bank indonesia . menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun...

101
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG

Upload: buimien

Post on 23-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

TRIWULAN III-2010

KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG

Page 2: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 – 4230223 Fax : 022 – 4214326

Page 3: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Bandung Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Bandung Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda & lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut : 1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di

wilayah kerjanya; 2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan

kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya; 3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya; 4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang

didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat; 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-

fungsi utama.

Page 4: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan III-2010” ini akhirnya dapat

diselesaikan. Hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Jawa Barat pada triwulan

laporan memberi gambaran bahwa perekonomian Jawa Barat masih menunjukkan kondisi yang

kondusif.

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya perlambatan

pertumbuhan. Bila pada triwulan II-2010, perekonomian Jawa Barat tumbuh sebesar 6,9% (yoy),

pertumbuhan ekonomi selama triwulan III-2010 hanya mampu tumbuh 4,0%. Dari sisi permintaan,

perlambatan disebabkan karena melambatnya konsumsi rumah tangga, sebagai penyangga utama

perekonomian Jawa Barat, serta meningkatnya realisasi impor ke Jawa Barat. Namun demikian,

perlambatan pertumbuhan lebih lanjut dapat diredam dengan masih meningkatnya pertumbuhan

konsumsi pemerintah, investasi, maupun ekspor. Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan

disebabkan oleh kontraksi yang terjadi terhadap sektor pertanian, karena menurunnya produktivitas

padi, serta melambatnya sektor PHR seiring perlambatan konsumsi rumah tangga.

Dari sisi harga, perkembangan harga di Jawa Barat secara umum selama periode triwulan III-

2010 sampai bulan Oktober 2010, masih menunjukkan terjadinya inflasi. Namun demikian, laju inflasi

secara bulanan (mtm) menunjukkan trend yang melambat sehingga akumulasi kenaikan laju inflasi

(ytd) dapat sedikit teredam dan lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi nasional.

Sementara itu, kondisi perbankan di Jawa Barat masih menunjukkan penguatan. Hal ini

tercermin dari pertumbuhan berbagai indikator perbankan, seperti aset, dana pihak ketiga, dan

outstanding kredit, yang terus mengalami peningkatan. Penyaluran kredit pada triwulan III-2010

tumbuh lebih tinggi, khususnya untuk kredit investasi, sejalan dengan maraknya realisasi investasi di

Jawa Barat. Di sisi lain, risiko kredit mengalami sedikit peningkatan, namun masih relatif terkendali,

yaitu masih berada di bawah 5%.

Dari sisi keuangan daerah, realisasi penerimaan, baik APBN maupun APBD di Jawa Barat,

mengalami peningkatan selama triwulan III-2010. Adapun penerimaan pemerintah pusat meningkat

terutama pada pos Pajak Penghasilan, sementara penerimaan Pemerintah Provinsi terutama bersumber

dari Pajak Kendaraan Bermotor serta Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Sementara itu, dari sisi

belanja, realisasi belanja Pemerintah Pusat di Jawa Barat diperkirakan mengalami peningkatan, yang

terdorong akibat naiknya realisasi dana Dekonsentrasi serta dana Tugas Pembantuan. Namun

demikian, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih

rendah dibandingkan pola musimannya, dan lebih terkonsentrasi pada triwulan IV-2010. Kondisi ini

mengakibatkan kurang optimalnya peran pembiayaan keuangan daerah terhadap perekonomian Jawa

Barat pada periode laporan.

Di sisi tenaga kerja, kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat diperkirakan semakin menunjukkan

perbaikan, akibat semakin tingginya penyerapan tenaga kerja, sebagai dampak dari masih kondusifnya

v

Page 6: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

perekonomian di Jawa Barat. Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat juga diperkirakan masih

relatif stabil, meskipun terhadang oleh inflasi yang sedikit memperlemah daya beli masyarakat.

Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain

berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor

Bank Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa

Barat, dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG Divre III Jawa Barat, Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Barat I, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Persepatuan Indonesia

(APRISINDO), PT. Angkasa Pura II, PT. Jasa Marga, serta PT. Kereta Api. Sehubungan dengan hal

tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku

ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat

baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.

Bandung, November 2010

Lucky Fathul A.H.

Pemimpin

vi

Page 7: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................................................... v Daftar Isi ................................................................................................................................. vii Daftar Tabel............................................................................................................................ ix Daftar Grafik........................................................................................................................... x Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat........................................................................................ xii RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................... 1 BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ........................................................................... 7

1. Sisi Permintaan.................................................................................................................. 9 1.1. Konsumsi ................................................................................................................ 10 1.2. Investasi .................................................................................................................. 11 1.3. Ekspor Impor ........................................................................................................... 13

2. Sisi Penawaran............ ...................................................................................................... 16 2.1. Sektor Pertanian......................................................................................................... 16 2.2. Sektor Industri Pengolahan......................................................................................... 19 2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.................................................................... 23 2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ....................................................................... 24 2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ...................................................................................... 26 2.6. Sektor Lainnya ........................................................................................................... 26

Boks 1. Analisis Siklus Bisnis Sektoral di Jawa Barat ................................................................. 27 Boks 2. Tugas Bank Indonesia Bandung dalam Mendorong Perkembangan Ekonomi Moneter dan Pengembangan Sektor Riil .................................................................... 30

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ........................................................................... 33 1. Perkembangan Inflasi ....... ................................................................................................ 35

1.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .............................................................. 36 Inflasi Bulanan.......................................................................................................... 36

Inflasi Tahunan.......................................................................................................... 36 1.2. Inflasi Menurut Kota ................................................................................................ 37

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi........ .................................................................. 38 2.1. Fundamental............................................................................................................... 38 a. Interaksi Permintaan dan Penawaran ..... .............................................................. 38

b. Eksternal .............................................................................. ............................... 38 c. Ekspektasi Inflasi ........... ...................................................................................... 39

2.2. Non Fundamental....................................................................................................... 39 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH .................................................................. 41

1. Struktur Perbankan di Jawa Barat ..................................................................................... 43 2. Bank Umum Konvensional .................................................................................................. 43

2.1. Pendanaan dan Risiko Likuiditas .................................................................................. 43 Perkembangan Dana Pihak Ketiga ................................................................................. 43

2.2. Perkembangan Kredit dan Risikonya ........................................................................... 45 Perkembangan Kredit ................................................................................................. 45 Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)................................................................... 46 Kredit yang berlokasi Proyek di Jawa Barat ................................................................. 47 Risiko Kredit ............................................................................................................... 48

3. Bank Umum Syariah .......................................................................................................... 48 4. Bank Perkreditan Rakyat ................................................................................................... 49

BAB 4 KEUANGAN DAERAH............................... ................................................................. 51 1. Pendapatan Pemerintah di Jawa Barat................ ....................................................... 53 1.1. Pendapatan Pajak Pemerintah Pusat .......................................................................... 53 1.2. Pendapatan Pemerintah Provinsi.................................................................................. 54 2. Belanja Daerah.................................................................................................................... 55

2.1. Belanja APBN di Jawa Barat ......................................................................................... 55

vii

Page 8: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

Belanja Dana Dekonsentrasi........................................................................................ 55 Belanja Dana Tugas Pembantuan................................................................................ 56

2.2. Belanja APBD Provinsi Jawa Barat................................................................................ 57

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ..................................................................... 59 1. Pengedaran Uang Kartal..................................................................................................... 61

1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ...................................................... 61 1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ............................................................................ 63 1.3. Uang Palsu ................................................................................................................. 64

2. Sistem Pembayaran Non Tunai............................................................................................ 64 2.1 Kliring Lokal................................................................................................................ 64 2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS).............................................................................. 65

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH............. 67

1. Ketenagakerjaan ................................................................................................................ 69 Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat ..................................................................... ........... 69

2. Kesejahteraan..................................................................................................................... 70 Boks 3. Survei Kondisi Remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Jawa Barat........................... 72

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH .......................................................................................... 75

1. Prospek Ekonomi Makro..................................................................................................... 77 2. Prakiraan Inflasi .................................................................................................................. 78

Boks 4. Survei Respons Sektor Ekonomi Utama Jawa Barat Terhadap Perkembangan Permintaan......................................................................................................................... 80

LAMPIRAN............................................................................................................................................... 83 DAFTAR ISTILAH ...................................................................................................................................... 87

viii

Page 9: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (yoy) ................ 10 Tabel 1.2. Pertumbuhan Volume Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli ....................................... 15 Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat – Sisi Penawaran (%)........... .. 16 Tabel 1.4. Indikator Perhotelan di Jawa Barat.................................................................................... 24 Tabel 1.5. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat...................................... ............................ 25 Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat..................................... 25 Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Jawa Barat per Kelompok Barang/Jasa................................ ..................... 37 Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Tujuh Kota di Jawa Barat ......................................................................... 37 Tabel 3.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Jawa Barat ........................................................... 44 Tabel 3.2. Perkembangan Baki Debet Kredit Bank Umum per Penggunaan ...................................... 45 Tabel 3.3. Perkembangan Baki Debet Kredit Bank Umum per Sektoral............................................. 46 Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Pusat di Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa

Barat I………………………………………………………….......... .................................... 53 Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat....................................................... 54 Tabel 4.3. Realisasi penerimaan Pajak Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Rp Miliar) ............................. 55 Tabel 4.4. Realisasi (ytd) Dana Dekonsentrasi Jawa Barat di Lima Dinas Penerima Anggaran Terbesar 56 Tabel 4.5. Realisasi (ytd) Dana Tugas Pembantuan Jawa Barat di Lima Pemerintah Daerah Penerima

Alokasi Anggaran Terbesar ............................................................................................. 56 Tabel 4.6. Perkiraan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat ............................................................ 57

Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung. ................. 63 Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat ......................... 65 Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Barat .................................................................. 66 Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani di Jawa Barat (2007=100).................................................................... 71

ix

Page 10: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy) .............................................................. 9 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................................................... 10 Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ..................................................................... 11 Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi........................................................................................... 11 Grafik 1.5. Posisi Baku Debet Kredit Konsumsi.................................................................................... 11 Grafik 1.6. Impor Barang Modal........................................................................................................ 12 Grafik 1.7. Realisasi Investasi Jawa Barat ........................................................................................... 12 Grafik 1.8. Nilai Ekspor Jawa Barat.................................................................................................... 13 Grafik 1.9. Volume Ekspor Jawa Barat............................................................................................... 13 Grafik 1.10. Nilai Ekspor TPT ............................................................................................................... 14 Grafik 1.11. Volume Ekspor TPT.......................................................................................................... 14 Grafik 1.12. Nilai Ekspor Alas Kaki ...................................................................................................... 14 Grafik 1.13. Volume Ekspor Alas Kaki ................................................................................................. 14 Grafik 1.14. Nilai Ekspor Alat Telekomunikasi...................................................................................... 14 Grafik 1.15. Volume Ekspor Alat Telekomunikasi................................................................................. 14 Grafik 1.16. Nilai Ekspor Mesin Elektrik ............................................................................................... 15 Grafik 1.17. Volume Ekspor Mesin Elektrik .......................................................................................... 15 Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli.................................................... 15 Grafik 1.19. Nilai Impor Jawa Barat ..................................................................................................... 16 Grafik 1.20. Volume Impor Jawa Barat................................................................................................ 16 Grafik 1.21. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat................................................................ 17 Grafik 1.22. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat............................................................ 17 Grafik 1.23. Luas Panen Padi Jawa Barat........................... .................................................................. 18 Grafik 1.24. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat ke Sektor Pertanian........................... ................ 18 Grafik 1.25. Produksi Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat........................................................... 19 Grafik 1.26. Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat....................................................... 19 Grafik 1.27. Realisasi Kegiatan Industri Pengolahan.................................................................. ........... 20 Grafik 1.28. Penjualan Mobil dan Motor Nasional.................................................................. .............. 20 Grafik 1.29. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan ................................................................................ 21 Grafik 1.30. Nilai dan Volume Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil ......................................................... 22 Grafik 1.31. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat ke Sektor Industri Pengolahan ........................... 23 Grafik 1.32. Indeks Kondisi Ekonomi................................................................................................... 23 Grafik 1.33. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat........................ 24 Grafik 1.34. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat ........................................ 24 Grafik 1.35. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara ............. 25 Grafik 1.36. Penyaluran Semen di Jawa Barat ....................................................... .............................. 26 Grafik 1.37. Posisi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)............. 26 Grafik 1.38. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.... 26 Grafik 1.39. Saldo Bersih Tertimbang Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan... ....................... 26 Grafik 2.1. Inflasi IHK Jawa Barat, bulanan (mtm), akumulasi (ytd), dan Tahunan (yoy) ...................... 35 Grafik 2.2. Kontribusi Inflasi/Deflasi Bulanan per kelompok Barang/Jasa ............................................ 36 Grafik 2.3. Kapasitas Utilisasi............................................................................................................. 38 Grafik 2.4. Laju Inflasi di Negara Mitra Dagang.................................................................................. 38 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional............. .................. 38 Grafik 2.6. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung......................... 39 Grafik 2.7. Luas Panen Padi di Jawa Barat ......................................................................................... 39

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Jawa Barat Triwulan III-2010........................................ 43 Grafik 3.2. Pangsa Aset Perbankan di Jawa Barat Triwulan III-2010.................................................... 43 Grafik 3.3. Porsi DPK berdasarkan Jenis Simpanannya ....................................................................... 44 Grafik 3.4. Porsi DPK berdasarkan Kelompok Bank di Jawa Barat....................................................... 44 Grafik 3.5. Grafik Porsi DPK per Jenis Valuta ..................................................................................... 45 Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Konvensional di Jawa Barat berdasarkan Jenis Valuta ... 45 Grafik 3.7. Porsi Kredit Per Jenis Penggunaan......................................... ........................................... 45

x

Page 11: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

xi

Grafik 3.8. Porsi Kredit UMKM di Jawa Barat .................................................................................... 47 Grafik 3.9. Porsi Kredit Per Jenis Penggunaan di Jawa Barat .............................................................. 47 Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Lokasi Proyek dan Kredit Bank Pelapor .......................................... 47 Grafik 3.11. Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Sektor Ekonomi ........................................................... 48 Grafik 3.12. Kredit Lokasi proyek Berdasarkan Jenis Penggunaan........................................................ 48 Grafik 3.13. Perkembangan Jumlah Kredit Bermasalah Bank Umum Konvensional di Jawa Barat ......... 48 Grafik 3.14. Perkembangan NPL Total Kredit dan NPL Kredit UMKM................................................... 48 Grafik 3.15. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat................................. 49 Grafik 3.16. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat .......................................... 49 Grafik 3.17. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat ...................................................... 49 Grafik 3.18. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Jawa Barat................................................ 50 Grafik 3.19. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Jawa Barat................................................ 50

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat ........................................ 62 Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung ..................................................... 64

Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan ............................................................................................. 69 Grafik 6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan .................................................... 70 Grafik 6.3. Nilai Tukar Petani ............................................................................................................ 71

Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen........................................................................................... 77 Grafik 7.2. Impor Barang Modal ....................................................................................................... 77 Grafik 7.3. Business Cycle Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat ........................................................... 78 Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung........................ 79

Page 12: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA BARAT I. MAKRO

2009 2010 INDIKATOR Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

PDRB - harga konstan (Rp Miliar) 73.390 77.680 78.560 77.610 78.710 80.800

- Pertanian 9.080 10.180 9.470 11.700 9.760 9.890

- Pertambangan & Penggalian 1.780 1.920 2.000 1.840 1.880 1.910

- Industri Pengolahan 32.940 33.400 34.440 31.890 33.440 34.080

- Listrik. Gas. dan Air Bersih 1.650 1.830 1.970 1.860 1.850 1.890

- Bangunan 2.460 2.680 2.830 2.720 2.870 2.980

- Perdagangan. Hotel. dan Restoran 14.980 16.660 16.820 16.790 17.250 17.680

- Pengangkutan dan Komunikasi 3.270 3.480 3.440 3.400 3.860 4.240

- Keuangan. Persewaan. dan Jasa 2.350 2.550 2.580 2.450 2.590 2.730

- Jasa 4.870 4.980 5.010 4.970 5.200 5.420

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,2 4,0 6,1 6,6 6,9 4,0

Ekspor-Impor*) 3.119,55 3.459,90 3.637,59 3.254,81 3.332,30 2.107,89

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4.681,69 5.053,79 5.306,40 5.212,96 5.802,48 4.204,74

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.921,40 1.727,67 1.998,84 1.693,90 1.961,02 1.405,70

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1.562,14 1.593,88 1.668,81 1.958,15 2.470,18 2.096,86

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 246,97 272,10 250,90 339,65 373,33 300,35

Indeks Harga Konsumen* 113,37 115,49 115,83 116,94 118,68 121,74

- Kota Bandung 112.66 114,51 115,08 116,05 116,60 119,18

- Kota Bekasi 112,43 114,41 114,88 116,33 118,75 122,14

- Kota Bogor 116,60 118,60 118,50 119,81 121,53 124,86

- Kota Sukabumi 116,64 118,10 118,31 119,03 120,24 123,80

- Kota Cirebon 118,30 121,25 122,00 122,44 123,97 128,33

- Kota Tasikmalaya 117,23 118,51 119,87 121,47 122,47 124,68

- Kota Depok 112,69 115,43 115,39 116,26 118,85 121,85

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)**) 3,13 1,87 2,02 2,99 4,68 5,41

- Kota Bandung 2,17 1,61 2,11 2,86 3,50 4,08

- Kota Bekasi 3,59 1,51 1,93 3,20 5,62 6,76

- Kota Bogor 2,57 2,24 2,16 2,47 4,23 5,28

- Kota Sukabumi 3,38 3,31 3,49 2,41 3,09 4,83

- Kota Cirebon 5,23 3,47 4,11 3,54 4,79 5,84

- Kota Tasikmalaya 6,91 2,99 4,17 4,74 4,47 5,21

- Kota Depok 6,87 1,33 1,30 2,96 5,47 5,56

Keterangan: *) Data Ekspor Impor triwulan III-2010 meliputi data pada bulan Juli-Agustus 2010 **) Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2007

xii

Page 13: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

xiii

II. PERBANKAN

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III*)A Bank Umum1 Total Aset (Rp Triliun) 162,80 170,85 178,02 181,92 187,08 197,78 206,592 DPK (Rp Triliun) 123,03 126,97 129,53 133,28 121,59 131,06 131,87

- Tabungan (Rp Triliun) 41,63 45,06 47,31 53,05 44,48 48,03 49,32 - Giro (Rp Triliun) 27,48 27,61 27,14 25,32 24,33 28,75 28,12 - Deposito (Rp Triliun) 53,91 54,31 55,08 54,91 52,78 54,28 54,42

3 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek* 167,13 171,39 174,16 181,41 180,28 193,30 197,54 - Investasi 24,28 24,25 24,74 27,05 27,51 28,23 29,68 - Modal Kerja 79,79 81,36 81,55 83,16 80,59 81,87 87,03 - Konsumsi 63,06 65,77 67,87 71,20 77,10 79,45 80,83

4 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 87,58 95,46 98,77 102,62 104,99 111,64 114,90 - Modal Kerja 39,39 44,00 44,95 46,68 45,25 48,18 50,96 - Investasi 9,18 9,50 9,69 10,36 11,60 12,42 12,24 - Konsumsi 39,02 41,96 44,13 45,58 48,13 51,05 51,70

5 - LDR (%) 71,19 75,18 76,25 77,00 86,35 85,19 87,146 Rasio NPL Gross (%) 3,99 3,91 3,82 3,37 3,53 3,45 3,6B Bank Umum Syariah*)1 DPK (Rp Triliun) 4,03 4,49 4,38 5,07 4,72 5,92 6,34

- Giro (Rp Triliun) 0,33 0,34 0,40 0,53 0,36 0,60 0,59 - Deposito (Rp Triliun) 1,87 1,90 2,14 2,37 1,95 2,36 2,33 - Tabungan (Rp Triliun) 1,89 2,25 2,06 2,16 2,41 2,96 3,42

2 Pembiayaan (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 3,41 3,53 3,72 4,05 3,96 5,56 6,20 - Modal Kerja 1,86 1,89 2,07 2,10 2,23 2,68 3,03 - Investasi 0,54 0,55 0,57 0,61 0,48 0,76 0,81 - Konsumsi 1,01 1,09 1,19 1,34 1,25 2,12 2,37

3 - FDR 86,26 78,50 84,83 79,89 83,95 93,93 97,81C BPR Konvensional1 Total Aset (Rp Triliun) 6,21 6,49 6,67 7,06 7,33 7,64 8,072 DPK (Rp Triliun) 4,40 4,62 4,78 5,08 5,38 5,55 5,78

- Tabungan (Rp Triliun) 0,96 1,03 1,03 1,16 1,27 1,25 1,26 - Deposito (Rp Triliun) 3,44 3,59 3,75 3,93 4,11 4,30 4,53

3 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 4,49 4,59 4,72 4,81 4,98 5,33 5,64 - Modal Kerja 2,42 2,45 2,48 2,64 2,73 2,91 3,1 - Investasi 0,14 0,14 0,14 0,13 0,13 0,14 0,1 - Konsumsi 1,93 2,00 2,08 2,03 2,11 2,28 2,39

4 Kredit MKM (triliun Rp) 4,49 4,59 4,72 4,81 4,97 5,33 5,64

No Indikator2009 2010

0

15

Keterangan: *) Data merupakan data per Agustus 2010, kecuali data BPR Konvensional yang menggunakan data September 2010

Page 14: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

III. SISTEM PEMBAYARAN

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

Transaksi Tunai

Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) 5,77 7,42 6,65 4,10 5,49 3,67 6,05

Inflow (Rp Triliun) 7,02 3,34 3,71 6,00 6,72 5,00 8,22

Outflow (Rp Triliun) 0,81 2,01 3,14 2,05 0,80 2,18 5,09

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 130,57 138,64 159,53 147,18 151,19 169,98 188,69

Volume Transaksi BI-RTGS 188.863 196.533 232.945 238.919 252.006 274.959 2.915.564

Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 2,18 2,24 2,57 2,37 2,48 2,74 3,04

Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 3.148 3.170 3.757 3.854 4.131 4.435 47.025

Kliring

Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 9,94 10,38 10,64 11,19 10,82 11,14 11,82

Volume Perputaran Kliring 504.311 476.875 484.106 481.440 496.425 510.649 515.642

Rata-rata Harian Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 0,17 0,17 0,17 0,18 0,18 0,18 0,19

Rata-rata Harian Volume Perputaran Kliring 8.405 7.692 7.808 7.765 8.138 8.236 8.317

Indikator2009 2010

xiv

Page 15: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 16: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Page 17: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 4,0% (yoy), atau melambat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9%.

