bab iv.docx abank

38
52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum lokasi Penelitian RSUD A.W. Sjachranie dibangun tahun 1933, kepunyaan kerjaan kutai (Landschap = kerajaan, sehingga diberi nama Landschap Hospital ) terletak di  juliana atau Emma Straat (sekarang  jalan gurami). Pada tahun 1974 per tama kali didirikan Rumah Sakit Umum yang berlokasi di Segiri Kecamatan Samarinda Ulu, dan diberi nama sebagai RSU Segiri . Pada tanggal 12 November 1977 telah di Resmikan pemindahan RSU Segiri ke  jalan Selili oleh Gubernur KDH Tk I Provinsi Kalimantan Timur Bapak H. A.Wahab Sjachranie. Setelah 7 tahun kemudian tepatnya pada 21 Juli 1984 seluruh pelayanan rawat inap dan rawat  jalan, s esuai dengan tuntutan dan per kembangan kebutuhan Rumah Sakit Lama (Selili ) di pindahkan ke lokasi Rumah Sakit Umum baru yang terletak di   jalan Dr .Soetomo (Lokasi Dekong) /  jalan Palang Merah I ndonesia Pada tahun 1987 diresmikan dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah A.Wahab Sjachranie untuk mengenang  jasa Bapak H. A.Wahab Sjachranie.

Upload: ismail-andi-baso

Post on 07-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 1/38

Page 2: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 2/38

53

Rumah  Sakit Umum  Daerah A.W. Sjachranie (RSUD 

 A.W. Sjachranie) terletak dijalan Palang Merah Indonesia,

Kecamatan  Samarinda  Ulu Kota  Samarinda. RSUD A.W.

Sjachranie  Samarinda  adalah TOP REFER  AL dan  Rumah  Sakit

Kelas B pendidikan  milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur .

Status Kelas B dengan SK Menkes No 1161/Menkes/ SK/XII/1993

ditetapkan di Jakar ta pada tanggal 15 Desember 1993 .

a. Jenis Pelayanan Kesehatan.

 Adapun  jenis pelayanan kesehatan  yang ter dapat di  RSUD 

 A.W. Sjachranie adalah :

1. Klinik Kebidanan dan Kandungan.

2. Klinik Anak.

3. Klinik Bedah Umum.

4. Klinik Bedah Tulang.

5. Klinik Bedah Saraf .

6. Klinik Bedah Urologi.

7. Klinik Saraf .

8. Klinik Penyakit Dalam.

9. Klinik Penyakit Kulit dan Penyakit Kelamin.

10. Klinik Paru.

11. Klinik Telinga, Hidung dan Tenggorrokan.

12. Klinik Keluarga Berencana.

13. Klinik Mata.

14. Klinik Jantung.

Page 3: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 3/38

54

15. Klinik Gigi dan Mulut.

16. Klinik Gizi.

17. Klinik Laktasi.

18. Klinik Khusus Karyawan.

19. Rehabilitasi Medik.

20. Rawat Darurat.

21. Radiologi : USG, CT.Scan, MRI, Mammography,

Panoramic 

22. Chateterisasi Jantung.

23. Patologi klinik

24. Patologi Anatomi.

25. Hemodialisa.

26. Kedokteran Kehakiman.

27. Farmasi.

28. Apotik 24 Jam.

29. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah  Sakit

(PKMRS).

30. Rujukan Spesialis ke RS C,D, dan Puskesmas.

31. Layanan Paviliun Teratai.

32. Ambulance 118.

33. Ambulan, Emergency Kebidanan dan Kandungan.

34. Warung Komunikasi.

b. 10 besar  penyakit

Page 4: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 4/38

55

Data  penyakit yang  masuk dalam sepuluh  besar  

pada RSUD A.W. Sjahranie tahun 2009 dan hiper tensi selalu 

masuk dalam urutan penyakit yang ada pada poli rawat  jalan.

Data penyakit adalah sebagai berikut :

Kelompok 10 Besar Penyakit Di Poli Rawat Jalan

Tahun 2009

No Diagnosa Jumlah

1 Dispepsia 1782

2 Ar tritis Reumatoid 1185

3 Penyakit Hiper tensi Lainnya 891

4 Infuensa 8575 Diabetes Militus Tidak Bergantung Insulin 8486 Gangguan Kelenjar Tiroid Lainnya 296

7 Penyakit Sistem Kemih Lainnya 2678 Diare & Gastroenteritis Oleh Penyebab 

Infeksi ter tentu 153

9 Demam Tipoid & Paratipoid 14610 Mikosis 114

Sumber : Profil RSUD A.W. Sjahranie (2009) 

Ber dasar kan situasi, kondisi ser ta keadaan di  RSUD 

 A.W Sjaharanie saat penelitian dimana RSUD A.W Sjahranie  

adalah  Rumah  Sakit Pemerintah  yang terletak dipusat Kota 

Samarinda dimana  merupakan  rujukan  nomor  1 (satu) di 

Kalimantan Timur  sehingga  mudah ditempuh  atau diakses

dengan  berbagai  macam kendaraan  untuk menuju  Rumah 

Sakit ter sebut.

Pada tahun 2009 RSUD A.W.Sjachranie  melakukan 

renovasi besar-besaran terhadap berbagai macam gedung di 

Page 5: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 5/38

56

Rumah Sakit ter sebut dan termasuk pada gedung Poli Rawat

Jalan. Pada saat melakukan  penelitian  gedung  yang 

digunakan  adalah  gedung  baru  yang dibuka selama 2 (dua) 

bulan sehingga keber sihan, kerapian dan keteraturan  pada 

berbagai macam poli sangat teratur sehingga responden yang 

ber tempat tinggal di kota, pinggir  kota dan  luar  kota ketika 

sampai di  rumah sakit dapat langsung  menuju  ruang  poli 

rawat  jalan dimana  letaknya terletak di  luar   rumah sakit atau 

ber dekatan dengan  halaman  par kir   rumah sakit sehingga 

dapat mempermudah pasien untuk berobat.

