bab v (konsep kota)
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
1/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 1
BAB V KONSEP KOTA TERINTEGRASI
DI PROVINSI GORONTALO
Sebelum membahas tentang konsep kota terintegrasi, terlebih dahulu kita
harus memahami bahwa pengintegrasian itu dapat berupa integrasi dalam satu
kota maupun integrasi antar kota-kota dalam Provinsi Gorontalo. Kemudian kita
juga memahami hal-hal yang dapat mengintegrasikan kota-kota di Provinsi
Gorontalo beserta kendala-kendala yang dihadapi. Berdasarkan analisa data yang
ada, terdapat beberapa hal yang dapat mengintegrasikan kota-kota di Provinsi
Gorontalo, diantaranya :
1. Transportasi
2. Telekomunikasi dan Informasi
3. Potensi dan sumber daya
4. Sosial Budaya
5. Perencanaan penataan ruang
Setiap aspek yang memegang peranan penting dalam proses
pengintegrasian ini, memiliki kendalanya masing-masing. Untuk itu diperlukan
perencanaan yang matang dan komprehensif dalam meminimalisir setiap kendala
yang ada. Pada bagian selanjutnya akan dibahas secara mendetail masing-masing
faktor pengintegrasi tersebut.
5.1. Transportasi
Seluruh moda transportasi yang ada yaitu transportasi darat, transportasi
laut dan transportasi udara semuanya ada di Provinsi Gorontalo walaupun
kapasitasnya belum cukup memadai. Jalur moda transportasi ini dapat dilihat pada
Gambar 5.1.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
2/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 2
G a m b a r 5 . 1 . S t r u k t u r R u a n g P r o v i n s i G o r o n t a l o
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
3/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 3
Berdasarkan peta struktur ruang Provinsi Gorontalo yang dituangkan dalam
RTRW Provinsi, terlihat dari sisi transportasi hampir seluruh kota yang ada sudah
terintegrasi terutama oleh transportasi darat. Kota-kota dalam kajian ini telah
diitegrasikan oleh jalan arteri kecuali Kota Suwawa dan Batudaa. Namun kedua
kota ini tetap terintegrasi walaupun oleh jalan kolektor yang dimensi dan
kualitasnya tidak kalah dengan jalan arteri.
Khusus moda transportasi darat jenis kereta api, dalam perencanaan sistem
perkeretaapian nasional, hampir seluruh kota di Provinsi Gorontalo juga akan
terintegrasi. Jalurnya dari Sulaesi Tengah, akan masuk ke Provinsi Gorontalo
melalui Kota Marisa. Jalur selanjutnya adalah melalui Kota Tilamuta, Kota
Paguyaman dan Kota isimu. Di Kota Isimu ini akan terjadi percabangan yaitu yang
menuju Kota Gorontalo dan menuju Kota Kwandang. Jalur yang menuju Kota
Kwandang akan kembali lagi ke Kota Isimu yang nantinya akan menjadi stasiun
besar. Dari stasiun besar Isimu ini juga, kereta api akan menuju Provinsi Sulawesi
Utara melalui Kota Gorontalo dan Taludaa.Dari sisi transportasi, Kota Isimu akan memegang peran yang sangat penting
dan strategis dalam pengintegrasian kota-kota yang ada di Provinsi Gorontalo
karena letaknya yang sangat strategis. Di Kota Isimu ini terdapat 3 (tiga) moda
transportasi yaitu stasiun bus/kendaraan, stasiun besar kereta api serta terdapat
Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo. Disamping itu letaknya berada di
simpul/percabangan menuju Kota Gorontalo. Di lokasi ini, kendaraan dari utara
maupun selatan bertemu. Orang-orang atau barang/jasa yang akan mengganti
moda transportasi baik dari darat ke udara, maupun dari bus/mobil ke kereta api
dapat dilakukan di kota ini. Melihat kondisi tersebut, dapat dikatakan Kota Isimu
memegang peranan yang sangat penting dan cukup sentral di Provinsi Gorontalo.
Untuk moda transportasi laut, Kota Gorontalo, Tilamuta dan Marisa sudah
terintegrasi dengan baik. Kapal-kapal yang melayani ketiga kota ini masih
berukuran sedang dan kapasitas serta frekuensinya masih kurang.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
4/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 4
System Ketiga moda transportasi ini sebaiknya diintegrasikan untuk
memudahkan para penggunanya sehingga mudah dan praktis mencapai tujuannya.
Dengan demikian, kota-kota yang ada di Provinsi Gorontalo juga akan terintegrasi
dengan sendirinya. Penerapan sistem yang terintegrasi juga sudah dipikirkan oleh
pejabat pemerintahan Republik Indonesia. Misalnya, Wakil Menteri Perhubungan
pernah berencana untuk mengintegrasikan sistem tiket antara kereta api dan
busway di Pulau Jawa guna memadukan kedua moda transportasi. Pengintegrasian
ini harus mendapat dukungan dari sistem telekomunikasi dan informasi yang
memadai. Tetapi hal ini dapat terwujud dengan cepatnya pengintegrasian sistem
pertiketan yang dilakukan oleh PT KAI. Hal itu tinggal dilanjutkan dengan
mengawinkan sistem yang telah dijalankan KAI untuk secara bersama-sama
dipadukan dengan sistem busway dalam moda transportasi Jabodetabek.
