buletin suplai #3

36
EDISI 03 • JUNI 2012 Isu Nasional PERESMIAN BALAI REHABILITASI BNN DI BADDOKA ANTARA CORBY DAN PENGEDAR NARKOTIKA ECSTASY INTERNATIONAL OVERDOSE AWARENESS DAY? Isu Hukum Faq and Facts: Isu Internasional Refleksi Lass Perjalanan 6 Tahun

Upload: media-pkni

Post on 09-Mar-2016

273 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Buletin internal Persaudaraan Korban Napza Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: buletin suplai #3

EDIS I 03 • JUNI 201 2

Isu NasionalPERESMIAN BALAI REHABILITASI BNNDI BADDOKA

ANTARA CORBYDAN PENGEDAR NARKOTIKA

ECSTASY INTERNATIONALOVERDOSEAWARENESS DAY?

Isu Hukum Faq and Facts: Isu Internasional

Refleksi Lass

Perjalanan 6 Tahun

Page 2: buletin suplai #3
Page 3: buletin suplai #3

DAFTAR ISI

FITUR UTAMA 05

Refleksi6 Tahun Lass”Apakah dengan pengalaman dalam menjalankan dan mengelola LASS selama 6 tahun terakhir ini, pelaksanaan sudah berjalanseperti yang diharapkan?.”

ISU NASIONAL 09

Peresmian Balai Rehabilitasi Baddoka”BNN meluncurkan rilisanpers tentang pembukaan pusat rehabilitasi baru di Sulawesi Selatan, tepatnya di Baddoka.”

ISU DAERAH 12

EJA Dukung Wajib Lapor Pecandu”EJA mengajak komunitaskorban Napza untuk melaporkandiri ke Intitusi PenerimaWajib Lapor (IPWL).”

ISU INTERNASIONAL 15

International Overdose Awareness Day?”International Overdose Awareness Day atau Hari KewaspadaanOverdosis Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 31Agustus. Peringatan ini ditujukan untuk mereka yang meninggal ataumengalami cacat permanen akibat dari overdosis.”

REKOMENDASI 16

Ecstasy the Movie

KOMITMEN INDONESIA 18

Harm Reduction CampaignSepanjang Trans Sulawesi 2012

GALERI 20

ISU KESEHATAN 21Perawatan Vena dan Beberapa Masalah Sekitar Menyuntik

FAQ & FACT 23

Ecstasy

ISU HUKUM 25

HEALTY FOOD 28

RISET MEDIA MONITORING 30

DAFTAR ISI

"Bagi pecandu Narkotika,layanan rehabilitasi medis dan

sosial sangat berguna untuk memulihkan kesehatannya dari

ketergantungan Narkotika"

Page 4: buletin suplai #3

4

Perang Terhadap Narkoba, Kegagalan yang DipeliharaSaat ini sudah lebih dari 4 dasawarsa dunia menyatakan perang terhadap nar ko ba, semenjak dikumandangkan oleh presiden AS Richard Nixon pada tahun 1971 saat narkoba dijadikan musuh nomer 1 sehingga dilakukan intervensi mi liter secara besar-besaran atas nama pemberantasan narkoba. Memenjarakan jutaan rakyat negara itu sendiri.

Perang terhadap Narkoba secara implisit berarti menyatakan perang juga terhadap para penggunanya yang notabene adalah korban. Korban dari kegagalan negara dalam upaya memberantas peredaran gelap narkoba. Karena peperangan adalah pertempuran melawan manusia yang bukan substansi sebenarnya dari perang ini.

”Perang melawan Narkoba” global memaksa para pemakai menjauh dari pe ng-obatan dan memasuki lingkungan yang tinggi tingkat risiko terkena HIV. Bukti-bukti ilmiah tentang hubungan kebijakan hukum dan tingkat HIV dan konsekuensi lain-nya yang merusak telah DIABAIKAN.

Anggaran milliaran dolar yang digelontorkan pun tidak mampu memutus ketersediaan narkoba di kalangan masyarakat umum.

Sudah saatnya negara kita Indonesia yang ikut meratifikasi konvensi inter-na sional mengenai kejahatan narkoba sebagai suatu tindak kejahatan luar biasa ber sama dengan terorisme dan korupsi, memikirkan langkah dan strategi yang lebih se suai dengan kondisi sosial, ekonomi dan kultur masyarakat kita pada umumnya. Khu susnya dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba.

Berbagai macam kebijakan sudah di keluarkan, UU, Peraturan Menteri, Peraturan Pe merintah, Surat Keputusan, Surat Edaran yang mendukung dekriminalisasi ter-ha dap pengguna narkotika. Namun secara implementasi masih sangat jauh dari ha rapan kita semua. Terbukti dari jumlah Napi/tahanan di Lapas/Rutan di seluruh In donesia yang melebihi kapasitas sampai 151% dengan 45% penghuninya adalah ka sus narkotika. Kasus peredaran narkotika yang dikendalikan dari dalam Lapas/Ru tan pun semakin tinggi bahkan melibatkan para pegawai Lapas/Rutan.

”Perang melawan narkoba telah gagal, dan jutaan infeksi HIV baru dan kematian-kematian akibat AIDS dapat dihindarkan jika tindakan diambil sekarang,”

”Apakah sudah saatnya kita menuntut dilakukannya amandemen terhadap Undang-undang narkotika?” sebuah pertanyaan retorik.

SUPPORT DRUGS POLICY BASED ON SCIENCE,NOT IDEOLOGY!

Salam,Edo agustian

Koordinator Nasional PKNI

Penanggung Jawab:

Edo Agustian

editor

Edo Wallad

Suhendro Sugiharto

KoresPonden

Hasiholan Tobing

Ferdinand Bukit

Marvin Dirk

Merly Yuanda

Adhit Al Farisi

Ari Ardiansyah

Ricky Ronaldo Rusly

Herru Pribadi

Harry Hasman

Harry Kristian

Farid Satria

Nicky M. Kaliey

Rudhy Wedhasmara

Indra Riesdianto

Frederick H. A. Malada

Made Petradi

Doddy Parlinggoman

Kontributor

Tim Langit Biru

Adi Christianto

Ajeng Larasati

Very Kamil

Titis Firmansyah

aLaMat redaKsi:

sekretariat nasional PKni

Jl. Tebet Timur Dalam XI no.101

Kel. Tebet Timur Kec. Tebet

Jakarta Selatan, Jakarta 12820

telp : 021 - 8293213

Fax : 021 - 83795243

e-mail : [email protected]

http://pkni.org

CATATAN REDAKSI

Page 5: buletin suplai #3

5

”… setelah mendengarkan uraian dari sauda­ra tadi, saya menyimpulkan apa yang anda laku­kan adalah baik. Anda mencoba melakukan ajakan pada kebaikan. Anda menawarkan para pecandu untuk mengurangi kemudharatan, meng ajak un­tuk menuju kesembuhan … ”komen tar pak ki­yai, seorang pengasuh pesantren di Jawa Barat, setelah presentasi tentang Harm reduction lebih kurang 6 tahun lalu. Pak kiyai melanjukan urai­annya tentang sebuah hadits yang intinya me­nyatakan bahwa keutamaan mengajak orang yang dalam jalan sesat untuk kembali pada ke­baikan dan kebenaran adalah lebih besar dari pada mati syahid. Sejak itu saya menjadi sema­kin yakin bahwa apa yang kami lakukan adalah benar. Termasuk dalam melaksanakan program Layanan alat dan Jarum suntik steril.

(catatan refleksi penulis)

Jika kita menelusuri sejarah Harm Reduction di Indonesia, ada beberapa batu loncatan yang dapat digunakan sebagai ilustrasi. Ada yang menyebutkan bahwa tahun 1999 sebagai tahun awal respon terhadap permasalahan AIDS di ka-langan pengguna Napza suntik (penasun). Karena pada tahun itu dilakukan sebuah workshop nasi-onal yang diselenggarakan kementrian kesehatan (waktu itu Departemen Kesehatan) dengan du-kungan dari berbagai lembaga non pemerintah lokal dan internasional. Kedua, pada tahun yang sama, sebuah LSM, Yayasan Hati-hati , memulai kegiatan pendampingan pada kelompok penasun

di wilayah Pantai Kuta, Bali. Dengan bekal pe-ngetahuan dan kemampuan yang dimiliki, para petugas lapangan Yayasan Hati-hati yang hampir semuanya adalah bekas pengguna napza suntik, melakukan pendampingan termasuk membagikan alat suntik steril kepada para penasun.

Sejak tahun 2001, FHI melalui program ASA, memulai upaya pengembangan program Harm Reduction dengan dukungan konsultan berpenga-laman, Prof. Wayne Wiebel. ‘Dr. Drugs” , demikian nama jalanan professor yang telah menguji-cobakan model penjangkauan yang dikenal de-ngan ILOM, atau diterjemahkan sebagai model penjangkauan menggunakan pemimpin sesama.

Pada tahun 2002, sejumlah LSM mitra Program ASA melakukan penjangkauan dan pendampingan pada IDU. Pada tahun 2003, pro-gram dukungan AusAID, yang kemudian menjadi IHPCP, juga mulai giat memberikan dukungan pada upaya penanggulangan AIDS pada kelompok penasun di wilayah Indonesia Timur.

Dengan dukungan pendanaan USAID, Pro-gram ASA memberikan kontrak kepada AHRN dan CHR untuk memberikan dukungan atas upaya pengembangan program Haam Reduction di Indonesia. Kedua lembaga ini diamanatkan untuk memberikan advokasi dalam mendapatkan dukungan dari institusi kepolisian, institusi dan lembaga pemasyarakatan, serta mendorong dan memberikan penguatan terhadap jaringan ma-syarakat sipil dalam penanggulangan AIDS pada penasun. Pada tahun 2003, Jangkar dimulai.

FITUR UTAMA

http://pkni.org

Perjalanan 6 tahunRefleksi LASS:

Oleh: Very Kamil*)

Page 6: buletin suplai #3

6

FITUR UTAMA

Dukungan NyataKontroversi LASS sudah muncul sejak Harm

Reduction (HR) disosialisasikan di Indonesia. Per-jalanan ini ditandai dengan MoU antara KPA-BNN, kertas-kertas kerja dari Kepolisian terkait penang-gulangan AIDS pada pengguna Narkoba, komit-men Indonesia untuk 3 by 5 (inisiatif WHO), dan lain-lain. Pada tahun 2005, perkembangan HR di Indonesia ditandai dengan dukungan pemerintah secara formal dan sungguh-sungguh dengan diada-kannya Pertemuan Nasional HR (PNHR) pertama di Jakarta. Empat buku panduan pengembangan pro-gram dan kebijakan terkait Harm Reduction dilun-curkan oleh Departemen Kesehatan RI pada waktu yang bersamaan. Pada pertemuan nasional tersebut program AIDS Malaysia mengirimkan Dr. Adeeba untuk melihat dan belajar dari proses implementasi Harm Reduction yang dilakukan di Indonesia.

Akhirnya berkat upaya bersama yang dilakukan berbagai pihak pada tahun-tahun sebelumnya, para aktivis HR berhasil mendorong munculnya kebijakan pertama pemerintah yang secara tegas menjelaskan tentang program Harm Reduction ter-masuk dengan Layanan Alat Suntik Steril (LASS). Hal ini secara jelas terlihat dari Permenkes No 567/ 2006. Kebijakan ini diikuti oleh muncul-nya Kebijakan nasional HR yang dikeluarkan oleh Menkokesra selaku Kepala KPAN. Kebijakan nasi-onal menekankan pentingnya menerapkan program Harm Reduction secara komprehensif, termasuk LASS. Isi dari Permenkokesra seharusnya juga mengikat institusi Polri, dimana Kapolri dan Kepala BNN juga menjadi anggota KPA Nasional.

Secara jelas dan gamblang berbagai hal terma-suk LASS dipaparkan pada kedua dokumen utama tersebut. Sejak itu, program LASS berkembang di berbagai tempat di kota-kota besar di Indonesia. Pada akhir tahun 2008, menurut dokumentasi Unit IDU ASA Program, terdapat lebih dari 40 LSM yang secara aktif melakukan pendampingan pada Ke-lompok IDU (Penasun), hampir seluruhnya menye-diakan Layanan penyediaan Alat Suntik Steril.

Permenkes 567 yang menjadi panduan, dan acuan dalam pengembangan SOP atau prosedur pelaksanaan LASS, menyebutkan bahwa LASS dapat dilaksanakan dengan 3 metode distribusi.

Fixed Site (layanan menetap, DIC (drop in centre) dan PKM atau institusi kesehatan lain); Mobile (oleh petugas lapangan) dan Satelite, oleh relawan ko-munitas yang telah dipercaya dan dilatih. Pesatnya perkembangan program HR tersebut menunjukkan berhasilnya komitmen pemerintah dalam langkah awal dukungan pada program Harm Reduction.