Dari sisi permintaan, perlambatan dipicu oleh melambatnya konsumsi

rumah tangga

Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan karena melambatnya konsumsi rumah tangga, sebagai penyangga utama perekonomian Jawa Barat, serta meningkatnya realisasi impor ke Jawa Barat. Namun demikian, perlambatan pertumbuhan lebih lanjut dapat diredam dengan masih meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah, investasi, maupun ekspor.

Dari sisi penawaran, menurunnya sektor

pertanian dan perlambatan di sektor PHR

mengakibatkan perlambatan pada

perekonomian Jawa Barat

Dari sisi penawaran, perlambatan disebabkan oleh turunnya kinerja sektor pertanian, karena turunnya produksi di sektor pertanian, sebagai dampak dari menurunnya produktivitas padi. Selain itu, sektor PHR mengalami perlambatan pertumbuhan, seiring melambatnya konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, sektor industri pengolahan, sebagai sektor yang paling dominan, masih tumbuh relatif stabil selama periode laporan.

PERKEMBANGAN INFLASI

Perkembangan harga di Jawa Barat masih

menunjukkan terjadinya inflasi

Selama periode triwulan III-2010 sampai bulan Oktober 2010, perkembangan harga di Jawa Barat secara umum masih menunjukkan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara bulanan (mtm) menunjukkan trend yang melambat sehingga akumulasi kenaikan laju inflasi (ytd) dapat sedikit teredam dan lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi nasional.

Tekanan inflasi bersumber dari kenaikan harga

sebagian besar kelompok barang/jasa

Tekanan inflasi yang terjadi bersumber dari kenaikan harga pada sebagian besar kelompok barang/jasa. Perkembangan harga juga tidak terlepas dari adanya pengaruh musiman, seperti berakhirnya Hari Raya Idul Fitri pada pertengahan September 2010, yang menyebabkan tekanan harga pada sebagian besar barang dan jasa menurun. Sementara itu, pengaruh faktor fundamental relatif tidak terlalu memberikan tekanan yang kuat terhadap harga

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kondisi perbankan di Jawa Barat masih menunjukkan

adanya peningkatan

Perbankan di Jawa Barat pada triwulan III-2010 masih berada dalam kondisi yang kuat, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan berbagai indikator perbankan, seperti aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit. Penyaluran kredit pada triwulan III-2010 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010, khususnya untuk kredit investasi. Hal ini sejalan dengan semakin maraknya upaya realisasi investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha. Sementara itu, pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan mengalami peningkatan. Di sisi lain, risiko kredit mengalami sedikit peningkatan, namun masih relatif terkendali.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi penerimaan keuangan daerah

mengalami peningkatan

Realisasi penerimaan, baik APBN maupun APBD di Jawa Barat, mengalami peningkatan selama triwulan III-2010. Penerimaan pajak pemerintah pusat meningkat terutama pada pos Pajak Penghasilan, sementara penerimaan Pemerintah Provinsi juga diperkirakan meningkat, yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor serta Bea

3

Page 18: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

RINGKASAN EKSEKUTIF

Balik Nama Kendaraan Bermotor. Realisasi belanja

Pemerintah Pusat di Jawa Barat diperkirakan

meningkat, namun realisasi belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Barat diperkirakan lebih

rendah dibandingkan pola musimannya

Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Jawa Barat diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan III-2010, yang terjadi akibat naiknya realisasi dana Dekonsentrasi yang relatif tinggi, serta realisasi dana Tugas Pembantuan. Namun demikian, di sisi lain, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pola musimannya, dan lebih terkonsentrasi pada triwulan IV-2010. Kondisi ini mengakibatkan kurang optimalnya peran pembiayaan keuangan daerah terhadap perekonomian Jawa Barat pada periode laporan.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran di Jawa Barat

masih mengalami kenaikan

Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat selama triwulan III-2010 secara umum masih mengalami peningkatan, dan menunjukkan net infow yang semakin tinggi. Di sisi lain, sistem pembayaran non tunai, baik transaksi kliring maupun RTGS, juga masih masih mengalami kenaikan selama triwulan III-2010. Sementara it, strategi jemput bola serta kerjasama dengan perbankan Jawa Barat dalam kegiatan penukaran Uang Pecahan Kecil, berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat terhadap UPK, sekaligus meminimasi antrian masyarakat.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat diindikasikan

terus meningkat

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat diperkirakan semakin menunjukkan perbaikan selama periode triwulan III-2010, terindikasikan oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, sebagai dampak dari masih kondusifnya perekonomian pada beberapa sektor perekonomian utama di Jawa Barat.

Kondisi kesejahteraan di Jawa Barat masih relatif

stabil

Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat juga diperkirakan masih relatif stabil. Walaupun terhadang oleh inflasi, yang sedikit memperlemah daya beli masyarakat, namun kesejahteraan diperkirakan masih cenderung meningkat, sebagaimana tercermin dari masih optimisnya Indeks Penghasilan masyarakat serta meningkatnya Nilai Tukar Petani di Jawa Barat selama triwulan III-2010.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV-2010

diperkirakan mengalami peningkatan 

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan akan semakin menguat. Setelah tumbuh melambat pada laju 4,0% (yoy) pada triwulan III-2010, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang berada pada kisaran 6-6,5%. Dengan demikian, secara keseluruhan perekonomian Jawa Barat untuk tahun 2010 akan mencapai 6,0%. Dari sisi permintaan, relatif tingginya pertumbuhan masih disumbang oleh peningkatan konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah, serta kenaikan investasi. Sementara itu, dari sisi sektoral, ketiga sektor dominan di Jawa Barat, meliputi sektor industri pengolahan, PHR, dan pertanian, diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan IV-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Laju inflasi Jawa Barat pada triwulan III-2010

diperkirakan berada pada kisaran 4,3% s.d. 4,6%

Perkembangan inflasi selama tahun 2010 cenderung meningkat sehingga inflasi di Provinsi Jawa Barat diperkirakan akan mencapai 6,22% pada akhir tahun 2010. Masih tingginya perkiraan laju inflasi selama triwulan IV-2010 terutama bersumber dari kenaikan harga pada

4

Page 19: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan kelompok non makanan. Ditinjau dari faktor penyebabnya, faktor fundamental, sebagai dampak meningkatnya permintaan dan kenaikan ekspektasi inflasi masyarakat, serta adanya potensi shock, memberikan kontribusi terhadap terjadinya kenaikan inflasi selama triwulan IV-2010.

Page 20: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

7

,

BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Page 21: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

8

Page 22: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2010 masih mengalami pertumbuhan sebesar

4,0% (yoy), walaupun melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9%. Perlambatan pertumbuuhan pada triwulan III-2010

merupakan pola yang berbeda, dimana biasanya pertumbuhan pada triwulan III selalu lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan

karena melambatnya konsumsi rumah tangga, sebagai penyangga utama perekonomian Jawa Barat,

serta meningkatnya realisasi impor ke Jawa Barat. Namun demikian, perlambatan pertumbuhan lebih

lanjut dapat diredam dengan masih meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah, investasi,

maupun ekspor. Sementara itu, dari sisi penawaran, penurunan di sektor pertanian, akibat datangnya

anomali iklim yang mengakibatkan turunnya produksi tanaman bahan makanan khususnya padi di

Jawa Barat, serta melambatnya sektor PHR akibat lesunya konsumsi rumah tangga, menjadi faktor

utama yang mengakibatkan perlambatan perekonomian Jawa Barat selama triwulan III-2010. Di sisi

lain, sektor industri pengolahan masih tumbuh positif dan relatif stabil, yang terutama didorong oleh

meningkatnya permintaan ekspor terhadap produk industri pengolahan.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy)

7,1%

4,7%

6,4%

4,5% 4,4%

3,2%

4,0%

6,1%6,6%

6,9%

4,0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

1. SISI PERMINTAAN

Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan investasi, ekspor, serta konsumsi pemerintah

belum mampu mendorong peningkatan pertumbuhan pada triwulan III-2010, mengingat

lambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta meningkatnya impor. Perkembangan

berbagai komponen tersebut menjadikan perekonomian Jawa Barat secara keseluruhan mengalami

perlambatan pada triwulan III-2010, berbeda dengan pola musimannya, yang biasanya tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

9

Page 23: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

10

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Permintaan (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.IIIKonsumsi Rumah Tangga 8,0% 4,8% 7,8% 4,3% 7,1% 5,6% 8,0% 3,5% 2,5% 5,1% 3,8%Konsumsi Pemerintah ‐2,9% ‐14,5% 11,0% 5,0% 4,5% 7,0% 3,2% 1,1% ‐11,4% ‐2,0% 0,3%Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,4% 8,5% 14,0% 7,9% 12,7% 4,4% ‐9,0% 0,2% 5,4% 8,8% 9,5%Ekspor ‐14,2% ‐10,5% ‐20,8% ‐8,4% ‐13,7% ‐13,0% 9,5% 5,3% 4,8% 0,6% 18,4%Impor ‐5,5% ‐14,3% ‐19,8% ‐3,9% ‐8,8% ‐2,8% 5,8% ‐8,2% 2,6% 8,9% 25,5%

PDRB  7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 6,6% 6,9% 4,0%

Komponen Penggunaan2008 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga di Jawa Barat mengalami perlambatan bila dibandingkan triwulan

sebelumnya. Melambatnya konsumsi rumah tangga terutama disebabkan karena menurunnya

persepsi daya beli masyarakat, akibat kenaikan tren inflasi khususnya bahan makanan, serta naiknya

TDL pada periode laporan. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat melakukan penundaan dalam

pembelian konsumsi rumah tangga. Selain itu, turunnya produksi padi akibat anomali iklim, juga turut

mendorong perlambatan pada konsumsi masyarakat, khususnya para petani. Bahkan, perayaan

Lebaran yang jatuh pada periode laporan, diperkirakan tidak mampu untuk mendorong peningkatan

konsumsi masyarakat, seperti yang terjadi pada triwulan III-2009. Hal ini turut dikonfirmasi oleh

Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (APRINDO) Jawa Barat, yang menyatakan bahwa penjualan produk

ritel di pasar modern hanya meningkat tipis, yaitu sekitar 9%. Nilai tersebut jauh lebih rendah

dibandingkan pencapaian pada periode Lebaran di tahun-tahun sebelumnya, yang mampu meningkat

sekitar 18-20%.

Perlambatan konsumsi rumah tangga ini

didukung pula oleh hasil survei yang dilakukan

Bank Indonesia (BI) Bandung. Rata-rata Indeks

Keyakinan Konsumen1 berada pada level yang

semakin pesimis, dan mengalami penurunan,

yaitu dari sebesar 99,5 pada triwulan II-2010

menjadi 96,3 pada triwulan III-2010 (Grafik

1.2). Namun demikian, IKK tersebut masih

lebih tinggi dibandingkan kondisi pada

triwulan III-2010, yang mengindikasikan masih

relatif tingginya dan positifnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode laporan. Dilihat

dari komponennya, penurunan IKK terutama didorong oleh menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat

ini, terutama akibat persepsi menurunnya daya beli masyarakat, serta menurunnya Indeks Pembelian

Barang Tahan Lama (Durabel Goods).

1 Hasil Survei Konsumen KBI Bandung

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Page 24: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi

Ekonomi Saat ini

25

50

75

100

125

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Penghasilan saat ini Pembelian durable goods

Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung

Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Ekspektasi kondisi perekonomian Garis 100

Ekspektasi ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi penghasilan

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Melambatnya konsumsi rumah tangga juga tercermin dari perlambatan penyaluran kredit perbankan di

Jawa Barat untuk penggunaan konsumsi, selama triwulan III-2010. Pada Agustus 2010, kredit konsumsi

tumbuh 17,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang

mencapai 21,7%.

Grafik 1.5. Posisi Baku Debet Kredit Konsumsi

0

10

20

30

40

0

20

40

60

Tw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.III

2007 2008 2009 2010

%Rp Triliun

Posisi Baki Debet Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), BI Bandung

1.2. Investasi

Terus membaiknya perekonomian, baik domestik maupun global, serta positifnya prospek

perekonomian ke depan, mendorong maraknya investasi yang terealisasi pada triwulan III-

2010. Realisasi investasi masuk ke Jawa Barat, akibat meningkatnya optimisme pelaku usaha akan

kondisi usaha ke depan. Oleh karenanya, produsen merespons dengan meningkatkan kapasitas

produksi demi memenuhi naiknya perkiraan permintaan yang akan datang.

Peningkatan investasi tersebut diantaranya tercermin dari naiknya impor barang modal ke Jawa Barat,

yang mengalami lonjakan pertumbuhan yang sangat signifikan, yaitu tumbuh 184% (yoy). Pencapaian

tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2010 yang sebesar 58%. Dilihat

dari komoditasnya, peningkatan impor barang modal tersebut disebabkan oleh meningkatnya

peralatan transportasi untuk industri, seperti alat berat.

11

Page 25: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

12

Grafik 1.6. Impor Barang Modal

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

0

25

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Ribu Ton

Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Meningkatnya realisasi investasi juga diindikasikan oleh kenaikan tren investasi di Jawa Barat pada

triwulan III-2010, dengan realisasi investasi sebesar Rp1,9 triliun untuk Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN), dan USD0,7 miliar untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi tersebut

mengalami peningkatan pertumbuhan, apabila dibandingkan dengan realisasi pada triwulan

sebelumnya, yaitu dari tumbuh 9,2% (yoy) menjadi 10,5%. Adapun investasi tersebut berasal dari 41

proyek PMDN dan 180 proyek PMA. Dengan demikian, investasi sudah terealisasi sekitar 67,5% dari

target investasi Jawa Barat untuk keseluruhan tahun 2010. Dengan pencapaian tersebut, Provinsi Jawa

Barat menduduki posisi ketiga dalam hal

realisasi investasi terbesar di Indonesia.

Sementara itu, dilihat dari sisi sektoral, serapan

investasi di Jabar hingga triwulan III-2010

didominasi oleh sektor industri pengolahan,

yang mencapai 43% dari keseluruhan realisasi

investasi, seperti komponen otomotif,

permesinan, karet olahan, furnitur, tesktil, dll.

Berdasarkan lokasi, realisasi investasi terbesar

berada di Jabar Bagian Utara, seperti Bekasi,

Karawang, dan Purwakarta.

Selain itu, indikasi lain dari meningkatnya investasi pada triwulan III-2010 adalah peningkatan jumlah

perizinan baru yang diproses oleh BPPT Kota Bandung hingga akhir semester I-2010. Usaha yang

sudah memperoleh izin tersebut tentunya akan segera diikuti dengan realisasi investasi pada triwulan

III-2010.

Salah satu wujud investasi yang dilakukan pada periode laporan adalah pembangunan pabrik baru PT

Astra Honda Motor di Cikarang, dengan perkiraan investasi senilai Rp760 miliar, yang diperkirakan

rampung pada pertengahan tahun 2011. Demikian juga dengan investasi yang dilakukan oleh PT

Indocement dalam wujud pembangunan pabrik baru, untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

Setelah menginvestasikan dana senilai USD18,75 juta untuk peningkatan kapasitas produksi pabrik

serta pembangunan pabrik semen baru di Cirebon pada semester I-2010 lalu, pada semester II-2010,

Grafik 1.7. Realisasi Investasi Jawa Barat

-100

0

100

200

300

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010

%Rp Miliar

Realisasi Investasi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Jawa Barat

Page 26: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

PT Indocement segera merealisasikan investasi senilai USD56,25 juta untuk kembali membangun

pabrik baru di Citeureup (dengan investasi total senilai USD300-450 juta). Disamping itu, perusahaan

juga berencana membangun PLTU 2x50 MW di lokasi yang sama, dengan perkiraan investasi senilai

USD100-150 juta. Investasi pada produk alas kaki juga tampak pada upaya sebelas produsen sepatu,

baik lokal maupun asing, yang melakukan pembangunan pabrik baru di Jawa Barat, seperti di

Karawang, untuk menangkap peluang pasar sepatu baik global maupun domestik yang menunjukkan

tren pemulihan dari guncangan krisis keuangan global.

1.3. Ekspor Impor

Meningkatnya kinerja ekspor menjadi salah satu faktor utama penggerak perekonomian

Jawa Barat pada triwulan III-2010. Hal ini didukung oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi di

negara-negara mitra dagang utama Jawa Barat, khususnya di Asia. Pergerakan impor juga mengalami

keadaan serupa dengan ekspor, yaitu mengalami peningkatan. Hal ini terjadi sejalan dengan

meningkatnya kebutuhan bahan baku produksi di Jawa Barat, dengan kandungan bahan baku impor

yang cukup tinggi.

Naiknya kinerja ekspor Jawa Barat terindikasikan dari meningkatnya realisasi volume ekspor Jawa Barat

selama Juli-Agustus 2010, yang tumbuh rata-rata sebesar 11,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 2,1%. Apabila dilihat dari sisi nilainya, maka

terjadi perlambatan pertumbuhan, dari 24,1% menjadi19,2%. Namun demikian, perlambatan ini

disebabkan karena penguatan nilai rupiah yang terjadi selama periode laporan, yang mengakibatkan

harga produk ekspor lebih murah.

Grafik 1.8. Nilai Ekspor Jawa Barat

-20%

0%

20%

40%

1.000

1.250

1.500

1.750

2.000

2.250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.9. Volume Ekspor Jawa Barat

-50%

-25%

0%

25%

50%

300

600

900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia

Dilihat dari komoditasnya, peningkatan ekspor terjadi untuk komoditas dominan ekspor Jawa Barat,

khususnya Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Baik secara nilai maupun secara volume, ekspor TPT selama

periode Juli-Agustus 2010 tumbuh rata-rata 25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada

periode sebelumnya. Demikian juga dengan perkembangan ekspor produk alas kaki, yang mengalami

13

Page 27: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

lonjakan permintaan ekspor yang signifikan, yaitu mampu tumbuh rata-rata sebesar 41%, jauh lebih

tinggi dibandingkan triwulan II-2010 yang tumbuh 14%.

Grafik 1.10. Nilai Ekspor TPT

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

200

400

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

(yoy)USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.11. Volume Ekspor TPT

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

25

50

75

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

(yoy)Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.12. Nilai Ekspor Alas Kaki

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

10

20

30

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

(yoy)USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.13. Volume Ekspor Alas Kaki

-40%

0%

40%

80%

120%

0

2

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

(yoy)Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Namun demikian, beberapa komoditas dominan ekspor lainnya mengalami penurunan ekspor, yaitu

alat telekomunikasi, mesin elektrik, yang mengalami pertumbuhan negatif selama Juli-Agustus 2010.

Sementara itu, penjualan ekspor kendaraan bermotor mengalami perlambatan pertumbuhan, namun

masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, yaitu 59% (yoy) dari sisi volumenya, dan 65% dari sisi

nilai ekspornya.

Grafik 1.14. Nilai Ekspor Alat Telekomunikasi

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

100

200

300

400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009 2010

yoyUSD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.15. Volume Ekspor Alat

Telekomunikasi

-30%

0%

30%

60%

90%

120%

150%

180%

0

5

10

15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009 2010

yoyRibu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

14

Page 28: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

15

Grafik 1.16. Nilai Ekspor Mesin Elektrik

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

0

50

100

150

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009 2010

yoyUSD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.17. Volume Ekspor Mesin Elektrik

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

0

10

20

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009 2010

yoyRibu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Dilihat dari negara pembeli, ekspor terbesar (secara volume) masih ditujukan untuk negara Singapura,

yang kemungkinan diekspor kembali ke negara-negara lain di Asia, Amerika, dan Eropa. Adapun

pertumbuhan volume ekspor Jawa Barat ke 4 negara tujuan ekspor utama Jawa Barat terus

mengalami peningkatan pada triwulan III-2010, yaitu Singapura, Jepang, Malaysia, dan Amerika

Serikat. Hal ini juga tampak pada perkembangan volume ekspor Jawa Barat ke seluruh benua yang

mengalami peningkatan pertumbuhan selama triwulan III-2010 ini, dengan peningkatan tertinggi

terjadi ke benua Afrika.

Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat

Berdasarkan Benua Pembeli

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Ribu Ton

Asia

Amerika

EropaAustraliaAfrika

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 1.2. Pertumbuhan Volume Ekspor

Berdasarkan Benua Asal Pembeli

No WilayahPertumbuhan

Tw.II-2010 (yoy)

Pertumbuhan Tw.III-2010*)

(yoy)

1 Afrika -8,9% 37,9%

2 Amerika -33,8% -28,0%

3 Asia 22,7% 28,1%

4 Australia 20,4% 12,5%

5 Eropa -4,6% 3,3%

Sumber: Bank Indonesia *) Meliputi realisasi ekspor selama bulan Juli-Agustus 2010

Sementara itu, impor juga bergerak searah dengan ekspor, yang mengalami peningkatan selama

triwulan III-2010. Hal ini terjadi, selain akibat meningkatnya investasi di Jawa Barat, juga sebagai

dampak persiapan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka peringatan hari raya Idul Fitri yang

jatuh pada triwulan III-2010. Dilihat dari jenisnya, peningkatan terutama terjadi untuk impor barang

modal serta barang konsumsi.

