bab iii metode penelitian a. metode...
TRANSCRIPT
67
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
metode penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
dan pengembangan atau Research and Development (R&D)yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009. hlm.407), hal tersebut dikuatkan
oleh Ali (2011. hlm.393) yang mengemukakan bahwa Research and
Development“pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam pengembangan
prototipe suatu alat atau perangkat berbasis riset.”Produk yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah instrumen tes keterampilan dasar bermainbulutangkis. Firman
(Muryanto, 2013. hlm.36) mengemukakan bahwa “pengembangan tes adalah suatu
proses perancangan dan perbaikan alat ukur tes agar menjadi alat ukur yang
berkualitas baik.”
Pemilihan metode Research and Development (R&D) pada penelitian ini
diasumsikan, karena pada dasarnya tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh satu instrumen yang dapat mengukur hasil belajar keterampilan dasar
bermain bulutangkis pada teknik memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot
dan smes) yang mempunyai nilai estimasi reliabilitas dan validitas yang handal
dan menjadi suatu instrumen tes yang baku, sehingga dapat digunakan sebagai
instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis oleh para siswa sekolah
bulutangkis dan para atlit, khususnya atlit bulutangkis.
Dalam pengembangan tes keterampilan dasar bermain bulutangkis terdapat
tahapan-tahapan yang biasanya disusun dalam suatu rangkai tahapan
pengembangan.Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tahapan yang
digunakan dalam penelitian dan pengembanganini mengacu pada pandangan
Thorndike (1982, 11-22) yang membagi kedalam sepuluh tahapan yaitu : (1)
Menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur, (2) Analisis tujuan
68
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembuatan tes, (3) Batasan pada tes yang akan dikembangkan, (4) Penyusunan
spesifikasi isi atau kisi-kisi instrument, (5) Spesifikasi format, (6) Perencanaan uji
coba dan seleksi item, (7) Perencanaan analisis butir item, (8) Perencanaan
mengumpulkan data normatif, (9) Pengujian manual dan bahan pendukung, (10)
Penyusunan jadwal / schedule. Dari kesepuluh tahapan tersebut penulis
memodifikasi menjadi delapan tahapan utama yang dilaksanakan pada tahapan
pengembangan, dan membagi kedalam tiga tahapan utama yaitu tahap studi
pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap evaluasi. Berikut modifikasi
tahapan pengembangan instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis
akan disajikan pada gambar 3.1 dibawah ini :
Bagan 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan ITHB KDBB
(Sumber: Thorndike, 1982: 11-22)
B. Proseduratau Proses Pengembangan
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah menghasilkan satu instrumen tes
hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis (ITHB KDBB), oleh karena
TAHAP PENGEMBANGAN
Penyusunan spesifikasi isi
atau kisi-kisi instrument
Spesifikasi
Format
Uji Coba dan
Seleksi Item
Revisi I
Menentukan atribut laten atau
domain tes yang akan diukur
Analisis Tujuan
Pembuatan Tes
Batasan pada tes yang
akan dikembangkan
TAHAP PENDAHULUAN
Pengumpulan
Data Normatif
Pengujian Manual dan
Bahan Pendukung
Revisi II
TAHAP EVALUASI
69
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
itu, perlu adanya satu prosedur pengembangan yang dilakukan untuk menghasilkan
instrumen tersebut. Prosedur pengembangan dalam hal ini mengacu pada delapan
modifikasi tahapan pengembangan yang kemukakan oleh Throndike
(1982),berawal dari menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur
sampai dengan pengujian manual dan bahan pendukung. Tahapan atau proses
pengembangan instrumen tes hasil belajar keterampilan dasar bulutangkis dalam
penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Tahap 1 :Menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur
Tahap pertama dalam penelitian pengembangan ini adalah menentukan
atribut laten atau domain tes yang akan diukur. Mengacu pada konsep yang telah
dikemukan pada tujuan penelitian.Atribut laten yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah keterampilan dasar bermain bulutangkis (KDBB), oleh
karena itu, domainyang akan diukur dan dikembangkan kedalam instrumen
KDBB adalah domain psikomotor yang mengacu pada domain
psikomotorikHarrow (1972). Pada dasarnya taksonomi Harrow berkaitan dengan
tujuan psikomotorik dengan membagi kedalam enam level gerakan yaitu (1)
Reflex Movement, (2) Basic FundamentalMovement, (3) Perceptual Abilities,
(4)Physical Abilities,(5) Skilled Movement(6) Nondiscursive Movements(Harrow
dalam Kusaeri&Suprananto, 2012 &Morrow, et al. 2005).
