bronkopneumonia pada anak

21
BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK Bronkopneumonia Pada Anak bronkpneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat (konsolidasi) di alveolus - bronkeolus terminalis yang sebelumnya didahului oleh ISPA Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Komplikasi lain yang terjadi adalah atelektasis, emfisema, atau komplikasi seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat. Patofisiologi Bronkhopneumonia : 1. Bronkhopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder. 2. Keadaan yang dapat menyebabkan bronchopneumonia adalah pertusis, morbili, penyakit lain yang disertai dengan infeksi saluran pernafasan atas, gizi buruk, paska bedah atau kondisi terminal. Etiologi : 1. Streptococcus. 2. Staphylococcus. 3. Pneumococcus. 4. Hemovirus Influenza. 5. Pseudomonas. 6. Fungus. 7. Basil colli. Sehingga menimbulkan : 1. Reaksi radang pada bronchus dan alveolus dan sekitarnya. 2. Lumen bronkhiolus terisi eksudat dan sel epitel yang rusak. 3. Dinding bronkhiolus yang rusak mengalami fibrosis dan pelebaran. 4. Sebagian jaringan paru-paru mengalami etelektasis/kolaps alveoli, emfisema hal ini disebabkan karena menurunnya kapasitas fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan. Gejala Klinis : 1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi). 2. Gejala khas : 1. Sianosis pada mulut dan hidung. 2. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung. 3. Gelisah, cepat lelah. 3. Batuk mula-mula kering kemudian produktif. 4. Kadang- kadang muntah dan diare, anoreksia. 5. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis. 6. Foto thorak = bercak infiltrate pada satu

Upload: nirmalaquinn

Post on 27-Dec-2015

184 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

llll

TRANSCRIPT

Page 1: Bronkopneumonia Pada Anak

BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

Bronkopneumonia Pada Anak

bronkpneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat (konsolidasi) di alveolus - bronkeolus terminalis yang sebelumnya didahului oleh ISPA

Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Komplikasi lain yang terjadi adalah atelektasis, emfisema, atau komplikasi seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat.Patofisiologi Bronkhopneumonia :1. Bronkhopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder.

2. Keadaan yang dapat menyebabkan bronchopneumonia adalah pertusis, morbili, penyakit lain yang disertai dengan infeksi saluran pernafasan atas, gizi buruk, paska bedah atau kondisi terminal.

Etiologi :1. Streptococcus.

2. Staphylococcus.

3. Pneumococcus.

4. Hemovirus Influenza.

5. Pseudomonas.

6. Fungus.

7. Basil colli.

Sehingga menimbulkan : 1. Reaksi radang pada bronchus dan alveolus dan sekitarnya. 2. Lumen bronkhiolus terisi eksudat dan sel epitel yang rusak. 3. Dinding bronkhiolus yang rusak mengalami fibrosis dan pelebaran. 4. Sebagian jaringan paru-paru mengalami etelektasis/kolaps alveoli, emfisema hal ini disebabkan karena menurunnya kapasitas fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan.Gejala Klinis : 1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi). 2. Gejala khas : 1. Sianosis pada mulut dan hidung. 2. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung. 3. Gelisah, cepat lelah. 3. Batuk mula-mula kering kemudian produktif. 4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia. 5. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis. 6. Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus.Komplikasi : Bila tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan: 1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi. 2. Efusi pleura. 3. Emfisema. 4. Meningitis. 5. Abses otak. 6. Endokarditis. 7. Osteomielitis.Penatalaksanaan : 1. Oksigen. 2. Cairan, kalori dan elektrolit à glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse. 3. Obat-obatan : 1. Antibiotika à berdasarkan etiologi. 2. Kortikosteroid à bila banyak lender.Prognosis : Dengan pemberian antibiotik yang tepat, mortalitas dapat menurun.

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan BronkopneumoniaPengkajian Riwayat Kesehatan :

Page 2: Bronkopneumonia Pada Anak

1. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk, pilek, takhipnea, demam.

2. Anoreksia, sukar menelan, muntah.

3. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ; morbili, pertusis, malnutrisi, imunosupresi.

4. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan.

5. Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis.

Pemeriksaan Fisik :1. Demam, takhipnea, sianosis, cuping hidung.

2. Auskultasi paru adanya ronchi basah, stridor.

3. Laboratorium lekositosis, AGD abnormal, LED meningkat.

4. Roentgen dada abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru).

Faktor Psikososial/Perkembangan :1. Usia, tingkat perkembangan.

2. Toleransi/kemampuan memahami tindakan.

3. Koping.

4. Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.

5. Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.

Pengetahuan Keluarga, Psikososial :1. Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.

2. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.

3. Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.

4. Koping keluarga.

5. Tingkat kecemasan.

Diagnosa Keperawatan1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.