Pada  Rawat Jalan di  ruang Poli Penyakit Dalam  buka 

praktek dari  hari senin sampai dengan sabtu dan tidak buka 

pada  hari  libur   nasional dari hari -hari besar  keagamaan, dan 

 juga  praktek yang dibuka tidak setiap  hari  menerima  pasien 

dengan  berbagai  macam keluhan  melainkan  menggunakan 

 jadwal  yang sudah terjadwal dengan  lain-lain  penyakit ditiap 

harinya dan dimana pada penyakit hiper tensi pada poli  rawat

 jalan di  poli  penyakit dalam  hanya ter dapat pada  hari kamis

dan  jum¶at saja.

2. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin 

Jenis kelamin  responden  adalah kategori  yang 

didasar kan  pada  perbedaan  biologis seper ti struktur   organ 

reproduksi, bentuk tubuh, suara dan karakteristik biologis

Page 6: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 6/38

57

lainnya. Distribusi responden ber dasar kan  jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 :  Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanJenis Kelamin Penderita Hipertensi Di WilayahKerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W Syahranie Tahun 2010

Kategori jeniskelamin

Frekuensi (n) Presentase (%)

Laki ± laki  52 52

Perempuan  48 48

  jumlah 100 100

Data pada tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar  

responden  berjenis kelamin  perempuan sebanyak 51 orang 

(51,0 %) dan sisanya adalah responden berjenis kelamin laki ±

laki sebanyak 49 orang (49,0 %) .

b. Umur  

Karakteristik umur  responden hiper tensi di wilayah kerja 

rawat  jalan  poliklinik penyakit dalam   Di  RSUD A.W Syahranie 

Tahun 2010 ber kisar  antara 35 ± 75 tahun. Distribusi frekuensi 

responden ber dasar kan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 

4.3 berikut ini.

Page 7: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 7/38

58

Tabel 4.2 : Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.

Umur Frekuensi Persentase (%)

35 - 42 8 8

43 - 50 15 15

51 - 58 9 9

59 - 66 29 29

67 - 74 19 19

> 74 20 20Total 100 100

Ber sadar kan tabel 4.2 diketahui  bahwa distribusi 

responden terbanyak pada umur 59 ± 66 tahun yaitu 29 orang 

(29 %) dan paling sedikit pada umur > 74 tahun yaitu 20 orang 

(20 %).

c. Pendidikan 

Tingkat pendidikan  responden  adalah  pendidikan 

formal yang pernah ditempuh oleh responden dalam penelitian 

ini  yang  berada dalam  wilayah kerja  rawat  jalan  poliklinik

penyakit dalam  Di  RSUD A.W Syahranie Tahun 2010.

Distribusi  responden  ber dasar kan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel distribusi dibawah ini.

Page 8: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 8/38

59

Tabel 4.3 :  Distribusi Responden Menurut TingkatPendidikan Penderita Hipertensi DiWilayah Kerja Rawat Jalan PoliklinikPenyakit Dalam Di RSUD A.W SyahranieTahun 2010.

Tingkat pendidikan Frekuensi Presentase (%)

Tidak tamat SD 5 5

SD / Sederajat 10 10SMP / Sederajat 13 13

SMU / Sederajat 37 37

Perguruan tinggi 35 35Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil sebanyak 5 orang

( 5 %) responden tidak tamat pendidikan formal dan tingkat 

pendidikan SMU / Sederjat ditempuh responden paling banyak

yaitu 37 orang (37 %).

d. Pekerjaan 

Pekerjaan  responden  adalah segala sesuatu  yang 

dilakukan responden untuk mencari naf kah atau penghasilan.

Distribusi  responden  menurut pekerjaan dapat dilihat pada 

tabel berikut :

Tabel 4.4 :Distribusi Responden Menurut PekerjaanPenderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Rawat

Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUDA.W Syahranie Tahun 2010.

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

Pensiunan 34 34

Petani 11 11

Pedagang 23 23

Wiraswasta 15 15PNS 17 17

Page 9: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 9/38

60

Total 100 100,0

Data  pada tabel 4.4 menunjukan  bahwa distribusi 

responden  lebih dari sebagian  pekerjaan sebagai pensiunan 

sebanyak 34 orang (34 %) sedangkan  yang  paling sedikit

sebagai petani 11 orang (11%).

3. Analisis Univariat

 Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap 

variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi 

tiap variabel.

a. Hiper tensi 

Hiper tensi  adalah suatu  gangguan  pada  pembuluh 

darah  yang  mengakibatkan suplai  oksigen dan  nutrisi  yang 

dibawa  oleh darah terhambat sampai ke  jaringan tubuh  yang 

membutuhkannya. Tubuh  akan  bereaksi  lapar   yang 

mengakibatkan   jantung  harus bekerja  lebih keras untuk

memenuhi kebutuhan ter sebut bila kondisi ter sebut

berlangsung lama dan menetap maka akan timbul gejala yang 

disebut penyakit Tekanan  Darah Tinggi. Distribusi Penyakit

Hiper tensi  Di Wilayah Kerja  Rawat Jalan Poliklinik Penyakit

Dalam Di RSUD A.W Syahranie Tahun 2010.

Page 10: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 10/38

61

Tabel 4.5 :  Distribusi Responden Menurut PenderitaHipertensi Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.

Hipertensi Frekuensi Presentase (%)

Menderita hiper tensi 42 42

Tidak menderita hiper tensi 

58 58

Total 100 100

Data tabel 4.5 menunjukan  bahwa  lebih dari sebagian 

responden menderita hiperensi yaitu 56 orang (56 %) dan yang 

tidak menderita hiper tensi sebanyak 44 orang (44%).

b. Faktor Keturunan 

Riwayat keluarga  yang  menunjukan  adanya tekanan 

darah  yang  meninggi  merupakan  faktor   resiko  yang  paling 

kuat bagi seseorang untuk mengidap hiper tensi di masa yang 

akan datang. Tekanan darah kerabat tingkat per tama (orang 

tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur  dan  jenis

kelamin tampak pada semua tingkat tekanan darah .

Tabel 4.6 :  Distribusi Responden Menurut Faktor Keturunan Di Wilayah Kerja Rawat Jalan

Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W

Syahranie Tahun 2010.