Setelah ditetapkannya atribut laten dan domain tes yang akan diukur, yaitu
keterampilan dasar bermain bulutangkis pada domain psikomotor, langkah
selanjutnya adalah menetukan suatu definisi tentang atribut laten yang akan dikur
menjadi definisi konseptual dan definisi operasional.
1. Definisi Konseptual
Secara konseptual Hidayat (2013:11) mengemukakan bahwa Keterampilan
dasar bermain bulutangkis adalah “kemampuan melakukan gerakan atau teknik
gerakan dasar yang dibutuhkan dalam olahraga bulutangkis secara efektif dan
efisien.”Keterampilan dasar merupakan salah satu keterampilan yang harus
dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain
70
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
bulutangkis (Tohar dalam Subarjah & Hidayat, 2007:31) Hal ini dikarenakan
merupakan salah satu faktor pendukung pokok untuk menjadi atlet yang
berprestasi. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, terdapat
empat dimensi dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, dimensi tersebut
meliputi (1) keterampilan pegangan raket(grip), (2) keterampilan posis siap(ready
postion), (3) keterampilan gerakan kaki (footwork), (4) keterampilan teknik
memukul (strokes) (Hidayat, 2013; Subarjah, 2010; Hidayat, 2008; Kumar, 2006).
Secara konseptual keempat dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
Keterampilanpegangan raket(grip) merupakan kemampuan dalam
memegang raket dengan benar untuk melakukan pukulan forehand maupun
backhand, menurut hidayat (2013:12) “keterampilam cara memegang raket
memainkan peran sangat penting sebab kualitas baik tidaknya pukulan sangat
ditentukan oleh cara memegang raket yang benar.” Keterampilan posisi
siap(ready position) adalah posisi dasar menunggu didekat bagian tengah
lapangan yang sama jaraknya dari semua sudut lapangan (Grice, 2002).
Keterampilan gerakan kaki(foot work) “merupakan gerakan-gerakan langkah
kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa
sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul kok sesuai
posisinya.”(Subarjah, 2009).Sedangkanketerampilan memukul(storke) adalah
“cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan
menerbangkan kok kebidang lapangan lawan dengan menggunakan
raket.”(Hidayat, 2013).Hal tersebut dikuatkan oleh pandanganTohar (Subarjah &
Hidayat, 2007:47) yang berpendapat bahwa “Teknik pukulan diartikan sebagai
cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan
menerbangkan satelkok kebidang lapangan lawan.”Terdapat empat pokok teknik
pukulan bulutangkis yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis yaitu (1)
Pukulan servis ,(2) Pukulan lob bertahan, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smes
(Grice, 2002; Subarjah, 2010; Hidayat, 2012). Keempat teknik pukulan tersebut
secara konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut :
71
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
a. Pukulan Servis Panjang (High Servis). Pukulan servis panjang merupakan
pukulan yang dilakukan dari bawah yang mengarahkan satelkok tinggi jauh
kebelakang didaerah garis back bouandary line. Pandangan tersebut diperkuat
oleh (Grice, 2002) yang mengemukakan bahwa “servis panjang adalah servis
dasar yang mengarahkan satelkok tinggi dan jauh kebelakang”
b. Pukulan Lob Betahan (Clear Lob). Subarjah & Hidayat (2009:2.53)
mengemukakan bahwa pukulan lob atau clear merupakan “pukulan dari atas
kepala yang hasil pukulannya melambung tinggi dan diarahkan kebagian
belakang lapangan permainan.”
c. Pukulan Dropshot. Hidayat (2012) mengemukaka bahwa dropshotmerupakan
“salah satu jenis keterampilan dasar memukul yang dilakukan dari atas kepala
dengan gerakan forehand dan kok jatuh sedekat mungkin dengan net didaerah
permainan lawan.” Pada dasarnya pukulan dropshot sama halnya dengan
pukulan lob bertahan, hanya saja pada pukulan dropshot satelkok hanya
didorong pelan ketika perkenaan antara raket dan satelkok, sehingga jatuh
didaerah depan permainan lawan atau shortservice lineatau garis daerah servis
pendek (Hidayat, 2012; Grice, 2002; Subarjah&Hidayat, 2009).
d. Pukulan smashmerupakan pukulan keras dan tajam yang bertujuan untuk
mematikan lawan (Subarjah&Hidayat, 2009:2.55). Hal tersebut diperkuat oleh
Grice (2002:85) yang mengemukakan bahwa pukulan smashmerupakan
“pukulan yang cepat, diarahkan kebawah dengan kuat, dan tajam, untuk
mengembalikan bola pendek yang telah dipukul keatas.”
