bu-winda-ria.docx

76
MAKALAH SISTEM PENCERNAAN DIARE PADA MASA KEHAMILAN DISUSUN OLEH : KELOMPOK V 1. RIANA INTAN SARI 2. NINDYA ATIKA PUTRI 3. LALE EKA BUDIANI 4. NOVA SARI 5. MARIANEP 6. ERNILA YASNI 7. ZANA LIATIN 8. M. AWALUDIN 9. L. M. ZAINUL JIHAD

Upload: laelasumawardani

Post on 02-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bu-winda-ria.docx

MAKALAH

SISTEM PENCERNAAN

DIARE PADA MASA KEHAMILAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

1. RIANA INTAN SARI

2. NINDYA ATIKA PUTRI

3. LALE EKA BUDIANI

4. NOVA SARI

5. MARIANEP

6. ERNILA YASNI

7. ZANA LIATIN

8. M. AWALUDIN

9. L. M. ZAINUL JIHAD

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2015

Page 2: bu-winda-ria.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Saluran pencernaan berperan dalam serangkaian proses, yakni proses

ingesti makanan dan proses digesti makanan yang dibantu oleh getah

pencernaan dan dihasilkan oleh kelenjar ludah, hati dan pankreas. Hasil digesti

berupa zat gizi akan diserap (absorbsi) kedalam tubuh. Proses ini berlangsung

mulai dari mulut hingga rektum. Massa yang berupa bolus hasil campuran

makanan dan getah pencernaan didorong/digerakkan kearah anus; sisa dari

massa yang tidak diserap akan dikeluarkan dari anus (defekasi) berupa feses.

Saluran cerna juga mempunyai kekebalan yang bersifat spesifik, antara

lain antibodi (SIgA) yang berasal dari ASI, antibodi yang berasal dari plak

Peyer, CMI (cell mediated immunity) dan sel fagositosis/sel leukosit saluran

cerna. Selain itu, saluran cerna juga memiliki antibodi nonspesifik berupa

ludah (lisosim), keasaman lambung, gerakan peristaltik usus, lapisan

mukus/epitel, dan flora normal usus serta reaksi pertahanan tubuh (diare)

untuk mengeluarkan zat dan mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh.

Berbagai penyakit yang memengaruhi fungsi saluran cerna dan reaksi

pertahanan tubuh yang bersifat akut akan mengakibatkan kehilangan cairan,

gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemi, gangguan gizi, dan

gangguan sirkulasi. Pada diare kronik dapat terjadi efek yang merupakan

kombinasi dari berbagai mekanisme, antara lain diare osmotik, diare

sekretorik, bakteri tumbuh lampau, asam empedu dan asam lemak, tidak

adanya mekanisme absorpsi ion secara aktip yang biasanya terdapat dalam

keadaan normal, kerusakan mukosa, motilitas usus yang abnormal, sindroma

diare kronik dan mekanisme lainnya. Demikian pula pada kasus bedah saluran

cerna yang mendapat tindakan operasi akan terjadi perubahan yang

memengaruhi fungsinya.

Page 3: bu-winda-ria.docx

Bentuk gangguan saluran cerna yang sering terjadi adalah diare akut. Akan

tetapi, dalam perjalanannya diare akut dapat berlansung selama lebih dari 2

minggu sehingga berkembang menjadi diare kronik.

2. Rumusan Masalah.

a) Apa definisi dari diare?.

b) Bagaimana perubahan system percernaan dalam masa kehamilan?.

c) Apa etiologi dari diare?.

d) Apa manifestasi klinis dari diare ?

e) Apa patofisiologi dari diare?.

f) Bagaimana penatalaksanaan dari diare?.

3. Tujuan.

a) Untuk mengetahui definisi dari diare.

b) Untuk mengetahui perubahan system pencernaan pada masa kehamilan.

c) Untuk mengetahui etiologi dari diare.

d) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diare.

e) Untuk mengetahui patofisiologi dari diare.

f) Untuk mengetahui petalaksanaan dari diare.

Page 4: bu-winda-ria.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1) Definisi Diare.

Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari

3 x sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak

berlangsung kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan

menurut Suruadi (2001) Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan

bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) Diare adalah

BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang

berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi yang

meningkat.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,

yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer

tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

2) Tinjauan Sistem Pencernaan Dan Perubahannya Dalam Kehamilan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah mentransfer nutrisi, air, dan

elektrolit dari makanan menjadi bahan bakar untuk aktivitas selular dan

menyediakan bahan pembangun untuk memperbarui dan mengembangkan

jaringan tubuh. Selama kehamilan, tekanan dari uterus yang membear dan

perubahan yang di perantarai oleh estrogen dan progesteron menimbulkan

penyesuaian anatomis dan isiologis yang mendukung peningkatan kebutuhan

nutrisi untuk ibu dan janin. Banyak gangguan minor selama kehamilan

dikaitkan dengan perubahan sistem pencernaan, termasuk mual dan muntah

diawal kehamilan, konstipasi, ngidam makanan, dan nyeri ulu hati.

Page 5: bu-winda-ria.docx

Keterlambatan diagnosis kondisi saluran pencernaan yang lebih serius dapat

terjadi dan, jika terdapat masalah, kebutuhan janin mungkin sudah terganggu.

a) Sistem pencernaan tersusun atas :

1. Saluran cerna atau traktus gastrointestinal (GI). Saluran ini merupakan

saluran fibromuskular panjang yang dilapisi mukosa dan dibungkus

oleh otot polos yang memanjang dari mulut sampai anus.

2. Organ aksesoris/tambahan, termasuk kelenjar air liur, pankreas hati,

dan kandung empedu.

Saluran cerna diatur oleh sistem saraf otonom, yang mencakup

persyarafan simpatis dan parasimpatis. Saluran cerna juga memiliki

jaringan intrinsik yang terdiri atas serabut-serabut sraf yang saling

terhubung yang bekerja seluruhnya di dalam dinding sistem

pencernaan. Stimulai simpatis biasanya bertanggung jawab untuk

respons lawan dan lari (fight and flight), mengalihkan aktivitas

menjauhi sistem pencernaan ke area yang lebih penting, dengan

demikin kerjanya bertentangan dengan sistem parasimpatis. Dalam hal

respons saraf, fungsi saluran gastrointestinal diatur oleh berbagai ,

termasuk hormon. Hormon plasenta yang mencakup estrogen dan

khususnya progesteron memberi dampak pada sistem pencernaan.

Motilitas lambung menurun selama persalinan sebagai respons

terhadap rasa cemas dan nyeri.

b) Kebutuhan nutrisi inti untuk kehamilan dan menyusui.

1) Peningkatan asupan kalori.

2) Peningkatan kebutuhan protein dan sumber protein harus mengandung

asam amino esensial.

3) Asam lemak esensial, termasuk omega 3, penting untuk pertumbuhan

janin, otak, dan perkembangan penglihatan.

4) Kalsium, fosfor, magnesium di butuhkan untuk pertumbuhan tulang

rangka dan jaringan.

Page 6: bu-winda-ria.docx

Rangkuman perubahan saluran pencernaan selama kehamilan.

Organ Perubahan Signifikansi/fisiologi

Saluran

pencernaan

umum

Peningkatan nafsu

makan dan rasa haus.

Perubahan metabolism

karbohidrat untuk

memenuhi kebutuhan

janin yang sedang

tumbuh.

Mulut Ngidam makan atau

tidak makan.

Gingivitis

(pembengkakan gusi

dengan kecendrungan

berdarah).

Kemungkinan

peningkatan produksi

saliva.

Peningkatan frekuensi

terjadinya karies gigi.

Penumpulan indera

pengecap.

Peningkatan kebutuhan

glukosa dan nutrient

lain.

Peningkatan ssuplai

darah ke gusi.

Peningkatan pergantian

dan penipisan sel yang

melapisi epithelial gusi.

1-2 liter perhari,

walaupun ini masih

dianggap normal. Lenih

terasa sebagai masalah

karena kesulitan

menelan selama periode

mual dan muntah.

Esophagus Penurunan tekanan dan

tonus sfingter kardiak.