Faktor Keturunan Frekuensi Presentase(%)

 Ada  faktor  keturunan hiper tensi 

56 56

Tidak ada  faktor  keturunan 44 44

Page 11: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 11/38

62

hiper tensi Total 100 100

Data tabel 4.6 menunjukan  bahwa sebagian  besar  

responden tidak ada faktor keturunan hiperensi yaitu 44 orang 

(44 %) dan yang ada faktor  keturunan hiper tensi sebanyak 56

orang (56%) 

Tabel 4.7 : Distribusi Responden Menurut Keluarga YangMenderita Hipertensi Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.

Keluarga yang menderitahipertensi

Frekuensi Presentase(%)

 Ayah kandung 30 30

Ibu kandung 21 21

Kakek (ayah dari bapak) 13 13

Nenek (ibu dari bapak) 16 16

Kakek (ayah dari ibu) 7 7

Nenek (ibu dari ibu) 13 13

Total 100 100

Ber dasar kan tabel 4.7 diatas penularan  hiper tensi 

secara  genetik atau  faktor  keturunan  paling  banyak berasal 

dari  ayah kandung  responden  yaitu 30%, dan  penularan 

genetik paling  rendah  berasal dari kakek (ayah dari  ibu) 

responden yaitu 7%. 

c. Aktivitas Fisik

 Aktivitas fisik adalah  intensitas semua  pergerakkan 

anggota tubuh  yang  menyebabkan  pengeluaran tenaga 

(aktivitas) yang berbeda selama periode pengajian dinyatakan 

Page 12: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 12/38

63

dalam  ekuivalen MET yang dikalikan dengan  waktu  yang 

digunakan bagi semua aktivitas dalam 1 minggu.

Tabel 4.8 : Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik Yang Dilakukan Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.

Aktifitas Fisik Frekuensi Presentase(%)

Melakukan aktivitas fisik 71 71

Tidak melakukan  aktivitasfisik

29 29

Total 100 100

Data tabel 4.8 menunjukan bahwa sebagian responden 

tidak melakukan  aktivitas fisik yaitu 29 orang (29%) dan 

responden  yang  melakukan  aktivitas fisik yaitu 71 orang 

(71%).

Pengukuran  aktivitas fisik menggunakan Internasional 

Physical Activity Quetionnaire (IPAQ) yang membagi aktivitas

fisik responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 : Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik

 Yang Sering Dilakukan Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.

Aktivitas fisik frekuensi Presentase (%)

Ringan 48 48

Sedang 44 44

Berat 8 8Total 100 100

Page 13: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 13/38

64

Data  pada tabel 4.9 menunjukan  bahwa  lebih dari 

sebagian responden melakukan aktivitas fisi k ringan sebanyak

48 orang (48%), responden  aktivitas fisik sedang 44 orang 

(44%) dan responden aktivitas fisik berat 8 orang (8%).

d. Stress

Stress adalah  gangguan  pada tubuh dan  pikiran  yang 

disebabkan  oleh  perubahan dalam  hidup  yang  menuntut

penyesuaian diri. Pengukuran stress menggunakan skala 

stress Holmes atau Rahe Holmes Sress Scale dengan kriteria 

tidak stress  jika skor  < 150, stress  jika skor  �150, dan sangat

stress  jika skor  >250. Distribusi kriteria stress responden 

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 :  Distribusi Responden Menurut Kriteria

Mengalami Stress Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD

A.W Syahranie Tahun 2010.

D

a

ta  pada tabel 4.10 menunjukan  bahwa  lebih dari sebagian 

responden  yang  mengalami stress yaitu sebanyak 59orang 

(59%) dan responden yang tidak mengalami stress sebanyak

41 orang (41%).

Stress Frekuensi Presentase (%)

Mengalami stress 59 59

Tidak mengalami stress 41 41Total 100 100

Page 14: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 14/38

65

Tabel 4.11 : Distribusi Responden Tertinggi Menurut LevelIntensitas Kondisi Stress Penderita

Hipertensi Yang Dialami Di Wilayah KerjaRawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W. Syahranie Tahun 2010.

Stress frekuensi Presentase (%)

Tidak stress 37 37,0Stress 52 52,0

Sangat stress 11 11,0Total 100 100,0

Data tabel 4.11 menunjukan bahwa  lebih dari sebagian 

responden  yang  menglami stress yaitu sebanyak 52 orang 

(52,0%) dan sangat stress sebanyak 11 orang (11,0 %)  

Dari data  yang diperoleh  bahwa  responden sering 

mengalami stress dan hal-hal  yang sering sebagai  penyebab 

stress. Berikut adalah distribusi ter tinggi  yang dialami 

responden, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 : Distribusi Responden Tertinggi MenurutKondisi Stress Penderita Hipertensi Yang

Dialami Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W.Syahranie Tahun 2010.

Stress Frekuensi Persentase

(%)

Perubahan kondisi kesehatan 99 99

Perubahan kebiasaan  hidup (diet, puasa dan lain-lain) 

58 58

Sakit serius 45 45

Page 15: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 15/38

66

 Ada tambahan anggota keluarga 45 45Perubahan kondisi keuangan 45 45

Data 4.12 menunjukan  bahwa  responden ter tinggi 

menurut kondisi stress adalah  perubahan kondisi kesehatan 

sebanyak 99 orang (99 %), perubahan kebiasaan hidup (diet,

puasa dan  lain-lain) sebanyak 58 orang (58%), sakit serius

sebanyak 45 orang (45%), ada tambahan  anggota keluarga 

sebanyak 45 orang (45%), dan  perubahan kondisi keuangan 

sebanyak 45 orang (45%) 

4. Analisis Bivariat

Responden  yang  menderita  hiper tensi  lebih  banyak

ter dapat  jenis kelamin  laki-laki. Distribusi  responden  menurut

penderita hiper tensi ber dasar kan  jenis kelamin dapat dilihat pada 

tabel berikut :

Tabel 4.13 : Distribusi Responden Penderita Hipertensi JenisKelamin Yang Dialami Di Wilayah Kerja RawatJalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W.Syahranie Tahun 2010.

