banu 2016 - simdos.unud.ac.id
TRANSCRIPT
BANU 2016 Bali Neurology Update
Neurology in Elderly Hope for Healthy and Successful Aging
Editor:
Dr. dr. A.A.A. Putri Laksmidewi, Sp.S(K) dr. I Made Oka Adnyana, Sp.S(K)
dr. Ni Made Susilawathi, Sp.S dr. Ni Putu Witari, Sp.S dr. Desie Yuliani, Sp.S
dr. Yoanes Gondowardaja, M.Biomed, Sp.S
UDAYANA UNIVERSITY PRESS
ii | B A N U 4
Bali Neurology Update 2016 Neurology in Elderly: Hope for Healthy and Successful Aging
Editor:
Dr. dr. A.A.A. Putri Laksmidewi, Sp.S(K)
dr. I Made Oka Adnyana, Sp.S(K)
dr. Ni Made Susilawathi, Sp.S
dr. Ni Putu Witari, Sp.S
dr. Desie Yuliani, Sp.S
dr. Yoanes Gondowardaja, M.Biomed, Sp.S
Penerbit:
Udayana University Press
Kampus Universitas Udayana Denpasar
Email: [email protected]
Website: penerbit.unud.ac.id
2016, vii + 235 pages, 18.2 x 25.7 cm
vi | B A N U 4
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
SAMBUTAN KETUA PERDOSSI CABANG DENPASAR ............................ iii
SAMBUTAN KETUA PANITIA 4TH BALI NEUROLOGY UPDATE 2016 ....... iv
RINGKASAN ................................................................................................ v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
SIMPOSIUM I Vascular Ageing ............................................................................................ 1
dr. Kumara Tini, Sp.S, FINS Cognitive Changes Associated with Normal Aging ........................................ 6
Dr. dr. A.A.A. Putri Laksmidewi, Sp.S(K) SIMPOSIUM II Aspek Medikolegal pada Lansia ................................................................. 24
dr. I.B. Putu Alit, Sp.F, DFM Penanganan End of Life Care bagi Usia Lanjut........................................... 30
Dr. dr. Anna M.G. Sinardja, Sp.S(K) SIMPOSIUM III Obstructive Sleep Apnea pada Lansia ........................................................ 40
dr. I.G.N. Budiarsa, Sp.S Sleep in Elderly: What Should We Know? ................................................... 57
dr. Desak Ketut Indrasari Utami, Sp.S
Perubahan Kognitif pada Menopause: Peranan Estrogen ........................... 65 dr. Ketut Widyastuti, Sp.S
SIMPOSIUM IV Seizure in Elderly ........................................................................................ 75
Dr. dr. D.P.G. Purwa Samatra, Sp.S(K) Infeksi Sistem Saraf pada Pasien Lanjut Usia ............................................. 76
Prof. Dr. dr. A.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) Dizziness dan Vertigo pada Usia Lanjut ...................................................... 80
Dr. I Wayan Kondra, Sp.S(K)
vii | B A N U 4
SIMPOSIUM V Headache in Elderly .................................................................................... 91
dr. I Made Oka Adnyana, Sp.S(K) Back and Cervical Pain in Elderly ............................................................. 103
dr. I Putu Eka Widyadharma, M.Sc., Sp.S(K) Management of Neuropathic Pain in Elderly: Focus on Pregabalin ........... 115
Dr. dr. Thomas Eko Purwata, Sp.S(K), FAAN SIMPOSIUM VI Manajemen Hipertensi pada Stroke Iskemik Akut Usia Tua ...................... 128
dr. A.A.B.N. Nuartha, Sp.S(K) Penatalaksanaan Overactive Bladder pada Lanjut Usia ............................ 140
dr. I.B. Kusuma Putra, Sp.S SIMPOSIUM VII Myasthenia Gravis pada Lanjut Usia ......................................................... 145
dr. Ni Made Susilawathi, Sp.S Swallowing Problem in Elderly .................................................................. 153
dr. Putu Budi Muliawan, Sp.S Nutrition Support in Elderly ....................................................................... 174
dr. Ketut Sumada, Sp.S SIMPOSIUM VIII Neuropati Perifer pada Lanjut Usia ........................................................... 207