Pada kurun waktu tersebut, LASS dilaksanakan secara optimal. Prosedur pembagian jarum diawali dengan pengenalan pada informasi dasar, pengena-lan layanan yang tersedia, sampai pada penyediaan Alat suntik steril, alcohol swab, dan kondom. Ma-

Page 7: buletin suplai #3

7

FITUR UTAMA

terial KIE pendukung juga tersedia secara meluas dan memadai. Program dukungan ASA mencatat distribusi jarum melalui mitranya mencapai 1,3 juta jarum pada tahun 2008.

Perjalanan ini tentu saja tidak semulus ring-kasan cerita di atas. Banyak kisah pahit getir ter-kait dengan LASS dan program HR pada umumnya sebelum mencapai tahap tersebut. Kisah PO yang ditangkap atau ditahan, kisah PO yang dicerca ma-syarakt atau Toma Toga bukan kisah yang asing. Alhamdulilah, pengalaman-pengalaman tersebut semakin memperkuat program yang berjalan.

Dinamika pelaksanaan LaSSPerubahan terjadi sekitar tahun 2008 akhir ke-

tika mulai muncul pembicaraan di kalangan activis HR bahwa LASS akan dipusatkan hanya melalui PKM. Hal ini diperkuat melalui isi proposal R8 GFATM yang diajukan. Melalui program terbesar tersebut, LSM yang menjadi mitra pelaksana pro-gram, tidak mendapakan mandat untuk menjalan-kan secara langsung LASS. Akibatnya pada kedua program tersebut (mitra pada Ronde 8 dan Ronde 9) tidak memiliki indikator jumlah jarum yang ter-distribusi dan jumlah penerima layanan LASS.

Sayangnya perubahan strategi ini tidak terjadi secara terbuka dan didukung dengan dokumen yang jelas. Sampai akhir 2009, tidak ada satu dokumenpun yang menyatakan perubahan SOP pada LASS. Bahkan, pada SOP layanan HR pada PKM yang diterbitkan oleh Kemenkes pada tahun 2008, menggambarkan metode distribusi jarum masih tetap sama, yaitu cara, fixed site, mobile, dan satelite. Informasi dari para petugas lapangan berikut menyebutkan bagaimana perubahan ter-jadi. Kebijakan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa LASS harus memperhatikan masalah kes-inambungan layanan (sustainability). Kalau di LSM tidak sustain, kalau di PKM sustain. Karena ini ‘kan layanan pemerintah. Kemudian ada yang mejelas-kan pula bahwa kebijakan yang mengarahkan agar penasun mengambil jarum hanya pada PKM bisa dijakdikan sebagai indikator bahwa penasun terse-but sudah mandiri. Menjadi indikasi keberhasilan program. Seiring dengan proses amandemen UU Narkotika (yang kemudian, menjadi UU baru, bu-kan revisi/ amandemen), sempat keluar penjelasan bahwa pemusatan layanan pada PKM sesungguh-nya dilakukan agar tidak bertentangan dengan UU Narkotika. Tentu saja semua ini hanya ucapan ver-bal dan tidak tertulis.

Pada tahun 2006-2007 IHPCP mulai memberi-kan dukungan yang lebih besar pada PKM/ pengua-tan institusi layanan pemerintah. Seiring dengan pengembangan layanan HR di PKM, yang sebagian juga menyediakan layanan terapi Rumatan Meta-don, mulai terjadi friksi secara tidak langsung pada proses LASS. Ketika Program ASA sudah selesai, ti-dak ada yang menyediakan suplai jarum suntik steril

Page 8: buletin suplai #3

8

FITUR UTAMA

bagi LSM. Sementara LASS yang disediakan di PKM belum begitu optimal dalam layanannya. Masih banyak penasun yang tidak menggunakan layan-an secara maksimal. Berbagai isu muncul terkait LASS. Masalah jenis jarum yang disediakan tidak memenuhi kebutuhan penasun; sistem distribusi yang tidak standar; ada yang memberikan jarum un-tuk pancingan, atau pertemuan awal; tapi kemuian harus merujuk ke puskesmas. LSM pelaksana HR bekerja keras untuk membentuk mekanisme dan sistem untuk memotivasi penasun dalam menggu-nakan LASS di PKM.

Dalam beberapa tahun terakhir, dari proses per-siapan penyusunan proposal GF R11, pada tahun 2010, review layanan kesehatan terkait HIV dan AIDS oleh Kemenkes 2011 didukung oleh WHO, dan berbagai forum lain, temuan-temuan lapang-an memperlihatkan bahwa kualitas LASS program Harm Reduction di Indonesia mengalami penu-runan. Hal ini mengancam akan terjadinya infeksi baru dan reinfeksi di kalangan penasun. Berbagai masalah sedang melingkupi LASS. Tentang keti-dakjelasan atau ketidakpastian metode distribusi jarum atau alat suntik. Tentang standar layanan (apa saja material yang dibagikan, mengapa alcohol swab yang penting menjadi hilang? Bagaimana de-ngan material KIE, kondom, dan hal-hal lain).

Kabar bagusnya, dalam setahun terakhir HCPI (lanjutan IHPCP) telah menunjukkan kembali du-kungannya pada LASS yang dilaksanakan oleh LSM. Demikian juga dukungan program SUM, meski-pun ada kekhawatiran bahwa kebijakan pendanaan AIDS dari USAID menyebutkan pengetatan kembali pada LASS.

Bahan RenunganPada bulan Juni yang lalu Persaudaraan Korban

Napza Indonesia (PKNI) bekerja sama dengan Pu-sat Penelitian AIDS Atma Jaya Jakarta mengadakan sebuah kuliah umum dengan topik LASS. Dalam pertemuan tersebut saya menyimpulkan beberapa pertanyaan utama terkait LASS, yaitu:

1. Apakah kebutuhan penasun akan jarum steril sudah terpenuhi secara adekuat? Apakah layan-an LASS sudah digunakan secara maksimal untuk menghubungkan atau mempromosikan

layanan-layanan terkait lainnya (kesehatan dasar, pemberian informasi, VCT, dan lain- lain)?

2. Apakah semua sumberdaya yang diperlukan su-dah tersedia dan mencukupi? (Apakah tenaga pelaksana sudah memperoleh pengayaan atau penguatan kapasitas yang memadai? Apakah material pencegahan termasuk KIE yang dibu-tuhkan sudah tersedia? Apakah aturan-aturan pendukung sudah tersedia, tersosialisasi dengan baik untuk para stakeholder?)

3. Apakah dengan pengalaman dalam menjalan-kan dan mengelola LASS selama 6 tahun ter-akhir ini, pelaksanaan sudah berjalan seperti yang diharapkan?

Para pembaca yang budiman, sebagai penu-tup tulisan ini saya mengajak kembali kepada kita semua untuk merenungkan kembali 3 pertanyaan di atas. Jika didengar sepintas, jawaban kita mung-kin bisa beragam. Karena posisi dan cara pandang kita yang berbeda-beda. Tentu saja ada banyak in-formasi dari proses review, evaluasi, asesmen yang sudah dilakukan selama ini terkait LASS atau yang mencakupnya.

Masalahnya, bisakah kita sungguh-sungguh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas? Karena jawaban kita tersebut akan menjawab per-tanyaan Quo vadis, LASS Indonesia? Mau kemana program Harm Reduction Indonesia? ***

Kritik, komentar, pertanyan silahkan dilayangkanuntuk tulisan ini melalui email ke : [email protected] atau dalam ruang diskusi publik lainnya.

*) Very KamilPengamat Program AIDS Indonesia

Peneliti di Pusat Penelitian AIDS Atma Jaya JakartaSedang mengikuti program S3 Sosiologi

di Universitas Indonesia

Page 9: buletin suplai #3

9

ISU NASIONAL

P ada “Hari Anti Narkoba Inter na-sional” di Indonesia tanggal 26 Juni 2012 , Badan Narkotika Na sional (BNN) meluncurkan

ri lisan pers tentang pembukaan pusat re ha-bilitasi baru di Sulawesi Selatan, tepatnya di Baddoka.

Menurut BNN hal ini adalah salah satu implementasi Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Pe redaran Gelap Narkotika Tahun 2011 – 2015 (Jakstranas P4GN 2011 – 2015).

Dari hasil penelitian BNN bekerjasama de ngan Puslitkes – UI pada tahun 2011 me nunjukkan angka prevalensi pe nya lah-gu naan Narkotika sebesar 2,2 % setara de-

ngan 3,8 – 4,2 juta orang. Angka ter se but be rada di bawah proyeksi angka pre va lensi tahun yang sama yaitu 2,32 %.

Seperti yang disampaikan oleh pim-pin an United Nations Office on Drugs and Crimes (UNODC) bahwa peredaran gelap nar kotika tidak dapat dihapus sama sekali, na mun hanya dapat ditahan agar tidak ber-kembang dengan pesat.

Upaya P4GN di Indonesia demikian juga, tidak dapat menghilangkan sama se-kali peredaran gelap Narkoba atau tidak ada nya korban Napza, namun diupayakan me nahan agar tidak berkembang pesat de-ngan menggunakan proyeksi angka pre va-len si sebagai tolak ukurnya.

PBB (UNODC) berkampanye un tuk me-ningkatkan kesadaran akan ba ha ya Narkotika

Pada Hari Anti Narkoba Internasional di Indonesia tanggal26 Juni 2012,Badan Narkotika Nasional (BNN) meluncurkanrilisan perstentang pembukaan pusat rehabilitasi baru di Sulawesi Selatan, tepatnyadi Baddoka, Makassar.

PeresmianBalai Rehabilitasi BNNdi Baddoka, Makassar

Page 10: buletin suplai #3

10

ISU NASIONAL

de ngan mem pe ri ngati tanggal 26 Juni sebagai ”Ha ri Anti Narkoba In ter na-sional” (The Intenational Day against Drug Abuse and Illicit Traficking). Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kem bali seluruh komponen masya-ra kat, bangsa dan negara Indonesia di manapun berada - tidak mengenal umur, status, suku, dan agama ser ta batas wilayah – akan bahaya Nar ko ti ka yang mengancam setiap saat.

Sedangkan dari data yang di ke -luarkan, diketahui, secara In ter na sional perkembangan ancaman ba haya Napza jenis ganja, heroin, dan kokain naik 2 (dua) kali li pat dan Amphetamine Type Sti mu lants (ATS) naik sampai 3 (tiga) kali lipat.

Beberapa Napza jenis ATS adalah shabu dan ekstasi. Khusus Napza je-nis shabu dalam kurun waktu ta hun 2007 – 2011, di Indonesia meng-ala mi kenaikan. Hal ini nampak dari jum lah pengungkapan kasus Napza dari tahun 2007 – 2011:

1. Kasus shabu mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21,2 %, sedangkan

2. Kasus ganja mengalami penurunan rata-rata sebesar 9,9 %,

3. Kasus heroin mengalami penurunan rata-rata sebesar

26,6 %, dan4. Kasus ekstasi mengalami

penurunan rata-rata sebesar 23,5 %.

Secara keseluruhan jumlah kasus Narkotika yang berhasil diungkap me-ng alami peningkatan yang signifikan khu susnya pada tahun 2010 dan 2011. Hal tersebut dapat dilihat dari da ta di bawah ini :

1. tahun 2007 : 11.380 kasus2. tahun 2008 : 10.008 kasus

3. tahun 2009 : 11.135 kasus4. tahun 2010 : 17.834 kasus5. tahun 2011 : 19.045 kasus

Meskipun hasil pengungkapan kasus menunjukkan kenaikan, namun hasil ini masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan perkiraan jumlah kebutuhan konsumsi Napza di Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

1. ganja : 487.242.210 Gr2. Shabu : 49.819.381 Gr3. Ekstasi : 148.411.620 butir4. Heroin : 1.868.937 Gr5. Kokain : 33.317 Gr

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka pencegahan dan pem-

be rantasan penyalahgunaan dan pe-redaran gelap Narkotika harus di la ku-kan secara seimbang dengan prinsip ”common and shared responsibility”, tidak hanya melalui penegakan hukum atau penurunan pasokan (supply re­duc tion) saja, tetapi juga dengan pe-nurunan permintaan (demand re duc­tion) yang salah satunya secara ber-ta hap diupayakan tersedia lembaga rehabilitasi medis dan sosial di daerah ra wan penyalahgunaan Napza.

Pembangunan Balai Rehabilitasi di Baddoka, Makassar bertujuan untuk mengatasi permasalahan pe-nya lahgunaan Napza di wilayah In-do nesia Bagian Timur. Diharapkan se-cara bertahap dapat memberikan pe-layanan terhadap para korban Napza yang ada di wilayah ini.

Page 11: buletin suplai #3

11

Terdapat + 303.000 korban Nap za di wilayah Indonesia Bagian Ti mur yang memerlukan perawatan re habilitasi dan khusus di Provinsi Sulawesi Selatan ada sekitar 124.443 orang.