Nyeri ulu hati akibat

refluks asam lambung.

Lambung Penurunan tonus dan

motilitas dengan

perlambatan waktu

Peningkatan resiko

refluks gastro-esopagus

dan muntah.

Page 7: bu-winda-ria.docx

pengosongan lambung.

Penurunan keasaman

lambung.

Inkompetensi sfingter

pilorus.

Refluks material basa

ke dalam lambung.

Usus halus

dan usus

besar.

Penurunan tonus dan

motilitas dengan

perpanjangan waktu

transit di usus.

Hipertrofi vili

duodenum.

Memfasilitasi absorpsi

nutrient penting, seperti

besi, kalium, dan

glukosa.

Peningkatan abrsopsi

air sehingga

mengakibatkan

konstipasi.

Usus halus

dan usus

besar

Apendiks dan sekum

terdorong ke atas oleh

janin yang membesar.

Penurunan tonus

sehingga

mengakibatkan

flatulensi (buang

angin).

Efek relaksan dari

progesterone terhadap

otot polos.

Mempersulit diagnosis

apendisitis pada

kehamilan.

Kandung

empedu

Penurunan tonus dan

motilitas.

Kecendrungan

terbentuknya batu

Volume empedu

meningkat dan laju

pengosongan empedu

Page 8: bu-winda-ria.docx

empedu berbahan dasar

kolesterol.

Kecenderungan

meretensi garam

empedu.

menurun.

Empedu lebih encer,

dengan penurunan

kemampuan untuk

menghancurkan

kolesterol.

Gatal/pruritus.

Pancreas Peningkatan produksi

insulin oleh sel pulau

langerhans.

Respons terhadap

peningkatan resistensi

insulin, yang membantu

plasenta mentransfer

glukosa ke janin.

Mungkin disebabkan

oleh laktogen plasenta

manusia dan kortisol.

Hati Tergeser oleh uterus yang

membesar.

Perubahan produksi nzim

hati, protein plasma,

bilirubin, dan lipid serum.

Peningkatan penyimpanan

glikogen dan trigliserida di

sel hati.

Dapat terjadi keslitan

dalam menginterpretasi

uji fungsi hati.

Efek dari estrogen dan

hemodilusi.

3) Etiologi

Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005).

1. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare

Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.

Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.

Page 9: bu-winda-ria.docx

Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica,

giardia lambia), jamur (candida aibicans).

2. Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

Tonsilitis, broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :

Faktor makanan : basi, racun, alergi.

Faktor Malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein

Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

3. Klasifikasi Diare

D

epartemenKesehatanRI(2000),mengklasifikasikanjenisdiaremenjadiem

pat kelompokyaitu:

1. D

iareakut:yaitudiareyangberlangsungkurangdariempatbelashari(um

umnyakurang dari tujuhhari),

2. Disentri;yaitu diareyangdisertaidarahdalamtinjanya,

3. D

iarepersisten;yaitudiareyangberlangsunglebihdariempatbelasharis

ecaraterus menerus,

4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut

dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,

gangguan gizi atau penyakitlainnya.

4) Manifestasi klinis.

Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :

1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas

kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

3. Kram abdominal.

Page 10: bu-winda-ria.docx

4. Demam.

5. Mual dan muntah.

6. Anoreksia.

7. Lemah.

8. Pucat.

9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.

10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

5) Patofisiologi

Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah

meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan

akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang

berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga

ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan

elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan

toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa

intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.

Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga

mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan

terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan

kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-

bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas

intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:

1. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan

Page 11: bu-winda-ria.docx

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

2. Gangguan sekresi

akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :

a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)

b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)

c. Hipoglikemia

d. Gangguan sirkulasi darah

6) Pathway

Meningk. Tek osmotik

cemas

GASTROENTRITIS

Masuk dan berkembang dlm

usus

Toksin tak dapat diserap

Hipersekresi air dan elektrolit

( isi rongga usus)

Menurunya kesempatan usus menyerap makanan

Hiperperistaltik

Pergeseran air dan elektolit ke rongga

usus

F malabsorbsi

KH,Lemak,Protein

Page 12: bu-winda-ria.docx

7)

8) KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :

Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi

perubahan elektrokardiogram ).

Hipokalsemia

Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.

Hiponatremi.

Syok hipovalemik.

Asidosis

Dehidrasi

9) PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :

a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

b. Pemeriksaan intubasi duodenum.

c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.

d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000)

Kehilangan cairan & elektrolit berlebihan

Frek. BAB meningkat

Nafsu makan

Mual muntah

Distensi abdomen

Gangguan keseimbangan Cairan &

elekt

Deficit volume cairan

Kerusakan integritas kulit

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Page 13: bu-winda-ria.docx

1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga

ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan

uji retensi terhadap berbagai antibiotik.

2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit

( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal

ginjal.

4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif

dan kualitatif terutama pada diare kronik.

10. Pencegahan

P

adadasarnyaadatigatingkatanpencegahanpenyakitsecaraumumyakni:

p

encegahantingkatpertama(PrimaryPrevention)yangmeliputipromosike

sehatandan

p

encegahankhusus,pencegahantingkatkedua(SecondaryPrevention)yang

meliputi

diagnosisdinisertapengobatanyangtepat,danpencegahantingkatketiga

(

tertiaryprevention)yangmeliputipencegahanterhadapcacatdanrehabilit

asi (NasryNoor,1997).

1. PencegahanPrimer

P

encegahanprimerpenyakitdiaredapatditujukanpadafaktorpenyebab,

lingkungandanfaktorpejamu.Untukfaktorpenyebabdilakukanberba

gaiupayaagarmikroorganisme

p

enyebabdiaredihilangkan.Peningkatanairbersihdansanitasilingkung

Page 14: bu-winda-ria.docx

an,perbaikanlingkunganbiologisdilakukanuntukmemodifikasilingk

ungan.Untukmeningkatkandaya

t

ahantubuhdaripejamumakadapatdilakukanpeningkatanstatusgizida

npemberianimunisasi.

a. Penyediaanairbersih

A

iradalahsalahsatukebutuhanpokokhidupmanusia,bahkanhampir

70%tubuhmanusiamengandungair.Airdipakaiuntukkeperluanm

akan,minum,mandi,dan

p

emenuhankebutuhanyanglain,makauntukkeperluantersebutWH

Omenetapkan

k

ebutuhanperorangperhariuntukhidupsehat60liter.Selaindaripera

nanairsebagai

k

ebutuhanpokokmanusia,jugadapatberperanbesardalampenulara

nbeberapapenyakitmenulartermasukdiare(Sanropie,1984).

S

umberairyangseringdigunakanolehmasyarakatadalah:airpermu

kaanyangmerupakanairsungai,dandanau.Airtanahyangtergantu

ngkedalamannyabisadisebutair

t

anahdangkalatauairtanahdalam.Airangkasayaituairyangberasal

dariatmosfirseperti hujandansalju(Soemirat, 1996).

A

irdapatjugamenjadisumberpenularanpenyakit.Peranairdalamter

jadinya

p

enyakitmenulardapatberupa,airsebagaipenyebarmikrobapatoge

Page 15: bu-winda-ria.docx

n,saranginsekta

p

enyebarpenyakit,bilajumlahairbersihtidakmencukupi,sehingga

orangtidakdapat

m

embersihkandirinyadenganbaik,danairsebagaisaranghospessem

entara penyakit (Soemirat,1996).

D

enganmemahamidaur/

s

iklusairdialamsemestaini,makasumberairdapatdiklasifikasikan

menjadi;a)airangkasasepertihujandanairsalju,b)airtanahsepertia

ir

s

umur,mataairdanartesis,c)airpermukaanyangmeliputisungaidan

telaga.Untuk

p

emenuhankebutuhanmanusiaakanair,makadarisumberairyanga

dadapatdibangunbermacam-

m

acamsaranpenyediaanairbersihyangdapatberupaperpipaan,sum

urgali,

s

umurpompatangan,perlindunganmataair,penampunganairhujan

,dansumurartesis (Sanropie,1984).