dr. Ni Putu Witari, Sp.S Long-term Care Option for Aging .............................................................. 215
dr. A.A.A. Meidiary, Sp.S Kejadian Jatuh pada Lanjut Usia .............................................................. 227
dr. Komang Arimbawa, Sp.S
103 | B A N U 4
BACK AND CERVICAL PAIN IN ELDERLY I Putu Eka Widyadharma, Thomas Eko Purwata, Ida Ayu Sri Wijayanti
Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Abstrak Nyeri merupakan salah satu keluhan yang banyak dijumpai pada usia lanjut
dan menyebabkan harapan hidup penderitanya menjadi rendah. Sampai saat
ini nyeri pada usia lanjut masih undertreated dengan konsekuensi kesehatan
yang serius seperti depresi, ansietas, penurunan mobilitas, isolasi secara
sosial, kualitas tidur yang buruk dan risiko penyakit lainnya. Nyeri kronis yang
banyak dijumpai pada usia lanjut adalah nyeri punggung dan leher. Kondisi
yang perlu diperhatikan pada usia lanjut adalah terjadinya penurunan fungsi
beberapa sistem organ yang akan mempengaruhi farmakokinetik dan
farmakodinamik obat-obat unuk manajemen nyeri. Modalitas pengobatan
nyeri pada usia lanjut terdiri dari farmakoterapi, dukungan psikologi,
rehabilitasi fisik dan prosedur intervensi. Dokter dapat memberikan analgesia
yang tepat pada pasien geriatri melalui penilaian yang tepat, pendekatan
multidisiplin, dan penggunaan modalitas pengobatan yang tepat.
Kata kunci: Nyeri punggung, nyeri leher, usia lanjut, multidisiplin
Pendahuluan
Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan
memberi dampak positif salah satunya berupa peningkatan usia harapan
hidup manusia baik di seluruh dunia maupun Indonesia khususnya. Di lain
pihak juga memberi dampak negatif berupa angka kesakitan oleh berbagai
sebab juga semakin meningkat. Nyeri kronis merupakan salah satu keluhan
yang banyak dijumpai pada usia lanjut dan menyebabkan harapan hidup
penderitanya menjadi rendah. Nyeri mempengaruhi berbagai aspek baik fisik,
psikis, sosial dan ekonomi. Dana yang sangat besar telah dihabiskan untuk
mengatasi nyeri kronis pada usia lanjut. Populasi di Amerika menujukkan 75-
85% usia tua yang datang ke fasilitas kesehatan disebabkan oleh nyeri kronis.
104 | B A N U 4
Sampai saat ini nyeri pada usia lanjut masih undertreated dengan
konsekuensi kesehatan yang serius seperti depresi, ansietas, penurunan
mobilitas, isolasi secara sosial, kualitas tidur yang buruk dan risiko penyakit
lainnya. Usia lanjut juga memiliki masalah lain seperti peningkatan masa
lemak, penurunan masa otot dan penurunan cairan tubuh yang kesemuanya
berakibat terhadap distribusi obat. Sebuah pendekatan multidisiplin
direkomendasikan untuk menginvestigasi semua kemungkinan pilihan terapi
optimal termasuk farmakoterapi, prosedur intervensi, rehabilitasi fisik dan
psikologis. Nyeri kronis yang banyak dijumpai pada usia lanjut adalah nyeri
punggung dan leher.
Nyeri Punggung Bawah (NPB) Nyeri punggung bawah merupakan urutan kelima terbanyak yang
membawa pasien berobat ke dokter di Amerika serikat. Sebagian besar
penyebab NPB adalah non-spesifik oleh karena faktor mekanik. Kira-kira 90%
NPB akut sembuh dalam waktu 4 minggu, sedangkan sisanya menjadi NPB
kronik. Berdasarkan mekanismenya NPB kronik merupakan nyeri campuran
antara nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Penelitian akhir-akhir ini
mendapatkan bahwa sekitar 4% dari populasi dewasa menderita NPB
neuropatik. Studi epidemiologi yang besar menunjukkan bahwa 20-35%
pasien NPB mendeita nyeri neuropatik dan nyeri radikuler lumbalis
merupakan penyebab terbanyak.1 Patofisologi NPB neuropatik sangat
kompleks, melibatkan interaksi antara faktor kompresi, inflamasi dan respon
imun.
