bahan kimfar 2

25
Lentina Sitohang Blog Jumat, 26 Juli 2013 Laporan Praktikum Membuat Larutan Standar a. Judul Praktikum : Membuat Larutan Standar b. Tanggal Praktikum : 27 April 2013 an Praktikum : Untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi normalitas. ABSTRAK Telah dilakukan percobaan yang berjudul Membuat Larutan Standar, dengan tujuan untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi Normalitas. Pembuatan larutan standar pada larutan Asam Klorida (HCl), Kalium Iodida (KI), dan Timbal Nitrat (Pb(NO ) ) menggunakan konsentrasi X Normalitas untuk menghitung zat murninya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengenceran. Sehingga pada KI 0,2 N 0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 % diperoleh 1,668 gram KI, pada Pb(NO ) 0,2 N 0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 % diperoleh 1,664 gram Pb(NO ) , dan pada larutan HCl 0,1 N 50 mL dengan persentase kemurnian 37 % diperoleh 0,44 mL larutan HCl. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa untuk larutan KI 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL aquades, untuk larutan Pb(NO ) 0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dalam 50 mL aquades, dan untuk larutan HCl 0,1 N dengan persentase kemurnian 37 % dan volume 50 mL dibutuhkan dalam 0,44 mL aquades. Kata Kunci : Larutan, Konsentrasi Normalitas, Pengenceran Larutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mempelajari ilmu kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solute.

Upload: puty-prianovira

Post on 03-Dec-2015

252 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

KIMFAR

TRANSCRIPT

Page 1: bahan kimfar 2

Lentina Sitohang BlogJumat, 26 Juli 2013

Laporan Praktikum Membuat Larutan Standar

a.       Judul Praktikum       :  Membuat Larutan Standar

b.      Tanggal Praktikum   :  27 April 2013

Tujuan Praktikum     : Untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi  normalitas.

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Membuat Larutan Standar, dengan tujuan untuk membuat

larutan standar dengan konsentrasi Normalitas. Pembuatan larutan standar pada larutan Asam Klorida

(HCl), Kalium Iodida (KI), dan Timbal Nitrat (Pb(NO ) ) menggunakan konsentrasi X Normalitas

untuk menghitung zat murninya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengenceran. Sehingga pada KI 0,2

N  0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 %  diperoleh 1,668 gram KI, pada Pb(NO )  0,2

N  0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 % diperoleh 1,664 gram Pb(NO ) , dan pada

larutan HCl 0,1 N 50 mL dengan persentase kemurnian 37 % diperoleh 0,44 mL larutan HCl. Dari hasil

percobaan dapat disimpulkan bahwa untuk larutan KI 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL

aquades, untuk larutan Pb(NO )  0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dalam 50 mL aquades, dan untuk

larutan HCl 0,1 N dengan persentase kemurnian 37 % dan volume 50 mL dibutuhkan dalam 0,44 mL

aquades.

Kata Kunci : Larutan, Konsentrasi Normalitas, Pengenceran Larutan

BAB IPENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Ketika mempelajari ilmu kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang

homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut

pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut

atau solute.

Penerapan titrasi di dunia industri ada banyak sekali. Contohnya saja dalam penetapan kadar vitamin

C dalam tablet vitamin C dan penetapan kadar asam dalam asam cuka, serta penentuan asam oksalat

menggunakan permanganate. Karena itu, praktikan tentunya harus tahu dan memahami bagaimana cara

menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.

Page 2: bahan kimfar 2

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri praktikan. Dengan

begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi juga dalam praktik dan penerapannya. Sehingga

nantinya praktikan dapat mengolah bahan-bahan yang memiliki konsentrasi tinggi dan menguntungkan

perusahaan, sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran perusahaan.

1.2      Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk membuat larutan standar dengan menggunakan

konsentrasi Normalitas.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Larutan

Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama

di seluruh volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut.

Larutan terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah larutan baku dan larutan baku primer.

Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara.

Cara kedua masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia

yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku (primary standary solution).

Larutan baku primer berfungsi untuk melakukan pembakuan atau untuk memastikan konsentrasi

larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketetapan atau kepastian konsentrasinya sukar diperoleh

melalui pembuatannya secara langsung.

Konsentrasi  dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :

a.         Molaritas (M)

Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus molaritas adalah :                       M = Mol zat terlarut

                            Liter larutan

Contoh : Berapakah molaritas 0,4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250 mL larutan?Jawab : M = (0,4/40) mol    = 0,4 M

                    0,25 L

b.      Molalitas (m)

Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Rumus molalitas adalah :                                   M = mol terlarut x       1000

                                                                  Gram pelarut

Contoh : Berapa molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air?