BNN terus melakukan pem be-nahan dalam pengembangan pe-layanan rehabilitasi ke arah pe la yan-an pasca rehabilitasi dengan meng-gunakan pendekatan konservasi alam. Sementara pada tahun 2012 ini telah dikembangkan menjadi 4 (empat) tem pat meliputi :

1. Bengo-Bengo, Sulawesi Selatan;2. Wakatobi, Sulawesi Tenggara;3. P. Sebaru, Jakarta; dan4. tambling, Lampung.

Tujuan program pasca rehabilitasi adalah agar para mantan korban Nap za yang baru menyelesaikan pro-gram Therapeutic Community di tem-pat rehabilitasi, selanjutnya dapat se makin memantapkan bakat dan ke-

tram pilannya melalui pendekatan kon-servasi alam, pada akhirnya mampu kembali menjadi manusia yang man-diri dan produktif.

Setelah menyelesaikan program pas ca rehabilitasi, para mantan kor-ban Napza tinggal di Rumah Dam-pingan dan Rumah Mandiri. BNN me nyediakan sarana dan prasarana un tuk itu sebagai tempat transisi se-be lum bergabung kembali dengan ke luarga atau masyarakat. Selama masa transisi, mereka akan bekerja di be berapa tempat. BNN telah menjalin kerja sama dengan pihak swasta, BUMN dan kelompok organisasi ke-ma syarakatan lainnya memfasilitasi la pangan kerja bagi mereka.

Pembenahan di bidang rehabilitasi bertujuan mengajak masyarakat untuk hidup sehat dan merubah mindset bahwa penyalahgunaan Napza me-rupakan penyakit yang dapat di pu-lih kan. Melalui Institusi Penerima Wa jib Lapor (IPLW) diharapkan para kor ban Napza atau keluarganya bagi yang belum cukup umur mau me-manfaatkan sarana yang sudah ada sehingga selanjutnya mengikuti pro-gram perawatan rehabilitasi.

Sumber: diambil dari Press Release Badan Narkotika Nasional

Page 12: buletin suplai #3

12

ISU DAERAH

JuDuL diatas kerap sekali menjadi pertanyaan yang dilontarkan oleh beberapa orang pemerhati, praktisi dan bahkan para aktivis dan komunitas korban Napza. Pasalnya, kewajiban melapor diri bila tidak dilakukan oleh warga negara yang berlatarbelakang pecandu, baik orang dewasa maupun wali dari pecandu dibawah umur, maka mandat yang tertuang di UU Narkotika No 35 tahun 2009 di hadapkan pada pemidanaan kurungan dan denda. Pertanyaan ini semakin timbul, ketika kelompok kami memutuskan mengambil sebuah momen peringatan hari perang terhadap Narkoba atau yang selama ini dikenal dengan Hari Anti Narkoba Internasional

(HANI) setiap tanggal 26 Juni. Peringatan ini, kami lakukan dengan mengajak komunitas korban Napza untuk melaporkan diri ke Intitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang didukung peranan media massa agar dapat sekaligus memberikan pencerahan kepada masyarakat yang lebih luas mengenai kemanfaatan melaporkan diri ke intitusi yang telah ditunjuk. Pertanyaan bukan malah semakin meredam, namun semakin menyudutkan kelompok kami dengan intepretasi bahwa kegiatan yang kami lakukan dianggaap perilaku anarkis dengan beragam tanggapan yang salah satunya dituding mencederai komitmen pemerintah yang telah bersedia memberikan pelayanan kepada

Wajib Lapor Pecandu?Kenapa Kami Dukung

Page 13: buletin suplai #3

13

pecandu Napza yang diwakili oleh unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan setempat dalam hal ini Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Atas kondisi tersebut, kami semakin mem per-kuat komitmen bahwa hal ini merupakan ba gian dari hak sebagai warga negara dalam men dorong upaya perbaikan penanganan Napza dari sudut pandang yang dimiliki oleh kelompok komunitas kami dan tentunya merupakan kewajiban negara untuk memenuhinya. Secara sederhana, situasi ini dapat mengambarkan hak masyarakat khususnya yang berlatar belakang pecandu dipertaruhkan dalam ketidakpastian penanganan ketika di ha-dap kan pada persoalan hukum. Pertaruhan ini di dukung oleh data survei yang dilakukan oleh ke lompok kami di kota Surabaya pada tahun 2010 hingga 2011 menunjukan bahwa hanya 6,25% korban Napza saat berhadapan dengan proses hukum memperoleh subsider pasal 127 UU Narkotika yang menunjukan sebagai pecandu. Pe nerapan pasal ini kemudian di ketahui bahwa sebagaian besar pasal yang dipersangkakan ada-lah pemidanaan dengan hukuman yang diberikan mi nimal kurungan 2 sampai 4 tahun sesuai jenis golongan Napza dan denda paling terkecil 400 juta rupiah.

Pencantuman pasal 127 sebenarnya mem-buka peluang kepada penempatan pecandu un-tuk memperoleh terapi dan rehabilitasi. Peluang ini sebagaimana tertuang pada ayat 3 berbunyi

”Dalam hal Penyalahguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti se-bagai korban penyalahgunaan Narkotika, Pe nya-lah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi me-dis dan rehabilitasi sosial”. Namun, peluang ini, oleh hakim di muka persidangan ketentuan ke-putusannya memperhatikan sebagaimana dimak-sud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103 yang ber kaitan dengan wajib lapor pecandu Narkotika, serta hakim yang memeriksa perkara pecandu Narkotika ”dapat” memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika pecandu Nar kotika tersebut terbukti bersalah maupun tidak bersalah melakukan tindak pidana Narkotika.

Sementara itu, semangat UU Narkotika pada salah satu tujuannya adalah adanya ja-min an rehabilitasi medis dan sosial bagi pe can-du Narkotika. Di dalam UU Narkotika juga me-nyebutkan adanya kewajiban lapor bagi pecandu nar kotika baik yang sudah dewasa maupun yang belum cukup umur. Kewajiban lapor ini di tuang-kan di dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1305 tahun 2011 tentang penetapan Ins-ti tusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), serta No. 2171 tahun 2011 tentang Tata Cara Wajib La-por Pecandu Narkotika. Aturan turunan dari UU ini memiliki tujuan agar pecandu Narkotika mem-

Page 14: buletin suplai #3

14

ISU DAERAH

peroleh hak-nya untuk mendapatkan rehabilitasi medis dan sosial. Namun, pada kenyataannya ba-nyak pecandu Narkotika yang belum mendapatkan hak-nya, apabila pecandu Narkotika berhadapan de ngan hukum, maka dikenakan pasal-pasal pe-midanaan yang berakhir pada hukuman pidana ku rungan. Dengan demikian penempatan pecan-du narkotika ke rehabilitasi medis dan sosial be-lum dapat terselenggara dengan optimal sesuai man dat dari UU Narkotika.

”Sebetulnya bagi pecandu Narkotika, la­yan an rehabilitasi medis dan sosial sangat ber­gu na untuk memulihkan kesehatannya dari ke­ter gantungan Narkotika, memperbaiki kualitas hi dupnya dan yang paling penting adalah meng hindarkan dirinya dari penularan HIV dan pe nyakit infeksi lainnya.”

Situasi ini oleh aparat penegak hukum ter-uta ma kepolisian tidak dapat berbuat banyak ke tika mandat dari UU Narkotika yang memberi peng hukuman bagi pecandu Narkotika dalam hal me miliki; menguasai dan menyimpan Narkotika de ngan pencantuman pasal pemidanaan. Hal ini yang selanjutnya diteruskan oleh kejaksaaan untuk melakukan penuntutan di dalam surat dak waan yang mengikuti pasal pemidanaan dan diakhiri oleh hakim dengan memberikan pu tus -an ketetapan hukum yang dapat ditujukan ke pe-menjaraan.

Meski hakim telah memperoleh Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No 4 tahun 2011 ten tang Penempatan Pecandu Narkotika pada Re habilitasi Medis dan Sosial, tetapi aturan ini hanya berupa himbauan yang bersifat dapat di-terapkan maupun tidak. Sehingga jaminan pe-can du Narkotika sesuai dengan pasal 54 yang berbunyi ”Pecandu Narkotika dan Korban Pe nya-lahgunaan Narkotika Wajib Menjalani Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial” hanya merupakan sebuah dokumen yang sulit untuk diterapkan oleh penyelenggara Negara ketika pecandu berhadapan dengan hukum.

Disisi lain, aparat penegak hukum hingga ja jaran yang paling bawah juga berada pada ke-tidaktahuan akan aturan turunan dari UU Nar-

kotika, bahkan program-program pemulihan baik pendekatan medis dan sosial belum banyak me-ngetahui. Sehingga pecandu Narkotika yang telah melaporkan diri dan atau sedang dalam masa perawatan/pengobatan belum memperoleh akses fasisilitas layanan yang tersedia atupun jaminan perlindungan dari aturan-aturan tersebut.

Dengan demikian, tindakan yang dilakukan oleh kelompok kami memiliki dasar bahwa si-kap yang ditunjukan adalah untuk kepentingan ko munitas dalam memperoleh penanganan yang terbaik atas situasi ketidakpastian hukum agar tidak berlarut-larut dalam menimbulkan kor-ban yang lebih banyak lagi. Sikap ini menurut pe mandangan kelompok kami memiliki dua ke manfaatan yang dapat ditujukan kepada ko-mu nitas korban Napza, yakni kemanfaatan per-ta ma bahwa dengan adanya pelaporan, maka pe luang perlindungan hukum dapat diperoleh. Se dang kemanfaatan yang kedua diharapkan ko munitas semakin dapat mendekatkan diri pada layanan-layanan yang dibutuhkan antara lain pada persoalan kesehatan, pemulihan ke-ter gantungan Napza, perbaikan kualitas hidup dan lain sebagainya. Sehingga, dalam merespon si tuasi dan kondisi ini, maka ada tiga hal yang ha rus segera dilakukan yakni pendidikan pada ko munitas untuk memiliki kesadaran dalam me-lakukan wajib lapor bagi dirinya, mendorong ke-siapan penyelenggara IPWL dan yang tidak kalah penting adalah mendorong terus menerus inti-tusi aparat penegak hukum untuk memandang pe candu Narkotika adalah korban, agar supaya ke bijakan internal dalam penanganan kasus Nar-ko tika memiliki pendekatan yang lebih humanis.

Penulis:Adi Christianto-Divisi Advokasi East Java Action (EJA)

Sebagai Pengguna Napza Suntik yang saat ini sedang menjalani terapi Methadon dan memiliki

usaha bisnis Sembako

Page 15: buletin suplai #3

15

ISU INTERNASIONAL

iNtERNatioNaL Overdose Awareness Day atau Hari Kewaspadaan Overdosis Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 31 Agustus. Peringatan ini ditujukan untuk mereka yang meninggal atau mengalami cacat permanen akibat dari overdosis napza, ini juga dikenal sebagai tanda duka para keluarga dan teman yang di-tinggal oleh korban overdosis.

Diperingati di seluruh dunia, peringatan ini dituju-kan untuk membangkitkan kewaspadaan akan bahaya over dosis napza dan menghapus stig-ma yang melekat pada korban napza. Peringatan ini juga menyebarkan pe-san bahwa overdosis adalah kejadi-an yang bisa dicegah.

ide yang menginspirasiInternational Overdose Awareness

Day awalnya diadakan di Melbourne, Australia pada tahun 2001. Sally Finn, manajer dari program La yanan Alat Suntik Steril, Salvation Army needle, me rasa tergugah pada duka para teman dan keluarga para korban overdosis yang dia pe-lajari. Dia menjadi saksi dari ke tidakmampuan mereka untuk me ngekspresikan duka itu karena stigma yang diberikan pada para pengguna napza.

Sally memutuskan untuk untuk mengorganisir event peringatan, khusus untuk mengenang mereka yang me-ninggal karena overdosis, Sally akhirnya mempunyai ide untuk mendistribusikan pita. Awalnya dia berpikir dia hanya memerlukan 500 pita, namun pada kenyataan-nya dia memberikan 6000 pita.

Sebelas tahun kemudian, event di belakang sebuah pusat krisis di suburban itu, telah berubah menjadi event internasional bernama International Overdose

Awareness Day, yang sekarang diperingati di seluruh du-nia. Signifikansi global tersebut merefleksikan universal-nya emosi manusia yang dipicu oleh tragedi overdosis, sebuah tragedi yang bisa dicegah.

SasaranInternational Overdose Awareness Day diharapkan

mengurangi rasa malu dan bersalah yang diasosiasikan dengan penggunaan napza. Itu termasuk napza legal,

ilegal dan alkohol. Mengambil tema pencegahan dan peringatan tujuan dari event ini adalah:

•Untukmenyediakankesempatanuntuk orang melakukan duka se-

cara publik untuk yang mereka cintai, tanpa sara bersalah.