Mekanisme NPB sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui.
Kerusakan pada diskus dan endplate vertebra dapat menekan akar saraf
dengan segala manifestasinya. Jaringan pembungkus saraf tepi yang
diinervasi oleh nervi nervorum juga mengalami lesi, kompresi dan inflamasi
yang menyebabkan nyeri. Hipotesis yang banyak dianut oleh para ahli adalah
interaksi antara faktor kompresi, inflamasi dan respon imun.2
Beberapa faktor risiko NPB termasuk diantaranya: 1) faktor demografi seperti
usia tua, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan; 2)
105 | B A N U 4
Faktor pekerjaan seperti aktivitas membungkuk, mengangkat dan memutar,
pekerjaan yang monoton dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan; 3) faktor
kesehatan seperti obesitas, merokok, dan status kesehatan umum; 4) faktor
psikologis seperti depresi dan 5) faktor anatomi spinal seperti variasi anatomis
dan abnormalitas pada imajing.3
Nyeri Leher Nyeri leher juga keluhan yang sering dijumpai pada usia lanjut.
Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur. Di Amerika serikat
nyeri leher merupakan diagnosis urutan ke-20 yang paling sering dijumpai
pada penderita yang berobat ke dokter keluarga. Nyeri leher didefinisikan
adalah nyeri yang dirasakan pada daerah dimana bagian lateral dibatasi oleh
tepi leher, bagian superior oleh garis leher superior dan inferior oleh garis
transfersal imajiner melalui prosesus spinosus Th1.5
Bermacam-macam faktor bisa menyebabkan nyeri dan kekakuan.
Ketegangan otot yang berkepanjangan sebagai akibat dari stres, ansietas dan
kelelahan akan menimbulkan nyeri. Posisi yang tidak benar bisa
menyebabkan rudapaksa pada jaringan lunak dan spasme. Iritasi pada akar
saraf dapat disebabkan karena gangguan postural, proses degeneratif dan
spasme, terutama harus diperkirakan bila didapatkan nyeri yang unilateral
atau akut. Proses degenerasi pada diskus intervertebralis disertai perubahan-
perubahan pada sendi, rudapaksa pada facet join atau jaringan lunak yang
peka nyeri, iritasi akar saraf, umumnya didapatkan pada penderita usia lanjut
yang mengalami nyeri atau kekauan yang kronis. Pergeseran jaringan pada
bahu juga dapat menyebakan nyeri leher.5
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis tentang kualitas, jenis dan
derajat nyeri, lokasi dan penjalaran nyeri, lama serta frekuensi nyeri, faktor
pencetus, keadaan-keadaan yag dapat mengurangi ataupun menghilangkan
keluhan nyeri, adanya trauma atau pembebanan, infeksi, tumor, penyakit
metabolik dan penyakit sistemik lainnya. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi
daerah leher, adanya pembesaran kelenjar limfe, palpasi daerah nyeri pada
tulang belakang, dicari adanya trigger point, dilakukan pemeriksaan range of
106 | B A N U 4
movement. Tes khusus seperti tes Spurling, distraksi, Valsava dan Lhermitte.
Pemeriksaan radiologis juga dapat dipertimbangkan seperti foto polos, CT
scan, CT myelo maupun MRI cervical.5
Pemahaman penting nyeri pada usia lanjut Nyeri kronik pada geriatri didefinisikan sebagai pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan sedang
atau potensi kerusakan jaringan, atau suatu keadaan yang menunjukkan
adanya kerusakan jaringan pada usia 65 tahun atau lebih dan berlangsung
selama lebih dari 3 bulan.6 Konsekuensi nyeri meliputi penurunan activities
of daily living (ADLs), depresi, dan beban ekonomi.7 Nyeri juga berkaitan
dengan abnormalitas gaya jalan, kecelakaan, polifarmasi dan penurunan
fungsi kognitif.
Kondisi lain yang juga perlu diperhatikan pada usia lanjut adalah terjadinya
penurunan fungsi beberapa sistem organ yang akan mempengaruhi
farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obat unuk manajemen nyeri.
Organ-organ penting yang perlu diperhatikan adalah: 1) Sistem saraf pusat.