U

ntukmencegahterjadinyadiaremakaairbersihharusdiambildarisu

mberyangterlindungiatautidakterkontaminasi.Sumberairbersih

harusjauhdarikandangternakdankakuspalingsedikitsepuluhmet

erdarisumberair.Airharusditampungdalamwadahyang

b

Page 16: bu-winda-ria.docx

ersihdanpengambilanairdalamwadahdenganmenggunakangayu

ngyangbersih,dan

u

ntukminumairharusdimasak.Masyarakatyangterjangkauolehpe

nyediaanairbersihmempunyairesikomenderitadiarelebihkecilbil

adibandingkandenganmasyarakatyang

tidakmendapatkanairbesih(Andrianto,1995).

b. Tempatpembuangantinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari

kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat

berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit tertentu yang

penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Haryoto,

1983).

Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan

keluarga harus membuang air besar di jamban. Jamban harus

dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban,

maka anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari

rumah, jalan dan daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh

meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan,

maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik.

Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi

syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak

mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga,

tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan

murah (Notoatmodjo, 1996).

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat

sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada

anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang

mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat

sanitasi (Wibowo, 2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996),

Page 17: bu-winda-ria.docx

bahwa anak balita berasal dari keluarga yang menggunakan

jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi

diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga

yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi

di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada

keluaga yang mempergunakan sungai sebagai tempat

pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di desa.

c. Statusgizi

Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang

berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto,

1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.

Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut

adalah; 1) konsumsi makanan; 2) pemeriksaan laboratorium, 3)

pengukuran antropometri dan 4) pemeriksaan klinis. Metode-

metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan

untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif. Makin buruk gizi

seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang

dialami. Mortalitas bayi dinegara yang jarang terdapat malnutrisi

protein energi (KEP) umumnya kecil (Canada, 28,4 permil). Pada

anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan

kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan

untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok

organisme berkurang (Suharyono, 1986).

d. Pemberianairsusuibu(ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi

komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI

saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6

bulan. Untuk menyusui dengan aman dan nyaman ibu jangan

memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau susu

Page 18: bu-winda-ria.docx

formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI

segera setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI

mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya

antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut

memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada

bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat

kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang

disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada

enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare

adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi

ASI (Depkes, 2000).

Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan

mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB)

mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang

selain mendapat susu tambahan juga mendapatkan ASI, dan

keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi dibandingkan

dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini

tinggi dalambulan-bulanpertamakehidupan(Suryono, 1988).

e. Kebiasaanmencuci tangan

Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya

berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian

besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau

bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme

patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini,

tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang

tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit

masuk ke tubuh manusia.

Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat

berhubungan dengan penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi

pencemaran sumber perantara oleh tinja serta menghalangi

Page 19: bu-winda-ria.docx

masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui

mulut. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku

amat penting bagi upaya mencegah diare. Kebiasaan mencuci

tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja

anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum

menyiapkan makanan. Kejadian diare makanan terutama yang

berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol susu,

cara menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja

anak (Howard & Bartram, 2003).

Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian

diare dikemukakan oleh Bozkurt et al (2003) di Turki, orang tua

yang tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum

merawat anak, anak mempunyai risiko lebih besar terkena diare.

Heller (1998) juga mendapatkan adanya hubungan antara

kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada anak di

Betim-Brazil.

Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting

diare. Tinja anak, terutama yang sedang menderita diare

merupakan sumber penularan diare bagi penularan diare bagi

orang lain. Tidak hanya anak yang sakit, anak sehatpun tinjanya

juga dapat menjadi carrier asimptomatik yang sering kurang

mendapat perhatian. Oleh karena itu cara membuang tinja anak

penting sebagai upaya mencegah terjadinya diare (Sunoto dkk,

1990). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994)

di Sumatera Selatan, kebiasaan ibu membuang tinja anak di

tempat terbuka merupakan faktor risiko yang besar terhadap

kejadian diare dibandingkan dengan kebiasaan ibu

membuangtinjaanakdijamban.

f. Imunisasi

D

iareseringtimbulmenyertaipenyakitcampak,sehinggapemberian

Page 20: bu-winda-ria.docx

imunisasi

c

ampakdapatmencegahterjadinyadiare.Anakharusdiimunisasiter

hadappenyakitcampak

secepatmungkinsetelahusiasembilanbulan(Andrianto,1995).

2. PencegahanSekunder

P

encegahantingkatkeduainiditujukankepadasianakyangtelahmender

itadiare

a

tauyangterancamakanmenderitayaitudenganmenentukandiagnosad

inidanpengobatan

y

angcepatdantepat,sertauntukmencegahterjadinyaakibatsampingdan

komplikasi.

P

rinsippengobatandiareadalahmencegahdehidrasidenganpemberian

oralit(rehidrasi)dan

m

engatasipenyebabdiare.Diaredapatdisebabkanolehbanyakfaktorsep

ertisalahmakan,

b

akteri,parasit,sampairadang.Pengobatanyangdiberikanharusdisesu

aikandenganklinis

p

asien.Obatdiaredibagimenjaditiga,pertamakemoterapeutikayangm

emberantas penyebabdiaresepertibakteri

atauparasit,obstipansiauntukmenghilangkangejaladiaredan

s

pasmolitikyangmembantumenghilangkankejangperutyangtidakme

nyenangkan.

Page 21: bu-winda-ria.docx

S

ebaiknyajanganmengkonsumsigolongankemoterapeutikatanparesep

dokter.Dokterakanmenentukanobatyangdisesuaikandenganpenyeb

abdiarenyamisalbakteri,parasit.Pemberiankemoterapeutikamemili

kiefeksampingdansebaiknyadiminumsesuaipetunjuk

dokter(Fahrial Syam,2006).

3. PencegahanTertier

Pencegahan

tingkatketigaadalahpenderitadiarejangansampaimengalami

k

ecatatandankematianakibatdehidrasi.Jadipadatahapinipenderitadia

rediusahakan

p

engembalianfungsifisik,psikologissemaksimalmungkin.Padatingka

tinijugadilakukan

u

saharehabilitasiuntukmencegahterjadinyaakibatsampingdaripenya

kitdiare.Usahayang

d

apatdilakukanyaitudenganterusmengkonsumsimakananbergizidan

menjaga

k

eseimbangancairan.Rehabilitasijugadilakukanterhadapmentalpend

eritadengantetap

m

emberikankesempatandanikutmemberikandukungansecaramentalk

epadaanak.Anakyangmenderitadiareselaindiperhatikankebutuhanfi

sikjugakebutuhanpsikologisharusdipenuhidankebutuhansosialdala

mberinteraksiataubermaindalampergaulandengan

temansepermainan.

Page 22: bu-winda-ria.docx

11. Penatalaksanaan Diare

a) Anjurkan hidrasi oral. Gatorade atau Pedialyte dapat membantu anjurkan

diet karbohidrat lunak yang disebut diet BRAT : Banana (pisang), Rise

(nasi), Apple sauce (saus apel), dan Toast (roti panggang) tanpa lemak

dan/atau produk susu.

b) Intervensi medis: antiperistaltik meliputi imodium A-D (kategori resiko B

dalam kehamilan menurut FDA), opiot sintesis yang terkadang

memperlambat waktu transit di usus. Dosis awal 4mg, setelah itu diminum

2mg setiap selesai buang air besar. Mengantuk merupakan efek samping

yangjarang. Opiat dapat digunakan. (kaopektat merupakan suatu absorbent

yang belum terbukti bekerja secara klini. Feses dapat menjadi lebih

berbentuk, tetapi terjadi peningkatan kehilangan cairan, natrium, dan

kalium. Pepto Bismol berisi produk salisilat dan dikontraindikasikan

selama kehamilan.)

c) Diare persisten memerlukan hidrasi parenteral yang diberikan atas hasil

konsultas dengan dokter.

d) Penangan penyakit yang berkaitan dengan C. Difficile : terdiri atas isolasi,

hidrasi, koreksi elektrolit, dan penghentian antibiotik. Dari kasus sedang

hingga berat pilihan obatnya adalah metronidazol 250-500 mg 4x sehari

selama 10 hari.

e) Pengobatan alternatif untuk diare :

Beberapa ahli merekomendasikan homeopatik untuk diare.