Page 29: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 1.19. Nilai Impor Jawa Barat

-80%

-40%

0%

40%

80%

120%

160%

0

250

500

750

1.000

1.250

1.500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

USD Juta

Nilai Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.20. Volume Impor Jawa Barat

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

100

200

300

400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Ribu Ton

Volume Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

2. SISI PENAWARAN

Perlambatan ekonomi yang terjadi di Jawa Barat pada triwulan III-2010 disebabkan oleh

turunnya kinerja sektor pertanian akibat turunnya produksi padi, serta melambatnya sektor

PHR. Di sisi lain, sektor industri pengolahan, sebagai sektor yang paling dominan, masih tumbuh

relatif stabil. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Kondisi Dunia Usaha (SKDU) di Jawa Barat, yang

menunjukkan adanya perlambatan pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat

Dari Sisi Penawaran (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.IIIPertanian 34,8% ‐2,0% ‐3,5% ‐11,2% 2,7% 9,7% 3,3% 16,9% ‐3,0% 2,2% ‐2,8%Pertambangan dan Penggalian ‐15,3% ‐15,9% ‐8,8% 2,4% 1,0% 4,6% 10,9% 16,1% 7,1% 5,7% ‐0,7%Industri Pengolahan 5,5% 9,5% 10,5% 10,8% 4,3% ‐1,6% ‐1,2% ‐1,8% 3,2% 2,4% 2,0%Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,7% 5,4% 3,7% 3,3% 4,5% 11,0% 22,6% 27,9% 17,2% 11,8% 3,0%Bangunan/Konstruksi 2,1% 1,2% 13,4% 19,2% 3,9% 8,5% 2,4% 8,7% 17,0% 16,6% 11,2%Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,6% 2,8% 6,1% ‐0,8% 6,5% 6,8% 12,4% 14,4% 17,9% 15,1% 6,1%Pengangkutan dan Komunikasi 0,5% 7,0% 3,5% 0,7% 7,7% 11,1% 10,5% 11,2% 13,7% 18,0% 21,7%Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusaha ‐1,8% 3,5% 8,6% 9,9% 2,5% 4,3% 5,0% 11,8% 14,5% 10,0% 7,0%Jasa‐jasa 1,1% ‐0,1% 2,4% 3,8% 2,7% 4,0% 3,4% 2,8% 3,2% 6,9% 8,8%

PDRB  7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 6,6% 6,9% 4,0%

2009 2010Lapangan Usaha

2008

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

2.1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian mengalami kontraksi pada triwulan III-2010, seiring terjadinya

anomali iklim, khususnya pada semester II-2010. Fenomena La Nina, yang mengakibatkan lebih

panjangnya musim hujan, menjadikan musim kemarau di Indonesia menjadi basah (kemarau basah),

dan diperkirakan akan terjadi hingga Maret 2011. Khusus untuk Agustus-September 2010, La Nina

diperkirakan memiliki intensitas moderat, dan akan meningkat menjadi kuat hingga Januari 2011.

Pada dasarnya, kondisi ini seharusnya menguntungkan bagi petani, khususnya petani padi tadah hujan

di sentra-sentra produksi padi, karena meningkatkan ketersediaan air. Kondisi ini pula lah yang

16

Page 30: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

menjadikan produksi padi Jawa Barat pada tahun 2009 lalu meningkat dan melampaui target. Namun

demikian, khusus untuk tahun 2010 ini, fenomena La Lina juga mendatangkan kegagalan panen yang

cukup besar, akibat semakin masifnya serangan Organisme Pengganggu Tanaman, khususnya hama

Wereng Batang Cokelat (WBC). Serangan pada tahun 2010 ini (data hingga 15 September 2010)

mendatangkan kegagalan panen seluas 871 hektar di Jawa Barat, jauh lebih luas dibandingkan

dampak hama pada tahun 2009 silam. Selain itu, penurunan produksi akibat merebaknya serangan

hama WBC juga terindikasikan dari turunnya produktivitas rata-rata di sentra produksi di Karawang,

dari sebelumnya 7,32 juta ton GKP/ha pada musim lalu, menjadi 6,76 juta ton GKP/ha.

Menurunnya sektor pertanian diindikasikan oleh melambatnya pertumbuhan produksi padi di Jawa

Barat. Walaupun luas panen mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu dari tumbuh 4,6% (yoy)

pada triwulan II-2010 menjadi 12,1% pada triwulan III-2010, namun produksi padi melambat akibat

turunnya produktivitas padi. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat,

produksi padi di Jawa Barat selama triwulan III-2010 tumbuh melambat, yaitu dari sebesar 6,8% (yoy)

menjadi 5,7%. Adapun perlambatan tersebut terutama terjadi karena turunnya produksi pada bulan

Juli 2010. Selanjutnya, hingga akhir triwulan III-2010, produksi padi terus mengalami tren kenaikan

pertumbuhan.

Grafik 1.21. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat

-50%

0%

50%

100%

150%

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

%Ton

Produksi Padi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat

Grafik 1.22. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat

-50%

0%

50%

100%

150%

-

200.000

400.000

600.000

800.000

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

%Ha

Luas Panen Padi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat

Perlambatan kinerja sektor pertanian juga diindikasikan oleh melambatnya luas panen padi di Jawa

Barat selama triwulan III-2010 (Juli s.d. Agustus 2010), yang hanya tumbuh 4% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan rata-rata selama triwulan II-2010 yang sebesar 11%. Perlambatan juga

terindikasikan oleh turunnya luas panen padi di subround II-2010 (Mei s.d. Agustus 2010), pada

Angka Ramalan III-2010 BPS Jawa Barat. Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di Jawa Barat ke

sektor pertanian juga menunjukkan laju penurunan yang semakin dalam pada triwulan III-2010.

17

Page 31: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 1.23. Luas Panen Padi Jawa Barat

1,83

0,42

0,76

0,64

1,80

0,32

0,64

0,84

1,95

0,35

0,74

0,86

2,01

0,45

0,72

0,84

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

Jan-Des

IIISep-Des

IIMei-Ags

IJan-Apr

Juta Ha

Subround

2010 (Angka Ramalan III)

2009 (Angka Tetap)

2008 (Angka Tetap)

2007

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 1.24. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat ke Sektor Pertanian

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IVTw.I Tw.II Tw.IIITw.IVTw.I Tw.II Tw.IIITw.IVTw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

%Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), BI Bandung.

Untuk mengantisipasi meluasnya serangan hama WBC tersebut, Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Jawa Barat telah melakukan pola pembasmian serempak dengan musuh alami dan pestisida. Selain

itu, petani juga diberikan pelatihan penyemprotan hama dengan teknik yang tepat. Untuk memutus

siklus WBC, petani diimbau untuk menanam komoditas palawija pada musim sela dari masa tanam

musim hujan ke masa tanam musim kemarau dan mengupayakan pola penanaman padi yang

serempak, penggunaan padi yang direkomendasikan oleh pemerintah yang lebih rentan terhadap

serangan hama tersebut, serta melakukan penyemprotan insektisida secara massal dan kontinu agar

penyebaran WBC dapat dikendalikan.

Dalam rangka pengendalian hama WBC, khususnya di Jawa Barat, pada tahun 2010 ini Kementerian

Pertanian mencoba suatu terobosan dengan memutus siklus tanaman melalui pola tanam. Dengan

pola ini, tanaman padi terutama di Jalur Pantai Utara (Pantura) sebagian akan diganti dengan tanaman

jagung dan kedelai. Program ini akan mulai dilaksanakan pada musim tanam Oktober-Maret, di

sebagian areal tanaman padi di jalur Pantura seperti Bekasi, Indramayu, Purwakata, Subang hingga

Karawang. Petani yang terkena program ini akan diberikan bantuan bibit jagung atau kedelai, pupuk

dan obat-obatan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas program ini, keterlibatan semua unsur,

terutama petani dan pihak pemerintah daerah dalam melakukan monitoring dan koordinasi, mutlak

diperlukan. Selain itu, penyuluh pertanian, sebagai ujung tombak terdepan, diharapkan dapat lebih

aktif turun ke lapangan/petani.

Sementara itu, produksi untuk tanaman palawija di Jawa Barat mengalami perbaikan selama triwulan

III-2010, walaupun masih mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun 2009.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, produksi tanaman palawija (meliputi

komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) selama triwulan III-

2010 tumbuh -1,8% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang

mengalami penurunan sebesar 8,2%. Kondisi ini terjadi seiring dengan perkembangan luas panen

palawija, yang tumbuh membaik dari -11,9% (yoy) pada triwulan II-2010 menjadi -1,6% selama

triwulan III-2010.

18

Page 32: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 1.25. Produksi Tanaman Pangan Non

Padi di Jawa Barat

-25%

0%

25%

50%

75%

-

500.000

1.000.000

1.500.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010

%Ton

Produksi Tanaman Pangan Non Padi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat

Grafik 1.26. Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat

-25%

0%

25%

50%

-

50.000

100.000

150.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010

%Ton

Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat

Di sisi lain, terdapat perkembangan yang cukup menggembirakan pada komoditas beras organik.

Setelah sukses melakukan ekspor ke Amerika Serikat, Singapura, dan Belanda, Gapoktan Simpatik di

Kabupaten Tasikmalaya kini menerima pesanan dari Malaysia untuk mengirim beras organik sebanyak

250 ton, yang dikirim secara rutin sebanyak 18-30 ton per bulan. Permintaan ini datang karena minat

masyarakat Malaysia yang tinggi terhadap beras organik asal Jabar ini. Selain itu, hasil perkebunan

Jabar juga semakin diminati masyarakat internasional, seperti melonjaknya permintaan dari Eropa

terhadap produk teh, kopi, dan Kakao. Khusus untuk teh, peranan Jabar dalam produksi teh nasional

sangat signifikan, karena 70% produksi teh berasal dari Jabar.

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh relatif stabil selama triwulan III-2010, didukung oleh

pertumbuhan subsektor-subsektor unggulan Jawa Barat, seperti TPT, alas kaki, serta

kendaraan bermotor. Meningkatnya kinerja sektor industri terjadi karena permintaan masyarakat,

terutama dari luar negeri, terhadap produk industri pengolahan semakin menunjukkan peningkatan.

Peningkatan yang terjadi pada sektor industri pengolahan tercermin dari naiknya nilai SBT dari hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha Jawa Barat, dari -3,3 pada triwulan II-2010, naik menjadi 0,6 pada

triwulan III-2010. Apabila dilihat dari subsektornya, kedua subsektor dominan di Jawa Barat

mengalami kenaikan nilai SBT, yang menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan, yaitu subsektor

tekstil, barang kulit, dan alas kaki, serta subsektor mesin, alat angkutan, dan alas kaki. Selain itu,

indikasi lainnya adalah peningkatan kapasitas produksi terpakai pada sektor industri pengolahan, yaitu

dari 67,3% pada triwulan II-2010 menjadi 69,1% pada triwulan III-2010.

19

Page 33: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 1.27. Realisasi Kegiatan Industri Pengolahan

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

SBT

Industri Pengolahan

Tekstil, barang kulit, dan alas kaki

Alat angkutan, mesin, dan peralatannya Sumber: Bank Indonesia

Subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya mengalami peningkatan, didorong oleh

terus meningkatnya permintaan masyarakat, baik dari pasar domestik maupun ekspor, terhadap

kendaraan bermotor. Hal ini mendorong industri otomotif untuk menaikkan kapasitas produksi

mereka hingga mencapai titik maksimum.

Bahkan, inden mobil terus mengalami

kenaikan, akibat ketidakmampuan beberapa

merk memenuhi permintaan yang datang.

Salah satu contohnya adalah permintaan

produk Honda, yang diproduksi di Karawang,

dengan permintaan sebesar dua kali lipat dari

kemampuan produksinya. Kondisi ini akan

mendorong produsen untuk mengejar sisa

pesanan selama triwulan III-2010. Adapun

penjualan mobil dan motor secara nasional

mencatatkan rekor di sepanjang waktu,

masing-masing pada bulan Juli dan Agustus

2010.

20.000

40.000

60.000

80.000

200.000

400.000

600.000

800.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Penjualan Motor (LHS) Penjualan Mobil (RHS)

Sumber: Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI)

Gambar 1.28. Penjualan Mobil dan Motor Nasional

Selain faktor pembiayaan yang semakin mudah dalam kredit kepemilikan kendaraan bermotor,

naiknya penjualan kendaraan bermotor juga dipicu oleh diselenggarakannya The 18th Indonesia

International Motor Show (IIMS) pada tanggal 23 Juli-1 Agustus 2010. Untuk mempertahankan

tingginya permintaan, kalangan ATPM juga terus berupaya untuk mempertahankan harga jual,

walaupun diperkirakan akan terjadi pembengkakan biaya produksi, didorong oleh naiknya TDL serta

harga bahan baku, seperti baja.

Meningkatnya kinerja subsektor industri mesin dan alat angkutan juga tercermin salah satunya dari

hasil liaison terhadap perusahaan spare part kendaraan bermotor, dengan pencapaian penjualan di

tahun 2010 meningkat sekitar 20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kondisi normalnya, yang tumbuh

rata-rata sekitar 7-10%. Penjualan dalam waktu 1 tahun ke depan juga diperkirakan terus meningkat,

seiring semakin membaiknya perekonomian domestik serta permintaan konsumen terhadap

20

Page 34: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

21

kendaraan bermotor yang juga diperkirakan

terus mengalami peningkatan. Selain itu,

perusahaan juga terus menjalankan strategi

baru untuk mengembangkan pasar, yaitu

dengan mencari target konsumen baru, dari

sebelumnya adalah Honda, Daihatsu, Yamaha,

dan Toyota, bertambah menjadi Kawasaki,

Nissan, dan Mitsubishi. Selanjutnya, untuk

mengantisipasi naiknya permintaan di depan,

perusahaan sudah merencanakan investasi,

dengan menambah 1 line mesin baru di tahun

2011, serta menambah jumlah tenaga kerja.

Selain dipicu oleh peningkatan penjualan di pasar domestik, permintaan di pasar internasional juga

menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari naiknya realisasi ekspor, baik dari sisi nilai maupun

volume, dari penjualan kendaraan Jawa Barat.

Positifnya kinerja industri kendaraan bermotor tersebut mendorong pelaku industri kendaraan

bermotor untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen mobil dan motor pada tahun 2011/2012,

serta sebagai basis produksi otomotif pada tahun 2025 mendatang.

Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan juga terjadi pada industri elektronik. Walaupun

menghadapi serbuan produk elektronik China di pasar domestik, namun ACFTA diperkirakan tidak

berpengaruh signifikan terhadap industri lokal. Bahkan, kinerja industri elektronik di Jawa Barat

diperkirakan juga terus mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan kualitas produk lokal yang berada

jauh di atas produk China dengan harga yang tidak jauh berbeda. Salah satu indikasinya adalah hasil

liaison terhadap perusahaan produsen karton, sebagai pemasok perusahaan produsen elektronik di

Jawa Barat, yang mengalami kenaikan permintaan sekitar 20-25% (yoy), akibat kinerja perusahaan

yang sedang menuju pemulihan akibat krisis perekonomian global di tahun 2009 silam.

Penjualan alat-alat elektrik juga diperkirakan meningkat, seperti dikonfirmasi oleh hasil liaison

terhadap produsen alat listrik di Jawa Barat. Penjualan pada triwulan III-2010 diperkirakan semakin

meningkat, akibat permintaan ekspor yang sudah pulih, serta meningkatnya permintaan domestik

menjelang Lebaran. Untuk memenuhi kenaikan permintaan tersebut, kapasitas utilisasi sudah

ditingkatkan ke level maksimum (100%).

Industri TPT dan alas kaki Jawa Barat juga terus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi

global, perluasan ekspor akibat ACFTA, serta masuknya Lebaran, sebagai faktor-faktor yang

mendorong kinerja industri TPT dan alas kaki tumbuh lebih tinggi pada triwulan III-2010. Walaupun

mendapatkan tantangan dengan semakin maraknya perdagangan produk TPT impor, khususnya dari

Cina, kinerja industri TPT diperkirakan masih bergerak dalam arah yang positif. Tingginya permintaan

dalam negeri selama periode laporan membuat produsen tekstil dan kerajinan sandal mengalihkan

fokus pemasaran ke dalam negeri. Sementara itu, ekspor produk TPT mencapai puncaknya selama Juli-

Agustus 2010, dengan realisasi nilai ekspor sebesar USD1.099 juta dan volume sebesar 209 ribu ton.

Gambar 1.29. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan

0

3

6

9

12

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Ribu TonUSD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor

Sumber: Bank Indonesia

Page 35: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

22

Dengan pencapaian tersebut, nilai maupun

volume ekspor tumbuh masing-masing sekitar

25% (yoy). Dari sisi perdagangan domestik,

relatif tingginya permintaan salah satunya

terlihat dari meningkatnya permintaan pasar

terhadap produk sarung buatan Majalaya pada

bulan Ramadhan, terutama dari Malaysia.

Bahkan, stok yang dimiliki perusahaan pun

sudah habis. Salah satu cerminan membaiknya

industri TPT Jawa Barat adalah perkembangan

salah satu perusahaan TPT besar di Jawa Barat

(PT Panafil), yang kini mulai bangkit setelah sempat melakukan PHK terhadap karyawannya.

Perusahaan tersebut kini mulai memanggil kembali karyawannya agar tetap dapat bekerja seperti

biasa. Optimisme pelaku industri TPT juga terlihat dari melonjaknya minat perusahaan yang mendaftar

untuk mengikuti program restrukturisasi mesin TPT (dikeluarkan oleh Kementrian Perindustrian), yang

telah ditutup pada 30 Juni 2010 lalu. Bahkan, potensi penyerapan dana restrukturisasi tersebut

(Rp179,5 miliar) telah melebih alokasinya (Rp144 miliar). Mulai kondusifnya iklim di industri TPT

diyakini merupakan salah satu faktor yang mendorong perusahaan untuk beradu cepat dalam

mengakses bantuan yang diberikan pemerintah tersebut. Dari 153 perusahaan yang mengajukan

bantuan di tahun 2010 ini, potensi investasi baru yang dihasilkan diperkirakan mencapai Rp1,99

triliun. Adapun peminat terbesar program ini masih didominasi perusahaan TPT dari Jawa Barat (54%).

Sementara itu, produk pakaian Jawa Barat dengan merk lokal juga semakin diminati sejumlah negara

tetangga, seperti Singapura. Beberapa perjanjian resmi telah diwujudkan antara industri TPT Jawa

Barat dengan pembeli di Singapura, terutama setelah penyelenggaran eksibisi pada bulan Juni 2010.

Adapun keunggulan produk lokal tersebut adalah dimasukkannya unsur kreativitas yang

diimplementasikan pada desain kaus, kemasan, hingga label. Untuk turut mendukung kinerja industri

TPT domestik, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) akan menggelontorkan dana senilai

USD350 juta untuk industri TPT pada tahun 2010. Dana tersebut akan digunakan untuk pembiayaan

ekspor dan investasi di sektor TPT. Dengan adanya dukungan tersebut, ekspor produk TPT

diperkirakan akan terus mengalami peningkatan.

Namun demikian, sebagai langkah Early Warning System, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) telah

mengajukan tindakan safeguard untuk beberapa produk TPT, meliputi benang kapas selain benang

jahit, dan kain tenunan dari kapas, pada akhir Juni 2010. Tindakan ini dilakukan setelah melakukan

pemantauan terhadap impor kedua produk tersebut yang sudah relatif tinggi.

Dari sisi pembiayaan, kenaikan kinerja sektor industri pengolahan juga tampak dari terus

meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Barat yang disalurkan kepada sektor industri

pengolahan. Setelah tumbuh 6,4% (yoy) pada triwulan II-2010, posisi kredit yang disalurkan ke sektor

tersebut melonjak, hingga tumbuh mencapai 12,5% pada triwulan III-2010. Hal ini menunjukkan

Gambar 1.30. Nilai dan Volume EksporTekstil dan Produk Tekstil

50

60

70

80

90

100

110

0

200

400

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Ribu TonUSD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor

Sumber: Bank Indonesia

Page 36: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

23

bahwa semakin tingginya dana yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor industri,

sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam melakukan aktivitas produksi dan investasi.

Gambar 1.31. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat

ke Sektor Industri Pengolahan

-10

0

10

20

30

0

5

10

15

20

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.IITw.III

2007 2008 2009 2010

%Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih mampu tumbuh relatif tinggi pada

triwulan III-2010, walaupun melambat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perlambatan ini terjadi seiring akibat

melambatnya konsumsi rumah tangga, yang

mempengaruhi volume perdagangan eceran

di Jawa Barat selama triwulan III-2010.

Kondisi ini tercermin dari menurunnya rata-

rata Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini,

terutama Indeks Penghasilan Saat Ini dan

Indeks Pembelian Durable Goods. Penurunan

ini diperkirakan terjadi, karena persepsi

melemahnya daya beli masyarakat, akibat

relatif tingginya angka inflasi pada periode

tersebut.

Sementara itu, subsektor hotel diperkirakan juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yang

diperkirakan disebabkan oleh menurunnya wisatawan domestik ke Jawa Barat, sementara wisatawan

mancanegara masih terus mengalami peningkatan pertumbuhan. Beberapa indikator melambatnya

subsektor hotel tersebut antara lain melambatnya Tingkat Hunian Kamar (THK) Hotel di Jawa Barat

selama triwulan III-2010, bahkan lebih rendah dibandingkan THK pada triwulan II-2010. Hal ini

berbeda dibandingkan kondisi pada triwulan III di tahun-tahun sebelumnya, dimana terjadi

peningkatan pada THK di triwulan III. Perlambatan ini diperkirakan lebih disebabkan karena

melambatnya jumlah wisatawan asal domestik yang menginap, karena wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Jawa Barat masih tumbuh meningkat. Kondisi ini terindikasikan dari meningkatnya

pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara ke Jawa Barat melalui bandara Hussein Sastranegara

Gambar 1.32. Indeks Kondisi Ekonomi

25

50

75

100

125

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Penghasilan saat ini Pembelian durable goods

Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Page 37: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

ataupun Pelabuhan Muarajati, yang tumbuh sebesar 14% (yoy), meningkat dari periode sebelumnya

yang turun 8%.