Banyak usia lanjut mengalami penyakit dan disfungsi pada sistem saraf
seperti stroke maupun TIA, demensia, atau gangguan gerak. Dokter
sebaiknya menyadari bahwa masalah ini akan mempengaruhi keakuratan
asesmen nyeri dan juga efikasi pengobatan. 2) Hepar. Pada usia tua,
kemampuan membersihkan obat menjadi lebih panjang akibat penurunan
ekstraksi dari darah, penyerapan gastrointestinal atau penurunan aliran darah
arteri portal. 3) Ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan mempengaruhi pula
efektivitas obat dan juga meningkatkan efek samping pengobatan.
Modalitas manajemen nyeri punggung dan leher pada usia lanjut8
Modalitas pengobatan nyeri pada usia lanjut dikategorikan menjadi: 1)
farmakoterapi; 2) dukungan psikologi; 3) rehabilitasi fisik dan 4) prosedur
intervensi.
107 | B A N U 4
Farmakoterapi
Terapi obat secara umum merupakan pilihan utama dan secara luas
dipergunakan sebagai modalitas terapi untuk mengontrol nyeri pada usia
lanjut yang terdiri dari: NSAID, muscle relaxants, opioids, and terapi ajuvan.
Peresepan obat-obat ini bukanlah tanpa risiko. Fungsi kognitif pasien,
psikologis dan status fungsional dapat terpengaruh. The American Geriatric
Society and the World Health Organization (WHO) telah membuat suatu
konsensus pendekatan terbaik pada populasi usia lanjut.4
Rekomendasi American Geriatric Society tahun 20099
Nonopioids 1. Acetaminophen harus dianggap sebagai farmakoterapi awal dan
berkelanjutan dalam pengobatan nyeri persisten, terutama nyeri
muskuloskeletal, karena menunjukkan efektivitas dan profil keamanan
yang baik (bukti kualitas tinggi, rekomendasi kuat).
A. Kontraindikasi absolut: gagal hati (bukti kualitas tinggi,
rekomendasi kuat).
B. Kontraindikasi relatif dan peringatan: insufisiensi hati,
penyalahgunaan kronis alkohol atau ketergantungan (kualitas
moderat bukti, rekomendasi kuat).
C. Maksimum harian yang direkomendasikan dosis 4 g per 24 jam
tidak boleh lebih (bukti kualitas moderat, rekomendasi kuat).
2. NSAID nonselektif dan selektif siklooksigenase 2 (COX-2) inhibitor
dapat dipertimbangkan dengan sangat hati-hati, pada individu yang
sangat dipilih (bukti kualitas tinggi, rekomendasi kuat) A. Seleksi
pasien: terapi lain yang aman telah gagal, tujuan terapi tidak terpenuhi,
penilaian berkelanjutan terhadap risiko dan komplikasi sebanding
dengan manfaat terapeutik (bukti kualitas rendah, rekomendasi kuat)
B. Kontraindikasi absolut: ulkus peptikum aktif (bukti kualitas rendah,
rekomendasi kuat); Penyakit ginjal kronis (bukti tingkat moderat,
rekomendasi kuat); gagal jantung (bukti tingkat moderat, rekomendasi
lemah) C. Kontraindikasi relatif dan memperingatkan: hipertensi,
108 | B A N U 4
Helicobacter pylori, riwayat penyakit ulkus peptikum, penggunaan
bersama kortikosteroid atau selective serotonin reuptake inhibitor
(bukti kualitas moderat, rekomendasi kuat).
3. Pada orang tua yang menggunakan NSAID nonselektif harus
menggunakan penghambat pompa proton atau misoprostol untuk
perlindungan gastrointestinal (bukti kualitas tinggi, rekomendasi kuat).
4. Pasien yang memperoleh penghambat selektif COX-2 dengan aspirin
harus menggunakan penghambat pompa proton atau misoprostol
untuk perlindungan gastrointestinal (bukti kualitas tinggi, rekomendasi
kuat).
5. Pasien tidak menggunakan lebih dari satu NSAID nonselektif atau
selektif COX-2 inhibitor untuk mengontrol rasa sakit (bukti kualitas
rendah, rekomendasi kuat).
