bab iv hasil penelitian a. sejarah perkembangan agama …

37
22 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama Kristen 1. Awal Kristenisasi di Nusantara Kekristenan sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 tetapi tidak bertahan lama. Kedatangan bangsa barat khususnya Portugis dan Spanyol pada abad ke-16 membawa babakan baru penyebaran agama Kristen di Indonesia. Awal kekristenan yang masuk ke Indonesia adalah kekristenan Katolik, dengan sistim dukungan dari pemerintah (padroado) Kerajaan Spanyol dan Portugis, kekristenan disebarkan mengikuti jalur perdagangan di Asia dari India, Malaka, Maluku, Macao, sampai ke Jepang. Pada tahun 1551, Malaka yang merupakan bandar dagang utama pada jalur pelayaran ke Maluku ditaklukkan oleh Portugis yang otomatis Maluku dengan mudah ditaklukkan juga. Ketika perdagangan dikuasai Portugis maka dengan leluasa Portugis juga bisa menyebarkan agama Kristen Katolik di Maluku. Pada abad tersebut peta agama di Indonesia mengalami perubahan. Kerajaan-kerajaan Hindu runtuh digantikan oleh kesultanan-kesultanan Islam di berbagai tempat. Mulai masuknya Portugis dan Spanyol ke Indonesia merubah kembali peta agama. Dalam penyebaran agama tersebut, peranan para iman dari ordo Fransiskan dan ordo Yesuit sangat penting. Mereka mengkristenkan lebih serius daripada pendahulunya pada abad ke-7 yang mengutamakan

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Perkembangan Agama Kristen

1. Awal Kristenisasi di Nusantara

Kekristenan sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 tetapi tidak

bertahan lama. Kedatangan bangsa barat khususnya Portugis dan Spanyol pada

abad ke-16 membawa babakan baru penyebaran agama Kristen di Indonesia.

Awal kekristenan yang masuk ke Indonesia adalah kekristenan Katolik, dengan

sistim dukungan dari pemerintah (padroado) Kerajaan Spanyol dan Portugis,

kekristenan disebarkan mengikuti jalur perdagangan di Asia dari India, Malaka,

Maluku, Macao, sampai ke Jepang.

Pada tahun 1551, Malaka yang merupakan bandar dagang utama pada

jalur pelayaran ke Maluku ditaklukkan oleh Portugis yang otomatis Maluku

dengan mudah ditaklukkan juga. Ketika perdagangan dikuasai Portugis maka

dengan leluasa Portugis juga bisa menyebarkan agama Kristen Katolik di

Maluku. Pada abad tersebut peta agama di Indonesia mengalami perubahan.

Kerajaan-kerajaan Hindu runtuh digantikan oleh kesultanan-kesultanan Islam di

berbagai tempat. Mulai masuknya Portugis dan Spanyol ke Indonesia merubah

kembali peta agama. Dalam penyebaran agama tersebut, peranan para iman

dari ordo Fransiskan dan ordo Yesuit sangat penting. Mereka mengkristenkan

lebih serius daripada pendahulunya pada abad ke-7 yang mengutamakan

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

23

kepentingan politik dan perdagangan. Dari ordo Yesuit muncul tokoh

Franciscus Xaverius yang berhasil banyak mengkristenkan orang Maluku

dengan metode pengkristenan masal, pembinaan, pelayanan Diakonia dan

pergaulan yang akrab dengan penduduk. Xaverius berhasil membaptis beribu-

ribu orang. Xaverius menerjemahkan doa, Pengakuan Rasuli dan Sepuluh

Hukum dalam bahasa daerah, lalu ia mulai mengelilingi desa dan membunyikan

lonceng untuk mengumpulkan semua penduduk. Xaverius mengajarkan

membuat tanda Salib, Berdoa dan menghafalkan Iman Rasuli sebaris demi

sebaris, bila sudah menghafalnya mereka mengaku dosa dan dibaptiskan. Pada

awal abad ke-16 jumlah penduduk yang dikristenkan sebanyak kurang lebih

16.000 yang menyebar di daerah Maluku, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara.

Orang-orang yang masuk Katolik dan bermukim di sekitar benteng masuk

dalam lingkungan kehidupan barat sedangkan yang tetap dalam lingkungan

masyarakatnya memasuki proses pengembangan kekristenan Katolik dengan

campuran kepercayaan pra-Kristen Katolik. Percampuran tersebut malah

membuat kebal terhadap pengaruh agama Islam (Zakaria J. Ngelow, 1994: 12)

Pada tahun 1570 Sultan Hairun dari Ternate dibunuh dalam benteng

Portugis sehingga menimbulkan gejolak di pihak orang Islam. Banyak

kampung Kristen yang dibakar, serangan terhadap orang Kristen semakin hebat

sehigga menyebabkan banyak orang Kristen yang ketakutan dan murtad.

Kehidupan rohani semakin mundur, banyak para misionaris yang dibenci dan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

24

jumlah orang Kristen semakin berkurang. Inilah tanda-tanda kemerosotan

pengaruh Katolik Roma di tambah dengan kedatangan bangsa Belanda pada

abad XVII masuk ke Indonesia yang ingin menguasai perdagangan rempah-

rempah.

Permulaan tahun 1605 kapal-kapal Belanda di bawah pemerintah Steven

van der Hagen berlabuh di teluk Ambon dan berhasil menghalau Portugis dari

Indonesia. Kemenangan tersebut diikuti dengan pengalihan jemaat-jemaat

Katolik menjadi jemaat Kristen Protestan (Thomas van den, 1980: 66) kecuali

pada beberapa tempat yang tidak mempunyai nilai ekonomis seperti di Nusa

Tenggara. Ketika berhasil diambil alih Belanda dari Portugis, orang Kristen

berjumlah kira-kira 16.000 tetapi menjadi 33.000 orang pada tahun 1700.

Kekristenan Belanda dibawah VOC sangatlah buruk karena hanya

mementingkan urusan perdagangan daripada mengurus jemaat dan

menyebarkan agama Kristen.

Ketika pusat kekuasaan Belanda berada di Jawa terjadi juga

Kristenisasi, tetapi hal tersebut tidak begitu berhasil karena sangat sedikit

penginjilan yang terjadi pada masyarakat Jawa. Perhatian itu berhubungan

dengan pembatasan-pembatasan pemerintah kolonial yang demi keamanan dan

ketertiban melarang melakukan penginjilan di pulau Jawa khususnya wilayah-

wilayah yang sudah memeluk agama Islam. Melalui pelayanan-pelayanan orang

Kristen secara pribadi ke kalangan orang Jawa selanjutnya baru kemudian

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

25

perwakilan Zending dari situlah agama Kristen mulai disebarkan di Pulau Jawa

(Zakaria J. Ngelow, 1994: 14)

2. Pekabaran Injil di Jawa Oleh Zending

Latar belakang berdirinya Zending adalah termotivasinya ketika pada abad

XVIII Inggris mengutus perorangan pendeta untuk mengabarkan Injil kepada

orang yang belum mengenal agama Kristen dan Islam ke luar negeri, maka di

Belanda terjadi hal yang serupa dengan alasan bahwa orang Belanda

bertanggungjawab di hadapan Tuhan atas bangsa-bangsa yang tinggal di

Indonesia dan merasa bahwa Injil tidak bisa ditunda-tunda lagi penyebarannya.

Visi yang sederhana tersebut akhirnya berkembang dan pekabaran Injil harus

diberitakan kepada siapa saja bukan hanya kepada orang-orang Belanda saja

yang berada di Indonesia. Maka pada tanggal 21 Oktober 1847 didirikan di

Amsterdam suatu Badan Doopgezind yang bertujuan untuk meningkatkan

perkembangan pekabaran Injil di wilayah jajahan yang didukung oleh Hulp

Genootschap (Komisi Bantuan) dari komisi Zending Baptis dari Inggris yang

telah berdiri selama 25 tahun lebih awal. Karena komisi ini bekerja di luar

Hindia Belanda maka lambat laun orang-orang Doopgezind Belanda kurang

menaruh perhatian, maka dari itu orang-orang yang menjadi anggota komisi

aliran ini yaitu, Prof. S. Miller, W. Cnoop Koopmans, J. slagregen dan A. de

Haan Pz berkumpul membentuk badan yang berdiri sendiri. Maka dari sini

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

26

terbentuklah badan Zending Hindia Belanda yang melayani pekabaran Injil di

daerah jajahan yaitu di Indonesia (Lawrence M. Yoder 1977: 7)

a. Nederlandse Zendeling Genootschap (NZG)

Badan Zending NZG didirikan 19 Desember 1797 di Rotterdam

Belanda oleh orang-orang yang tergerak hatinya untuk melakukan

penginjilan yang tidak terikat oleh aliran gereja manapun. Badan Zending

ini berdiri dan mempunyai anggota dari berbagai denominasi gereja.

Tujuan dari NZG sendiri adalah untuk menyampaikan Injil kepada orang

yang belum mengenal Injil yang berada di tanah jajahan. Zendeling

angkatan pertama ini bersifat pietisme yaitu melakukan penginjilan

terhadap orang perorangan, merawatnya betul-betul dan tanpa

mempunyai pikiran untuk merorganisir orang-orang tersebut menjadi satu

gereja, tetapi Zending angkatan berikutnya membawa konsep pemikiran

pasca pencerahan dan meninggalkan pietisme, oleh karena itu mereka

lebih memilih pengajaran dalam bentuk kelompok. Mula-mula NZG

mengirim tiga Zendeling, yaitu: J. Kam, J.C. Supper dan G. Bruckner ke

Nusantara dengan pemerintahan Letnan Gubernur Thomas Stamford

Raffles. Oleh perintah Raffles, J. Kam dikirim ke Ambon, J.C. Supper ke

Batavia sedangkan G. Bruckner ke Semarang. Hasil dari perjalanan

pekabaran Injil bahwa G. Bruckner berhasil menerjemahkan Alkitab

dalam bahasa Jawa yang salah satu karyanya adalah Injil Markus. Sejak

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

27

NZG diijinkan penginjilan di Jawa, Zendeling Jelle Eeltjes Jellesma di

tempatkan di Surabaya, sejak juli 1851 pindah ke Mojowarno bersatu

dengan jemaat Kristen asuhan Kyai Tosari. Sejak itu NZG berkembang

pesat dan menempatkan beberapa Zendeling, seperti: S.E. Harthoorn dan

J. Kreemer (Malang), J. Kruyt (Mojowarno), C. Poensen (Kediri) yang

membawa jemaat menuju kedewasaan iman. Zendeling W. Hoezoo

ditempatkan di Semarang serta mengawasi kelompok di Kayuapu Kudus

dan Ngalapan Pati yang akhirnya tumbuh sebagai sebuah penginjilan

Kyai Ibrahim Tunggul Wulung. Berbeda dengan di Surabaya yang

dianggap berhasil, NZG Semarang berhenti ditengah jalan dan pada

akhirnya jemaat Semarang dan Nyemoh diserahkan kepada Salatiga

Zending, sedangkan Kayuapu dan Ngalapan diserahkan kepada

Doopsgezinde Zendingsvereniging (DZV).

b. Java Commite

Java Commite didirikan di Amsterdam 24 maret 1855 yang

merupakan bagian dari Vereeniging ter verbreiding der Waardheid

dengan tokohnya J. Esser bekas seorang residen Timor dan pembentuk

Het Genootschapvor In-en Uitwendige Zending (GIUS) di Batavia. Sama

seperti NZG, badan inipun tidak bekerjasama dengan satu gereja tetapi

dengan berbagai denominasi gereja serta pengaruh Pietenisme yang kuat

juga masuk dalam bagian dari Java Commite. Awal sasaran penginjilan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

28

Java Commite berada di daerah Batavia tetapi karena kurang berhasil

maka dialihkan ke Madura.

Penginjil pertama yang dikirim adalah Dr. J.P. esser yang memilih

tinggal ditengah-tengah masyarakat Madura di desa Sumber-Bondowoso

sejak 1880. Sejalan dengan di Batavia ternyata di Madura juga

mengalami nasib yang sama, hanya satu orang yang menerima

penginjilan serta mau di baptis, yaitu Ebing yang kemudian menjadi

pembantunya Dr. J.P. Esser dalam pengajaran Injil. Zendeling

berikutnya, seperti: H. Van Del Spiegel, H. Dekker, O. Deteckter, dan

H.W. van den Berg bekerja di Bondowoso, Lumajang dan Jember. Dari

hasil kerjasama dengan guru Injil Siroen dan Tartib Efraim jemaat

pekabaran Injil adalah Java Commite disatukan dan akhirnya menjadi

bagian dari Gereja Kristen Djawi Wetan.

c. Doopsgezinde Zendingsvereniging (DZV)

Doopsgezinde Zendingsvereniging merupakan kumpulan zending

warga Gereja Doopsgezinde (Mennonite). DZV berpegang pada ajaran

gereja tertentu yaitu ajaran Gereja Mennonite yang mempunyai ciri khas:

tekstual, pembaptisan hanya kepada orang dewasa, menolak segala bentuk

kekerasan, dan pemisahan yang tegas antara gereja dan Negara. Utusan

Zendeling DZV adalah Pieter Jansz yang ditempatkan di Jepara. Pietisme

juga mempengaruhi Zendeling DZV sehingga penginjilannya bersifat

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

29

individualistis, tidak hanya itu Pieter Jansz dan penerus-penerusnya juga

antroposentrik yaitu menekankan pertobatan manusia untuk membuahkan

kesusilaan yang nyata. Beberapa Zendeling lainnya ikut membantu,

seperti: H.C. Klinkert (Jepara), N.D. Schuurman (Jepara), Pieter Antonie

Jansz (Margorejo), Johan Hubert (Kedung Penjalin), Johan Gerald Fast

(Kayuapu), Johann Klassen (Margorejo) dan H. Thieesen (Margorejo)

mereka juga dibantu guru Injil, seperti: Pasrah Karsa, Semuel Sampir,

Petrus, Ngangkah, Andreas Ngariman, Tresna Wiradiwangsa, dan

penginjil-penginjil lainnya. Hasil pekerjaan mereka tumbuh desa Kristen

di Kedungpenjalin, Margorejo, Margokerto, dan Pakis Suwawal.

Pekerjaan Zending DZV melahirkan juga dua gereja di kawasan Muria

yaitu Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) dan Gereja Kristen Muria

Indonesia (GKMI).

Bersamaan dengan pekerjaan Pieter Jansz, di kawasan sekitar

Muria juga ada penginjil pribumi yang bernama Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung yang melakukan penginjilan di daerah Kayuapu Kudus, Ngalapan

(Pati), Bangsal (Juwana), Bondo (Jepara), dan sekitarnya yang

berkembang secara pesat dengan pengajaran yang berbeda dengan yang

dilakukan oleh Zending.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

30

d. Salatiga Zending

Lembaga Zending ini sebenarnya bernama Die Waisen und

Missionsantaalt zu Niukirchen yang didirikan pada tahun 1878 oleh Ds. L.

Doll di Niurkirchen, Jerman. Ini muncul akibat adanya jemaat Nyemoh

(Salatiga) hasil pekerjaan Ny. E. J. Le Jolle yang mendapat bantuan

perawatan dari Zendeling W. Hoezoo yang merupakan seorang Zendeling

dari Semarang dan J.Kruyt Zendeling dari Mojowarno. Sebenarnya yang

bersedia membantu merawat kelompok Nyemoh adalah Zendeling R. de

Boer dari jemaat Ermelo pada tahun 1869 tetapi karena penginjilannya

berkembang sampai Tempuran Wonorejo, Kaliceret Kedungjati, dan

Keceme Gundih, Purwodadi bahkan sampai Blora maka De Boer minta

bantuan untuk menangani jemaat Nyemoh.

Salatiga Zending juga bukan lembaga Gerejawi, penginjil

utusannya juga dari berbagai Gereja, oleh karena itu Salatiga Zending

disebut sebagai alliance mission. Seperti Zending lainnya Salatiga

Zending juga dipengaruhi Pietisme, Antroposentrisme, dan Individualistik

sehingga dalam pelayanannya mencakup di bidang pendidikan, medis,

sosial dan ekonomi. Salatiga Zending menggarap kawasan Salatiga

kearah timur sampai Blora, selain itu juga di penghujung abad ke-20

dengan bubarnya NGZV, Salatiga Zending mendapat limpahan jemaat

dari Muaratua dan sekitarnya di Tegal bahkan di tahun 1933 menerima

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

31

gabungan jemaat Kyai Sadrach yang berada di kawasan Jawa Tengah

Utara. Dari pekerjaan Zending inilah lahir Gereja Kristen Jawa Tengah

Utara-Parepatan Agung (GKJTU-PA)

e. Het Genootschap voor In-en Uitwendige Zending (GIUZ)

GIUZ didirikan di Batavia pada tahun 1852 yang di prakarsai oleh

Mr. F. L. Anthing, Ds. E.W. King, dan J. Esser yang prihatin kehidupan

orang-orang yang berada di luar Gereja dan yang murtad dari Gereja.

GIUZ berprinsip penginjilan kepada orang pribumi dengan menggunakan

penginjil dari orang pribumi pula.

Lewat penginjil-penginjil pribumi yang dididik seperti, Ibrahim

Imam Sudjana, GIUZ berhasil membangun jemaat Kristen di Batavia.

Jemaat ini dikenal dengan sebutan “Jemaat-jemaat Anthing”. Ruang

lingkup penginjilannya mencakup Kampung Sawah, Pondok Melati,

Gunung Putri, Cigelam, Cikuya, Tanah Tinggi, Cakung, dan Ciater. Selain

itu mereka mengutus kelompok penginjil, seperti Johannes Vrede, Laban,

Hebron Lilie, Jonathan Saridja, dan Leonard, ke Karisedenan Tegal dan

Banyumas untuk tugas yang sama.

f. Nederlandsche Gereformeerde Zendeingsvereeniging (NGZV)

Nederlandsche Gereformeerde Zendeingsvereeniging terbentuk di

Amsterdam pada 6 mei 1856. Seperti Zending lainnya sifat NGZV tidak

terikat dengan satu denominasi Gereja saja, walaupun demikian NGZV

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

32

dengan mantap berpegang dengan ajaran Kristen Calvin. Atas petunjuk

dari GIUZ dari Batavia, NGZV bekerja di daerah Tegal bekerjasama

dengan GIUZ. A Vermeer sebagai Zendeling bekerjasama dengan

penginjil pribumi yaitu dengan Johanes Vrede dan Laban. Hasil dari

kerjasama ini berhasil membangun jemaat Muaratuwa yang dikenal

sebagai De Inlandsche Christengemeente te Tegal pada 25 Januari 1883.

Dengan alasan kesehatan Vermeer pindah ke Purbalingga, disini ternyata

berbenturan dengaan ajaran Kyai Sadrach yang dianggap ajarannyya

menyimpang. Akibat perselisihan itu umat Kristen di Banyumas,

Bagelan, dan Tegal jumlahnya 6.374 diberikan pilihan untuk bergabung

kepada siapa dan ternyata sebagian besar menyatakan ikut Kyai Sadrach

dan hanya sekitar 150 orang yang menyatakan tetap bergabung dengan

NGZV. Berdasarkan keputusan Sinode 1893 dari Gereja Gereformeerd

Belanda menyatakan bahwa pekabaran Injil bukan lagi tugas Zending

melainkan tugas Gereja, maka pada akhirnya NGZV diserahkan kepada

Gereja Gereformeerd (Zending van de Gereformeerde Kerken in

Nederland (ZGKN))

g. Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV)

NZV didirikan di Amsterdam pada 2 Desember 1858 dan

ditetapkan bekerja di daerah Pasundan. Badan ini didirikan atas dasar

protes terhadap kuatnya pengaruh aliran modern dari NZG, maka dari itu

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

33

semangat NZV memelihara semangat pietisme dengan menekankan

kesalehan dan spontanitas yang dianggap lebih penting daripada

pengetahuan. Dengan demikian NZV lebih bersifat anthroposentrisme,

yaitu membawa umat kepada pertobatan dan hidup kesusilaan yang baik.

Beberapa Zendeling, seperti: D.J. van der Linden, C. Albers, A.

Dijkstra, S. Coolsma di tempatkan di tanah Pasundan. Perlawanan yang

kuat dari pihak Islam NZV dianggap gagal dalam penginjilannya. Setelah

sepuluh tahun bekerja di Pasundan, berdirilah Gereja Kristen Pasundan

(GKP) dengan warga jemaat 6.215 orang (S.H Soekotjo, 2009:106)

B. Penginjilan Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

1. Riwayat Hidup Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

Tunggul Wulung merupakan salah seorang tokoh pemimpin dalam

kekristenan Jawa pada tahun 1854-1885. Tokoh yang berkharisma ini berasal

dari keluarga Pura Mangkunegaran Surakarta dengan nama kecilnya Raden

Tanda, lengkapnya Raden Tandakusuma yang dilahirkan dari selir Raden

Ngabehi Admodjodirdjo seorang Bupati Pura Mangkunegaran. Ketika

dewasa, Raden Tandakusuma menjadi seorang Demang di kawasan Kediri

dengan nama Raden Demang Padmadirja (wawancara dengan Pdt. Drie S.

Brotosudarmo).

Kyai Ibrahim Tunggul Wulung digambarkan dengan tubuh yang tinggi

besar, ramping, wajah memukau, matanya “nggegirisi” hidung sangat

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

34

mancung, mempunyai janggut panjang yang diikat, serta mampu melihat batin

orang (Harthoorn dalam Soekotjo, 2009:127). Sikapnya yang tegar ketika

bertemu dengan penguasa dan tidak mau berjongkok menjelaskan bahwa dia

berasal dari golongan priyayi.

Keterlibatannya dengan Perang Jawa tahun 1925-1930 dipimpin oleh

Pangeran Diponegoro yang pada akhirnya mengalami kekalahan

menyebabkan dia melarikan diri dan menyembunyikan diri dari kejaran

pemerintah Kolonial Belanda tinggal di suatu desa yang jauh dari Kediri

yaitu di kawasan sekitar Ngalapan sampai Juwana dengan nama samaran

Ngabdullah. Hingga pada akhirnya Ngabdullah mencari ilmu sejati menjadi

pertapa di Gunung Kelud dan dianggap orang-orang sekitar sebagai

penjelmaan Tunggul Wulung yaitu seorang Jendral pada zaman Raja

Joyoboyo. Waktu Tunggul Wulung mengenal kekristenan dan bersedia

dibaptis namanya berubah lagi menjadi Ibrahim Tunggul Wulung serta

pengikut-pengikutnya memanggil dengan sebutan Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung dan meninggal di Desa Bondo pada 29 April 1885 (Soekotjo

2009:126)

2. Perkenalan Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dengan Kekristenan

Perkenalan pertama dengan kekristenan ketika Ngabdullah di

Ngalapan, Ngabdullah mempunyai kehidupan yang berkecukupan bahkan

dianggap kaya serta berpengaruh di masyarakat, walaupun demikian

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

35

kehidupan rohaninya mengalami kekeringan. Sebagai orang Jawa sejati,

Ngabdullah mencari ilmu kebatinan dan mempelajari berbagai ilmu Jawa,

seperti kesaktian, ilmu gaib dan primbon-primbon, tetapi Ngabdullah tidak

menemukan apa yang dia cari batinnya masih diliputi kegelisahan dan masih

penasaran akan kepuasan batin. Ngabdullah memutuskan berangkat ke

Juwana dengan meninggalkan segala kekayaan dan kehormatan untuk mencari

kehidupan yang sejati. Sesampainya di Juwana, dia melihat seorang tukang

kuda yang dikenalnya sebagai pembantu sahabatnya, karena tukang kuda ini

mengenal Ngabdullah sebagai teman tuannya maka diperbolehkannya

Ngabdullah meminjam kudanya untuk menuju ke Semarang.

Ngabdullah meninggalkan Juwana menuju Kota Semarang. Ketika

sampai di Desa Lo Ireng daerah Semarang Timur, Ngabdullah bertemu

dengan sahabatnya dan diajak berkenalan dengan pendeta Bruckner. Dari

perkenalan tersebut Ngabdullah mulai mengenal kekristenan dan tertarik

dengan ajaran yang telah disampaikan, sayangnya pemerintah Kolonial

Belanda telah menangkapnya dengan tuduhan mencuri kuda sebelum dia

benar-benar belajar banyak tentang agama Kristen kepada pendeta Bruckner.

Ngabdullah harus menerima kenyataan bahwa dia harus dihukum dibuang ke

Sulawesi. Ketika dalam perjalanan dari Semarang menuju Surabaya ternyata

Ngabdullah bisa melepaskan diri dari para pasukan Belanda serta memutuskan

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

36

melarikan diri ke Kediri di mana itu adalah tempat dia dulu tinggal dan

berkuasa.

Perkenalan kedua Ngabdullah dengan kekristenan ketika dia tinggal di

Kediri dan memutuskan menjadi seorang pertapa di lereng gunung Kelud.

Dari situlah Ngabdullah mengubah namanya kembali menjadi Tunggul

Wulung yang sebagian orang Kediri mengenal nama tersebut sebagai legenda

nama penunggu kawah Gunung Kelud seperti halnya Mbah Petruk yang

dikenal sebagai penunggu Gunung Merapi. Nama tersebut dipilihnya semata-

mata untuk menghilangkan jejak dari pengejaran pasukan Kolonial. Ketika

memulai pertapaan Tunggul Wulung bertemu dengan seorang perempuan

yang bernama Nyi Endang Sampurnawati seorang putri Bupati Kediri yang

memutuskan jalan hidupnya sebagai pertapa juga. Tujuan keduanya ternyata

sama yaitu sama-sama mencari arti hidup, serta jawaban sejatinya hidup.

Mereka saling berinteraksi memberikan pertanyaan satu sama lain berharap

bisa mendapatkan pengetahuan baru tentang hidup. Nyi Endang

Sampurnawati mengawali dengan memberikan teka-teki berupa: “ana kemiri

tiba saiki kena dijupuk ndek wingi” yang berarti ada buah kemiri yang jatuh

hari ini tetapi bisa diambil waktu kemarin, kemudian Tunggul Wulung

menimpali dengan teka-teki: “Ratu adil mertamu, tamu mbageake kang

didayohi, sebiting tanpa sangu” yang berarti Ratu adil datang sebagai tamu,

tetapi justru melayani tuan rumahnya, datang tanpa membawa bekal apapun.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

37

Kedua teka-teki tersebut menjurus terhadap jawaban yang sama yaitu “Yesus

Kristus”. Menurut Tunggul Wulung, teka-teki Nyi Endang Sampurnawati

mempunyai makna bahwa Sang Juruselamat yaitu Yesus Kristus datang ke

dunia membawa keselamatan untuk semua orang termasuk kepada orang-

orang yang hidup sebelum Yesus, sedangkan menurut Nyi Endang

Sampurnawati bahwa teka-teki Tunggul Wulung mempunyai makna bahwa

Ratu Adil adalah Yesus Kristus yang datang ke dunia ini bukan untuk dilayani

melainkan untuk melayani dengan menawarkan keselamatan. Datang bukan

dengan kebesaran seorang raja tetapi dalam kesederhanaan. Keduanya

mempunyai pemahaman yang sama dan dianggap mempunyai ilmu yang

seimbang karena dalam pemahaman orang Jawa semuanya diukur dengan

ilmu kebatinan serta kadigdayan, oleh karena itu mereka merasa cocok dan

memutuskan untuk menikah.

Dari perjumpaan itulah Tunggul Wulung lebih mengenal Ilmu Kristen

yang diangap lebih tinggi tingkatannya dari ilmu lainnya yang pernah dia

pelajari, walaupun demikian bukan berarti Tunggul Wulung telah mengenal

kekristenan sejati. Panggilan Kristus untuk mempertegas tentang kekristenan

ditunjukkan ketika suatu hari Tunggul Wulung menemukan di bawah tikar

alas tidurnya secarik kertas bertuliskan Hukum Sepuluh Perintah Allah

disertai wahyu yang membisikkan petunjuk untuk mencari penjelasan tentang

kalimat-kalimat yang mengutus berjalan ke arah Timur Laut yang berarti

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

38

kearah Jepara dan akhirnya bertemu dengan misionaris Pieter Jansz. Dari

sinilah Tunggul Wulung mengenal kekristenan yang sejati.

Kesungguhan hati Tunggul Wulung untuk mencari Injil keselamatan

dan pertobatan dimulai ketika ia perjalanan menuju Jepara dan bertemu

dengan seorang pertapa yang telah mengenal kekristenan dari Gunung

Celering berada di sebelah Utara Gunung Muria memberikan kesaksian

tentang kekristenan dan berupaya menyebarkan kekristenan kepada pertapa-

pertapa termasuk yang ada di Gunung Kelud. Dengan jalan ini Tunggul

Wulung merasa lebih terbuka hatinya untuk mencari Injil keselamatan hingga

pada akhirnya ia berjalan kembali ke arah Ngoro dan bertemu dengan seorang

keturunan Jawa-Rusia bernama C.L Coolen sebagai orang Kristen yang

mendirikan desa-desa Kristen. Dari sini Tunggul Wulung nantinya mengikuti

jejak C.L Coolen untuk mendirikan desa-desa Kristen. Karena keinginan yang

sangat besar dari Tunggul Wulung untuk mengetahui tentang kekristenan

secara menyeluruh C.L Coolen memberi nasehat agar Tunggul Wulung pergi

ke Mojowarno berguru dengan J. E Jellesma salah satu seorang Zending dari

NZG sehingga Tunggul Wulung kembali berjalan kearah Jepara. Tunggul

Wulung mempunyai ilmu kejawen yang tinggi dia bisa mengeluarkan ngelmu

panglimunan atau ilmu menghilang agar kedatangannya tidak diketahui oleh

orang lain ketika J. E Jellesma memberikan pengajaran kepada jemaatnya.

Alangkah terkejutnya ketika Tunggul Wulung ditegur oleh J. E Jellesma untuk

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

39

tidak duduk di atas jendela ketika J. E Jellesma selesai memberikan

pengajaran. Tunggul Wulung sangat terkagum-kagum dan berfikir ilmu apa

yang digunakan sehingga dia dapat dikalahkan. Dia mulai yakin dan mau

belajar tentang ilmu Kristen kepada J. E Jellesma. Kehadiran Tunggul Wulung

disambut sebagai tamu oleh J. E Jellesma dan diberikan hidangan makanan

dan minuman, tetapi Tunggul Wulung menolak dengan tanggapan bahwa

makanan dan minuman yang diberikan sudah biasa dia makan tetapi Tunggul

Wulung mencari makanan dan minuman yang sekali dimakan dan diminum

tidak akan lapar dan haus lagi. Pernyataan Tunggul Wulung ditangkap J. E

Jellesma bahwa tamunya ini datang mencari ngelmu. Setelah itu Tunggul

Wulung diberi tawaran untuk tetap tinggal beberapa waktu di Mojowarno

untuk belajar tentang kekristenan. Bersama dengan istrinya Nyi Endang

Sampurnawati, Tunggul Wulung belajar membaca serta menulis dan belajar

tentang Sepuluh perintah Allah, Pengakuan Iman Rasuli serta Doa Bapa kami

selama dua bulan (S.H. Sukoco dengan Yoder, Lawrence M. 2010: 28-35)

3. Keberhasilan Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dalam Mengabarkan Injil

Dibandingkan Zending

Hal yang dilakukan Tunggul Wulung setelah menerima pembelajaran

dari J. E Jellesma yaitu bahwasannya dia ingin mengabarkan Injil secara

mandiri. Pertama yang dilakukan Tunggul Wulung adalah mengabarkan Injil

ke daerah Ngoro yang masuk dalam distrik Kertosono Karesidenan Kediri

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

40

dilanjutkan ke Desa Pelar di Malang. Di sini Tunggul Wulung mendapat

simpati dan penerimaan masyarakat desa, kemudian melanjutkan ke Dimoro

bagian dari daerah Kepanjen, Jengkrik bagian dari daerah Malang, dan Jungo

bagian dari daerah Pandaan selanjutnya sampai di daerah Kediri, Banyumas,

Kudus, Rembang, dan sekitarnya.

Pada tahun 1854 Tunggul Wulung kembali ke Jepara dan bertemu

dengan seorang misionaris DZV yaitu Pieter Jansz yang sudah bekerja dalam

pekabaran Injil di Jepara selama dua tahun untuk bekerjasama dalam

pengabaran injil. Pieter Jansz menawari Tunggul Wulung untuk belajar

dengannya selama setahun serta menjadi pembantunya karena menurut Pieter

Jansz, Tunggul Wulung belum begitu mendalami tentang kekristenan. Hal ini

ditolak oleh Tunggul Wulung karena dalam pandangannya bahwa Pieter Jansz

masih terlalu muda untuk bisa mengajarinya serta mengingat bahwa Tunggul

Wulung adalah salah satu tokoh perjuangan melawan Belanda sehingga rasa

ego dan harga diri yang besar yang membuat dia tidak tertarik dengan tawaran

tersebut.

Dari awal perjumpaannya dengan Pieter Jansz, Tunggul Wulung

merasa tidak cocok dengan metode penginjilan Pieter Jansz dimana Pieter

Jansz memfokuskan penginjilan di daerah kota sedangkan menurut Tunggul

Wulung penginjilan itu harus dilakukan dan menyentuh orang-orang desa

karena menurut pandangannya bahwa orang desa lebih mudah diberi

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

41

pengertian serta polos dan jujur dibandingkan dengan orang kota. Selanjutnya

visi Tunggul Wulung bahwa setiap orang yang sudah bertobat harus

memisahkan diri dari masyarakat, membabat hutan dan mendirikan desa.

Tetapi Pieter Jansz tidak setuju dengan ide seperti itu karena menganggap

bahwa orang Kristen yang dipisahkan dengan masyarakat berarti tidak bisa

menjadi garam dunia atau dalam artian tidak bisa menjadi contoh buat yang

baik bagi masyarakat. Walaupun demikian Pieter Jansz tidak secara mutlak

menolak ide tersebut dengan syarat bahwa jemaat Kristen secara sukarela mau

berpindah dan dengan ide tersebut maka akan membantu juga pembasmian

harimau yang sering mengganggu masyarakat dan karena kepercayaan tentang

takhayul bahwa membunuh harimau akan membawa bencana maka tak

seorangpun berani membasmi harimau serta dengan adanya desa yang

berpenduduk Kristen ini, maka desa ini dapat dijadikan pos untuk memperluas

penginjilan di daerah sekitarnya.

Ketika Tunggul Wulung menolak bekerjasama dengan Pieter Jansz,

awal tahun 1854, Tunggul Wulung mengajak Sem-Sampir seorang murid J.E

Jellesma untuk membantunya mengabarkan Injil di daerah Tayu dan

sekitarnya. Tujuan pertamanya Tunggul Wulung adalah memberikan

pengajaran Injil kepada anak-anak pertapa yang pernah dia temui di Gunung

Celering, tetapi karena anak-anak pertapa sudah meninggal maka Tunggul

Wulung kembali ke Tayu sedangkan Sem-Sampir kembali ke Jepara. Tunggul

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

42

Wulung mempunyai daerah penginjilan yaitu di daerah Kabupaten Juwana

(Juwana waktu Kolonial Belanda adalah kabupaten dan Pati adalah

Karisedenan) yaitu daerah Tayu sampai Juwana, seperti Desa Bangsal dan

Ngalapan yang berada di Juwana, Margotuhu Klitheh dan Ngluwang daerah

Tayu.

Wedana Margotuhu mengkhawatirkan akibat dari kegiatan Tunggul

Wulung dalam penyebaran Agama Kristen. Wedana Margotuhu melaporkan

kepada Bupati Juwana pada tanggal 18 Februari 1854. Hal ini menyebabkan

pergolakan pada pemerintahan Kolonial Belanda mulai dari Controlir Juwana,

Residen Pati, hingga ke Gubernur Jendral. Bupati Juwana dan Residen Pati

sibuk membuat laporan kepada Pemerintahan Kolonial bahwa ada orang

pribumi yang menyebarkan agama Kristen dengan menyebut dirinya seorang

Pangeran. Akhirnya Tunggul Wulung dan Pieter Jansz datang ke Juwana

untuk memberikan penjelasan-penjelasan terutama dalam hal sebutan

Pangeran terhadap Tunggul Wulung. Hal ini diselidiki oleh Pieter Jansz

bahwa gelar Pangeran ini diberikan kepada Tunggul Wulung oleh orang lain

yang mengetahui siapa Tunggul Wulung sebenarnya, sehingga untuk

menghormati Tunggul Wulung orang-orang memanggilnya Pangeran

sedangkan Tunggul Wulung melarang untuk memanggilnya Pangeran.

Walaupun diancam oleh pejabat-pejabat pemerintahan dan menjadi

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

43

pembicaraan kalangan atas tetapi Tunggul Wulung tidak takut dan dengan

keteguhan hatinya dia tetap mengabarkan Injil di daerah Kabupaten Juwana.

Menanggapi keteguhan Tunggul Wulung akhirnya atas nasehat Raad

van Indie atau Dewan Hindia, Gubernur Jendral memutuskan supaya Tunggul

Wulung dan pembantu-pembantu misionaris bangsa Jawa tidak bekerja di luar

batas yang sudah ditentukan terhadap Misi yang pada akhirnya Pieter Jansz

menasehati Tunggul Wulung seperlunya saja karena Tunggul Wulung bukan

bagian dari pembantu misionaris ataupun Misi Mennonit.

Sebenarnya Pieter Jansz ingin Tunggul Wulung belajar dengannya

sebelum dibaptis dan diangkat menjadi Guru Injil karena menurutnya

penguasaan Injil Tunggul Wulung masih mentah dan harus banyak belajar.

Karena Tunggul Wulung tidak tertarik dengannya, maka Tunggul Wulung

dipersilahkan untuk kembali ke Mojowarno untuk belajar lagi kepada J. E

Jellesma sebelum menerima baptisan ataupun menjadi Guru Injil. Dengan

pilihan yang diberikan akhirnya Tunggul Wulung memilih kembali ke

Mojowarno utuk belajar kekristenan kepada J. E Jellesma sampai pada

akhirnya Tunggul Wulung dibaptis dengan nama baptis Ibrahim. Sejak saat itu

namanya berubah menjadi Ibrahim Tunggul Wulung dan para pengikutnya

memanggilnya Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dan istrinya dibaptis dengan

nama Sarah sehingga namanya menjadi Nyi Sarah Endang Sampurnawati

(S.H. Sukoco dengan Yoder, Lawrence M. 2010: 35)

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

44

Sesudah Kyai Ibrahim Tunggul Wulung mendapatkan tanda baptisan,

maka ia kembali ke daerah sekitar Muria untuk mengabarkan Injil dan teringat

kepada orang-orang yang pernah dibawa dalam perjumpaan dengan Kristus

yang ada di Juwana, Margotuhu, dan Tayu. Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

mempunyai cita-cita yang dari awal ingin membuka desa Kristen seperti yang

pernah dilakukan oleh Coolen yang ada di Jawa Timur dan juga yang pernah

diutarakan kepada Pieter Jansz waktu di Jepara (S.H. Sukoco dengan Yoder,

Lawrence M. 2010: 41).

4. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Mendirikan Desa Banyutowo

Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung di Desa Banyutowo dimulai

ketika Kyai Ibrahim Tunggul Wulung memiliki sekelompok jemaat di

Kawedanan Margotuhu yang terbentuk sekitar tahun 1861. Berawal dari tiga

keluarga yaitu keluarga Thomas, Ananias, dan Nakhum yang awalnya dari

Desa Blingi tetapi pindah dan menumpang di Desa Margotuhu Kliteh yang

terletak di sebelah Tenggara Kota Tayu sekitar 6 kilometer ketika mereka

menjadi pengikut Kyai Ibrahim Tunggul Wulung. Mereka bekerja sebagai

para nelayan karena tidak punya lahan untuk bertani (wawancara dengan

Sukodono, 9 Januari 2014).

Tekanan-tekanan dari tokoh setempat yang bernama Mbah Jagaresa

yang beragama Islam membuat keluarga Thomas, Ananias, dan Nakhum

memutuskan untuk pindah ke daerah Desa Dukuhseti melalui jalur laut

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

45

kemudian masuk muara sungai Alasdowo dan naik ke Dukuhseti pada tahun

1861. Kepindahan mereka diikuti saudara-saudara mereka yang lain yang

berasal dari Blingi dan bersama-sama menempati Dukuhseti bagian Selatan

(Wawancara dengan Tarsipin, 18 Mei 2014).

Kepindahan mereka ke Dukuhseti tidak diikuti Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung untuk menjadi pemimpin dan pengajarnya disebabkan karena Kyai

Ibrahim Tunggul Wulung membuka desa perdikan Ujung Jati di Jepara. Untuk

mengisi peran tersebut maka Kyai Ibrahim Tunggul Wulung menempatkan

muridnya yang bernama Yehuda untuk mengajar mereka. Kyai Ibrahim

Tunggul Wulung bersama istrinya Nyai Endang Sampurnawati hanya sesekali

mengunjungi mereka. Mereka juga beribadah setiap hari minggu dan tempat

ibadahnya disebut Masjid. Hingga pada tahun 1864 kelompok ini sudah

menjadi 60 sampai 70 orang (S.H. Sukoco dengan Yoder, Lawrence M. 2010:

55).

Penempatan orang-orang Kristen di daerah Dukuhseti bagian Selatan

bukan berarti tanpa maksud, karena keluarga ini mengaku bahwa mereka

orang Kristen kepada masyarakat Desa Dukuhseti dan dianggap “wong

Kresten seng mangan celeng” atau orang Kristen yang makan babi hutan, oleh

karena itu orang-orang Dukuhseti yang tidak suka dengan kelompok Kristen

ini ditempatkan di daerah Dukuhseti Selatan dan tinggal di Jati Kurung

dimana itu adalah kuburan pendiri Dukuhseti yaitu Mbah Brojoseti yang

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

46

dikeramatkan dengan tujuan mendapatkan kutukan dan amarah terhadap orang

Kristen. Ternyata orang-orang Kristen tidak diganggu bahkan memakai cobek,

kendi dan kain penutup punden untuk keperluan hidup. Melihat hal tersebut

semua orang Dukuhseti menjadi marah dan mengusir mereka ke daerah

Sekentheng yang dikenal lebih angker serta orang-orang Dukuhseti meneror

dengan cara membakar gubug dan merusak tanaman sehingga kelompok

Kristen ini berfikir untuk mencari daerah baru (wawancara dengan Sukodono,

9 Januari 2014).

Ketika terjadi penganiayaan warga Dukuhseti terhadap kelompok

Kristen ini, maka Kyai Ibrahim Tunggul Wulung mengusahakan agar

kelompok ini bisa mendirikan Dukuh sendiri dengan minta bantuan dari Mr.

Anthing seorang sahabat sekaligus Vice-President Hoog Gerechtshof atau

Wakil Ketua Pengadilan Tinggi untuk meminta ijin mendirikan perdukuhan

baru di Daerah Dukuhseti bagian Timur yang berada di dekat laut. Hal ini

dilakukan Kyai Ibrahim Tunggul Wulung karena dia tidak mau gegabah lagi

seperti halnya ketika pertama kali penginjilan sehingga menyebabkan dia

dicekal oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Dengan bekal tersebut maka

bersama kelompok Kristen Ibrahim Tunggul Wulung membuka hutan dan

pada tahun 1870 daerah ini bisa ditempati (S.H. Sukoco dengan Yoder,

Lawrence M. 2010: 56). Bukan hal yang mudah ketika proses pembukaan

Dukuh baru ini, hutan yang sangat angker yang dikenal sebagai alas gung

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

47

liwang-liwung jalma mara jalma mati” yang berarti hutan belantara siapa

yang berani datang berarti berani mati merupakan hutan lebat yang dipenuhi

tumbuhan sagu, rembulung, menjalin, randu alas dan lain sebagainya yang

dihuni banyak hewan buas seperti harimau, buaya, babi hutan, ular dan lain-

lain serta mahluk halus yang menghuni tentunya. Tetapi Kyai Ibrahim

Tunggul Wulung dan kelompok Kristen tidak gentar untuk membuka Dukuh

baru. Beberapa hari sebelum membabat hutan mereka melakukan Puasa dan

Tirakat. Saat fajar menyingsing mereka melakukan pembabadan, Kyai

Ibrahim Tunggul Wulung dengan posisi sendhakep Asuku Tunggal atau

bersila dengan tangan dilipat di dada dengan suasana yang hening dan

menyerahkan semuanya kepada Tuhan, Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

memimpin doa yang berbunyi:

”Bapa Putra, Putra Allah, Roh suci Allah

Telu-telune tunggal sawiji

Lemah sangar, kayu angker

Upas racun padha tawa

Idi Gusti manggih slamet salami-laminupun”

Artinya:

“Bapa Allah, Putra Allah

Roh Suci, ketiga-tiganya satu

Tanah yang berbahaya, pohon yang angker

Bisa dan racun jadi tawar

Berkah Tuhan mendapat keseamatan selama-lamanya”

Dengan doa tersebut dimulailah pembabadan hutan yang dilakukan

sekitar 60 orang (wawancara dengan Sukodono, 9 Januari 2014). Setelah

beberapa bulan melakukan pembabadan hutan di bagian Selatan, ternyata

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

48

Kyai Ibrahim Tunggul Wulung melihat daerah ngeblak (terbuka) luas yang

hanya sudah pantas untuk ditempati, maka Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

menyebutnya Bulak. Selama pembabatan hutan Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung beserta Nyai Endang Sampurnawati selalu tinggal di tempat ini

bersama murid-muridnya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hal yang

dilakukan oleh orang-orang ini yaitu nelayan dan bercocok tanam tetapi sering

kali tanamannya dirusak sehingga ketika alam tidak mendukung untuk melaut

dengan terpaksa Kyai Ibrahim Tunggul Wulung memakan buah mengkudu

yang masih muda serta pengikutnya makan seadanya. Sebenarnya banyak

kesempatan Ibrahim Tunggul Wulung untuk meminta bantuan kepada Mr.

Anthing maupun Pieter Jansz tetapi itu bukan jiwa Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung yang harus meminta-minta.

Setelah pembabadan hutan bagian Selatan siap ditempati maka semua

pengikut Kyai Ibrahim Tunggul Wulung yang masih di Sekentheng diajak

semua pindah ke Bulak. Setelah mereka menempati daerah baru disisi selatan

maka Ibrahim Tunggul Wulung beserta pengikutnya melanjutkan pembabadan

ke arah Utara. Ketika Ibrahim Tunggul Wulung beserta pengikutnya

kehausan, setiap air yang ditemukan berasa asin semua, maka berdoalah Kyai

Ibrahim Tunggul meminta pertolongan kepada Tuhan, lalu ditancapkanlah

sebuah tongkat milik Kyai Ibrahim Tunggul Wulung ke tanah dan seketika

keluar air dan menjadi “belik” atau sumber mata air. Air itu rasanya tawar

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

49

walaupun letaknya dengan laut sekaligus air tersebut juga bisa

menyembuhkan maka dari situlah muncul nama Desa Banyutowo yang

artinya “banyu” berarti air dan “Towo” berarti Tawar. Terbukti ketika seekor

babi yang terluka masuk ke dalam belik Banyutowo tersebut ketika keluar

sudah dalam keadaan sembuh begitu juga seorang perampok yang terluka

masuk kedalam belik Banyutowo dalam sekejap luka-lukanya hilang. Orang-

orang dari luar mengetahui akan khasiat dari belik Banyutowo dan banyak

yang mengambil air tersebut dan mulai dikeramatkan. Beberapa orang

bermaksud membangun menjadi sumur, namun itu dilarang perangkat desa

karena kekristenan tidak mengenal hal seperti itu maka sumber mata air

tersebut telah ditutup. Hingga saat ini akhirnya Desa tersebut bisa dipanggil

Desa Banyutowo ataupun Desa Mbulak sesuai sejarah yang telah terbentuk

(Wawancara dengan Tarsipin, 18 Mei 2014).

5. Strategi Pengajaran Kristen Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

Kyai Ibrahim Tunggul Wulung merupakan orang Jawa yang

mempunyai prinsip kuat mengenai kebudayaan. Kekristenan yang dia serap

dari para Zending bukan berarti dia harus menjalankan semuanya dan

diterapkan terhadap Jemaatnya. Hal yang baru dalam penginjilan telah

diciptakan dengan melihat kebutuhan para Jemaat pribumi, sehingga alasan

inilah yang membuat Kyai Ibrahim Tunggul Wulung meraih kesuksesan lebih

cemerlang daripada apa yang telah dilakukan para Zending di daerah Muria.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

50

Menurut Kyai Ibrahim Tunggul Wulung orang Jawa itu tidak perlu diceramahi

seperti halnya yang dilakukan oleh para Zending, Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung tahu bahwa setiap jemaat mengerti apa arti keselamatan dan juru

selamat mereka. Ini menunjukkan bahwa Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

percaya akan kedewasaan iman mereka dan tidak perlu diajarkan lagi nilai-

nilai dan norma-norma karena Kyai Ibrahim Tunggul Wulung yakin bahwa

kebudayaan Jawa kaya akan hal tersebut. Dalam pandangan Kyai Ibrahim

Tunggul Wulung orang Jawa tidak harus mengikuti setiap ajaran Kristen

landa yang belum tentu dimengerti oleh orang Jawa sendiri. Kekristenan

dapat dikenalkan melalui media budaya Jawa yang pastinya setiap orang Jawa

tahu oleh karena sejak dilahirkan mereka mendapatkan pengajaran

kebudayaan Jawa.

Bagi orang Jawa hal yang paling menakutkan bukan penghukuman

dari Tuhan tetapi kuasa-kuasa jahat yang ada disekitarnya serta jenis-jenis

kerja paksa dan perbudakan yang melanda kehidupan masyarakat Jawa. Inilah

yang dimengerti dan ditangkap oleh Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dan

diajarkan kepada pengikutnya karena cukup berpegang kepada Tuhan Yesus

maka jaminan keselamatan sudah didapat. Pengajaran Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung sangat sederhana hanya dengan mengetahui dan memaknai mengenai

Pujan (doa Bapa Kami), Pangandelan (Sahadad duabelas), dan Racikan

Sedasa Prekawis (Dasa Titah) sama halnya seperti agama Islam yang

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

51

mengenal Sahadat, Rukun Iman dan Rukun Islam serta Alfatihah (S.H.

Sukoco, Yoder, Lawrence M. 2010: 64). Ajaran kekristenan yang

disampaikan kepada masyarakat Desa Banyutowo sangat sederhana dengan

tujuan bahwa rakyat kecil tidak ingin mengetahui urusan theologis dan orang

desa hanya perlu ajaran yang mudah ditangkap serta diserap sebagaimana

sudah dimengerti bahwa pendidikan belum ada waktu itu. Masyarakat kecil

akan mudah dipuaskan dengan ajaran yang sederhana.

Pola pengabaran Injil yang tepat menurut Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung, bahwasanya mengabarkan injil tidak perlu ada petugas khusus

semacam misionaris. Semua cukup dari kesadaran pribadi. Kyai Ibrahim

Tunggul Wulung tidak perlu menjadi petugas penginjil resmi seperti menjadi

Zending ataupun Pendeta, walaupun demikian Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

perlu menyekolahkan pembantu-pembantunya baca dan menulis sebagai bekal

utama yang harus dimiliki untuk mengabarkan Injil. Semua dilandasi dengan

sukarela sehingga tidak ada gaji. Kebutuhan sehari-hari harus diusahakan dari

bekerja dan perbuatan baik sehingga orang lain memahami kebutuhan hidup

penginjil. Ajaran kekristenan yang disampaikan oleh Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung memang berbeda dari ajaran para Zending. Menurut para Zending

Yesus Kristus adalah juru selamat untuk menebus dosa-dosa manusia dan itu

disampaikan melalui ceramah-ceramah. Kyai Ibrahim Tunggul Wulung sadar

betul bahwa lapangan pekerjaannya tidak seperti itu. Orang Jawa sudah

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

52

mengenal tentang keselamatan dan juru selamat mereka. Kyai Ibrahim

Tunggul Wulung memilih untuk tidak bekerja seperti para Zending. Kyai

Ibrahim Tunggul Wulung memilih cara-cara yang biasa berlaku dimasyarakat

Jawa dalam mengabarkan Injil. Kegiatan-kegiatan yang biasa mengumpulkan

masyarakat jawa seperti jagong yang dipakai Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

untuk melakukan penginjilan. Strategi penginjilan yang dilakukan oleh Kyai

Ibrahim Tunggul Wulung menggunakan:

1. Metode Jagongan

Kehidupan orang Jawa yang mempunyai sosial yang tinggi serta

masyarakat yang mempunyai mata pencahariaan sebagai petani

mempunyai kecenderungan segala sesuatu dilakukan bersama-sama dan

bergotong royong. Demikian halnya ketika masyarakat petani yang

seharian bekerja di sawah untuk melepas kelelahan biasanya mereka

melakukan kegiatan seperti jagongan ini adalah bentuk dari kehidupan

sosial yang tinggi yang ditunjukkan oleh kebanyakan masyarakat Jawa.

Inilah yang dipakai oleh Kyai Ibrahim Tunggul Wulung untuk melakukan

pendekatan serta memberikan pengajaran kekristenan terhadap masyarakat

Jawa dan jemaatnya.

Dalam jagongan tersebut hal yang biasa dibahas adalah perdebatan

mengenai ngelmu. Semua ngelmu yang kebanyakan orang Jawa pelajari

dan kuasai diadu dengan ngelmu Injil, dibandingkan dan memberikan

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

53

kesimpulan bahwa ngelmu Injil lebih hebat dari ngelmu apapun yang

dikuasai oleh orang Jawa. Sifat orang Jawa yang cenderung akan mengikuti

penguasa terbesar demikian juga mereka akan mempelajari ilmu yang

paling hebat dan meninggalkan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai

adalah cara penginjilan yang dikira sangat efektif oleh Kyai Ibrahim

Tunggul Wulung karena dia telah menunjukkan kekuatan terbesar yang

harus diikuti oleh orang-orang Jawa yaitu Injil Kristus. Disamping

membahas tentang Ilmu Kristen jagongan juga akan mempererat hubungan

bermasyarakat dalam jemaatnya. Semua hal bisa dibahas ketika Jagongan

dan oleh karena Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dianggap sebagai

pemimpin dan penatua maka oleh Kyai Ibrahim Tunggul Wulung bisa

memberikan petuah serta nasehat kepada para jemaatnya tersebut sehingga

dimulai dari situ tercipta sebuah komunitas orang Jawa yang dulunya

menganggap ngelmu leluhur adalah ngelmu tertinggi berubah menjadi

komunitas Kristen Jawa yang mempunyai pandangan bahwa ngelmu

terbesar dan paling berkuasa adalah ngelmu Kristen. Pengajaran Kyai

Ibrahim Tunggul Wulung selalu dilandasi dengan Sepuluh Hukum Perkara

dan dua Hukum Kasih yang telah diajarkan Tuhan Yesus (wawancara

dengan Abednego Utomo Prasetyo, 18 Desember 2013).