Tabel 1.4. Indikator Perhotelan di Jawa Barat

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIHotel Bintang 42,31 41,40 40,03 40,45 43,65 43,10 46,93 49,67 48,16 49,95 47,89 15,9% 2,0%Hotel Non Bintang 24,54 25,24 25,18 27,13 24,96 28,08 27,40 32,35 31,65 35,46 36,64 26,3% 33,7%Hotel Bintang &

Non Bintang36,01 31,22 32,84 33,87 35,23 36,75 37,33 42,75 42,85 46,89 44,62 27,6% 19,5%

2008 Pertumbuhan Tw.III-10 (yoy)

2010 Pertumbuhan Tw.II-10 (yoy)

2009Tingkat Hunian Kamar

Sumber: BPS Provinsi Jabar Keterangan: data merupakan rata-rata dari data TPK bulanan

Grafik 1.33. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat

0

200

400

600

800

1000

1200

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

orangorang

Husein Sastranegara (LHS) Total Muarajati (RHS)

Sumber: BPS Provinsi Jabar

Grafik 1.34. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat

Malaysia87%

Singapura4%

Lainnya6%

Eropa1%

Amerika1%

Australia1%

Sumber: BPS Provinsi Jabar

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan pertumbuhan selama

triwulan III-2010. Hal ini diperkirakan terjadi akibat meningkatnya penggunaan jasa transportasi dan

komunikasi selama hari raya Lebaran, sehingga meningkatkan kinerja sektor tersebut pada triwulan III-

2010. Kondisi ini didukung oleh informasi pada subsektor transportasi, meliputi pertumbuhan jumlah

penumpang di Bandara Husein Sastranegara, jumlah penumpang kereta api di daerah operasi

Bandung dan Cirebon, serta jumlah kendaraan yang melintasi 12 gerbang tol di Jawa Barat.

Jumlah penumpang yang menggunakan jasa kereta api di Daerah Operasi Bandung dan Cirebon,

mengalami pertumbuhan sebesar 2,6%. Apabila dilihat berdasarkan kelasnya, peningkatan terjadi

untuk penumpang kereta api di kelas ekonomi, yang meningkat hingga 21,51% (yoy). Demikian juga

halnya dengan penumpang di kelas lokal bisnis, yang mengalami peningkatan pertumbuhan.

24

Page 38: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

25

Tabel 1.5. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat

Pertumbuhan Pertumbuhan

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.II-10 (yoy) Tw.III-10 (yoy)Eksekutif 0,28 0,32 0,34 0,34 0,28 0,30 0,30 -8,71% -10,22%Bisnis 0,27 0,29 0,35 0,31 0,28 0,29 0,30 -0,93% -13,86%Ekonomi 0,41 0,48 0,53 0,49 0,47 0,54 0,64 11,28% 21,51%Lokal Bisnis 0,36 0,40 0,47 0,42 0,41 0,43 0,51 7,80% 10,14%Lokal Ekonomi 1,94 2,23 2,45 2,25 2,29 2,31 2,48 3,57% 1,16%

Total 3,25 3,72 4,13 3,81 3,73 3,86 4,24 3,60% 2,55%

Kelas2009 2010

Sumber: PT Kereta Api DAOP Jawa Barat Catatan: terdiri dari DAOP Bandung dan Cirebon

Jumlah kendaraan yang melalui 12 gerbang tol di Jawa Barat juga menunjukkan perkembangan yang

serupa, yaitu mengalami peningkatan, dengan masih tumbuh positif pada triwulan III-2010. Adapun

peningkatan tersebut terutama terjadi karena naiknya jumlah kendaraan yang keluar dari 12 gerbang

tol di Jawa Barat, sementara di sisi lain, jumlah kendaraan yang masuk mengalami perlambatan

pertumbuhan, walaupun masih tumbuh positif.

Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat

Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar

Sadang 472.485 448.111 506.118 482.366 7,1% 7,6%

Jatiluhur 334.472 354.383 368.956 375.503 10,3% 6,0%

Padalarang Barat 2.011.706 1.932.843 2.149.147 2.392.565 6,8% 23,8%

Padalarang 1.611.383 1.467.057 1.647.609 1.535.187 2,2% 4,6%

Baros 1 481.356 765.672 509.720 826.921 5,9% 8,0%

Baros 2 759.052 515.529 821.730 533.488 8,3% 3,5%

Pasteur 2.543.871 2.485.574 2.643.528 2.598.995 3,9% 4,6%

Pasir Koja 1.421.771 1.179.946 1.391.753 1.161.529 -2,1% -1,6%

Kopo 1.022.053 1.096.667 1.030.658 1.105.983 0,8% 0,8%

M Toha 853.251 931.664 790.925 961.491 -7,3% 3,2%

Buah Batu 1.184.199 1.267.619 1.337.951 1.424.506 13,0% 12,4%

Cileunyi 1.963.071 1.987.383 2.117.385 2.132.032 7,9% 7,3%

TOTAL 14.658.670 14.432.448 15.315.480 15.530.566 4,5% 7,6%

Gerbang TolTw.III-09 Tw.III-10 Pertumbuhan (yoy)

Sumber: PT Jasa Marga Kantor Cabang Purbaleunyi

Jumlah penumpang yang melalui Bandara Husein

Sastranegara, Bandung, masih mengalami

pertumbuhan yang relatif tinggi selama triwulan

III-2010, yaitu sebesar 37%. Peningkatan ini

terjadi, karena masih tumbuh positifnya aktivitas

penerbangan, baik di penerbangan domestik

maupun internasional.

Grafik 1.35. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein

Sastranegara

-25%

0%

25%

50%

75%

100%

125%

0

70.000

140.000

210.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010

orang

Jumlah Penumpang Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: PT Persero Angkasa Pura II

Page 39: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi

Sektor bangunan/konstruksi di Jawa Barat mengalami pertumbuhan yang sedikit melambat,

namun masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, yaitu 11,2% (yoy). Salah satu indikasi

perlambatan di sektor bangunan/konstruksi ini adalah turunnya pertumbuhan penjualan semen di

Jawa Barat, yang menunjukkan melambatnya proyek bangunan selama triwulan III-2010. Selain itu,

perlambatan juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit perbankan Jawa Barat yang

tersalurkan untuk penggunaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA)

selama triwulan III-2010.

Grafik 1.36. Penjualan Semen di Jawa Barat

-20

-10

0

10

20

30

40

0

400

800

1.200

1.600

2.000

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

%Ribu Ton

Penjualan Semen Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.37. Posisi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)

0

20

40

0

10.000.000

20.000.000

Tw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.III

2007 2008 2009 2010

%Rp Juta

Posisi Kredit KPR & KPA Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

2.6. Sektor Lainnya

Sektor listrik, gas, dan air bersih menunjukkan kinerja yang melambat pada triwulan III-2010,

sebagaimana diindikasikan oleh terus turunnya penyaluran kredit perbankan Jawa Barat ke sektor

tersebut selama triwulan III-2010. Sementara itu, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan III-2010. Kondisi tersebut diindikasikan oleh

turunnya nilai Saldo Bersih Tertimbang dari realisasi sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

pada triwulan III-2010, yaitu dari 2,5 pada triwulan IV-2009 menjadi -1,2 (hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha).

Grafik 1.38. Penyaluran Kredit oleh Bank

Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

-100

0

100

200

300

400

500

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IVTw.I Tw.II Tw.IIITw.IVTw.I Tw.II Tw.IIITw.IVTw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

%Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

Grafik 1.39. Saldo Bersih Tertimbang Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa

Perusahaan

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008 2009 2010

SBT

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

26

Page 40: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

27

BOKS 1

ANALISIS SIKLUS BISNIS SEKTORAL DI JAWA BARAT

Pendahuluan

Untuk melihat pergerakan perubahan output perekonomian, siklus bisnis perekonomian daerah perlu dipetakan,

khususnya untuk masing-masing sektor unggulan/dominan di daerah. Dari siklus tersebut, dapat diketahui sektor

mana yang dapat secara efisien mendorong siklus ekonomi yang lebih baik. Hal ini tercermin dari pergerakan

kenaikan output yang berlangsung lama, dan di sisi lain, penurunan output dapat segera diikuti dengan recovery,

sehingga kontraksi tidak berlangsung lama. Dengan berbekal informasi tersebut, para pemutus kebijakan,

khususnya Pemerintah Daerah, diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tepat sasaran untuk masing-masing

sektor ekonomi, menetapkan alokasi anggaran yang tepat, menyusun prioritas pembangunan daerah, dengan

tujuan akhir mencapai partumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkesinambungan.

Hasil Analisis

Siklus perekonomian Jawa Barat, digambarkan

oleh Grafik 1. Dari grafik tersebut, terlihat bahwa

sepanjang periode pengamatan (Januari 1981 s.d. Maret

2010), terdapat sekitar 10 siklus ekonomi di Provinsi Jawa

Barat. Satu-satunya resesi yang terjadi di Jawa Barat

sepanjang periode pengamatan, yang juga merupakan

siklus kontraksi terdalam dialami selama periode 1997

hingga 1998, yang diakibatkan adanya krisis ekonomi

moneter pada periode dimaksud.

Secara umum, siklus perekonomian Jawa Barat dibentuk oleh fase pada sektor pertanian, industri

pengolahan, serta PHR. Hal ini diakibatkan karena ketiga sektor tersebut merupakan tiga sektor dominan di Jawa

Barat, dengan masing-masing kontribusi sebesar 12%, 42%, dan 20% terhadap PDRB Jawa Barat (tahun 2008).

Namun demikian, apabila dilihat lebih mendalam, maka terdapat perubahan sektor pembentuk siklus

perekonomian Jawa Barat, dilihat antar waktu. Dari periode pengamatan tahun 1980 hingga pertengahan tahun

1991, siklus perekonomian Jawa Barat lebih dibentuk oleh sektor pertanian, sebagai kontributor utama PDRB Jawa

Barat pada periode tersebut, dengan porsi sekitar 25%. Selanjutnya, siklus lebih dibentuk oleh sektor industri

pengolahan. Sementara itu, sektor PHR relatif konsisten mempengaruhi siklus perekonomian Jawa Barat dalam

rentang waktu sepanjang periode pengamatan. Kondisi ini sesuai dengan pergerakan transformasi perekonomian

Jawa Barat, yaitu dominansi sektor pertanian di awal periode pengamatan telah bertransformasi menjadi

dominansi sektor industri pengolahan di akhir periode pangamatan.

Grafik 1. Siklus Perekonomian Jawa Barat

0

1

‐25

‐20

‐15

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

Jan‐80

Sep‐80

Mei‐81

Jan‐82

Sep‐82

Mei‐83

Jan‐84

Sep‐84

Mei‐85

Jan‐86

Sep‐86

Mei‐87

Jan‐88

Sep‐88

Mei‐89

Jan‐90

Sep‐90

Mei‐91

Jan‐92

Sep‐92

Mei‐93

Jan‐94

Sep‐94

Mei‐95

Jan‐96

Sep‐96

Mei‐97

Jan‐98

Sep‐98

Mei‐99

Jan‐00

Sep‐00

Mei‐01

Jan‐02

Sep‐02

Mei‐03

Jan‐04

Sep‐04

Mei‐05

Jan‐06

Sep‐06

Mei‐07

Jan‐08

Sep‐08

Mei‐09

Jan‐10

Page 41: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

28

Grafik 2. Pembentukan Siklus Perekonomian:

Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian

Grafik 3. Pembentukan Siklus Perekonomian:

Sektor PHR

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

Jan‐80

Okt‐80

Jul‐8

1

Apr‐82

Jan‐83

Okt‐83

Jul‐8

4

Apr‐85

Jan‐86

Okt‐86

Jul‐8

7

Apr‐88

Jan‐89

Okt‐89

Jul‐9

0

Apr‐91

Jan‐92

Okt‐92

Jul‐9

3

Apr‐94

Jan‐95

Okt‐95

Jul‐9

6

Apr‐97

Jan‐98

Okt‐98

Jul‐9

9

Apr‐00

Jan‐01

Okt‐01

Jul‐0

2

Apr‐03

Jan‐04

Okt‐04

Jul‐0

5

Apr‐06

Jan‐07

Okt‐07

Jul‐0

8

Apr‐09

Jan‐10

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

Jan‐80

Okt‐80

Jul‐8

1

Apr‐82

Jan‐83

Okt‐83

Jul‐8

4

Apr‐85

Jan‐86

Okt‐86

Jul‐8

7

Apr‐88

Jan‐89

Okt‐89

Jul‐9

0

Apr‐91

Jan‐92

Okt‐92

Jul‐9

3

Apr‐94

Jan‐95

Okt‐95

Jul‐9

6

Apr‐97

Jan‐98

Okt‐98

Jul‐9

9

Apr‐00

Jan‐01

Okt‐01

Jul‐0

2

Apr‐03

Jan‐04

Okt‐04

Jul‐0

5

Apr‐06

Jan‐07

Okt‐07

Jul‐0

8

Apr‐09

Jan‐10

PHRIndustri Pertanian PDRB PDRB

Durasi rata-rata siklus ekonomi di Provinsi Jawa Barat adalah 31 bulan, dengan durasi fase ekspansi (rata-

rata 17 bulan) lebih panjang dibandingkan fase kontraksi (rata-rata 15 bulan). Apabila dibandingkan dengan siklus

ekonomi sebelum dan setelah krisis ekonomi 1998, terbentuk siklus ekonomi yang sedikit lebih panjang, yaitu dari

rata-rata 30,8 bulan pada saat sebelum krisis, menjadi 31,8 bulan pada saat setelah krisis. Lebih panjangnya durasi

siklus ekonomi tersebut disebabkan karena fase ekspansi menjadi lebih panjang dibandingkan sebelumnya, yaitu

dari 15,6 bulan menjadi 17,75 bulan. Sementara itu, fase kontraksi justru menjadi lebih pendek, yaitu dari 15,33

bulan menjadi 14 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Barat menjadi lebih baik setelah

mendapatkan pengalaman kontraksi yang mendalam akibat krisis ekonomi, dimana perekonomian menjadi lebih

cepat pulih, dan mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih lama dibandingkan sebelumnya.

Dilihat dari sisi sektoral, terlihat adanya perbedaan durasi fase ekspansi dan kontraksi antara sebelum dan

setelah krisis. Sebagian besar perubahan tersebut mengarah kepada perbaikan, dimana fase ekspansi menjadi lebih

panjang, yang menunjukkan kemampuan pelaku usaha dalam mempertahankan kinerja tingginya dalam waktu

yang lebih panjang, sementara fase kontraksi menjadi lebih pendek, yang menunjukkan kemampuan pelaku usaha

dalam melakukan proses recovery lebih cepat. Dari kesembilan sektor ekonomi, hanya 1 sektor yang memiliki fase

kontraksi lebih panjang, walaupun hanya sedikit meningkat, yaitu dari 14,57 bulan menjadi 15,67 bulan. Namun

demikian, fase ekspansinya menjadi jauh lebih panjang dibandingkan sebelum krisis.

Tabel 1. Durasi Siklus Perekonomian Jawa Barat:

Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi 1998 (dalam bulan)

PP PT TP TT PP PT TP TT PP PT TP TT

Pertanian 31,2 16,5 13,4 28,1 33,2 20,2 12,2 29,8 28,8 11,0 15,0 26,0

Pertambangan 32,2 14,9 17,1 33,1 28,7 14,6 14,5 30,7 39,3 15,7 22,3 38,0

Industri Pengolahan 50,5 22,1 26,3 49,0 52,0 30,8 27,8 62,3 49,0 10,7 25,0 35,7

Listrik, Gas, Air bersih 44,6 27,3 15,7 45,0 46,5 28,2 19,5 51,5 42,0 25,7 10,7 36,3

Bangunan/Konstruksi 33,3 17,8 14,7 28,8 36,4 23,0 14,6 31,2 30,2 11,6 14,8 26,4

PHR 44,7 20,4 23,2 45,3 49,7 26,5 21,0 52,3 39,7 12,3 25,3 38,3

Transportasi 33,8 19,3 14,9 33,1 34,2 20,5 15,2 34,0 33,3 17,5 14,5 32,0

Keuangan 43,4 25,9 15,6 38,3 46,0 29,0 14,5 38,8 40,0 20,7 17,0 37,7

Jasa-jasa 37,4 20,0 17,6 36,4 36,2 23,5 15,8 38,0 39,3 13,0 20,7 33,7

PDRB 29,9 14,8 16,6 31,2 28,2 15,3 15,6 30,8 32,0 14,0 17,8 31,8

Durasi dalam bulan

Setelah Krisis 1998

Durasi dalam bulanDurasi dalam bulan

KeseluruhanSektor

Sebelum Krisis 1998

Page 42: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

29

Khusus untuk ketiga sektor dominan sekaligus sektor

utama pembentuk siklus perekonomian Jawa Barat,

sektor pertanian dan sektor PHR mengalami

perkembangan yang jauh lebih baik, dengan fase

ekspansi yang lebih panjang, serta fase kontraksi yang

jauh lebih pendek dibandingkan sebelum krisis. Adapun

siklus perekonomian untuk ketiga sektor dominan

tersebut ditampilkan pada Grafik 4, 5, dan 6.

Grafik 5. Siklus Sektor Industri Pengolahan

0

1

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

40

Jan‐80

Okt‐80

Jul‐8

1

Apr‐82

Jan‐83

Okt‐83

Jul‐8

4

Apr‐85

Jan‐86

Okt‐86

Jul‐8

7

Apr‐88

Jan‐89

Okt‐89

Jul‐9

0

Apr‐91

Jan‐92

Okt‐92

Jul‐9

3

Apr‐94

Jan‐95

Okt‐95

Jul‐9

6

Apr‐97

Jan‐98

Okt‐98

Jul‐9

9

Apr‐00

Jan‐01

Okt‐01

Jul‐0

2

Apr‐03

Jan‐04

Okt‐04

Jul‐0

5

Apr‐06

Jan‐07

Okt‐07

Jul‐0

8

Apr‐09

Jan‐10

Grafik 6. Siklus Sektor PHR

0

1

‐20

‐15

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

30

35

Jan‐80

Mar‐81

Mei‐82

Jul‐8

3

Sep‐84

Nop

‐85

Jan‐87

Mar‐88

Mei‐89

Jul‐9

0

Sep‐91

Nop

‐92

Jan‐94

Mar‐95

Mei‐96

Jul‐9

7

Sep‐98

Nop

‐99

Jan‐01

Mar‐02

Mei‐03

Jul‐0

4

Sep‐05

Nop

‐06

Jan‐08

Mar‐09

Selanjutnya, apabila dilihat karakteristik siklus bisnis dari masing-masing sektor dominan di Jawa Barat tersebut,

terlihat bahwa ada kemiripan antara sektor industri pengolahan dan PHR, tercermin dari panjang durasi siklus,

serta fase ekspansi dan kontraksinya. Hal ini dikarenakan produk utama yang diperdagangkan pada sektor PHR

merupakan produk dari industri pengolahan. Sementara itu, hasil output dari produk sektor pertanian pada

umumnya tidak akan langsung masuk ke sektor PHR untuk diperdagangkan, melainkan akan diproses terlebih

dahulu oleh sektor industri. Kondisi ini tercermin dari interpretasi Tabel Input Output Jawa Barat 2003 (Matriks

Koefisien Langsung).

Grafik 4. Siklus Sektor Pertanian

0

1

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

40

50

60

Jan‐80

Des‐80

Nop

‐81

Okt‐82

Sep‐83

Agust‐84

Jul‐8

5

Jun‐86

Mei‐87

Apr‐88

Mar‐89

Feb‐90

Jan‐91

Des‐91

Nop

‐92

Okt‐93

Sep‐94

Agust‐95

Jul‐9

6

Jun‐97

Mei‐98

Apr‐99

Mar‐00

Feb‐01

Jan‐02

Des‐02

Nop

‐03

Okt‐04

Sep‐05

Agust‐06

Jul‐0

7

Jun‐08

Mei‐09

Page 43: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

BOKS 2

TUGAS BANK INDONESIA BANDUNG DALAM MENDORONG PERKEMBANGAN EKONOMI MONETER DAN PENGEMBANGAN SEKTOR RIIL

Berdasarkan SE No. 9/12/INTERN tanggal 30 Maret 2007 tentang Penyempurnaan Organisasi Kantor Bank

Indonesia Tahap 1, fungsi yang dijalankan Bidang Ekonomi Moneter Bank Indonesia Bandung baik sebagai Kantor

Bank Indonesia dan sebagai Kantor Koordinator Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten mencakup:

1. Kajian dan pengendalian inflasi daerah

a. Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jawa Barat

FKPI merupakan suatu wadah yang merupakan sinergi antara KBI Bandung dengan beberapa Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) terkait. FKPI Jawa Barat melakukan pemantauan, evaluasi, serta pengendalian

terhadap sumber-sumber serta potensi tekanan inflasi di Jawa Barat. Dalam kegiatannnya, FKPI telah

memberikan beberapa rekomendasi terkait upaya stabilisasi harga beberapa komoditas di wilayah Jawa

Barat yang kemudian ditindaklanjuti oleh Dinas-dinas terkait.

b. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota yang ada di Jawa Barat, yang berada di Kota Cirebon,

Tasikmalaya, dan Daerah Provinsi Banten.

2. Kajian Ekonomi Regional (Zona Ekonomi dan Wilayah Administratif)

Bank Indonesia (KBI) Bandung secara rutin menerbitkan buku Kajian Ekonomi Regional (KER). KER memuat

mengenai analisis, data, dan informasi perkembangan ekonomi, keuangan, dan perbankan di Jawa Barat. Di

samping itu, KBI Bandung telah melaksanakan berbagai riset yang berkaitan dengan perekonomian daerah,

yang bertujuan untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah terkait perekonomian Jawa Barat

maupun kepada Bank Indonesia di Kantor Pusat sebagai salah satu bahan masukan di dalam pengambilan

kebijakan moneter. Riset-riset yang dilakukan itu di antaranya ada yang bekerja sama dengan Kantor Pusat,

atas inisiatif sendiri atau bekerja sama dengan KBI Jawa Barat-Banten, dan juga bekerja sama dengan

stakeholder daerah.

