berbagai alternatif pengembangan metodologi pembelajaran
TRANSCRIPT
36
BERBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN METODOLOGI
PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP NEGERI 1 KAMPAK
TRENGGALEK
Wiwik Andayani
Guru SMP Negeri 1 Kampak Trenggalek
Email: [email protected]
Abstrak: Masalah pokok dalam pembelajaran bahasa di sekolah dewasa ini adalah
rendahnya daya serap peserta didik. Salah satu penyebabnya adalah proses pembelajaran
yang bersifat konvensional dan didominasi oleh pembelajaran tradisional. Untuk itu,
hendaknya guru bahasa menguasai metodologi pembelajaran bahasa yang selanjutnya
dapat memilih, menerapkan, dan mengembangkannya sesuai dengan Kompetensi Dasar
dan Tujuan yang akan dicapai.Metodologi pembelajaran bahasa menyangkut masalah
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bahasa. Pendekatan, metode, dan teknik
mempunyai hubungan hierarkis yakni yang satu lebih tinggi dari yang lainnya. Pendekatan
berada pada tingkat tertinggi, bersifat aksiomatis. Pendekatan dijabarkan dalam bentuk
metode, bersifat prosedural. Metode diwujudkan dalam sebuah teknik dan bersifat
operasional.
Kata kunci: pendekatan, metode, teknik
Abstract: the main problem in language learning at school recently is the low
understanding of students. One of the causes of learning process is conventional and
dominated by traditional learning. Therefore, the language teacher should know language
learning method that can be chosen, applied, and developed suitable with basic
competence and the objective to achieve. Language learning method involves the
approach, method, and technique. They have hierarchy relationship. One of them is higher
than the others. The highest approach is axiomatic. This approach is explained in method
procedurally. The method is applied in technique and operational
Keywords: approach, method, technique
PENDAHULUAN
Salah satu masalah pokok dalam
pembelajaran pada pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih
rendahnya daya serap peserta didik.
Menurut Trianto (2011:1) hal ini
disebabkan kondisi pembelajaran yang
bersifat konvensional dan tidak menyentuh
ranah peserta didik, dalamarti proses
pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya.
Di SMP Negeri 1 Kampak, kondisi
pembelajaran di atas, tidak jauh berbeda
khususnya pada pembelajaran bahasa
Indonesia. Hal ini disebabkan proses
pembelajaran yang didominasi oleh
pembelajaran tradisional. Pada
pembelajaran ini suasana kelas cenderung
teacher-centered sehingga siswa menjadi
pasif. Meskipun demikian guru lebih suka
menerapkan model tersebut, sebab tidak
memerlukan alat dan bahan praktik, cukup
menjelaskan konsep-konsep yang ada pada
buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini
siswa tidak diajarkan cara belajar yang
dapat memahami bagaimana belajar,
berpikir, dan memotivasi diri sendiri.
Cara penerapan suatu pembelajaran
akan berpengaruh besar terhadap
Andayani, Berbagai Alternatf Pengembangan Metodologi Pembelajaran … 37
kemampuan siswa dalam mendidik diri
mereka sendiri (Joyce, 2009:7). Guru yang
sukses bukan sekadar penyaji yang
kharismatik dan persuasif. Lebih jauh,
guru yang sukses adalah mereka yang
melibatkan para siswa dalam tugas-tugas
yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan
mengajari mereka bagaimana mengerjakan
tugas-tugas tersebut secara produktif.
Contohnya, walaupun kita perlu belajar
untuk berceramah dengan jelas dan mahir,
para siswa harus tetap belajar dari ceramah
tersebut. Pendidik yang sukses akan
senantiasa mengajari siswa bagaimana
menyerap dan menguasai informasi yang
berasal dari penjelasannya. Sedangkan
para siswanya mampu menggambarkan
informasi, gagasan, kebijaksanaan dari
guru-gurunya, dan menggunakan sumber-
sumber pembelajaran secara efektif.
Dengan demikian, peran utama dalam
mengajar adalah mencetak para siswa yang
handal (powerfull). Untuk itu, hendaknya
para guru dapat memilih dan
mengembangkan metodologi pembelajaran
secara tepat sesuai dengan Kompetensi
Dasar (KD) dan tujuan yang akan dicapai.
Berikut ini diuraikan berbagai
alternatif metodologi pembelajaran bahasa
yang dapat dipilih dan dikembangkan guru
bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kualitas pembelajarannya.
Metodologi pembelajaran bahasa
menyangkut masalah pendekatan, metode
dan teknik pembelajaran bahasa.
Pendekatan, metode, dan teknik
merupakan tiga istilah yang sering
dicampuradukkan pengertian atau
pemakaiannya. Tidak sedikit guru yang
menyamakan pengertian ketiganya. Hal itu
wajar karena ketiga istilah itu mempunyai
kaitan yang erat dan saling bertautan.
Untuk kepentingan analisis ilmu
pengetahuan, banyak ahli yang
menggunakan ketiga istilah itu dalam
pengertian yang berbeda. Ketiga istilah itu
mempunyai hubungan berjenjang atau
hierarkis, yang satu lebih tinggi dari yang
lainnya. Pendekatan berada pada tingkat
yang tertinggi, yang kemudian diturunkan
atau dijabarkan dalam bentuk metode.
Selanjutnya, metode dituangkan atau
diwujudkan dalam sebuah teknik. Teknik
inilah yang merupakan ujung tombak
pembelajaran karena berada pada tahap
operasional atau tahap pelaksanaan
pembelajaran.
Pendekatan adalah proses,
perbuatan, atau cara mendekati (KBBI,
1995). Dikatakan pula bahwa pendekatan
merupakan sikap atau pandangan tentang
sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau
seperangkat asumsi yang saling berkaitan.