Data  pada tabel 4.13 menunjukan  bahwa dari 52

responden  laki-laki, sebanyak 32 orang (61,5%)  menderita 

JenisKelamin

Kejadian hipertensi Total

hipertensi Tidak hipertensi

n % n % n %

Laki - laki 22 42,3 30 57,7 52 100Perempuan 20 41,7 28 58,3 48 100

Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100

Page 16: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 16/38

67

hiper tensi dan dari 48 responden perempuan sebanyak 24 orang 

(50,0%) menderita hiper tensi.

Responden  yang  menderita  hiper tensi  lebih  banyak

ter dapat kelompok umur  59-66 . Distribusi  responden  menurut

penderita  hiper tensi  ber dasar kan kelompok umur  dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.14 : Distribusi Responden Penderita HipertensiKelompok Umur Yang Dialami Di Wilayah Kerja

Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUDA.W. Syahranie Tahun 2010.

Data  pada tabel 4.14 menunjukan  bahwa ter tinggi 

kelompok umur dari 29 responden dengan kelompok umur 59 ± 66

, sebanyak 9 orang (31,0%)  menderita  hiper tensi dan dari 

kelompok umur  terendah 8 responden dengan kelompok umur  

35 ± 42 sebanyak 1 orang (87,5%) menderita hiper tensi.

Responden  yang  menderita  hiper tensi  lebih  banyak

ter dapat pada  pendidikan  SMU. Distribusi  responden  menurut

KelompokUmur 

Kejadian hipertensi Total

hipertensi Tidak hipertensi

n % n % n %

35 ± 42 1 87,5 7 87,5 8 10043 ± 50 5 33,3 10 66,7 15 100

51 ± 58 4 44,4 4 55,6 9 100

59 ± 66 9 31,0 20 69,0 29 100

67 ± 74 11 57,9 8 42,1 19 100

> 74 12 60,0 8 40,0 20 100

Total 42 42,0 58 58,0 100 100

Page 17: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 17/38

68

penderita  hiper tensi  ber dasar kan  pendidikan dapat dilihat pada 

tabel berikut

Tabel 4.15 : Distribusi Responden Penderita HipertensiPendidikan Yang Dialami Di Wilayah Kerja

Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W. Syahranie Tahun 2010.

Data  pada tabel 4.15 menunjukan  bahwa ter tinggi 

pendidikan dari 37 responden dengan pendidikan SMU / sederajat

, sebanyak 19 orang (51,4%)  menderita  hiper tensi dan dari 

pendedikan terendah 5 responden dengan pendidikan tidak tamat

SD sebanyak 1 orang (20,0%) menderita hiper tensi.

Pendidikan

Kejadian hipertensi Total

hipertensi Tidak hipertensi

n % n % n %

Tidak tamat SD 1 20,0 4 80,0 5 100SD / Sederajat 4 40,0 6 60,0 10 100

SMP / Sederajat 5 38,5 8 61,5 13 100

SMU / Sederajat 19 51,4 

18 37,8 37 100

Perguruan Tinggi 13 37,1 22 62,9 35 100

Total 42 42,0 58 58,0 100 100

Page 18: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 18/38

69

Responden  yang  menderita  hiper tensi  lebih  banyak

ter dapat pada pekerjaan pensiunan. Distribusi responden menurut

penderita  hiper tensi  ber dasar kan  pekerjaan dapat dilihat pada 

tabel berikut

Tabel 4.16 : Distribusi Responden Penderita HipertensiPekerjaan Yang Dialami Di Wilayah Kerja

Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam DiRSUD A.W. Syahranie Tahun 2010.

Data  pada tabel 4.16 menunjukan  bahwa ter tinggi 

pekerjaan dari 34 responden dengan  pekerjaan  pensiunan ,

sebanyak 18 orang (52,9%)  menderita  hiper tensi dan dari 

pekerjaan terendah 11 responden dengan  pekerjaan  petani 

sebanyak 7 orang (63,6%) menderita hiper tensi.

Responden  yang  menderita  hiper tensi  lebih  banyak

ter dapat pada keluarga  yang ter kena  hiper tensi  adalah  ibu 

Pekerjaan

Kejadian hipertensi Total

hipertensi Tidak hipertensi

n % n % n %

Pensiunan 18 52,9 16 41,1 34 100

Petani 7 63,6 4 36,4 11 100

Pedagang 8 34,8 15 65,2 23 100

Wiraswasta 3 20,0 12 80,0 15 100

PNS 6 35,3 11 64,7 17 100

Total 42 42,0 44 58,0 100 100

Page 19: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 19/38

70

kandung. Distribusi  responden  menurut penderita  hiper tensi 

ber dasar kan keluarga  yang ter kena  hiper tensi dapat dilihat pada 

tabel berikut

Tabel 4.17 : Distribusi Responden Penderita HipertensiKeluarga Yang Menderita Hipertensi Yang

Dialami Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W.

Syahranie Tahun 2010.

Data  pada tabel 4.17 menunjukan  bahwa ter tinggi 

keluarga  yang ter kena  hiper tensi dari 21 respondenadalah  ibu 

kandung , sebanyak 9 orang (42,9%)  menderita  hiper tensi dan 

dari keluarga  yang ter kena  hiper tensi terendah 7 responden 

Keluarga yangmenderita hipertensi

Kejadian hipertensi Total

hipertensi Tidakhipertensi

n % n % n %

 Ayah kandung 13 43,3 17 56,7 30 100Ibu kandung 9 42,9 12 57,1 21 100

Kakek (ayah dari bapak) 

6 46,2 7 53,8 13 100

Nenek (ibu dari bapak) 5 31,3 11 68,8 16 100

Kakek (ayah dari ibu) 5 71,4 2 28,6 7 100

Nenek (ibu dari ibu) 4 30,8 9 69,2 13 100

Total 42 42,0 58 58,0 100 100

Page 20: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 20/38

71

dengan keluarga  yang ter kena  hiper teni  adalah kakek (ayah dari 

ibu) sebanyak 5 orang (71,4%) menderita hiper tensi.

alisis bivariat dilakukan  untuk mengetahui  besarnya 

hubungan  variabel  independen dengan  variabel dependen  pada 

responden  hubungan dikatakan bermakna secara statis tik apabila 

diperoleh nilai p < 0,005.

a. Hubungan faktor keturunan dengan kejadian hiper tensi  

Hubungan antara faktor keturunan yang pernah menderita 

hiper tensi dengan kejadian  hiper tensi  Di Wilayah Kerja  Rawat

Jalan Poliklinik Penyakit Dalam  Di  RSUD A.W Syahranie Tahun 

2010. Dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut :

Tabel 4.18 : Hubungan Faktor Keturunan Dengan KejadianHipertensi Di Wilayah Kerja Rawat Jalan

Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.