Anjuran nutrisi : sup, khususnya sup barley dengan sedikit bubuk cabe,

dapat meredakan sistem. Tambahkan kayu manis, yang meredakn diare

kedalam saus apel. Bawang putih merupakan anti bakteri dan anti

fungi dan diperkirakan mengisi kembali usus dengan flora normal

sementara membunuh patogen. Satu kapsul atau cengkeh dapat

dikonsumsi 3x sehari. Suplemen yang kurang berbau juga tersedia.

12. PENATALAKSANAAN MEDIS

Page 23: bu-winda-ria.docx

1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah

pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.

a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun

misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin,

ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol

karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan

memperburuk diare.

b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang

mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi

oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam

rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.

c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping

LRO.

2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :

a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan

enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

penderita.

b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila

menyentuh barang terinfeksi.

c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen

dan cara mengurangi penularan.

Konsep Dasar Diare pada Ibu Hamil

1. Definisi Diare

Gastroentritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih

dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces

encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan

darah atau lender saja (Ngastiyah, 2005).

Page 24: bu-winda-ria.docx

Gastroentritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja

yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan

peningkatan volume cairan, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3

kali sehari pada neonatus dengan atau tanpa lender dan darah

(Hidayat, 2006).

Gastroentritis adalah defekasi encer lebih dari 4 kali sehari

dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja (Mansjoer, 2000).

Jadi gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan yang

abnormal dengan defekasi encer lebih dari 4 kali dalam sehari baik

pada neonatus,anak-anak ataupun pada orang dewasadisertai dengan

atau tanpa adanya lendir darah.

2. Etiologi

1. Ibu hamil mengalami ngidam makanan pedas, asam, bahkan

beberapa jajanan yang tidak sehat.

2. Mual dan muntah yang dialami ibu hamil menyebabkan hilangnya

nafsu makan sehingga lambung sering kosong dan iritasi oleh

asam lambung.

3. Kekebalan tubuh berkurang sehingga bakteri, parasit, jamur yang

masuk ke dalam tubuh melalui makanan ataupun udara.

4. Mengalami alergi pada susu atau jenis makanan lainnya.

5. Mengonsumsi obat pencahar untuk mengatasi sembelit.

Sedangkan faktor yang menyebabkan diare pada wanita hamil

selain akibat pola makan yang tidak sehat juga dapat disebabkan oleh

beberapa hal, seperti berikut:

1. Minum Susu: Minum susu yang berlebihan dan tidak mengandung

laktosa atau sedikit mengandung laktosa, maka tubuh akan sulit

untuk mencernanya dan mengakibatkan usus tidak dapat

beradaptasi yang kemudian menyebabkan diare.

2. Infeksi Bakteri :Tubuh yang terinfeksi oleh bakteri parasit dan

virus seperti bakteri E. coli, salmonella, balantadium coli

Page 25: bu-winda-ria.docx

nentamoeba ritavirus dan adenovirus yang terdapat dalam bahan

makanan yang dikonsumsi oleh manusia, menyebabkan tubuh

akan mengalami diare.

3. Konsumsi Obat : Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat

untuk mengatasi sembelit dan obat penetral asam lambung akan

dapat mengganggu keseimbangan usus yang akhirnya

menyebabkan diare pada wanita hamil.

4. Perubahan Hormon : Meningkatnya produksi hormon yang pesat

saat hamil akan membuat produksi asam lambung menjadi

tergangu dan sistem pencernaan tubuh secara keseluruhan yang

akan menjadi penyebab diare pada ibu hamil. Selain itu faktor

diare pada wanita hamil bisa dipengaruhi karena membesarnya

ukuran rahim yang membuat gerakan usus menjadi tersumbat, dan

membuat bakteri dapat tumbuh dengan pesat dan akhirnya

menyebabkan diare.

Selama kehamilan, seorang wanita pada umumnya lebih

mungkin mengalami sembelit daripada diare (meskipun banyak

perempuan mendapatkan diare pada awal kehamilan). Infeksi yang

paling sering menyebabkan diare selama kehamilan biasanya tidak ada

ancaman bagi bayi, namun diare yang disertai dehidrasi dapat

membahayakan bagi bayi. Untuk mencegah dehidrasi, minum banyak

cairan dan menghindari kafein.

Seperti halnya dengan wanita yang tidak hamil, ada banyak

kemungkinan penyebab diare pada ibu hamil. Mungkin penyebab

yang paling umum adalah infeksi dengan virus yang menyebabkan flu

perut. Secara teknis, istilah "flu perut" adalah tidak benar. Yang

disebut flu perut tidak disebabkan oleh virus influenza, juga tidak

menginfeksi lambung. Sebaliknya, virus flu perut menginfeksi usus

kecil. Lain yang mungkin menyebabkan diare selama kehamilan

meliputi bakteri (misalnya Escherichia coli), parasit (misalnya

Page 26: bu-winda-ria.docx

Giardia), obat-obatan, atau kondisi medis lainnya (seperti sindrom

iritasi usus besar atau penyakit Crohn).

Kemungkinan penyebab diare selama kehamilan yaitu :

1. Beberapa jenis bakteri yang dikonsumsi melalui makanan dan

air yang terkontaminasi dapat menyebabkan diare selama

kehamilan.

2. Virus seperti Rotavirus, Cyptomegalovirus dapat menyebabkan

diare.

3. Parasit: Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan dan air

serta menetap di sistem pencernaan. Beberapa parasit yang

menyebabkan diare pada ibu hamil termasuk Giardia lamblia.

4. Obat-obatan seperti obat tekanan darah, antasida yang

mengandung magnesium dan antibiotik dapat menyebabkan

diare selama kehamilan.

5. Irritable bowel syndrome dan penyakit-penyakit usus seperti

penyakit Crohn dapat menyebabkan diare.

6. Diare selama kehamilan dapat disebabkan oleh peningkatan

asupan air. Hal ini dapat disebabkan oleh makanan yang tinggi

kandungan air, seperti buah-buahan (semangka), sayuran dan

air dalam jumlah besar asupan.

7. Penyebab lainnya termasuk laktosa intoleransi, flu perut dan

keracunan makanan.

ii. Manifestasi Klinis

Beberapa wanita mengalami diare pada akhir kehamilan.

Tergantung pada penyebab diare, gejala lain mungkin atau mungkin

tidak terjadi dengan hal itu. Gejala lain yang mungkin menyertai

diare antara lain:

1. Demam

2. Kulit tidak mengering

Page 27: bu-winda-ria.docx

3. Denyut nadi masih normal

4. Air seni tidak berwarna keruh

5. Seringnya BAB

6. Terjadi pendarahan pada feses

7. Perut mual dan kram

8. Muntah

9. Nyeri di kepala

10. Jantung berdebar kencang

11. Nyeri otot

12. Ibu hamil merasa lelah selama diare

Diarepada ibu hamil dapat bertahan 1-10 hari tergantung pada

penyebabnya. Hal ini dapat berkisar dari ringan sampai berat jenis

diare. Umumnya, wanita hamil lebih mungkin mengalami sembelit

dari pada diare karena vitamin prenatal, yang mengandung zat besi

yang tinggi yang sering mengikat. Diare selama kehamilan sebaiknya

tidak berlangsung lama. Jika itu berlangsung selama lebih dari 2 hari,

hubungi dokter segera. Kadang-kadang, diare bisa menjadi indikasi

persalinan prematur.

1. Pathway

Ibu Hamil

Faktor infeksi Faktor malabsorbsiPerubahan Hormone

Asam lambung rahim membesar

terganggu

gerakan usus tersumbat

Page 28: bu-winda-ria.docx

Gangguan peristaltik

Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik

merusak mukosa

usus

Pergeseran cairan makanan tidak sempat pertumbuhan

danelektrolit ke diserap. bakteri

Endotoksin berlebih

Isi lumen usus ↑ hipersekresi cairan dan

elektrolit

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Mual,muntah, dehidrasi,turgor kulit Pusing,keram perut Demam lemah,

Anoreksia,BB oliguri,mulut kerning, nyeri perut. letih.

dan pecah-pecah.

