bab iii metodologi penelitianrepository.upi.edu/11410/1/d_ipa_1007050_chapter3.pdf · matematika...
TRANSCRIPT
Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab tiga ini dijelaskan tentang paradigma dan metode penelitian yang
terdiri atas dua bagian utama, meliputi: pengembangan bahan ajar MSK dan
aplikasi dalam perkuliahan” matematika sepesifik kimia”. Pada bagian pertama
dipaparkan langkah-langkah pengembangan bahan ajar MSK dan pengembangan
instrumen tiga tingkat untuk mengases kemampuan berpikir matematis. Bagian
kedua, menguraikan desain metode quasi eksperimen, variabel penelitian, jenis
instrumen dan responden, serta teknik analisis data.
A. Paradigma dan Desain Penelitian
Paradigma yang mendasari keseluruhan proses penelitian adalah gabungan
antara pandangan positivisme dan konstruktivisme seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.1. Materi kimia yang bersifat kuantitatif dapat direpresentasikan secara
submikroskopik dan model matematis, sehingga membutuhkan kemampuan
berpikir logis matematis dan komunikasi matematis. Kemampuan berpikir
matematis tersebut ekivalen dengan tujuan pembelajaran matematika. Dengan
demikian, integrasi konsep matematika dan kimia dapat meningkatkan
kemampuan berpikir matematis.
Pengembangan bahan ajar integrasi matematika dan kimia dapat dilakukan
melalui analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep matematika relevan.
Pemilihan materi matematika dan elaborasi bahan ajar integrasi berdasarkan
kemampuan awal dan tahap berpikir pebelajar akan menghasilkan bahan ajar
matematika sepesifik kimia (MSK), dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep matematika yang
relevan menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan analisis kemampuan awal
dan perkembangan intelektual subyek sasaran bahan ajar MSK menggunakan
pendekatan kuantitatif. Kemampuan awal mahasiswa pada prinsip/konsep dasar
matematik dan perkembangan intelektual akan mempengaruhi tingkat pemahaman
57 Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep dan peningkatan kemampuan berpikir matematis. Sejalan dengan pendapat
Piaget bahwa faktor pembatas pada materi yang dapat dipelajari kapan saja oleh
mahasiswa adalah tahap perkembangan intelektualnya.
Gambar 3.1. Paradigma penelitian
Bahan Ajar
Matematika Spesifik
Kimia (MSK)
Kimia Kuantitatif
(Kimia Fisik, Analitik
Biokimia, Anorganik
Radiokimia)
Representasi
submikrosopik
Model Matematika
Persamaan reaksi,
Grafik, Tabel
Representasi
Simbolik
Komunikasi,
Penalaran,
Analogi
Pemahaman konsep
Pemecahan masalah
Penalaran dan
pembuktian
Komunikasi
Representasi
Perkuliahan Matematika Spesifik Kimia untuk Meningkatakan
Kemampuan Berpikir LoM, KoM, dan PM Kimia Kuantitatif
Implementasi
Pada Perkuliahan
Matematika Kimia
Matematik
(Aproksimasi, rasio,
aljabar, fungsi,
kalkulus)
Integrasi
Pendekatan
Integrasi (kontekstual
dan interdisipliner)
Kemampuan awal
dan Perkembangan
intelektual pebelajar
Konsep matematika
esensial dan relevan
belajar kimia
Kemampuan
Pemecahan Masalah (PM)
Kimia
Kemampuan Berpikir
logis matematis (LoM)
Kemampuan Komunikasi
Matematis (KoM)
58 Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Implementasi bahan yang mengintegrasikan materi kimia kuantitatif dengan
konsep matematika relevan akan memberikan pengalaman belajar berpikir
matematis dalam konteks kimia. Kemampuan berpikir matematis merupakan
representasi dari pemahaman konsep matematika, dan transfer belajar matematika.
Mahasiswa menggunakan konteks kimia dalam memahami konsep matematika,
dan memecahkan masalah kimia menggunakan konsep matematika.
Pemecahan masalah kimia dengan pendekatan matematika akan
memberdayakan kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM kimia kuantitatif.
Ketiga kemampuan berpikir matematis tersebut sangat diperlukan untuk
memahami materi kimia kuantitatif, khususnya pada level representasi
submikroskopik dan simbolik yang banyak menggunakan model matematika,
grafik, dan tabel. Kemampuan berpikir matematis dapat diukur menggunakan
instrumen tes, sedangkan struktur berpikir matematis mahasiswa dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya dianalisis secara kualitatif.
Penelitian ini merupakan studi ganda, yaitu pengembangan bahan ajar MSK
(studi 1) dan peningkatan kemampuan berpikir LoM, KoM, PM mahasiswa kimia
melalui perkuliahan dengan materi MSK (studi 2). Desain penelitian
menggunakan Mixed Methode Research (Cresweel and Clark, 2007). Pada
pengembangan bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) menggunakan model
eksploratori, sedangkan pada implementasi bahan ajar MSK menggunakan kuasi
eksperimen dan follow-up explanation model (Gambar 3.2). Pada pengembangan
materi bahan ajar MSK ditekankan pada data kualitatif antara kesamaan struktur
simbolik dari konsep kimia kuantitatif dan konsep matematika relevan.