Ber dasar kan tabel 4.18 terlihat bahwa diantara 

responden  yang  menderita  propor si ter tinggi ter dapat pada 

Faktor keturunan

Kejadian hipertensi Total PValue

PhiValuehipertensi Tidak

hipertensi

n % n % n %

Ya 17 30,4 39 69,6 56 1000,014 0,266

Tidak 25 56,8 19 43,2 44 100

Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100

Page 21: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 21/38

72

responden  yang  memiliki keturunan  hiper tensi ( 30,4%) 

dibandingkan  yang tidak ada  faktor  keturunan  hiper tensi 

(69,6%) sedangkan  pada  responden  yang tidak hiper tensi 

propor si ter tinggi ter dapat pada  responden  yang tidak ada 

faktor  keturunan  hiper tensi (43,2%) dibandingkan dengan 

responden yang ada faktor keturunan hiper tensi ( 69,6%). 

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test

diperoleh  p value sebesar  0,014 ar tinya  p value lebih kecil dari 

(0,05) dengan demikian ter dapat hubunga n  antara  faktor  

keturunan dengan kejadian hiper tensi.

Perhitungan selanjutnya, diperoleh Phi Value 0,266

ar tinya ter dapat hubungan  asosiasi kecil  atau tidak ada 

asosiasi antara faktor keturunan dengan kejadian hiper tensi  Di 

Wilayah Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD 

 A.W Syahranie Tahun 2010.

b. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hiper tensi  

Hubungan antara  aktivitas fisik yang pernah  menderita 

hiper tensi dengan kejadian hiper tensi  Di Wilayah Kerja Rawat

Jalan Poliklinik Penyakit Dalam  Di  RSUD A.W Syahranie 

Tahun 2010. Dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut : 

Page 22: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 22/38

73

Tabel 4.19 :  Hubungan Aktivitas Fisik Dengan KejadianHipertensi Di Wilayah Kerja Rawat JalanPoliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.WSyahranie Tahun 2010.

Ber dasar kan tabel 4.19 terlihat bahwa diatara 

responden  yang  menderita  hiper tensi  propor si ter tinggi 

ter dapat pada  responden  yang  melakukan  aktivitas fisik

(49,3%) dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktivitas

fisik hiper tensi (24,1%) sedangkan pada responden yang tidak

hiper tensi  propor si ter tinggi ter dap at pada  responden  yang 

tidak melakukan aktivitas fisik hiper tensi (75,9%) dibandingkan 

dengan  responden  yang  melakukan  aktivitas fisik hipe r tensi 

(50,7%) 

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test

diperoleh  p value sebesar 0,037 ar tinya  p value lebih kecil dari 

(0,05) dengan demikian ter dapat hubungan  antara  aktivitas

fisik dengan kejadian hiper tensi.

Perhitungan selanjutnya, diperoleh Phi Value 0, 231

ar tinya ter dapat hubungan  asosiasi kecil  atau tidak ada 

AktivitasFisik

Kejadian hipertensi Total PValue

PhiValue hipertensi Tidak

hipertensi

n % n % n %

Tidak 7 24,1 22 75,9 29 100

0,037 0,231Ya 35 49,3 36 50,7 71 100

Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100

Page 23: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 23/38

Page 24: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 24/38

75

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test

diperoleh  p  value sebesar  0,125 ar tinya  p  value  besar  kecil 

dari (0,05) dengan demikian tidak ter dapat hubungan antara 

stress dengan kejadian hiper tensi.

Perhitungan selanjutnya, diperoleh Phi Value 0,174

ar tinya ter dapat hubungan  asosiasi kecil  atau tidak ada 

asosiasi  antara stress dengan kejadian  hiper tensi  Di Wilayah 

Kerja  Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam  Di  RSUD A.W

Syahranie Tahun 2010.  

B. Pembahasan

1. Hubungan Faktor  Keturunan Dengan Kejadian Hipertensi Di

Wilayah Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD

A.W Syahranie Tahun 2010

Hiper tensi  esensial / primer , yaitu  hiper tensi  yang tidak

diketahui  penyebabnya, dan  ada kemungkinan karena  faktor  

keturunan  atau  genetik (90%). Apabila  riwayat hiper tensi 

didapatkan  pada kedua  orang tua, maka kemungkinan ter kena 

hiper tensi menjadi  lebih besar . Hiper tensi banyak ditemukan pa da 

penderita kembar   monozigot (satu telur ), apabila salah satunya 

menderita hiper tensi. Fakta ini mendukung bahwa faktor keturunan 

mempunyai  peran didalam terjadinya  hiper tensi, baik secara 

langsung  maupun tidak langsung. Meningkatnya  risiko  hiper tensi 

Page 25: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 25/38

76

karena faktor keturunan tidak dapat dihindari lagi,  jika kedua orang 

tua mengidap hiper tensi. (Indriyani, 2009).

Hasil  uji  chi-square dengan 0,05 diperoleh  p <

(0,014). Maka disimpulkan  bahwa  ada  hubungan  antra  faktor  

keturunan dengan kejadian  hiper tensi di  wilayah kerja  poliklinik

rawat  jalan RSUD A.W. Sjahranie Samarinda tahun 2010.