3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.

5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.

8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

Intervensi Dx. : Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.Rencana tindakan :1. Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan bunyi nafas abnormal.

Page 3: Bronkopneumonia Pada Anak

2. Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam.

3. Beri therapy oksigen sesuai program.

4. Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.

5. Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.

6. Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.

7. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.

8. Beri minum yang cukup.

9. Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.

10. Kelolaa pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.

Dx. : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenasi jaringan secara adekuat.Rencana Tindakan :1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.

2. Beri posisi fowler/semi fowler.

3. Beri oksigen sesuai program.

4. Monitor analisa gas darah.

5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.

6. Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.

Dx. : Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.Rencana Tindakan :1. Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral à hindari milk yang kental/minum yang dingin à merangsang batuk.

2. Monitor keseimbangan cairan à membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tyanda vital.

3. Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.

4. Lakukan oral hygiene.

Dx. : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi.Rencana Tindakan :1. Kaji toleransi fisik pasien.

2. Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan sehari-hari.

3. Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan energi banyak à sesuaikan aktifitas dengan kondisinya.

4. Beri O2 sesuai program.

5. Beri pemenuhan kebutuhan energi.

Dx. : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk

Page 4: Bronkopneumonia Pada Anak

efektif dan suhu normal.Rencana Tindakan :1.  Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.

2. Kelola pemberian antipiretik dan anlgesik serta antibiotic sesuai program.

3. Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya.

4. Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk.

5. Usahakan pasien dapat istirahat/tidur yang cukup.

Dx. : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal.Rencana Tindakan :1. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

2. Beri kompres dingin.

3. Kelola pemberian antipiretik dan antibiotic.

4. Beri minum peroral secara hati-hati, monitor keakuratan tetesan infuse.

Dx. : Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus diambil bila infeksi terjadi lagi.Rencana Tindakan :1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anak dengan bronchopneumonia.

2. Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ; keseimbangan diit, istirahat dan aktifitas yang sesuai.

3. Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR kembali normal.

4. Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program.

5. Ajarkan cara mendeteksi kambuhnya penyakit.

6. Beritahu tempat yang harus dihubungi bila kambuh.

7. Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

Dx. : Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.Tujuan : Kecemasan teratasi.Rencana Tindakan :1. Kaji tingkat kecemasan anak.

2. Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya.

3. Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat anaknya.

4. Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan à tujuan, manfaat, bagaimana dia merasakannya.

5. Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

ImplementasiPrinsip implementasi :

Page 5: Bronkopneumonia Pada Anak

1. Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan fisioterapi dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau pengisapan, beri O2 sesuai program.

2. Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put.

3. Monitor suhu tubuh.

4. Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien.

5. Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.

6. Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan bronchopneumonia.

EvaluasiHasil evaluasi yang ingin dicapai :1.   Jalan nafas efektif, fungsi pernafasan baik.

2.   Analisa gas darah normal.

Tata laksana medis Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

Pemberian oksigen dengan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glucose 5%, dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10mEq/500 ml/botol infuse.

Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

Library:Ngastiah. (2008). Perawatan anak sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC Speirs, A.L. (1992). Pediatrics for nurses. (Terj. Dr, Sidhartani Zain). Semarang: IKIP Semarang Press. http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2010/02/23/pneumonia-pada-anak

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

Page 6: Bronkopneumonia Pada Anak

A.   KONSEP MEDIS

1.      PENGERTIANIstilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth, 2001). Bronchopneu monia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.

Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang menyebabkana bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2.      ETIOLOGIBroncopneumonia dapat disebabkan oleh:·         Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza·         Virus= legionella pneumonia, virus influenza·         Jamur= aspergilus, candida albicons·         Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru·         Kongesti paru kronik·         Flora normal, hidrokarbon.

3.      PATOFISIOLOGISebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi  peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam pada penderita.Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

Page 7: Bronkopneumonia Pada Anak

PENYIMPANGAN KDM

4.      GEJALA KLINISA.         Pnemonia bakteri Gejala :-          Rinitis ringan-          Anoreksia-          GelisahØ  Berlanjut sampai:-          Demam-          Malaise  (tidak nyaman)-          Nafas cepat dan dangkal.-          Ekspirasi berbunyi.-          Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan-          Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan-          Leukositosis-          Foto thorak pneumonia lebarB.           Pnemonia Virus Gejala awal-          Batuk

Page 8: Bronkopneumonia Pada Anak

-          RhinitisØ  Berkembang sampai-          Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu.-          Emfisema obstruktif-          Ronkhi basah.

C.           Pneumonia mikroplasma -          Demam-          Sakit kepala-          Menggigil-          AnoreksiaØ  Berkembang sampai-          Rhinitis alergi-          Sakit tenggorokan batuk kering berdarah-          Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.