3. Survei Ekonomi, Liaison Dunia Usaha, dan Pusat Informasi

KBI Bandung melakukan pengumpulan data/informasi ekonomi, keuangan, perbankan dan demografi.

Pengumpulan data dan informasi tersebut dilakukan dengan metode survei dan interview langsung (liaison)

kepada pelaku usaha dan pemerintah daerah. Adapun data dan informasi daerah yang dikumpulkan secara

rutin adalah inflasi daerah, PDRB, nilai tukar petani, tingkat hunian hotel, tingkat investasi daerah, dan data

tenaga kerja. Data dan informasi ekonomi yang terkumpul tidak hanya dimanfaatkan oleh Bank Indonesia,

melainkan beberapa data dapat diakses oleh masyarakat melalui terbitan Statistik Ekonomi Daerah (SEKDA)

mapun fasilitas Perpustakaan KBI Bandung.

30

Page 44: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

4. Pemberdayaan sektor riil dan UMKM

Dalam rangka mendukung pemberdayaan sektor riil dan Usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM), KBI

Bandung telah melakukan beberapa upaya, diantaranya :

a. Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UKM), yang bertujuan meningkatkan

produktivitas dan kualitas PUKM sehingga dapat meningkatkan kemampuan akses KUMKM terhadap

pelayanan jasa keuangan dari lembaga keuangan.perbankan.

b. Pelatihan/Bantuan Teknis kepada Bank

c. Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)

Disamping kegiatan tersebut, KBI Bandung juga melakukan kegiatan Pengawasan Pedagang Valuta Asing (PVA)

dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU), serta kegiatan dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial

kepada masyarakat, diantaranya Gerakan Penghijauan, Pemberian Bantuan untuk Korban Bencana Alam, Edukasi

Kebanksentralan, Pelatihan Wartawan mengenai Kebanksentralan dan Perekonomian, dan Pengembangan Hasil

Karya Warga Binaan Lapas Sukamiskin serta Pemberian Bantuan Buku.

31

Page 45: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

32

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 46: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 47: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

Page 48: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

Selama periode triwulan III-2010 sampai bulan Oktober 2010, perkembangan harga di Jawa

Barat secara umum masih menunjukkan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara bulanan (mtm)

menunjukkan trend yang melambat sehingga akumulasi kenaikan laju inflasi (ytd) dapat sedikit teredam

dan lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi nasional. inflasi IHK yang terjadi di Jawa Barat bersumber

dari kenaikan harga pada sebagian besar kelompok barang/jasa. Memperhatikan pergerakan harga

barang dan jasa secara bulanan tidak terlepas dari adanya pengaruh musiman berakhirnya Hari Raya Idul

Fitri pada pertengahan September 2010 yang menyebabkan tekanan harga pada sebagian besar barang

dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan Lebaran menurun. Sementara pengaruh faktor

fundamental relatif tidak terlalu memberikan tekanan yang kuat terhadap harga

1. PERKEMBANGAN INFLASI

Selama periode triwulan III-2010 sampai bulan Oktober 2010, perkembangan harga yang

ditunjukkan oleh Indeks harga kota (IHK) di Jawa Barat secara umum masih menunjukkan

terjadinya inflasi. Meskipun sepanjang Juli-Oktober secara bulanan (mtm) terjadi inflasi, namun trendnya

cenderung melambat sehingga akumulasi kenaikan laju inflasi (ytd) dapat sedikit teredam. Laju inflasi Jawa

Barat pada Oktober 2010 mencapai 0,02% (mtm) lebih rendah dibandingkan triwulan II-2010 yang

mencapai 1,04%, sehingga secara akumulasi inflasi Jawa Barat mencapai 5,13%, lebih rendah

dibandingkan akumulasi inflasi nasional yang mencapai 5,35%. Sementara itu secara tahunan (yoy), laju

inflasi Jawa Barat mencapai 5,30% lebih tinggi dibandingkan periode triwulan II-2010 yang mencapai

4,68%, namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 5,67%.

Grafik 2.1. Inflasi IHK Jawa Barat, bulanan (mtm), Akumulasi (ytd), dan Tahunan (yoy)

-0,9

0,0

0,9

1,8

-2

0

2

4

6

8

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010

%%

Inflasi yoy Inflasi ytd Inflasi mtm

Sumber: BPS Jawa Barat, TD 2007

Page 49: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

1.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Inflasi Bulanan

Perkembangan inflasi IHK secara bulanan (mtm) yang terjadi di Jawa Barat bersumber dari kenaikan harga

pada sebagian besar kelompok barang/jasa. Terdapat lima kelompok barang/jasa yang mengalami inflasi,

yaitu kelompok makanan jadi/minuman/rokok sebesar 0,36%, kelompok perumahan sebesar 0,10%,

kelompok sandang sebesar 0,77, kelompok kesehatan sebesar 0,16%, dan kelompok pendidikan sebesar

0,36%. Sementara perkembangan harga untuk kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi

mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,28% dan -0,40%. Terjadinya deflasi pada kelompok bahan

makanan telah memberikan kontribusi terhadap pengereman laju inflasi lebih lanjut mengingat kelompok

bahan makanan merupakan salah satu kontributor utama dalam pembentukan inflasi IHK di Jawa Barat.

Grafik 2.2. Kontribusi Inflasi/Deflasi Bulanan per Kelompok Barang/Jasa

-0.08 -0.06 -0.04 -0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kesehatan

Sandang

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Bahan Makanan

Memperhatikan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan tidak terlepas dari adanya pengaruh

musiman. Berakhirnya Hari Raya Idul Fitri pada pertengahan September 2010 telah menyebabkan tekanan

harga pada sebagian besar barang dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan Lebaran menurun.

Bahkan, pada kelompok bahan makanan terjadi penurunan harga yang signifikan, diantaranya daging

ayam ras, cabe merah, angkutan antar kota, daging sapi, telur ayam ras, dan kentang. Namun demikian,

terdapat beberapa komoditas yang menghadapi tekanan harga akibat dari adanya anomali cuaca yang

berakibat pada turunnya produksi, khususnya barang bahan makanan, diantaranya padi dan sayur-mayur.

Inflasi Tahunan

Perkembangan inflasi secara tahunan (yoy) sampai dengan periode Oktober 2010 mencapai 5,35%, lebih

rendah dari inflasi nasional sebesar 5,67%. Seluruh kelompok barang/jasa yang dihitung perkembangan

harganya menunjukkan terjadinya inflasi. Inflasi yang tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan,

kelompok makanan jadi/minuman, dan kelompok sandang masing-masing sebesar 10.65%, 6.32%, dan

6.28%. Sementara empat kelompok barang/jasa mengalami inflasi yang relatif rendah, yaitu kelompok

Page 50: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

perumahan, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, dan kelompok transport masing-masing sebesar

3.17%, 2.27%, 1.86%, dan 1.45%.

 

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan per Kelompok Barang/Jasa

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Okt-10

Bahan Makanan 6,05 6,22 4,10 3,42 9,67 10,86 10,65

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 7,66 4,95 6,66 6,52 7,05 6,46 6,32

Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 3,59 0,45 1,06 1,75 1,82 3,67 3,17

Sandang 4,84 4,09 4,94 1,32 4,34 5,89 6,28

Kesehatan 4,57 3,83 3,95 2,74 2,44 2,36 2,27

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 6,22 4,94 3,61 3,80 3,79 1,54 1,86

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (7,03) (8,31) (5,74) 0,53 0,38 1,22 1,45

2009 2010Kelompok

 

Mayoritas komoditas barang dan jasa pada tujuh kelompok barang/jasa mengalami inflasi. Terjadinya

kenaikan harga secara tahunan pada komoditas mencerminkan terdapatnya pengaruh faktor fundamental

terhadap inflasi meskipun dampak tersebut relatif minimal. Sementara pengaruh kebijakan pemerintah di

bidang harga relatif minimal karena relative tidak adanya kebijakan di bidang harga.

 

1.2. INFLASI MENURUT KOTA

Secara bulanan, dari 7 kota di Jawa Barat yang dihitung perkembangan harganya menunjukkan bahwa

sebagian besar kota mengalami inflasi. Kota-kota yang mengalami inflasi adalah kota Bogor, Sukabumi,

Cirebon, Depok masing-masing sebesar 0.09%, 0.06%, 0.14%, dan 0.25%. Sedangkan kota Bandung,

Bekasi, dan Tasikmalaya mengalami deflasi masing-masing sebesar -0.09, -0.09%, dan -0.02. Terjadinya

deflasi di ketiga tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap pengereman inflasi di Jawa Barat

mengingat bobot kota Bandung dan Bekasi yang relatif besar.

 

Tabel 2.2. Inflasi bulanan Tujuh Kota di Jawa Barat

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Oktober

Bandung 0,52 0,09 0,84 0,22 0,03 0,25 0,43 (0,09)

Bekasi (0,18) 0,01 0,78 0,17 (0,48) 1,74 0,07 (0,09)

Depok 0,03 0,01 1,27 0,14 (0,24) 1,38 0,26 0,25

Bogor 0,53 0,18 0,66 0,49 0,26 0,75 0,38 0,09

Cirebon 0,10 0,13 1,14 0,49 (0,54) 0,95 0,98 0,14

Sukabumi 1,18 0,07 0,44 0,26 (0,34) 0,49 0,23 0,06

Tasikmalaya 0,25 0,09 0,64 0,24 (0,30) 0,74 0,27 (0,02)

2009 2010Kota

 

Ditinjau secara tahunan, seluruh kota di Jawa Barat yang dihitung perkembangan harganya mengalami

inflasi. Secara berurutan, inflasi tertinggi dihadapi oleh kota Bekasi diikuti oleh kota Cirebon dan Bogor

masing-masing sebesar 6.42%, 5.87%, dan 5.84%.

Page 51: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

2.1. FUNDAMENTAL

a. Interaksi Permintaan dan Penawaran

Interaksi antara permintaan dan penawaran belum memberikan tekanan pada harga secara berarti. Hal ini

ditunjukkan oleh peningkatan kapasitas utilisasi sektoral yang relatif tidak terlalu tinggi meskipun terjadi

peningkatan permintaan akibat meningkatnya daya beli masyarakat.

Grafik 2.3. Kapasitas Utilisasi

0

3

6

9

12

15

50

60

70

80

Tw.I Tw.II Tw.IIIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

% (yoy)%

Utilisasi Kapasitas Inflasi Jabar

Sumber: SKDU-BI Bandung      

b. Eksternal

Tekanan dari sisi eksternal juga relatif minimal seiring dengan rendahnya inflasi yang terjadi di beberapa

Negara dan kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah. Perkembangan harga di beberapa negara

mitra dagang Indonesia masih menunjukkan tekanan inflasi yang relatif rendah. Sementara itu, apresiasi

nilai tukar rupiah menyebabkan peningkatan impor barang yang mendorong kenaikan supply. Namun

demikian, khusus pada komoditas emas masih terjadi tekanan harga terkait dengan masih tingginya harga

emas di pasar internasional.

Grafik 2.4. Laju Inflasi di Negara Mitra Dagang

‐4

‐2

0

2

4

6

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2007 2008 2009 2010

% (yoy)Amerika Jepang Singapura

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional

0

50

100

150

0

500

1.000

1.500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

Emas Minyak Dunia (WTI)

Sumber: Bloomberg

Page 52: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

c. Ekspektasi Inflasi

Membaiknya perekonomian di Jawa Barat telah

mendorong ekspektasi harga di sisi pedagang

dan konsumen semakin membaik. Hasil survey

pedagang eceran menunjukkan bahwa

pedagang meyakini bahwa kenaikan harga akan

relatif terkendali seiring meningkatnya produksi,

meskipun dibayang-bayangi oleh munculnya

anomali cuaca. Di sisi konsumen, membaiknya

perekonomian menyebabkan ekspektasi

terhadap kenaikan harga menunjukkan

penurunan.

Grafik 2.6. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung

100110120130140150160170180190200

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Tw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IV Tw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.III

2006 2007 2008 2009 2010

SB% (inflasi)

Inflasi Jabar TD 07 (qtq) SK* SK** Sumber: SK-BI Bandung, BPS Jawa Barat

Keterangan: SK*= Moving Average (3 bln) Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb. menurut SK 3 bulan sebelumnya; SK**= Moving Average (3 bln) Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb. menurut SK 6 bulan sebelumnya.

.

2.2. NON FUNDAMENTAL

Pengaruh faktor shock, khususnya keterbatasan produksi dan hambatan distribusi menjadi faktor yang

mewarnai inflasi selama triwulan III-2010. Terjadinya musim hujan yang diiringi oleh banjir telah

mengakibatkan terjadinya hambatan distribusi. Namun demikian, stok beras diperkirakan mencukupi

mengingat produksi pada periode sebelumnya yang relatif tinggi dan petani banyak melakukan

penyimpanan beras dalam jumlah signifikan. Di sisi lain, pengaruh administered price terhadap tekanan

harga di Jawa Barat pada periode tersebut relatif minimal. Tidak terdapat kebijakan pemerintah (pusat dan

daerah) yang secara signifikan mempengaruhi harga.

 

Grafik 2.7. Luas Panen Padi di Jawa Barat

 

1,83

0,42

0,76

0,64

1,80

0,32

0,64

0,84

1,95

0,35

0,74

0,86

2,01

0,45

0,72

0,84

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

Jan-Des

IIISep-Des

IIMei-Ags

IJan-Apr

Juta Ha

Subround

2010 (Angka Ramalan III)

2009 (Angka Tetap)

2008 (Angka Tetap)

2007

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Page 53: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 54: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

41

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Page 55: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

42

Page 56: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara umum kondisi perbankan di Jawa Barat pada triwulan III-2010 masih kuat. Berbagai

indikator seperti aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit menunjukkan adanya pertumbuhan

dan bahkan beberapa diantaranya tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya. Di sisi penghimpunan

dana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada tabungan. Sementara itu, kredit tumbuh

lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010, khususnya untuk kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang

lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Jawa

Barat mengalami peningkatan dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Di sisi risiko, risiko kredit

masih di bawah 5% meskipun sedikit mengalami peningkatan.

1. STRUKTUR PERBANKAN DI JAWA BARAT Aset perbankan di Jawa Barat mengalami kenaikan selama triwulan III-2010. Hal ini tercermin

dari meningkatnya aset, dari sebesar Rp197,8 triliun pada triwulan II-2010 menjadi RpRp206,6 triliun

pada Agustus 2010. Dilihat dari sisi pertumbuhan, terjadi kenaikan tipis dari sebelumnya tumbuh

15,8% (yoy) menjadi 16,1%.

Dari sisi kelompok bank, aset bank pemerintah di Jawa Barat masih mendominasi struktur aset

perbankan di Jawa Barat, dengan kontribusi sebesar 55%. Selanjutnya, aset bank swasta nasional

berkontribusi terhadap 41% terhadap keseluruhan aset perbankan Jawa Barat. Sementara itu, aset

bank asing dan bank campuran hanya berkontribusi terhadap 4% aset perbankan di Jawa Barat.

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan Jawa Barat

0

50

100

150

200

250

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Rp Triliun

Aset (LHS) Pertumbuhan (yoy, RHS)

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.2. Pangsa Aset Perbankan di Jawa Barat Triwulan III-2010

Bank Pemerintah

55%

Bank Swasta Nasional

41%

Bank Asing dan Bank

Campuran 4%

Sumber: LBU KBI Bandung

2. BANK UMUM KONVENSIONAL

2.1 Pendanaan dan Risiko Likuiditas

Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan umum konvensional dalam triwulan

III-2010 mencapai Rp.131,87 triliun, atau tumbuh sebesar 3,8%. Pertumbuhan DPK tersebut lebih

43

Page 57: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya, yang tumbuh sebesar 9,8.%. Pertumbuhan DPK

terutama terjadi pada jenis tabungan. Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK mencerminkan

terdapatnya kelebihan likuiditas yang dimiliki masyarakat yang dapat diserap oleh bank.

Tabel 3.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Jawa Barat (Rp Triliun)

Tw.I Tw.II Juli Agustus yoy qtq

Bank Umum 121.59 131.06 132.40 131.87 3.82 0.62

Giro 24.33 28.75 27.90 28.12 2.03 -2.19

Tabungan 44.48 48.03 48.87 49.32 8.09 2.71

Deposito 52.78 54.28 55.63 54.42 1.12 0.25

2010Keterangan

Pertumbuhan (%)

 

Berdasarkan jenis simpanan, deposito merupakan simpanan yang memiliki porsi terbesar sebesar

41,3%, diikuti oleh tabungan dan giro masing-masing dengan porsi sebesar 37,4% dan 21,3%.

Tingginya preferensi masyarakat untuk deposito menunjukkan bahwa aspek bunga masih menjadi

salah satu faktor utama dalam memilih produk simpanan. Sementara itu, ditinjau dari kelompok bank

penghimpun dana, bank swasta nasional dan bank pemerintah masih menguasai pangsa DPK di Jawa

Barat, masing-masing dengan porsi sebesar 48,8% dan 47,3%, sedangkan prosi bank asing hanya

sebesar 3,2%.

Grafik 3.3. Porsi DPK Berdasarkan Jenis Simpanannya

Giro21%

Tabungan38%

Deposito41%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.4. Porsi DPK Berdasarkan Kelompok Bank di Jawa Barat

Bank Pemerintah

48%

Bank Swasta Nasional

49%

Bank Swasta Asing

3%

Sumber: LBU KBI Bandung

Berdasarkan jenis valuta, perkembangan DPK rupiah masih tumbuh lebih tinggi

dibandingkan DPK valas. DPK dalam rupiah pada Agustus 2010 tumbuh sebesar 4,0% (yoy), atau

mencapai Rp118 triliun. Namun demikian, pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan periode

sebelumnya yang tumbuh hingga 3,5% (yoy). Sementara itu, DPK valas mencapai posisi Rp13,6 triliun,

atau tumbuh 2,7% dibandingkan periode yang sama di tahun 2009. Berbeda dengan DPK rupiah,

pertumbuhan DPK valas mengalami peningkatan, dari tumbuh hanya 0,6% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat terjadinya apresiasi rupiah, yang mengakibatkan masyarakat

enggan mencairkan valas mereka.

44

Page 58: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

45

Grafik 3.5. Grafik Porsi DPK per Jenis Valuta

Rupiah90%

Valas10%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Konvensional di Jawa Barat berdasarkan Jenis

Valuta

0

8

16

40

80

120

160

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

2007 2008 2009 2010

Rp triliunRp triliun

Rupiah Valas

Sumber: LBU KBI Bandung

2.2 Perkembangan Kredit dan Risikonya

Perkembangan Kredit

Penyaluran kredit oleh bank umum konvensional pada triwulan laporan mencapai Rp114,9 triliun atau

tumbuh sebesar 18,1%. Pertumbuhan kredit tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,0%.

Ditinjau dari jenis penggunaannya,

pertumbuhan kredit tertinggi terjadi untuk

kredit jenis investasi sebesar 28,7%. Sementara

kredit konsumsi dan kredit modal kerja tumbuh

masing-masing sebesar 17,7% dan 16,2%.

Adapun porsi kredit terbesar masih dikuasai

oleh kredit konsumsi yang diikuti dengan kredit

modal kerja dengan porsi masing-masing

sebesar 45% dan 44,4%. Tingginya

pertumbuhan kredit investasi mengindikasikan

bahwa kegiatan usaha semakin membaik,

khususnya investasi.

Tabel 3.2. Perkembangan Baki Debet Kredit Bank Umum per Penggunaan (Rp Triliun)

Tw.I Tw.II Juli Agustus yoy qtq

Modal Kerja 45.25 48.18 48.66 50.96 16.21 5.79

Investasi 11.60 12.42 12.77 12.24 28.74 -1.47

Konsumsi 48.13 51.05 51.47 51.70 17.75 1.28

Total Kredit 104.99 111.64 112.90 114.90 18.13 2.92

Jenis Penggunaan2010 Pertumbuhan (%)

 

Sumber: LBU KBI Bandung 

Grafik 3.7. Porsi Kredit Per Jenis Penggunaan

Modal Kerja 44%

Investasi11%

Konsumsi45%

Sumber: LBU KBI Bandung

Page 59: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

46

Ditinjau secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor jasa sosial dan sektor

pertambangan masing-masing sebesar 151,2% dan 60,0%. Tingginya pertumbuhan kredit pada

sektor jasa sosial dan pertambangan mencerminkan bahwa kedua sektor tersebut masih menarik bagi

perbankan mengingat aktifitasnya yang membaik.

Tabel 3.3. Perkembangan Baki Debet Kredit bank Umum per Sektoral (Rp Triliun)

Tw.I Tw.II Juli Agustus yoy qtq

Pertanian 1.46 1.79 1.83 1.76 2.95 -1.23

Pertambangan 0.21 0.24 0.23 0.27 60.00 12

Perindustrian 16.70 17.25 17.08 17.47 11.65 1.27

Listrik, Gas & Air 0.11 0.12 0.11 0.11 -66.80 -9

Konstruksi 2.61 2.89 3.07 3.23 22.91 11

Perdag., Rest & Hotel 26.63 28.29 29.87 30.17 44.36 6.63

Jasa Dunia Usaha 2.28 2.41 2.47 3.02 -33.24 25

Jasa Sosial 2.04 3.82 3.54 3.51 151.17 -8.20

Lain-lain 52.93 54.83 54.70 55.36 25.07 0.97

Total 104.99 111.64 112.90 114.90 18.13 2.92

Jenis Penggunaan2010 Pertumbuhan (%)

.52

.73

.59

.52

Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK telah menyebabkan rasio kredit

terhadap simpanan (LDR) meningkat dari 85,2% menjadi 87,1%. Kondisi ini mencerminkan bahwa

bank secara bertahap telah berusaha melakukan ekspansi kredit dengan memperhatikan semakin

kondusifnya perekonomian domestik.

Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)

Perkembangan kredit Mikro, Kecil, dan Menengah menunjukkan pertumbuhan yang semakin

meningkat, yaitu dari 10,6% pada triwulan II-2010 menjadi 15,3%. Pertumbuhan tertinggi terjadi

pada kredit yang diperuntukkan bagi usaha mikro, yaitu sebesar 41,5%, sedangkan kredit MKM untuk

usaha kecil dan menengah tumbuh masing-masing sebesar 16,2% dan 12,6%. Meningkatnya

pertumbuhan kredit bagi usaha mikro telah meningkatkan porsi kredit mikro didalam total kredit

UMKM menjadi 34%.

Ditinjau dari jenis penggunaannya, porsi kredit UMKM masih banyak ditujukan untuk kredit modal

kerja dengan porsi mencapai 84%. Tingginya porsi kredit modal kerja pada UMKM menunjukkan

bahwa pembiayaan bank masih condong pada upaya memperlancar aktifitas produksi dibandingkan

untuk meningkatkan atau memperluas skala usaha.

Page 60: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Grafik 3.8. Porsi Kredit UMKM di Jawa Barat

Kecil34%

Mikro22%

Menengah44%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.9. Porsi Kredit Per Jenis Penggunaan di Jawa Barat

Investasi16%

Modal kerja84%

Sumber: LBU KBI Bandung

Kredit yang berlokasi proyek di Jawa Barat

Seperti periode-periode sebelumnya,

kredit yang disalurkan ke Jawa Barat

(kredit lokasi proyek) berjumlah lebih

besar dibandingkan kredit yang

disalurkan perbankan Jawa Barat

(kredit bank pelapor). Kondisi ini

menunjukkan kuatnya daya tarik investasi

yang dimiliki oleh Jawa Barat, sehingga

dapat menarik dana dari perbankan di

luar Jawa Barat untuk aktivitas ekonomi

di Provinsi Jawa Barat. Dilihat dari

pertumbuhannya, kredit bank pelapor

mengalami sedikit perlambatan, yaitu

dari tumbuh 16,9% (yoy) menjadi

16,3%. Di sisi lain, sejalan dengan

meningkatnya aktivitas perekonomian regional, kredit lokasi proyek mengalami sedikit peningkatan,

yaitu dari tumbuh 12,8% (yoy) menjadi 13,4%.

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Lokasi Proyek dan Kredit Bank Pelapor

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Kredit Bank Pelapor 40,7 50,5 57,8 69,7 71 77,9 82,9 87,3 87,6 95,5 98,8 100,4 105 111,6 114,9

Kredit Lokasi Proyek 73,9 91,2 100,7 122,5 127,2 140,1 151,2 161,9 167,1 171,4 174,2 181,4 180,3 193,3 197,5

0

50

100

150

200

250

Rp triliun

Keterangan: Kredit Lokasi Proyek adalah kredit yang diberikan ke wilayah Jawa Banat Kredit bank pelapor adalah kredit yang diberikan oleh bank umum konvensional di Jawa Barat Sumber: LBU KBI Bandung

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit berlokasi proyek di Jawa Barat semakin didominasi oleh

kredit produktif (modal kerja dan investasi), yang mencapai 59% dari total kredit. Sementara itu,

kredit konsumsi memberikan kontribusi terhadap 41% total kredit lokasi proyek. Sementara itu,

berdasarkan sektor ekonominya, kredit masih didominasi oleh kredit konsumsi (42%), kredit sektor

industri pengolahan sebesar 25%, kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 16%, serta

kredit ke sektor jasa (16%).

47

Page 61: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Grafik 3.11. Grafik Kredit Lokasi Proyek

Berdasarkan Sektor Ekonomi Pertanian

1%Pertambangan

0%Perindustrian

25%

Perdagangan16%

Jasa-jasa16%

Lain-lain42%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.12. Grafik Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Jenis Penggunaan

Investasi15%

Modal kerja44%

Konsumsi41%

Sumber: LBU KBI Bandung

Risiko kredit

Risiko kredit perbankan di Jawa Barat pada triwulan III-2010 mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan periode sebelumnya. Walaupun demikian, risiko kredit masih berada pada level yang

relatif kendali, yaitu 3,6%, dan masih lebih rendah dibandingkan NPL pada periode yang sama di

tahun 2009. Dengan demikian, kondisi perbankan di Jawa Barat masih berada dalam kondisi yang

relatif kuat. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah kredit yang masuk ke dalam

kategori “macet”, yaitu dari Rp2,38 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp2,75 triliun pada Agustus

2010. Sementara itu, pergerakan NPL Kredit UMKM mengikuti NPL kredit secara keseluruhan, yang

mengalami peningkatan. Bahkan, risiko kredit UMKM mengalami peningkatan yang relatif tinggi, yaitu

dari 4,1% pada triwulan II-2010 menjadi 5,4 pada Agustus 2010.

Grafik 3.13. Perkembangan Jumlah Kredit Bermasalah Bank Umum Konvensional di

Jawa Barat

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

Nominal NPL Gross NPL Gross

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.14. Perkembangan NPL Total Kredit dan NPL Kredit UMKM

0

2

4

6

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw

2007 2008 2009 2010

%

NPL Kredit NPL Kredit UMKM

Sumber: LBU KBI Bandung

3. BANK UMUM SYARIAH Kondisi perbankan syariah terus menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari pergerakan berbagai

indikatornya. Dari sisi nominal, Dana Pihak Ketiga mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 6,3

triliun pada Agustus 2010, atau mengalami pertumbuhan sebesar 37,7% (yoy), lebih tinggi

48

Page 62: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2010 yang sebesar 31,7%. Sementara itu, pembiayaan

yang disalurkan oleh perbankan syariah di Jawa Barat juga menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp5,6

triliun pada triwulan II-2010, menjadi Rp6,2 triliun pada Agustus 2010. Dengan pencapaian tersebut,

pembiayaan pada triwulan III-2010 juga mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 57,6% (yoy)

menjadi 61,9%. Dengan perkembangan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) bank

umum syariah di Jawa Barat meningkat, yaitu 94% pada triwulan II-2010 menjadi 98% pada Agustus

2010.

Grafik 3.15. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

0%

50%

100%

150%

200%

250%

Rp Juta

DPK (LHS) Pertumbuhan (yoy, RHS)) Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.16. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Rp Juta

Pembiayaan (LHS) Pertumbuhan (yoy, RHS))

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.17. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat

88%

82%

92%

86% 83%78%

83%

80%84%

94% 98%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010 Sumber: LBU KBI Bandung

4. BANK PERKREDITAN RAKYAT Kondisi BPR Konvensional di Jawa Barat terus menunjukkan peningkatan pada triwulan III-

2010. Seluruh indikator kinerj BPR konvensional mengalami peningkatan, seperti aset, kredit, serta

DPK. Dari sisi aset, terjadi peningkatan hingga mencapai Rp8,1 triliun, atau tumbuh sebesar 21%

(yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

17,6%. Sementara itu, penyaluran kredit BPR konvensional juga mengalami peningkatan. Pada

49

Page 63: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

September 2010, total kredit yang tersalurkan mencapai Rp5,6 triliun, atau mengalami pertumbuhan

sebesar 19,7% (yoy), juga mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 16,2%. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terus meningkat, hingga

mencapai Rp5,8 triliun pada triwulan III-2010. Dengan demikian, DPK tumbuh sebesar 20,9% (yoy),

sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 20,1%.

Berbagai perkembangan indikator tersebut menunjukkan bahwa BPR di Jawa Barat terus menunjukkan

eksistensinya dalam sistem perbankan di Jawa Barat, dan semakin disukai oleh masyarakat Jawa Barat.

Grafik 3.18. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Jawa Barat

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

TW. I TW. II TW. III TW. IV TW. I TW. II TW. III TW. IV TW. I TW. II TW. III

2008 2009 2010

Triliu

n Rp

Aset DPK Kredit

Sumber: LBPR KBI Bandung

Dilihat dari jenis penggunaannya, mayoritas kredit BPR konvensional di Jawa Barat

disalurkan ke sektor produktif, terutama untuk penggunaan modal kerja. Pangsa kredit modal

kerja selama triwulan III-2010 terhadap keseluruhan kredit adalah sebesar 55%, relatif stabil

dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kredit investasi masih relatif kecil, karena hanya

berkontribusi terhadap 3% total kredit BPR konvensional. Di sisi lain, kredit konsumsi masih

berkontribusi cukup tinggi, yaitu sekitar 42% dari total kredit.

Grafik 3.19. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Jawa Barat

Modal Kerja55%

Investasi3%

Konsumsi42%

Sumber: LBPR KBI Bandung

Page 64: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

51

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

Page 65: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

52

Page 66: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

53

Realisasi penerimaan baik APBN maupun APBD di Jawa Barat pada periode laporan

meningkat. Penerimaan pajak pemerintah pusat meningkat terutama pada pos Pajak Penghasilan,

khususnya PPh Pasal 26. Selain itu, penerimaan Pemerintah Provinsi juga diperkirakan meningkat yang

terutama bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor serta Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Kondisi ini terjadi akibat peningkatan penjualan kendaraan bermotor, serta sebagai dampak kenaikan

tarif perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah pusat diperkirakan mengalami peningkatan pada

triwulan III-2010. Peningkatan realisasi ini terjadi akibat naiknya realisasi dana Dekonsentrasi yang

relatif tinggi, khususnya oleh Dinas Pertanian dan Dinas Pendidikan, serta realisasi dana Tugas

Pembantuan, khususnya di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Tasikmalaya. Secara keseluruhan,

tingginya realisasi dana Dekonsentrasi berdampak pada meningkatnya pertumbuhan konsumsi

pemerintah. Di sisi lain, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan III-2010

diperkirakan lebih rendah dibandingkan pola musimannya, dan lebih terkonsentrasi pada triwulan IV-

2010.

1. PENDAPATAN PEMERINTAH DI JAWA BARAT

1.1. PENDAPATAN PAJAK PEMERINTAH PUSAT

Pendapatan pajak Pemerintah Pusat di Jawa Barat mengalami peningkatan pada triwulan III-

2010, dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama di tahun 2009.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Barat I1, peningkatan penerimaan pajak

Pemerintah Pusat selama triwulan III-2010 terutama berasal dari kenaikan Pajak Penghasilan (PPh),

khususnya PPh Pasal 26. Adapun kenaikan pendapatan pajak tersebut disebabkan karena membaiknya

kondisi ekonomi nasional, yang turut mendukung kinerja dunia usaha, khususnya sektor industri

pengolahan. Selama triwulan III-2010, tercatat adanya peningkatan realisasi penerimaan untuk sektor

industri pengolahan sebesar 33,13% (yoy). Selain itu, peningkatan penyerapan APBN/APBD di tahun

2010 juga memberikan pengaruh terhadap meningkatnya pembayaran PPh dan PPN. Selain itu,

kenaikan penerimaan pajak dibandingkan triwulan sebelumnya, juga dipengaruhi karena pembayaran

PBB yang jatuh tempo pada bulan September 2010 (akhir triwulan III-2010).

Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Pusat di Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I Tw. II Tw. IIIA. Pajak Penghasilan 1.398,60 1.328,38 1.638,64 2.372,20 1.292,00 1.446,63 1.962,23

589,14 641,88 729,03 1.454,70 624,00 722,48 784,46 C. PL dan PIB 34,94 40,79 38,59 69,59 26,00 45,57 43,29

106,87 295,61 560,78 630,12 86,00 332,31 458,73 2.129,55 2.306,67 2.967,04 4.526,61 2.028,00 2.547,00 3.248,70 17,07 18,79 25,41 55,66 (4,76) 10,42 9,49

2010

Pertumbuhan (%, yoy) Jumlah

Jenis Pajak2009

B. PPN dan PPN BM

D. PBB dan BPHTB

Sumber: DJP Jawa Barat I

1 Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka

Page 67: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

1.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI

Pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan selama triwulan III-

2010. Secara keseluruhan, pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat diperkirakan telah terealisasi

sekitar 79-80% (ytd), dari APBD tahun 2010. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan triwulan III-2009,

dengan tingkat realisasi sebesar 73%.

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Triwulan III-2009** Triwulan III-2010

No. Uraian APBD

2009 (Rp Miliar)

Realisasi (Rp

Miliar)

% Realisasi thd APBD

APBD 2010 (Rp Miliar) Realisasi (Rp

Miliar)

% Realisasi thd APBD

I PAD 5,176 3,560 69 5,623 4,470 80

a. Pajak Daerah 4,835 3,177 66 5,147 4,250 83

b. Retribusi Daerah 29 23 80 29 20 68

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 138 179 130 204 3 1

d. Lain-lain PAD 174 181 104 242 165 68

II Dana Perimbangan 1,763 1,473 84 2,105 1,690 80

a. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 786 650 83 981 824 84

b. Dana Alokasi Umum 977 822 84 1,086 815 75

c. Dana Alokasi Khusus - - - 39 12 30

III Lain-lain Pendapatan 12 25 199 29 N/A N/A

a. Bantuan Keuangan 10 0 0 8 N/A N/A

b. Lain-lain Penerimaan 3 25 869 21 N/A N/A

Total Pendapatan 6,952 5,058 73 7,736 6.100-6.200*) 79-80*) Keterangan: *) Angka Perkiraan Bank Indonesia Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat sebesar 21% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 6%. Sementara itu, secara triwulanan, PAD

mengalami kenaikan sebesar Rp603 miliar, atau tumbuh melonjak 55% (qtq). Dengan pencapaian

tersebut, PAD tercatat telah terealisasi sekitar 80% (ytd) hingga triwulan III-2010, lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2009 dengan realisasi sebesar 69%. Peningkatan

pendapatan terutama berasal dari meningkatnya pendapatan pajak, yakni Pajak Kendaraan Bermotor

dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Selain disebabkan karena terus meningkatnya penjualan

kendaraan bermotor di Jawa Barat akibat pergerakan positif aktivitas perekonomian domestik,

peningkatan tarif perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) memberikan dampak pada

penurunan daya beli masyarakat. Sementara itu, tingkat realisasi Dana Perimbangan adalah sekitar

80% (ytd), lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan III-2009 yang sebesar 84%.

54

Page 68: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

Tabel 4.3. Realisasi Penerimaan Pajak Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Rp Miliar)

2009 2010 Jenis Pajak Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

Pajak Kendaraan Bermotor

411

458

520

473

429

375

588

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

404

423

565

544

647

522

801

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

266

263

283

273

265

192

298

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

23

24

35

14

23

9 14

Jumlah

1,103

1,168

1,403

1,305

1,365

1,098

1,701 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

2. BELANJA DAERAH

2.1. BELANJA APBN DI JAWA BARAT

Baik pertumbuhan maupun tingkat realisasi belanja pemerintah pusat di Jawa Barat

mengalami kenaikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya realisasi belanja dana Dekonsentrasi serta

dana Tugas Pembantuan. Meningkatnya realisasi belanja dana Dekonsentrasi telah berdampak pada

meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah.

Belanja Dana Dekonsentrasi

Dana Dekonsentrasi berfungsi sebagai pembiayaan kegiatan pendukung dalam pelaksanaan program

pemerintah pusat di daerah. Kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh dana Dekonsentrasi meliputi

koordinasi, pembinaan, dan pengawasan. Pengalokasian dana dekonsentrasi juga ditujukan langsung

kepada dinas/instansi di tingkat provinsi sementara wewenang dana tugas pembantuan diserahkan

kepada pemerintah kota/kabupaten/provinsi untuk mengatur.

Pada triwulan III-2010, realisasi dana Dekonsentrasi diperkirakan mengalami peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu mencapai 36,67% (ytd). Hal ini terutama

disebabkan oleh realisasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang telah merealisasikan dana

dekonsentrasi jauh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini terjadi salah satunya

karena skema BOS (Bantuan Operasional Sekolah) telah cukup dimengerti oleh berbagai pihak terkait,

baik pihak pemerintah maupun sekolah. Selain itu, realisasi yang lebih tinggi juga didorong oleh

realisasi dana dekonsentrasi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, dengan realisasi sebesar 52,93%,

jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan III-2009 (6,94%). Secara total nominal, realisasi

dana dekonsentrasi sampai dengan triwulan III-2010 mencapai Rp1,51 triliun dari target anggarannya,

55

Page 69: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

atau tumbuh 26,5% dibandingkan realisasi pada triwulan III-2009 terhadap target anggarannya

(Rp1,2 triliun).

Tabel 4.4. Realisasi (ytd) Dana Dekonsentrasi Jawa Barat di Lima Dinas Penerima Anggaran Terbesar

2009 2010 Dinas Anggaran

(Rp Miliar) Tw.III Anggaran

(Rp Miliar) Tw.III*

Dinas Pendidikan 4.540,44 19.92% 3.856,76 36.64%

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD)

42,97 46.43% 53.2 45.05%

Dinas Pertanian 30,41 6.94% 24.3 52.93%

Dinas Sosial 25,21 52.10% 22.61 53.25%

Jumlah 4.637,44 25.68% 4.109,34 36.67% Keterangan: *) Angka Perkiraan Sumber: BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

Belanja Dana Tugas Pembantuan

Tingkat realisasi Dana Tugas Pembantuan diperkirakan juga mengalami peningkatan dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi terutama berasal dari kinerja Pemerintah

Kabupaten Sukabumi serta Kabupaten Tasikmalaya. Sementara itu, realisasi dana Tugas Pembantuan

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama di

tahun 2009.

Tabel 4.5. Realisasi Dana Tugas Pembantuan Jawa Barat di Lima Pemerintah Daerah Penerima Alokasi Anggaran Terbesar

2009 2010 Provinsi/Kabupaten/Kota Anggaran

(Rp Miliar) Tw.III

Anggaran (Rp Miliar)

Tw.III*)

Provinsi Jawa Barat 204,89 25.10% 215.06 15.50%

Kabupaten Garut 117,34 30.67% 17.06 27.55%

Kabupaten Sukabumi 100,33 39.44% 19.84 42.45%

Kabupaten Tasikmalaya 87,94 62.01% 8.34 63.07%

Kabupaten Cianjur 75,29 56.42% 9.21 43.37%

Jumlah 1.145,16 31.36% 442.03 36.21%

Keterangan: *) Angka Perkiraan Sumber: BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

56

Page 70: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

2.2. BELANJA APBD PROVINSI JAWA BARAT

Di sisi belanja daerah, realisasi belanja pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih rendah

dibandingkan pola musimannya. Oleh karena itu, realisasi belanja pada tahun 2010 diperkirakan

akan terpusat pada triwulan IV-2010. Berdasarkan jenisnya, tingkat realisasi tertinggi berasal dari

belanja modal atau infrastruktur sementara untuk belanja pegawai adalah yang terendah mengingat

adanya program Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melakukan efisiensi belanja perjalanan dinas

pegawai.

Tabel 4.6. Perkiraan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat (dalam %)

2010 Jenis

Tw.II Tw.III*) Prognosa

Akhir Tahun 2010**)

Belanja 22,39 55-58 96,73

a) Pegawai 18,92 47-51 88,47

b) Barang dan jasa 19,40 52-57 97,54

c) Modal 34,93 61-65 98,88

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat Keterangan: *) Perkiraan **) Prognosa Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat

57

Page 71: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

Halaman ini sengaja dikosongkan

58

Page 72: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5

PERKEMBANGAN

SISTEM PEMBAYARAN

Page 73: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

60

Page 74: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

61

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai

merupakan salah satu dari tiga tugas utama Bank Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa

berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup,

jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu

kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem

pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan

konsumen. Khusus untuk menghadapi Lebaran di tahun 2010 ini, KBI Bandung melakukan strategi

jemput bola, serta melakukan kerjasama dengan 100 jaringan kantor bank di wilayah kerja KBI Bandung.

Adapun tujuannya adalah untuk memfasilitasi kegiatan penukaran Uang Pecahan Kecil, yang berdampak

terhadap berhasil diminimalisasinya antrian masyarakat dalam memperoleh UPK. 

Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat selama triwulan III-2010 secara umum masih

mengalami peningkatan. Dari sisi peredaran uang kartal, tercatat adanya kenaikan aliran uang kartal

yang masuk ke Jawa Barat (inflow), serta uang yang keluar dari Jawa Barat (outflow). Khusus untuk

triwulan III-2010, terjadi kenaikan net inflow di Jawa Barat, yang terjadi di wilayah kerja KBI Tasikmalaya

dan KBI Cirebon. Terjadinya outflow pada triwulan III-2010 merupakan siklus musiman meningkatnya

permintaan kartal oleh masyarakat akibat Lebaran.

Sementara itu, sistem pembayaran non tunai juga masih masih mengalami kenaikan selama

triwulan III-2010. Baik transaksi kliring maupun RTGS tercatat mengalami kenaikan dari sisi nominal,

yang menunjukkan bahwa semakin besarnya nominal transaksi masyarakat yang dilakukan melalui sistem

pembayaran non tunai tersebut.