Pendekatan bersifat aksiomatis, tidak perlu
dibuktikan lagi kebenarannya. Di dalam
pembelajaran bahasa, pendekatan
merupakan pandangan, filsafat, atau
kepercayaan tentang hakikat bahasa dan
hakikat pembelajaran bahasa yang diyakini
dan tidak perlu dibuktikan lagi
kebenarannya (Iskandarwassid, 2009:41).
Metode adalah sebuah prosedur
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Di dalam pembelajaran bahasa,
metode digunakan untuk menyatakan
kerangka yang menyeluruh tentang proses
pembelajaran. Proses itu tersusun dalam
rangkaian kegiatan yang sistematis,
tumbuh dari pendekatan yang digunakan
sebagai landasan. Adapun sifat sebuah
metode adalah prosedural.
Teknik adalah sebuah cara khas
yang operasional, yang dapat digunakan
dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, berpegang pada proses
sistematis yang terdapat dalam metode.
Oleh karena itu, teknik lebih bersifat
38 DEWANTARA, VOLUME 1 NOMOR 1, MARET 2015
tindakan nyata berupa usaha atau upaya
yang digunakan untuk mencapai tujuan.
PEMBAHASAN
Pendekatan
Pendekatan rasionalis dikenal juga
sebagai aliran mentalis yang dipelopori
oleh Chomsky. Aliran ini muncul dalam
bidang bahasa dan pembelajaran bahasa
pada tahun enam puluhan. Pengaruh aliran
ini amat terasa terutama dalam diskusi-
diskusi dan kajian ilmu kebahasaan pada
tingkat pendidikan tinggi di Indonesia
(Iskandarwassid, 2009:41).
Asumsi-asumsi tentang bahasa,
proses belajar dan mengajar bahasa yang
dianut oleh pengikut aliran ini adalah
sebagai berikut, a) Manusia adalah satu-
satunya yang dapat belajar bahasa; b)
Bahasa yang hidup adalah bahasa yang
dapat digunakan dalam berpikir; c) Bahasa
yang hidup ditandai oleh kreativitas yang
dituntut oleh aturan-aturan tata bahasa; d.
Aturan-aturan tatabahasa bertalian dengan
tingkah laku kejiwaan.
Dengan pendekatan ini muncul
metode verbal-aktif yang merupakan
perbaikan dari metode langsung.
Selain pendekatan tersebut, di
dalam sejarah perkembangan pembelajaran
bahasa ditemukan pula beberapa
pendekatan yang dianggap penting seperti
berikut:
Pendekatan Formal
Atar Semi (1993) menyatakan bahwa
pendekatan formal merupakan pendekatan
klasik dan tradisional dalam pembelajaran
bahasa. Pendekatan ini menganggap
pembelajaran bahasa sebagai suatu
kegiatan rutin yang konvensional, dengan
mengikuti cara-cara yang telah biasa
dilakukan berdasarkan pengalaman.
Lebih lanjut Atar Semi (1993)
mengemukakah bahwa pembelajaran
dimulai dengan rumusan-rumusan teoretis
kemudian diaplikasikan dengan contoh-
contoh pemakaiannya, serta dengan jalan
menjabarkannya. Pendekatan ini sering
pula disebut dengan pendekatan
informatif. Disebut demikian karena
kecenderungannya menyampaikan infor-
masi tentang bahasa tanpa mempedulikan
pengetahuan atau kemampuan bahasa.
Pendekatan formal dipakai dalam dua
metode pembelajaran bahasa, yaitu
metode terjemahan tatabahasa dan metode
membaca.
Pendekatan Fungsional
Menurut Atar Semi (1993),
pendekatan ini menyarankan apabila
mempelajari bahasa sebaiknya melakukan
kontak langsung dengan masyarakat atau
orang yang menggunakan bahasa itu.
Dengan demikian, peserta didik langsung
menghadapi bahasa yang hidup dan
mencoba memakainya sesuai dengan
keperluan komunikasi. Mereka dengan
sendirinya merasakan fungsi bahasa
tersebut dalam komunikasilangsung.
Lebih lanjut Atar Semi (1993)
mengutarakan bahwa pendekatan ini
memunculkan berbagai metode mengajar
bahasa, antara lain metode langsung,
metode pembatasan, metode intensif,
metode audiovisual, metode linguistik.
Pendekatan Integral
Menurut Atar Semi (1993)
pendekatan integral menganut pengertian
bahwa pembelajaran bahasa harus
merupakan sesuatu yang multidimensional.
Artinya, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pembelajaran.
Oleh sebab itu, pembelajaran harus
fleksibel dan dengan metodologi yang
terbuka. Bantuan-bantuan ilmu yang lain
bagi kelancaran pembelajaran bahasa perlu
mendapat tempat sehingga pembelajaran
bahasa harus saling menunjang dengan
Andayani, Berbagai Alternatf Pengembangan Metodologi Pembelajaran … 39
ilmu lain. Misalnya, dengan ilmu jiwa
belajar, sains, dan antropologi.
Pendekatan Sosiolinguistik
Pendekatan pembelajaran bahasa
yang memanfaatkan hasil studi
sosiolinguistik adalah pendekatan
sosiolinguistik. Atar Semi (1993)
menyatakan bahwa pendekatan
sosiolinguistik ini adalah studi tentang
hubungan gejala masyarakat dengan gejala
bahasa. Di dalam perjalanan sejarahnya,
sosiolinguistik telah memberikan atau
merumuskan konsep-konsep tertentu yang
berharga bagi pengembangan
pembelajaran bahasa. Konsep itu antara
lain adalah sebagai berikut, a) Bahasa
merupakan sebuah sistem yang
mempunyai variasi atau ragam; b) Bahasa
sebagai identitas kelompok; c) Bahasa
sebagai alat komunikasi.