Jawab : molalitas NaOH = (4/40)/500 gr air

                                        = (0,1 x 2 mol)/1000 gr air            

    = 0,2 m

Page 3: bahan kimfar 2

c.       Persen Massa/Berat (% m/m atau % w/w)

Persen berat menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Contoh : larutan gula 5%, berarti dalam 100 gram larutan gula terdapat :

                       (5/100) x 100 gram gula = 5 gram gula

                       (100 - 5) gram air = 95 gram air

d.      Persen volume (% V/V)

Persen volume menyatakan jumlah larutan zat dalam liter dalam 100 liter larutan, misal : Alkohol 76 %

berarti dalam 100 liter larutan Alkohol terdapat 76 liter Alkohol murni.

e.       Fraksi Mol (x)

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total seluruh

komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu total. Konsentrasi ini tidak mempunyai satuan karena

merupakan perbandingan.

Dengan rumus :           X (terlarut) =             n (terlarut)

                                   n (terlarut) + n (pelarut)

           X (pelarut) =               n (pelarut)

                                   n (terlarut) + n (pelarut)

Dalam fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.

f.       Normalitas (N)

Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat hubungan antara

normalitas dengan molaritas yaitu :

N = M x valensi                                 N =       gram ekivalen zat

                                                                       Cm3 larutan/liter

Analisa Volumetri

Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan menimbang berat suatu zat

dengan suatu metode Gravimetri. Akurasinya sama dengan metode Gravimetri, analisa Volumetri juga

dikenal sebagai Titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang

konsentrasinya diketahui dan dialirkan dalam buret dan dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang

tidak diketahui (analit) kemudian dihitung, maka syaratnya adalah reaki harus berlangsung secara tepat,

reaksi berlangsung secara kuantitaif dan tidak ada reaksi samping.

Indikator Methyl Orange (MO)

Metil orange (Methyl Orange) adalah senyawa organik dengan rumus ”C H N

NaO S” dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam-basa. Indikator MO ini berubah

warna dari merahpada pH diatas 4,4 jadi warna transisinya adalah sebagai berikut :

Indikator metil orange (MO) merupakan indikator asam basa yang berwarna merah dalam suasana asam

dan warna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1 – 4,4. penggunaan Metil Orange (MO) dalam

titrasi.

                                                           (Mulyono HAM, Bumi Aksara, 2006)

Asam Klorida (HCl)

Page 4: bahan kimfar 2

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas Hidrogen Klorida (HCl). Asam kuat merupakan

komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam

klorida (HCl) harus ditangani dengan keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat

korosif.

           Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik yang berarti dalam berdisosiasi melepaskan satu

H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion

Hidronium (H3O+).

HCl + H2O  H3O+ + Cl-

          

           Asam klorida merupakan (HCl) merupakan asam kuat karena berdisosiasi penuh dengan air.

                       ( S. M. Khopar, Konsep Dasar Kimia Analitik, jakarta, 2006)

Kalium Iodida (KI)

           Kalium Iodida merupakan larutan Kalium Yodium. Kalium Iodida ini biasanya digunakan dalam

fotografi.

Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2

Pb (NO3)2 + H2O  PbO- + H2(NO3)2

               Persamaan ini menunjukkan bahwa Pb(NO)3 atau Timbal Nitrat terlarut dalam air.

BAB IIIMETODELOGI PRAKTIKUM

3.1      Alat dan Bahan

3.1.1        Alat – alat

                                                      Neraca Digital             : digunakan untuk menimbang bahan yang akan   digunakan.

                                                      Labu ukur 100 mL      : digunakan untuk mencampur bahan kimia

                                                      Kaca arloji       : digunakan untuk menimbang bahan-bahan kimia

Spatula                        : digunakan untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam                                            bentuk padatan.

3.1.2        Bahan – bahan

1.            Zat murni yang sudah diketahui kemurniannya, yaitu KI, Pb(NO3)2, dan HCl.

2.            Aquadest

3.2      Cara Kerja

Page 5: bahan kimfar 2

1. Dihitung zat murni (dalam satuan gram) yang akan dibuat larutan standar dengan konsentrasi x

Normalitas.

2. Dimasukkan zat murni (dalam satuan gram) yang telah ditimbang ke dalam labu ukur.

3. Ditambahkan aquades ke dalam labu ukur sampai volume tepat (garis batas).

4. Dicampurkan larutan sampai tercampur sempurna.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

5.1   Hasil

1.      Untuk larutan Kalium Iodida (KI) 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL aquades.

2.      Untuk larutan Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2 0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dan 50 mL aquades.

3.      Untuk larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 N dengan persentase kemurnian 37% dan volume 50 mL,

dibutuhkan dalam 0,44 mL aquades.

5.2        Pembahasan

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis

suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.

Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.

Pada padatan tidak menggunakan massa jenis, sedangkan pada cairan memerlukan massa jenis,

yaitu dengan rumus :

                        ρ = m/v

Percobaan pembuatan larutan standar ini sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik

yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku

(standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi zat yang dianalisis berlangsung

secara kuantitatif. Maka dari itu, sebelum kita membuat larutan standar, terlebih dahulu kita menghitung

massa zat (gram) dengan menggunakan konsentrasi X normalitas.