Konsep matematika dan kimia diintegrasikan berdasarkan sejumlah
pendekatan integrasi. Pemilihan model integrasi memperhatikan konteks kimia
yang diintegrasikan dan kemampuan berpikir yang akan dikembangkan pada
materi bahan ajar. Implementasi bahan ajar MSK menekankan pada peningkatan
kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM (data kuantitatif). Data kualitatif dari
hasil pengelompokkan jenis kesalahan pada algoritma mahasiswa digunakan
59 Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menjelaskan temuan data kuantitatif serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2. Desain Peneletian. Studi satu, Exploratory Design: Concept or Content Development Model (penekanan data kualitatif)
Studi dua, Model Kuasi Eksperimen dan Follow-up Explanations Model (penekanan data kuantitatif)
Data
KUAL
Prosedur:
Analisis buku teks
kimia kuantitaif
Analisis buku teks
matematika dasar
Produk:
Konsep kimia kuant
Konsep matematika
Anal.
KUAL
Hasil
KUAL
Pengembangan
klasifikasi konsep
dan instrumen
Data
kuant
Anal
kuant Hasil
kuant
Interpretasi
KUAL kuant
Prosedur:
Koding. klasifikasi
Representasi konsep
Produk:
Sub materi mtk dan kimia
Instrumen tes konsep
dasar mtk dan kimia
Analisis data kual:
Prosedur:
Analisis konsep mtk
relevan kimia kuantitaif
Koding, klasifikasi
Produk:
Tabel konsep mtk dan
kimia yang bersesuaian
Prosedur:
Survei pada mhs pend. Kimia (3 angkatan) dan
jurusan kimia (angk 2011)
pelaksanaan tes: (KDM, KDK, dan TOLT)
Produk:
Skor matamatika dasar dan kimia dasar
Presentasi pemahaman konsep dasar matamatika
Pengelompokan dan presentasi tahap berpikir
Prosedur:
Elaborasi materi berdasarkan
hasil temuan data kuantitatif
Jusmen ahli dan uji coba
Produk:
Bahan ajar MSK yang
representasi kimia kuant
Sesuai karakteristik pebelajar
Pembahasan manfaat konsep
Studi satu
Intervensi KUANT
Pre-tes
KUANT
Pos-tes
Metode Quasi Eksperimen
Prosedur:
Dua kelompok belajar: PLTJ dan PKoK
Pelaksanaan tes berpikir mtk: 1) LoM, 2) KoM,
dan 3) PM kimia kuant (pretes dan postes)
Penskoran, analisis deskripsi dan inferensial
Produk:
Deskripsi kemampuan berpikir matematik
Peningkatan kemampuan berpikir (N-gian)
Perbandingan antar variabel independent
Prosedur:
Koding, pengelompokan
lembar jawaban
Produk:
Respon jawaban yang
salah dan respon jawaban
yang benar
Identifikasi Respon
untuk klasifikasi
Interpretasi
Kual KUANT
Prosedur:
Analisis tahapan penyelesaian
Analisis kesalahan (kelemahan)
Menghitung kesalahan yang sama
Produk:
Kategorisasi jenis kesalahan
Presentasi jenis kesalahan
Prosedur:
Analisis algoritma pada setiap
kelompok jawaban
Produk:
Struktur berpikir matematis
Faktor yang mempengaruhi
kemampuan berpikir matematis
Studi dua
Data
Kual
Anal
Kual Hasil
Kual
Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Metode Penelitian
1. Analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep matematika relevan
Kimia kuantitatif adalah konsep-konsep kimia yang dapat direpresentasikan
secara simbolik dengan persamaan matematis. Analisis struktur materi kimia
kuantitatif dilakukan pada sejumlah buku teks kimia dasar dan kimia lanjut yang
umum digunakan oleh dosen sebagai referensi. Sejumlah buku yang dianalisis,
seperti buku Physical Chemsitry (Atkins, 1990); Fundamental of Analytical
Chemistry (Douglas, 2002); Kimia Universitas: Asas dan Struktur (Brady, 2003);
dan Prinsip-prinsip Kimia Modern (Oxtoby et al., 2003).
Selain konsep kimia kuantitatif, dilakukan juga analisis konsep matematika
yang relevan berdasarkan struktur persamaan matematik dari konsep kimia.
Materi matematika dianalisis pada sejumlah buku teks matematika yang
digunakan diperguruan tinggi pada tahun pertama untuk jurusan eksakta, seperti
kimia, fisika, dan teknik yang dirujuk oleh sejumlah dosen pengampu mata kuliah
matematika dasar. Buku teks matematika yang dianalisis diantaranya adalah:
Kalkulus 1 (Stewar, 2001); Basic Engineering Mathematics (Bird, 2002);
Mathematics for Chemistry and Physics (Turrel, 2002) Aljabar Elementer
(Schmidt and Rich, 2002); Kalkulus 1 dan 2 (Purcell et al., 2004), dan
Mathematics for Physical Chemistry (Mortimer, 2005).