Kempatteknik pukulantersebut merupakan gambaran dari keterlaksanaannya
komponen-komponen dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, baik pada
grip, ready position (stand), foot work, maupun stroke . sehingga dalam proses
pelaksanaan pembelajaran keempat pukulan tersebut dibagi kedalam tiga tahapan
gerakan utama yaitu tahap persiapan pukulan, tahap pelaksanaan pukulan dan
tahap penyelsaian akhir pukulan sebagai dari pembelajaran proses gerakan, serta
tahap hasil akhir pukulan terhadap sasaran yang telah ditentukan sebagai hasil dari
proses pembelajaran atau produk pukulan (Grice, 2002; Hidayat, 2013, Pool 1988,
Nurhasan, 2007). Oleh karena itu, definsi konseptual yang telah dijelaskan diatas,
72
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
disederhanakan dalam kerangka konseptual KDBB hasil adaptasi dan modifikasi
dari hidayat, 2014; Grice, 2002; Subarjah, 2010 & Pool, 1988 yang akan disajikan
dalam bagan 3.2 pada halaman 72
Bagan 3.2Kerangka Konseptual KDBB
Berdasarkan kerangkan konseptual diatas, dimensi yang akan dikembangkan
dalam tes keterampilan bermain bulutangkis dengan sub tes servis tinggi, lob
bertahan, dropshot dan smes adalah dimensi tahapan pada proses pembelajaran
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap penyelesaian akhir dan hasil
pukulan terhadap sasaran yang telah ditentukan (Hidayat, 2014;
Kumar&Kalidasan, 2013; Grice, 2002; Subarjah, 2010& Pool, 1988)
2. Definisi Operasional
KDBB
Grip
Ready Position
Foot Work
Stroke
Servis Tinggi, Lob
Bertahan, Dropshot, Smesh
T. Persiapan
T. Pelaksanaan
T. Penyelesaian
Hasil Pukulan
73
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan definisi konseptual diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan dasar bermain bulutangkis merupakan kemampuan seseorang dalam
menampilkan teknik gerakan melakukan pukulan pada bidang sasaran yang telah
ditetapkandan diukur dengan empat komponen utama yaitu (1) keterampilan
pegangan raket, (2) keterampilan sikap siap (3) ketarampilan gerakan kaki, (4)
keterampilan memukul. Keempatkomponen tersebut akan dituangkan kedalam
sub tes (1) servis panjang, (2) lob bertahan, (3) dropsot dan (4) smes yang terbagi
kedalam empat dimensi tahap pembalajaran yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap penyelesaian akhir serta tahap hasil akhir pukulan dan
dikembangkan kedalam indikator-indikatorketercapaian untuk memudahkan dalam
penyusunan item-item atau tugas yang akan dinilai oleh para observersebagai dari
hasil belajar dan latihan selama proses pembelajaran atau pelatihan.
Skor yang diperoleh adalah jumlah skor dari item-item prilaku atau task
yang dapat ditampilkan oleh para peserta tes berdasarkan kriteria penilaian yang
sudah ditetapkan. Semakin tinggi skor yang dicapai oleh siswa atau atlit dalam
tes, maka semakin tinggi tingkat penguasaan keterampilan bermain bulutangkis
siswa tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai maka semakin
rendah tingkat penguasaan keterampilan bermain bulutangkis siswa tersebut.
Tahap 2 :Menentukan Tujuan Tes Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis
Pada dasarnya, secara umum tujuan tes keterampilan dasar bermain
bulutangkis adalah untuk mengukur penguasaan hasil belajar keterampilan dasar
bermain bulutangkis pada teknik memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot,
smash) sebagai hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pada tes ini
termasuk kedalam tujuan intruksional (Thorndike, 1982:14) yaitu suatu tes yang
dilakukan untuk melihat kemampuan individu atau kelompok dalam penguasaan
pemahaman atau pun keterampilan sebagai dari hasil belajar.Adapun tujuan secara
khusus dalam pengembangan ini akan disajikan dalam tujuan pada sub tes
masing-masing tes, yaitu sebagai berikut :
74
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1. Servis tinggi bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-
gerakan servis tinggi dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada
sasaran yang sudah ditetapkan.