Pemerintah juga memiliki keinginan untuk mewujudkan transportasi multimoda di
seluruh wilayah Indonesia baik di daerah perkotaan maupun wilayah perdesaan
demi mengintegrasikan seluruh wilayah.
Saat ini masih belum terlihat integrasi transportasi multimoda yang kuatkarena setiap jenis moda transportasi baik di darat, laut, udara, maupun kereta,
cenderung berjalan sendiri-sendiri. Kota-kota di Indonesia dihadapkan pada kondisi
terbatasnya layanan angkutan umum dan pertambahan kendaraan pribadi yang
sangat pesat. Ke depannya, perlu dipikirkan revitalisasi angkutan umum perkotaan
dan antar kota serta pengendalian kendaraan pribadi sehingga kota-kota dapat
terintegrasi tanpa menimbulkan masalah kemacetan.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri Indonesia mengusulkan
terobosan untuk menerapkan pengenaan pajak infrastruktur yang dapat digunakan
guna mengembangkan jaringan transportasi yang lebih baik di Tanah Air. Pajak
infrastruktur ini nantinya ditanggung oleh pemilik kendaraan dan dananya
digunakan untuk membangun jalan dalam rangka pengembangan sistem yang baik
dalam rangka mewujudkan kota-kota yang mudah dalam akses dan terintegrasi
secara sempurna dalam suatu wilayah. Pemikiran ini cukup baik walaupun pasti
banyak menimbulkan pro dan kontra.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
5/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 5
Selain itu dalam peningkatan system pengintegrasian kota-kota di Provinsi
Gorontalo maupun dalam kota khususnya di Kota Gorontalo yang sudah mulai
macet, sudah mulai perlu dipikirkan pemanfaatan moda transportasi massal "bus
rapid transit" seperti ide Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan
mengharapkan semua ibu kota propinsi di Indonesia maupun kota-kota di wilayah
sekitarnya sudah mulai menerapkan system ini. Diperkirakan baru terdapat sekitar
10 ibu kota provinsi yang tersebar di berbagai pulau di tanah air yang telah
menerapkan BRT sehingga diharapkan dapat lebih banyak lagi ibu kota provinsi
yang juga menggunakannya.
5.2. Telekomunikasi dan Informasi
Telekomunikasi dan Informasi memegang peranan yang sangat penting
dalam proses pengintegrasian kota-kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Adanya
akses informasi yang cepat dan akurat, mengakibatkan jarak antar kota yang ada
seperti terabaikan bahkan seperti hilang.
Di kota-kota modern dimana system telekomunikasi dan informasi sudah
sangat maju, seluruh kota dan kota-kota lain di sekitarnya sudah membentuk networking system yang baik. Seluruh kota terintegrasi dalam satu system yang
padu. Contohnya system kependudukan, system keuangan dan perbankan, system
pendidikan dan lain sebagainya sudah dapat diakses dari lokasi manapun tanpa
harus berada di kota tersebut. System pendataannya sangat baik sehingga
informasi apapun mudah diakses dan dipantau. Pekerjaan menjadi lebih efektif dan
efisien tanpa harus berpindah-pindah kantor untuk mengurus sebuah berkas.
System seperti ini dapat diterapkan juga di kota-kota yang ada di Provinsi
Gorontalo. Kita dapat mengintegrasikan setiap program pembangunan, catatan
kependudukan dan lain-lain dalam wilayah Provinsi Gorontalo dengan terpadu. Hal
yang perlu dipersiapkan adalah infrastruktur dan sumber daya manusia.
Memang hal ini kelihatan berat, membutuhkan infrastruktur, modal dan
sumber daya yang banyak. Tetapi kita harus memikirkan manfaat serta kemudahan
yang kita peroleh jika menerapkan system telekomunikasi dan informasi yang
terintegrasi ini. Pada langkah awal, kita memang sudah memiliki jaringan
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
6/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 6
telekumunikasi antar kota baik melalui PSTN maupun jaringan telepon seluller.
Tetapi jaringan ini masih sering mengalami gangguan karena kurangnya modal dan
pemahaman tentang teknologi informasi. Kantor-kantor pemerintah, masih sangat
kurang yang sudah dilengkapi dengan fasilitas internet. Kalaupun sudah ada,
banyak yang sudah rusak atau bahkan tidak ada yang dapat memanfaatkan sesuai
dengan tujuannya.
Ke depan, kota-kota di Gorontalo dapat menerapkan system informasi yang
terintegrasi dengan baik. Diawali dengan membuka wawasan tentang pentingnya
system informasi, kemudian pengadaan infrastrukturnya, sampai pada pelatihan
pemanfaatannya. Tetapi semua itu harus disertai dengan pengalokasian anggaran
yang memadai dalam mewujudkan hal-hal tersebut di atas.