Setiap konsep kimia kuantitatif dideskripsikan kemampuan/keterampilan
matematika yang relevan untuk dapat melancarkan belajar kimia. Selanjutnya
ditetapkan konsep matematika pada setiap konsep kimia kuantitatif. Berdasarkan
hasil pemetaan kesamaan antara konsep kimia kuantitatif dengan prinsip/konsep
matematika yang dibutuhkan, ditetapkan konsep dasar matematika yang banyak
digunakan dalam pemahaman kimia kuantitatif. Untuk mendapatkan justifikasi
dan validasi awal tentang penetapan konsep matematika yang bersesuaian dengan
konsep kimia kuantitatif dilakukan diskusi dengan ahli matematika. Verifikasi
selanjutnya adalah menggunakan konteks kimia sebagai contoh pada aplikasi
konsep matematika yang bersesuaian.
62
2. Analisis karakteristik mahasiswa kimia
Karakteristik mahasiswa kimia yang menjadi subyek sasaran bahan MSK di
analisis meliputi: kemampuan awal pada prinsip dan konsep matematika dasar,
dan tahap perkembangan intelektual mereka. Prinsip dan konsep-konsep
matematika dasar yang relevan dengan belajar kimia dasar dijadikan sebagai
materi untuk penyusunan instrumen dalam mengases kemampuan awal
mahasiswa kimia. Selain itu, kemampuan awal mahasiswa kimia pada konsep
kimia dasar yang membutukan pemahaman matematika dievaluasi menggunakan
konsep persamaan Nernst untuk mengetahui keterbatasan mahasiswa dalam
memahami konsep terkait dengan kemampuan matematika mereka.
Tahap perkembangan intelektual mahasiswa kimia dan pendidikan kimia
diakses menggunakan Test of Logical Thinking (TOLT) (Tobin and Capie, 1981)
dalam konteks fisika dan umum, serta tes kemampuan berpikir logis dalam
konteks kimia yang dikembangkan peneliti. Kedua tes mempunyai korelasi yang
tinggi (0,85) dalam menempatkan mahasiswa ke dalam kelompok tahap berpikir
konkrit, transisi, dan formal (Fahyuddin dkk., 2013b).
3. Penetapan konsep matematika esensial dalam bahan ajar MSK
Secara sistematik proses pengembangan bahan ajar matematika spesifik
kimia (MSK) menggunakan model yang diadaptasi dari Duit (2007), seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.3. Pada tahap awal dilakukan analisis konsep kimia
kuantitatif yang direpresentasikan secara simbolik dan persamaan matematis, serta
analisis konsep matematika yang relevan berdasarkan struktur simbolik.
Pendekatan teoritik dan empiris merupakan dua metode yang digunakan dalam
pengembangan bahan ajar.
Prinsip dan konsep matematika yang akan menjadi materi bahan ajar MSK
adalah yang sangat esensial dan dapat dianggap menjadi literasi matematika bagi
mahasiswa kimia untuk kelancaran belajar kimia dasar. Penetapan konsep
matematika dan kimia dalam bajan ajar mempertimbangkan hasil analisis
kemampuan awal, tingkat perkembangan intelektual subyek penelitian, satuan
63
kredit semester (SKS) mata kuliah “matematika kimia”, dan konsep kimia
kuantitatif yang telah dipelajari mahasiswa atau merupakan konsep kimia dasar.
3. Integrasi konsep matematika dan kimia menjadi bahan ajar MSK
Prinsip dan konsep-konsep matematika yang telah ditetapkan menjadi
materi bahan ajar MSK diintgerasikan dengan prinsip dan konsep-konsep kimia
dasar. Pemilihan teknik intgerasi berdasarkan konteks kimia yang dipelajari dan
tujuan memberikan pengalaman belajar yang dapat memberdayakan kemampuan
berpikir LoM, KoM, dan PM. Setiap pokok bahasan MSK atau konsep dalam
Konstruksi struktur materi
MSK (untuk perkuliahan)
(1) Analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep
matematika
Identifikasi konten matematika yang relevan dengan kimia
Analisis keterkaitan kimia dan matematika (koherensi)
Struktur
Materi kimia kuantitatif
dan konsep matematika
Konsep Matematika
esensial kimia
Bahan ajar
Matematika Spesisfik Kimia
(MSK)
(2) Karakteristik pebelajar dan
Penelitian integrasi
matematika dan kimia Konsep yang sulit dan esensial
Perkembangan kognitif pebelajar
Perspektif pebelajar (konsepsi dan
variabel yang berpengaruh)
Pembelajaran integrasi
(3) Integrasi matematika dan
kimia, dan evaluasi bahan
ajar MSK Intgerasi pendekatan kontekstual dan
interdisipliner
Pemilihan jenis integrasi berfokus pada
kemampuan berpikir matematis
Jusmen ahli matematika dan kimia
Uji coba dan revisi teknik integrasi
Gambar 3.3. Model konstruksi bahan ajar Matematika Spesifik Kimia (MSK)
(diadaptasi dari Duit, 2007).
64
bahan ajar ditentukan konteks kimia yang tepat untuk penyusunan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai setelah
pembelajaran. Berdasarkan kompetensi dasar, dianalisis indikator kemampuan
berpikir matematis yang dapat dikembangkan dan diberdayakan dengan
mempelajari materi bahan ajar MSK. Setiap jenis penalaran yang dapat
dikembangkan dikarakterisasi dan dikelompokkan berdasarkan taksonomi
kemampuan berpikir matematis dari NCTM (2000) dan Lazear (2004).