Gangguan keseimbangan nutrisi

Intoleransi aktivitas.

Hipertermi.

Nyeri akut.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Page 29: bu-winda-ria.docx

2. Penatalaksanaan

1. Memperbanyak waktu istirahat.

2. Meningkatkan asupan cairan elektrolit pada tubuh agar terhindar

dari dehidrasi.

3. Perbanyak minum air putih atau oralit.

4. Jika masih terjadi diare ringan, maka usahakan untuk

memperbanyak mengkonsumsi sup, minuman jahe atau roti

panggang untuk membantu mengatasi diare yang Anda alami.

5. Mengkonsumsi madu karena madu sangat baik untuk

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan juga sangat mudah

dicerna oleh tubuh.

6. Hentikan untuk sementara konsumsi susu dan berbagai produk

olahannya.

7. Hentikan mengonsumsi kubis/kol, roti, pasta, apel, pear, jagung

manis, gandum, kentang, serta makanan olahan.

8. Perbanyak minum air putih matang yang ditambah sedikit madu.

9. Perbanyak konsumsi asam folat dan vitamin B selama sebulan.

10. Hindari atau kurangi konsumsi vitamin D.

Diare merupakan proses tubuh dalam mengurangi infeksi.

Sebenarnya, proses tersebut tidak perlu dihambat, namun ada

beberapa terapi obat yang dapat digunakan untuk membantu

mengatasi gejala diare dan sebaiknya dipilih obat yang bekerja

mengatasi diare dengan cara yang benar. Berikut ini adalah beberapa

pilihan terapi antidiare yang ada di Indonesia serat tinjauan

keamanannya terhadap kondisi kehamilan.

Tingkat Keamanan Obat Simptomatik Diare pada Wanita Hamil

dan Menyusui :

Obat Keterangan

Loperamide Faktor Risiko: BM

Page 30: bu-winda-ria.docx

Fetal Risk Summary

Tidak ada laporan yang menunjukkan adanya hubungan

penggunaan loperamide dengan cacat bawaan. Penelitian

yang berkaitan dengan reproduksi pada tikus dan kelinci

dengan dosis hingga 30 kali dosis manusia telah

menunjukkan bahwa tidak ada bukti pada gangguan

kesuburan, teratogenik, atau yang membahayakan janin.

Pada studi observasi Medicaid Michigan yang melibatkan

229.101 sampel yang telah menyelesaikan masa kehamilan

antara tahun 1985 dan 1992, 108 bayi yang baru lahir telah

terpapar dengan loperamide selama 1 trimester (F. Rosa,

personal communication, FDA, 1993). Sebanyak enam

(5,6%) kelahiran yang diamati mengalamimajor birth defects

(lima yang normal), tiga di antaranya mengalami cacat

kardiovaskular (satu yang normal). Tidak ada hal yang tidak

normal yang teramati dalam lima kategori cacat lainnya (oral

clefts, spina bifida, polydactyly, limb reduction defects, dan

hypospadias) pada data spesifik yang tersedia. Jumlah cacat

kardiovaskular menunjukkan adanya kemungkinan

keterkaitan, namun faktor-faktor lain, termasuk penyakit ibu,

bersamaan penggunaan obat-obatan, mungkin terlibat.

Breast Feeding Summary

Tidak ditemukan adanya laporan yang menunjukkan

loperamide ada didalam air susu ibu setelah mengkonsumsi

obat. Namun, sebuah studi yang meneliti loperamide oxide,

prodrug yang tidak aktif secara farmakologi mengurangi

loperamide saat akan melalui saluran pencernaan, selama

menyusui. Enam perempuan dalam periode pasca-melahirkan,

yang tidak menyusui, diberi dua 4-mg dosis oral loperamide

oxide 12 jam secara terpisah. Sampel yang berasal dari

plasma dan susu dikumpulkan pada 12 jam setelah dosis

pertama, dan 6 dan 24 jam setelah dosis kedua. Sejumlah

kecil loperamide oxide diukur dalam beberapa sampel

plasma, tetapi rata-rata loperamide oxidepada susu

Page 31: bu-winda-ria.docx

konsentrasinya kurang dari 0,10 ng / mL (batas deteksi) pada

setiap waktu pengambilan sampel. Rata-rata konsentrasi

loperamide pada susu untuk tiga sampel adalah 0,18, 0,27,

dan 0,19 ng / mL, masing-masing, sesuai dengan konsentrasi

pada susu: rasio pada masing-masing plasma adalah 0,50,

0,37, dan 0,35. Meskipun jumlah ini sangat kecil, sumber

sebelumnya merekomendasikan agar loperamide tidak

digunakan pada ibu menyusui karena potensi efek samping

pada bayi. Namun, karena tidak adanya efek ini, American

Academy of Pediatrics mempertimbangkan loperamide dapat

digunakan pada saat menyusui.

Kaolin / Pektin Faktor Risiko: C

Fetal Risk Summary

Kaolin merupakan hydrated aluminum silicate clayyang

digunakan untuk adsorben pada diare, dan pektin merupakan

polisakarida yang diperoleh dari jaringan tanaman yang

digunakan sebagai agen untuk memperkuat jaringan. Agen ini

tidak diserap ke dalam sirkulasi sistemik.

Tidak ada laporan terkait penggunaan campuran kaolin /

pektin pada kehamilan dengan hasil yang merugikan pada

janin. Terdapat laporan adanya anemia yang kekurangan zat

besi dan hipokalemia setelah menggunakan kaolin.

Mekanisme ini dianggap baik untuk mengurangi asupan

makanan yang mengandung besi atau gangguan pada

penyerapan zat besi. Pada manusia, anemia dengan

kekurangan zat besi secara signifikan meningkatkan adanya

beratbadan lahir bayi yang rendah dan kelahiran prematur.

Tikus betina yang diberikan diet mengandung 20% kaolin

menjadi anemia dan pada anak anjing mengalami penurunan

yang signifikan dalam berat badan lahir. Ketika suplemen

besi ditambahkan pada diet yang diperkaya kaolin, tidak ada

anemia atau pengurangan berat badan lahir.

Breast Feeding Summary

Selain mengalami anemia pada ibu setelah penggunaan yang

Page 32: bu-winda-ria.docx

lama, campuran kaolin / pektin seharusnya tidak berpengaruh

pada laktasi.

Bismut

subsalisilat

Faktor Risiko: C

Fetal Risk Summary

Bismut subsalisilat (bismuth salisilat) dihidrolisis dalam

saluran pencernaan menjadi garam bismut dan sodium

salisilat. Sebuah penelitian menunjukkan penyerapan bismut

yang minimal (konsentrasi serum tidak spesifik) dari bismut

subsalisilat pada 12 subjek sehat didapatkan tingkat puncak

serumnya 0,050 μg / mL setelah dosis 216 mg colloidal

bismuth subcitratepada satu pasien. Beberapa absorpsi bismut

ada di mukosa lambung normal, tetapi terjadi absorpsi utama

dari duodenum. Pada hasil pengamatan penelitian observasi

didapatkan bahwa penyerapan bismut hanya terjadi pada

gastric antrum, bukan dalam lambung atau duodenum.

Meskipun penyerapan garam bismut anorganik diabaikan,

dalam sebuah studi dengan pemberiaan bismut tartrat 5 mg /

kg / hari, salah satu dari empat anak domba yang lahir

mengalami kondisi dimana ekor kambing menjadi kerdil, tak

berbulu, dan exophthalmic, dan yang dua mengalami

keguguran. Selain itu, pada penelitian case-report,

penggunaan antidiare dengan campuran yang mengandung

bismut subsalisilat dikaitkan dengan ensefalopati bismut pada

orang tua 60tahun pada penggunaan selama 1 bulan.

Ensefalopati didiagnosis dari elektroensefalogram dengan

adanya toksisitas bismut dan level bismut darah adalah 72

ng / mL (batas atas normal adalah 5 ng / mL).