5.3. Potensi dan Sumber Daya
Potensi dan sumber daya alam setiap kota dan daerah hinterlandnya yang
ada di Provinsi Gorontalo sangat beragam. Hal ini menyebabkan setiap kota yang
ada menjadi saling membutuhkan untuk menutupi kebutuhannya yang tidak dapatdipenuhi oleh kota itu sendiri. Dalam ilmu pengembangan wilayah, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi integrasi wilayah, yaitu :
a. Adanya wilayah yang saling melengkapi (regional complementary)
Hal ini dapat terjadi karena setiap wilayah memiliki sumberdaya alam dan
kebutuhan yang berbeda-beda.
b. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer
ability)
Kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang dipengaruhi oleh jarak
mutlak dan jarak relatif antar wilayah, adanya biaya transportasi, dan
kelancaran sarana transportasi antarwilayah.
c. Adanya kesempatan berinvestasi (intervening opportunity)
Hubungan antar wilayah dapat diperlemah oleh adanya alternatif penggati
sumber daya yang dibutuhkan wilayah lain atau pihak ketiga.
Kota-kota yang masuk dalam kajian ini juga memiliki potensi dan sumber
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
7/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 7
daya yang berbeda-beda sehingga akan saling membutuhkan/melengkapi. Adapun
potensi dan sumber daya yang ada di setiap kota yang termasuk dalam kajian ini
adalah :
a. Kota Randangan
- Pertanian (padi, jagung, umbi-umbian)
- Peternakan (sapi dan kuda)
- Industry (anyaman dan meubeler)
b. Kota Marisa
- Pertanian (padi dan jagung)
- Peternakan (sapi dan kuda)
- Perdagangan dan jasa
c. Kota Tilamuta
- Perikanan laut
- Pertanian (padai, jagung dan umbi-umbian)
- Perkebunan (kalapa, tebu dan kakao)
- Peternakan (sapi dan unggas)- Pariwisata
d. Kota Paguyaman
- Pertanian (sawah dan jagung)
- Perkebunan (tomat, cabe, bawang)
- Peternakan
- Industry (batching plant dan AMP)
e. Kota Isimu
- Perdagangan dan jasa
- Industri
- Pertanian (padi)
f. Kota Kwandang
- Perikanan laut
- Industri
- Pariwisata
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
8/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 8
g. Kota Batudaa
- Pertanian (padi)
- Peternakan (sapi dan kuda)
h. Kota Limboto
- Perdagangan dan jasa
- Pertanian
i. Kota Gorontalo
- Perdagangan dan jasa
- industri
- Pertanian
j. Kota Suwawa
- Pertanian (padi)
- Pertambangan
Dari uraian di atas, terlihat ada kota yang memiliki potensi dan sumber daya
yang relative sama dan ada juga kota yang potensi dan sumber dayanya berbeda.
Kota-kota yang potensinya berbeda akan memiliki konektivitas dan ketergantunganyang besar. Dengan sendirinya akan terbentuk integrasi yang kuat. Di sisi lain, kota
yang potensi dan sumber dayanya hampir sama, konektivitas dan integrasinya akan
lemah. Akan tetapi konektivitas antar kota bukan hanya dipengaruhi oleh potensi
wilayah semata, tetapi juga dipengaruhi oleh jumah penduduk dan jarak antar
kotanya
5.4. SOSIAL BUDAYA GORONTALO
Budaya dalam suatu masyarakat etnis tertentu merupakan akal budi, pikiran
manusia, cipta karsa, dan hasil karya yang diciptakan oleh kelompok masyarakat
etnis tersebut. Dengan adanya budaya, masyarakat dapat menentukan hukum-
hukum yang berlaku di suatu kelompok yang merupakan nilai moral suatu entnis
tertentu yang akhirnya menjadi kebiasaan-kebiasaan entis atau suku tertentu,
termasuk juga budaya adat istiadat daerah Gorontalo.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
9/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 9
Membahas tentang budaya atau kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat
daerah Gorontalo saat ini tentu telah ada banyak perubahan dan pergeseran
mengikuti perkembangan jaman, dibandingkan pada jaman dahulu dimana masing-
masing individu masih mempertahankan nilai-nilai leluhur yang berlaku didalam
masyarakat. Namun demikian saat ini masih ada kebiasaan-kebiasaan hidup dalam
masyarakat yang terus dipelihara dan masih berlaku dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk tentang adat perkawinan dan kesenian derah Gorontalo.
Sistem kekerabatan masyarakat Gorontalo yang beraneka ragan profesi dan
tingkat sosial tidak menjadi penghalang untuk tetap hidup dalam suasana
kekeluargaan. Dan itu menjadi salah satu hal utama mengapa masyarakat
gorontalo selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi bentrok atau konflik yang
berskala besar. Sistem kemasyarakatan yang terus terpelihara dan berjalan dengan
baik hingga saat ini adalah hidup bergotong-royong dan menyelesaikan masalah
atau persoalan secara bersama-sama, musyawarah dan mufakat.
Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga
dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang palingdominan adalah dialek Gorontalo. Keberadaan bahasa daerah yang sama walaupun
berbeda dialek ini dirasakan menjadi salah satu hal yang dapat mempersatukan/
mengintegrasikan wilayah Gorontalo secara utuh.
Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus
Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia
serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil
diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal
penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an
terjemahan Hulontalo). Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo
masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Meskipun
Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat sepenuhnya ditulis
menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul) akibat dari afiliasi agama
Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo sebenarnya memiliki aksara lokal sebagai
identitas kesukuan yang sangat tinggi nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-Gorontalo".
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
10/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 10
Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam (99 %).
Islam masuk ke daerah ini sekitar abad ke-16. Ada kemungkinan Islam masuk ke
Gorontalo sekitar tahun 1400 Masehi (abad XV), jauh sebelum wali songo di Pulau
Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang bernama ‘Ju
Panggola’ di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Kota
Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.
Pada waktu dulu di wilayah Gorontalo terdapat pemerintahan kerajaan yang
bernapaskan Islam. Raja Kerajaan Gorontalo yang memeluk agama Islam
adalah Sultan Amai (1550—1585), yang kemudiannya namanya diabadikan
sebagai nama perguruan tinggi agama Islam di Provinsi Gorontalo, STAIN Sultan
Amai Gorontalo, yang kelak diharapkan menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) di
Gorontalo.
Dengan adanya kerajaan-kerajaan pada masa lalu muncul kelas-kelas dalam
masyarakat Gorontalo; kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyat
kebanyakan (tuangolipu), dan lapisan budak (wato). Perbedaan kelas ini semakin
hilang seiring dengan semakin besarnya pengaruh ajaran Islam yang tidak mengenal kelas sosial. Namun, pandangan tinggi rendah dari satu pihak terhadap
pihak lain masih terasakan sampai saat ini. Dasar pelapisan sosial seperti ini
semakin bergeser oleh dasar lain yang baru, yaitu jabatan, gelar, pendidikan, dan
kekayaan ekonomi.
Dewasa ini kita telah menghadapi masa globalisasi yang hubungan
manusianya tiada batas antar satu benua dengan banua lain. Keberadaan budaya
Gorontalo dimasa sekarang ini sudah mengalami banyak perubahan yang sangat
signifikan misalnya saja dalam hal upacara adat perkawinan. Dalam upacara adat
perkawinan adat Gorontalo dimasa sekarang ini banyak sesi-sesi adat yang dilewati
misalnya saja dalam upacara malam sebelum diadakannya akad pernikahan,
banyak anak muda sekarang yang tidak lagi menggunakan tarian-tarian untuk
memikat hati mempelai wanita karena diakibatkan beberapa faktor diantaranya
sebagai berikut:
Kurangnya pengetahuan akan adat budaya daerah Gorontalo
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
11/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 11
Kurangnya pengetahuan akan tarian adat
Kurangnya pengetahuan pembelajaran tentang adat budaya gorontalo
Pergaulan kaum muda mudi yang sudah tergerus oleh jaman atau berprilaku
hidup modern.
Faktor-faktor tersebut diatas yang membuat memudarnya kebudayaan
Gorontalo. Oleh karena itu kita kaum muda harus bisa mempertahankan budaya
Gorontalo agar tetap lestari, karena budaya itulah yang menjadi warisan leluhur
nenek moyang suku Gorontalo.
Provinsi Gorontalo dihuni oleh ragam Etnis yang berbentuk Pohala'a
(Keluarga), diantaranya Pohala'a Gorontalo (Etnis Hulontalo), Pohala'a Suwawa
(Etnis Suwawa/Tuwawa), Pohala'a Limboto (Etnis Limutu), Pohala'a Bolango (Etnis
Bulango/Bolango) dan Pohala'a Atinggola (Etnis Atinggola) yang seluruhnya
dikategorikan kedalam suku Gorontalo atau Suku Hulontalo. Ditengarai, penyebaran
Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya
sekarang yang tersebar di seluruh dunia.
Provinsi Gorontalo berdiri secara resmi sejak tanggal 22 Desember tahun2000, melalui penetapan sidang paripurna DPR RI. Namun sekalipun masih
kontroversi, peringatan Hari Lahir Provinsi Gorontalo diperingati pada tanggal 16
Februari tahun 2001, ditandai dengan dilantiknya Tursandi Alwi sebagai penjabat
Gubernur pertama. Meskipun terbilang muda perihal pemekaran daerah,
sebenarnya Provinsi Gorontalo lebih dahulu dikenal sejak zaman kolonial Belanda
dengan kota-kota tua yang dimilikinya selain Kota Gorontalo (Hulontalo), antara
lain:
• Suwawa (asal kata Tuwawa)
• Limboto (asal kata Limutu)
• Tilamuta
• Kwandang
• Paguat (asal kata Pohuwato)
• Marisa
• Popayato
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
12/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 12
• Atinggola
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-
kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo.Kerajaan-
kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a".
Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
• Pohala'a Gorontalo
• Pohala'a Limboto
• Pohala'a Suwawa
• Pohala'a Boalemo
• Pohala'a Atinggola
Berdasarkan klasifikasi adat yang dibuat oleh Mr. C. Vollenhoven, maka
Semenanjung Gorontalo termasuk kedalam 19 wilayah adat di Indonesia. Antara
agama dengan adat di Gorontalo pun menyatu dengan istilah "Adat bersendikan
Syara’ dan Syara' bersendikan Kitabullah".