Pada tahap ini dilakukan integrasi konsep matematika dan kimia. Salah satu
prinsip adalah penggunaan definisi, bahasa dan istilah yang sama antara
matematika dan kimia. Pada setiap konsep matematika diperluas (dielaborasi)
aplikasinya pada konsep kimia kuantitatif. Hubungan antara setiap materi bahan
ajar MSK dengan berpikir matematis yang dapat dikembangkan akan menjadi
dasar pertimbangan pemilihan pendekatan integrasi. Pengembangan materi
menggunakan model pendekatan kontekstual menurut Gilbert (2006); dan
pendekatan interdisipliner menurut Repko (2008).
4. Evaluasi bahan ajar MSK
Hasil pengembangan bahan ajar MSK dievaluasi dengan dua cara, yaitu
validasi pakar (ahli kimia dan ahli matematika) dan uji coba lapangan. Sejumlah
aspek yang di nilai oleh pakar matematika dan kimia meliputi: kebenaran konsep,
hirarki, dan kesesuaian antara konsep matematika dan kimia yang diintegrasikan.
Hasil revisi dari validator selanjutnya dilakukan uji coba selama satu
semester untuk mendapatkan gambaran kesesuaian antara kemampuan berpikir
pebelajar dan tingkat kesulitan konsep, ketepatan metode integrasi, kesesuaian
waktu dengan jumlah materi, dan perbaikan lembar kerja mahasiswa yang
digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil uji coba, bahan ajar MSK
direvisi agar lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran guna memberdayakan
kemampuan berpikir matematis mahasiswa kimia. Bahan ajar MSK yang telah
direvisi selanjuntya diimplementasikan dalam perkuliahan matematika kimia.
65
6. Implementasi bahan ajar MSK dalam perkuliahan matematika kimia
Bahan ajar MSK yang dikembangkan diaplikasikan pada perkuliahan
matematika kimia untuk melihat efektivitas peningkatan kemampuan berpikir
matematika menggunakan dua pendekatan belajar (PLTJ dan PKoK). Subyek
penelitian adalah mahasiswa kimia semester tiga angkatan 2011/2012 di salah satu
perguruan tinggi di Sulawesi Tenggara yang terdiri atas dua kelas paralel. Kelas
pertama berjumlah 28 orang dan kelas kedua adalah 30 orang, dan telah terbentuk
sejak mereka mengikuti kuliah pada semester satu berdasarkan kategori stambuk
mahasiswa. Pengelompokkan dengan cara tersebut tidak memenuhi kaidah
random assignment sebagai syarat suatu penelitian eksperimen. Menurut Gall et
al. (2003), desain yang paling tepat untuk dua perlakuan (pendekatan belajar)
pada dua kelompok belajar yang sudah terbentuk sejak awal adalah kuasi
eksperimen. Selanjuntnya, Gall et al mengemukakan bahwa desain kuasi
eksperimen yang mempunyai validitas tinggi dalam penelitian pendidikan untuk
membandingkan dua kelompok belajar yang sudah terbentuk adalah prettest-
posttest two group disign, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain quasi eksperimen pada implementasi bahan ajar MSK
(prettes-posttes two group design)
Simbol Disain Uraian
KBGj O1 PLTJ O2 Eksperimen pertama
KBGn O3 PKoK O4 Eksperimen kedua
Ket: KBGj = Kelompok belajar matematika kimia stambuk ganjil (PLTJ)
KBGn = Kelompok belajar matematika kimia stambuk genap (PKoK)
O1 dan O3 = pretes. O2 dan O4 = postes
Bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) terdiri atas enam materi (sub
bab) yang meliputi: nilai pendekatan dan perbandingan, aljabar, fungsi, dan sistem
persamaan, diferensial, dan integral. Empat materi pertama diajarkan sebenyak
tujuh kali pertemuan, dan dua materi selanjutnya (diferensial dan integral) juga
diajarkan selama tujuh kali pertemuan. Sebelum pembelajaran keempat materi
pertama dilakukan tes kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM (pretes), dan
66
setelah pembelajaran, mahasiwa di tes kembali dengan menggunakan instrumen
yang sama (postes). Perlakuan yang sama diterapkan juga pada pembelajaran
materi diferensial dan integral. Pemahaman konsep MSK terintgerasi dalam setiap
butir soal kemampuan berpikir matematis. Artinya, kemampuan berpikir
matematis merepresentasikan juga pemahaman konsep dari materi MSK.
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Untuk mendapatkan data pada penelitian ini dikembangkan instrumen tes.
Sejumlah instrumen yang digunakan pada pengembangan bahan ajar MSK
berdasarkan jenis data dan responden disajikan pada Tabel 3.2 (studi satu). Hasil
analisis data yang dihasilkan oleh setiap instrumen menjadi panduan dalam
pemelihan materi matematika dan kimia dan elaborasi awal dalam pengembangan
bahan ajar MSK. Konsep matematika yang dipilih berdasarkan kebutuhan belajar
esensial dan tingkat pengetahuan awal matematika dan tahap perkembangan
intelektual subyek sasaran bahan ajar.