Zat murni (gram) = X Normalitas x BM

Seperti pada praktikum yang telah kami lakukan, terlebih dahulu menghitung zat murni larutan

Kalium Iodida (KI), larutan Pb(NO3)2, dan larutan asam Klorida (HCl), sebelum membuat larutan

standarnya.

1.          Larutan Kalium Iodida (KI), dimana diketahui normalitasnya 0,2 N, persentase kemurniannya 99,5%, serta

volumenya 0,05 liter. Nah, terlebih dahulu kita menghitung zat kemurniannya (gram) agar kita mudah untuk

membuat larutan standarnya (karena Kalium Iodida merupakan padatan). Cara menghitung zat murninya

(gram), yaitu :

           BM KI = Ar K + Ar I = 166,01

           KI (gram) = 0,2 N x 166,01 x 100%  x 0,05 L = 1,668 gram

                                                 1 x 99,5%

2.         Karena Pb(NO3)2 juga merupakan padatan, maka kita harus menghitung zat murninya (gram), sebelum

membuat larutannya. Dimana telah diketahui normalitas 0,2 N, persentase kemurnian 99,5% dan

volumenya 0,05 Liter. Maka rumus yang digunakan sama seperti diatas yaitu dengan konsentrasi x

normalitas.

        BM Pb(NO3)2 = Ar Pb + 2Ar N + 2Ar O = 331,21

Pb(NO3)2  (gram) = 0,2 N x 331,21 x 100%   x 0,05 L = 1,664 gram

                                                  2 x 99,5%

Page 6: bahan kimfar 2

3.   Larutan HCl, berhubung karena HCl merupakan cairan, dan kita diminta untuk mengubahnya ke dalam

gram dengan menggunakan larutan HCl dihitung dengan konsentrasi X Normalitas. Seperti pada

percobaan, diketahui 0,1 N, persentase kemurnian 37%, dan volumenya 50 mL karena HCl merupakan

cairan, jadi kita menggunakan mL bukan liter.

BM HCl = Ar H + Ar Cl = 36

HCl (gram) = 0,1 N x 1,19 x 100%   x 50 mL  = 0,44 mL

                             36 x 1 x 37%

   Ketiga larutan diatas hanya merupakan beberapa contoh dan itu merupakan percobaan yang telah

kami uji.

Setelah kita memperoleh zat murninya (gram) maka barulah kita boleh membuat larutan

standarnya. Yaitu dengan memasukkan HCl, Kalium Iodida (KI) dan Pb(NO3)2 yang telah ditimbang sesuai

dengan yang kita hitung tadi ke dalam labu ukur. Kemudian menambahkan aquadest ke dalam labu ukur

sampai pada volume tepat (garis tepat). Lalu larutan tersebut dikocok hingga tercampur sempurna. Maka

terbentuk suatu larutan standar.

BAB VKESIMPULAN

           Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh yaitu :

1.      Untuk membuat larutan standar,maka terlebih dahulu kita menghitung zat murninya, misalnya dengan

menggunakan konsentrasi x normalitas.

2.      Berhubung karena Kalium Iodida dan Pb(NO3)2 pada percobaan ini berbentuk padatan maka volume air

yang digunakan dalam rumus konsentrasi x normalitas ialah 0,05 L, dengan rumusnya :

Page 7: bahan kimfar 2

           zat murni (gram) = X normalitas   x      BM x 100 %     x volume

                                                                      valensi x puerity

3.      Sedangkan larutan HCl menggunakan rumus Normalitas dan massa jenis, serta membutuhkan 50 mL.

Dengan rumus :

           zat murni = normalitas x   ρ x 100 %      x volume

                              BM x Valensi x Puerity

4.      Untuk membuat larutan standar KI 0,2 N dengan kemurnian 99,5% dan volume 50 mL dibutuhkan 1,668

gram padatan KI di dalam aquades.

5.      Untuk membuat larutan standar Pb(NO3)2 dengan normalitas 0,2 N dan kemurnian 99,5% serta volume 50

mL maka dibutuhkan 1,664 gram padatan Pb(NO3)2 di dalam aquades.

6.      Untuk membuat larutan standar HCl 0,1 N dengan volume 50 mL, dan kemurnian 37% dibutuhkan 0,44 mL

di dalam aquades.

DAFTAR PUSTAKA

Hiskia Achmad, Kimia larutan, Bandung : PT. Citra Aditia Bakti, 1996.

Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.

Ratna, dkk.2013.Konsentrasi Larutan.

S.M. Kophar. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta-UI-press,2008

laporan kimiaLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

MENENTUKAN NORMALITAS LARUTAN MISTERI

Page 8: bahan kimfar 2

Disusun olehArfi Erwindi1010401001FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS TIDAR MAGELANG2010

PENDAHULUAN

Praktikum adalah pelaksanaan dari aspek teori yang diberikan pada saat kuliah. Praktikum mengenalkan kepada mahasiswa dara-dasar pengamatan dan percobaan. Selain itu mahasiswa harus mengetahui tata tertib praktikum, mengenal alat-alat yang digunakan, bahan-bahan kimia yang sering digunakan saat praktikum hingga langkah kerja dari tiap praktikum.Menentukan normalitas larutan misteri penting juga dikuasai mengingat setiap larutan mempunyai normalitas yang berbeda.