6. Pasien yang memperoleh aspirin untuk cardioprofilaksis sebaiknya
tidak menggunakan ibuprofen (bukti kualitas moderat, rekomendasi
lemah).
7. Pasien yang memperoleh NSAID nonselektif dan selektif penghambat
COX-2 harus diperiksa secara rutin toksisitas pencernaan dan ginjal,
hipertensi, gagal jantung, dan interaksi penyakit-obat lainnya (bukti
kualitas lemah, rekomendasi kuat).
Opioid
1. Pasien dengan nyeri sedang sampai berat, gangguan fungsional
terkait nyeri, atau kualitas berkurang hidup karena nyeri harus
dipertimbangkan untuk terapi opioid (bukti kualitas rendah,
rekomendasi kuat).
2. Pasien dengan nyeri yang sering atau terus-menerus setiap hari dapat
diobati dengan around-the-clock time-contingent yang bertujuan untuk
mencapai kadar opioid yang stabil (bukti kualitas rendah, rekomendasi
lemah).
3. Dokter harus mengantisipasi, menilai, dan mengidentifikasi potensi
efek samping opioid (bukti kualitas moderat, rekomendasi kuat).
109 | B A N U 4
4. Dosis maksimal yang aman dari acetaminophen atau NSAID tidak
harus melebihi saat menggunakan fixed-doseopioid combination
sebagai bagian dari rejimen analgesik (bukti kualitas moderat,
rekomendasi kuat).
5. Ketika opioid long-acting yang diresepkan, breakthrough pain harus
diantisipasi, dinilai, dan dicegah atau diobati menggunakan short-
acting immediate-release opioid medications (bukti kualitas moderat,
rekomendasi kuat).
6. Dokter yang berpengalaman dalam penggunaan dan risiko metadon
harus memulainya dan dititrasi dengan hati-hati (bukti kualitas
moderat, rekomendasi kuat).
7. Pasien yang memakai analgesik opioid harus ditinjau kembali untuk
pencapaian berkelanjutan tujuan terapi, efek samping, keamanan dan
bertanggung jawab terhadap penggunaan obat-obatan (bukti kualitas
moderat, rekomendasi kuat).
Obat Analgesik adjuvant
1. Semua pasien dengan nyeri neuropatik adalah kandidat untuk
analgesik adjuvan (bukti kualitas kuat, rekomendasi kuat).
2. Pasien dengan fibromyalgia adalah kandidat untuk percobaan
analgesik adjuvan (bukti kualitas moderat, rekomendasi kuat).
3. Pasien dengan nyeri persisten refrakter tipe lain dapat menjadi
kandidat untuk analgesik adjuvan tertentu (misalnya, sakit punggung,
sakit kepala, nyeri tulang difus, gangguan temporomandibular) (bukti
kualitas rendah, rekomendasi lemah).
4. Antidepresan trisiklik tersier (amitriptyline, imipramine, doxepin) harus
dihindari karena risiko efek samping yang lebih tinggi seperti efek
antikolinergik dan gangguan kognitif (bukti kualitas moderat,
rekomendasi kuat).
5. Agen dapat digunakan secara tunggal, tetapi efek sering ditingkatkan
bila digunakan dalam kombinasi dengan analgesik nyeri lainnya dan
strategi tanpa obat (bukti kualitas moderat, rekomendasi kuat).
110 | B A N U 4
6. Terapi harus dimulai dengan dosis serendah mungkin dan
meningkatkan perlahan berdasarkan respon dan efek samping,
dengan peringatan bahwa beberapa agen memiliki onset aksi yang
tertunda dan manfaat terapeutik lambat untuk berkembang. Misalnya,
gabapentin mungkin memerlukan 2 sampai 3 minggu untuk timbulnya
khasiat (bukti moderat kualitas, rekomendasi kuat).
7. Sebuah percobaan terapi yang memadai harus dilakukan sebelum
penghentian pengobatan yang tampaknya tidak efektif (bukti kualitas
lemah, rekomendasi kuat).
Obat lainnya
1. Kortikosteroid sistemik jangka panjang harus disediakan untuk pasien
dengan gangguan nyeri terkait inflamasi atau nyeri tulang metastatik.
Osteoarthritis tidak boleh dianggap sebagai gangguan inflamasi (bukti
kualitas moderat, rekomendasi kuat).