• Untuk menyertakan jumlahorang yang besar di event

Over dose Awareness Day events, dan mendorong

ke terlibatan yang non-de no -mi nasional.• Untuk memberikan ang­

gota ko munitas informasi ten-tang isu overdosis baik yang

fatal maupun yang tidak.• Untuk menyebarkan pesan pada pengguna dan man-

tan pengguna napza kalau mereka mempunyai nilai. • Untuk menstimuli diskusi tentang pencegahan over-

dosis dan kebijakan napza. • Untuk menyediakan informasi dasar pada jangkauan

layanan dukungan yang eksis di komunitas lokal. • Untuk mencegah dan mengurangi dampak buruk dari

napza dengan mendukung kebijakan yang berdasar-kan bukti dan praktik.

• Untuk mengingatkan semua akan resiko dari overdosis.sumber: www.overdoseday.com

International Overdose Awareness Day?

over dosis napza dan menghapus stig-ma yang melekat pada korban napza. Peringatan ini juga menyebarkan pe-san bahwa overdosis adalah kejadi-

ide yang menginspirasiInternational Overdose Awareness

Day awalnya diadakan di Melbourne, Australia pada tahun 2001. Sally Finn, manajer dari program

korban overdosis yang dia pe-lajari. Dia menjadi saksi dari ke tidakmampuan mereka untuk

ilegal dan alkohol. Mengambil tema pencegahan dan peringatan tujuan dari event ini adalah:

•Untukmenyediakankesempatanuntuk orang melakukan duka se-

cara publik untuk yang mereka cintai, tanpa sara bersalah.

• Untuk menyertakan jumlah

gota ko munitas informasi ten-tang isu overdosis baik yang

fatal maupun yang tidak.

Page 16: buletin suplai #3

16

REKOMENDASI

Ecstasy the Movie

FiLM sebagai media sebuah kampanye menjadi alat yang ampuh. Pe nya-jiannya yang pop dan dekat pada masyarakat karena merupakan sebuah potret akan kejadian sebenarnya ter-jadi membuat film sangat mudah di-te rima dan disukai oleh penontonnya. Lalu bagaimana dengan adaptasi buku menjadi sebuah film?

Buku pertama Irvine Welsh, Train-spotting, yang terbit pada tahun 1993, ter pilih oleh Waterstone; rantai toko bu ku terbesar di Eropa sebagai salah satu dari sepuluh buku terbaik abad ini terjual lebih dari satu juta kopi di Inggris saja, pernah mengalami kisah Cinderella dalam perjalanan si ne-manya. Train spotting yang pada tahun 1996 di adaptasi menjadi block­buster movie meski sempat di la rang di Amerika Se ri kat karena peng gam-baran tentang pe candu heroin yang sangat eksplisit, tahun 1998 bu ku-nya Acid House juga diadaptasi jadi kumpulan film pen dek tentang in ter-pretasi keabsurdan se seorang ketika

mengalami ’trip’ dari LSD. Ecstasy karya Irvine Welsh ada lah

film komedi romantis satir dari Ka -nada yang merupakan adaptasi da ri cerita pendek The Undefeated da ri buku bestseller Ecstasy karya Irvine Welsh. Disutradarai oleh Rob Hey-don, dengan pemain Adam Sinclair se bagai Lloyd Buist, pecandu napza yang menyelundupkan ecstasy dari Ams terdam, Belanda dan Kristin Kreuk bermain sebagai Heather Thompson.

PlotFrustasi oleh kehidupan kelas

me nengah dan pernikahan tanpa cin tanya, Heather Thompson (Kristin Kreuk) mencari perubahan di hi dup-nya. Di sebuah klab dia bertemu pe-cinta pesta Lloyd Buist (Adam Sin-clair), yang merupakan seorang pe-candu napza.

Heather jatuh cinta pada Lloyd wa-laupun pada kenyataannya waktu yang mereka habiskan bersama adalah da-lam pengaruh substansi. Saat mereka

bereksperimen dengan gaya hidup ter-sebut, mereka dihadapkan dengan per-tanyaan apakah mereka jatuh cinta satu sama lain, atau kepada zat yang mereka pakai, atau karena substansi itu mereka jadi jatuh cinta.

Alur cerita romantis ditambah de -ngan plot tambahan melibatkan Llyod yang berhutang pada ka rak ter ba-yangan, Solo (Carlo Rota). Saat Llyod lepas kendali pada ke can duan nya dia juga harus membayar hutang nya pada Solo.

Setelah beberapa lama, Heather mulai ragu pada perasaan Llyod ke pa-danya, dan menganggap perasaan itu cuma karena pengaruh ecstasy. Dan ketika Llyod hampir mati ketika ope-rasi penyulundupan ecstasy menjadi kacau dan menghadapi kemungkinan kehilangan Heather, dia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia ingin berubah, tapi dia harus berhadapan dengan hutangnya pada Solo terlebih dahulu.

Page 17: buletin suplai #3

17

Pemeran:• Adam Sinclair sebagai Lloyd Buist• Kristin Kreuk sebagai Heather

Thompson• Billy Boyd sebagai Woodsy• Carlo Rota sebagai Solo• Keram Malicki-Sánchez sebagai Ally• Natalie Brown sebagai Marie• Stephen McHattie sebagai Jim Buist, ayah dari Lloyd• Dean McDermott sebagai Hugh Thompson

Selain pemeran di atas ada juga cameo dari nama-nama terkenal se-perti DJ John Digweed dan gitaris Rush, Alex Lifeson dan soundtrack dari mu sisi-musisi terkenal seperti Tiesto, Cold play, Orbital, Primal Scream dan banyak lagi.

Ecstasy the MoviePada tahun 2000 stradara Rob

Heydon mendapatkan hak atas film Ecstasy. Perlu beberapa tahun untuk mendapatkan uang membiayai film tersebut dan membangun naskah yang mendapat persetujuan Irvine Welsh. Film ini tadinya dalah film kerjasama antara dua negara yaitu Kanada dan Inggris Raya, tapi kemudian akhirnya menjadi produksi Kanada. Pemeran utama wanita tadinya akan diperankan Lisa Ray, tapi kemudian diganti karena dia mengidap penyakit kanker. Film ini direkam di tiga negara yaitu di Skot-

landia, Belanda, dan Kanada pa da mu sim semi tahun 2011.

RilisSecara tidak sengaja ada juga

film indipenden berjudul sama yang ke luar pada tahun 2011. Tapi akhir-nya secara international film ini di lun-curkan di Glasgow Film Festival pada 18 Februari 2012.

PengahargaanIrvine Welsh’s Ecstasy menda pat-

kan beberapa penghargaan di be be ra-pa festival film di antaranya:

• Sacramento International Film Festival 2012, sebagai Outstanding Foreign Feature;

• Catalina Film Festival 2012, sebagai Best Feature;

• Honolulu Film Awards 2012, sebagai Grand Jury Prize;

• Pennine Film Festival 2012, sebagai Best Narrative Feature;

• Charleston International Film Festival 2012, sebagai Best Feature Jury Award;

• Mexico International Film Festival 2012, sebagai Best Foreign Feature;

• Milan International Film Festival 2012; sebagai Best Cinematography; dan

• Big Island Film Festival 2012; sebagai Best Foreign Feature.

Sumber berita dan foto: http://ecstasymovie.co.uk

http://en.wikipedia.org/wiki/Irvine_Welsh’s_Ecstasy

Page 18: buletin suplai #3

18

ISU KOMITMEN INDONESIA

PaDa tanggal 29 April hingga 18 Mei 2012 telah dilaksanakan kampanye pe nanggulangan dampak buruk napza (Harm Reduction) yang dilakukan oleh Jaringan Aksi Nasional Pengurang an Dampak Buruk Napza Suntik (JANG-KAR) dan Makassar Harm Reduction Community (MHaRC) dengan dukung-an dari KODAM VII Wirabuana. Ke-giatan ini juga bermitra dengan Pus-kesmas serta Dinas Kesehatan Lokal.

Adapun penyuluhan kepada siswa/i SMP hingga SMA termasuk prajurit TNI AD pada kesatuan yang berada di wilayah Sulsel- Sulteng- Gorontalo dan Sulut sepanjang trans Sulawesi.

Berbagai macam metode penyuluh-an dilakukan mulai dari Pemutaran Film mengenai dampak buruk napza ser ta mengenai HIV-AIDS, Fokus Grup Diskusi, tanya jawab, workshop hing-ga games, hal tersebut dilakukan ka-re na penyesuain kondisi kelompok yang di suluh dan berdasarkan pada ka rakteristik dan situasi dari lokasi pe-nyuluhan.

Gambaran bahwa usia SMP di se-panjang Trans Sulawesi mulai banyak

yang mengenal dan menyalahgunakan obat anti depresan, harusnya sudah menjadi perhatian yang cukup serius bagi institusi penanggulangan Napza/ Narkotika/ Napza dan Institusi pene-gak an hukum di Indonesia dan Su-lawesi pada khususnya.

Penyuluhan yang bersifat 1 arah su-dah sewajibnya tidak menjadi standart metode penyuluhan nasional, mengingat dinamika usia sekolah/ anak muda saat ini memerlukan masukan infor-masi secara objektif, berkondisi setara namun tetap mementingkan kualitas

Harm Reduction CampaignSepanjang Trans Sulawesi 2012

Page 19: buletin suplai #3

19

dalam membangun sebuah komuni-kasi mengenai diseminasi informasi dampak buruk napza. Dengan kata lain bahwa para penyuluh mampu mengembangkan sebuah karakter kre-atif, inovatif dan mampu membangun motivasi kepada anak muda dalam merespon dampak buruk penggunaan napza.

Yang menjadi catatan penting lain-nya adalah, perlunya memasukkan agenda pengamanan wilayah se cara berkelanjutan, berdikari serta ber dau-lat dalam merespon dampak buruk peng gunaan napza dan mengenai hi-dup dengan HIV-AIDS di para pemuka masyarakat juga agama.

Tantangan kenapa Sulawesi yang dipilih untuk kegiatan ini adalah meng ingat masyarakat di Pulau ini se dang dalam proses pembangunan yang cukup pesat terutama pada po-ros Trans Sulawesi juga mengingat bah wa Sulawesi menjadi pintu pem-bangunan untuk Indonesia Timur, ten tunya jika tidak diantisipasi sedini mungkin mengenai gejala pemakaian Napza maka Sulawesi akan menjadi batu pijakan peredaran Napza untuk Indonesia wilayah Timur di masa yang akan datang.

Kami sadar bahwa penjangkaun selama 18 hari ini pastinya tidak akan memberikan semua informasi secara

ditail bagi yang membutuhkannya, untuk itu ditiap lokasi penyuluhan kami selalu mengingatkan akan pen-tingnya mengakses informasi melalui media yang mungkin cukup mudah di-lakukan dan berbiaya murah, lainnya adalah kami memotivasi para peserta untuk dapat melakukan diskusi atau mengajukan kegiatan inisiatif berupa pengayaan informasi mengenai respon dampak buruk napza dan hidup de-ngan HIV-AIDS, termasuk dalam hal ini adalah mengembangkan fungsi je-ja ring masyarakat.

Dengan tema dari perjalanan ini yaitu ”Mengingat Komitmen Kami”, para anggota dari tim ini mencoba untuk mengevaluasi serta meyakinkan diri bahwa kesibukan karena projek-projek pengurangan dampak buruk napza beberapa tahun belakangan, ti dak menjadikan para anggota tim lupa akan sifat dasar dari kegiatan so sial yaitu kerelawanan alias bahwa semua kegiatan berupa kampanye atau penyuluhan terkait isu ini tidak se lamanya harus selalu mendapatkan dukungan donor.

Tim ”Langit Biru” dengan menggu-nakan 2 sepeda motor untuk memu-dahkan mobilitas dari setiap lokasi pe-nyuluhan dalam 1 kota/wilayah, me-nempuh total 2500 km, diguyur hujan

dan dipanggang panas matahari, tidak mematahkan semangat dalam mem-berikan penyuluhan kepada 48 Seko-lah terdiri SMP, SMA, SMK dan yang setingkatnya di 19 kota/kabupaten me liputi propinsi Sulawesi Selatan, Su lawesi Tengah, Gorontalo dan Sula-wesi Utara. Total menjangkau 4500 siswa/i sekolah dan 1500 prajurit TNI-AD beserta keluarganya.

Jabat tangan erat, sambutan ha-ngat dan senyum persahabatan dari para pimpinan dan staf pengajar di se tiap sekolah atau dari pimpinan kodim-koramil yang dikunjungi, men-jaga api semangat dari tim “Langit Biru” tetap berkobar.