1. PENGEDARAN UANG KARTAL

1.1. ALIRAN UANG KARTAL MASUK/KELUAR (INFLOW/OUTFLOW)

Seperti kondisi pada periode-periode sebelumnya, perkembangan aliran uang kartal di wilayah

Jawa Barat masih mengalami net inflow. Kondisi ini terjadi, karena aliran uang yang masuk (inflow)

ke Bank Indonesia di regional Jawa Barat (meliputi KBI Bandung, KBI Cirebon, dan KBI Tasikmalaya) lebih

besar dibandingkan aliran uang yang keluar ke masyarakat Jawa Barat (outflow). Khusus untuk triwulan

III-2010, net inflow mengalami sedikit peningkatan, yaitu dari sebesar Rp2,81 triliun pada triwulan II-

2010 menjadi Rp3,13 triliun pada triwulan III-2010, atau tumbuh 11,3% (qtq). Peningkatan net inflow

tersebut terjadi di KBI Tasikmalaya dan KBI Cirebon, yang masing-masing tumbuh meningkat dari sebesar

Rp0,37 triliun menjadi Rp0,61 triliun, serta dari Rp0,84 triliun menjadi Rp0,96 triliun. Dari sisi

pertumbuhan, masing-masing net inflow di KBI tersebut tumbuh 63,8% (qtq) dan 14,6%. Di sisi lain, KBI

Bandung mengalami penurunan net inflow sebesar Rp40 miliar, yaitu dari Rp1,60 triliun menjadi Rp1,56

triliun, atau turun 2,8% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 75: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

62

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal Di Jawa Barat

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

2007 2008 2009 2010

(Rp

Triliu

n)

Outflow Net Inflow Inflow

Sumber: BI Bandung, BI Tasikmalaya & BI Cirebon

Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang tinggi untuk Lebaran yang jatuh di triwulan III-2010, aliran

uang yang keluar dari KBI Bandung juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan yang

terjadi adalah sebesar Rp1,3 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp3,8 triliun pada triwulan III-2010,

atau mengalami pertumbuhan sebesar 191% (qtq). Dibandingkan dengan kondisi pada triwulan

sebelumnya, peningkatan aliran uang yang keluar dari KBI Bandung terutama adalah dari jenis Uang

Pecahan Kecil (pecahan Rp20.000 ke bawah) yang tumbuh diatas 300% (qtq). Kondisi tersebut memang

lazim terjadi, karena meningkatnya kebutuhan UPK dalam masa-masa menjelang Lebaran. Di sisi lain,

uang pecahan besar, yaitu Rp100.000 mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode

sebelumnya.

Apabila dilihat lebih detail, peningkatan uang keluar terbesar terjadi pada pecahan uang logam Rp1.000,

yang baru saja diluncurkan di Kota Bandung pada triwulan III-2010 ini (bulan Juli 2010). Adapun kegiatan

peluncuran uang logam pecahan baru tersebut diresmikan langsung oleh Wakil Presiden Republik

Indonesia, sekaligus meresmikan uang kertas Rp10.000 desain baru. Peresmian dilakukan di Kota

Bandung, karena uang logam tersebut memiliki desain bergambarkan Gedung Sate dan alat musik

angklung, yang masing-masing merupakan ikon Kota Bandung dan alat musik tradisional dari Jawa

Barat.

Dalam hal memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat, terutama dalam menyambut Hari Raya

Lebaran, KBI Bandung melakukan strategi jemput bola, diantaranya melalui penawaran kepada

dinas/instansi di daerah dalam hal penyediaan uang pecahan kecil. Wujud kegiatan tersebut adalah

dengan penyediaan UPK untuk pembayaran gaji pegawai negeri di dinas/instansi tersebut, serta

melakukan dropping langsung dengan menggunakan mobil kas keliling. Disamping itu, KBI Bandung

juga memfasilitasi mobil kas keliling, pada acara-acara Bazaar / Pasar Murah yang secara

berkesinambungan dilakukan oleh masing-masing dinas/instansi dalam rangka menyambut Lebaran.

Khusus dalam mengantisipasi lonjakan permintaan masyarakat terhadap UPK menjelang Lebaran di tahun

2010 ini, KBI Bandung berkoordinasi dengan jajaran perbankan, dan melibatkan 100 jaringan kantor

Page 76: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

63

bank yang ada di wilayah kerja KBI Bandung, untuk memfasilitasi kegiatan penukaran Uang Pecahan

Kecil. Kegiatan tersebut memberikan dampak positif, yaitu dapat meminimalisir antrian masyarakat dalam

memperoleh Uang Pecahan Kecil di loket Kantor Bank Indonesia Bandung.

Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung

Nominal Bilyet/Keping Nominal Bilyet/Keping(Rp Juta) (Juta) (Rp Juta) (Juta)

Uang Kertas100,000 755,546.50 7.56 1,707,483.30 17.07 126%50,000 443,123.30 8.86 1,425,437.00 28.51 222%20,000 37,427.86 1.87 181,069.86 9.05 384%10,000 43,571.88 4.36 262,705.76 26.27 503%5,000 14,286.18 2.86 127,082.93 25.42 790%2,000 - 65,721.02 32.86 1,000 1,901.03 1.90 632.82 0.63 -67%

Total 1,295,856.75 27.40 3,770,132.69 139.82 191% Uang Logam

1,000 0.01 0.00 11,421.13 11.42 228422440%500 8.89 0.02 1,958.76 3.92 21943%200 306.62 1.53 723.40 3.62 136%100 310.07 3.10 668.69 6.69 116%50 67.00 1.34 146.00 2.92 118%25 2.00 0.08 0.00 0.00 -100%

Total 694.58 6.07 14,917.97 28.56 2048%

Tw. III-2010Pertumbuhan

(qtq)

Tw. II-2010Jenis Pecahan

Sumber: BI Bandung

1.2. PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR

Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan, atau yang disebut juga dengan

kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) di KBI Bandung tercatat mengalami

penurunan pada triwulan III-2010, dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi ini merupakan

indikasi bahwa kesadaran masyarakat Jawa Barat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal Rupiah semakin

meningkat. Setelah mencapai posisi tertinggi pada triwulan I-2010, jumlah bilyet uang kertas yang

dimusnahkan di KBI Bandung tercatat terus mengalami penurunan. Khusus untuk triwulan III-2010,

jumlah uang yang dimusnahkan adalah sebanyak 96,45 juta bilyet, dengan total nominal senilai hamper

Rp2,8 triliun. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan PTTB pada triwulan II-2010, baik dari sisi jumlah

bilyet maupun nominalnya. Jenis pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah uang pecahan

Rp50.000, dengan porsi sebesar 31% dari seluruh pecahan uang. Porsi tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan periode sebelumnya, yang sebanyak 28% dari keseluruhan uang. Selanjutnya, jenis

pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp1.000 (21%); Rp5.000 (13%); serta

pecahan Rp2.000 (12%).

Page 77: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

64

Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung

-

30

60

90

120

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

2007 2008 2009 2010

Juta Lembar

Sumber: BI Bandung

1.3. UANG PALSU

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Bandung mengalami penurunan dari sisi jumlah

bilyet dibandingkan periode sebelumnya. Selama triwulan III-2010, tercatat sebanyak 3.753 lembar

uang palsu ditemukan, dengan nominal sebesar Rp309,55 juta. Walaupun turun dari sisi bilyet, namun

nominal temuan uang palsu tersebut mengalami peningkatan, dari sejumlah Rp273,21 juta selama

triwulan II-2010. Peningkatan ini terjadi karena terjadi kenaikan jumlah uang palsu pecahan yang besar,

yaitu Rp100.000, dari sebelumnya hanya sebanyak 39,4% dari keseluruhan uang palsu yang ditemukan,

menjadi 69,3%. Untuk meminimalisasi peredaran uang palsu tersebut, BI Bandung terus berupaya

memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat, menyediakan

sarana informasi hotline service, serta iklan layanan masyarakat.

2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

Berkembangnya perekonomian domestik meningkatkan kebutuhan masyarakat akan kecepatan,

kehandalan, dan keamanan dalam melakukan transaksi. Untuk itu, Bank Indonesia secara terus menerus

melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya

melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Page 78: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

65

2.1 KLIRING LOKAL

Perkembangan sistem pembayaran di bidang kliring1 di Jawa Barat mengalami peningkatan,

apabila dilihat dari sisi nominal. Selama triwulan III-2010, tercatat rata-rata transaksi kliring (meliputi

kliring penyerahan, kliring pengembalian, dan kliring kredit) senilai Rp11,83 triliun, dengan jumlah rata-

rata warkat sebanyak 515.642 lembar. Dari sisi nominal, terdapat kenaikan dibandingkan transaksi kliring

pada triwulan II-2010, baik secara triwulanan (tumbuh 6,1%) maupun secara tahunan (tumbuh 11,1%).

Namun demikian, apabila dilihat dari sisi volume, terdapat perlambatan pertumbuhan selama triwulan III-

2010 ini. Hal ini menunjukkan semakin besarnya nominal transaksi masyarakat yang dilakukan melalui

sistem pembayaran kliring. Dilihat dari wilayahnya, transaksi kliring yang paling besar di Jawa Barat,

dilakukan di wilayah Kota Bandung, yang disebabkan karena besarnya jumlah penduduk serta tingginya

aktivitas perekonomian di Kota Bandung.

Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III qtq yoyNominal (Rp Triliun) 9.94 10.38 10.64 11.19 10.82 11.14 11.83 6.12 11.14

Volume (Lembar) 504,311 476,875 484,106 481,440 496,425 510,649 515,642 0.98 6.51

Pertumbuhan Keterangan2009 2010

Sumber: Bank Indonesia

2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)

Transaksi RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai di Jawa Barat, yang

dikarenakan keunggulan RTGS dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan risiko

penyelesaian transaksi yang dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS per bulan

(dari dan ke Jawa Barat), selama triwulan III-2010, secara nominal maupun volume, masih mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu mencapai rata-rata bulanan sebesar Rp62,9 triliun

dan 97.188 transaksi RTGS. Dengan demikian terjadi peningkatan rata-rata transaksi bulanan RTGS

senilai RpRp6,24 triliun. Namun demikian, apabila dilihat dari sisi pertumbuhannya, terdapat sedikit

perlambatan pada triwulan III-2010. Dari sisi nominal, transaksi RTGS tumbuh sebesar 11% (qtq), sedikit

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 12%. Begitu pula

dengan transaksi dari sisi volume, yang tumbuh melambat dari 9% pada triwulan II-2010 menjadi 6%

pada triwulan III-2010. Adapun perlambatan ini terjadi karena melambatnya transaksi RTGS yang masuk

ke wilayah Jawa Barat, sementara di sisi lain, transaksi RTGS ke luar Jawa Barat masih mengalami

peningkatan apabila dilihat dari sisi nominal transaksi.

                                                             

1 Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar-peserta kliring, dan perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Page 79: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

66

Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Barat

Nominal (Triliun Rp)

VolumeNominal (Triliun

Rp)Volume

Nominal (Triliun

Rp)Volume

Januari 17.58 25,993 24.19 33,736 41.77 59,729

Februari 18.33 29,266 22.77 34,240 41.10 63,506Maret 18.73 31,282 28.97 34,346 47.70 65,628

Rata2 Tw I-09 18.21 28,847 25.31 34,107 43.52 62,954 April 20.58 31,562 27.91 32,396 48.49 63,958Mei 16.52 28,440 23.16 36,509 39.68 64,949

Juni 21.33 31,807 29.14 35,819 50.47 67,626 Rata2 Tw II-09 19.48 30,603 26.74 34,908 46.21 65,511 Juli 25.54 36,708 32.92 46,480 58.46 83,188

Agustus 19.18 32,520 30.45 47,482 49.63 80,002

September 20.17 30,164 31.27 39,591 51.44 69,755Rata2 Tw III-09 21.63 33,130.667 31.55 44,518 53.18 77,648 Oktober 15.72 30,323 25.30 34,783 41.01 65,106

November 17.32 31,508 28.52 41,202 45.84 72,710

Desember 22.63 42,739 37.70 58,364 60.33 101,103Rata2 Tw IV-09 18.56 34,856.667 30.50 44,783 49.06 79,640 Januari 19.96 36,750 32.52 45,588 52.47 82,338

Februari 17.96 33,030 28.16 43,878 46.13 76,908Maret 20.19 40,771 32.40 51,989 52.59 92,760

Rata2 Tw I-10 19.37 36,850.333 31.03 47,152 50.40 84,002 April 21.63 39,718 34.58 49,289 56.20 89,007Mei 20.11 38,703 32.16 48,589 52.28 87,292

Juni 24.16 44,037 37.34 54,623 61.50 98,660Rata2 Tw II-10 21.97 40,819.333 34.69 50,834 56.66 91,653 Juli 31.99 44,926 42.04 54,953 74.03 99,879

Agustus 25.63 47,066 37.22 56,981 62.85 104,047

September 19.91 39,447 31.90 48,191 51.81 87,638Rata2 Tw III-10 25.84 43,813.000 37.05 53,375 62.90 97,188 Pertumbuhan 17.64% 7.33% 6.80% 5.00% 11.01% 6.04%

Keluar Masuk Keluar + Masuk

Bulan

Sumber: Bank Indonesia

Page 80: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Page 81: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

68

Page 82: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat diperkirakan semakin menunjukkan perbaikan selama

periode triwulan III-2010. Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian

utama di Jawa Barat, mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, terutama di sektor pertanian,

seiring dengan masuknya musim panen, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terutama sebagai

dampak meningkatnya aktivitas perdagangan besar di Jawa Barat.

Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat diperkirakan masih relatif stabil.

Walaupun terhadang oleh inflasi, yang sedikit memperlemah daya beli masyarakat, namun kesejahteraan

diperkirakan masih cenderung meningkat. Hal ini diantaranya tercermin dari masih optimisnya Indeks

Penghasilan masyarakat Jawa Barat, serta meningkatnya Nilai Tukar Petani di Jawa Barat selama triwulan

III-2010.

1. KETENAGAKERJAAN

Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat

Seiring dengan semakin bergeraknya aktivitas perekonomian, penyerapan tenaga kerja juga

diperkirakan mengalami peningkatan. Kondisi ini salah satunya terindikasikan dari hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha di Jawa Barat. Dari survei tersebut, SBT tenaga kerja masih bernilai positif, yaitu

sebesar 3,4, yang menunjukkan bahwa masih terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap di

berbagai sektor perekonomian di Jawa Barat. Peningkatan serapan tenaga kerja terutama terjadi di sektor

penyerap tenaga kerja terbesar di Jawa Barat, yaitu sektor PHR, seiring dengan meningkatnya aktivitas

perdagangan, khususnya pada subsektor perdagangan besar. Sementara itu, sektor lainnya yang juga

mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja adalah sektor pertanian, yang merupakan sektor penyerap

tenaga kerja terbesar kedua di Jawa Barat, seiring dengan masuknya musim panen gadu di Jawa Barat.

Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan

-7,79

-10,39

1,6

-1,43

4,754,2

1,76

-6,47

2,3

-1,61

4,76

2,682,18

4,34 3,36

-12

-6

0

6

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

SBT

Total Sektor Pertanian PHR

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KBI Bandung

69

Page 83: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Peluang untuk penyerapan tenaga kerja Jawa Barat juga datang dari luar negeri. Berdasarkan informasi

dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar, terdapat kesempatan kerja sebanyak

70.000 tenaga kerja Jawa Barat di luar negeri. Permintaan tersebut datang, baik dari perwakilan penyalur

tenaga kerja, maupun G to G (Government to Government). Permintaan tenaga kerja yang datang

sebagian besar membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan spesifik, seperti perkapalan, konstruksi,

perhotelan, dan lain-lain. Sementara itu, mayoritas permintaan tenaga kerja datang dari negara-negara di

Timur Tengah, Singapura, Malaysia, serta Taiwan. Upaya penyediaan kebutuhan tenaga kerja tersebut

masih mengalami hambatan, terutama dari sisi kemampuan bahasa serta keterampilan calon tenaga

kerja. Untuk itu, pihak Disnakertrans Jabar terus berupaya untuk meningkatkan jumlah serta

mengooptimalkan balai latihan kerja yang sudah ada.

Dalam rangka terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja baru,

Disnakertrans Jabar, dengan bekerjasama dengan LKS Tripartit, menyelenggarakan pelatihan gratis tata

boga dan bazaar murah Ramadhan selama triwulan III-2010. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan

peluang usaha pada bulan Ramadhan yang cukup tinggi, yang memberikan kesempatan munculnya

usaha-usaha yang bersifat sementara. Pelatihan tersebut juga memprioritaskan pada pemanfaatan bahan

baku lokal. Oleh karena itu, disamping dapat meningkatkan kemandirian usaha, kegiatan juga bertujuan

untuk membantu pengembangan dan kemajuan bahan baku lokal. Adapun acara tersebut diikuti oleh

lebih dari 1.000 orang perempuan dari berbagai daerah di Jawa Barat.

2. KESEJAHTERAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Jawa Barat

diperkirakan dalam kondisi yang relatif baik,

dan dalam relatif stabil. Salah satu indikasinya

adalah pergerakan Indeks Penghasilan Saat Ini serta

Indeks Ekspektasi Penghasilan, yang mengalami

pergerakan semakin meningkat, dari bulan Juli (awal

triwulan III-2010) hingga September 2010 (akhir

triwulan III-2010). Walaupun demikian, secara rata-

rata kedua indeks tersebut mengalami sedikit

perlambatan, yang disebabkan karena persepsi akan

sedikit melemahnya daya beli masyarakat, karena

tingginya inflasi pada periode tersebut. Namun demikian, kondisi kesejahteraan masih relatif baik, karena

kedua indeks masih berada pada level optimis, yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini sebesar 104, sementara

Indeks Ekspektasi Penghasilan bernilai 120.

Grafik 6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks

Ekspektasi Penghasilan

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Penghasilan saat ini Ekspektasi penghasilan Garis 100

Sumber: Survei Konsumen, KBI Bandung

70

Page 84: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Sementara itu, walaupun dihadang rendahnya

produksi padi akibat anomali iklim,

kesejahteraan petani diperkirakan masih

mengalami kenaikan selama triwulan III-2010.

Hal ini salah satunya tercermin dari naiknya

rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP), dari 97,6

pada triwulan II-2010 menjadi 99,8 pada

triwulan III-2010. Kenaikan NTP tersebut

disebabkan karena peningkatan indeks harga

yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan

indeks harga yang dibayarkan petani. Naiknya

indeks harga yang dibayar petani diperkirakan berasal dari kenaikan harga jual beras, yang terjadi karena

langkanya pasokan beras dari petani. Di sisi lain, naiknya indeks harga yang dibayar petani juga

disebabkan terutama karena peningkatan harga bahan makanan, serta Harga Eceran Tertinggi (HET)

pupuk, sebagai salah satu input produksi. Namun demikian, beberapa kelompok mengalami perlambatan

pertumbuhan, yaitu kelompok perumahan, sandang, serta kesehatan.

Grafik 6.3. Nilai Tukar Petani

100

110

120

130

140

80

90

100

5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

NTP (LHS) Indeks yang diterima petani (RHS)

Indeks yang dibayar petani (RHS)

Sumber: BPS Jawa Barat

Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani di Jawa Barat (2007 = 100)

No. Sektor, Kelompok, & Subkelompok Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10 Tw.II-10 Tw.III-10

1 Indeks harga yang diterima petani 116,4 117,2 120,6 122,4 125,1 125,6 132,1

2 Indeks harga yang dibayar petani 120,2 121,8 123,4 124,9 127,3 128,8 132,3

2.1. Konsumsi Rumah Tangga 121,9 123,5 125,3 127,0 129,6 131,1 135,3

- Bahan Makanan 123,3 122,8 124,7 126,7 130,1 132,4 139,8

- Makanan Jadi 117,1 119,8 121,0 122,7 125,5 126,9 128,4

- Perumahan 132,3 138,0 141,0 141,9 143,6 143,7 145,1

- Sandang 114,9 118,0 121,2 122,7 123,7 124,7 127,7

- Kesehatan 113,9 117,5 119,0 121,0 124,0 126,2 127,4

- Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 112,9 116,5 118,3 119,2 120,1 121,0 123,0

- Transportasi & Komunikasi 113,2 112,2 112,4 113,0 113,8 113,7 113,9

2.2. Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal 115,2 116,6 117,6 118,6 120,2 121,8 123,5

- Bibit 113,9 115,4 116,6 117,8 119,5 120,6 122,6

- Obat-obatan & Pupuk 111,6 112,1 112,5 113,4 115,3 119,7 122,4

- Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 112,0 116,7 117,2 117,7 118,6 119,5 120,6

- Transportasi 114,1 113,8 113,7 115,7 116,6 116,5 116,9

- Penambahan Barang Modal 117,7 119,1 120,7 122,8 125,2 126,4 128,4

- Upah Buruh Tani 116,7 118,1 119,4 120,6 122,0 122,9 124,2

3 Nilai tukar petani (NTP) 96,9 96,2 97,7 98,0 98,3 97,6 99,8 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

71

Page 85: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

72

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

BOKS 3

SURVEI KONDISI REMITANSI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) JAWA BARAT

Pendahuluan

Penerimaan devisa dari remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), merupakan inflow terbesar dalam kelompok

Services, Income & Current Transfer Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Jumlah yang ada bahkan telah mencapai

sepertiga inflow yang diperoleh dari penanaman modal asing (Foreign Direct Investment-FDI) dan melampaui utang

luar negeri pemerintah (official aids). Inflow remitansi tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun seiring

meningkatnya jumlah WNI yang bekerja di luar negeri. Sejak Januari 2008 hingga September 2009, jumlah

penempatan TKI di luar negeri yang tercatat di BNP2TKI mencapai 370 ribu orang. Dari jumlah tersebut, persentase

TKI yang berasal dari daerah Jawa Barat mencapai 26% atau sekitar 98 ribu orang.

Dalam rangka memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai TKI asal daerah Jawa Barat dan nilai remitansi

yang dihasilkannya tersebut telah dilakukan survei kondisi remitansi TKI Jawa Barat pada tahun 2009. Survei

dilakukan terhadap 535 (lima ratus tiga puluh lima) orang responden TKI, yang terdiri dari TKI aktif, TKI purna dan

keluarga TKI penerima remitansi di daerah kantong-kantong TKI di Jawa Barat, yaitu Purwakarta, Subang,

Majalengka, Bandung, Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Karawang, Cirebon, dan Indramayu.

Profil TKI Jawa Barat

Berdasarkan tingkat pendidikannya, dapat terlihat bahwa

sebagian besar responden TKI (58,52%) adalah lulusan

Sekolah Dasar dan hanya 0,57% responden yang

berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan

masih rendahnya kualitas TKI sehingga hanya dapat

diserap pada lapangan pekerjaan yang tidak

membutuhkan pendidikan tinggi seperti pembantu rumah

tangga dan buruh industri.

Sebelum bekerja sebagai TKI, sebagian besar responden bekerja sebagai buruh/karyawan pabrik, petani, pekerja

bangunan, pelayan toko dan pembantu rumah tangga dengan tingkat upah yang relatif rendah yaitu kurang dari

Rp500.000,00 perbulan (57% responden) dan kurang dari Rp1.000.000,00 per bulan (37% responden).