MAGSUD DAN TUJUAN

Ø    Mahasiswa dapat menentukan normalitas larutan yang belum diketahuiØ    Mahasiswa dapat mengetahui tata cara dan bahan yang digunakan

TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya dapat diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati. Contohnya : Larutan NaOH dan larutan eH3OH dalam Aquades. Suatu larutan tersusun dari komponen pelarut (jumlahnya lebih banyak). Serta komponen zat terlarut (jumlahnya sedikit). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar. (Kimia I. Isfan Anshary). 2.2 Komponen Larutan. Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran homogen, larutan yang dihasilkan dapat berfase gas, larutan cair dan padat. Campuran etil alkohol dengan air dalam perbandingan 50 : 50 sifak fisik baik air maupun etil alkohol tetap dipertahankan jumlah keduanya zat 2.4 Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia. Keterbatasana skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul

Page 9: bahan kimfar 2

zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat terlarut. (Kimia Dasar E.G jerame L. Rossenberg) Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan teliti, kemudian di larutkan dalam laba ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu Natnium Oksalat, kalium Bikromat, barak, Natrium Karbonat, kalium Iadida. Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat. 1.Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.2.Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.3.Zat yang digunakan mudah di keringkan.4.Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar larutan yang tidak diketahuidalam larutan sama. Dalam hal ini bai alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut. (Kimia 2, Renny Karyadi). 2.3 Kosentrasi Larutan. Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat rendah. Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi harus menyatakan butir-butir berikut : 1.Satuan yang digunakan untuk zat terlarut2.Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.3.Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.(Kimia Dasar Jilid 2. Ralp H. Petrucci) Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu : a. Persen Volum Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni. b. Persen Massa Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula.

c. Molaritas Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut tang terkandung dalam suatu larutan molaritas (m) tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu di ketahui. d. Molaritas Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut dalam 1 liter larutan contohnya :NaCL berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCLKosentrasi molar = Jumlah mol terlarutJumlah L larutan e. Normalitas Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol. N= gram ekuivalen zat terlarut cm3 larutan/liter larutan. f. Fraksi Mol Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah : X (terlarut) =n (terlarut) n (terlarut) + n (pelarut) X (Pelarut) =n (pelarut) n (terlarut) + n (pelarut) Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen

ALAT DAN BAHANAlatEnlemeyerBiuretGelas ukurPipet tetesCororngGelas arlojiBahanH2SO4NaOH

Page 10: bahan kimfar 2

Indikatop PP

CARA KERJA

Ø    Ambil 10 ml larutan misteri, masukkan dalam enkemeyerØ    Diberi indicator PP 1% 1-2 tetesØ    Dititrasi dengan larutan H2SO4 0,1 NØ    Percobaan diulangi 3xØ    Hitung volume titrasi kemudian hitung normalitas larutan misteri

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANTitrasi larutan misteri 10 ml untuk H2SO4 0,1 N sebanyak 30 mlH3SO4 yang diperlukan untuk menitrasi larutan misteri 10 ml adalah sebanyak 5,5 ml. Hal ini dapat ditunjukkan pada saat larutan H2SO40,1 N pada biuret menunjukkan skala 24,5 ml larutan misteri yang ada dalam enlemeyer pertama berubah warna dari merah muda menjadi jernih.    Titrasi larutan misteri 10 ml untuk H2SO4 0,1 N sebanyak 24,5 ml H2SO4 0,1 N yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan misteri 10 ml adalah sebanyak 5 ml. Hal ini ditunjukkan pada saat larutan H2SO4 0,1 N pada buret menunjukkan skala 19,5 ml, larutan misteri yang ada dalam enlemeyer ke dua tepat berubah warna dari merah muda menjadi jernih.    Titrasi larutan misteri 10 ml untuk H2SO4 0,1 N sebanyak 19,5 ml.H2SO4 0,1 N yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan misteri 10 ml adalah sebanyak 5,2 ml. Hal ini ditunjukkan pada saat larutan H2SO4 0,1 N yang ada pada biuret menunjukkan skala 14,3 ml, larutan misteri yang ada pada enlemeyer ke tiga tepat berubah warna dari merah muda menjadi jernih.V rata-rata 5,5, + 5 + 5,2 = 15,23 ml            310 . N1 = ( 10 + 5,23 ) . 0,1       N1 = 0,1523            = 0,1 NJadi normalitas larutan misteri adalah 0,1 N.

KESIMPULANSetelah menentukan normalitas larutan misteri dilakukan dengan langkah kerja dan hasil pengamatan yang sesuai dengan petunjuk maka saat melekukan percobaan dengan menggunakan 10 ml larutan misteri hasilnya adalah 0,1 N

DAFTAR PUSTAKAww.google.comDiposkan oleh arfi erwindi di 01.46 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!

PEMBUATAN DAN PENENTUAN

KONSENTRASI LARUTAN

I.          TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat

membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan

menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.