Harapannya bahwa kegiatan ini dapat menjadi tolak ukur sebuah ke-giatan penyuluhan Napza- HIV, teruta-ma dapat membantu mengidentifikasi permasalahan sosial, kesehatan, bu-daya serta pertahanan -keamanan ter-kait penggunaan Napza serta infeksi baru HIV di waktu yang akan datang.

tim ”Langit Biru”

Renewing Our Commitment 2012Sulawesi to a brighter future

Sahrul Syah, Shanti Riskiyani, MerlyYurinda, Amir “Aco” Mahmud, ImamGhozalie, Siti Salmah, Kester Sumual

Page 20: buletin suplai #3

20

GALERI

Perawatan Venadan Beberapa

Masalah SekitarMenyuntik

Pertemuan kecil Modul penatalaksaan penanganan overdosis kedua

Pertemuan kecil Modul penatalaksaan penanganan overdosis pertama

Semiloka penatalaksaan penanganan overdosis di Rumah Putih

Peluncuran buku Pencegah Positif

Edo agustian saat pengambilan gambar Indonesia BergegasPelatihan jurnalistik Sekretariat Nasional PKNI

Page 21: buletin suplai #3

21

ISU KESEHATAN

BERBagi alat suntik adalah hal yang ti dak jarang terjadi. Ketika hal ini ter-jadi, perawatan vena yang tidak baik akan berujung pada situasi beresiko tinggi. Selain itu, menyuntik secara ter atur bisa berujung pada kerusakan vena dan jaringan di sekitarnya. Beber-apa masalah dalam menyuntik adalah yang diterangkan sebagai berikut;

trombosisGumpalan darah terjadi ketika ada

kekacauan dalam aliran darah. Ke ru-sak an, atau peradangan garis pem buluh darah bisa memicu penggumpalan dari darah di daerah kerusakan. Gumpalan ini menetap di garis pembuluh darah dan dikenal sebagai ’trombosis’.

Penggumpalan darah di dalam pem-buluh sama dengan penggumpal an di permukaan. Gumpalan ini akan me-ngeras dan berubah menjadi jaringan ru sak yang mengecil dan menarik ujung dari pembuluh bersama-sama.

Penarikan ujung dari pembuluh ini yang mengaklibatkan kolapsnya vena yang mengakibatkan darah yang jalan di jalur pembuluh itu harus mencari jalan lain menuju jantung.

DVt – Deep Vein thrombosis (trombosis Vena Dalam)

Menyuntik pada daerah se lang kang-an atau kaki, dapat mengakibat kan peng gumpalan darah, yang mem ben -tuk di dalam vena kaki. Bentuk gum-palan ini dikenal sebagai; DVT – Deep Vein Thrombosis (Trom bo sis Vena Da-lam). DVT bisa ter ben tuk di se kitar area penyuntikan, atau ba gian lebih ren dah dari kaki sekitar otot betis.

Gejala dari DVT adalah: nyeri, me me rah, dan pembengkakan kaki. Apa bila Anda menyuntik di daerah se-lang kangan dan mendapatkan gejala ter sebut, segera ke Rumah Sakit un-tuk men dapatkan perawatan. Apabila anda mengalami gejala DVT dan sesak

Perawatan Venadan Beberapa

Masalah SekitarMenyuntik

Kita mungkin sering bertanya-tanya apa hubungan dariperawatan vena dan hepatitis C. salah satu alasan

terpenting kenapa perawatan vena adalah penting adalah karena semakin banyak luka dan masalah yang kita

punya dengan vena, semakin banyak pula jumlah darah dalam proses menyuntik dan otomatis, semakin besar pula

resiko terinfeksi Hepatitis C atau penyakityang menular melalui

darah lainnya.

Page 22: buletin suplai #3

22

ISU KESEHATAN

di dada, segera telepon ambulans. Bisa jadi gumpalan darah telah pecah dan berjalan dan menghambat paru-paru. Ini disebut sebagai pulmonary embo-lism (PE) dan bisa mengancam nyawa.

Di rumah sakit DVT dan penggum palan darah lainnya bisa dirawat de-ngan suntikan yang menghancurkan gumpalan.

NanahNanah terbentuk ketika kulit terben-

tur atau tercakar atau disuntikan yang mengakibatkan permukaan rusak. Ali-ran darah yang lambat berarti sel tidak dapat mereproduksi dengan cepat un-tuk menyembuhkan luka. Kelembaban yang dihasilkan dan luka yang sakit bisa bertahun agar sembuh, dan bisa terpapar infeksi.

Faktor yang mempengaruhipenyembuhan:• Dietdannutrisi;• Stress;• Akomodasiyangtidakbaik;•Kesehatangeneralyangtidakbaik;•penggunaannapzayangberlebih.

infeksi LokalSeperti halnya resiko transmisi

hepatitis C atau penyakit yang menular lewat darah lainnya, menyuntik juga mem bawa resiko terpapar oleh infeksi bakteri dan jamur pada jaringan sekitar area penyuntikan. Resiko lokal infeksi menjadi parah oleh karena:• Berbagialatsuntik;• Memakaialatsuntikbekasyang

tidak steril (termasuk filter);•Menyuntikkanobatnonfarmasi;• Persiapanmenyuntiktakhigienis;•Kondisikesehatanyangtidakbaik;•Faktorkesehatanlainyangmeng­

akibatkan imunitas berkurang (seperti merokok, kurang olahraga, atau gizi buruk, dan penyakit kronis)

Yang termasuk infeksi lokal adalah abscesses, phlebitis, dan cellulitis.

abscesses (abses)Infeksi Abses adalah lokalisasi

kum pulan nanah yang tertangkap da-lam jaringan yang meradang. Hal ini bisa disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur yang bermasam-macam. Ab ses berbeda dengan selulit karena me miliki sudut dan bentuk yang beda. Karakterisasi abses:• Kulityangmemerah;• Panasdisekitarluka;• Nyeri;• Terbentuknyananah;• Bautidakenakbilalukaditekan.

Bila anda mengalami gejala abses, an da harus mendapatkan perawatan dan pendapat medis sesegera mung-kin. Abses memerlukan perawatan an ti biotik dan atau obat untuk mendo-rong nanah keluar.

Jangan mengeluarkan nanah sen-diri tanpa bantuan medis karena bisa memperluas infeksi dan tanpa antibitik yang benar bisa mengakibatkan septi-caemia (keracunan darah).

Phlebitis (plebitis)Secara sederhana Plebitis berarti

pe radangan vena. Plebitis berat hampir selalu diikuti bekuan darah, atau trom-bus pada vena yang sakit. Kondisi de-mikian dikenal sebagai tromboplebitis.

Dalam istilah yang lebih teknis lagi, plebitis mengacu ke temuan klinis ada nya nyeri, nyeri tekan, bengkak, pe ngerasan, eritema, hangat dan ter-ba nyak vena seperti tali. Semua ini di akibatkan peradangan, infeksi dan/atau trombosis. Banyak faktor telah di anggap terlibat dalam patogenesis ple bitis, antara lain:• Menyuntikansubstansiyangiritan

seperti benzo;•Teknikmenyuntikyangsalah;•Infeksi;dan

•Cederayangtidakdisengajaseperti pukulan.

Bila anda mengalami gejala plebitis, anda harus mendapatkan perawatan dan pendapat medis sesegera mung-kin. Plebitis memerlukan perawatan an tibiotik, istirahat, dan obat anti ra-dang. Atau mengangkat bagian tubuh yang terkena plebitis.

Cellulitis (selulitis)Selulitis adalah peradangan akut

ter utama menyerang jaringan dermis dansubkutis. Faktor risiko untuk ter-jadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena mau-pun pembuluh getah bening.

Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (ru-bor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut.

Selulitis bisa disebabkan oleh:• Substansiiritandijaringantubuh;• Infeksiyangserius.

Bila anda mengalami gejala selulitis, anda harus mendapatkan perawatan dan pendapat medis sesegera mungkin. Se lulitis memerlukan perawatan anti-biotik, istirahat, dan obat anti radang. Atau mengangkat bagian tubuh yang ter kena selulitis. Jangan menyuntik lagi di daerah yang terkena gejala selulitis.

Hal yang bisa mengurangiresiko selulitis:• Menggunakanalatsuntiksteril;•Menggunakanairsterilataualter-

natif yang pantas bisa tidak ada;•Menghindaripenyuntikanzatiritan;•Menghindaripenyuntikanzat

dalam volume yang besar.

artikel ini diambil dari berbagai sumber

Page 23: buletin suplai #3

23

FAQ & FACT

apakah Ecstasy?Ecstasy adalah nama ja lan an un tuk

napza jenis methy lenedioxymethamphe-tamine (MDMA). Ecstasy adalah tipe sti mulan yang juga menghasilkan efek ha-lu cinogen (halusinasi).

Napza jenis stimulan mempercepat pe-san antara otak dan tubuh yang akibatnya bisa membuat seseorang menjadi lebih peka, sadar, percaya diri dan enerjik.

Meskipun begitu, ecstasy kadang di sebut halucinogen yang ringan, se-hing ga tidak terlalu sering orang yang menggunakan ecstasy berhalusinasi.

Nama lain:Ecstacy, E, XTC, eccy, the love drug,

cece, inek, i, ikan, sajen, petir.

Bagaimana bentuknya?Ecstasy biasanya ada dalam bentuk

sebuat tablet dengan bentuk, ukuran, dan warna yang bervariasi. Dan seringkali di-hias dengan gambar logo desain dari bu-da ya pop, seperti; brand fashion, mobil, bi natang, dan lain lain.

Bagaimana Ecstasy digunakan?Cara yang paling lazim dalam meng -

ecstasy

Ecstasy biasanya ada dalam bentuksebuat tablet dengan bentuk, ukuran, danwarna yang bervariasi. Dan seringkalidihias dengan gambar atau logo.

Page 24: buletin suplai #3

24

FAQ & FACT

gu nakan ecstasy adalah dengan me ne-lannya dengan air atau oral.

Efek dari ecstasyEfek dari obat-obatan (termasuk

ecstasy) berbeda-beda untuk masing-ma sing orang. Bagaimana ecstasy mem-pe ngaruhi tubuh seseorang tergantung pada banyak hal, termasuk ukuran, be rat, tubuh, dan kesehatan seseorang, juga ditentukan oleh penggunaan zat lain dalam waktu bersamaan. Efek dari obat-obatan juga tergantung dari jumlah sat yang dipakai. Penggunaan obat-obatan selalu membawa resiko, bahkan obat-obat yang bertujuan untuk mengobati bi sa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Sangatlah pen ting un-tuk berhati-hati setiap kali meng gu na kan obat-obatan jenis apapun.

Efek Seketika PenggunaanEfek dari ecstasy bisa mulai (pecah/

hacep) dalam waktu 20 menit sampai 1 jam setelah ecstasy ditelan, dan bisa bertahan selama 6 jam.

Dalam dosis rendah sampai se dang efek atau pengalaman yang di tim bul-kan adalah:• Percaya diri dan energi yang

bertambah.• Perasaan menjadi orang yang baik• Merasa dekat pada orang asing• Empati • Keresahan• Paranoid, agresif, dan psikosis.• Kendali otot berkurang dan agak

goyah• Otot yang sakit dan kaku• Tekanan darah dan detak jantung

meningkat • Nausea• Kehilangan selera makan • Temperatur tubuh meningkat • Berkeringat• Kulit, pendengaran, penglihatan,

dan indra peraba menjadi peka• Pupil yang membesar

• Rahang kaku• Gigi geremet

Penggunaan dosis tinggi:Penggunaan dalam dosis tinggi da-

pat mengakibatkan overdosis. Ini be-rarti orang tersebut mengkonsumsi ecsta sy lebih dari tubuhnya bisa te ri-ma. Efeknya bisa berupa;

• Sensasi gamang• Muntah/ jekpot• Suhu badan tinggi• Tekanan darah tinggi• Detak jantung meningkat• Halusinasi• Prilaku aneh atau tidak rasional• Kejang• Ecstasy juga kadang mengakibatkan

kematian karena serangan jantung dan pendarahan otak

Setelah penggunaan ecstasy atau istilahnya 'basian’ seringkali pengguna ecstasy mengalami:

• Kelelahan• Depresi • Insomsia• Keresahan• Paranoid• Sulit berkonsentrasi• Gejala ‘basian ‘ini bisa berlangsung

berhari-hari

Efek jangka panjang penggunaan:Ada beberapa penelitian yang me-

maparkan bahwa penggunaan jang-ka panjang dari ecstasy bisa me ng-akibatkan kerusakan otak, dan be be ra-pa bisa berujung pada depresi.

Sejarah dari ecstasyPaten dari MDMA pertama kali di do-

kumentasikan pada tahun 1912 oleh perusahaan farmasi Jerman Merck. Tapi tidak dikonsumsi oleh manusia sam pai setengah abad selanjutnya.