Sebanyak 17 respoden  mempunyai  faktor  keturunan 

menderita  hiper tensi dan saat dilakukan  pemeriksaan tekanan 

darah  responden ter sebut mempunyai  hasil  menderita  hiper tensi  

dan dengan adanya faktor  pendukung seper ti  jumlah laki -laki yang 

menderita  hiper tensi sebanyak (42,3%),  jumlah  umur   rentan 

hiper tensi 55-66 tahun menderita hiper tensi (31,0%), dan adanya 

keluarga  yang ter kena  hiper tensi  yaitu  ayah kandung sebanyak

(43,3%). Faktor   pemicu seseorang  menderita  hiper tensi salah 

satunya  adalah  genetik atau  faktor  keturunan,  jika  ada  anggota 

keluarga  yang  menderita  hiper tensi  walaupun  belum  adanya tes

genetic secara konsisten terhadap penyakit hiper tensi harus selalu 

waspada karena dalam garis keturunan keluarga pasti mempunyai 

struktur   genetic  yang sama. Faktor  keturunan  adalah  faktor   yang 

tidak bisa dikendalikan  oleh sebab  itu kegiatan dapat mencegah 

terjadinya  hiper tensi  wajib dilakukan  jika seseorang  mempunyai 

faktor keturunan pernah menderita hiper tensi.

Page 26: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 26/38

77

Hiper tensi  merupakan  penyakit tidak menular  dan 

seringkali tidak memberikan tanda-tanda  peringatan sehingga 

menjadi  penyebab kematian secara diam-diam / the silent killer,

dan   jika  hiper tensi tidak dikontrol  maka  hiper tensi dapat

membebani  jantung dan pembuluh darah secara berlebihan yang 

dapat menyebabkan kegagalan  jantung.penyebab hiper tensi 90 %

belum diketahui dan  faktor   yang  mempengaruhi terjadinya 

hiper tensi  adalah : genetik, ras, umur ,  jenis kelamin, obesitas,

merokok, stres, minum-minuman  alkohol, pola  makan  yang 

salah.(Susalit et al, 2003).

Selanjutnya ditemukan  pula  responden  yang  mempunyai 

faktor  keturunan dengan kejadian  hiper tensi  akan tetapi tidak

menderita  hiper tensi  yaitu 39 orang  Dikarenakan  responden  oleh 

kebiasaan tindakan ± tindakan  pencegahan  yang dilakukan  oleh 

responden  untuk menghindari  hiper tensi sebelum terjadi.

Tindakan ± tindakan ter sebut meliputi mengatur  pola makan yang 

sehat karena  pola  makan  yang sehat dapat mengontrol tekanan 

darah, mengindari  makanan  yang  mengandung  banyak garam,

kolesterol, dan  juga lemak. Selalu mengkonsumsi sayur  dan buah,

mempunyai kegiatan  fisik yang  baik walaupun tidak berolah  raga 

kegiatan fisik seper ti mencangkul, atau melakukan kegiatan rumah 

 juga bermanfaat menggantikan kegiatan berolah raga.

Page 27: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 27/38

78

Hiper tensi seringkali tidak menunjukan  gejala, sehingga 

penderita dianjur kan  untuk memeriksakan tekanan darah secara 

teratur  sekitar  2 sampai 5 tahun sekali,  jika tekanan darah no rmal 

dan bukan adanya faktor keturunan tekanan darah tinggi. Jika ada 

faktor  tekanan darah tinggi sebainya pengukuran dilakukan setiap 

3 minggu sampai 12 bulan sekali. Jika tekanan darah sewaktu-

waktu  naik, diperlukan  pengukuran  lebih sering dan  lebih tera tur .

Dokter  perlu memeriksa setiap 2 minggu sekali sehingga tekanan 

darah dapat dikontrol, kemudian sebulan sekali sampai 3 bulan 

sekali sampai tekanan darah stabil. (Indriyani, 2009).

Kemudian diperoleh  pula  responden  yang tidak

mempunyai  faktor  keturunan  namun  menderita  hiper tensi 

sebanyak 25 orang . walaupun responden tidak mempunyai faktor  

keturunan yang menderita hiper tensi, akan tetapi perlu diwaspadai 

faktor   pemicu  hiper tensi  lainnya seper ti kebiasaan  merokok, olah 

raga, stress, umur , dan   jenis kelamin.

Hiper tensi merupakan penyakit multifaktorial yang muncul 

oleh karena  interaksi  berbagai  faktor . Dengan  ber tambahnya 

umur , maka tekanan darah  juga  akan  meningkat . Setelah  umur  

45 tahun, dinding  ar teri  akan  mengalimipenebalan  oleh karena 

adanya  penumpukan kolagen  pada  lapisan  otot, sehingga 

pembuluh darah  akan  berangsur-angsur   menyempit dan  menjadi 

kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan 

Page 28: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 28/38

79

pembuluh darah  besar   yang kurang  pada  penambahan  umur  

sampai dekade kelima dan keenam kemudian  menetap  atau 

cenderung  menurun. Peningkatan  umur   akan  menyebabkan 

beberapa perubahan fisilogis, pada usia lanjut terjadi peningkatan 

resistensi perifer  dan aktivitas simpatik. Perubahan tekanan darah 

yaitu  refleks baroreseptor   pada  usia  lanjut sensitivitasnya sudah 

ber kurang, sedangkan peran ginjal  juga sudah ber kurang dimana 

aliran darah  ginjal dan  laju  filtrasi  glomerulus menurun (Asputra 

H,dkk,2008).

Responden  yang tidak ada  faktor  keturunan dengan 

hiper tensi dan tidak menderita hiper tensi yaitu sebanyak 19 orang.

Hal  ini sudah  pasti terjadi karena  responden tidak mempunyai 

faktor  keturunan yang pernah menderita hiper tensi sebagai faktor  

utama pemicu seseorang menderita hiper tensi. Selanjutnya  faktor  

pemicu  hiper tensi  lainnya dapat dicegah  responden dengan 

mempunyai pola hidup yang sehat dan menghindari stress.

Penatalaksanaan  non  farmakologis sesuai  anjuran  J oint 

National Commite On Detection, Evaluation anda Treatment of 

High Blood Pressure menurut Bustan (2000), antara lain :

a. Menurunkan BB (berat badan).

Menurunkan  berat badan  bila status gizi  berlebih.

Peningkatan  berat badan di  usia dewasa sangat

berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena  itu,

Page 29: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 29/38

80

manajemen  berat badan sangat penting dalam  prevalensi 

dan kontol hiper tensi.

b. Pembatasan konsumsi garam dapur .

Mengurangi asupan natrium. Apabila diet tidak membantu 

dalam 6 bulan, maka  perlu  pemberian  obat anti  hiper tensi 

oleh dokter .

c. Kurangi alkohol  

Menurunkan konsumsi kafein dan  alkohol. Kafein dapat

memacu  jantung  bekerja  lebih  cepat, sehingga  mengalir kan 

lebih  banyak cairan  pada detiknya. Sementara konsumsi 

alkohol  lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan  risiko 

hiper tensi.

d. Menghentikan rokok.

Merokok menyebabkan  peninggian tekanan darah.

Peokok berat dapat dihubungkan deng an  peningkatan 

insiden  hiper tensi  maligna dan  risiko terjadinya stenosis

ar teri renal yang mengalami ateriosklerosis.

e. Olahraga teratur .

Meningkatkan  aktivitas fisik. Orang  yang  beraktivitas

rendah  berisiko ter kena  hiper tenssi 30-50 % daripada  yang 

aktif . Oleh karena  itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit

sebanyak > 3x/hari penting sebagai pencegahan primer  dari 

Hiper tensi.

Page 30: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 30/38

81

f . Diet rendah lemak  jenuh.

g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).

h. Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah setiap tahun.

i. Jangan merokok/ minum alkohol.

 j. Kurangi berat badan bila berlebihan.

k. Lakukan latihan aerobik.

l. Pelajari cara-cara mengendalikan stress.

Hal  ini sesuai dengan  penelitian  yang dipercaya  bahwa 

beberapa  orang  yang  mengidap tekanan darah tinggi, gen  yang 

menentukan  reproduksi dan  pelepasan  angiotensin dalam tubuh 

orang-orang ter sebut memproduksi  angiotensin terlalu  banyak.

Pada 70-80 % kasus hiper tensi  primer  didapat riwayat hiper tensi 

didalam keluarga  meskipun  hal  ini  belum dapat memastikan 

diagnosis. Jika didapat riwayat hiper tensi  pada kedua  orang tua 

dugaan terhadap  hiper tensi  primer   makin kuat. (T jokronegoro,

2001).

2. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di

Wilayah Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD

A.W Syahranie Tahun 2010

Bentuk latihan  yang  paling tepat untuk penderita 

hiper tensi  adalah  jalan kaki, ber sepeda, senam, berenang, dan 

aerobik. Olah  raga  yang  ber sifat kompetensi dan  meningka tkan 

kekuatan tidak dibolehkan  bagi  penderita  hiper tensi karena kan 

Page 31: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 31/38

Page 32: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 32/38

83

Latihan  fisik berupa  berjalan kaki selama 30-60 menit

setiap  hari sangat bermanfaat untuk menjaga   jantung dan 

peredaran darah. Bagi  penderita tekanan darah tinggi,  jantung 

atau  masalah  peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan 

beban waktu  jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-

laki dengan  wanita  yang kurang  aktivitas fisik dengan kelompok

yang ber katifitas fisik dapat menurunkan sekitar  6,5 % kolesterol 

LDL (Low  Density Lipoprotein)  faktor   penting  penyebab 

pergeseran ar teri (Kusmana, 2002).

Hasil  analisis menunjukan  responden  yang tidak

melakukan aktivitas fisik dan menderita hiper tensi 7 orang. Hal ini 

disebabkan  responden   jarang  melakukan  aktivitas fisik dalam 

seminggu sehingga kurang  pergerakan dalam tubuh sehingga 

menyebabkan menderita hiper tensi dan penurunan usia sehingga 

kurang  mampu  melakukan  aktivitas fisik dibanding  usia-usia 

sebelumnya.

Ber tambahnya  usia  akan diser tai  penurunan  fungsi dan 

metabolisme ser ta komposisi tubuh. Proses degeneratif  pada otot

ditandai dengan  ber kurangnya  jumlah dan  ukuran serabut otot.

Pergeseran komposisi tubuh dari  ber kurangnya  massa  otot ke 

arah ber tambahnya lemak sering ber samaan dengan menurunnya 

kandungan  protein  plasma dan  ber tambahnya  lemak di dalam 

Page 33: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 33/38

84

plasma dalam  bentuk peningkatan kadar  kolesterol dan 

trigliserida. (maryam dkk,2008) 

Hasil  analisis menujukan  responden   yang tidak

melakukan  aktivitas fisik menderita  hiper tensi 22 orang  hal  ini 

disebabkan  responden mampu mengatur  pola makan, melakukan 

aktivitas fisik secara teratur  dan  mengurangi stress sehing ga 

tekanan darah tetap ter kontrol dengan baik.

 Aktifitas fisik dapat pula dinilai dalam  bentuk total  volume 

aktivitas fisik atau  pengeluaran  energi  yang  ber kaitan dengan 

aktivitas fisik. Ketika mengkaji aktivitas fisik bagi tujuan kesehatan 

masyarakat, total  volume  aktivitas fisik sangat penting karena  

dimensi tampaknya  memberikan dampak yang signifikan  pada 

status kesehatan. (Gibney, 2009).

3. Hubungan Stress Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah

Kerja Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam Di RSUD A.W

Syahranie Tahun 2010

Menurut Sunaryo (2004) secara  umum, yang dimaksud

dengan stress adalah  reaksi tubuh terhadap situasi  yang 

menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan, dan emosi . Stress

dapat terjadi  apabila tuntutan  atau keinginan diri kita terpenuhi.

V incent Cornelli   mendefinisikan stress sebagai  gangguan  pada 

tubuh dan  pikiran  yang disebabkan  oleh  perubahan  baik oleh 

lingkungan  maupun  penampilan  individu di dalam  lingkungan 

ter sebut.

Page 34: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 34/38

85

Hasil  uji  chi-square dengan 0,05 diperoleh  p >

(0,125). Maka disimpulkan  bahwa tidak ada  hubungan  antara 

faktor  keturunan dengan kejadian  hiper tensi di  wilayah kerja 

poliklinik rawat  jalan  RSUD A.W. Sjahranie  Samarinda tahun 

2010.