Tidak ada laporan yang merugikan pada janin setelah

menggunakan bismut subsalisilat pada manusia. The

Collaborative Perinatal Projectmencatat adanya 15

subjekpada kehamilan trimester pertama dengan paparan

garam bismut (bismut subgallate N = 13, bismut subcarbonate

N = 1, dan milk of bismuthN = 1), tetapi bukan bismut

subsalicylate (7, hal. 384-7). Dalam jumlah yang kecil tidak

Page 33: bu-winda-ria.docx

ditemukan bukti yang yang berhubungan dengan kelainan

bawaan. Untuk penggunaannya selama kehamilan, 144

pasangan ibu-anak yang terkena paparan bismut subgallate

dan terdapat 5 anak yang terpapar dari dalam rahim

mengalamia inguinal hernia, di sebuah rumah sakit dengan

standardized relative risk (SRR).Bagaimanapun hubungan

sebab akibat, tidak dapat ditentukan dari data ini.

Secara ringkas, garam bismut anorganik, terbentuk dari

metabolisme bismut subsalisilat dalam saluran pencernaan,

tampaknya sedikit atau tidak ada resiko bagi janin dari dosis

terapeutik yang normal, namun data yang tersedia untuk

bismut dalam kehamilan masih sedikit dan risiko janin yang

sebenarnya tidak dapat ditentukan. Di sisi lain, potensi risiko

salisilat pada janin sangat kompleks. Meskipun risiko

toksisitas mungkin kecil, secara signifikan pada janin

mengakibatkan adanya efek samping setelahterpaparsalisilat.

Oleh karena itu, penggunaan bismut subsalisilat selama

kehamilan harus dibatasi untuk semester pertama kehamilan,

dan dalam jumlah yang tidak melebihi dosis yang dianjurkan.

Breast Feeding Summary

Bismut diekskresi dalam jumlah yang besar dari bismut

subsalisilat ke dalam air susu karena absorpsi bismut yang

sedikit dalam sirkulasi sistemik. Bagaimanapun, salisilat

diekskresi ke dalam air susu dan dieliminasi secara lambat

dari air susu daripada plasma dengan rasio air susu:plasma

adalah 0.03-0.08 pada 3 jam pertama hinggs 0.34 pada 12 jam

kemudian. Karena adanya potensi efek samping pada bayi,

American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa

salisilat harus digunakan secara hati-hati pada saat menyusui.

Pada review terbaru menyatakan bahwa bismut subsalisilat

harus dihindari selama menyusui karena penyerapan salisilat

sistemik.

3. Pencegahan

Page 34: bu-winda-ria.docx

Di bawah ini beberapa hal agar terhindar dari diare:

1. Hentikan konsumsi obat pencahar yangdigunakan untuk mengatasi

keluhan sembelit (konstipasi).

Beberapa ibu hamil akan minum obat pencahar untuk mengatasi

sembelit. Namun, cara ini tidaklah baik karena berisiko dapat

menyebabkan diare.

2. Berusahalah untuk berdamai dengan segala perubahan yang terjadi

selama masa kehamilan agar emosi anda relatif stabil.

3. Hindari mengonsumsi makanan yang belum pernahdikonsumsi

sebelumnya, terutama bagi yang berbakat alergi.

4. Biasakan selalu berpola hidup bersih dan sehat :

a. Makan makanan yang bersih dan diolah dengan baik.

b. Hindari makanan mentah yang kemungkinan mengandung

telur cacing ataupun kuman yang berbahaya.

c. Jika ingin menyantap lalapan maka sebaiknya rendam terlebih

dahulu sayuran dengan air garam agar telur cacing mati.

d. Olahraga secara teratur, seperti jalan kaki, berenang, senam,

dan lain-lain.

5. Minum air putih 8–10 gelas/hari

Diare akan menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak cairan

hingga mengakibatkan dehidrasi. Karena itu, minumlah air putih

yang banyak untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang agar

terhindar dari rasa lemas akibat dehidrasi.

6. Minum oralit

Oralit dapat menyembuhkan diare. Cara membuat oralit adalah

dengan mencampurkan 1 liter air matang dengan 1 sdt garam dan 8

sdt gula pasir. Aduk rata, lalu minumlah segera. Oralit ini juga

dapat dibeli di apotek dalam bentuk serbuk.

7. Minum jus jambu biji

Mengonsumsi jus jambu biji dipercaya dapat mengobati diare.

8. Mengganti produk susu hamil

Page 35: bu-winda-ria.docx

Ketidakcocokan dalam mengonsumsi susu hamil merk tertentu

dapat menjadi penyebab terserang diare. Karena itu, segera ganti

produk susu yang sedang digunakan dengan produk susu lain.

Ataujuga bisa mengonsumsi jenis susu lain, seperti susu kedelai,

susu bukan khusus kehamilan, dan lain-lain.

9. Konsumsi makanan bernutrisi

Makanan bernutrisi dengan kandungan gizi lengkap dapat

melindungi tubuh dari serangan bakteri ataupun kuman penyebab

diare.

4. Komplikasi

Diare pada ibu hamil dapat mengganggu kesehatan janin,

apalagi jika diare sudah menyebabkan dehidrasi akut, bahkan apabila

disertai dengan muntah, demam, keluar lendir, dan darah. Karena itu,

diare harus selalu kita waspadai karena dapat membahayakan janin

hingga pada risiko lahir prematur ataupun keguguran.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentisikasi status

kesehatan klien (Oyer, 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar

utama dalam memberikan asuhan keperawatn sesuai dengan

kebutuhan individu. Pengkajian yang akurat, lengkap sesuai dengan

kenyataan kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu

diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan

sesuai dengan respon individu, sebagai yang telah ditentukan dalam

standar praktik keperawatan (Nusralam, 2001).

1.Identitas Klien/biodata

Page 36: bu-winda-ria.docx

Meliputi nama lengkap. Tempat tinggal, jenis kelamin,

tempat tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama

orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan pada pasien diare

akut, sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah dua

tahun, insiden paling tinggi terjadi pada anak umur 6-11 bulan

karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping.

2. Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4

kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair

(dehidrasi ringan atau sedang) atau BAB >10 kali (dehidrasi

berat). Apabila diare berlangsung 14 hari maka diare tersebut

adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari

atau lebih adalah diare persisten.

3. Riwayat penyakit sekarang menurut (Nursalam, 2001).

a. Mula-mula Klien menjadi gelisah, suhu badan makin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak dan

kemungkinan timbul diare.

b. Tinja makin cair, disertai atau tidak lender dan darah, warna

tinja berubah menjadi kehijauan Karena bercampur dengan

cairan empedu.

c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering

defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.

d. Gejala muntah terjadi sebelum atau sesudah diare.

e. Apabila pasien sudah telah banyak kehilangan cairan dan

elektrolit, mka gejala dehidrasi akan semakin tampak.

f. Diuresis menjadi oligura (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila

terjadi dehidrasi, urine pada diare tanpa dehidrasi, diare

sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada

urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)

Page 37: bu-winda-ria.docx

4. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya pada ibu hamil sering mengalami mual, muntah,

panas pada perut.

5. Riwayat penyakit keluarga.

Apakah didalam anggota keluarga ada yang menderita

penyakit diare tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan

diare seperti otitis media akut, tonsillitis, faringitis,

bronkopnemonia, dan ensefalitis.

6. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Menstruasi

1) Menarche : haid pertama

2) Banyaknya : banyaknya haid yang keluar

3) HPHT : hari pertama haid terakhir

4) Siklus : 21-28 hari

5) Lamanya : tergantung dari keadaan klien

6) Keluhan : selama menstruasi

b. Riwayat Persalinan, Kehamilan, Nifas Yang lalu

Kesehatan ibu hamil, pernah mengalami kelainan

atau penyakit apa yang pernah diderita ibu dan apakah

memeriksakan kandungannya.

7. Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi terutama campak karena diare lebih

sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan

campak atau yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir,

sebagai akibat penurunan kekebalan pada pasien.