Pa da tahun 1970-an di Amerika Se ri-kat, farmakologis Dr Alexander Shul gin menemukan kembali MDMA dan mem-promosikan MDMA sebagai produk te rapi untuk memberikan pasien pe-ma haman ke dalam masalah dalam ji wanya dan mengurangi pertahanan psi kologi mereka. Beberapa psikiater me namakan ekstasi sebagai penisilin untuk jiwa, walaupun faktanya obat itu belum disetujui teruji klinis pada manusia.

Selama tahun 1980-an penggunaan na ma ’empathy’ atau ’ecstasy’ (is ti-lah jalanan untuk MDMA) mulai me-ningkat. Terutama pada komunitas gay dan urban. Dan akhirnya pada de kade 90-an penggunaan ecstasy di klab malam dan lingkungan musik elek tro nik sudah marak.

Ecstasy dilarang di Amerika se ri-kat tepatnya pada tahun 1985 ketika Drug Enforcement Agency me nam-bah kannya ke daftar obat-obatan yang harus dikendalikan. Ecstasy di-per timbangkan tidak mempunyai ke-gu naan secara medis dan berpotensi tinggi disalahgunakan. Meskipun su-dah dilarang sejak tahun 1997 dan di golongkan sebagai zat psikotropika, Ke beradaan zat ini di Indonesia ma-sih sangat besar. Terbukti dari hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Universitas Indonesia pa da 2011, kebutuhan ekstasi di In-do nesia mencapai 140 juta butir per tahun.

Sumber:http://www.druginfo.adf.org.au/drug-facts/ecstasyhttp://www.drugfoundation.org.nz/ecstasy/historyhttp://www.duniabebasnarkoba.org/booklets/2009_Ecstasy_Indo_lr.pdfhttp://www.mediaindonesia.com/read/2012/06/12/325765/293/14/Pasar-Ekstasi-di-Indonesia-Capai-140-Juta-Butir-Per-Tahun

foto:http://wallpoper.com/wallpaper/drugs-ecstasy-303264

Page 25: buletin suplai #3

25

ISU HUKUM

Oleh: Ajeng Larasati

Pengedaran narkotika adalah

sebuah tindakpidana yang

oleh pemerintah narkotika

digolongkansebagai kejahatan

serius. tingkat keseriusannya ini

bisa kita lihat dari tingginya ancaman

hukumantindak pidana

narkotika. kepemilikan dan

penguasaan narkotika diancam

pidana minimal4 (empat) tahun

penjara.

Antara Corby 'Pengedar Narkotika'

(1)

NaMa Schapelle Leigh Corby, perempuan asal Australia yang dikenal sebagai ’ratu ma-ri yuana’, lagi-lagi marak diperbincangkan. Se telah pada tahun 2004 Corby diketahui mem bawa masuk 4,2 kilogram ganja ke Bali , kini Corby menjadi perbincangan ba-nyak orang atas grasi yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepadanya pada 15 Mei 2012. Dalam Surat Keputusan Pre-siden RI No. 22/G Tahun 2012, Presiden mem berikan potongan hukuman selama 5 (lima) tahun kepada Corby. Dengan demikian, hukuman yang harus dijalani Corby adalah 15 (lima belas) tahun penjara.

Banyak pihak angkat bicara atas ke-putusan Presiden ini. Mulai dari pakar-pakar hukum, politisi, tokoh agama, serta tokoh masyarakat menunjukkan sikap pro maupun kontra mereka. Bahkan Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat), sebuah organisasi anti narkotika, mengajukan gugatan atas ke putusan Presiden ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Gugatan yang telah dinyatakan tidak dapat diterima oleh PTUN ter tanggal 5 Juli 2012 ini menggunakan 4 (empat) argumen, diantaranya adalah gu gatan tersebut bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) dan moral bangsa.

grasi: Hak Prerogatif Presiden RiGrasi diartikan sebagai pengampunan ke-

pa da seorang terpidana dalam bentuk pem-be rian perubahan, peringanan, pengurangan, mau pun penghapusan pelaksanaan pidana.

Oleh karena itu, pengajuan grasi hanya bisa di lakukan saat putusan sudah berkekuatan hu kum tetap. Sebelumnya, tidak ada ba-tas an waktu pengajuan permohonan grasi ke Presiden. Namun, saat ini untuk meng-aju kan grasi dibatasi paling lama 1 (satu) tahun sejak putusan telah berkekuatan hu-kum tetap. Alasan ditentukannya batas wak tu pengajuan grasi adalah untuk lebih mem berikan kepastian hukum bagi terpidana mati , namun sayangnya batasan waktu ini juga berlaku bagi terpidana lainnya.

Grasi yang diberikan kepada Corby ber-mula dari permohonan keluarga Corby yang diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM. Kemudian, setelah dipelajari, Menteri terkait meneruskan permohonan tersebut kepada Pre siden. Tidak ada pengaturan lebih rin ci mengenai hal-hal yang harus menjadi per-timbangan Presiden selain pertimbangan dari Mahkamah Agung. Namun demikian, dalam Penjelasan UU No. 5 Tahun 2010 dinyatakan bah wa Presiden harus mempertimbangkan jenis tindak pidana yang dilakukan, terutama dalam hal adanya pengulangan tindak pida-na, kesusilaan, serta tindak pidana yang sa-dis dan berencana. Dengan demikian, secara pro sedural, grasi yang sudah diajukan sejak Juli 2010 ini tidak bermasalah.

Perdebatan yang muncul kemudian meng hubungkan pemberian grasi de ngan komitmen pemerintah terhadap pem be ran-tas an narkotika. Presiden dianggap tidak me-me nuhi rasa keadilan di dalam masyarakat, dimana seorang pengedar narkotika diberikan

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Page 26: buletin suplai #3

26

ISU HUKUM

pengurangan hukuman. Bahkan keputusan pemberian grasi ini di anggap berpotensi melanggar sumpah presiden. Penolakan yang disampaikan oleh sebagian besar unsur masyarakat umumnya didasarkan pada status Corby yang dianggap sebagai pengedar narkotika. Di sudut pandang inilah justru masyarakat harus bisa bersikap kritis.

tolak grasi Bagi Pengedar Narkotika?Pengedaran narkotika adalah sebuah tindak

pidana yang oleh pemerintah narkotika digolongkan sebagai kejahatan serius. Tingkat keseriusannya ini bisa kita lihat dari tingginya ancaman hukuman tindak pidana narkotika. Kepemilikan dan pe-nguasaan narkotika diancama pidana minimal 4 (empat) tahun penjara. Bahkan pembelian, pen-jualan, dan perantaraan narkotika di atas 5 gram diancam dengan hukuman mati. Belum lagi bagi residifis dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, ancaman hukumannya dinaikkan sebanyak 1/3 (satu per tiga).

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa belakangan ini marak terjadi kasus-kasus penjebakan tindak pidana narkotika, baik yang disinyalir dilakukan oleh pihak kepolisian, maupun oleh jaringan narkotika internasional. Sehingga, ketika seseorang diberikan label sebagai ’pengedar narkotika’, kita harus benar-benar mencermati kejadian yang sesungguhnya. Bahkan, seorang penyalahguna nar kotika yang ketika ditangkap sedang melakukan transaksi narkotika, akan dikenakan pasal 114, yang dikenal sebagai ‘pasal pengedar’. Data yang disajikan oleh LBH Masyarakat menunjukkan bah-wa sebanyak 31% tersangka kasus narkotika yang diancam pasal 114 memiliki barang bukti dibawah 1 (satu) gram, batasan gramatur yang ditolerir Mah kamah Agung sebagai batas penggunaan nar-ko tika untuk pribadi.

Penjebakan yang berujung pada pengenaan pasal sebagai pengedar narkotika pernah dialami Rafi (bukan nama sebenarnya), seorang anak yang tinggal di bilangan Tugu Proklamasi. Rafi, yang pada saat itu diminta tolong temannya un-tuk menemani ke sebuah tempat, bernasib sa ngat sial ketika kemudian segerombolan polisi meng-hampiri dan menangkap mereka. Ternyata, teman Rafi tersebut menjadi korban penjebakan polisi, yang kemudian membuat Rafi juga ikut disangka

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Page 27: buletin suplai #3

27

ISU HUKUM

(1) Penulis adalah Koordinator Program HIV/AIDS dan Hak Asasi Manusia Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBH Masyarakat). Untuk menghubungi bisa melalui alamat email [email protected]. Tulisan ini tidak merepresentasikan pandangan LBH Masyarakat secara kelembagaan.

(2) Lihat http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/10/13/b12.htm (3) Lihat http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/05/22/m4f9hn-presiden-setujui-grasi-5-

tahun-untuk-corby (4) Lihat http://www.tempo.co/read/news/2012/06/07/063408975/Siang-Ini-Granat-Ajukan-Gugatan-

Grasi-Corby-ke-PTUN (5) Pasal 1 UU No. 22 Tahun 2002 (6) Pasal 7 UU No. 22 Tahun 2002 (7) Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 2010 (8) Penjelasan UU No. 5 Tahun 2010 (9) Lihat http://www.merdeka.com/peristiwa/menkum-ham-jelaskan-grasi-corby-ke-komisi-iii.html (10) http://acehvoice.com/index.php?option=com_content&view=article&id=777:presiden-belum-terima-

pengajuan-grasi-corby&catid=35:terpopuler&Itemid=1 (11) http://nasional.kompas.com/read/2012/05/28/08214525/Grasi.Corby.Berpotensi.Langgar.Sumpah.

Presiden (12) Pasal 111 (1), 112 (1) UU No. 35 Tahun 2009(13) Pasal 114 (2) UU No. 35 Tahun 2009(14) Pasal 144 UU No. 35 Tahun 2009(15) LBH Masyarakat, Membongkar Praktik Pelanggaran Hak Tersangka di Tingkat Penyidikan: Studi kasus

Terhadap Tersangka Kasus Narkotika di Jakarta, Jakarta, 2012.(16) Lihat Putusan PN Jakarta Pusat No 1726/Pid.B/2011/PN.JKT.PST(17) Lihat http://lbhmasyarakat.org/admin/dataupload/HDH,%20No.%207,%202010.pdf (18) Sebagaimana disampaikan oleh hakim dalam Putusan No. 1726/Pid.B/2011/PN.JKT.PST(19) Disampaikan oleh Taufik Basari, SH., Shum, LLM dalam peluncuran buku dan diskusi publik LBH

Masyarakat, Juni 2012.

menjadi pengedar narkotika. Mereka berdua kemudian didakwa dengan Pasal 114 Sub. 112 Jo. 132, yang berarti permufakatan jahat untuk mengedarkan atau menguasai narkotika. Beruntung bagi Rafi, hakim yang ditunjuk memiliki pemahaman yang kuat akan hukum pidana, sehingga Rafi dijatuhkan putusan bebas.

Selain itu, sindikat narkotika internasional juga sedang maraknya mem-perdaya perempuan-perempuan dari negara miskin untuk menyelundupkan narkotika. Parahnya lagi, sebagian besar dari perempuan ini tidak mengetahui bahwa mereka membawa sejumlah narkotika, seperti yang dialami oleh Melati. . Saat ini Melati masih menjalani masa hukumannya di LP Sukamiskin, Bandung.

Contoh kasus di atas mengilustrasikan betapa label sebagai pengedar narkotika sangat perlu dihindari. Tipikal pasal dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika bersifat sangat ’karet’. Pasal ini tidak melihat pada unsur kesengajaan, yang seharusnya menjadi unsur yang penting dan utama dalam hal penjatuhan hukuman tindak pidana narkotika. Siapapun, baik mereka yang dijebak maupun pecandu narkotika itu sendiri akan sangat mudah dikenakan pasal ini. Apalagi, perang terhadap narkotika yang didengung-dengungkan pemerintah Indonesia membuat sebagian besar polisi, jaksa, hakim, bahkan masyarakat itu sendiri kehilangan kekritisannya terhadap kejanggalan-kejanggalan di kasus narkotika.

Tulisan ini bermaksud untuk mengajak kita semua untuk kembali kritis dalam melihat permasalahan yang muncul. Bagi sebagian orang, grasi bagi Corby mungkin menciderai hati nurani mereka. Tapi hendaknya penolakan pemberian grasi terhadap Corby tidak ditarik lebih luas menjadi penolakan pemberian grasi bagi mereka yang dikenakan pasal pengedaran narkotika, mengingat maraknya penjebakan yang terjadi.

(17)

(18)

(19)

Page 28: buletin suplai #3

28

HEALTHY FOOD

Propolis VCOBeberapa nutrisi alami dipercaya punya manfaat untuk kesehatanorang pada umumnya dan untuk para korban napza pada khususnya. Pada edisi kali ini Suplai khusus membahas dua nutrisi alami yaitu Propolis dan Virgin Coconut oil (VCo)

PropolisPropolis adalah produk yang di ha-

silkan oleh lebah pekerja yang berasal dari resin (getah) bagian tumbuhan. Man faat propolis sangat banyak ka-re na propolis mengandung banyak zat esensial yang sangat bermanfaat ba-gi tubuh kita. Propolis melindungi le-bah dari berbagai serangan virus dan bakteri.