Tabel 3.2. Jenis instrumen dan responden pada pengembangan bahan ajar MSK
Nama dan Jenis Instrumen Responden
Tes kemampuan matematika dasar
esensial (pilihan ganda)
Mahasiswa pendidikan kimia, terdiri
tiga angkatan yang berbeda dan
mahasiswa jurusan kimia semester 3
Test of logical thinking (TOLT)
konteks umum dari Tobin and
Capie (pilihan ganda beralasan)
Mahasiswa pendidikan kimia
(angkatan 2011) dan mahasiswa
jurusan kimia (angkatan 2010)
Angket validasi bahan ajar MSK
bentuk skala Likert
Ahli kimia dan ahli matematika
(bergelar doktor)
Angket validasi instrumen
kemampuan berpikir matematis
Ahli kimia dan ahli matematika
(bergelar doktor)
Tes kemampuan berpikir
matematika dalam konteks kimia
(uji coba bahan ajar MSK)
Mahasiswa pendidikan kimia semester
dua (angkatan 2011)
67
Bahan ajar MSK yang dikembangkan diimplementasikan dalam
perkuliahan matematika kimia. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
Efektivitas bahan ajar MSK dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis
dirangkum pada Tabel 3.3 (studi 2). Tes TOLT pada saat implementasi bertujuan
untuk mengetahui perkembangan intelektual subyek penelitian. Tes kemampuan
berpikir matematis merupakan permasalahan kimia kuantitatif yang proses
pemecahannya menggunakan keterampilan berpikir matematis (LoM, KoM, dan
PM).
Tabel 3.3. Jenis instrumen dan responden pada implementasi bahan ajar MSK
Nama dan Jenis Instrumen Responden
Test of logical thinking (TOLT)
konteks umum dari Tobin and Capie
untuk mengetahui perkembangan
intelektual subyek penelitian
Mahasiswa kimia semester tiga yang
memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
Tes kemampuan berpikir logis
matematis dalam konteks kimia
(pilihan ganda dua tingkat dan
penjelasan singkat)
Mahasiswa kimia semester tiga yang
memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
Tes kemampuan berpikir LoM dan
KoM (pilihan ganda dua tingkat dan
penjelasan singkat)
Mahasiswa kimia semester tiga yang
memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
Tes kemampuan PM (tes bentuk esai) Mahasiswa kimia semester tiga yang
memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
1. Pengembangan instrumen pada studi 1 (pengembangan bahan ajar MSK)
Instrumen yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar kimia adalah,
tes kemampuan matematika dasar, Test of logical thinking (TOLT), dan angket
validasi bahan ajar MSK oleh pakar. Instrumen kemampuan matematika dasar
diadaptasi dari Leopold and Edgar (2008) (ada pada Lampiran 1). Konsep-konsep
matematika yang digunakan untuk mengases kemampuan mahasiswa merupakan
konsep-konsep dasar yang banyak dibutuhkan dalam kimia, meliputi: logaritma,
notasi saintifik, prinsip aljabar, dan grafik. Gambaran pemahaman mahasiswa
68
terhadap konsep matematika dasar sangat penting untuk pemilihan konsep
matematika dan elaborasi bahan ajar MSK.
Test of Logical Thinking (TOLT) untuk mengukur tahap perkembangan
intelektual mahasiswa kimia merupakan hasil pengembangan dari Tobin dan
Capie (1981) (ada pada Lampiran 1). Menurut Tobin dan Capie, TOLT
mempunyai korelasi yang tinggi (0,82) dengan hasil wawancara klinis dari Piaget
dalam menempatkan siswa pada tahap berpikir konkrit, praformal, dan formal.
Tes TOLT tersebut telah digunakan oleh sejumlah peneliti (seperti, Sumarmo,
1987; Valanides, 1997, 1998; Fah, 2006) pada sejumlah jenjang pendidikan
dengan disiplin ilmu yang beragam untuk mengases tingkat perkembangan
intelektual siswa dan mahasiswa.
Angket validasai bahan ajar MSK oleh pakar (Lampiran 1) dikembangkan
berdasarkan kriteria umum dari suatu bahan ajar yang baik. Sejumlah aspek yang
dinilai oleh pakar meliputi: kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan.
Kelayakan isi merupakan komponen penting dari bahan integrasi matematika dan
kimia. Kesesuaian dengan kebutuhan mahasiwa kimia, kebenaran konsep
matematika, kesesuaian konsep matematika dan aplikasi, dan hierarki penyajian
konsep merupakan contoh komponen dari kelayakan isi yang sangat penting.
2. Pengembangan instrumen kemampuan berpikir matematis (KBM)
Instrumen kemampuan berpikir matematis yang digunakan dalam
penelitian ini telah dikembangkan dan diuji coba oleh Fahyuddin (2013), dan
analisis terhadap kualitas butir soal menunjukkan hasil yang dapat diterima. Jenis
kemampuan berpikir matematika yang dikembangkan sesuai dengan jenis
penalaran yang dapat diberdayakan ketika memperoleh pengalaman belajar
dengan materi MSK yang meliputi: berpikir logis matemetis (LoM), komunikasi
matematis (KoM), dan pemecahan masalah (PM).