Page 11: bahan kimfar 2

II.        TINJAUAN PUSTAKA

Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang

molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan

gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat

terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik

kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada

dalam kesetimbangan fase dengan gas, padatan, atau cairan lain,

kesetimbangan ini sering kali menunjukkan efek yang menarik yang

ditentukan oleh bobot molekul zat terlarut (Oxtoby, 2001).

Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif

antara zat terlarut dan pelarut.

Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:

1.Fraksi Mol

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan

jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol dilambangkan dengan X.

2.      Persen Berat

Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

3.      Molalitas (m)

Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

4.      Molaritas (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

5.      Normalitas (N)

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter

larutan. 

Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. 

Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-. Antara

Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan:

N = M x valensi (Anonim1,2009).

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter

larutan. Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter

larutan. Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1.000 g

pelarut murni, sedangkan fraksi mol menyatakan perbandingan mol salah

satu komponen dengan jumlah mol semua komponen (Syukri,1999).

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat

dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi

biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses

titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut

sebagai titrasi asam basa. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut

Page 12: bahan kimfar 2

sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat

yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya

diletakkan di dalam buret. Baik titer maupuntitrant biasanya berupa larutan

(Anonim2, 2009).

Selesainya suatu proses reaksi dapat dilihat dari perubahan warna, jika

warna larutan sudah berubah maka tercapailah suatu titrasi. Indikator

merupakan asam dan basa kedua dalam larutan yang dititrasi. Penyebab

warna berubah adalah karena indikator lebih lemah dari pada asam atau

basa  analit, sehingga indikator bereaksi terakhir dengan titrat (Suardhana,

1986).

III.       ALAT DAN BAHAN

A.    Alat – alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur,

pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar dan buret.

B.     Bahan – bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam klorida pekat,

larutan natrium hidroksida 0,1 M, pelet natrium hidroksida, larutan asam

klorida 0,1 m, indikator metil merah, indikator phenoptalein, indikator metil

orange, dan akuades.

IV.       CARA KERJA

A.  Pembuatan Larutan A

1.      Gelas ukur kosong ditimbang, catat beratnya.

2.      Ambil 4,5 mL larutan asam klorida pekat dengan menggunakan gelas ukur

yang telah ditimbang dan pipet tetes. Lakukan dalam lemari asam.

3.      Labu takar ditimbang 100 mL yang kosong, catat beratnya. Isi labu takar

tersebut dengan sekitar 20-25 mL akuades.

4.      Perlahan-lahan, asam klorida pekat dimasukkan ke dalam labu takar.

Dilakukan dalam lemari asam.

5.      Akuades dimasukan ke dalam labu takar hingga tanda batas (perhatikan,

miniskus yang diamati adalah miniskus bawah). Tutup labu takar dan

lakukan pengocokan hingga larutan homogen. Timbang berat labu takar

yang telah diisi larutan. Larutan ini disebut larutan A.

B.     Pembuatan Larutan B

1.      Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, 20mL larutan A

dipindahkan ke dalam labu takar 100mL yang baru.

2.      Akuades ditambahkan ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas.

Larutan HCl yang telah diencerkan ini disebut sebagai Larutan B.

Page 13: bahan kimfar 2

C.    Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi.

I.  Titrasi dengan Indikator Metil Merah

1.      Buret  dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan

NaOH yang akan digunakan.

2.      Buret diisi dengan larutan natrium hidroksida

3.      Volume awal larutan natrium hidroksida dicatat dengan membaca skala

pada miniskus bawah larutan.

4.      Larutan B dipindahkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet

gondok atau pipet ukur.

5.      Indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.

6.      Larutan dititrasi dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH di dalam buret

hingga terjadi perubahan warna.

7.      Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, titrasi dihentikan.

8.      Volume akhir natrium hidroksida yang tersisa dalam buret dibaca. Volume

NaOH yang diperlukan dihitung untuk titrasi dari selisih volume awal dan

volume akhir NaOH dalam buret.

9.      Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.

II.  Titrasi dengan Indikator Fenoftalein

1.      Lakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan HCl encer

(Larutan B) dengan larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan

indikator phenoptalein

2.      Hasil yang diperoleh dibandingkan antara perlakuan dengan menggunakan

indikator metil merah dan dengan menggunakan phenoptalein sebagai

indikator.

D.  Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida

1.      Butiran NaOH  ditimbang dengan teliti menggunakan kaca arloji dan

neraca analitik.

2.      Begitu penimbangan selesai dilakukan, segera NaOH dipindahkan dari

gelas arloji ke dalam gelas beker yang telah berisi 20-25 mL akuades

hangat.

3.      NaOH diaduk dengan pengaduk kaca hinnga larut sempurna.

4.      Larutan dipindahkan dari gelas beker kedalam labu takar 50 mL.

5.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas pada labu takar. Labu takar

ditutup, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada

tahap ini disebut Larutan C.

6.      Digunakan pipet gondok yang sesuai, 25 mL larutan C dipindahkan ke

dalam labu takar 100 mL yang baru.