Faham ini memiliki implikasi
terhadap pembelajaran bahasa, sebagai
berikut, a) Pembelajaran bahasa harus
diarahkan kepada penguasaan kompetensi
komunikatif oleh peserta didik; b) Salah
satu cara menganalisis komunikasi melalui
bahasa ialah memeriksa fungsi bahasa
yang khas, cara memakai bahasa untuk
tujuan-tujuan khusus; c) Analisis
fungsional kegiatan komunikasi adalah
menemukan fungsi-fungsi bahasa yang
bersangkutan dengan komunikasi tersebut.
Hal ini mencakup penekanan pengajaran
pada fungsi bahasa yang penting; d)
Analisis linguistik atas kegiatan
komunikasi ialah menemukan bentuk-
bentuk linguistik yang diperlukan dalam
setiap jenis kegiatan berkomunikasi; e)
Analisis bahasa yang berkembang dalam
masyarakat perlu dipetakan. Artinya,
pembelajaran bahasa perlu diarahkan pada
kajian-kajian bahasa yang hidup dalam
masyarakat untuk melihat dinamika bahasa
tersebut.
Pendekatan Psikologi
Pendekatan ini sering dianggap
hanya bisa dilakukan oleh para psikolog
saja. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya
keliru, karena banyak pengajar yang belum
mampu mengenali psikologi perkem-
bangan peserta didik.
Atar Semi (1993) mengemukakan
bahwa pendekatan psikologi bahasa
berkaitan dengan ilmu yang menelaah
bagaimana peserta didik belajar, dan
bagaimana peserta didik sebagai individu
yang kompleks. Hasil studi psikologi
mutlak untuk dikuasai oleh pengajar
bahasa. Premis dan asumsi psikologi
dimanfaatkan dalam pendekatan ini,
terutama dalam penyusunan strategi
mengajar.
Asumsi-asumsi psikologis yang
dimanfaatkan antara lain seperti berikut,
Teori Behaviorisme
Segala tingkah laku atau kegiatan
seseorang merupakan respons terhadap
adanya stimulus. Proses belajar tidak lain
daripada mekanisme stimulus-respons itu.
Secara lebih detail teori behaviorisme
adalah, 1) Proses belajar sangat bergantung
kepada faktor yang berada di luar dirinya,
sehingga ia memerlukan stimulus dari
pengajarnya; 2) Hasil belajar banyak
ditentukan oleh proses peniruan,
pengulangan, dan penguatan (reinforce-
ment); 3) Belajar harus melalui tahap-
tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang
mudah mendahului yang lebih sulit.
Teori Gestalt
Teori ini beranggapan bahwa setiap
individu mempunyai kajian mendalam.
Kajian ini berfungsi untuk mengasimilasi
atau mereka-reka objek yang sedang
diamati, sehingga diterima sebagai objek
yang utuh. Bagi seseorang, yang tampak
pertama adalah struktur atau keseluruhan
dari sebuah benda, baru kemudian diikuti
40 DEWANTARA, VOLUME 1 NOMOR 1, MARET 2015
oleh pengamatan akan unsur-unsurnya.
Dalam pembelajaran bahasa teori ini
kerapkali dinyatakan berupa anjuran agar
bahan pembelajaran jangan diberikan
sepotong-potong, melainkan harus
diberikan secara utuh dan dalam struktur
yang bermakna.
Teori Kognitif
Menurut teori kognitif segala
aktivitas manusia yang dilakukan dengan
sadar bersumber pada otak dan digerakkan
oleh kognitif yang meliputi segala aspek
kegiatan, mulai dari menyadari adanya
masalah, mengidentifikasikannya,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan
informasi atau data, mengambil simpulan,
mengevaluasi simpulan, sampai kepada
strategi untuk mencapai tujuan (Asri
Budiningsih, 2005:34)
Pendekatan Psikolinguistik
Atar Semi (1993) menguraikan
bahwa pendekatan ini bertumpu pada
pemikiran tentang bagaimana proses yang
terjadi dalam benak anak ketika mulai
belajar bahasa, serta bagaimana pula
perkembangannya. Persoalan ini
merupakan bidang yang ditekuni studi
psikolinguistik, yaitu ilmu yang
mempelajari latar belakang psikologis
kemampuan berbahasa manusia.
Menurutnya, di dalam proses penguasaan
bahasa (language acquisition) terdapat
teori empirisme yang pada akhirnya
sejalan dengan paham behaviorisme. Teori
ini beranggapan bahwa keberhasilan
belajar seseorang sangat ditentukan oleh
faktor luar atau faktor eksternal.
Skinner dalam Asri Budiningsih
(2005:24) mengemukakan bahwa proses
belajar bahasa sama saja dengan
mempelajari sesuatu yang nonbahasa,
yaitu melalui mekanisme stimulus-respons
dan ditambah dengan penguatan
(reinforcement). Pandangannya ini
ditandai oleh dua ciri pokok, yaitu a)
Fisikalisme: semua yang terjadi dalam
benak manusia dapat dirumuskan sebagai
pernyataan tentang kondisi badan orang
tersebut dan tentang tingkah lakunya
(behavior) yang dapat diamati, dan karena
itu dapat dimasukkan ke dalam wilayah
hukum fisika (physical law); b)
Determinisme: semua gejala yang ada
dapat dikembalikan kepada hukum sebab
akibat, yaitu bahwa sebuah gejala
ditentukan oleh gejala lain. Segala tingkah
laku berpikir dan tingkah laku yang tidak
terlihat oleh mata dapat dikaitkan dengan
faktor eksternal melalui mekanisme tadi.
Pendekatan Behavioristik
Pendekatan ini dipelopori oleh
Skinner pada sekitar tahun 1957. Suwarna
Pringgawidagda (2002) mengetengahkan
bahwa pendekatan behavioristik dapat
dikendalikan dari luar, yaitu dengan
stimulus-respons. Lingkungan memberi-
kan stimulus atau rangsangan, sedangkan
peserta didik memberikan respons.