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan
seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Padatahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung
yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi
perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga
Onder Afdeling yaitu :
• Onder Afdeling Kwandang
• Onder Afdeling Boalemo
• Onder Afdeling Gorontalo
Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
• Distrik Kwandang
• Distrik Limboto
• Distrik Bone
• Distrik Gorontalo
• Distrik Boalemo
Gubernur Jenderal De Graeff yang berparade di jalan-jalan Gorontalo (1926)
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
13/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 13
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
• Afdeling Gorontalo
• Afdeling Boalemo
• Afdeling Buol
Melihat sejarah dan perkembangan di Provinsi Gorontalo, maka akan terjadi
beberapa pemekaran wilayah administrasi (pembentukan daerah otonomo baru).
Jika pembentukan daerah otonom baru terwujud paling cepat pada tahun 2017
mendatang, maka Provinsi Gorontalo akan terbagi atas Kota Gorontalo, Kota
Limboto, Kota Marisa, Kota Anggrek, Kabupaten Gorontalo (Ibukota: Isimu),
Kabupaten Bone Bolango (Ibukota: Suwawa), Kabupaten Boalemo (Ibukota:
Tilamuta), Kabupaten Pohuwato (Ibukota: Paguat), Kabupaten Gorontalo Utara
(Ibukota: Kwandang), Kabupaten Panipi (Ibukota: Tabongo (rencana)), Kabupaten
Boliyohuto (Ibukota: Tolangohula (rencana)) dan Kabupaten Gorontalo Barat
(Ibukota: Lemito (rencana)). Total nantinya Provinsi Gorontalo akan terbagi dalam
12 wilayah Kota dan Kabupaten.
Pergeseran Ibukota Kabupaten akan terjadi jika benar adanya pembentukandaerah otonom baru seperti yang telah disebutkan sebelumnya di atas. Daerah
yang mengalami pergeseran Ibukota yaitu Kabupaten Gorontalo, dimana
ibukotanya akan berada di Kecamatan Isimu. Sedangkan ibukota Kabupaten
Pohuwato akan berada di Kecamatan Paguat. Tetapi pemekaran daerah ini tidak
akan menggangu semangat membangun di Provinsi Gorontalo, tetapi justru akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di setiap wilayah ini akan
semakin mengintegrasikan kota-kota di Provinsi Gorontalo karena jarak antar ibu
kota kabupaten/kota akan semakin dekat.
Di zaman kerajaan dahulu saja, kelima kerajaan ini dapat terintegrasi dalam
satu kesatuan wilayah Gorontalo walaupun kondisi saat itu masih sangat terbatas
aksessibilitas dan komunikasinya. Dengan perkembangan aksessibilitas dan
teknologi informasi yang ada sekarang ini, tentunya integrasi seluruh wilayah yang
ada di Provinsi Gorontalo menjadi jauh lebih mudah.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
14/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 14
5.5. Perencanaan Penataan Ruang
Integrasi antar kota juga dipengaruhi oleh perencanaan penataan ruang
yang dibuat oleh pemerintah daerah. Disinilah peran pentingnya pemerintah dalam
upaya untuk memeratakan pembangunan daerah. Pemerintah Provinsi Gorontalo
telah berupaya melakukannya dengan menyusun dokumen-dokumen penataan
ruang yang intinya mengintegrasikan kota-kota dalam wilayah provinsi. Diantaranya
penyusunan beberapa dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
dengan mengangkat potensi dari beberapa wilayah yang dapat meningkatkan
perekonomian tingkat propinsi mengintegrasikan daerah-daerah tersebut dalam
satu kesatuan wilayah Provinsi Gorontalo.
Dalam dokumen RTRW Provinsi juga sudah disusun rencana struktur ruang
yang terintegrasi antar kotanya melalui jaringan transportasi yang ada baik
transportasi darat maupun laut. Dan yang paling penting adalah penyusunan
dokumen kota terintegrasi ini, sehingga ke depan, kota-kota yang ada di Provinsi
Gorontalo akan benar-benar terintegrasi sehingga pembangunan akan semakin
merata.
5.6. Konektivitas Kota-Kota Di Gorontalo
5.6.1.Model Gravitasi
Berdasarkan rumus gravitasi antar kota, diperoleh gambaran kekuatan
gravitasi antar kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Berikut ini diberikan contoh
perhitungan kekuatan gravitasi antar Kota Gorontalo dan Kota Limboto.
Jumlah penduduk Kota Gorontalo = 190.492 jiwa.
Jumlah penduduk Kota limboto = 48.604 jiwa.
Jumlah penduduk Kota Suwawa = 11.958 jiwa.
Jarak antara Kota Gorontalo dengan Kota Limboto = 16 km maka,
190.492 x 48.604I = ---------------------- = 36.166.692
(16)2
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
15/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 15
Jika di dekat Kota Gorontalo terdapat Kota Suwawa, dengan jarak 14 km, maka:
190.492 x 11.958I = ---------------------- = 11.621.956
(14)2
Jadi, interaksi antara Kota Gorontalo dengan Kota Limboto dan Kota Suwawa
dapat ditulis dengan angka sederhana, yaitu 36 berbanding 12 atau 3 (tiga)
berbanding 1 (satu). Jika digambarkan sebagai berikut.