2. Lob bertahan bertujuan mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan
lob bertahan dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran
yang sudah ditetapkan.
3. Dropshot bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan
dropshot dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang
sudah ditetapkan.
4. Smash bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan
smash dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang
sudah ditetapkan.
Tahap 3 :Membatasi Tes Yang Akan Dikembangkan
Instrument tes KDBB, pada dasarnya merupakan instrument tes yang akan
mengukur pada keterampilan memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan
smes). Batasan pada tes ini adalah hanya mengukur pada keterampilan teknik
dasar saja, artinya bahwa alat ukur tersebut akan mengukur subjek ketika
melakukan gerakan memukul dan hasil akhir pukulan yang dicapai sebagai dari
hasil belajar. Selain itu, domain yang diukur dalam tes KDBB adalah domain
psikomotor pada level P2 sampai denganP5 yaitu Basic FundamentalMovement,
Perceptual abilities, Physical abilities,Skilled Movement.
Tahap 4 :Penyusunan Spesifikasi Isi Dan Kisi-Kisi Instrument Tes
Sebagaimana telah dijelaskan pada tahap awal, penyusunan spesifikasi isi
yang akan diukur dalam tes KDBB mengadaptasi dan memodifikasi pada dimensi
konstruk yang telah dikembangkan oleh Hidayat, 2014; Grice, 2002; Subarjah,
2010 & Pool, 1988 yang mengacu pada tes keterampilan (performance test)
dengan penilaian kinerja (performance assessment). Dimensi tersebut terbagai
kedalam tiga dimensi utama yaitu (1) Persiapan, (2) Pelaksanaan (3) Penyelesaian,
dan satu dimensi tambahanyaitu hasil akhir pukulan.Berdasarkan paparan diatas,
75
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
dalam kepentingan pengembangan ini penulis memodifikasi kembali dimensi-
dimensi tersebut menjadi dimensi pada sub tes keterampilan dasar bermain
bulutangkis, baik pada servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes. Berikut
kisi-kisi instrument tes keterampilan akan disajikan dalam tabel 3.1pada halaman
75.
75
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Kisi – Kisi Penyusunan Instrumen Tes Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis
Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jumlah item
Keterampilan
Dasar Bermain
Bulutangkis
Servis Tinggi
Persiapan Posisi Siap Tubuh √ 2
Posisi Kok √ 2
Posisi Tangan √ 2
Pelaksanaan Persiapan Perkenaan √ 2
Perkenaan √ 2
Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2
Akhir Gerakan √ 2
Hasil Akhir Ketepatan arah pukulan √ 1
Lob Bertahan
Persiapan Persiapan badan √ 2
Gerakan kearah satelkok √ √ 2
Posisi Memukul √ 1
Ayunan raket kebelakang √ 1
Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2
Perkenaan √ 2
Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2
Akhir Gerakan √ 2
Hasil Akhir Ketepatan Arah Pukulan √ 1
Dropshot
Persiapan Persiapan badan √ 2
Gerakan Kearaj satelkok √ √ 2
Posisi Memukul √ 1
Ayunan raket kebelakang √ 1
Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2
Perkenaan √ 2
Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2
Akhir Gerakan √ 2
Hasil Akhir Ketepatan Pukulan √ 1
76
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Keterangan :P1 =Reflex Movements; P2 =Basic Fundamental Movement; P3 =Perceptual Abilities; P4 = Physical abilities; P5 = Skilled
Movements; P6 = Nondiscursive movements (Sumber : Taxonomy of the psychomotor domain, Harrow, 1972 dalam Morrow, et al. 2005)
Smash
Persiapan Persiapan badan √ 2
Gerakan Kearaj satelkok √ √ 2
Posisi Memukul √ 1
Ayunan raket kebelakang √ 1
Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2
Perkenaan √ 2
Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2
Akhir Gerakan √ 2
Hasil Akhir Ketepatan Pukulan √ 1
Jumlah keseluruhan item 60
77
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tahap 5 :Penyusunan Spesifikasi Format
Tes keterampilan dasar bermain bulutangkis, dituangkan dalam jenis
subjective rating test dan accuracy-based test (Morrow et.al 2005). Instrumen tes
keterampilan dasar bermain bulutangkis yang berorientasi pada proses gerakan