Page 14: bahan kimfar 2

7.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas. Kocok hingga homogen. Larutan

yang diperoleh disebut sebagai larutan D.

E.  Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi

I.    Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran

1.      Buret dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan HCl

0,1 M yang akan digunakan.

2.      Buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M.

3.      Volume awal larutan HCl dicatat dalam buret dengan membaca skala pada

miniskus bawah larutan.

4.      Larutan D dipindahkan ke dalam erlenmayer dengan menggunakan pipet

gondok atau pipet ukur.

5.      Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes kedalam larutan tersebut.

6.      Larutan dititrasi dalam erlenmayer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam

buret hingga terjadi perubahan warna.

7.      Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.

8.      Volume akhir HCl yang tersisa dalam buret dibaca. Volume HCl yang

diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir HCl

dalam buret dihitung.

9.      Titrasi dilakukan 3 kali.

II.  Titrasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan NaOH sebagai Titran

1.      Buret dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan D.

2.      Buret diisi dengan NaOH encer.

3.      Larutan HCl 0,1 M dipindahkan ke dalam erlenmayer dengan

menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

4.      Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes.

5.      Larutan dititrasi dalam erlenmeyer dengan NaOH encer dalam buret

hingga berubah warna.

6.      Volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut

dihitung.

7.      Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali.

8.      Hasil yang diperoleh dibandingkan antara perlakuan dengan larutan HCl

0,1 sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran.

V.        HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan perhitungan

I.  Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida

a. Pembuatan Larutan A

No Langkah percobaan Hasil percobaan

Page 15: bahan kimfar 2

.

1. Gelas ukur kosong ditimbang. 30,34 gr

2. Larutan asam klorida pekat diambil

dengan menggunakan gelas ukur yang

sudah ditimbang dan pipet tetes.

V = 4 mL

Mr = 440,3 gr/mL

Konsentrasi = 37%

3. Labu takar 100 mL kosong ditimbang,

kemudian di isi  20-25 mL larutan

akuades.

Kosong = 69,01 gr

4. Asam klorida pekat yang telah diambil ke

dalam labu takar dimasukan dengan

perlahan-lahan.

5. Akuades dimasukan ke dalam labu takar

hingga tanda batas. Kemudian tutup labu

takar dan lakukan pengucokan hingga

larutan homogen. Timbang berat labu

takar yang berisi larutan tersebut.

Berat berisi  168,31gr

Larutan A sebanyak

100 ml

b.      Pembuatan Larutan B

No. Langkah percobaan Hasil percobaan

1. Pipet gondok atau pipet ukur digunakan,

untuk memindahkan larutan A ke dalam

labu takar 100 mL yang baru.

20 mL

2. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar

tersebut hingga tanda batas.

Larutan B sebanyak

100 ml

c.                   Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi

a.       Titirasi dengan Indikator Metil Merah

Titrasi ke Volume HCl Volume NaOH Perubahan warna

1 10 ml 11,2 ml Merah muda menjadi kuning

2 10 ml 9,8 ml Merah muda menjadi kuning

Rata-rata 10 ml 10,5 ml Merah muda menjadi kuning

b.       Menggunakan Indikator Fenoftalein

Page 16: bahan kimfar 2

Titrasi ke Volume HCl Volume NaOH Perubahan warna

1 10 ml 10,7 ml Bening menjadi Merah

muda

2 10 ml 11,6 ml Bening menjadi Merah

muda

Rata-rata 10 ml 10,65 ml Bening menjadi Merah

muda

d. Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida

a.   Pembuatan larutan C

No. Langkah percobaan Hail percobaan

1. Menimbang butiran NaOH  menggunakan

kaca arloji.

0,4 gr

Mr NaOH 40 gr/mol

2. Memindahkan NaOH ke dalam gelas beker

berisi 20-25 mL akuades.

3. Mengaduk dan memindahkan NaOH  ke

labu takar 50 ml

4. Menambahkan akuades hingga tanda batas

akhir.mengocok hingga homogen.

Larutan C

5. Volume larutan 50 ml

                  b.  Pembuatan Larutan D

No. Langkah percobaan Hasil percobaan

1. Pipet gondok yang sesuai digunakan untuk

memindahkan larutan C

25 mL

2. Menambahkan akuades  hingga tanda batas.

Kocok hingga homogen.

Larutan D sebanyak

100 ml

E.  Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui

Titrasi

Page 17: bahan kimfar 2

a. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran

Titrasi ke V HCl V NaOH indikator Perubahan

warna

1 9,1 ml 10 ml Metil merah Kuning

menjadi

merah muda

2 9 ml 10 ml Metil merah Kuning

menjadi

merah muda

Rata-rata 9,05 ml  10 ml

b. Titrasi Larutan HCl dengan NaOH sebagai titran

Titrasi ke V HCl V NaOH indikator Perubahan

warna

1 10ml 13,7 ml Fenoftalein Merah muda

menjadi

bening

2 10 ml 13,5 ml Fenoftalein Merah muda

menjadi

bening

Rata-rata 10 ml 13.6 ml

B. Perhitungan dan Pengolahan Data

I.    Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat

Diketahui :