Gambar 5.2. Interaksi Antara Kota Gorontalo-Limboto dan Kota Gorontalo-Suwawa
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi Kota Gorontalo
dengan Kota Limboto lebih besar daripada interaksi antara Kota Gorontalo dengan
Kota Suwawa. Berarti pengaruh Kota Gorontalo terhadap Kota Limboto lebih besar
daripada pengaruh Kota Gorontalo terhadap Kota Suwawa.
Untuk kota-kota lainnya berlaku rumus yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 5.1. dan Tabel 5.2.
Kota Limboto Kota Gorontalo Kota Suwawa
3 1
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
16/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 16
Tilamuta Suwawa Gorontalo Limboto Kwandang Marisa Isimu Batudaa Paguyaman Randangan Lemito Tabongo Bongomeme
Tilamuta - 119 105 89 102 53 75 92 36 95 135 88 80
Suwawa 119 - 14 30 71 172 44 27 83 109 149 31 39
Gorontalo 105 14 - 16 57 158 30 13 69 210 250 17 25
Limboto 89 30 16 - 41 142 14 37 53 194 234 33 25
Kwandang 102 71 57 41 - 155 27 50 66 207 247 46 38
Marisa 53 172 158 142 155 - 128 151 90 52 92 147 139
Isimu 75 44 30 14 27 128 - 17 39 180 220 13 5
Batudaa 92 27 13 37 50 151 17 - 62 203 243 4 12
Paguyaman 36 83 69 53 66 90 39 62 - 160 200 58 50
Randangan 105 109 210 194 207 52 180 203 160 - 40 199 191
Lemito 145 149 250 234 247 92 220 243 200 40 - 239 231
Tabongo 88 31 17 33 46 147 13 4 58 199 239 - 8
Bongomeme 80 39 25 25 38 139 5 12 50 191 231 8 -
Jarak
K o t a
Kota
Tabel 5.1 Jarak Antar Kota (Km) di Provinsi Gorontalo
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
17/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 17
Tilamuta Suwawa Gorontalo Limboto Kwandang Marisa Isimu Batudaa Paguyaman Randangan Lemito Tabongo Bongomeme
28.516 11.958 190.492 48.604 27.819 19.549 88.228 14.376 32.656 17.175 11.411 18.335 35.980
Tilamuta 28.516 - 24.080 492.705 174.977 76.248 198.455 447.273 48.434 718.533 54.267 17.854 67.516 160.313
Suwawa 11.958 24.080 - 11.621.956 645.785 65.991 7.902 544.954 235.814 56.685 17.286 6.146 228.148 282.872
Gorontalo 190.492 492.705 11.621.956 - 36.166.692 1.631.055 149.172 18.674.142 16.204.219 1.306.597 74.188 34.779 12.085.366 10.966.243
Limboto 48.604 174.977 645.785 36.166.692 - 804.351 47.122 21.878.743 510.395 565.045 22.180 10.129 818.324 2.798.035
Kwandang 27.819 76.248 65.991 1.631.055 804.351 - 22. 636 3. 366.824 159.970 208. 553 11.151 5.203 241.050 693.163
Marisa 19.549 198.455 7.902 149.172 47.122 22.636 - 105.272 12.326 78.814 124.169 26.356 16.587 36.405
Isimu 88.228 447.273 544.954 18.674.142 21.878.743 3.366.824 105.272 - 4.388.809 1.894.263 46.769 20.801 9.571.955 126.977.738
Batudaa 14.376 48.434 235.814 16.204.219 510.395 159.970 12.326 4.388.809 - 122.129 5.992 2.778 16.473.998 3.592.003
Paguyaman 32.656 718.533 56.685 1.306.597 565.045 208.553 78. 814 1. 894.263 122.129 - 21.909 9.316 177.987 469.985
Randangan 17.175 54.267 17.286 74.188 22.180 11.151 124.169 46.769 5.992 21.909 - 122.490 7.952 16.939
Lemito 11.411 17.854 6.146 34.779 10.129 5.203 26.356 20.801 2.778 9.316 122.490 - 3.663 7.694
Tabongo 18.335 67.516 228.148 12.085.366 818.324 241.050 16.587 9.571.955 16.473.998 177.987 7.952 3662,763 - 10.307.708
Bongomeme 35.980 160.313 282.872 10.966.243 2.798.035 693.163 36.405 126.977.738 3.592.003 469.985 16.939 7.694 10.307.708 -
Kota
K o t a
Gravitasi Antar Kota
Tabel 5.2. Rasio Gaya Tarik Antar Kota di Provinsi Gorontalo
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
18/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 18
Gaya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun
bentuk interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya tarik kota
yang kuat akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki
suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur - unsur pendukung suatu
kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, faktor fisiogafis,
sosial, ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu interaksi
yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya. Adanya komplementaritas antar
kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua kota, hal ini juga didukung
oleh transferbilitas yang dapat tercipta antar keduanya. Semakin besar tranferbilitas
yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar kota tersebut sangat kuat, jarak
dalam hal ini dapat diatasi dengan pembangunan akses jalan yang baik, untuk
mendukung kelancaran interaksi keduanya.