Hasil  penelitian  menunjukan  responden  yang stress

menderita  hiper tensi 29 orang. Dan  pengaruh  pekerjaan sebagai 

pensiunan dengan  jumlah menderita hiper tensi sebanyak (52,9%)  

Hal  ini disebabkan  adanya  faktor  keturunan, pekerjaan 

responden  mengalami  berbagai  masalah didalam  rumah  yang 

membuat responden sulit melupakan  masalah ter sebut,

mengalami kecemasan pada suatu masalah sehingga mengalami 

kesulitan tidur dimalam hari karena memikir kan suatu masalah.

Stres emosional dapat menimbulkan  perasaan  negatife 

dan deskruktif  terhadap diri sendiri dan  orang  lain. Stres

intelektual akan menggangu per sepsi dan kemampuan seseorang 

dalam  menyelesaikan  maslah, stres sosial  akan  mengganggu 

hubungan individu terhdap kehidupan. (Rasmun, 2004) 

Hasil  penelitian menunjukan  responden  yang stress tidak

menderita  hiper tensi 30 orang  Hal  ini disebabkan  responden 

mampu  mengontrol disaat stress mengimbanginnya dengan 

melakukan  relaksasi, sehingga  responden tidak menderita 

hiper tensi.

Page 35: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 35/38

86

Cara mengelola stres

1. Ambil liburan secara teratur .

2. Makanlah makanan sehari-hari yang menyehatkan.

3. Hindari kafein alkohol dan tembakau.

4. Lakukan olahraga secara teratur  

5. Berlatihlah  beberapa teknik rileksasi seper ti  yoga, meditasi 

latihan pernapasan.

6. Hadapilah  masalah  yang terjadi dalam  pekerjaan  maupun 

hubungan (Relationship) dan pecahkan.

7. Belajarlah untuk mengenali maslah ambang stres sendiri dan 

 jangan memaksakan diri untuk melapauinya.

8. Per timbangkan untuk memiliki hewan peliharaan karena bisa 

membantu menjadi rileks.

9. Bicarakan  masalah dengan  ahli  profesional  yang dapat

membantu  melihat per soalan secara  obyektif  dan 

menempatkan  masalah dalam  per spektif   yang tepat.

www.enformasi.com.2009.

Hasil  penelitian  menunjukan  responden  menderi ta 

hiper tensi dan tidak stress 13 0rang. Hal  ini disebabkan  hal  ini 

bisa disebabkan oleh  responden adanya mengkonsumsi makanan 

yang  mengandung  garam  berlebih dan  mengkonsumsi  minuman 

beralkhol dan  merokok sehingga  memicu  meningkatnya tekanan 

darah (hiper tensi).

Page 36: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 36/38

87

Stres  juga diyakini  memiliki hubungan dengan  hiper tensi.

Hal  ini diduga  melalui saraf  simpatis yang dapat mening katkan 

tekanan darah secara  intermiten. Apabila stres berlangsung  lama 

dapat mengakibatkan  peninggi tekanan darah  untuk sementara 

waktu dan  bila stres sudah  hilang tekanan darah  bisa  normal 

kembali. Peristiwa  yang  mendadak yang  menyebabkan stres

dapat mengakibatkan tekanan darah, namun  akibat stres

ber kelanjutan  yang dapat menimbulkan  hiper tensi  belum dapat

dipastikan . (Lukluk & Bandiyah, 2008).

Hasil  penelitian  responden tidak stress menderita 

hiper tensi sebanyak 28 orang . hal  ini disebabkan  responden 

dapat menjaga kesehatan sehingga tidak stress dan tidak

menderita hiper tensi selain itu adanya bantuan dari keluarga untuk

memonitor   perilaku dan  mengatasi   jika  responden  memiliki 

masalah  yang  berat. Adapun  cara  yang dilakukan  yaitu 

beristirahat biarpun  hanya  untuk beberapa saat setiap  hari,

meditasi dan  latihan  pernafasan  untuk menjernihkan  pikiran dari 

pikiran-pikiran  yang  menggangu, menjauhkan  alkohol dan  obat -

obatan  jika dalam menghadapi masalah dan selalu berpikir  positif  

 jika dalam menghadapi suatu masalah.

 Adapun hubungan proses terjadinya stres antara  lain :

(www.mikropoetra.com) 

Page 37: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 37/38

88

1. Seseorang  yang dilanda ³stres´, tubuihnya  akan 

memanfaatkan  zat gizi  ekstra dibandingkan dengan ketika 

seseorang dalam kondisi normal.

2. Tanpa disadari  cadangan  energi  yang ter simpan dalam 

tubuh dapat ter kuras habis dan  pada saat ini terjadi  yang 

disebut ³kelelahan mental´ atau ³stres´.

3. Tahap selanjutnya  adalah  berat badan turun drastis (kurus

pada  umumnya)  atau ³over   weight´(kasus khusus karena 

makan terus tidak peduli lagi pada efek negative makanan).

4. Efek yang  umunya terjadi  adalah  energi  habis, stamina 

ter kuras dan daya tahan tubuh melemah sehingga penyakit

dengan mudah masukke dalam tubuh kita.

5. Akibat yang  lebih  parah  adalah stres dapat mempengaruhi 

³kejernihan´ pola berpikir seseorang, karena otak sudah tidak

mempunyai cukup energy untuk untuk bekerja normal.

Beberapa  penelitian ter dahulu  yang telah dilakukan 

diketahui  bahwa  ada  hubungan  antara stress dengan  penyakit

hiper tensi  pada  lansia. Penelitian  yang telah dilakukan  oleh 

Suheni  pada tahun 2007 menunjukan  bahwa ter dapat hubungan 

antara stress dengan  penyakit hiper tensi  pada  lansia di Badan 

Rumah Sakit Cepu dengan nilai p value 0,002 < nilai 0,05.

Page 38: BAB IV.docx Abank

8/6/2019 BAB IV.docx Abank

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivdocx-abank 38/38

89

.