atau subjective rating test mengacu pada dimensi konstrak yang telah
dikembangkan oleh Hidayat(2013) yang menjadikan beberapa tahapan dalam
pelaksanaan suatu gerakan dalam teknik dasar bermain bulutangkis, dimana tes
tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan keterampilan gerak
dasar secara efektif dan efisien yang dilihat melalui observasi personal dengan
berorientasi pada penilaian proses gerakan pada keterampilan dasar servis tinggi,
lob bertahan, dropshot dan smes (Hidayat, 2013). Pada pengembangan ini
subjective rating testterbagi kedalam tiga gerakan utama yaitu, persiapan,
pelaksanaan dan penyelesaian (grice, 2002, Hidayat, 2013).Sedangkan jenis tes
keterampilan dasar bermain bulutangkis berorientasi pada hasil merupakan tes
objektif jenis Accuracy-Based Test (Morrow et.al 2005) yaitu salah satu tes yang
mengukur ketepatan hasil pukulan pada bidang sasaran yang telah ditetapkan
(Morrow et.al, 2005; Hidayat, 2012).Konstruk utama dalam Accuracy-Based
Testadalah hasil akhir pukulan (Hidayat, 2013; Hidayat at.al, 2014;
Kumar&Kalidasan, 2013; Pool, 1988 ; Nurhasan, 2007).
Kedua jenis tes tersebut dituangkan kedalam item-item keterampilan yang
dielaborasi dari indikator padasetiap dimensi konstruk menurut teori (Grice, 2002
&Hidayat, 2013). Kemudian setelah disusun item-item berdasarkan indikator,
item tersebut disajikan kedalam satu format khusus yaitu format observasi sebagai
alat untuk melihat kemampuan siswa atau atlit dalam menampilkan jawaban-
jawaban atas item-item keterampilan yang telah dikembangkan, hal tersebut
mengacu pada pandangan Committee for the Workshop on Alternatives for
Assessing Adult Education and Literacy Programs (2002:42) yang menyatakan
bahwa dua kompenen yang paling penting dalam performance assessment adalah
adanya task atau tugas dan kriteria skor. Dalam hal ini task yang ditampilkan
untuk mengukur kemampuan siswa atau atlit adalah item-item keterampilan yang
dikembangkan berdasarkan indikator yang telah disusun, kemudian untuk kriteria
78
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
skor yang dikembangkan sebagai penilaian jawaban siswa atau atlit terhadap item-
item keterampilan atau taskpenulis menyusun kriteria skor berupa rubric
penilaian.Format rubric yang dikembangkan dalam pengembangan ini adalah
rubric jenis holistic atau rubric secara menyeluruh (Morrow, at al. 2005, &Zainul.
2005).
Tahap 6 :Perencanaan uji coba dan seleksi item
Setelahtersusunnya kisi-kisi dan spesifikasi format serta item-item
keterampilan, langkah selanjutnya adalah uji coba dan seleksei item. Item-item
tugas gerak dan kriteria skor yang telah disusun terlebih dahulu diplanelkan dalam
satu forum kelompok diskusi atau FGD (Focus Group Discusion) yang berjumlah
sepuluh orang, terdiri dari para atlit dan pelatih. Hal tersebut dilakukan untuk
melihat dan menilai secara praktis bagaimana item-item tugas gerak dan kriteria
penilaian yang telah dikembangkan dapat mengukur atau mencerminkan gerakan-
gerakan yang terdapat dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, sehingga
pada tataran praktis, item-item yang sudah dikembangakan layak untuk diseleksi
oleh para ahli dan siap untuk diujicobakan pada sampel yang sebenarnya.
Kemudian, langkah selanjutnya sebelum instrumen diujicobakan kepada
sampel sebenarnya, item tugas gerak dan kriteria skor yang sudah
dikembangkanserta disepakati dalam FGD dengan para pelatih dan atlit akan
dinilai oleh para expert, tahap ini dinamakan dengan tahap uji coba teoritik atau
validasi isi (content validty) serta seleksi item berdasarkan pendapat para ahli,
tahap ini dimaksudkan untuk melihat apakah secara isi item tugas gerak dan kriteria
skor yang dikembangkan sudah sesuai berdasarkan indikator-indikator yang telah
ditentukan atau belum, dengan kata lain apakah item-item yang dikembangkan
benar-benar untuk mengukur keterampilan dasar bermain bulutangkis atau tidak
(Azwar, 2012; Kusaeri&Suprananto, 2012; Santu Naga, 2013), hal tersebut
dikuatkan oleh pada pandangan Susetyo (2011:89) yang menyatakan bahwa
“validitas isi berkaitan dengan validitas yang mengukur kecocokan diantara butir
tes dengan indikator”.