5.6.2.Teori Titik Henti (Break ing Po in t Theory )Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari
Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi
garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau
wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga
dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat
pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda
jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah dan kedua kota
berdampingan tersebut menjadi terintegrasi.
Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan
(atau pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus
dengan jarak antara kedua pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik
dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
19/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 19
penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota yang lebih sedikit
penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut.
Keterangan :D AB = jarak lokasi titik henti, diukur dari kota atau wilayah yang jumlahpenduduknya lebih kecil (dalam hal ini kota A)
d AB = jarak antara kota A dan BP A = jumlah penduduk kota yang lebih kecil (kota A)PB = jumlah penduduk kota yang lebih besar (kota B)
Contoh:
Kota Limboto (A) memiliki jumlah penduduk 48.604 jiwa, sedangkan kota Gorontalo
(B) 190.492 jiwa. Jarak antara kedua kota tersebut adalah 16 kilometer. Di
manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar terjangkau oleh
penduduk setiap kota tersebut?
Diketahui :
d A.B = 16 km
P A = 48.604 jiwa
PB = 190.492 jiwa
k = 1
maka :
16D =
1 + (190.492/48.604)16
D =1 + (3,919266)
16D =
1 + 1,979714
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
20/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 20
D = 5,369 Km
DAB = 5,369 km, diukur dari kota Limboto (jumlah penduduknya lebih sedikit).
DAB = lokasi ideal penempatan lokasi perdagangan sehingga terjangkau oleh
penduduk dari kota A maupun B.
Gambar 5.3. Lokasi titik henti antara Kota Gorontalo dan Kota Lmboto
Dari perhitungan di atas, dapat dikatakan lokasi strategis untuk perdagangan
berada pada km 11,6 dari Kota Gorontalo (daerah Ulapato). Dengan menempatkan
pusat perdagangan di wilayah ini, akses dari penduduk Kota Gorontalo dan
Penduduk Kota Limboto lebih mudah dijangkau. Contoh2 kasus penempatan pusat
perdagangan seperti ini sudah dapat kita lihat. Misalnya Kota Makassar yang sudah
mulai membangun lokasi perdagangan di luar kota sehingga akan membentuk
pusat pertumbuhan baru sekaligus mengintegrasikan antara kedua kota
berdekatan.
Berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, Model Gravitasi dan
Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan faktor lokasi.
Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan untuk merencanakan
pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat perdagangan (pasar, super
market, bank), kantor pemerintahan, sarana pendidikan dan kesehatan, lokasiindustri, ataupun fasilitas pelayanan jasa masyarakat lainnya. Penerapan teori ini
pada dua kota, dapat membantu untuk mengintegrasikan kedua kota tersebut.
5.6.3.Teori Grafik
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi
antarwilayah adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu
5,369 km
11,631 km
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
21/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 21
wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya. Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik
jalan raya, jalur udara, maupun laut, tentunya sangat memperlancar laju dan
pergerakan distribusi manusia, barang, dan jasa antarwilayah. Anda tentu
sependapat bahwa antara satu wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan
oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola jaringan transportasi.
Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan
salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.
Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan
tentunya memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih
banyak. Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari
struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky
mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kota atau daerah
yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana penghubung kota-kota tersebut.
Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan Indeks Konektivitas.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkankota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap
potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat
memperlancar tingkat mobilitas antar wilayah. Untuk menghitung indeks
konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
β = indeks konektivitas
e = jumlah jaringan aksessibilitas
v = jumlah kota
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
22/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 22
Gambar 5.4. Indeks Konektivitas Antar Kota di Provinsi Gorontalo
Jalan eksisting : ß = 13/13 = 1,00
Jalan rencana : ß = 15/13 = 1,15
Jalan + Laut : ß = 15/13 = 1,15
Jalan + Laut + Udara : ß = 16/13 = 1,23
Jalan + Laut + Udara + KA : ß = 21/13 = 1,62Jalan rencana + Laut + Udara + KA : ß = 23/13 = 1,77
Dari simulasi di atas, terlihat jika seluruh moda transportasi dikembangkan di
Provinsi Gorontalo, indeks konektivitasnya akan semakin tinggi. Dari eksisting yang
ada sekarang dimana baru moda darat dan laut yang tersedia, indeks
konektivitasnya baru 1,15. Jika seluruhnya sudah tersedia, indeks konektivitasnya
meningkat menjadi 1,77.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks
konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk
merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas transportasi lainnya.