2. Pasien dengan nyeri neuropatik lokal adalah kandidat untuk lidokain
topikal (bukti kualitas moderat, rekomendasi kuat).
3. Pasien dengan nyeri nonneuropatik terlokalisir dapat menjadi kandidat
untuk lidokain topikal (bukti kualitas rendah, rekomendasi lemah).
4. Pasien dengan nyeri persisten nonneuropatik lain terlokalisir dapat
menjadi kandidat untuk NSAID topikal (bukti kualitas moderat,
rekomendasi lemah).
5. Agen topikal lainnya, termasuk capsaicin atau mentol, dapat
dipertimbangkan untuk sindrom nyeri regional (bukti kualitas moderat,
rekomendasi lemah).
6. Banyak agen lain untuk sindrom nyeri tertentu mungkin memerlukan
kehati-hatian pada orang yang lebih tua dan membutuhkan penelitian
lebih lanjut (misalnya, glukosamin, kondroitin, cannabinoids,
botulinum toxin, alpha-2 adrenergik agonis, kalsitonin, vitamin D,
bifosfonat, ketamin) (bukti kualitas rendah, rekomendasi lemah).
111 | B A N U 4
Tinjauan tentang Rekomendasi WHO:
Analgesic Ladder tumpang tindih yang signifikan terjadi antara nyeri
geriatri kronis dan nyeri kanker. Untuk alasan ini, mengikuti rekomendasi
WHO untuk manajemen nyeri yang tepat. Dalam rangka mempertahankan
bebas dari rasa sakit, WHO merekomendasikan (1) pemberian obat ‘‘by the
clock’’ (misalnya, setiap 3-6 jam), (2) obat oral bersifat individual untuk pasien,
(3) mengikuti " Analgesic Ladder "(yang dimodifikasi):
1. Untuk nyeri ringan, pilihan pertama yang paling tepat untuk analgesia
yang relatif aman adalah acetaminophen.
2. Untuk nyeri ringan sampai sedang atau nyeri yang tidak terkontrol
dengan acetaminophen, penggunaan NSAID adalah tepat.
3. Untuk nyeri refrakter terhadap NSAID, atau nyeri dinilai sebagai
moderat pada awalnya, opioid lemah (misalnya, codeine) adalah
pilihan pertama yang tepat. Opioid lemah lain yang dapat digunakan
meliputi hydrocodone, propoxyphene, dan oxycodone dalam
kombinasi dengan acetaminophen.
4. Untuk nyeri refrakter atau nyeri dinilai sebagai yang parah, opioid
agonis (misalnya, morfin) dipilih. opioid murni lainnya untuk
dipertimbangkan termasuk hidromorfon, fentanil, antalgin, dan
oxycodone.
5. Obat ajuvan dapat digunakan untuk meredakan ketakutan dan
kecemasan pada pasien serta untuk sinergisme dengan obat
sebelumnya.
Ajuvan
Terapi obat ajuvan harus dipertimbangkan setiap saat untuk
meningkatkan efek analgesik dari obat lain. Hal ini sering diperlukan untuk
mencoba obat yang berbeda untuk menentukan regimen terbaik untuk pasien
tertentu. Beberapa obat adjuvant digunakan untuk mengobati nyeri:
antidepresan, antikonvulsan, Alpha-2 agonis adrenergik, anestesi lokal,
kortikosteroid, baclofen, N-methyl-d-aspartat agonis reseptor, relaksan otot,
krim topikal dan gel, neuroleptik, antihistamin, psikostimulan, kalsitonin
112 | B A N U 4
Dukungan psikologis
Karena rasa sakit adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
kompleks, modalitas psikologis harus digunakan dalam model manajemen
nyeri. Cabang psikologis nyeri juga menjelaskan mengapa beberapa pasien
dengan penyakit minimal mungkin memiliki rasa sakit luar biasa, sedangkan
yang lain dengan penyakit yang parah mungkin memiliki keluhan minimal.
Strategi koping termasuk relaksasi, doa, dan teknik pengalihan perhatian.