5.         PEMERIKSAAN PENUNJANGA.         Pemeriksaan Laboratorium -          Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3

-          Laju endap darah meningkat 100mm-          ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.-          GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi  CO2

-          Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena peningkatan suhu tubuh.B.           Pemeriksaan Radiologi -          Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6.         PENATALAKSANAANa.       Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.b.      Terapi oksigen (O2)c.       Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.d.      Istirahat yang cukupe.       Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

7.         KOMPLIKASI a.       Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.b.      Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.c.       Abses paru        :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.d.      Infeksi sistomike.       Endokarditis     :peradangan pada endokardium.

Page 9: Bronkopneumonia Pada Anak

f.       Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.  

B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.

1.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN.1)      Identitas.2)      Riwayat Keperawatan.a.       Keluhan utama.Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.b.      Riwayat penyakit sekarang.Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.c.       Riwayat penyakit dahulu.Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.d.      Riwayat kesehatan keluarga.Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.e.       Riwayat kesehatan lingkungan.Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.f.       Imunisasi.Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.h.      Nutrisi.Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).3)      Pemeriksaan persistem.a.       Sistem kardiovaskuler.Takikardi, iritability.b.      Sistem pernapasan.Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.c.       Sistem pencernaan.

Page 10: Bronkopneumonia Pada Anak

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.d.      Sistem eliminasi.Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).e.       Sistem saraf.Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.Tonus otot menurun, lemah secara umum,g.      Sistem endokrin.Tidak ada kelainan.h.      Sistem integumen.Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .i.        Sistem penginderaan.Tidak ada kelainan.4)      Pemeriksaan diagnostik dan hasil.Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :·         Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.·         Luas daerah paru yang terkena.·         Evaluasi pengobatanPada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur.Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

2.       DIAGNOSA KEPERAWATAN1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.3.      Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.

Page 11: Bronkopneumonia Pada Anak

4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.6.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.7.      Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen

3.      INTERVENSIDiagnosa 1Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung

INTERVENSI RASIONAL-          Observasi TTV terutama respiratory rate

-          Auskultasi area dada atau paru, catat hasil pemeriksaan

-          Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam

-          Lakukan suction sesuai indikasi

-          Memberi posisi semifowler atau supinasi dengan elevasi kepala-          Anjurkan pasien minum air hangatKolaborasi :-          Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya.-          Berikan obat sesuai indikasi, seperti mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic-          Berikan O2 lembab sesuai indikasi

-          Member informasi tentang pola pernafasan pasien, tekanan darah, nadi, suhu pasien.-          Crekcels, ronkhi dan mengi dapat terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada tempat konsolidasi sputum-          Memudahkan bersihan jalan nafas dan ekspansi maksimum paru-          Mengeluarkan sputum pada pasien tidak sadar atau tidak mampu batuk efektif-          Meningkatkan ekspansi paru

-          Air hangat dapat memudahkan pengeluaran secret-          Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret-          Proses medikamentosa dan membantu mengurangi bronkospasme-          Mengurangi distress respirasi

Diagnosa 2Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien tidak terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2

Page 12: Bronkopneumonia Pada Anak

= 35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.

INTERVENSI RASIONAL

-          Kaji frekuensi, kedalaman, kemudahan bernapas pasien.-          Observasi warna kulit, membran mukosa bibir.-          Berikan lingkungan sejuk, nyaman, ventilasi cukup.-          Tinggikan kepala, anjurkan napas dalam dan batuk efektif.-          Pertahankan istirahat tidur.-          Kolaborasikan pemberian oksigen dan pemeriksaan lab (GDA)

-       Memberi informasi tentang pernapasan pasien.

-       Kebiruan menunjukkan sianosis.-       Untuk membuat pasien lebih nyaman.

-       Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran sekret.-       Mencegah terlalu letih.-       Mengevaluasi proses penyakit dan mengurangi distres respirasi.

Diagnosa 3Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan suhu pasien turun atau normal (36,5 – 37,5°C) dengan KH: pasien tidak gelisah, pasien tidak menggigil, akral teraba hangat, warna kulit tidak ada kemerahan.