Rendahnya tingkat upah yang diterima menjadi salah satu alasan utama responden bekerja sebagai TKI di luar

negeri dengan harapan dapat memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Berdasarkan negara tempat bekerja, 57,9% responden bekerja di Arab Saudi dan 10,3% bekerja di negara

Malaysia, sedangkan sisanya tersebar di negara-negara lain di Timur Tengah, seperti Kuwait (5,6%), Abu Dhabi

(4,1%), dan Qatar (3%). Di sisi lain, mayoritas responden bekerja sebagai TKI untuk jangka waktu 2 s.d. 5 tahun.

Hal ini dikarenakan responden cenderung beralih pekerjaan untuk mencari penghasilan yang lebih tinggi ataupun

beban kerja yang lebih ringan.

Grafik 1. Rata-rata Tingkat Pendidikan TKI

SD58,52%

SMP22,73%

SMA18,18%

Perguruan Tinggi0,57%

Page 86: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Kondisi Remitansi TKI Jawa Barat

Besarnya penghasilan yang diterima TKI sangat

bervariatif tergantung pada standar negara tujuan dan

jenis pekerjaan, 75% dari reponden menerima gaji

sebesar Rp1 juta - Rp2 juta (sebagian besar bekerja di

Timur Tengah dan Malaysia), 16% responden menerima

gaji Rp2–3 juta, 7% responden menerima Rp3–5 juta

dan hanya 2% responden menerima gaji diatas Rp5 juta

(bekerja di negara Korea, Jepang, Hongkong dan

Amerika).

Dari penghasilan yang diperoleh tersebut, sebanyak 62% responden mengirim uang secara rutin ke keluarganya di

Indonesia sebanyak 3 hingga 6 kali dalam satu tahun. Jumlah uang yang dikirim cenderung lebih dari 50% jumlah

gaji yang diterima dalam setahun. Uang yang dikirim ke Indonesia antara lain dimanfaatkan untuk biaya

pendidikan anak, kebutuhan sehari-hari, biaya renovasi rumah, membayar hutang, ditabung, dan sebagai modal

usaha.

Sebagian besar TKI (47%) mengirimkan uang menggunakan jasa pengiriman uang cepat (seperti Western Union)

dan dengan transfer menggunakan jasa perbankan (34%). Sedangkan responden lainnya menggunakan jasa

Kantor Pos (4%) dan ada yang menitipkan pada temannya yang pulang ke Indonesia. Responden TKI saat ini lebih

banyak menggunakan jasa agen pengiriman uang cepat seperti Western Union dikarenakan waktu pengiriman

lebih singkat, jaringan yang semakin luas hingga ke pelosok daerah, prosedur yang mudah dalam pengiriman

maupun pengambilan uang, serta keamanan yang terjamin.

Khusus bagi TKI Purna, sebagian besar dari mereka saat ini tidak memiliki tabungan ketika sudah kembali ke

Indonesia, karena penghasilan yang diperoleh sebagai TKI sudah terlebih dahulu dikirimkan dan hanya 36%

responden yang masih memiliki penghasilan untuk dibawa ke Indonesia dengan jumlah uang rata-rata tidak lebih

Rp50 juta. Uang tersebut antara lain disimpan dalam bentuk kas, tabungan di bank, dibelikan tanah maupun

rumah, serta dijadikan modal usaha.

Rekomendasi

1. Untuk meningkatkan taraf hidup TKI, dibutuhkan peningkatan ketrampilan bagi TKI sebelum TKI berangkat ke

luar negeri. Peningkatan ketrampilan antara lain dapat dilakukan melalui pelatihan, sehingga TKI memiliki

keahlian khusus sebagai nilai tambah. Selain itu, pelatihan mengenai kewirausahaan dan cara pengelolaan

uang juga dibutuhkan bagi TKI Purna (TKI yang sudah kembali ke Indonesia) agar mereka dapat

memanfaatkan penghasilan yang diperoleh sebagai TKI dengan sebaik mungkin.

2. Dibutuhkan sosialisasi khusus kepada TKI mengenai fasilitas perbankan dan jasa pengiriman uang, sehingga

mereka dapat memanfaatkan jasa tersebut dengan sebaik mungkin di luar negeri.

3. Perbaikan Sistem Operating Procedure (SOP) pengiriman TKI untuk menekan beberapa permasalahan yang

dihadapi TKI.

Grafik 1. Penghasilan TKI Aktif dan TKI Purna

Rp1-2 juta75%

Rp2-3 juta16%

Rp3-5 juta7%

> Rp5 juta2%

73

Page 87: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

74

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 88: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

75

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Page 89: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

76

Page 90: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

1. PROSPEK EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan akan

semakin menguat. Setelah tumbuh melambat pada laju 4,0% (yoy) pada triwulan III-2010,

pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang berada

pada kisaran 6-6,5%. Dengan demikian, secara keseluruhan perekonomian Jawa Barat untuk tahun

2010 akan mencapai 6,0%.

Dari sisi permintaan, masih meningkatnya pertumbuhan masih disumbang oleh peningkatan konsumsi

dan kenaikan investasi. Konsumsi yang meningkat terjadi baik pada konsumsi rumah tangga maupun

konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi rumah tangga salah satunya disebabkan oleh faktor

membaiknya daya beli akibat rendahnya inflasi dan optimisme masyarakat terhadap ekonomi.

Optimisme terhadap kuatnya ekonomi tercermin dari masih tingginya keyakinan konsumsi terutama

yang bersumber dari optimisme terhadap ekspektasi ekonomi ke depan. Selain itu, meningkatnya

pendapatan masyarakat juga terjadi karena kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) riil serta naiknya

produksi komoditas pertanian, khususnya padi. Di sisi pemerintah, konsumsi pemerintah turut

memberikan kontribusi terhadap kuatnya konsumsi akibat meningkatnya pengeluaran APBD pada

akhir tahun, menyusul relatif rendahnya realisasi belanja pemerintah daerah pada periode-periode

sebelumnya. Sementara itu, investasi juga diperkirakan terus membaik seiring dengan meningkatnya

permintaan yang mengakibatkan sektor usaha melakukan realisasi investasi untuk meningkatkan

produksi. Peningkatan investasi tercermin dari naiknya impor barang yang sampai periode terakhir

mencapai pertumbuhan sebesar 300%. Dari sisi perdagangan luar negeri, kinerja ekspor diperkirakan

mengalami sedikit perlambatan, akibat adanya potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara

mitra dagang utama Jawa Barat, khususnya negara-negara maju.

Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Grafik 7.2. Impor Barang Modal

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

0

25

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

Ribu Ton

Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi sektoral, ketiga sektor dominan di Jawa Barat diperkirakan mengalami peningkatan pada

triwulan IV-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri

sejalan dengan kuatnya aktifitas ekonomi, khususnya di dalam negeri, baik di wilayah Jawa Barat,

maupun secara nasional. Sektor PHR juga mengalami peningkatan, seiring kuatnya konsumsi

sebagaimana yang tercermin dari masih tingginya indeks penjualan eceran. Selain itu, sektor PHR juga

diperkirakan meningkat sebagai dampak bencana alam di DI Yogyakarta, sehingga wisatawan

77

Page 91: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

diperkirakan mengalihkan tujuan wisatanya ke Jawa Barat, dan turut mendongkrak kinerja sektor PHR

di Jawa Barat. Menguatnya kegiatan pada sektor industri dan PHR tercermin pula dari informasi hasil

liaison terhadap perusahaan-perusahaan pada kedua sektor, diantara industri komponen elektronik

dan kendaraan bermotor. Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa, peningkatan kegiatan sektor

tersebut didorong oleh semakin membaiknya permintaan. Bahkan beberapa perusahaan berusaha

meningkatkan kapasitas produksinya melalui investasi tambahan mesin dan pabrik baru. Di sisi lain,

produksi padi diperkirakan mengalami peningkatan selama triwulan IV-2010, akibat masih tingginya

curah hujan, serta sudah relatif terkendalinya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Dengan

perkiraan tersebut, Provinsi Jawa Barat diperkirakan dapat kembali menjadi produsen beras terbesar

pada tahun 2010.

Dengan perkiraan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama tahun 2010 dan sampai

dengan pertengahan 2011 diproyeksikan masih berada dalam fase ekspansi. Perkiraan masih kuatnya

ekonomi tersebut berasal dari perkiraan laju pertumbuhan ekonomi pada sektor industri, sektor PHR,

dan sektor pertanian yang dalam fase ekspansi.

Grafik 7.3. Business Cycle Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

0

1

‐25

‐20

‐15

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

Jan‐80

Sep‐80

Mei‐81

Jan‐82

Sep‐82

Mei‐83

Jan‐84

Sep‐84

Mei‐85

Jan‐86

Sep‐86

Mei‐87

Jan‐88

Sep‐88

Mei‐89

Jan‐90

Sep‐90

Mei‐91

Jan‐92

Sep‐92

Mei‐93

Jan‐94

Sep‐94

Mei‐95

Jan‐96

Sep‐96

Mei‐97

Jan‐98

Sep‐98

Mei‐99

Jan‐00

Sep‐00

Mei‐01

Jan‐02

Sep‐02

Mei‐03

Jan‐04

Sep‐04

Mei‐05

Jan‐06

Sep‐06

Mei‐07

Jan‐08

Sep‐08

Mei‐09

Jan‐10

Sumber: Bank Indonesia Bandung

2. PRAKIRAAN INFLASI

Perkembangan inflasi selama tahun 2010 cenderung meningkat sehingga inflasi di provinsi

Jawa Barat pada akhir tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 6,22%. Perkiraan inflasi tersebut

akan memberikan sumbangan terhadap kecenderungan target inflasi nasional sebesar 5%+1% ke

batas atas. Masih tingginya perkiraan laju inflasi selama triwulan IV-2010 terutama bersumber dari

kenaikan harga pada komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan kelompok non makanan.

Ditinjau dari faktor penyebabnya, faktor fundamental dan shock memberikan kontribusi terhadap

terjadinya kenaikan inflasi selama triwulan IV-2010. Di sisi fundamental, meningkatnya permintaan

dalam negeri dan ekspor yang direspons dengan tingginya pemakaian kapasitas telah menyebabkan

78

Page 92: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

terjadinya tekanan harga. Kenaikan harga

juga didorong oleh meningkatnya

ekspektasi masyarakat, sebagaimana yang

ditunjukkan oleh hasil survei ekspektasi

harga oleh konsumen (Grafik 7.5.). Tekanan

terhadap harga yang berasal dari shock

diperkirakan terjadi akibat dari

melambatnya produksi komoditas bahan

makanan dan hambatan distribusi seiring

dengan anomali cuaca yang sulit dapat

diantisipasi. Sementara itu, tekanan

terhadap inflasi diperkirakan tidak tinggi

mengingat tidak adanya kenaikan harga

barang yang diatur oleh pemerintah

(administered price) pada triwulan IV-2010.

Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung

100110120130140150160170180190200

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Tw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IV Tw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.III

2007 2008 2009 2010

SB% (inflasi)

Inflasi (qtq) SK* SK** Sumber: SK-BI Bandung; BPS Jawa Barat. Keterangan: SK*=Ekspektasi terhadap harga pada 3 bulan sebelumnya; SK**= Ekspektasi terhadap harga pada 6 bulan sebelumnya

79

Page 93: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

80

BOKS 4

SURVEI RESPONS SEKTOR EKONOMI UTAMA JAWA BARAT TERHADAP PERKEMBANGAN PERMINTAAN

Pendahuluan

Dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih mendalam terhadap kondisi usaha, khususnya kapasitas

produksi, dan bagaimana respons sektor ekonomi utama di Jawa daerah terhadap perkembangan permintaan

yang datang, serta perkiraan prospek (dan risiko) ke depan, Bank Indonesia Bandung melakukan survei kepada 30

pelaku usaha di Jawa Barat. Responden merupakan perusahaan berskala menengah besar, yang bergerak di

industri TPT dan alat angkutan.

Prospek Usaha

Sebagian besar responden survei memperkirakan kondisi

usaha mereka dalam jangka menengah (< 1 tahun) akan

relatif stabil, dengan kecenderungan adanya peningkatan.

Penyebab utama positifnya perkiraan para pelaku usaha

tersebut adalah karena masih luasnya pasar produk.

Membaiknya perkiraan prospek usaha tersebut juga terlihat

dari perkiraan pelaku usaha terhadap beberapa indikator

kinerja perusahaan. Meningkatnya permintaan yang datang

(penjualan), diperkirakan akan turut mendongkrak omzet,

keuntungan. Dampaknya, untuk dapat memenuhi naiknya

permintaan tersebut, responden akan meningkatkan

kapasitas produksi serta menambah jumlah tenaga kerja.

Grafik 2. Faktor Penyebab Membaiknya Prospek Usaha

16%

28%

12%

24%

68%

0%

20%

40%

60%

80%

Pendapatan masyarakat yang

cukup besar

Kebijakan Pemerintah yang

kondusif

Akses pembiayaan usaha yang diperluas

Kurs yang stabil Pasar produk yang masih luas

Grafik 3. Perkiraan Indikator Kinerja Perusahaan

0%

20%

40%

60%

80%

Permintaan / penjualan

Omzet Keuntungan Produksi Kapasitas Terpakai

Tenaga Kerja

Naik Turun Stabil

Grafik 1. Perkiraan Prospek Usaha

Membaik33.3%

Stabil50.0%

Memburuk16.7%

Page 94: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

81

Dalam menghadapi perkiraan naiknya permintaan yang akan datang, responden melakukan beberapa langkah

strategi, diantaranya adalah melakukan investasi (dinyatakan oleh 43% responden); melakukan penyesuaian harga

(46,7% responden); meningkatkan pinjaman dari perbankan (36,7% responden); dan yang terutama adalah

dengan meningkatkan kapasitas produksi (53,3% responden). Khusus untuk upaya meningkatkan pinjaman

perbankan, responden cenderung meningkatkan kredit untuk kebutuhan investasi yang akan mereka lakukan ke

depan.

Grafik 4. Respons Pelaku Usaha dalam Mengantisipasi Perkembangan Permintaan

43.3%53.3%

46.7%36.7%

56.7%46.7%

53.3%63.3%

0%

50%

100%

Investasi Meningkatkan Kapasitas

Penyesuaian Harga

Meningkatkan Pinjaman

Ya Tidak

Grafik 5. Kebijakan Pemerintah yang Diharapkan Pelaku usaha

50%

13%

20%

50%

37%

43%

23%

0%

20%

40%

60%

Akses Kredit Perbankan

Jumlah Skema Kredit

Bersubsidi

Kontinuitas Energi

Kemudahan Prosedur Perizinan

Kegiatan Promosi

Infrastruktur Pelatihan

Dalam menjalankan aktivitas produksi, pelaku usaha tentunya juga sangat mengharapkan dukungan dari

Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Adapun kebijakan-kebijakan yang paling

diharapkan oleh para pelaku usaha adalah:

• Mempermudah akses terhadap kredit perbankan

• Memberikan kemudahan prosedur perizinan

• Membangun infrastruktur (tol, kereta api, dll)

• Meningkatkan kegiatan promosi, baik di dalam maupun di luar negeri

• Menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan teknis produksi dan pemasaran

• Memastikan kontinuitas pasokan energi (listrik dan gas)

• Menambah jumlah skema kredit bersubsidi

Page 95: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Halaman ini sengaja dikosongkan

82

Page 96: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

LAMPIRAN

 

  83

LAMPIRAN

Page 97: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

LAMPIRAN

 

84

Page 98: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

LAMPIRAN

 

 

85

1. Ekonomi Makro

Tabel 1.A. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Menurut Sektor Ekonomi (Triliun Rupiah)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.IIIPertanian 11,0        8,2          9,1          8,1          12,1        9,1          10,2        9,5          11,70     9,76        9,89         Pertambangan dan Penggalian 1,5          1,5          1,7          1,7          1,7          1,8          1,9          2,0          1,84        1,88        1,91         Industri Pengolahan 31,2        33,5        34,3        35,1        30,9        32,9        33,4        34,4        31,89     33,44     34,08      Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,5          1,5          1,5          1,5          1,6          1,7          1,8          2,0          1,86        1,85        1,89         Bangunan/Konstruksi 2,2          2,3          2,6          2,6          2,3          2,5          2,7          2,8          2,72        2,87        2,98         Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,4        14,0        14,8        14,7        14,2        15,0        16,7        16,8        16,79     17,25     17,68      Pengangkutan dan Komunikasi 3,1          3,1          3,2          3,1          3,0          3,3          3,5          3,4          3,40        3,86        4,24         Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusaha 2,1          2,3          2,4          2,3          2,1          2,4          2,6          2,6          2,45        2,59        2,73         Jasa‐jasa 4,7          4,7          4,8          4,9          4,8          4,9          5,0          5,0          4,97        5,20        5,42         

PDRB  70,6        71,0        74,4        74,0        72,8        73,4        77,7        78,6        77,61     78,71     80,80      

2009 2010Lapangan Usaha

2008

Tabel 1.B. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Penggunaan (Triliun Rupiah)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.IIIKonsumsi Rumah Tangga 45,64     45,93     47,73     48,00     48,89     48,60     50,60     49,69     50,10     51,09     52,50    Konsumsi Pemerintah 3,15        4,11        4,71        6,19        4,49        4,44        4,95        6,26        3,98        3,82        4,96       Pembentukan Modal Tetap Bruto 12,35     12,59     13,28     13,46     12,66     12,03     13,23     13,63     13,34     14,17     14,48    Perubahan Inventori 1,85        1,83        1,90        1,86        2,20        2,43        2,80        3,07        2,91        3,23        3,0         Diskrepansi Statistik 3,03        1,21        (0,62)      1,12        (1,10)      (2,95)      (3,31)      (3,60)      (1,10)      (0,57)      ‐3,68Ekspor 31,18     29,28     29,18     28,86     29,97     32,11     32,49     32,98     31,42     32,29     38,48Impor 26,62     23,94     21,81     25,50     22,47     23,26     23,07     23,42     23,05     25,32     28,95

PDRB  70,59     71,01     74,38     74,02     72,98     73,38     77,68     78,56     77,61     78,71     80,80    

Komponen Penggunaan2008 2009 2010

 

2. Inflasi Tabel 2.A. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Juli 2010 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 4,44 5,88 1,37 4,35 7,30 11,35 7,02 4,82

2Makanan jadi, minuman, rokok dantembakau

0,09 1,27 -7,12 -2,08 -3,75 -3,22 -1,68 0,51

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahanbakar

0,01 0,32 -0,86 -5,98 -9,21 -13,13 -15,38 0,13

4 Sandang 0,40 1,80 11,44 13,64 1,40 8,72 11,73 0,695 Kesehatan 0,08 1,07 10,36 2,90 -9,78 6,41 10,27 0,256 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,37 0,06 -2,51 -8,82 -20,27 7,32 -5,23 0,407 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,47 1,01 8,65 6,47 6,41 10,25 8,85 1,07

1,26 2,16 2,08 -0,17 -2,14 0,90 -0,94 1,58Umum

No. KelompokKota

Gab.

 

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Bd= Bandung, Bks=Bekasi, Dpk=Depok, Bgr=Bogor, Cn=Cirebon, Skbm=Sukabumi, Ts=Tasikmalaya

 

 

 

Page 99: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

LAMPIRAN

 

86

 

Tabel 2.B. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Agustus 2010 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 0,38 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 0,91

2Makanan jadi, minuman, rokok dantembakau

0,06 0,46 0,46 0,46 0,46 0,46 0,46 0,27

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahanbakar

1,35 1,85 1,85 1,85 1,85 1,85 1,85 1,50

4 Sandang 1,04 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 0,335 Kesehatan 0,47 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,246 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38 0,537 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan -0,17 -0,04 -0,04 -0,04 -0,04 -0,04 -0,04 0,03

0,51 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,71

No. KelompokKota

Gab.

Umum  

S

 

umber: BPS Provinsi Jawa Barat.

3. Data Perbankan

Tabel 3. Indikator Bank Umum di Jawa Barat Posisi bulan Mei 2010 (Rp Triliun)

Bank Umum Konvensional

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III* q-t-q y-o-y

Total Aset 133,59 139,72 145,03 154,91 162,80 170,85 178,02 181,92 187,08 197,78 206,59 4,45% 16,05%

DPK 101,76 105,98 107,03 117,76 123,03 126,97 129,53 133,28 121,59 131,06 131,87 0,62% 1,80%

Kredit bank pelapor 70,98 77,92 82,86 87,35 87,58 95,45 98,77 102,62 104,99 111,64 114,90 2,92% 16,33%

Kredit lokasi proyek 127,22 135,29 147,46 163,33 162,54 171,39 174,16 181,41 180,28 193,30 197,54 2,19% 13,42%

LDR % 69,75 73,52 77,42 74,18 71,19 75,17 76,25 77,00 86,35 85,19 87,14

Rasio NPLs (%) 3,78 3,63 3,57 3,52 3,99 3,91 3,82 3,37 3,53 3,45 3,60

PertumbuhanIndikator

2008 2009 2010

* Posisi bulan Agustus 2010 Sumber: LBU KBI Bandung

Bank Umum Syariah 

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III* qtq yoy

DPK 3,21 3,73 3,65 3,97 4,09 4,49 4,61 5,07 4,72 5,92 6,34 7,2% 37,7%

Pembiayaan 2,84 3,07 3,37 3,43 3,41 3,53 3,83 4,05 3,96 5,56 6,20 11,6% 61,9%

- FDR (%) 88,40 82,28 92,21 86,26 86,26 78,50 83,17 79,88 83,95 93,93 97,81

IndikatorPertumbuhan2008 2009 2010

 

* Posisi bulan Agustus 2010 Sumber: LBU KBI Bandung

Page 100: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

DAFTAR ISTILAH

87

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Faktor Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

Page 101: Bank Indonesia . Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai …

DAFTAR ISTILAH

88

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”.

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.