Depresi dan kecemasan pada pasien geriatri harus diatasi dengan
psikoterapi, meditasi, dan obat-obatan. Selanjutnya, variabel
socioenvironmental setiap pasien harus disesuaikan untuk membantu pasien
mengatasi rasa sakit. Sebuah sistem pendukung yang solid termasuk
keluarga dan pengasuh harus ditetapkan.
Rehabilitasi fisik Aspek rehabilitatif manajemen nyeri dapat membantu pasien hidup
lebih mandiri dan fungsional. Rehabilitasi mungkin melibatkan beradaptasi
dengan hilangnya keterampilan fisik, psikologis, dan sosial. Penilaian ADL
dapat membantu menilai tingkat fungsi dan pengobatan langsung. Tujuan
rehabilitasi termasuk menstabilkan gangguan primer, mencegah cedera
sekunder, penurunan persepsi nyeri melalui pendekatan multidisiplin,
mengobati defisit fungsional, dan mempromosikan adaptasi ke disabilities.
Modalitas intervensi Modalitas intervensi nyeri dapat membantu untuk menentukan
penyebab rasa sakit dan membantu untuk menegakkan diagnosis yang tepat.
Ini sering mengurangi kebutuhan untuk penggunaan obat berat, sehingga
pasien menjadi lebih hemat dan terhindar dari efek samping yang tidak
diinginkan terkait dengan dosis yang lebih besar dari obat. Blok saraf adalah
beberapa prosedur intervensi yang paling umum digunakan oleh dokter
dimana tindakan ini membantu tidak hanya untuk diagnosis tetapi juga
prognosis, analgesia preemptif, dan kadang-kadang sebagai terapi definitif.
Intervensi lain yang dapat digunakan meliputi neurolisis kimia, radiofrequency
113 | B A N U 4
lesioning, cryoneurolysis, neuroaugmentation, dan pemberian obat
neuraksial.
RINGKASAN
Nyeri persisten bukan merupakan bagian tak terhindarkan dari
penuaan tetapi cukup umum di kalangan orang tua. Pengobatan nyeri
mungkin rumit oleh beberapa masalah yang jauh lebih mungkin terjadi pada
orang dewasa muda. Hambatan untuk manajemen yang efektif termasuk
tantangan untuk penilaian nyeri yang tepat, underreporting sakit oleh pasien,
manifestasi atipikal nyeri pada orang tua, dan kebutuhan untuk meningkatkan
apresiasi farmakokinetik dan farmakodinamik perubahan penuaan. Dokter
dapat memberikan analgesia yang tepat pada pasien geriatri melalui penilaian
yang tepat, pendekatan multidisiplin, dan penggunaan yang tepat modalitas
pengobatan.
Daftar Pustaka 1. Freynhagen, R., Baron, R. 2009. The evaluation of neuropathic
components in low back pain. Current pain and headache reports 2009;13(3), 185-190.
2. Purwata, T.E. 2013. Patofisiologi nyeri neuropatik pada nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri punggung bawah. Editor: Trianggoro, B. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
3. Rubin, D.I. 2007. Epidemiology and risk factor for spain pain. NeurolClin.
25:353-71. 4. Chamberloin, K., Cottle, M., Neville, R., Tan, J. 2004. Oral oxymorphone
for pain management. Ann Pharmacother. 1((7)):1144–1152. 5. Partoatmodjo, L. 2006. Nyeri leher. Dalam: Kumpulan Makalah
Pertemuan Ilmiah Nasional II. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Surabaya: Airlangga University Press.
6. Lynch, D. 2000. Geriatric pain. In: Raj P. P., editor. Practical Management
of Pain. 3rd ed. St. Louis, MO: Mosby. pp. 270–271.
114 | B A N U 4
7. Manchikanti, L., Singh, V., Datta, S., Cohen, S. P., & Hirsch, J. A. 2008. Comprehensive review of epidemiology, scope, and impact of spinal pain. Pain physician. 12(4), E35-70.
8. Kaye, Alan, D. Baluch, Amir, Scoot, Jared, T. 2010. Pain management in the elderly population: a review. The Ochsner Journal. 10.3: 179-187.
9. American Geriatrics Society Panel on Pharmacological Management of
Persistent Pain in Older Persons. Pharmacological management of persistent pain in older persons. J Am Geriatr Soc. 2009;57(8):1331-1346.