Perkembangan kematangan
berbahasa tergantung pada frekuensi atau
lamanya latihan. Belajar bahasa dengan
cara peniruan merupakan teknik utama
pendekatan behavioristik. Selain itu,
kemampuan berbahasa dibentuk secara
langsung oleh lingkungannya.
Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pendekatan Otoriter
Pandangan yang otoriter dalam
pengelolaan kelas merupakan proses
belajar untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas;
keributan yang ditimbulkan oleh peserta
didik, ketidakdisiplinan, dan gangguan
belajar lainnya. Dengan demikian,
pengelolaan kelas dipandang sebagai
proses untuk mengontrol tingkah laku
peserta didik ke arah disiplin. Bila timbul
masalah-masalah yang merusak ketertiban
Andayani, Berbagai Alternatf Pengembangan Metodologi Pembelajaran … 41
atau kedisiplinan kelas, maka perlu ada
pendekatan seperti berikut, 1) Perintah dan
larangan; 2) Penekanan dan penguasaan;
3) Penghukuman dan pengancaman.
Pendekatan ini memerlukan
ketegasan dari pengajar. Tidak semua
pengajar dengan mudah melakukan
pendekatan ini. Terminologi kata 'otoriter'
memberikan nuansa 'keras' pada
pendekatan ini. Tidak sedikit pengajar
yang mengaplikasikan pendekatan ini,
namun mereka tidak memberikan batasan
sebagai sebuah pendekatan otoriter, dan
lebih menyukai terminologi pendekatan
'tegas' (Iskandarwassid, 2009:51).
Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif dalam
pengelolaan kelas merupakan serangkaian
kegiatan pengajar yang mengoptimalkan
kebebasan pesertadidik untuk melakukan
sesuatu. Kebebasan yang dimaksud adalah
kebebasan akademik, termasuk di
dalamnya adalah kebebasan mengemuka-
kan pendapat.
Menurut pendekatan ini apabila
kebebasan peserta didik dihalangi, akan
menghambat perkembangan peserta didik.
Berbagai bentuk kegiatan dalam
pelaksanaan pengelolaan kelas banyak
mempertimbangkan inisiatif dan tindakan
peserta didik itu sendiri. Dengan demikian,
fungsi pengajar di kelas adalah menjadi
fasilitator di antara para peserta didik.
Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan ini berdasar pada teori
bahwa semua perilaku peserta didik, baik
yang disukai maupun yang tidak disukai
adalah hasil belajar. Hasil belajar yang
menjadi milik peserta didik dan pengajar.
Berdasarkan pendapat tersebut maka
dikenal prinsip-prinsip berikut, a) Semua
bentuk tindakan yang berupa penguatan,
positif maupun negatif, hukuman,
penghilangan, berlaku dalam proses
belajar bagi setiap tingkatan umur dan
semua keadaan; b) Proses belajar,
sebagian atau seluruhnya, dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian yang berlangsung di
lingkungan.
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan ini berpandangan bahwa
pengelolaan kelas yang efektif merupakan
fungsi dari hubungan yang baik antara
pengajar dengan peserta didik, antara
peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Hubungan ini diharapkan menjadi jalinan
ke arah hubungan antarpribadi yang
dipengaruhi oleh, 1) Sikap keterbukaan di
antara pengajar dan peserta didik; 2)
Penerimaan dan kepercayaan pengajar
kepada peserta didik, dan sebaliknya.
Pengajar yang akan menerapkan
pendekatan hubungan antar personal perlu
menyadari kenyataan bahwa "rasa percaya
diri" merupakan sebuah kebutuhan dasar
yang ingin dimiliki oleh peserta didik jika
mereka ingin sukses dalam mengembang-
kan perasaan diri. Pengalaman sukses
perlu muncul pada diri peserta didik.
Artinya, mereka perlu belajar meraih
sukses melalui pengalaman sendiri.
Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan proses kelompok ini
didasarkan atas prinsip-prinsip sosial
dalam psikologi dan dinamika kelompok.
Anggapan dasar pengelolaan kelas
ini bertumpu pada dua segi, yaitu 1)
Kegiatan peserta didik di sekolah
berlangsung dalam suatu kelompok
tertentu; 2) Kelas adalah suatu sistem
sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana
dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
Dalam melaksanakan pendekatan
proses kelompok ada tiga upaya yang
harus diperhatikan oleh pengajar, yaitu a)
Meningkatkan daya tarik dan ikatan bagi
anggota-anggotanya melalui penumbuhan
sikap saling menghargai dan komunikasi
42 DEWANTARA, VOLUME 1 NOMOR 1, MARET 2015
yang tepat; b) Mengembangkan aturan-
aturan dan norma kelompok yang
mengembangkan produktivitas, diterima
oleh semua anggota, bersatu dan
bertanggung jawab; c) Memunculkan
kemampuan individual untuk kepentingan
kelompok.
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan yang cukup populer
dalam pembelajaran bahasa adalah
pendekatan komunikatif. Pendekatan ini
lahir akibat adanya ketidakpuasan para
praktisi atau pengajar bahasa atas hasil
yang dicapai oleh metode tatabahasa-
terjemahan, yang hanya mengutamakan
penguasaan kaidah tatabahasa,
mengesampingkan kemampuan berko-
munikasi sebagai bentuk akhir yang
diharapkan dari belajar bahasa. Pendekatan
ini baru dikenal di Indonesia pada era
tahun 80-an, padahal perkembangannya di
negara lain relatif lebih lama.