Komposisi PropolisManfaat propolis diperoleh dari re-

sin (getah) sebagai bahan dasar yang di ambil oleh para lebah dikumpulkan di dalam sarang, lalu dicampur serbuk bu nga dan wax serta lendir/air liur lebah (50-55% Resin, 10% Etheric Oil, 5-10% serbuk sari, dan 30% wax). Campuran ini bersifat lentur dan di-sebut dengan propolis.

Manfaat Propolis Bagi Lebah dan Manusia

Setiap tahun, sekitar 200.000 lebah madu dapat menghasilkan sekitar 20 gram propolis. Manfaat propolis bagi lebah adalah untuk membuat sarang mereka steril dan bebas dari serangan ja mur, bakteri, serta berbagai macam penyakit.

Setelah diketahui manfaat propolis yang dapat menjadi zat sterilisasi bagi lebah, manusia mulai menggunakan man faat propolis ini untuk kesehatan. Propolis dapat menjadi produk ke se-hatan alami serta campuran obat da-lam dunia kedokteran.

Keunggulan dari propolis dibanding produk kesehatan alami lainnya

Propolis terbukti memiliki ke ung-gulan dari produk kesehatan alami yang lain karena propolis sangat cepat be reaksi ketika ada serangan virus atau kuman. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan bio-logi menyebutkan beberapa manfaat pro polis sebagai berikut:

1. Sebagai anti bakteri dan anti virus.2. Dapat mencegah penuaan dini.3. Mampu melawan Giardia sp. dan

Trichomonas sp. dengan berperan menjadi anti parasit- aktif.

4. Bisa menyembuhkan peradangan.5. Sangat baik meningkatkan imunitas

tubuh dengan menstimulasi produk-si anti bodi.

6. Sebagai anti tumor dan memberikan perlindungan dari paparan radiasi.

Manfaat propolis yang demikian be ragam tersebut disebabkan karena kandungan propolis yang beragam pula. Berdasarkan penelitian ilmiah yang masih dilakukan hingga saat ini di ketahui bahwa Propolis memiliki kan-dungan vitamin B-Complex, Vitamin C, Vitamin E, dan Vitamin H. Serta ber-bagai unsur Mineral/Kalsium, Zat besi, Copper, Chrome, Zink, Silizium, Ma-ngan, hingga Vanadium. Propolis juga mengandung Enzim Bioflavonoid dan Azam Amino essensial dalam jumlah ba nyak yang menjadi antibiotic alami yang sangat kuat untuk memperkuat system imun tubuh.

VCo (Virgin Coconut oil)Indonesia kaya tumbuhan kelapa.

Sejak bertahun-tahun kelapa banyak di manfaatkan untuk berbagai ke per-lu an. Ibu rumah tangga membuatnya

Page 29: buletin suplai #3

29

HEALTHY FOOD

men jadi santan untuk bahan memasak.Saat ini, pemanfaatan kelapa lebih

berkembang. Salah satunya dengan mem buatnya menjadi minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO. Hingga kini minyak kelapa murni ramai di-per bincangkan karena khasiatnya bagi kesehatan. Para ahli pun mulai tertarik untuk meneliti kandungan VCO dan kait annya dengan kesehatan manusia.

Menurut berbagai referensi, VCO ter buat dari daging kelapa yang ma-sih segar. Proses pembuatannya di la-ku kan dalam suhu yang rendah. Cara membuatnya, daging buah kelapa diperas santannya, lalu dipanaskan de ngan suhu rendah. Selanjutnya di-lakukan proses fermentasi, pen dingin-an, penambahan enzim, dan tekanan me kanis atau sentrifugasi.

Proses pembuatan minyak ke la pa murni ini sama sekali tidak meng gu-na kan zat kimia organis dan pelarut mi nyak. Dari proses seperti ini, rasa minyak yang dihasilkan lembut dengan bau khas kelapa yang unik. Jika mem-beku, warna minyak kelapa ini putih mur ni. Sedangkan jika cair, VCO tidak ber warna (bening).

Khasiat buah kelapa memang su-dah terkenal sejak lama. Masyarakat In donesia biasa menggunakan air ke la-pa untuk mengobati demam, pe na war

racun, dan menetralkan racun ka rena obat. Bahkan, penduduk di Ke pulauan Pasifik mempunyai tubuh yang sehat dan gigi yang kuat karena me reka terbiasa makan dengan meng gu nakan kelapa. Sejumlah ahli me ya kini, mengonsumsi makanan yang me ngandung kelapa memberikan be berapa manfaat. Antara lain kadar ko lesterol rendah, kesehatan tubuh ter ja ga, mencegah penyakit ke tu-run an, dan sebagainya.

Sedangkan minyak kelapa murni (VCO) juga diyakini memiliki sejumlah khasiat untuk menjaga kesehatan ma-nusia. Ini karena kandungan asam le-mak nya cukup tinggi.

Asam lemak dalam minyak kelapa ini memiliki beberapa sifat antimikroba dan antivirus. Karenanya, VCO men du-kung sistem kekebalan tubuh, mem-ban tu mencegah infeksi virus, me-ngu rangi risiko kanker, dan penyakit de generatif lainnya.

VCO juga memiliki sifat me nye-hatkan. Sebab minyak jenis ini ti dak memproduksi radikal bebas, memper-baiki laju metabolisme, memberikan gizi penting yang diperlukan untuk ke sehatan tubuh, serta mengandung antioksidan dan vitamin E yang bisa membantu mencegah penyakit kanker.

Minyak kelapa murni juga me mi-

liki sejumlah sifat fisik yang meng un-tungkan. Di antaranya, memiliki ke-sta bilan secara kimia, bisa disimpan da lam jangka panjang dan tidak cepat tengik, serta tahan terhadap panas.

VCO juga diyakini baik untuk ke-sehatan kulit. Sebab minyak ini mudah diserap oleh kulit dan mengandung vitamin E. Minyak ini juga membantu menjaga kulit agar tetap lembut dan halus, serta mengurangi risiko terkena kanker kulit.

Keberadaan minyak kelapa ini makin populer setelah Amerika Serikat, yang se belumnya gencar mempromosikan keunggulan minyak nonkelapa, mulai melirik minyak kelapa ini. Bahkan, kini minyak kelapa menjadi obat yang cukup mahal, digunakan sebagai obat penyakit jantung koroner dan penyakit degeneratif lainnya.

Di negeri Paman Sam minyak ke la-pa dikemas dalam bentuk kapsul atau dibungkus gelatin seperti halnya mi-nyak ikan. Karena khasiatnya yang be-sar untuk kesehatan, harganya men jadi mahal. Bahkan, setiap kapsul dijual seharga delapan dolar AS atau setara dengan Rp 72 ribu.

Sumber: http://www.kesehatan123.com/2213/manfaat-propolis/, Republika Online

Page 30: buletin suplai #3

30

HASIL RISET MEDIA MONITORING

Hasil Riset Media MonitoringHari Anti Narkoba Ilegal Se-Dunia 2012

Memperingati Hari Anti Narkoba se-Dunia pada 26 Juni 2012, Indonesia Media Monitoring Center (IMMC) melakukan riset media tentang isu tersebut. Riset dilakukan terhadap pemberitaan isu tersebut selama rentang 1 tahun, 15 Juni 2011 hingga 15 Juni 2012. Riset ini diharapkan dapat memberikan sebuah perspektif tentang dinamika isu narkoba di Indonesia, dalam berbagai perspektif.

Metodologi• Penelitianmenggunakanmetode

purposive sampling pada 4 media online terkemuka, yakni: Kompas.com, Rakyat Merdeka Online, dan Detik.com, dan Media Indonesia.com

• Prosespengumpulandatadilakukan dari tanggal 15 Juni 2011 – 15 Juni 2012.

• Teknikpengumpulandatayangdigunakan adalah mengumpulkan, mengkategori isu dan menganalisa semua berita (content analysis) mengenai narkoba dan narkotika. Dalam artikel ini Suplai hanya

menyajikan hasil riset yang sekiranya penting untuk komunitas korban napza, sedangkan untuk keseluruhan penelitian, bisa didapat di: http://immcnews.com/media-monitoring/topik-terbaru/228-media-monitoring-hari-anti-narkoba

• Isunarkobayangpalingbanyakdiberitakan media dalam waktu 1 tahun ini adalah penindakan terhadap kejahatan narkoba yaitu 38% dari 1694 berita. Kemudian disusul pemberantasan sebesar 28%, pencegahan sebesar 18%, regulasi sebesar 13% dan rehabilitasi sebesar 3%.

analisa• Prosespenindakanterhadapkasus

narkoba masih menjadi primadona pembahasan di media online. Prosentasenya jika diihat cukup besar yaitu 38 % pemberitaan. Terlebih jika dibandingkan dengan proses lainnya seperti pencegahan (18 %), regulasi (13 %), dan rehabilitasi (3 %).

• Kondisiinitentusajasedikitbanyakdapat memberikan gambaran bahwa isu-isu narkoba di media lebih cenderung membahas mengenai penindakan terhadap sebuah kasus ataupun pemberantasan. Sementara untuk proses pencegahan, media tidak cukup banyak mengangkat tema ini, dimana hal ini cukup disayangkan.

•Untuktoneinstansiterkaitdenganisu narkoba, pemerintah paling ba nyak mendapat pemberitaan ber nada negatif yaitu sebanyak 268 berita. Sementara untuk pem-beritaan positif, pihak kepolisian mendominasi sebanyak 307 berita.

analisa• Beberapakebijakanpemerintah

ter kait dengan isu narkoba se-la ma satu tahun ini nampaknya men dapat respon negatif dari sisi pemberitaan. Hal ini tampak dari sisi tone pemberitaan, pemerintah cen derung mendapat respon ne gatif. Beberapa kebijakan yang dinilai negatif antara lain, isu grasi yang diberikan kepada Corby, maraknya peredaran nar-ko ba di dalam Lapas, kebijakan

LataR BELaKaNg

iSu NaRKoBa Di MEDia

toNE iNStaNSi

Page 31: buletin suplai #3

31

Menkumham membatalkan MoU dengan BNN, serta beberapa PNS yang terbukti menjadi pengedar mau pun pengguna narkoba.

• Sementarauntukpihakkepolisian,walaupun dominasi pemberitaan secara umum adalah positif, tapi be berapa pemberitaan negatif tidak dapat dikesampingkan. Pem beritaan tersebut berkaitan dengan proses pengungkapan ka sus narkoba yang dinilai masih be lum maksimal. Selain itu, be-be rapa anggota kepolisian yang turut terjerat kasus narkoba, baik sebagai bandar maupun pe ma kai, juga turut menyumbang pem-beritaan negatif di media.

• Tidakjauhberbedadengankepo­lisian maupun pemerintah, BNN juga terdapat pemberitaan negatif terkait dengan upaya penanganan nar koba tidak secara terkoordinir dilakukan. Terutama terkait dengan persoalan narkoba di dalam Lapas. Aki batnya, pihak pemerintah mem-batalkan MoU dengan pihak BNN. Selain itu, beberapa anggota BNN yang terkait kasus narkoba juga turut menyumbang pemberitaan negatif di media.

• Tonepemberitaanterkaitkebijakanpemerintah lebih banyak netral, yaitu sebanyak 85 berita. Se men-tara itu, tidak jauh berbeda, tone

negatif juga tergolong cukup tinggi yaitu sebanyak 73 berita.

analisa• Selamarentangwaktusetahun,

kebijakan pemerintah terkait de ngan narkoba dianggap "biasa” oleh media. Tentu saja ini sangat erat kaitannya dengan kecenderungan media yang lebih tertarik dengan isu-isu seputar penangkapan atau pemberantasan. Namun, tidak da pat dipungkiri, ada beberapa ke bi jakan yang mendapat perhatian ter sendiri dari media, seperti kasus pemberian grasi kepada Corby.

• Sabuadalahjenisnarkobayangpaling banyak dimuat di media, yaitu sebanyak 738 berita. Sementara untuk ekstasi sebanyak 314 berita dan ganja sebanyak 296 berita.

analisa• Sabu­sabumasihmenjadijenis

narkoba paling favorit di kalangan pe makai atau pengedar di In do ne-sia. Perbandingannya juga cukup mencolok jika dibandingkan antara Indonesia dengan luar negeri.

• Sebagaiperbandingan,hargasabu-sabu di Malaysia bisa dibandrol dengan harga Rp 300.000,00. Sementara di Indonesia harga sabu-sabu bisa mencapai harga Rp 2 juta

• Pemerintahmasihcukupdomi­nan disorot media dalam upa ya pencegahan narkoba yaitu se ba-nyak 121 berita.

• UntukBNNdanPolisimasing­ma­sing sebanyak 80 dan 79 berita.