8. Riwayat alergi

Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan

(antibiotik) karena factor ini merupakan salah satu kemungkinan

penyebab diare.

9. Model Adaptasi Callista Roy

Page 38: bu-winda-ria.docx

a. Mode Fungsi Fisiologis

1) Nutrisi

Pada klien dengan diare akan mengalami

gangguan pada status nutrisinya, karena klien merasa

mual, muntah dan kurangnya nafsu makan.

2) Eliminasi

Pada klien dengan diare mengalami gangguan

pada sistem pencernaan. Biasanya klien akan mengeluh

frekuensi BAB yang berlebihan (lebih dari 4xsehari)

dengan konsistensi cair. Klien tidak mengalami masalah

pada eliminasi urine.

3) Integritas Kulit

Pada klien dengan diare biasanya akan

mengalami gangguan pada turgor kulit. Karena klien

dengan diare mengalami dehidrasi sehingga turgor kulit

menjadi menurun.

4) Neurosensori

Pada klien dengan diare biasanya tidak terjadi

gangguan pada neurosensori, hanya saja akan sering

mengeluh pusing dan letih.

5) Pernafasan (Oksigenasi)

Kaji status pola peranafasan klien, biasanya pada

klien dengan diare tidak terjadi gangguan pernafasan.

6) Aktivitas dan Istirahat

Pada klien dengan diare akan mengalami

kelemahan, keletihan, keterbatasan pergerakan, aktifitas,

partisipasi, pekerjaan atau profesi.

7) Cairan dan Elektrolit

Page 39: bu-winda-ria.docx

Menjelaskan pola-pola kebutuhan cairan dan

elektrolit. Pada klien dengan diare akan terjadi

peningkatan kebutuhan cairan karena diare yang dialami

biasanya disertai dengan dehidrasi. Sehingga terjadi

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh

klien.

8) Endokrin

Menjelaskan pola-pola kontrol dan pengturan

termasuk respon stress dan sistem pencernaan. Pada

klien dengan diare mengalami stress yang sangat hebat

karena gangguan pada sistem pencernaan dan adanya

gangguan konsep diri.

9) Indra Perasa

Menjelaskan fungsi sensori perceptual

sehubungan dengan informasi penglihatan, pendengaran,

pengecapan, perabaan dan penciuman, pada klien dengan

diare tidak mengalami gangguan pada sistem perasa.

b. Mode Konsep Diri

Mengenali pola-pola nilai, kepercayaan-kepercayaan,

dan emosi sehubungan dengan ide-ide pribadi perhatian

diberikan kepada fisik, personal, dan moral ethical pribadi.

1) Fisik diri terdiri dari: seksual self concept, perilaku

seksual yang agresif, kehilangan.

2) Personal self terdiri dari: Cemas, tidak berdaya,

bersalah dan rendah diri.

c. Mode Peran dan Fungsi

Fungsi peran mode mengenal pola-pola interaksi

sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain

dicerminkan oleh peran primer, sekunder dan tertier.

Fokusnya pada peran identitas dan peran keunggulan, yang

Page 40: bu-winda-ria.docx

terdiri dari : transisi peran, konflik peran dan kegagalan

peran.

d. Interpendent Mode

Mengenali pola-pola manusia tentang nilai-nilai kasih

sayang cinta dan ketegasan. Proses ini terjadi melalui

hubungan interpersonal, pada tingkat perorangan atau

kelompok terdiri dari : cemas karena perpisahan dan

kesepian.

10. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan dan sedang)

3) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)

b. Tanda-tanda vital

Peningkatan suhu mungkin mengindikasikan adanya infeksi

atau dehidrasi.

c. Kesadaran biasanya menurun pada dehidrasi sedang, berat

d. Pemeriksaan head to toe

1) Inspeksi

Rambut : Tidak ditemukan kelainan

Kepala :

Mata : Bentuk kelopak mata biasanya cowong, air

mata tidak ada.

Hidung :Tidak ada kelainan.

Telinga : Tidak ada kelainan

Mulut : Mukosa mulut tampak kering

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

pembesaran vena jugularis.

Dada : Pada dehidrasi sedang, berat sering

ditemukan pernafasan cepat dan dalam.

Integument : Biasanya turgor kulit menurun (>2 detik).

Page 41: bu-winda-ria.docx

Abdomen : Biasanya mengalami distensi, kram dan

bising usus yang meningkat.

Genetalia : Apakah ada iritasi pada kulit disekitar anus

nampak kemerahan

Ekstremitas : Tidak ditemukan kelainan

2) Auskultasi

Auskultasi abdomen harus dilakukan sebelum

palpasi atau perkusi untuk menghindari perubahan bising

usus.

Auskultasi abdomen untuk mengkaji bising usus

(perhatikan ada tidaknya atau hiperaktifitas).

3) Palpasi

Auskultasi palatum lunak dan keras untuk

kemungkinan efek Palpasi abdomen untuk menentukan

adanya nyeri tekan, rigiditas, massa, dan organomegali.

4) Perkusi

Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui

adanya gas yang berlebihan, massa, cairan dan

pembesaran hepar.

11. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan feces : periksalah adanya darah, mucus, bentuk

dan konsistensinya, pewarnaan metilen biru pada apusan

feces untuk melihat sel-sel poliomorfonuklear kultur bakteri

bila dicurigai adanya infeksi Salmonella shigella,

Campylobacter, dll, keadaan anak yang tampak toksik atau

adanya demam, pemeriksaan parasit (bila diperlukan) atau

toksin clostiridum (bila indikasi).

b. Urine : pemeriksaan berat jenis dengan dispastick,

mikroskpik kultur bila ada indikasinya.

c. Darah : periksalah darah lengkap, elektrolit, BUN, kultur

bila ada indikasi.

Page 42: bu-winda-ria.docx

12. Pengelompokan data

D/S :

a. Klien mengatakan tidak ada nafsu makan

b. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya

D/O :

a. Turgor kulit jelek

b. Nadi meningkat

c. Suhu meningkat

d. Nafsu makan menurun

e. Sering haus

f. Berat badan menurun

g. Anus merah dan lecet

h. Tidak mengetahui tanda dan gejala

i. Tidak mengetahui komplikasi

13. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah

kesehatan dan perawatan klien.Berdasarkan data-data yang telah

terkumpul maka dapat dianalisa dan mencari kemungkinan

penyebab timbulnya masalah dan merumuskan diagnosa yang ada

pada pasien baik aktual maupun potensial (Nursalam, 2001).

2. Diagnosa Keperawatan

Suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata/potensial

berdasarkan data yang telah dikumpulkan yang pemecahannya dapat

dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

Page 43: bu-winda-ria.docx

1. Devisit volume cairan berhubungan dengan hiperperistaltik yang

ditandai dengan frekuensi bab meningkat, turgor kulit yang jelek,

nadi meningkat, suhu meningkat, nafas cepat

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan distensi abomen yang ditandai dengan nafsu makan

menurun, berat badan menurun, sering haus.

3. Nyeri akut berhubungan dengan isi lumen usus meningkat yang

ditandai oleh Pusing,keram perut dan nyeri perut.

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai

oleh demam.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersekresi cairan dan

elektrolit yang ditandai oleh lemah, letih.

(Hidayat, 2006).

3. Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang diangkat, kita harus menyusun

rencana keperawatan, perencanaan ini meliputi tujuan yang ingin

dicapai dan criteria hasil intervensi harus jelas sehingga orang lain

mengerti dengan rasional dari tindakan yang diberikan. Dalam

perencanaan kita menentukan prioritas masalahnya, biasanya prioritas

adalah memenuhi persyaratan yang mengancam jiwa, mengatasi

masalah yang lain (Hidayat, 2006).

SMART : Specific, Measurable, Achievable, Reality and Time

(singkat, jelas, dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur, dapat dinilai,

realistis, berdasarkan diagnosis keperawatan dan kriteria waktu

tertentu).