Jenis tes kemampuan berpikir LoM, KoM, dan sebagian kemampuan PM
yang dikembangkan merupakan tes pilihan ganda beralasan (tes dua tingkat) yang
disertai algoritma. Pengembangan instrumen tes pilihan ganda dua tingkat
diadaptasi dari model Treagust (1988) yang terdiri atas tiga tahap (Gambar 3.4),
69
meliputi: 1) analisis materi kimia yang memerlukan aktifitas kognitif berpikir
KoM, LoM, dan PM, 2) analisis kemampuan berpikir matematik mahasiswa kimia
dan miskonsepsi pada sejumlah konsep kimia, 3) pengembangan tes pilihan ganda
dua tingkat dan validasi butir soal secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis konsep kimia yang menjadi konteks
masalah pengembangan instrumen
Analisis jenis instrumen yang dapat mengases
kemampuan berpikir matematis
Tahap 1. Analisis
Jenis instrumen
Analisis kemampuan berpikir matematis
menggunakan tes pilihan ganda dengan
memberikan alasan terbuka
Mengelompokan jenis miskonsepsi dalam
berpikir matematis
Menentukan materi kimia kuantitatif
pengembangan tes berpikir matematis
Tahap 2. Analisis
miskonsepsi dalam
berpikir matematik
Gambar 3.4. Diagram pengembangan instrumen tes berpikir matematika tiga tingkat
dalam konteks kimia (diadaptasi dari Treagust, 1988)
Pengembangan
instrumen (draf awal)
Perbaikan instrumen
(draf kedua) Validasi isi
(2 orang ahli)
Tahap 3. Pengembangan tes
berpikir
matematik
Instrumen berpikir
matemati
(valid and reliable)
Ujicoba
(analisis Butir)
70
3. Analisis butir soal instrumen kemampuan berpikir matematis
Analisis butir soal bertujuan untuk meningkatkan mutu soal yang telah
dikembangkan. Terdapat dua cara dalam analisis kualitas butir soal, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif meliputi analisis isi dan kebenaran dan
kesesuaian konten dari setiap butir soal, sedangkan metode kuantitatif berkaitan
dengan ciri-ciri statistik dari hasil uji coba instrumen. Analisis secara kualitatif
mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk dari dua panelis (ahli
matematika dan ahli kimia). Pada analisis kuantitatif, sejumlah atribut yang
menentukan kualitas butir soal, yaitu daya pembeda, tingkat kesukaran, korelasi
(validitas), dan reliabilitas.
Hasil analisis validitas isi dan muka dari ahli matematika tidak berbeda
secara signifikan dengan hasil dari ahli kimia pada setiap butir soal yang
dikembangkan. Kedua ahli merekomendasikan bahwa ketiga instrument tes (LoM,
KoM, dan PM) memenuhi validitas isi dan konstruk berpikir matematika, dan
valid untuk mengukur kemampuan berpikir matematis dalam konteks kimia.
Selanjutnya instrumen divalidasi secara kuantitatif melalui uji lapangan dengan
mahasiswa kimia setelah memperoleh pembelajaran dengan materi MSK.
Indeks daya pembeda dari ke 31 butir soal terdistribusi antara 0,35 dan
0,68. Lien (Othman et al., 2008), merekomendasikan bahwa butir soal dengan
indeks daya pembeda antara 0,2 dan 0,4 tergolong dalam kategori memuaskan,
dan lebih besar dari 0,4 termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan kriteria dari
Lien, butir soal kemampuan berpikir matematis mempunyai indeks daya pembeda
yang memuaskan dan sangat baik.
Tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir matematis terdistribusi dari nilai
0,28 sampai 0,56. Menurut Tan (Othman et al., (2008), butir soal yang ideal
mempunyai indeks kesukaran sedang (0,4 - 0,6), sedangkan butir soal dengan indeks
kesukaran lebih kecil dari 0,4 dikategorikan sulit. Namun demikian, tingkat
kesukaran butir soal berdasarkan analisis klasik tidak selamanya memberikan
informasi secara akurat, karena indeks tingkat kesukaran dapat dibiaskan oleh
karakteristik sampel (Haladyna, 1997). Cheong et al. (2010), butir soal dengan
indeks kesukaran antara 0,3 sampai 0,7 sangat optimal untuk membedakan
71
prestasi belajar mahasiswa dengan efektif.
Hasil analisis validitas (product moment) menunjukkan hasil yang
signifikan (valid). Reliabilitas instrumen tes ketiga kemampuan berpikir
matematis menggunakan kriteria nilai Cronbach’s alpha adalah 0,917. Hasil ini
mengindikasikan bahwa instrumen berpikir matematis yang dikembangkan
mempunyai konsistensi internal yang sangat tinggi. Instrumen tes kemampuan
berpikir LoM mempunyai reliabilitas tertinggi (0,833) dibandingkan dengan tes
kemampuan KoM (0,759), dan PM secara matematik (0,63). Menurut Crocker and
Algina (2008), tes yang ideal mempunyai nilai reliabilitas (Cronbach’s alpha)
minimal 0,70. Akan tetapi menurut Nunnally (1978), nilai batas minimum yang
masih dapat diterima adalah 0,50. Nilai koefisien alfa dari dari semua jenis
instrumen berpikir matematika melebihi kriteria reliabilitas minimum (0,5) yang
direkomendasikan oleh Nunnally. Berdasarkan kriteria reliabilitas koefisien alfa
secara total, instrumen tes berpikir LoM, KoM, dan KoM valid untuk digunakan.