INTERVENSI RASIONAL

-          Kaji suhu tubuh pasien-          Pertahankan lingkungan tetap sejuk-          Berikan kompres hangat basah pada ketiak, lipatan paha, kening (untuk sugesti)-          Anjurkan pasien untuk banyak minum

-          Anjurkan mengenakan pakaian yang minimal atau tipis-          Berikan antipiretik sesuai indikasi-          Berikan antimikroba jika disarankan

-    Data untuk menentukan intervensi-    Menurunkan suhu tubuh secara radiasi-    Menurunkan suhu tubuh secara konduksi

-    Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga diimbangi dengan intake cairan yang banyak-    Pakaian yang tipis mengurangi penguapan cairan tubuh-    Antipiretik efektif untuk menurunkan demam-    Mengobati organisme penyebab

Diagnosa 4Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien meningkat, BB pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas

INTERVENSI RASIONAL

Page 13: Bronkopneumonia Pada Anak

-          Kaji penyebab mual muntah pasien-          Berikan perawatan mulut-          Bantu pasien membuang atau mengeluarkan sputum sesering mungkin-          Anjurkan untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat-          Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering-          Kolaborasikan untuk memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit

-          Untuk menentukan intervensi selanjutnya-          Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan-          Sputum dapat menyebabkan bau mulut yang nantinya dapat menurunkan nafsu makan-          Membantu meningkatkan nafsu makan

-          Meningkatkan intake makanan-          Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai dengan keadaan pasien

Diagnosa 5:Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)

INTERVENSI RASIONAL-          Evaluasi tingkat kelemahan dan toleransi pasien dalam melakukan kegiatan-          Berikan lingkungan yang tenang dan periode istirahat tanpa ganguan-          Bantu pasien dalam melakukan aktifitas sesuai dengan kebutuhannyaKolaborasi :-          Berikan oksigen tambahan

-    Sebagai informsdi dalam menentukan intervensi selanjutnya-    Menghemat energy untuk aktifitas dan penyembuhan-    Oksigen yang meningkat akibat aktifitas

-    Mengadekuatkan persediaan oksigen

Diagnosa 6Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan volume cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien tidak muntah. Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)

INTERVENSI RASIONAL-       Observasi TTV @ 2- 4 jam, kaji turgor kulit.

-       Pantau intake dan output cairan-       Anjurkan pasien minum air yang banyak

-      Peningkatan suhu menunjukkan peningkatan metabolic-      Mengidentifikasi kekurangan volume cairan-      Menurunkan resiko dehidrasi

Page 14: Bronkopneumonia Pada Anak

Kolaborasi :-       Berikan terapi intravena seperti infuse sesuai indikasi-       Pasang NGT sesuai indikasi untuk pemasukan cairan

-      Melengkapi kebutuhan cairan pasien

-      Membantu memenuhi cairan bila tidak bias dilakukan secara oral

Diagnosa 7Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat

INTERVENSI-          Kaji suhu badan 8 jam-          Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal-          Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas-          Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksiKolaborasi-          Berikan terapi antibiotik

-          Mendeteksi adanya tanda dari infeksi-          Mempermudah untuk penanganan jika infeksi terjadi-          Panas, kemerahan merupakan tanda dari infeksi-          Dengan melibatkan keluarga tanda infeksi lebih cepat diketahui

-          Antibiotik efektif untuk mencegah penyebaran bakteri

4.      IMPLEMENTASIImplementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya.

5.      EVALUASIDx 1    :-          Jalan nafas pasien efektif-          Tidak ada bunyi nafas tambahan-          Jalan nafas pasien paten-          Pasien tidak sesak-          RR normal (30-40x/menit)-          Tidak ada penggunaan otot bantu nafas-          Tidak ada pernafasan cuping hidung

Dx 2    :-          Ventilasi pasien tidak terganggu-          GDA normal

Page 15: Bronkopneumonia Pada Anak

·         PO2 = 80-100mmHg·         PCO2 = 35-45mmHg·         pH = 7,35-7,45·         SaO2 = 95%-99%-          Tidak ada sianosis-          Tidak ada sesak-          Pasien terlihat rileksDx 3    :-          Suhu pasien normal (36,5-37,50C)-          Pasien tidak gelisah-          Pasien tidak menggigil-          Akral teraba hangatDx 4      :-          Kebutuhan nutrisi pasien adekuat-          Nafsu makan pasien meningkat-          Pasien tidak mual muntah-          Turgor kulit elastic-          BB pasien ideal-          Pasien tidak lemas

Dx 5      :-          Toleransi pasien terhadap aktivitas meningkat-          Pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan tanpa bantuan-          Pasien mampu mempraktekkan penghematan energy-          TTV stabil : S = 36,5-37,50C                     N = 100-120x/menit                     RR = 30-40x/menitDx 6      :-          Volume cairan pasien adekuat/seimbang-          Membran mukosa pasien lembab-          Turgor kulit elastis-          TTV stabil : S = 36,5-37,50C                     N = 100-120x/menit                     RR = 30-40x/menit-          CRT < 3 detikDx 7      :-          klien bebas dari tanda dan gejala infeksi-          menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi-           jumlah leukosit dalam batas normal-           menunjukkan perilaku hidup sehat

Page 16: Bronkopneumonia Pada Anak

DAFTAR PUSTAKADongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGCZul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta :  Balai penerbit FK ULRcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika