bab iv hasil dan pembahasan 4.1. pengamatan selintas

20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan pendukung pengamatan utama yang tidak diuji secara statistik. Data pengamatan selintas meliputi: (1) pengamatan faktor iklim, (2) jumlah populasi, (3) umur berbunga, (4) tinggi tanaman, (5) hama dan penyakit yang menyerang, (6) tipe pertumbuhan tanaman, dan (7) lama simpan buah. 4.1.1. Pengamatan Faktor Iklim Selama penelitian berlangsung pengamatan faktor iklim yang dilakukan diantaranya yaitu suhu udara dan kelembaban udara. Rata-rata suhu udara dalam Screen House yaitu 20 0 C 34 0 C dan kelembaban udara yaitu 62 % rel. Suhu udara yang dihasilkan pada lingkungan pertumbuhan tanaman tomat kurang ideal, karena disebutkan oleh Pracaya (1998) lingkungan ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat yaitu pada udara sejuk dengan suhu udara di siang hari antara 18 0 C 29 0 C. Berdasarkan hal tersebut tanaman tomat yang mampu hidup secara optimal pada suhu diatas rata-rata ambang ideal pertumbuhan tanaman tomat diduga dapat digunakan sebagai peluang calon varietas baru yang dapat tumbuh di ketinggian tempat berbeda seperti dataran menengah ataupun dataran rendah. 4.1.2. Jumlah Populasi Jumlah populasi tanaman dari masing-masing perlakuan mulai dari awal penanaman hingga akhir penanaman berjumlah delapan tanaman. Meskipun terdapat beberapa sampel tanaman yang terserang hama dan penyakit, keseluruhan sampel dapat bertahan hingga akhir. Hal tersebut menandakan bahwa tanaman dapat bertahan terhadap serangan hama dan penyakit, ketahanan tanaman terhadap serangan salah satunya karena terdapat upaya pengendalian yang dilakukan. Selain itu dengan suhu udara yang tidak terlalu rendah yaitu 20 0 C 34 0 C dan kelembaban udara yang tidak terlalu tinggi yaitu 62 % rel. di siang hari dapat

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Selintas

Pengamatan selintas merupakan pengamatan pendukung pengamatan

utama yang tidak diuji secara statistik. Data pengamatan selintas meliputi: (1)

pengamatan faktor iklim, (2) jumlah populasi, (3) umur berbunga, (4) tinggi

tanaman, (5) hama dan penyakit yang menyerang, (6) tipe pertumbuhan tanaman,

dan (7) lama simpan buah.

4.1.1. Pengamatan Faktor Iklim

Selama penelitian berlangsung pengamatan faktor iklim yang dilakukan

diantaranya yaitu suhu udara dan kelembaban udara. Rata-rata suhu udara dalam

Screen House yaitu 200C – 340C dan kelembaban udara yaitu 62 % rel. Suhu

udara yang dihasilkan pada lingkungan pertumbuhan tanaman tomat kurang ideal,

karena disebutkan oleh Pracaya (1998) lingkungan ideal untuk pertumbuhan

tanaman tomat yaitu pada udara sejuk dengan suhu udara di siang hari antara 180C

– 290C. Berdasarkan hal tersebut tanaman tomat yang mampu hidup secara

optimal pada suhu diatas rata-rata ambang ideal pertumbuhan tanaman tomat

diduga dapat digunakan sebagai peluang calon varietas baru yang dapat tumbuh di

ketinggian tempat berbeda seperti dataran menengah ataupun dataran rendah.

4.1.2. Jumlah Populasi

Jumlah populasi tanaman dari masing-masing perlakuan mulai dari awal

penanaman hingga akhir penanaman berjumlah delapan tanaman. Meskipun

terdapat beberapa sampel tanaman yang terserang hama dan penyakit, keseluruhan

sampel dapat bertahan hingga akhir. Hal tersebut menandakan bahwa tanaman

dapat bertahan terhadap serangan hama dan penyakit, ketahanan tanaman terhadap

serangan salah satunya karena terdapat upaya pengendalian yang dilakukan.

Selain itu dengan suhu udara yang tidak terlalu rendah yaitu 200C – 340C dan

kelembaban udara yang tidak terlalu tinggi yaitu 62 % rel. di siang hari dapat

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

menghambat penyebaran penyakit yang menyerang tanaman tomat. Hal tersebut

dijelaskan dalam Duriat dkk (1997) bahwa kelembaban udara yang relatif tinggi

mampu merangsang pertumbuhan mikroorganisme pengganggu tanaman.

4.1.3. Umur Berbunga

Umur berbunga erat kaitannya dengan umur mulai berbuah dan umur

panen suatu tanaman. Dalam peluncuran suatu varietas baru, umur mulai berbuah

dan umur panen termasuk dalam beberapa hal yang dicantumkan dalam deskripsi

suatu varietas tanaman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat

diketahui umur berbunga dari ke-25 genotipe yang diujikan disajikan pada

Diagram 4.1.

Diagram 4.1. Umur Berbunga Tanaman Tomat

Berdasarkan data yang disajikan dalam Diagram 4.1. umur berbunga

yang tertinggi yaitu 31 hari setelah tanam (hst) dan yang terendah yaitu 22 hst.

Berdasarkan umur berbunga ketiga varietas hibrida yang digunakan sebagai acuan

(Lampiran 3.) yaitu 30 hst – 35 hst. Berdasarkan data yang dihasilkan dari ke-25

perlakuan terdapat 8 perlakuan atau 32% yang mempunyai kisaran umur berbunga

sesuai acuan varietas hibrida yang digunakan. Beberapa perlakuan yang sesuai

acuan varietas hibrida yang digunakan yaitu G16, G17, G18, G19, G20, G23,

G24, dan G25.

0

5

10

15

20

25

30

35

G1

G2

G3

G4

G5

G6

G7

G8

G9

G1

0

G1

1

G1

2

G1

3

G1

4

G1

5

G1

6

G1

7

G18

G19

G20

G2

1

G2

2

G2

3

G2

4

G2

5

Um

ur

ber

bu

nga

(hst

)

Genotipe

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

4.1.4. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman tomat diukur mulai dari pangkal batang sampai pucuk

daun teratas. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat stadia berbuah

menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan saat stadia tersebut bertujuan agar

tanaman telah mencapai pertumbuhan maksimal. Pengukuran tinggi tanaman

bertujuan untuk mengetahui salah satu kriteria yang tercantum di deskripsi

varietas setelah suatu genotipe dapat diluncurkan sebagai varietas baru.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilaksanakan dalam penelitian data tinggi

tanaman disajikan dalam Diagram 4.2.

Diagram 4.2. Tinggi Tanaman Tomat

Berdasarkan data yang telah tersaji dapat diketahui bahwa tinggi tanaman

tomat yang tertinggi pada perlakuan G18 yaitu 2.5 m dan yang terendah pada

perlakuan G10 yaitu 1.56 m. Dari deskripsi ketiga varietas hibria yang digunakan

sebagai acuan mempunyai tinggi tanaman 1.2 m – 1.6 m. Berdasarkan data tinggi

tanaman yang dihasilkan dari ke-25 perlakuan terdapat 3 perlakuan atau

mempunyai persentase 12% yang sesuai acuan, yaitu G1, G10, dan G23. Tujuan

dilakukannya pengukuran tinggi tanaman karena berdasarkan penelitian Dewi dan

Jumini (2012) serta Wahyuni (2014) perlakuan genotipe berpengaruh sangat nyata

terhadap tinggi tanaman.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

G1

G2

G3

G4

G5

G6

G7

G8

G9

G1

0

G1

1

G12

G1

3

G1

4

G1

5

G1

6

G1

7

G1

8

G19

G2

0

G2

1

G2

2

G2

3

G2

4

G25

Tin

ggi T

anam

an (m

)

Genotipe

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Salah satu hal yang mempengaruhi tinggi tanaman adalah dilakukan

perempelan. Perlakuan tanpa perempelan akan menyebabkan tanaman mempunyai

tinggi tanaman yang lebih rendah dibanding tanaman yang tanpa dilakukan

perempelan. Hal tersebut dikarenakan dengan dilakukannya perempelan maka

akan mempunyai cabang tanaman yang sedikit sehingga asimilat yang terbentuk

akan digunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan tinggi tanaman dan pembentukan

buah. Pada tanaman yang tidak dilakukan perempelan asimilat yang terbentuk

lebih banyak digunakan dalam pertumbuhan cabang baru dan daun tanaman

sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas buah tomat (Wulansari dkk,

2017). Pada penelitian juga dilakukan perempelan pada semua perlakuan yang

ada, sehingga menunjukan nilai tinggi tanaman yang melebihi acuan dari ketiga

varietas. Tetapi dengan dilakukannya perempelan dapat meningkatkan hasil

produksi dari beberapa genotipe tanaman. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel

4.1. dengan acuan Lampiran 3. hasil bobot buah pertanaman mempunyai

persentase 80% perlakuan yang mempunyai nilai diatas rentang dan 20% yang

sesuai rentang.

4.1.5. Hama dan Penyakit yang Menyerang

Hama yang menyerang tanaman tomat secara umum berupa ulat buah

tomat (Helicoverpa armina Hubn.), kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.) dan ulat

grayak (Spodoptera litura F.). Hama tersebut menyerang mulai dari stadia

berbunga hingga berbuah. Hama yang menyerang tanaman tomat dikendalikan

secara mekanis dan kimia. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara

mengambil hama secara langsung berbarengan saat perawatan tanaman dan

pengendalian secara kimia dilakukan dengan pengaplikasian insketisida dengan

bahan aktif Deltametrin 25 g/l.

Beberapa penyakit yang menyerang tanaman tomat berupa penyakit

embun tepung yang disebabkan oleh cendawan dan terdapat beberapa tanaman

yang terserang penyakit kuning yang disebabkan oleh virus gemini. Penanganan

penyakit yang disebabkan oleh cendawan dilakukan secara kimia, yaitu dengan

dikendalikan menggunakan bahan aktif Dimetomorf 50% dengan dosis pemakaian

0,5-1 g/l atau Propineb 70% dengan dosis pemakaian 1,5-2,5 kg/ha yang

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

diaplikasikan mulai tanaman menunjukan gejala-gejala terserang. Sedangkan

untuk tanaman yang terserang virus dikendalikan dengan pengendalian hama kutu

kebul yang merupakan vektor pada penyakit kuning. Tanaman tomat yang

terserang hama dan penyakit disajikan dalam Gambar 4.1. dan genotipe yang

terserang penyakit disajikan dalam Tabel 4.3.

Gambar 4.1. Hama dan penyakit yang menyerang : a) Larva Helicoverpa armina

Hubn., b) Buah tomat yang terserang ulat grayak (Spodoptera litura

F.), c) Imago kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.), d) Tanaman tomat

yang terserang virus gemini, e) Tanaman tomat yang terserang

penyakit embun tepung

a b

c

d

e

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Tabel 4.1. Genotipe yang Terserang Penyakit

Genotipe Penyakit (tanaman)

Embun Tepung Kuning Akibat Terserang Virus Gemini

A1 (G1) - - A5 (G2) - -

A9 (G3) 6 1

A10 (G4) 6 - A15 (G5) 6 1

B32 (G6) 7 -

B38 (G7) 7 -

B39 (G8) 8 - B48 (G9) 7 -

B49 (G10) 8 -

C52 (G11) 8 - C55 (G12) 7 -

C56 (G13) 8 -

C58 (G14) 7 - C59 (G15) 8 -

D63 (G16) 7 -

D64 (G17) 7 -

D68 (G18) 7 - D76 (G19) 7 1

D77 (G20) 7 1

E82 (G21) 8 - E86 (G22) 6 -

E88 (G23) 7 -

E94 (G24) 8 - E96 (G25) 7 -

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari ke 25 genotipe terdapat 2

genotipe yang tahan terhadap serangan penyakit embun tepung dan kuning akibat

terserang virus Gemini, yaitu G1 dan G2. Sedangkan untuk G3 hingga G25

hampir seluruh tanaman terserang embun tepung, tetapi hanya beberapa genotipe

saja yang terserang penyakit kuning yaitu G3; G5 ;G19 dan G20. Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui mana saja genotipe yang tahan dan rentan serangan

penyakit tertu sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk pengujian selanjutnya.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

4.1.6. Tipe Pertumbuhan Tanaman

Tipe pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan periode panen suatu

tanaman. Hal tersebut didukung olah Pitojo (2005) bahwa tipe pertumbuhan

tanaman dicirikan dengan periode panen, habitus, serta pertumbuhan batang yang

diakhiri atau tidak diakhiri dengan rangkaian bunga. Menurut Pitojo (2005)

golongan indeterminate mempunyai pertumbuhan batang tidak diakhiri dengan

rangkaian bunga, periode panen relatif panjang dan habitus tanaman umunya

tinggi. Sedangkan tanaman tomat golongan determinate mempunyai pertumbuhan

batang diakhiri dengan rangkaian bunga, periode panen relatif pendek dan habitus

tanaman relatif pendek. Dalam peluncuran varietas baru jenis pertumbuhan suatu

varietas penting diketahui, salah satunya dikarenakan sebagai salah satu hal yang

harus dicantumkan dalam deskripsi varietas. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan dapat diketahui tipe pertumbuhan tanaman dari ke-25 genotipe yang

diujikan disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Tipe Pertumbuhan Tanaman Tomat

Genotipe Tipe Pertumbuhan

A1 (G1) Indeterminate

A5 (G2) Determinate A9 (G3) Indeterminate

A10 (G4) Indeterminate

A15 (G5) Indeterminate B32 (G6) Indeterminate

B38 (G7) Indeterminate

B39 (G8) Indeterminate

B48 (G9) Indeterminate B49 (G10) Indeterminate

C52 (G11) Indeterminate

C55 (G12) Indeterminate C56 (G13) Indeterminate

C58 (G14) Indeterminate

C59 (G15) Indeterminate D63 (G16) Indeterminate

D64 (G17) Indeterminate

D68 (G18) Indeterminate

D76 (G19) Determinate D77 (G20) Indeterminate

E82 (G21) Indeterminate

E86 (G22) Determinate E88 (G23) Indeterminate

E94 (G24) Indeterminate

E96 (G25) Determinate

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

4.1.7. Lama Simpan Buah

Lama simpan buah erat kaitannya dengan kekerasan buah, ketebalan

daging buah, dan jumlah ruang buah. Hal tersebut dijelaskan dalam Hidayat

(2004), Husniyah dkk (2007), Istiqomah (2007), Damayanti (2007), dan

Ambarwati (2009) bahwa ketebalan daging buah berhubungan dengan lama

simpan buah, sedangkan kekerasan buah berkaitan dengan ketebalan daging buah

dan jumlah ruang buah. Sehingga diharapkan terdapat hubungan positif antar

masing-masing parameter tersebut. Untuk mengetahui lama simpan buah

dilakukan penyimpanan buah tomat pada suhu ruang yang ditempatkan di loyang

plastik yang diletakkan diatas meja tanpa diberi perlakuan. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan waktu lama simpan buah disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Lama Simpan Buah Tomat

Genotipe Lama Simpan Buah (hari)

A1 (G1) 52 A5 (G2) 58.5

A9 (G3) 52

A10 (G4) 55 A15 (G5) 58

B32 (G6) 56

B38 (G7) 59 B39 (G8) 52

B48 (G9) 52

B49 (G10) 59

C52 (G11) 52 C55 (G12) 59

C56 (G13) 52

C58 (G14) 55.5 C59 (G15) 52

D63 (G16) 52

D64 (G17) 52 D68 (G18) 52

D76 (G19) 52.5

D77 (G20) 59

E82 (G21) 52 E86 (G22) 59

E88 (G23) 52

E94 (G24) 52 E96 (G25) 55.5

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

4.2. Pengamatan Utama

Data hasil pengamatan utama dianalisis menggunakan metode Sidik

Ragam (uji F=5%) dan dilanjutkan uji antar perlakuan dengan Duncan’s Multiple

Range Test (DMRT) atau Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan

95%. Pengamatan utama meliputi hasil produksi tanaman tomat dan karakter

morfologi buah tomat.

4.2.1. Hasil Produksi Tanaman Tomat

Beberapa hal yang mempengaruhi hasil produksi tanaman yaitu jumlah

buah per tanaman dan bobot per buah. Jumlah buah per tanaman merupakan

jumlah keseluruhan buah yang dipanen dalam satu tanaman sedangkan bobot per

buah merupakan rata-rata bobot buah yang dihasilkan dalam satu tanaman.

Berdasarkan penelitian Istianingrum dan Damanhuri (2016) karakter jumlah buah

total, bobot buah total, dan bobot per buah menunjukkan nilai heritabilitas tinggi.

Karakter yang termasuk dalam katagori heritabilitas sedang sampai tinggi

mempunyai arti bahwa lingkungan tidak begitu berperan besar dalam penampilan

suatu karakter sehingga genotipe lebih domainan mempengaruhi karakter tersebut.

Penelitian yang telah dilaksanakan menghasilkan data jumlah buah per tanaman,

bobot per buah, dan bobot buah per tanaman disajikan dalam Tabel 4.4.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Tabel 4.4. Jumlah Buah per Tanaman, Bobot per Buah, dan Bobot Buah

per Tanaman

Genotipe Jumlah Buah per

Tanaman (buah)

Bobot per Buah (gr) Bobot Buah per

Tanaman (kg)

A1 (G1) 60.05 68.72 4.26

A5 (G2) 51.5 57.71 3.27 A9 (G3) 50 79.04 3.75

A10 (G4) 66.1 61.31 4.26

A15 (G5) 74 71.4 5.1 B32 (G6) 60.5 68.83 3.92

B38 (G7) 52.5 88.04 4.51

B39 (G8) 78.5 59.7 5.59 B48 (G9) 61 60.93 4.23

B49 (G10) 61.5 64.56 3.65

C52 (G11) 60 71.45 4.53

C55 (G12) 66.5 137.49 5.21 C56 (G13) 85 53.44 4.63

C58 (G14) 73.5 73.34 4.85

C59 (G15) 60.5 51.96 3.01 D63 (G16) 63 75.77 4.69

D64 (G17) 62.5 71.59 4.24

D68 (G18) 55.5 68.06 4.98 D76 (G19) 44 83.61 3.22

D77 (G20) 53 76.15 4.45

E82 (G21) 67 64.6 3.49

E86 (G22) 48.5 61.5 2.87 E88 (G23) 58.5 69.36 4.35

E94 (G24) 62 57.61 3.75

E96 (G25) 55.5 76.15 3.95

Terdapat beberapa genotipe yang memiliki nilai rata-rata sesuai rentang

bahkan lebih tinggi dari pada varietas yang digunakan sebagai acuan, namun ada

pula beberapa genotipe yang nilai rata-ratanya lebih rendah. Rentang nilai jumlah

buah per tanaman varietas yang digunakan sebagai acuan yaitu 24 buah hingga 53

buah per tanaman, 50 gram hingga 90.4 gram untuk bobot per buah, 2.11 kg

hingga 3.49 kg untuk berat buah per tanaman. Nilai tersebut tercantum dalam

Lampiran 3.

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa

jumlah buah per tanaman tertinggi dihasilkan G13 yaitu sebanyak 85 buah dan

terendah dihasilkan G19 yaitu sebanyak 44 buah. Hasil jumlah buah per tanaman

pada semua perlakuan jika dipersentasekan yaitu 76% melebihi rentang yang

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

digunakan dan 24% sesuai rentang. 76% perlakuan yang melebihi rentang yang

digunakan yaitu G1, G4, G5, G6, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G15, G16,

G17, G18, G21, G23, G24, dan G25. Dan 24% perlakuan yang sesuai dengan

rentang yaitu G2, G3, G7, G19, G20, dan G22. Beberapa faktor yang

mempengaruhi jumlah buah per tanaman yaitu genotipe tanaman dan jumlah buah

yang terbentuk. Menurut Istianingrum dan Damanhuri (2016) faktor genotipe

menunjukkan nilai heritabilitas tinggi pada jumlah buah per tanaman sehingga

pengaruh lingkungan tidak begitu berperan besar dalam penampilan suatu

karakter. Sedangkan jumlah buah yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan

tumbuh tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi persentase terbentuknya

buah adalah jumlah bunga yang berhasil menjadi buah. Menurut Peet dan

Bartholemew (1986) suhu optimal untuk pembungaan tomat adalah 21oC - 24oC

pada siang hari dan 18oC - 22oC pada malam hari. Suhu udara yang terlalu tinggi

dan kelembaban udara yang relatif rendah menurut Syakur dkk (2011) mampu

menyebabkan bunga gugur. Tetapi meskipun suhu lingkungan pertumbuhan diatas

suhu optimum yaitu 20oC - 34oC tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah

per tanaman yang dihasilkan.

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa

bobot per buah tertinggi dihasilkan G12 yaitu 137.49 gram dan terendah

dihasilkan G15 yaitu 51.96 gram. Pada bobot per buah terdapat 4% perlakuan

yang mempunyai nilai diatas rentang yaitu P12 dan 96% perlakuan yang sesuai

rentang yaitu G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G13, G14, G15,

G16, G17, G18, G19, G20, G21, G22, G23, G24, dan G25. Berdasarkan data yang

tersaji dalam Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa bobot buah per tanaman tertinggi

dihasilkan P8 senilai 5.59 kg serta terendah pada G22 yaitu senilai 2.87 kg. Pada

bobot buah per tanaman dihasilkan 80% perlakuan yang mempunyai nilai diatas

rentang yaitu G1, G4, G5, G7, G8, G9, G11, G12, G13, G14, G16, G17, G18,

G20,dan G23 serta 20% yang sesuai rentang yaitu G2, G3, G6, G10, G15, G19,

G21, G22, G24, dan G25 . Berdasarkan penelitian Istianingrum dan Damanhuri

(2016) bobot per buah dan bobot buah per tanaman lebih tinggi diperngaruhi oleh

genotipe dibanding lingkungan karena mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Menurut Putri (2012) semakin tinggi bobot per buah maka bobot buah

per tanaman juga akan semakin tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan semakin tinggi bobot per buah tidak selalu seiring dengan semakin

tingginya bobot buah per tanaman, sebab harus juga didukung dengan jumlah

buah yang lebih banyak. Tetapi jumlah buah yang banyak juga tidak selalu seiring

dengan semakin tingginya bobot buah per tanaman jika tidak diiringi bobot per

buah yang tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada G12 mempunyai bobot per

buah tertinggi yaitu 137.49 gram dengan jumlah buah per tanaman 66.5 buah

tetapi tidak menghasilkan bobot buah per tanaman tertinggi. Kemudian pada G13

mempunyai jumlah buah per tanaman tertinggi yaitu 85 buah dengan bobot per

buah yaitu 53.44 gram tetapi tidak menghasilkan bobot buah per tanaman

tertinggi. Penyebab perbedaan bobot per buah menurut Steven and Rudich (1978)

yaitu masing-masing varietas dan genotipe memiliki hasil produksi yang berbeda-

beda sesuai dengan gen yang dimilikinya.

4.2.2. Penilaian Karakter Morfologi Buah Tomat

Beberapa karakter morfologi buah tomat yang diamati antara lain

kekerasan buah, ketebalan daging buah, jumlah ruang buah dan ukuran buah.

Karakter tersebut memiliki nilai masing-masing berdasarkan gen-gen yang

dimiliki. Kekerasan buah menurut Wijayani dan Widodo (2005) serta Ifmalinda

(2017) berhubungan dengan jaringan epidermis pada kulit yang berfungsi sebagai

pelindung luar buah dari pertukaran gas, kehilangan air, kerusakan mekanis, dan

ketahanan terhadap tekanan. Kekerasan buah berhubungan dengan kadar air yang

terkandung dalam buah karena semakin tinggi kadar air maka tekstur semakin

lunak. Dalam penelitian, kekerasan buah diukur menggunakan alat ukur Fruit

Hardness Tester (FHT) dengan satuan lbs. Semakin tinggi nilai dalam

penggukuran maka semakin tinggi pula tingkat kekerasan buah. Ketebalan daging

buah menurut Husniyah dkk (2007) merupakan salah satu karakter morfologi

buah yang berhubungan dengan lama simpan buah. Karakter morfologi buah

tomat selanjutnya merupakan jumlah ruang buah, jumlah ruang buah merupakan

banyaknya rongga atau ruang yang ada dalam buah. Karakter morfologi buah

tomat yang terakhir adalah ukuran buah. Ukuran buah menurut Duriat dkk (1997)

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

dapat digolongkan berdasarkan penggunaan buah yaitu: a) besar (>100 gram), b)

kecil (>50 gram), c) sedang (>50 gram sampai dengan <100gram). Berdasarkan

penelitian yang telah dilaksanakan, data kekerasan buah; ketebalan daging buah;

jumlah ruang buah; dan ukuran buah disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Kekerasan Buah, Ketebalan Daging Buah, Jumlah Ruang

Buah, Ukuran Buah

Perlakuan Kekerasan

Buah (lbs)

Ketebalan Daging

Buah (cm)

Jumlah Ruang

Buah

Ukuran

Buah

A1 (G1) 13.17 0.6 2.39 Sedang

A5 (G2) 11.56 0.55 3.17 Sedang

A9 (G3) 15 0.55 3.17 Sedang

A10 (G4) 6.13 0.49 3.22 Sedang

A15 (G5) 14.66 0.57 2.5 Sedang

B32 (G6) 8.58 0.49 2.89 Sedang

B38 (G7) 10.59 0.62 3.44 Sedang

B39 (G8) 12.88 0.59 3.06 Sedang

B48 (G9) 8.17 0.49 3.06 Sedang

B49 (G10) 12.56 0.62 3.22 Sedang

C52 (G11) 12.16 0.63 3.22 Sedang

C55 (G12) 14.42 0.56 3.39 Besar

C56 (G13) 10.31 0.45 3.28 Sedang

C58 (G14) 9.9 0.46 3.06 Sedang

C59 (G15) 12.47 0.56 2.95 Sedang

D63 (G16) 8.71 0.45 2.28 Sedang

D64 (G17) 6.96 0.47 2.22 Sedang

D68 (G18) 11.05 0.51 3.28 Sedang

D76 (G19) 8.54 0.47 3.11 Sedang

D77 (G20) 13.09 0.6 2.89 Sedang

E82 (G21) 10.39 0.48 2.84 Sedang

E86 (G22) 10.17 0.42 2.96 Sedang

E88 (G23) 9.1 0.46 2.84 Sedang

E94 (G24) 12.57 0.57 2.33 Sedang

E96 (G25) 10.58 0.55 2.33 Sedang

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Terdapat beberapa genotipe yang memiliki nilai rata-rata sesuai rentang

bahkan lebih tinggi dari pada varietas yang digunakan sebagai acuan, namun ada

pula beberapa genotipe yang nilai rata-ratanya lebih rendah. Rentang nilai

kekerasan buah varietas yang digunakan sebagai acuan yaitu 6.87 lbs hingga 7.63

lbs, 0.38 cm hingga 0.9 cm untuk ketebalan daging buah, 2-3 untuk jumlah ruang

buah. Nilai tersebut tercantum dalam Lampiran 3.

Kekerasan buah tertinggi dihasilkan G3 yaitu senilai 15 lbs dan terendah

dihasilkan G4 yaitu senilai 6.13 lbs. Persentase kekerasan buah yang kurang dari

rentang yaitu 4% pada P4, persentase yang sesuai rentang yaitu 4% pada P17 dan

sisanya senilai 92% adalah perlakuan yang nilai kekerasan buahnya diatas rentang

yang digunakan. 92% yang melebihi rentang yang digunakan yaitu G1, G2, G3,

G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G15, G16, G18, G19, G20, G21,

G22, G23, G24 dan G25. Ketebalan daging buah tertinggi dihasilkan G11 yaitu

0.63 cm dan terendah dihasilkan G22 yaitu 0.42 cm. Persentase ketebalan daging

buah dari masing-masing perlakuan menghasilkan 100% perlakuan sesuai rentang.

Jumlah ruang buah tertinggi dihasilkan pada G7 yaitu sebanyak 3.44 dan terendah

dihasilkan pada G17 sebanyak 2.22. Persentase untuk jumlah ruang buah terdapat

48% perlakuan yang sesuai yaitu G1, G5, G6, G15, G16, G17, G20, G21, G22,

G23, G24 dan G25 serta 52% melebihi rentang yang digunakan yaitu G2, G3, G4,

G7, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G18, G19.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kekerasan buah tomat antara lain

keuletan kulit buah, kekentalan cairan buah, dan perbadingan antara tebal daging

buah dengan rongga buah (Hidayat, 2004) dan (Istiqomah, 2007). Menurut

Ambarwati (2009), Damayanti (2007) Husniyah dkk (2007) ketebalan daging

buah berkaitan dengan tingkat kekerasan buah dan lama simpan buah, semakin

tebal daging buah diharapkan kekerasan buah tomat akan semakin tinggi. Selain

ketebalan daging buah hal yang menunjang tingkat kekerasan buah tomat yaitu

jumlah rongga buah atau ruang buah. Jumlah ruang buah yang banyak

menyebabkan sekat antar ruang menjadi banyak sehingga buah menjadi keras.

Sekat antar ruang berfungsi sebagai suatu fondasi yang memperkuat buah tomat.

Tetapi berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan kekerasan buah tertinggi

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

yaitu G3 senilai 15 lbs tidak mempunyai ketebalan buah tertinggi dan jumlah

ruang terbanyak. Sehingga tidak selalu buah tomat yang mempunyai ketebalan

daging yang tinggi dan jumlah ruang buah yang banyak mempunyai kekerasan

buah yang tinggi. Tetapi pada penelitian Fardhani dkk (2013) disebutkan bahwa

kekerasan buah tidak selalu berhubungan dengan tebal daging buah dan tebal

sekat buah. Hal tersebut dapat terjadi karena menurut Prihadi (1993) kekerasan

buah dapat dipengaruhi oleh kondisi kulit epidermis yang tidak sama tingkat

keliatannya pada tiap-tiap genotipe, sehingga buah dengan kulit epidermis yang

lebih liat akan menghasilkan buah dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi.

Menurut Husniyah dkk (2007) buah tomat dengan tekstur yang keras lebih disukai

konsumen karena dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama.

Berdasarkan data lama simpan buah tomat yang tercantum dalam Tabel

4.5. didapatkan data nilai korelasi antara lama simpan buah dengan kekerasan

buah yaitu 0.23, nilai korelasi antara lama simpan buah dengan ketebalan daging

buah yaitu 0.26, serta nilai korelasi antara lama simpan buah dengan jumlah ruang

buah yaitu 0.27. Dari ketiga nilai tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan, lama simpan buah mempunyai korelasi yang

rendah dengan kekerasan buah, ketebalan daging buah dan jumlah ruang buah.