D. Variabel Penelitian dalam Implementasi bahan ajar MSK
Variabel penelitian dibagi menjadi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran pada implementasi bahan ajar
matematika spesifik kimia yang terdiri atas: 1) pembelajaran dengan pendekatan
latihan dan tanya jawab (PLTJ); dan 2) pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivis kelompok kecil (PKoK). Variabel terikat terdiri dari, 1) kemampuan
berpikir logis-matematis (LoM), 2) kemampuan komunikasi matematis (KoM),
dan kemampuan pemecahan masalah (PM). .
Indikator berpikir LoM terdiri empat jenis penalaran, yaitu: 1) analogi, 2)
deduksi eksplisit, 3) deduksi implisit, dan 4) operasi matematik. Indikator berpikir
KoM terdiri atas enam jenis komunikasi yaitu: 1) interpretasi tabel; 2) interpretasi
model matematik secara grafik, 3) representasi model matematik dari pernyataan
verbal, 4) representasi grafik dari pernyataan verbal, 5) representasi grafik dari
model matematik, dan 6) representasi model matematik dari grafik. yaitu,
representasi masalah, membuat strategi penyelesaian, dan melakasanakan
penyelesaian. Interaksi variabel bebas dan terikat ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel Independen
PM
KoM
LoM
Deskripsi:
Pretes
Postes
N-gain
Inferensial N-g:
Antara MSK
Antara KBM
Model LoM
Model KoM
Kualitas N-gain
Struktur penalaran
LoM
KoM
PM
Variabel Dependen (KBM) Indikator Setiap KBM Data dan Teknik Analisis
Gambar 3.5. Tabulasi variabel independen dan dependen serta indikator KBM dan metode analisis data
Pendekatan
Pembelajaran
PLTJ
PKoK
KBM
Bahan
Ajar
MSK
Analogi
Deduksi eksplisi
Deduksi implisit
Operasi matematik
Interpretasi tabel
Interpretasi MM
Komunikasi MM
Komunikasi grafik
Memahami masalah
Model mental
Penyelesaian strategi
Fahyuddin, 2014 Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan
kualitatif berdasarkan jenis data dan tujuan analisis. Metode kuantitatif
menggunakan statistik deskripsi dan statistik inferensial. Statistik deskripsi untuk
menggambarkan kemampuan berpikir secara grafik dan tabel, seperti deskripsi
rata-rata kemampuan komunikasi matematis dan N-gain setiap jenis penalaran
berdasarkan pendekatan belajar. Statistik inferensial digunakan untuk melihat
pengaruh variabel utama secara tunggal dan interaksi antara variabel dalam
meningkatkan kemampuan berpikir. Semua metode analisis statistik yang
digunakan menggunakan program SPSS.
Signifikansi adanya perbedaan antara dua kelompok data yang
diperbandingkan dikarakterisasi dengan suatu ukuran effect size. Menurut
Morgen et al. (2004); Leech et al. (2005), hasil analisis mengenai adanya
perbedaan yang signifikan tidak memberikan informasi tentang kualitas
perbedaan antara dua kelompok data. Oleh karena itu, Cohen (Morgen et al.,
2004; Leech et al., 2005) merekomendasikan lima kategori kualitas adanya
perbedaan yang signifikan, yaitu: 1) sangat kecil, 2) kecil, 3) sedang, 4) besar; dan
5) sangat besar (Tabel 3.4) dengan dua jenis effect size. Untuk dua kelompok data
yang berpasangan menggunakan ukuran effect size jenis r, sedangkan untuk dua
kelompok data yang independen, menggunakan ukuran effect size jenis d yang
formulasinya ditunjukkan pada persamaan 3.4 dan persamaan 3.5.
Tabel 3.4. Ukuran effect size dan interpretasi kualitas perbedaan signifikan
dan Interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel
effect Size (jenis d) Effect Size jenis r
Nilai d Interpretasi Nilai r Interpretasi
d ≥ 1,0 Sangat besar r ≥ 0,7 Sangat kuat
0,8 ≤ d < 1,0 Besar 0,5 ≤ r < 0,7 Kuat
0,5 ≤ d < 0,8 Sedang 0,3 ≤ r < 0,5 Sedang
74
0,2 ≤ d < 0,5 Kecil 0,1 ≤ r < 0,3 Lemah
d < 0,2 Sangat kecil r < 0,1 Sangat lemah
Ket: pengelompokan dan interpretasi menurut Cohen (Leech et al., 2005)
, (untuk N yang sama) …………………………… (3.4)
√
, (untuk N yang berbeda) …………….. (3.5)
Metode kualitatif lebih banyak digunakan dalam pengembangan bahan ajar
untuk menentukan konsep-konsep matematika yang dibutuhkan berdasarkan
kebutuhan belajar konsep kimia kuantitatif, dan karakteristik subyek sasaran
bahan ajar. Pada implementasi bahan ajar MSK, metode kualitatif digunakan
untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang ada pada lembar kerja
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas, serta kualitas peningkatan (N-gain)
kemampuan berpikir matematis.
Peningkatan kemampuan berpikir matematis (N-gain) dikarakterisasi ke
dalam tiga kategori menurut Hake (1999) yaitu, rendah, sedang, dan tinggi (Tabel
3.5). Penggunaan kategori N-gain (capain yang dinormalisasi) merefleksikan
suatu perspektif bahwa peningkatan yang sama berdasarkan perbedaan nilia natara
postes dan pretes mempunyai kualitas yang berbeda jika nilai pretesnya berbeda.
Oleh karena itu, setiap mahasiswa memperoleh peluang yang sama dalam
memberdayakan kemampuannya untuk memperoleh peningkatan dalam berpikir
matematis secara optimal (N-gain maksimal = 1).
Tabel 3.5. Ukuran N-gain dan interpretasi kualitas
Nilai N-gain Kategori kualitas
N-gain < 0,3 Rendah
0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang
75
N-gain > 0,7 Tinggi
Ket: Kategori N-gain menurut Hake (1999) dan Melzert (2002).
Mengacu pada sejumlah variabel independent dan variabel yang diukur
(dependent), serta penggunaan statistik inferensial dalam penelitian ini, maka
dirumuskan sejumlah hipotesis, meliputi :
1. Pengaruh pendekatan belajar terhadap peningkatan pemahaman materi MSK
dan kemampuan berpikir matematis
a. Perbedaan N-gain pemahaman materi MSK antara hasil pembelajaran
menggunakan pendekatan latihan dan tanya jawab (PLTJ) dengan
pendekatan konstruktivis kelompok kecil (PKoK).
: =
Skor rata-rata N-gain pemahaman konsep MSK hasil pembelajaran
menggunakan PLTJ ( tidak berbeda dengan skor rata-rata N-gain
hasil pembelajaran menggunakan PKoK ( .
: ≠
Skor rata-rata N-gain pemahaman konsep MSK hasil pembelajaran dengan
PLTJ ( berbeda secara signifikan dengan skor rata-rata N-gain
pemahaman materi MSK dari hasil pembelajaran dengan PKoK ( .
b. Perbedaan N-gain kemampuan berpikir matematis antara hasil pembelajaran
MSK menggunakan PLTJ dengan menggunakan PKoK
: =
Skor rata-rata N-gain kemampuan berpikir matematis hasil pembelajaran
menggunakan PLTJ ( tidak berbeda dengan skor rata-rata N-gain
kemampuan berpikir matematis hasil pembelajaran menggunakan PKoK
( .
: ≠
2. Perbedaan N-gain pemahaman konsep antara materi bahan ajar MSK
:
: minimal ada satu yang berbeda
Ket:
76
= nilai rata-rata N-gain pemahaman materi nilai pendekatan dan
perbandingan
= nilai rata-rata N-gain pemahaman materi (prinsip) aljabar
= nilai rata-rata N-gain pemahaman materi fungsi
= nilai rata-rata N-gain pemahaman materi penyelesaian sistem
persamaan
= nilai rata-rata N-gain pemahaman materi diferensial
= nilai rata-rata N-gain pemahaman materi integral
3. Perbedaan N-gain antara kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM
:
: minimal ada satu yang berbeda
Ket:
= nilai rata-rata N-gain kemampuan berpikir LoM
= nilai rata-rata N-gain kemampuan KoM
= nilai rata-rata N-gain kemampuan PM
4. Perbedaan N-gain antara jenis kemampuan KoM
:
: minimal ada satu yang berbeda
Ket:
= nilai rata-rata N-gain kemampuan interpretasi tabel
= nilai rata-rata N-gain kemampuan interpretasi model matematis
= nilai rata-rata N-gain kemampuan komunikasi model matematis dari
pernyataan verbal
= nilai rata-rata N-gain kemampuan representasi grafik dari
pernyataan verbal
= nilai rata-rata N-gain kemampuan representasi grafik dari
komunikasi model matematis
= nilai rata-rata N-gain kemampuan komunikasi model matematis dari
representasi grafik
5. Perbedaan N-gain antara jenis berpikir LoM
:
: minimal ada satu yang berbeda
Ket:
= nilai rata-rata N-gain kemampuan analogi
= nilai rata-rata N-gain kemampuan deduksi eskplisit
77
= nilai rata-rata N-gain kemampuan deduksi implisit
= nilai rata-rata N-gain kemampuan operasi matematis
6. Korelasi antara N-gain jenis materi MSK, dan antara N-gain jenis KBM
a. Korelasi antara N-gain jenis materi MSK
: = 0
Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara N-gain dari keenam jenis
materi bahan ajar MSK
: > 0
Terdapat korelasi yang signifikan antara N-gain pemahaman konsep dari
keenam jenis materi bahan ajar MSK
b. Korelasi antara N-gain kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM
: = 0
Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir
LoM, KoM, dan PM dari mahasiswa kimia
: > 0
Terdapat korelasi yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir LoM,
KoM, dan PM dari mahasiswa kimia.