Pendekatan komunikatif memiliki
ciri sebagai berikut, 1) Acuan berpijaknya
adalah kebutuhan peserta didik dan fungsi
bahasa; 2) Tujuan belajar bahasa adalah
membimbing peserta didik agar mampu
berkomunikasi dalam situasi yang
sebenarnya; 3) Silabus pembelajaran harus
ditata sesuai dengan fungsi pemakaian
bahasa; 4) Peranan tatabahasa dalam
pembelajaran bahasa tetap diakui; 5)
Tujuan utama adalah komunikasi yang
bertujuan; 6) Peran pengajar sebagai
pengelola kelas dan pembimbing peserta
didik dalam berkomunikasi diperluas; 7)
Kegiatan belajar harus didasarkan pada
teknik-teknik kreatif peserta didik sendiri,
dan peserta didik dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil.
Metode
Metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan (KBBI, 1995). Metode lebih
bersifat prosedural dan sistemik karena
tujuannya untuk mempermudah pengerja-
an suatu pekerjaan.
Berikut dipaparkan beberapa metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa.
Metode Terjemahan Tatabahasa
Metode ini sering juga disebut
metode tradisional, meskipun kata
'tradisional' masih sering diperdebatkan.
Metode ini sangat kuat berpegang pada
disiplin mental dan pengembangan intelek-
tual. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut 1)
Penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta
tentang tatabahasa agar dapat dipahami
dan diterapkan pada morfologi dan kalimat
yang digunakan peserta didik; 2)
Penekanannya pada membaca, menulis,
dan terjemahan, sedangkan berbicara dan
menyimak diabaikan; 3) Seleksi kosakata
berdasarkan teks bacaan yang dipakai; 4)
Unit yang mendasar adalah kalimat,
tatabahasa diajarkan secara deduktif; dan
5) Bahasa daerah digunakan sebagai
pengantar dalam terjemahan, keterangan,
perbandingan, dan penghafalan kaidah
bahasa.
Metode ini dapat membantu peserta
didik untuk lebih memahami bahasa yang
dipelajarinya dengan cara menganalisis
tatabahasa dan terjemahan bahasa yang
menjadi sasarannya. Hal ini memung-
kinkan peserta didik mengeksplorasi
kedalaman bahan bacaan.
Metode Membaca
Metode ini bertujuan agar peserta
didik mempunyai kemampuan memahami
teks bacaan yang diperlukan dalam belajar.
Mereka harus mampu memahami teks
yang mereka baca dan mampumenjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan teks tersebut. Dalam kaitannya
dengan kemampuan membaca, dikenal
Andayani, Berbagai Alternatf Pengembangan Metodologi Pembelajaran … 43
enam pertanyaan tradisional pascabacaan.
yaitu: Apa? Siapa? Mengapa? Di mana?
Kapan? Bagaimana? Keenam pertanyaan
di atas harus mampu dijawab oleh seorang
pembaca ketika selesai membaca sebuah
teks.
Metode Audio-Lingual
Metode ini mengutamakan
pengulangan. Cara itu dilakukan untuk
efisiensi waktu dalam belajar bahasa.
Dalam metode ini pembelajaran bahasa
difokuskan pada lafal kata, dan pelatihan
pola-pola kalimat, berulang-ulang secara
intensif. Metode audio-lingual adalah hasil
perpaduan antara linguistik struktural
dengan psikologi behavioris yang
memandang proses pembelajaran dari
sudut conditioning. Metode ini
berkembang sekitar tahun empat puluhan.
Peserta didik mempelajari bahasa
melalui teknik stimulus-respon (S-R).
Peserta didik berlatih berbicara tanpa
memperhatikan bagaimana bahasa itu
dipadukan. Mereka merespons secara
spontan, tidak memiliki kesempatan untuk
memikirkan jawaban. Mengingat dialog
dan latihan pola-pola kebahasaan
merupakan alat pengondisi; proses
pembelajaran. Melalui metode ini bahasa
diperoleh melalui pembelajaran pola
kebahasaan secara berulang-ulang.
Metode Reseptif dan Produktif
Metode reseptif mengarah pada
proses penerimaan isi bacaan, baik yang
tersurat maupun yang tersirat. Metode
tersebut sangat cocok dan produktif
diterapkan kepada peserta didik yang
dianggap telah cukup banyak menguasai
kosakata, frasa, maupun kalimat. Yang
dipentingkan dalam metode reseptif ialah
bagaimana isi bacaan dapat diserap dengan
baik oleh peserta didik.
Dengan metode ini pembaca dilarang
bersuara, mengobrol, bergerak-gerak
ketika membaca atau menyimak. Artinya,
metode ini membutuhkan konsentrasi
tinggi dalam menerima makna bacaan dan
ujaran.
Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa
belajar bahasa yang baik adalah belajar
langsung menggunakan bahasa, secara
intensif dalam komunikasi. Orientasi
metode ini adalah penggunaan bahasa di
masyarakat. Penggunaannya di kelas harus
seperti penutur asli. Siswa diberi latihan-
latihan untuk mengasosiasikan kalimat
dengan artinya melalui demonstrasi,
peragaan, gerakan, serta mimik secara
langsung.
Dalam proses pembelajaran bahasa
kedua, bahasa itu dipelajari melalui
asosiasi langsung antara kata atau frase
dengan benda dan perbuatan tanpa bantuan
atau intervensi bahasa pertama. Siswa
harus dapat menguasai kegiatan menyimak
bahasa tersebut melalui latihan sesering
mungkin. Kaidah bahasa tidak diajarkan
secara terpisah atau tersendiri, tetapi
dipelajari oleh siswa melalui latihan.
Mereka akan membuat simpulan-simpulan
mengenai tatabahasa melalui metode
induktif.
Metode Komunikatif
Program pembelajaran komunikatif
harus mencakup semua keterampilan
berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan
ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajar-
an dikhususkan ke dalam tujuan-tujuan
operasional yang merupakan produk akhir.