79
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Pada ujicoba teoritik dilakukan oleh para ahli atau expert judgment, ini
mengacu pada pandangan Lacy (2012. hlm.85) yang berpendapat bahwa “Content
validity depends on professional judgment using logic and comparsion”. Lacy
berpendapat bahwa dalam validitas ini penilaianakan dilakukan oleh para pakar
yang ahli di bidangnya, hal tersebut dilakukan untuk melihat kesesuaian instrumen
yang telah dikembangkan terhadap sasaran domain yang akan diukur. Pemilihan
para ahli atau expert didasarkan pada kriteria inklusif dari beberapabidang keilmuan
yang terkait dengan penyusunan dan pengembangan ITHB KDBB, oleh karena itu,
tiga pokok rumpun keilmuan yang akan terlibat dalam penyusunan dan
pengembangan ITHB KDBB, yaitu 1) permainan bulutangkis, 2) biomekanika
olahraga, 3) tes dan pengukuran keolahragaan.
Expertdalam permainan bulutangkis dimaksudkan untuk melihat kesesuaian
item-item keterampilan gerak yang telah disusun dalam ITHB KDBB, sehingga
diharapkan dapat memberikan masukan-masukan terkait dengan keilmuan dalam
bidang permainan bulutangkis baik secara teoritis maupun pada tataran praktis.
Kemudian expert dalam biomekanika olahraga dimaksudkan untuk melihat dan
memberikan saran atau masukan terkait dengan sub-sub gerakan yang telah disusun
dalam ITHB KDBB, sehingga sub-sub bagian gerakan yang telah disusun benar-
benar dapat menggambarkan keterampilan yang akan diukur yaitu servis tinggi, lob
bertahan, dropshot dan smesh. Sedangkan expert dalam bidang tes dan pengukuran
keolahragaan akan berperan dalam mengkaji dari kedua aspek tersebut yaitu
permainan bulutangkis dan sub-sub gerakan yang telah disusun, sehingga dapat
menilai apakah item-item yang sudah disusun dalam ITHB KDBB apakah sudah
layak dijadikan sebagai suatu instrumen untuk mengukur keterampilan dasar
bermain bulutangkis atau belum.
Para expert yang dijadikan sebagai penilai dalam tahap ini berjumlah lima
orangyaitu 1) Dr. Komarudin, M.Pd dosen bulutangkis jurusan pendidikan
kepelatihan FPOK UPI, 2) Agus Rusdiana, M.A., Ph.D dosen bulutangkis dan ahli
biomekanika pada jurusan ilmu keolahragaan FPOK UPI, 3) Yusuf Hidayat, M.Si
dosen bulutangkis jurusan pendidikan olahraga FPOK UPI, 4) Surya Medal
Megantara, M.Pd dosen bulutangkis STKIP Pasundan Cimahi, 5) Drs. Nurhasan
80
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
expert dalam bidang tes dan pengukuran keolahragaan FPOK UPI. Oleh karena
itu, proses dalam tahap perencanaan dan seleksi item dalam penelitian dan
pengembangan ini disebut dengan tahapan planel expert judgment.(Azwar, 2012,
hlm.135).Oleh karena itu, produk yang dihasilkan dalam planel expert judgment
adalah tersusunya item-item tugas gerak (task)dan kriteria skor yang sudah
ditelaah dan diseleksi oleh para expert, sehingga terdapat beberapa item tugas
gerak (task) yang harus direvisi agar menjadi lebih baik dengan saran-saran dari
para expert. Kemudian setelah adanya seleksi dan revisi item dari hasil telaah dan
review dari para akademisi atau pakar dibidang bulutangkis serta biomekanika,
selanjutnya dilaksanakan uji coba empiric, yaitu uji coba terkait dengan instrumen
yang sudah dikembangkan terhadap atlit atau siswa sekolah bulutangkis.