Pada pengamatan ukuran buah terdapat satu perlakuan yang

menghasilkan buah dengan kategori besar yaitu pada G12 karena mempunyai

bobot per buah 137.49 gram. Dengan berat tersebut menurut Duriat dkk (1997)

termasuk dalam golongan besar karena lebih dari 100 gram. Sedangkan pada

semua perlakuan kecuali G12 termasuk golongan buah sedang karena mempunyai

nilai berat lebih dari 50 gram tetapi kurang dari 100 gram. Menurut Duriat dkk

(1997) ukuran buah tomat yang beredar di pasaran dan diminati petani termasuk

golongan sedang hingga besar, sehingga ukuran buah yang dihasilkan pada

seluruh perlakuan telah sesuai dengan ukuran yang diharapkan.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

4.2.3. Penentuan Seleksi

Terdapat dua faktor yang menyebabkan keragaman suatu populasi

tanaman menurut Istianingrum dan Damanhuri (2016) yaitu keragaman yang

disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Keragaman yang tinggi dari

suatu karakter akan memberikan peluang besar dalam proses seleksi karena proses

perbaikan karakter tanaman mempunyai pilihan yang beragam. Hal tersebut juga

didukung oleh pernyataan Helyanto dkk (2000) bahwa jika suatu karakter

mempunyai keragaman genetik tinggi akan mempermudah proses seleksi karena

setiap individu dalam populasi menghasilkan sifat-sifat yang beragam. Sehingga

informasi keragaman genetik sangat diperlukan untuk memperoleh calon varietas

baru yang diharapkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor lingkungan budidaya telah

dilakukan pengendalian sedemikian rupa dengan tujuan meminimalisir pengaruh

lingkungan terhadap hasil dan penampilan suatu genotipe. Sehingga diharapkan

hasil dan penampilan tanaman hanya dipengaruhi oleh faktor genetik. Beberapa

upaya yang dilakukan yaitu budidaya dilaksanakan di dalam screen house,

penanaman dilakukan di dalam polybag, media tanam sebelum digunakan

melewati proses sterilisasi terlebih dahulu, serta sistem irigasi menggunakan

irigasi tetes.

Beberapa kriteria yang dijadikan parameter seleksi berdasarkan hasil

produksi dan karakter morfologi buah antara lain: (1) bobot buah per tanaman, (2)

kekerasan buah, (3) ketebalan daging buah, (4) jumlah ruang buah, dan (5) ukuran

buah. Beberapa batasan yang digunakan sebagai acuan genotipe F1 yang lolos

seleksi yaitu mengacu pada deskripsi varietas yang telah tersebar di pasaran dan

digunakan oleh petani. Beberapa varietas yang digunakan sebagai acuan adalah

varietas betavila, permata dan servo yang deskripsi varietasnya disajikan dalam

Tabel 4.6.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Tabel 4.6. Deskripsi Tomat Hibrida (F1) Varietas Betavila, Permata, dan

Servo

Deskripsi Varietas Betavila Permata Servo

Golongan varietas Hibrida Hibrida Hibrida

Berat per buah (gr) 84,5 – 90,4 50 63,04 – 66,47

Berat buah per tanaman (kg) 2,17 – 3,43 3 – 4 2,11 – 3,49

Potensi hasil (ton/ha) - 50 – 70 -

Tebal daging buah (cm) 0,38 – 0,65 0,7 – 0,9 0,38 – 0,65

Jumlah rongga buah 2-3 2 2-3

Kekerasan buah (lbs) 6,87 – 7,08 7,5 7,30 – 7,63

Hasil buah per hektar (ton) 46,59 – 74,65 45,34 – 73,58

Jumlah populasi per hektar

(tanaman)

25.000 - 25.000

Jumlah buah per tanaman (buah) 24 – 39 - 31 – 53

Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 882/Kpts/TP.240/7/1999

Kriteria yang digunakan sebagai patokan mengacu pada deskripsi

varietas tiga varietas hibrida Betavila, Permata dan Servo, yaitu:

a. Bobot buah per tanaman (BBT) : ≥ 4 kg

b. Kekerasan buah (KB) : ≥ 7,63 lbs

c. Ketebalan daging buah (KDB) : ≥ 0.5 cm

d. Jumlah ruang buah (JRB) : < 4

e. Ukuran buah (UB) : sedang hingga besar

Genotipe F1 yang lolos seleksi akan diberi penilaian masing-masing 1 poin untuk

masing-masing kriteria yang digunakan. Genotipe F1 yang memenuhi semua

kriteria dinyatakan lolos seleksi untuk dilakukan uji coba ke tahapan selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan data kriteria seleksi dan

penilaian disajikan dalam Tabel 4.7.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Tabel 4.7. Kriteria Seleksi dan Penilaian Hasil Penentuan Kriteria Seleksi

Perlakuan BBT

(kg)

KB

(lbs)