Metode komunikatif penuh
bercirikan masukan yang minimal. Peserta
didik tidak terlalu diperhatikan, yang
diperhatikan adalah proses pembelajar-
annya. Desain pembelajarannya bersifat
kerangka, yang terpenting adalah
komunikasinya. Metode ini menitik-
beratkan pada terjadinya komunikasi
44 DEWANTARA, VOLUME 1 NOMOR 1, MARET 2015
selama proses belajar berlangsung dan
faktor pengajar memegang posisi penting
selama proses belajar.
Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan
beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi
dan antarbidang studi, interbidang studi
artinya beberapa aspek dalam satu bidang
studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan
menulis. Materi kebahasaan diintegrasikan
dengan keterampilan berbahasa.
Metode ini sebenarnya secara
implisit hadir pada setiap pendekatan
maupun metode. Oleh karena itu, dalam
setiap perencanaan pembelajaran, metode
ini jarang dimunculkan sebagai metode
tersendiri.
Metode Tematik
Dalam metode tematik semua
komponen materi pembelajaran diintegra-
sikan ke dalam tema yang sama dalam satu
unit pertemuan. Yang perlu dipahami
adalah tema bukanlah tujuan, tetapi alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tema tersebut harus
disajikan secara kontekstual, mutakhir,
konkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan diolah
dengan perkembangan lingkungan peserta
didik yang terjadi saat itu. Tema budaya,
sosial, dan keagamaan sering menjadi
perhatian. Metode tematik sering pula
digunakan pada pengajaran berbicara dan
menulis dengan mengangkat tema budaya
yang relevan dengan usia peserta didik.
Metode Quantum
Quantum adalah banyaknya (jumlah)
sesuatu (KBBI, 1995). Dalam konteks
pembelajaran bahasa, bermakna banyak-
nya faktor yang terlibat dalam pembelajar-
an bahasa.
Metode quantum merupakan metode
yang bertumpu pada metode Freire dan
Lozonov. Metode ini mengutamakan
percepatan belajar dengan cara keikut-
sertaan peserta didik dalam melihat potensi
diri dalam kondisi penguasaan diri.
Berdasarkan metode ini proses
pembelajaran merupakan fenomena yang
kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti
setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi
dan sampai sejauh mana pengajar
mengubah lingkungan, penyajian, dan
rancangan pembelajaran, maka sejauh
itulah proses belajar berlangsung.
Metode Konstruktivistik
Metode ini didasari oleh teori belajar
kognitif yang menekankan pembelajaran
kooperatif, pembelajaran generatif, strategi
bertanya, inkuiri dan keterampilan
metakognitif.
Dalam mazhab konstrukiivisme
peserta didik diberi tugas-tugas yang
kompleks, sulit, namun realistis.
Kemudian, mereka diberi bantuan atau
bimbingan secukupnya untuk menyelesai-
kan tugas. Tugas kompleks itu misalnya,
berupa proyek, simulasi, penyelidikan di
masyarakat, menulis untuk disajikan
kepada para pendengar sesungguhnya, dan
tugas-tugas otentik lainnya.
Makna 'konstruktif' berarti pula
bahwa para peserta didik diajak menyusun
kembali rencana kerja, mensimulasikan
sebuah proyek kerja, dan lain-lain.
Metode Partisipatori
Metode partisipatori menekankan
keterlibatan atau keikutsertaan peserta
didik secara penuh. Peserta didik dianggap
sebagai penentu keberhasilan belajar.
Mereka ditempatkan sebagai subjek belajar
Dengan berpartisipasi aktif, maka peserta
didik dapat menemukan hasil belajar.
Pengajar hanya menjadi pemandu atau
fasilitator. Partisipasi peserta didik
Andayani, Berbagai Alternatf Pengembangan Metodologi Pembelajaran … 45
menjadi kata kunci keberhasilan metode
ini. Dalam pengajaran bahasa sikap
partisipatif peserta didik menjadi sikap
sentral karena berkaitan langsung dengan
kemampuan berbahasa.
Pelibatan peserta didik dalam
metode ini merupakan sebuah
keniscayaan, karena penilaian utama
diberikan pada partisipasi setiap peserta
didik.
Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah
konsepsi pembelajaran yang membantu
pengajar menghubungkan mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata serta
pembelajaran yang memotivasi peserta
didik agar menghubungkan pengetahuan
dan terapannya dengan kehidupan sehari-
hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
Metode kontekstual muncul sebagai
reaksi terhadap teori behavioristik yang
telah mendominasi pendidikan selama
puluhan tahun. Pembelajaran kontekstual
memungkinkan peserta didik memperkuat,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan akademik mereka dalam
berbagai macam tatanan dalam sekolah
dan di luar sekolah agar peserta didik
dapat memecahkan masalah-masalah dunia
nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan. Dalam metode ini ada tujuh
elemen penting, yaitu inkuiri, pertanyaan,
konstruktivistik, pemodelan, masyarakat
belajar, penilaian autentik, dan refleksi.
Diharapkan ketujuh unsur ini dapat
diaplikasikan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
Metode Pembelajaran Bahasa
Komunitas
Prinsip dasar metode dalam
memasukkan ranah afektif dalam
pembelajaran kognitif. Peserta didik
sebagai individu mendapatperhatian dan
bimbingan agar dapat mengisi nilai-nilai
danmencapai tujuan.
Dalam kegiatan pembelajaran,
pengajar cenderung pasif karena
kedudukannya sebatas pembimbing saja.
Peserta didik belajar secara berkelompok
dengan posisi melingkar. Pengajar tidak
berada di dalam atau tidak bergabung
dengan para peserta didik.Pengajar berada
di luar lingkaran, tetapi selalu siap sebagai
pembimbing sehingga peserta didik akan
terhindar dari rasa takut, dan lebih
merangsang para peserta didik untuk
mengekspresikan ide dan perasaan mereka.
Metode Respons Fisik Total
Dalam proses pembelajaran bahasa
kedua dengan menggunakan metode ini,
para pengajar harus dapat berperan sebagai
pengarah semua tingkah laku peserta didik.