Massa jenis HCl       =    1,19    kg/L

Persen berat              =    37 %    (b/b)

Mr HCl pekat           =    36,5     gram/mol

             Ditanya :

a.         Massa 1 L larutan pekat HCl

b.         Massa HCl dalam 1 L larutan pekat

c.         Molaritas HCl pekat

Jawab :

a.   Massa 1 L larutan pekat HCl =  massa jenis HCl  x  1 L

                                                     =  1190 gram/L x  1 L

                                                     =  1190 gram

Page 18: bahan kimfar 2

b.   Massa HCl dalam 1 L larutan pekat  = persen berat x massa 1 L lar.HCl

pekat

                                                                  =    37 %     x    1190 gram

                                                                  =     440,3 gram

c.   Molaritas HCl pekat    =   (massa HCl   pekat / Mr HCl pekat)

                                                                          1 L

                                          =    ( 440,3 gram   /   36,5 gram.mol -1 )

                                                                        1 L                     

                                           =  12,063 mol/L

II.  Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer (Larutan A dan B)

            1.   Melalui Perhitungan Pengenceran

                              a. Konsentrasi Larutan A

Diketahui        : Molaritas HCl pekat = MHCl  = 12,063 mol/L

                                                  Volume HCl pekat    = VHCl  = 4 mL

                                                  Volume larutan A = VA = 100 mL

                        Ditanyakan      : Molaritas larutan A = MA

                        Jawab              : MA   .  VA  =  MHCl   .  VHCl  

                                           MA    .  100 mL  =  12,063 mol/L . 4 mL

                                                            MA   =  0,4825 mol/L

b. Konsentrasi Larutan B

   Diketahui        : Molaritas larutan A = MA   =0,4825  mol/L

                             Volume larutan A yang diencerkan = VA = 20 mL

                             Volume larutan B = VB = 50 mL

   Ditanyakan      : Molaritas larutan B = MB

   Jawab              : MA  .  VA = MB  .  VB

                      0,4825 mol/L .  20 mL = MB  .  50 mL

                                       MB  =  0,193  mol/L 

            Melalui Titrasi                  

a. metil merah

               Diketahui        : Konsentrasi larutan NaOH = MNaOH = 0,1 M

  Volume rata-rata larutan NaOH yang

digunakan                                                                                                                                                                                                            

saat titrasi = 10,5 mL = VNaOH

                          Volume larutan HCl yang dititrasi = VHCl = 10 mL

Page 19: bahan kimfar 2

Ditanyakan      : Molaritas larutan HCl yang dititrasi = MHCl

Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa

                               MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH

                          MHCl  . 10 mL  =  0,1 M .  10,5 mL

                                        MHCl  =  0,105 M

b. fenoftalein

Diketahui        : Konsentrasi larutan NaOH = MNaOH = 0,1 M

Volume rata-rata larutan NaOH yang digunakan saat  titrasi = 10,65 mL =

VNaOH

                          Volume larutan HCl yang dititrasi = VHCl = 10 mL

Ditanyakan      : Molaritas larutan HCl yang dititrasi = MHCl

Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa

                               MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH

                          MHCl  . 10 mL  =  0,1 M .  10,65 mL

                                        MHCl  =  0,106 M

2.      Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH

            Melalui Perhitungan Pengenceran

-          Konsentrasi Larutan C

                        Diketahui        : Massa NaOH = 0,4 gram

                                                  Volume NaOH = 50 mL = 5.10-2 L

                                                  Mr  NaOH = 40 gram/mol

                        Ditanyakan      : Molaritas NaOH = Molaritas larutan C = MC

Jawab              : MC = (0,4 gram/40 gram/mol -1 )

                                                                        5.10-2 L

                                                         = 0,2 mol/L

-          Konsentrasi Larutan D

   Diketahui        : Volume larutan C yang diencerkan = VC = 25 mL

                             Volume larutan D = VD = 100 mL

   Ditanyakan      : Molaritas larutan D = MD

   Jawab              : MC . VC = MD . VD

                             0,2 mol/L . 25 mL = MD . 100 mL

                             MD = 0.05 mol/L

             Melalui Titrasi

-    Titrasi NaOH oleh HCl

Diketahui  : Volume larutan NaOH yang dititrasi = VNaOH

                                                                               = 10 mL

Page 20: bahan kimfar 2

Volume HCl yang digunakan untuk titrasi =

VHCl                                                   = 9,05

Molaritas HCl yang digunakan untuk titrasi =

MHCl                                                                                                                         

= 0,1 M

                        Ditanyakan      : Molaritas NaOH = MNaOH

                        Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa

                                                  MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH

                                                  0,1 M . 9,05 mL = MNaOH . 10 mL

                                                  MNaOH = 0,0905 M

-    Titrasi HCl oleh NaOH

         Diketahui        : Konsentrasi HCl = MHCl = 0,1 M

                             Volume NaOH yang digunakan untuk titrasi         = VNaOH  = 13,6 mL

                                 Volume HCl yang dititrasi = VHCl = 10 mL

         Ditanyakan      : Konsentrasi larutan NaOH = MNaOH

Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa

                                   MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH

                                   0,1 M . 10 mL = MNaOH . 13.6 mL

                                    MNaOH = 0,0735 M

VI.       PEMBAHASAN

                         I.      Pembuatan Larutan NaOH

Proses standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk

menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Suatu larutan umumnya

distandarisai dengan cara titrasi. Titrasi adalah proses penentuan

banyaknya konsentrasi suatu larutan dengan titran yang konsentrasinya

diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah

larutan tersebut.