KDB

(cm) JRB UB Penilaian

A1 (G1) 4.26 13.17 0.6 2.39 Sedang 5

A5 (G2) 3.27 11.56 0.55 3.17 Sedang 4

A9 (G3) 3.75 15 0.55 3.17 Sedang 4

A10 (G4) 4.26 6.13 0.49 3.22 Sedang 3

A15 (G5) 5.1 14.66 0.57 2.5 Sedang 5

B32 (G6) 3.92 8.58 0.49 2.89 Sedang 3

B38 (G7) 4.51 10.59 0.62 3.44 Sedang 5

B39 (G8) 5.59 12.88 0.59 3.06 Sedang 5

B48 (G9) 4.23 8.17 0.49 3.06 Sedang 4

B49 (G10) 3.65 12.56 0.62 3.22 Sedang 4

C52 (G11) 4.53 12.16 0.63 3.22 Sedang 5

C55 (G12) 5.21 14.42 0.56 3.39 Besar 5

C56 (G13) 4.63 10.31 0.45 3.28 Sedang 4

C58 (G14) 4.85 9.9 0.46 3.06 Sedang 4

C59 (G15) 3.01 12.47 0.56 2.95 Sedang 4

D63 (G16) 4.69 8.71 0.45 2.28 Sedang 4

D64 (G17) 4.24 6.96 0.47 2.22 Sedang 3

D68 (G18) 4.98 11.05 0.51 3.28 Sedang 5

D76 (G19) 3.22 8.54 0.47 3.11 Sedang 3

D77 (G20) 4.45 13.09 0.6 2.89 Sedang 5

E82 (G21) 3.49 10.39 0.48 2.84 Sedang 3

E86 (G22) 2.87 10.17 0.42 2.96 Sedang 3

E88 (G23) 4.35 9.1 0.46 2.84 Sedang 4

E94 (G24) 3.75 12.57 0.57 2.33 Sedang 4

E96 (G25) 3.95 10.58 0.55 2.33 Sedang 4

Keterangan :

(1) BBT adalah bobot buah per tanaman,

(2) KB adalah kekerasan buah,

(3) KDB adalah ketebalan daging buah,

(4) JRB adalah jumlah ruang buah,

(5) UB adalah ukuran buah.

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Berdasarkan data hasil penilaian yang tersaji dalam Tabel 4.7. dapat diketahui

bahwa perlakuan yang lolos seleksi sebanyak 8 genotipe atau 32 % yaitu G1, G5,

G7, G8, G11, G12, G18, G20, karena telah memenuhi 5 kriteria yang ditentukan.

Sedangkan perlakuan yang tidak lolos seleksi sebanyak 17 perlakuan atau 68 %

yaitu G2, G3, G4, G6, G9, G10, G13, G14, G15, G16, G17, G19, G21, G22, G23,

G24, G25 karena terdapat salah satu atau lebih kriteria yang tidak memenuhi

ketentuan yang telah ditetapkan. Beberapa genotipe yang lolos seleksi disajikan

dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Genotipe yang Lolos Seleksi

Perlakuan BBT KB KDB JRB

G1 4.26A 13.17A 0.60A 2.39A

G5 5.10A 14.66A 0.57A 2.50A

G7 4.51A 10.59AB 0.62A 3.44AB

G8 5.59A 12.88ABC 0.59A 3.06AB

G11 4.53A 12.16ABC 0.63A 3.22AB

G12 5.21A 14.42ABC 0.57A 3.39BC

G18 4.98A 11.05BC 0.51A 3.28CD

G20 4.35A 13.09C 0.60A 2.89D

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda

nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang

berbeda menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan.

(1) BBT adalah bobot buah per tanaman,

(2) KB adalah kekerasan buah,

(3) KDB adalah ketebalan daging buah,

(4) JRB adalah jumlah ruang buah,

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa

parameter bobot buah per tanaman untuk semua genotipe yang lolos seleksi

mempunyai hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil yang tidak berbeda nyata juga

didapatkan pada parameter ketebalan daging buah. sedangkan untuk parameter

kekerasan buah G1 dan G2 berbeda nyata dengan G18 dan G20. Untuk parameter

jumlah ruang buah G1 dan G2 berbeda nyata dengan G12, G18 dan G20.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas

Dari ke-8 genotipe yang lolos seleksi G1 mempunyai umur berbunga 25 hst,

tinggi tanaman 1.6 m, tahan terhadap penyakit embun tepung dan penyakit kuning

akibat serangan virus Gemini, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate.

G5 mempunyai umur berbunga 29 hst, tinggi tanaman 2.35 m, terserang penyakit

embun tepung dan penyakit kuning akibat serangan virus Gemini, dan mempunyai

tipe pertumbuhan indeterminate. G7 mempunyai umur berbunga 22 hst, tinggi

tanaman 2.05 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe

pertumbuhan indeterminate. G8 mempunyai umur berbunga 25 hst, tinggi

tanaman 2.25 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe

pertumbuhan indeterminate. G11 mempunyai umur berbunga 27 hst, tinggi

tanaman 2.25 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe

pertumbuhan indeterminate. G12 mempunyai umur berbunga 29 hst, tinggi

tanaman 1.9 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe

pertumbuhan indeterminate. G18 mempunyai umur berbunga 31 hst, tinggi

tanaman 2.5 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe

pertumbuhan indeterminate. mempunyai umur berbunga 31 hst, tinggi tanaman

1.85 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe pertumbuhan

indeterminate.