Peserta didik tidak boleh dipaksa untuk
mengungkapkan sesuatu apabila mereka
belum siap.
Kemampuan menyimak memegang
peranan penting dalam kegiatan berbahasa.
Oleh karena itu, kemampuan ini harus
dikembangkan secara optimal. Pemahaman
peserta didik terhadap bahasa lisan harus
dapat dikembangkan dalam keterampilan
berbicara.
Fase proses pembelajaran dengan
metode respons fisik total sebagai berikut,
1) Pengajar memberi perintah kepada
beberapa peserta didik kemudian
memperagakannya bersama-sama; 2)
Peserta didik mendemonstrasikan perintah;
3) Peserta didik belajar membaca dan
menulis perintah; 4) Peserta didik belajar
memberikan perintah.
Metode Cara Diam
Metode ini dikembangkan oleh
Grattegno. Yang melatarbelakangi metode
ini adalah pendapat para ahli psikologi
kognitif dan ahli tatabahasa transformasi
generatif, bahwa pembelajaran bahasa
46 DEWANTARA, VOLUME 1 NOMOR 1, MARET 2015
tidak dilakukan melalui proses peniruan
karena para pembelajar dapat menuturkan
ujaran yang tidak pernah mereka dengan
sebelumnya. Artinya, filosofi dasarnya
menentang metode peniru yang
dikemukakan oleh Skinner.
Apabila pengajar akan menggunakan
metode ini, mereka harus menempatkan
bahasa sebagai pembentuk aturan (rule
information), tidak dipandang sebagai
hasil pembentukan kebiasaan(habit
Information). Pengajar berupaya untuk
tidak menginterferensi aktivitas
pembelajaran. Metode ini mengharuskan
peserta didik memanfaatkan sumber-
sumber yang ada dalam diri mereka:
struktur kognitif, pengalaman, emosi,
wawasan atau latar belakang pengetahuan.
Ada tiga kata kunci yang berperan
penting dalam proses pembelajaran, yaitu
kemandirian, otonomi, dan tanggung
jawab. Pengajar tidak banyak berbicara
atau diam. Setelah memberikan beberapa
petunjuk yang diperlukan pengajar lebih
banyak diam dan para peserta didik
bekerja. Sikap diam ini memang sulit
dilakukan karena selalu ada pertanyaan
dari peserta didik. Sikap diam dalam
metode ini dianggap sebagai sikap positif
agar peserta didik dapat mandiri dan tidak
selalu menunggu pengajar.
Metode Sugestopedia
Metode ini dikembangkan oleh
seorang ahli fisika dan psikoterapi.
Diyakini bahwa metode ini akan
membantu peserta didik berkonsentrasi,
dan tanpa disadari peserta didik tersebut
akan menyimpan berbagai macam aturan
kebahasaan dan sejumlah kosakata yang
pernah diajarkan.Dalam metode ini
diasumsikan bahwa relaksasi merupakan
teknik yang tepat untuk digunakan.
Suasana yang dapat memberi sugesti,
seperti alunan musik yang terdengar
sayup-sayup, dekorasi ruangan yang
menarik, tempat duduk yang menyenang-
kan, sangat berperan penting.
Contoh proses pembelajaran dengan
menggunakan metode sugestopedia, 1)
Rancangan proses pembelajaran: di kelas
ditempelkan poster-poster, di antara
poster-poster tersebut berdapat informasi
gramatikal; 2) Prinsip proses pembelajar-
an, peserta didik dapat belajar dari apa
yang ada di lingkungan meskipun
perhatiannya tidak diarahkan ke sana.
Teknik
Teknik adalah cara sistematis
mengerjakan sesuatu (KBBI, 1995).
Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau
penemuan yang digunakan untuk
menyelesaikan serta menyempurnakan
suatu tujuan langsung. Teknik harus
konsisten dengan metode. Oleh karena itu,
teknik harus selaras dan serasi dengan
pendekatan.
Setiap teknik mempunyai kekurang-
an dan kelebihan. Pengajar perlu mengkaji
teknik mengajar yang sesuai dan memilih
strategi-strategi yang memberikan peluang
paling banyak bagi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam proses
pencapaian tujuan pembelajaran atau
kompetensi tertentu.
Teknik Penyajian Pelajaran
Agar peserta didik dapat belajar
secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan yang diharapkan, para pengajar
harus memahami dan menentukan cara
pembelajaran dengan tepat. Untuk
menguasai cara itu, seorang pengajar harus
menguasai teknik-teknik penyajian
mengajar.
Macam-macam teknik penyajian
diuraikan sebagai berikut:
Andayani, Berbagai Alternatf Pengembangan Metodologi Pembelajaran … 47
Teknik penyajian diskusi
Dalam teknik ini setiap pengajar
menciptakan terjadinya kegiatan atau
interaksi antara dua atau lebih individu
yang terlibat, saling tukar informasi,
pengalaman, memecahkan masalah,
sehingga terjadi suasana yang aktif di
antara peserta didik. Teknik yang hampir
sama dengan teknik ini adalah teknik
interaksi massa. Bentuk diskusi yang
digunakan berupa diskusi panel,
simposium, seminar, dan sebagainya.
Teknik ini sudah dikenal secara luas oleh
pengajar dan peserta didik. Yang perlu
diingatkan dalam pelaksanaan teknik
adalah bagaimana menjaga lalu lintas
diskusi di antara peserta didik.
Teknik penyajian kerja kelompok
Dalam pelaksanaan teknik pembela-
jaran ini pengajar membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok yang terdiri
atas lima atau tujuh orang. Mereka bekerja
sama dalam memecahkan masalah atau
melaksanakan tugas tertentu dan berusaha
mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan.
Teknik penyajian penemuan
Teknik pembelajaran ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan sendiri atau mengalami proses
mental, seperti mengamati, mencerna
mengklasifikasikan, dan lain-lain. Dalam
teknik ini pengajar hanya membimbing
dan memberikan instruksi serta berusaha
meningkatkan aktivitas peserta didik
dalam proses belajar.