Pemilihan suatu indikator untuk titrasi asam basa bergantung pada

kuat relatif asam dan basa yang digunakan dalam titrasi. Idealnya dalam

suatu titrasi titik kesetimbangan atau kesetaraan  (titik dimana tepat cukup

satu pereaksi ditambahkan untuk bereaksi dengan pereaksi lain) dan titik

akhir dari indikator yang dipilih haruslah identik. Indikator asam dan basa

adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi

hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan satu warna lain jika

konsentrasi itu lebih rendah.

Pada pembuatan larutan HCl bersifat endoterm, karena suhu larutan

lebih rendah dari larutan HCl. Sedangkan pada pembuatan larutan NaOH

bersifat eksoterm karena suhu larutan lebih tinggi. Pada pengenceran

Page 21: bahan kimfar 2

larutan HCl dapat kita lihat terjadinya perubahan, tetapi tidak secara nyata.

Sebelum diencerkan sampai sesudah diencerkan tidak terjadi perubahan

warna. Perubahan hanya pada konsentrasi dan dapat diketahui dari hasil

perhitungan, yaitu dari 0,5 M menjadi  0,1 M. Perubahan konsentrasi yang

terjadi dikarenakan perubahan volume.

                      II.      Titrasi Asam Terhadap Basa

Pada titrasi HCl dengan NaOH 0,1 M menggunakan indikator metil

merah. Indikator metil merah dipilih sebagai larutan indikator karena

mempunyai perubahan warna yang sangat signifikan atau sangat mencolok

dalam suasana asam. Perubahan warna yang terjadi pada titrasi yaitu dari

warna merah muda menjadi warna kuning. Volume rata-rata dari proses

titrasi ini adalah 10,5 ml, maka dari hasil perhitungan dapat diperoleh

normalitas HCl 0,105 M. Sedangkan, pada titrasi larutan HCl dengan NaOH

0,1 M menggunakan indikator phenophtalein. Indikator phenoptalein dipilih

karena mempunyai perubahan warna yang signifikan dalam suasana basa.

Perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna bening menjadi warna

merah muda. Volume rata-rata dari proses titrasi ini adalah 10,65 ml,  maka

dari perhitungan diperoleh normalitas HCl 0,106 M. Dari hasil tersebut, nilai

normalitas lebih besar dengan menggunakan indikator penophtalein.

                   III.      Titrasi Basa Terhadap Asam

Titrasi Larutan NaOH dengan larutan HCl 0,1 M  sebagai titran 

menggunakan indikator metil merah. Indikator metil merah dapat bereaksi

dengan asam maupun basa.  perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna

kuning menjadi warna merah muda. Volume rata-rata pada proses titrasi ini

adalah 9,05 ml, maka dari proses perhitungan diperoleh hasil konsentrasi

NaOH sebesar 0,0905 M. Reaksi dari titrasi ini adalah :

                           NaOH  +  HCl     →   NaCl    +   H2 O

  Pada titrasi larutan HCl 0,1 M  dengan  NaOH sebagai titran,

perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna merah muda menjadi warna

kuning. Volume rata-rata proses titrasi adalah 13,6 ml, maka diperoleh

konsentrasi NaOH sebesar 0,0735 M.

                           HCl     +     NaOH      →        NaCl    +     H2 O

VII.      KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal berikut :

1.      Larutan bisa dibuat dengan melarutkan zat terlarut yang berada dalam

      bentuk padatan dan mengencerkan suatu larutan pekat.

2.      Dari hasil perhitungan, titrasi menggunakan indikator metil merah

adalah 0,105 M dan titrasi dengan menggunakan indikator phenophtalein

Page 22: bahan kimfar 2

yaitu 0,106 M. Sedangkan pada titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai

titran, M NaOH = 0,0905 M dan pada titrasi HCl dengan larutan NaOH

sebagai titran, M NaOH = 0,0735 M.

3.      Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan

kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.

4.      Titrasi merupakan cara untuk menghitung konsentrasi suatu larutan

dengan menghitung volume titran yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2009. Konsentrasi Larutan

http://www.chem-is-try.org

diakses pada tanggal 28 Oktober 2009

Anonim2. 2009. Titrasi asam basa

http://rumahkimia.wordpress.com

diakses pada tanggal 28 Oktober 2009

Oxtoby,G.2001.Prinsip-Prinsip Kimia Modern.Erlangga:Jakarta

Suardhana, L. 1986. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung . ITB.

Kirimkan Ini lewat Email