• PihakLSMadalahpihakyangpa ling sedikit mendapat sorotan me dia dalam pencegahan narkoba. Hanya sebanyak 21 berita.

analisa• Dalamupayapencegahanbahaya

narkoba, media nampaknya condong melihat Pemerintah, BNN dan kepolisian sebagai garda terdepan.

• SementarauntukLSM,perannyati dak begitu banyak diangkat oleh media. Kondisi yang sama juga dialami oleh pihak swasta, di mana media tidak banyak me ng ulas mengenai sepakterjang swas ta dalam pencegahan bahaya narkoba.

• Pemberitaandimediamelihatbah wa kecenderungan metode yang sering dipakai adalah melalui

toNE iNStaNSiJENiS NaRKoBa

CaRa PENCEgaHaN NaRKoBa

toNE KEBiJaKaN PEMERiNtaH

SuBJEK PENCEgaHaN NaRKoBa

Page 32: buletin suplai #3

32

HASIL RISET MEDIA MONITORING

sosialisasi/kampanye. Jumlahnya sebanyak 201 berita.

• Sementarauntukpemberdayaanmasyarakat, media tidak banyak mengulas. Hal ini ditunjukkan de ngan jumlah pemberitaan yang ha nya sebanyak 82 berita.

analisa• Metodesosialisasiataukampanye,

nampaknya masih dianggap sebagai metode yang efektif untuk dilakukan dalam rangka pencegahan bahaya narkoba. Hal ini mengindikasikan bahwa tak banyak perubahan me tode dalam rangka pencegahan ba ha ya narkoba.

• Sementaraitu,untukpemberdayaan ma syarakat, cukup disayangkan ma sih sedikit mendapat pem be ritaan di media. Padahal pem ber dayaan masyarakat cukup pen ting untuk dilakukan. Dengan mem bangun masyarakat menjadi pribadi yang tangguh dan unggul, seperti program “Kampung Bebas Narkoba” maka kekhawatiran akan ba haya narkoba sedikit banyak akan teratasi.

• Metodesosialisasiyangpalingba­nyak dilakukan yaitu melalui pem-beritaan di media dan sosia li sasi di lembaga-lembaga pendidikan.

analisa• Kemajuanteknologiinformasi

nampaknya tidak cukup banyak membuat perubahan dalam metode sosialisasi/kampanye pencegahan narkoba. Hal ini terbukti dari masih minimnya penggunaan internet sebagai salah satu cara atau bentuk sosialisasi.

• Medialebihbanyakmemberitakanpenangkapan terhadap penjahat narkoba. Hal ini sesuai dengan subyek yang paling banyak diberitakan yaitu kepolisan.

• Prosespenyelidikansampaihukuman terhadap pelaku kejahatan naroba ternyata tidak banyak diberitakan media.

analisa• Kasuspenangkapanpemakai

maupun pengedar narkoba selalu menjadi tema utama yang diangkat oleh media. Namun, hal yang cukup menarik adalah media ternyata tidak terlalu concern dengan proses persidangan, maupun penuntutan. Hanya pada kasus-kasus tertentu saja yang menjadi perhatian media. Terutama yang melibatkan pemerintah dan instansi terkait. Situasi inilah yang menimbulkan kerawanan adanya kasus-kasus yang menguap di tengah proses penyelidikan.

• Kejahatanyangpalingbanyakterbongkar maupun tertangkap

Jenis Kejahatan Narkoba dibanding pemakai dan produksi.

analisa• Pengungkapankasusnarkoba

selama ini nampaknya tidak banyak menyentuh pada tingkatan produksi narkoba. Tentu saja kondisi ini patut menjadi perhatian. Sudah sejauh apa proses penyelidikan atau investigasi yang sudah dilakukan oleh pihak terkait dalam mengungkap kejahatan di level produksi narkoba.

• Untukpenangkapanpihakpemakaimaupun pengedar, kinerja ini cukup patut diacungi jempol. Walaupun tidak dapat dipungkiri, dengan kondisi perekonomian yang serba sulit di Indonesia, sangat mudah untuk mencari penggantinya.

• Masyarakatyangtidakjelas

profesinya (pengangguran) ternyata merupakan konsumen terbesar narkoba.

MEtoDE SoSiaLiSaSi atau KaMPaNyE

PENiNDaKaN KaSuS NaRKoBa

PEMaKai NaRKoBa BERDaSaRKaN PRoFESi

JENiS KEJaHataN NaRKoBa

Page 33: buletin suplai #3

33

• Polisiternyatamasukdalamtigabesar pemberitaan pengkonsumsi narkoba. Hal ini sangat disayangkan, apalagi ada beberapa pihak lain terkait penegak hukum.

analisa• Cukupmenjadiperingatan,jika

melihat frekuensi pemberitaan siapa yang paling banyak mengkonsumsi narkoba di Indonesia. Dilihat dari 3 besar, terdapat masyarakat, swasta, dan Polisi. Dari list tersebut, masyarakat menjadi konsumen terbesar narkoba. Tentu saja kondisi ini cukup memprihatikan. Terlebih jika melihat aparat kepolisian juga masuk daftar pengkonsumsi narkoba.

• Salahsatupenyebabyangdapatdiidentifikasi adalah kurangnya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait. Fokus utama yang ditetapkan adalah pada bagian pencegahan, bukan penindakan semata.

• Laki­lakimerupakanpihakyang

paling banyak mengkonsumsi narkoba.

• Akantetapi,sangatmenghawatir­kan apabila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1.

analisa• Laki­lakimasihmenjadikonsumen

utama narkoba dibandingkan perempuan. Terdapat beberapa alasan yang dapat dijadikan sebab

mengapa hal tersebut terjadi. Mulai dari proses pencarian jati diri, kondisi rumah yang tidak harmonis, serta faktor himpitan ekonomi.

• Umur30tahunkeatasmerupakankonsumen yang paling banyak.

• Yangpalingmemprihatinkanadalah sudah banyaknya remaja usia di bawah 15 tahun yang mengkonsumsi narkoba.

analisa• Usiapemakailebihbanyakdiatas

30 tahun. Hal ini disebabkan para pemakai narkoba merupakan para pekerja profesional. Para pekerja profesional seperti artis, pilot, dan pegawai swasta yang bekerja dengan tekanan tinggi lebih banyak mengkonsumsi narkoba.

• Namunyanglebihdikhawatirkanadalah anak usia sekolah, dibawah 20 tahun, juga menjadi konsumen narkoba yang jumlahnya juga sangat banyak.

• Masyarakatyangmempunyai

profesi tidak jelas (pengangguran)

banyak menjadi pengedar narkoba di Indonesia, kemudian disusul WNA.

• Akantetapiyangmemprihatinkanadalah banyaknya oknum Petugas Lapas dan Polisi yang sebagai pengedar narkoba.

analisa• Peredarannarkobajugadidominasi

oleh masyarakat yang tidak jelas profesinya. Lalu disusul oleh WNA. Kemudian disusul oleh Petugas Lapas dan Aparat Kepolisian.

• Faktorekonomimenjadialasanutama bagi pelaku peredaran narkoba baik itu masyarakat biasa dan WNA. Karena tidak ada pekerjaan yang pasti, masyarakat akhirnya memilih menjadi pengedar narkoba dengan keuntungan yang berlipat ganda. Begitu juga dengan WNA, kebanyakan mereka adalah kurir yang dikirim ke Indonesia dengan bayaran yang tinggi.

• Yangmenjadikekhawatiranutama adalah peredaran narkoba yang dilakukan oleh petugas lapas dan aparat kepolisian yang seharusnya menjadi tameng dalam pemberantasan korupsi. Jumlahnya masih sangat besar. Dari riset IMMC, terdapat 94 berita yang melibatkan petugas lapas dan aparat kepolisian sebagai pengedar narkoba.

• Selaindaerahasal,Jakartajuga

merupakan daerah potensial tujuan peredaran narkoba.

PEMaKai NaRKoBa BERDaSaRKaN PRoFESi

JENiS KEJaHataN NaRKoBa

PEMaKai BERDaSaRKaN uMuR

DaERaH tuJuaN PEREDaRaN NaRKoBa

PENgEDaR BERDaSaRKaN JENiS PRoFESi

PEMaKai BERDaSaRKaN JENiS KELaMiN

Page 34: buletin suplai #3

34

HASIL RISET MEDIA MONITORING

• Sebagaidaerahwisata,Balijugamenjadi daerah yang potensial peredaran narkoba.

analisa• Sebagaipusatpemerintahan

dan Pusat Bisnis, Jakarta masih menjadi primadona utama dalam peredaran narkoba. Itulah yang menyebabkan Jakarta menjadi tujuan utama dalam peredaran narkoba baik dari luar negeri maupun daerah-daerah lain di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di Bali sebagai daerah pariwisata terbesar di Indonesia.

• Kepolisian,pemerintahdanBNN

merupakan lembaga yang paling banyak komentar mengenai narkoba. Hal ini sangat wajar karena 3 institusi tersebut yang paling berkompenten dalam menangani masalah narkoba

• Sebagailembagayangmewakilirakyat DPR/DPRD juga banyak berkomentar isu narkoba yaitu terkait kebijakan pemerintah dan langkah-langkah yang diambil ketiga institusi diatas dalam menangani narkoba.

analisa• KepolisiandanBNNadalah

dua institusi yang diperintahkan oleh Undang-Undang untuk melakukan tindakan pencegahan dan penindakan bagi pelaku kejahatan narkoba. Sehingga kedua institusi ini banyak mendapatkan

pemberitaan seputar narkoba. Namun kepolisian menjadi institusi yang paling banyak berkomentar di media dalam hal narkoba. Hal ini disebabkan kerja-kerja penindakan, seperti penangkapan dan razia ke beberapa lokasi peredaran narkoba banyak dilakukan oleh kepolisian.

• Namunyangmenarik,pihakpemerintah lebih banyak berkomentar bila dibandingkan dengan BNN. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seperti pemberian grasi kepada Corby dan banyaknya pelaku kejahatan narkotika yang berasal dari aparat pemerintah seperti sipir dan PNS.

• KomentarDPRterhadapisunarkoba

banyak mengandung tone negatif bagi pemerintah dan Kepolisian.

• Komentarnegatifterhadappemerintah adalah terkait isu grasi terhadap corby dan perdaran narkoba di Lapas.

• Komentarnegatifterhadapkepolisianadalah terkait isu ketidak fokusan polisi dalam menangani masalah narkoba

analisa• KalanganDPRmempunyai

penilaian yang negatif kepada pemerintah, Kepolisian dan BNN. Kebijakan pemerintah memberikan grasi kepada Corby menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu,

ketidakmampuan pemerintah dalam mengontrol peredaran narkoba di dalam Lapas menjadi penyebab yang lain.

• UntukKepolisiandanBNN,DPRbanyak melakukan kritik terkait kinerja kepolisian dan BNN dalam melakukan kerja-kerja penindakan dan pencegahan yang dianggap belum maksimal.

• Secaraumum,isunarkobadimedia masih menjadi isu yang menarik untuk diangkat. Hal ini mengindikasikan media juga turut serta dalam upaya pemberantasan narkoba di Indonesia.

• Selamarentangwaktumonitoring,sorotan media cukup banyak ditujukan kepada pihak kepolisian, dimana perannya dalam proses pemberantasan narkoba cukup terlihat. Dalam hal ini tidak ada perbedaan apakah kasus tersebut masuk dalam jaringan internasional maupun nasional.

• Untukpihaklainsepertipemerintah, media cenderung datar dalam pemberitaan. Beberapa terdapat pemberitaan yang bernada negatif, seperti yang terkait dengan kasus grasi Corby. Kasus ini menjadi salah satu kasus yang cukup banyak mempertanyakan integritas pemerintah dalam upaya memberantas narkoba di Indonesia.

• Upayapencegahannarkobayang dilakukan oleh BNN dan pemerintah terlihat belum maksimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kasus-kasus narkoba yang dilakukan oleh masyarakat terutama oleh para pekerja profesional serta pelajar dan mahasiswa.

• Pemerintahharusmemaksimalkanupaya pengawasan di wilayah laut Indonesia karena secara umum, peredaran narkoba lebih besar di wilayah laut dibandingkan lewat darat dan udara.

iNStituSi QuotE

toNE DPR QuotE

KESiMPuLaN

Page 35: buletin suplai #3

35

KESiMPuLaN

Page 36: buletin suplai #3

JARKON'S - Sumatera Utara, SUPER PM - Medan, PKN KEPRI - Kepulauan Riau, KIPAS Bengkulu, PKN Lampung, PKN Bogor, Rumah Cemara - Jawa Barat,

Hak Azasi - Sukabumi, FORKON - Jakarta, MMC - Jakarta, EJA - Jawa Timur, KOPENHAM - Mojokerto, IKON - Bali, PKNPK - Kalimantan Selatan, PKN Makassar,

PKN Sulawesi Utara, AKSI NTB - Nusa Tenggara Barat.