1. Diagnosa I

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan volume cairan

dapat teratasi dengan criteria :

Page 44: bu-winda-ria.docx

a. Turgor kulit membaik

b. Jumlah cairan yang masuk seimbang dengan yang keluar

c. Membrane mukosa lembab

d. Tanda vital dalam batas normal

Intervensi

a. Catat intake dan out put

R/ : Dapat mengetahui cairan yang masuk dan keluar

b. Berikan oralit setiap kali mencret

R/ : Koreksi kekurangan cairan, larutan

c. Periksa tanda vital : nadi, suhu, respirasi, dan tekanan darah

R/ : Mengetahui perkembangan penyakit klien

d. Periksa turgor : kulit, tonus, ubun-ubun

R/ : Deteksi dini kekurangan cairan

e. Control berat jenis urina tiap 4 jam

R/ : Mengetahu berat jenis urine yang tinggi, cairan kurang

f. Timbang berat badan setiap hari

R/ : Indikator dari status gizi

2. Diagnosa II

Tujuan :

Setelah mendapatkan tindakan perawatan di harapkan kebutuhan

nutrisi teratasi dengan criteria :

a. Peningkatan berat badan status gizi membaik sesuai dengan

standar.

b. Bising usus normal (45-20 kali/menit).

c. Nafsu makan meningkat.

Intervensi

a. Berikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi proses

penyembuhan.

R/ : Klien dapat kooperatif

b. Berikan makanan sesuai dengan diit

R/ : Meningkatkan nafsu makan

Page 45: bu-winda-ria.docx

c. Hindari makanan yang dapat mengiritasi mukosa lambung dan

susu.

R/ : Mencegah terjadinya komplikasi

d. Jaga keberihan mulut

R/ : Mencegah mulut kering

e. Timbang berat badan setiap hari

R/ : Mengetahui peningkatan BB dari kebersihan.

3. Diagnosa III

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Rasa nyeri

berkurang atau hilang.

Intervensi

a. Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan

lokasinya.

R/ : Mengetahui lebih spesifik tentang nyeri klien sehingga

mendapat penanganan yang tepat.

b. Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnik

relaksasi serta beberapa cara untuk mengurangi rasa nyeri.

R/ : Teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri klien secara

nonfarmakologis.

c. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.

R/ : Mengurangi nyeri klien dengan bantuan obat.

d. Observasi keluhan serta TTV.

R/ : Mengetahui keadaan umum klien dan adanya perubahan

pada system persistem bagian tubuh.

4. Diagnosa IV

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh klien kembali

normal.

Intervensi

a. Observasi keadaan umum dan TTV

Page 46: bu-winda-ria.docx

R/ : Mengetahui keadaan klien dan adanya perubahan sistem

b. Anjurkan klien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap

keringat

R/ : Untuk mempercepat proses evaporasi

c. Anjurkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat pada

daerah dahi, ketiak dan lipat paha

R/ : Daerah dahi, aksila dan lipat paha merupakan jaringan

tipius dan terdapat pembuluh darah sehingga proses

vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat

d. Anjurkan klien banyak minum air putih

R/ : Untuk mengganti cairan yang hilang saat evaporasi

e. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

R/ : Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat

pengaturan panas di otak.

5. Diagnosa V

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien

tidak mengalami injury ketika melakukan kegiatan sehari-hari

Intervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan gerak

R/ : Sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan

gerak yang sesuai dengan kemampuannya

b. Rencanakan tentang pemberian program latihan sesuai

kemampuan klien

R/ : Latihan pergerakan dapat meningkatkan otot dan stimulasi

sirkulasi darah

c. Ajarkan klien tentang cara melakukan aktivitas sehari-hari

R/ : Untuk meningkatkan pergerakan dan melakukan

pergerakan yang aman

d. Libatkan keluarga untuk melatih mobilitas klien

R/ : Untuk memberikan dukungan kepada klien

4. Tindakan Keperawatan

Page 47: bu-winda-ria.docx

Implementasi adalah merealisasikan perencanaan yang telah

disusun sesuai ketentuan dan program. Implementasi ini didapatkan

sebagai sumber data yang baru yang digunakan dalam catatan

perkembangan (Hidayat, 2006).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan

adalah suatu tindakan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang

dicapai dari tujuan yang telah dibuat. Evaluasi merupakan aspek

yang pentingdari proses keperawatan karena kesimpulan yang

didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi dihentikan,

dilanjutkan atau di ubah. Tolak ukur yang digunakan untuk menilai

pencapaian tujuan pada tahap evaluasi ini adlah criteria yang telah

dibuat pada tahap perencanaan. Berpatokan pada sebagian atau

belum sama sekali atau justru timbul masalah baru. Selanjutnya

perkembangan respon klien dituangkan dalam catatan perkembangan

klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP.

S ( Subyektif ) : Keluhan-keluhan klien

O ( Obyektif ) : Apa yang dilihat, dicium, diraba, diukur dan

didengar perawat.

A ( Analisa ) : Kesimpulan perawat tentang kondisi klien.

P ( Plan of Care ) : Rencana tindakan keperawatan selanjtnya

untuk mengatasi masalah klien.

Adapun evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan

yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Defisit volume cairan tdak terjadi dengan criteria hasil klien

tidak mengeluh mencret dan muntah, klien tampak segar,

tanda-tanda vital dan turgor kulit normal, ubun-ubun tidak

cekung, mata tidak cowong.

Page 48: bu-winda-ria.docx

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh

dengan criteria hasil nafsu makan klien meningkat, berat badan

bertambah (stabil), tidak merasa haus.

3. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan criteria hasil

tidak ada kemerahan pada sekitar anus tidak ada.

4. Kurang pengetahuan ibu tentang penyakit tidak terjadi dengan

criteria hasil orang tua dapat mengerti tentang penyakit, tanda

dan gejala, dan komplikasi.

5. Kecemasan atau ketakutan anak tidak terjadi dengan criteria

hasil anak tidak gelisah, menangis, nerasa takut suasana di RS

(Hidayat, 2006).

6. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Dokumentasi dilakukan segera setelah setiap kegiatan atau tindakan

dalam setiap langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai

dengan evaluasi.

Sebagai dokumentasi yang mencatat semua pelayanan

keperawatan klien, dokumentasi tersebutdapat diartikan sebagai

suatu catatan bisnis dan hokum yang mempunyai banyak manfaat

dan penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk:

1.Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasikan tindakan.

2.Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika.

Sedangkan manfaat dan pentingnya dokumentasi dapat dilihat

dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan mutu pelayanan,

Page 49: bu-winda-ria.docx

komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi

(Nursalam, 2001)

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Diare pada ibu hamil dapat bertahan 1-10 hari tergantung pada

penyebabnya. Hal ini dapat berkisar dari ringan sampai berat jenis diare.

Umumnya, wanita hamil lebih mungkin mengalami sembelit dari pada

diare karena vitamin prenatal, yang mengandung zat besi yang tinggi yang

sering mengikat. Diare selama kehamilan sebaiknya tidak berlangsung

lama. Jika itu berlangsung selama lebih dari 2 hari, hubungi dokter segera.

Kadang-kadang, diare bisa menjadi indikasi persalinan prematur.

Page 50: bu-winda-ria.docx

DAFTAR PUSTAKA

Judy,Bothamleydan Boyle Maureen. 2011. PatofisiologidalamKebidanan.Jakarta:

EGC

Suandi. 2011. Diet Anak Sakit. Jakarta: EGC

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Reeder, Sharon J. 2013. Keperawatan Maternitas : kesehatan wanita, bayi &

keluarga. Ed. 18. Jakarta : EGC

Denise Tiran. 2007. Mengatasi mual muntah dan gangguan lain selama

kehamilan. Jakarta : diglossia

Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk

pendidikan bidan. Ed. 2. Jakarta : EGC

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba

Medika

Iqbal, Chayatin. (2008). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia.

Page 51: bu-winda-ria.docx

Jakarta: EGC.

ISO. (2010). ISO Informasi Spesialis Obat Indonesia. Jakarta: Ikatan Apoteker

Indonesia

Janice L. Williams. (2005). Diagnostik Fiik: Evaluasi Diagnosis Dan Fungsi Di

Bangsal. Jakarta: EGC

Rohmah Nikmatur. (2009). Proses Keperawatan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media