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

54

2. Metode Padepokan

Kyai Ibrahim Tunggul Wulung menggunakan konsep pengajaran yang

digunakan oleh orang orang Jawa sejak kejayaan Hindu-Budha yaitu

konsep pengajaran di Padepokan. Hal ini hanya bisa ditemukan di Jawa dan

tidak bisa ditemukan dibangsa lainnya. Orang Islam Jawa juga

menggunakan konsep ini yaitu Pondok Pesantren dimana di daerah Timur

Tengah tidak ditemukan konsep yang merupakan Agama Islam berasal dan

ini membuktikan bahwa metode Padepokan hanya ada di Jawa. Dalam

konsep Padepokan ini hubungan antara Resi dan Cantrik sangat kuat lebih

dari antara guru dengan murid dan inilah cara Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung menanggapi Amanat yaitu menggunakan konsep Padepokan untuk

melakukan pemuridan. Kyai Ibrahim Tunggul Wulung mengajarkan

keimanan, pengajarannya dilakukan pada malam hari ketika para

pengikutnya selesai bekerja. Pengajaran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

seputar tentang bagaimana cara hidup bermasyarakat, kemudian

mengajarkan memenuhi hajat sebagaimana manusia bekerja, cinta damai

yang di imani dalam sepuluh hukum perkara dan dua hukum kasih. Di

padepokan ini Kyai Ibrahim Tunggul Wulung begitu kreatif membuat doa-

doa yang mudah dihafalkan yang ini sesuai kebutuhan jemaat Jawa saat itu.

Dari konsep inilah banyak murid Kyai Ibrahim Tunggul Wulung yang

diutus keluar dan menyebar ke berbagai daerah di Jawa. Sampai saat ini

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

55

didaerah Pasundan terdapat keluarga yang marganya bernama Banyutawa,

salah satu hasil pemuridan Kyai Ibrahim Tunggul Wulung. Sepeninggal

Kyai Ibrahim Tunggul Wulung kemudian muncul tokoh Kristen yang besar

di Jawa yang merupakan murid dari Kyai Ibrahim Tunggul Wulung yang

menyempurnakan pengajaran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung yaitu Kyai

Sadrach (wawancara dengan Abednego Utomo Prasetyo, 18 Mei 2014).

3. Metode Rapal

Kehidupan orang Jawa tidak bisa lepas dengan kebiasaan nenek

moyang dan meninggalkan kepercayaan yang sudah mereka anut sekian

lama. Mereka masih percaya bahwa rapal-rapal bermanfaat dan menolong

mereka menyelamatkan dari gangguan roh-roh jahat. Demikian juga

dengan jemaat Kyai Ibrahim Tunggul Wulung yang baru mengenal

kekristenan masih mempercayai dan memakai rapal-rapal dalam kehidupan

mereka. Kyai Ibrahim Tunggul Wulung menyadari kesulitan ini dan

mengerti bahwa kebudayaan tersebut tidak begitu saja ditinggalkan oleh

jemaatnya yang ada di desa Banyutowo. Karena kebijaksanaan dari Kyai

Ibrahim Tunggul Wulung, maka Dia merubah rapal Jawa menjadi rapal

Kristen. Rapal ini digunakan ketika membuka desa Banyutowo. Satu-

satunya rapal yang diajarkan oleh Kyai Ibrahim Tunggul Wulung kepada

Jemaat Banyutowo berbunyi seperti berikut:

Bapa Allah, Putra Allah, Roh Suci Allah

Telu-telune tunggal dadi sawiji

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

56

Lemah sangar kayu angker

Upas racun pada tawa

Idi Gusti manggih slamet selaminya

Yang berarti:

Allah Bapa, Allah Putera, Allah Roh Suci

Ketiganya adalah Satu

Tempat yang berbahaya pohon-pohonan yang jahat

Segala racun akan menjadi tawar

Berkat rahmat Tuhan menemukan keselamatan selamanya

Rapal ini diucapkan oleh jemaat banyutowo sebelum melakukan

segala aktifitas seperti, bertani, nelayan, berdagang dan apapun itu

pekerjaannya. Bagi Kyai Ibrahim Tunggul Wulung rapal ini mempunyai

makna sama halnya menghafal dan mengucapkan Doa Bapa Kami, Sahadat

Dua Belas Rasuli, dan Dasa Titah maka, Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

tidak menganggap rapal bertentangan dengan Iman Kristen tetapi keduanya

dapat disatukan menjadi sebuah ajaran yang baru yang bisa diserap oleh

orang Jawa sesuai kebutuhan kebudayaan Jawa ditempati (S.H. Sukoco

dengan Yoder, Lawrence M. 2010: 56).

4. Rumah Jawa sebagai Tempat Ibadah

Dalam melakukan ibadah, sebagai tempat beribadah yang

disediakan bukan berarti bernama Gereja itupun bisa disebut dengan nama

Mesjid. Kyai Ibrahim Tunggul Wulung tidak terpaku dengan hal-hal teknis

melainkan sesuatu yang bisa ditangkap dan dijadikan kekayaan batin.

Setiap orang punya gereja dihatinya masing-masing jadi makna bangunan

tidaklah begitu penting yang terpenting adalah hati mereka untuk mengikut

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

57

Yesus. Kata masjid dipakai dengan dasar bahwa tempat ibadah yang

mereka tahu yaitu masjid dan para Jemaat belum mengerti Gereja

berbentuk seperti apa.

Tempat kebaktian diatur sebagai perpaduan antara gereja dan

pertemuan kejawen, itu berarti bangunan Joglo yang menandakan rumah

khas orang Jawa. Bagian rumah Jawa yang disebut krobongan digunakan

sebagai mimbar pinitua-pinitua. Kebaktian dibuka oleh pinitua dan Kyai

Ibrahim Tunggul Wulung membawakan khotbah diikuti para jemaat pria

yang duduk disepanjang kursi yang ditaruh di barisan dinding kiri dan

kanan serta depan pengkhotbah, anak-anak dan jemaat wanita duduk

lesehan di atas tikar yang telah tersedia ditempati (S.H. Sukoco dengan

Yoder, Lawrence M. 2010: 66).

5. Tembang Jawa

Tembang pada dasarnya adalah salah satu kebudayaan yang

dimiliki oleh orang Jawa dan melekat erat dengan kehidupan sehari-hari.

Banyak kegiatan dilakukan dengan tembang, mssal menidurkan anak

Dalam melakukan pujian dipimpin oleh pangelik atau orang yang

menyayikan tembang Jawa secara sendirian setelah itu disusul oleh jemaat

wanita sementara itu jemaat pria bertugas ngegongi saja. Lagu-lagu pujian

dikarang sendiri oleh Kyai Ibrahim Tunggul Wulung ataupun memakai

lagu-lagu pujian karangan Poensen, seorang pengarang lagu dari Belanda

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Agama …

58

dengan irama gendhing Jawa ditempati (S.H. Sukoco dengan Yoder,

Lawrence M. 2010: 67).

6. Ngaji Kristen

Pola pikir Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dalam penyebarkan Injil

kepada jemaatnya sangat dipengaruhi oleh kehidupan budaya Jawa serta

Islam yang pernah dianut dan dianut sebagian besar Jemaatnya sebelum

mengenal kekristenan yang telah dibawakan oleh Kyai Ibrahim Tunggul

Wulung, dapat dilihat dari cara Kyai Ibrahim Tunggul Wulung

mengajarkan Doa Bapa Kami, Dasa Titah, dan Pengakuan Iman Rasuli

dengan sistem belajar Ngaji. Istilah Ngaji secara umum dipakai oleh orang-

orang Islam tetapi Kyai Ibrahim Tunggul Wulung tidak merasa janggal

memakai kata tersebut hal ini dimaksudkan sebagai tandingan bagi Islam.

Kyai Ibrahim Tunggul Wulung bahkan mengubah lafal tahlilan Islam

menjadi tahlilan cara Kristen yaitu dengan mengucapkan “la illah ha

illalah muhammadarrasullallah” berulang-ulang menjadi “la illah la

illalah, Yesus Kristus Putra Allah” (S.H. Sukoco dengan Yoder, Lawrence

M. 2010: 64)