khambri D, Bachtiar H. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi
Kebutuhn Berobat Pasien Yang Diterapi Dengan Temoxifen Setelah
Operasi Kanker Payudara. Vol 2. Ed 1. Padang; Jurnal Kesehatan
Andalas. Hal 20-24.
8. Manuaba TW. 2010. Kanker Payudara dalam Panduan Penatalaksanaan
Kanker Solid Peraboi 2010. Jakarta; Sagung Seto. Hal 17-47.
43