Teknik penyajian simulasi
Teknik pembelajaran ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk
berperan seperti orang-orang yang terlibat
atau dalam keadaan yang dikehendaki.
Peserta didik berlatih memegang peran
sebagai orang lain. Bentuk simulasi ialah
peer teaching, sosiodrama, psikodrama,
permainan simulasi, dan bermain peran.
Teknik penyajian unit teaching
Teknik pembelajaran ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk
aktif dalam pengajaran unit yang terdiri
atas tiga tahap, yaitu perencanaan,
pengerjaan unit, dan kulminasi sehingga
peserta didik dapat belajar secara
komprehensif.
Teknik penyajian sumbang saran (brain
storming)
Teknik pembelajaran ini melontar-
kan masalah kepada peserta didik yang
harus dijawab atau ditanggapi oleh mereka
sehingga masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru.
Teknik penyajian inquiry
Teknik pembelajaran ini bertujuan
agar peserta didik terangsang oleh tugas
dan mencari sendiri pemecahan masalah
itu, mencari sumber sendiri dan belajar
bersama dalam kelompoknya.
Teknik penyajian eksperimen
Teknik pembelajaran ini
mengaktifkan peserta didik untuk
melakukan percobaan tentang suatu hal,
mengamati prosesnya, serta membuat
laporannya.
Teknik penyajian demonstrasi
Teknik pembelajaran ini
memperlihatkan aktivitas pengajar
melakukan suatu kegiatan atau percobaan
sehingga proses penerimaan peserta didik
terhadap pelajaran lebih mendalam,
membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna.
Teknik penyajian karya wisata
Teknik pembelajaran ini berlangsung
di luar kelas. Peserta didik diajak ke suatu
objek tertentu untuk meneliti atau
meninjau guna memperoleh pengalaman
langsung dan objek yang dikunjunginya.
48 DEWANTARA, VOLUME 1 NOMOR 1, MARET 2015
Teknik penyajian kerja lapangan
Teknik pembelajaran ini mengajak
peserta didik ke suatu tempat di luar
sekolah. Tujuannya tidak hanya sekedar
untuk mengadakan observasi, tetapi terjun
langsung aktif, berpartisipasi ke lapangan
kerja agar peserta didik dapat menghayati
sendiri .serta mengadakan penyelidikan
serta bekerja sendiri dalam pekerjaan yang
ada di masyarakat.
Teknik penyajian secara kasus
Teknik pembelajaran ini menyajikan
bahan pelajaran berdasarkan kasus yang
ditemui peserta didik. Masalah dibahas
bersama untuk mendapatkan penyelesaian.
Teknik penyajian secara sistem regu
(team teaching)
Teknik pembelajaran ini melibatkan
beberapa orang pengajaruntuk membahas
satu topik pelajaran. Teknik ini dapat
dipadukan dengan teknik antardisiplin.
Teknik penyajian latihan (drill)
Teknik pembelajaran ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan-kegiatan latihan agar
memiliki keterampilan yang lebih tinggi
dari apa yang dipelajari.
Teknik penyajian ceramah
Teknik pembelajaran ini merupakan
teknik tradisional, tetapi masih cocok
digunakan terutama bila mengajar pada
kelas yang jumlah peserta didiknya
banyak. Teknik ini digunakan bila tujuan
pembelajaran untuk menyampaikan
informasi kepada peserta didik secara
lisan. Teknik ini dapat dipadukan dengan
teknik tanya jawab atau dialog.
SIMPULAN
Metodologi pembelajaran bahasa
menyangkut masalah pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran bahasa yang
memiliki pengertian berbeda, tetapi saling
berkaitan.
Dalam pembelajaran bahasa terdapat
berbagai pendekatan yang dapat dipilih
guru atau pengajar untuk meningkatkan
kualitasnya diantaranya pendekatan
formal, fungsional, integral,
sosiolinguistik, psikologi, psikolinguistik,
behavioristik, pengelolaan kelas, dan
komunikasi.
Metode yang dapat dipergunakan
dan dapat dipilih dalam pembelajaran
bahasa diantaranya metode terjemahan
tatabahasa, membaca, audio-lingual,
reseptif-produktif, langsung, komunikatif,
integratif, tematik, quantum,
konstruktivistik, partisipatori, kontekstul,
pembelajaran bahasa komunitas, respon
fisik total, cara diam, dan sugestopedio.
Berbagai teknik penyajian
pembelajaran bahasa yang dapat
dipergunakan dan dipilih diantaranya
teknik penyajian diskusi, kerja kelompok,
penemuan, simulasi, unit teaching,
sumbang saran, inquiry, eksperimen,
demonstrasi, karya wisata, kerja lapangan,
secara kasus, sistem regu, latihan,
ceramah.
Untuk meningkatkan daya serap
peserta didik serta meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
di SMP Negeri 1 Kampak, hendaknya para
guru bahasa Indonesia berusaha
meningkatkan penguasaan terhadap
metodologi pembelajaran bahasa dan
dapat memilih, menerapkan, serta
mengembangkan dalam pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Atar Semi. 1993. Rancangan Pengajaran
Bahasa & Sastra Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Iskandarwassid. 2009. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung :
PT. Rosda Karya Offset.
Andayani, Berbagai Alternatf Pengembangan Metodologi Pembelajaran … 49
Joyce, Bruce. 2009. Model-Model
Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995.
Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departe-
men Pendidikan dan Kebudayaan,
Balai Pustaka.
Suwarna Pringgawidagda. 2002. Strategi
Penguasaan Berbahasa.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruk-
tivistik. Konsep, Landasan
Teoretis-Praktis dan Implementasi-
nya. Jakarta: Prestasi Pustaka