Dengan analisis indeks konektivitas dapat meningkatkan hubungan suatu wilayah
dengan wilayah-wilayah lainnya, serta memperlancar arus pergerakan manusia,
RDMR TM
PY
IM
KD
GT
LB
BT
SW
LM
TB
BM
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
23/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 23
barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
5.7. Analisis Dampak Interaksi Antar Kota
Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan berpengaruh pada
masing-masing wilayah sehingga akan memicu terjadinya perubahan. Seberapa
besar perubahan yang terjadi tergantung dari jarak, jumlah penduduk, dan
berbagai factor pendukung lainnya seperti sarana transportasi, komunikasi, listrik,
dan lain sebagainya.
Dampak positif interaksi antar kota sub urban dengan kota Induk sebagai
berikut:
1) Pengetahuan penduduk kota sub urban meningkat, demikian pula informasi
perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima penduduk kota
dengan mudah menyebar ke kota sub urban. Misalnya, pengetahuan tentang
bibit unggul, pengawetan kesuburan tanah, dan pengolahan hasil panen.2) Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di kota sub urban
memungkinkan menjadi penggerak kemajuan penduduknya melalui pendidikan.
Angka buta huruf penduduk kota sub urban semakin berkurang.
3) Perluasan jalur jalan kota sub urban - kota dan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor telah menjangkau daerah kota sub urban sehingga hubungan kota sub
urban - kota semakin terbuka. Hasil panen dari kota sub urban pun menjadi
mudah diangkut ke kota. Kelangkaan bahan pangan di kota dapat dihindari
karena suplai bahan pangan mudah dilakukan.
4) Produktivitas kota sub urban makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat
guna. Kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan
penduduk kota sub urban.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
24/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 24
5) Pelestarian lingkungan hidup kota sub urban, seperti pencegahan erosi dan
banjir, penyediaan air bersih, serta pengaturan pengairan dapat dilakukan
dengan hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
6) Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas, seperti
kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik perhubungan dan
perbengkelan, serta peternakan dapat dilakukan karena pemerintah turun
tangan.
7) Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat kota sub urban
yang umumnya memiliki banyak anggota keluarga. Kesadaran memiliki keluarga
kecil telah diterima oleh masyarakat kota sub urban.
8) Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di kota sub urban telah
memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dan
pembangunan kota sub urban.
Dampak negatif interaksi antar kota sub urban dengan kota Induk
sebagai berikut:1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok
kehidupan mereka. Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan busana, dan
foto model.
2) Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok kota sub urban dapat
meningkatkan konsumerisme dan kriminalitas. Penduduk kota sub urban dengan
mudah meniru iklan dan tindak kejahatan dalam film atau sinetron yang
ditayangkan televisi.
3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di kota sub urban, karena
banyak tenaga muda yang lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di
kota banyak kesempatan kerja dengan upah yang tinggi. Akibatnya, di kota sub
urban hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak produktif.
4) Perubahan tata guna lahan di kota sub urban akibat perluasan wilayah kota dan
banyak orang kota membeli lahan di wilayah perbatasan kota sub urban - kota.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
25/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 25
Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di perbatasan kota sub urban -
kota berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.
5) Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok kota sub
urban dan cenderung mengubah budaya kota sub urban. Banyak kebudayaan
kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi kota sub urban,
sehingga sering menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat kota sub
urban.
6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran, dan
pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi kota sub
urban - kota.
b. Dampak Interaksi bagi Kota Induk
Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi kota sub urban - kota.
Menurut Hope Tisdale Eldrige (1956), pengertian urbanisasi adalah proses
perpindahan penduduk ke kota atau daerah permukiman padat. Istilah urbanisasi
juga digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kelompok sosial yang terjadisebagai akibat konsentrasi manusia. Urbanisasi dapat juga berarti proses
perubahan daerah kota sub urban menjadi daerah kota. Pengertian urbanisasi
tersebut menunjukkan bahwa penduduk kota sub urban lebih mengenal kota.
Banyak penduduk kota sub urban meninggalkan daerahnya dan pindah ke kota
terdekat. Sebagian dari mereka bekerja di kota, tetapi bertempat tinggal di desa.
Dampak positif interaksi kota induk dan kota sub urban sebagai berikut.
1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang
sebagian besar berasal dari daerah kota sub urban, seperti sayuran, buah-
buahan, beras, dan lain sebagainya.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari
kota sub urban yang pergi ke kota.
-
8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)
26/26
LAPORAN AKHIR
Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015
PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 26
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat dipasarkan sampai ke
pelosok kota sub urban sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
Sedangkan dampak negatif interaksi kota induk dan kota sub urban
sebagai berikut.
1) Jumlah penduduk kota sub urban yang pergi ke kota induk tanpa keahlian
menimbulkan permasalahan bagi daerah perkotaan, yaitu semakin
meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya
seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain
sebagainya.
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau
tempat yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bantaran sungai,
pinggiran rel kereta api, kuburan, dan kolong jembatan. Umumnya permukiman
yang terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut para geograf, wilayah
perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas, yaitu tidak tersedia air bersihuntuk minum, tidak ada saluran pembuangan air, penumpukan sampah dan
kotoran, serta akses ke luar perkampungan yang sulit.
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk kota yang
pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Permukiman
baru muncul di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Medan, Balikpapan, dan Makassar. Pertumbuhan permukiman yang
cepat di perkotaan berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas
lingkungan.