Tahap 7 :Perencanaan Mengumpulkan Data Normative
Setelah tersusunnya item tugas gerak (task) dan pedoman penilaian yang
sudah ditelaah oleh para expert atau ahli dalam bidang bulutangkis, biomekanika
dan tes pengkuran keolahragaan, tahap selanjutnya adalah tahap persiapan
perencanaan mengumpulkan data normative. Pada tahap ini ITHB KDBB yang
telah diuji coba dan diseleksi oleh para expert dalam uji coba teoritis selanjutnya
akan diujicobakan pada subjek uji coba yang telah direncakan, dengan kata lain
tahap ini dapat dikatakan dengan tahap uji coba empiris. Pokok penting dalam
tahap ini adalah bagaimana ITHB KDBB yang telah disusun dapat diujicobakan
pada subjek uji coba, oleh karena itu penting dalam tahap ini mempertimbangkan
beberapa variabel demografis pada subjek uji coba, misalnya pada perbedaan usia,
level dalam keterampilan atau lama latihan subjek uji coba, serta jenis kelamin
(Thorndike, 1982, hal.27).Berdasarkan pokok-pokok penting tersebut, dalam
tahapan ini, penulis memilih beberapa kriteria dalam subjek yang akan digunakan
dalam subjek uji coba, kriteria inklusif yang akan dijadikan subjek uji coba adalah
(1) siswa-siswi sekolah bulutangkis yang sudah mengikuti latihan selama satu
tahun, (2) Rentang perbedaan usia subjek uji coba terentang antara 11-13 tahun
(level pemula), (3) jenis kelamin yang akan dijadikan subjek uji coba adalah
putera dan puteri.
81
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian dan pengembangan ini, uji coba empiric dilakukan sebanyak
dua kali, oleh karena itu, tahapan ini mempunyai keterkaitan dengan tahapan
selanjutnya yaitu pengujian dan bahan pendukung, setelah uji coba pertama
dilaksanakan, ITHB KDBB terlebih dahulu dianalisis keterhandalan dan
kesahihannya dalam mengukur keterampilan bermain bulutangkis yaitureliabilitas
dan validitas ITHB KDBB. Sehingga pada pengujian pertama akan dilaksanakan
revisi atau perbaikan-perbaikan terkait dengan kekurangan ITHB KDBB terutama
pada pedoman atau rubric penilaiannya. Oleh karena itu, kekurangan dan masukan
dari para expert ataupun rater sebagai penilai akan menjadi masukan yang sangat
penting untuk memperbaiki ITHB KDBB menjadi lebih baik dan praktis ketika
digunakan. Sehingga ITHB KDBB yang sudah direvisi akan diujicobakan kembali
pada sampel yang lebih besar dan diuji kembali reliabilitas dan validitasnya.
Tahap 8 : Pengujian Manual dan Bahan Pendukung
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasannya sebelumnya, tahap
pengujian manual dan bahan pendukung menjadi tahap terakhir dalam
pengembangan ini, dalam tahap ini terdapat limapokok penting yang dilaksanakan
yaitu, (1) membuat petunjuk untuk pelaksanaan tes, (2) membuat norma penilaian,
(3) pengujian reliabilitas, (4) pengujian validitas, (5) membuat buku pedoman
kriteria penilaian hasil tes (Thorndike, 1982, hal. 28). Lima pokok penting
tersebut menjadi panduan dalam tahap ini, namun demikian, lima pokok penting
diatas, disusun setelah uji coba tahap kedua dilaksankan atau sesudah tersusunnya
ITHB KDBB final, hal tersebut diasumsikan pada pemikiran logis bahwa tujuan
dari uji coba empiric tahap pertama adalah ingin melihat dan mengetahui
kekurangan ITHB KDBB, baik pada besaran estimasi reliabilitas dan validitas
serta saran-saran atas kekurangan ITHB KDBB dari para rater atau penilai.
C. Lokasi dan Subjek Uji Coba
1. Lokasi Uji Coba
Lokasi atau tempat pelaksanaanuji coba dalam penelitian dan pengembangan
instrumen ini adalah Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan(FPOK)
82
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang terletak di Jalan PHH.
Mustofa No 200 Bandung. Lokasi atau tempat ini dipilih karena menjadi pusat
perhatian penulis pada masalah yang dikaji. Selain itu,FPOK UPI memiliki
sumber daya manusia dan sarana prasarana yang cukup memadai untuk
melakukan penilitian ini baik itu pada uji coba teoritik maupun uji coba empirik.
2. Subjek Uji Coba
a. Uji Coba Teoritik
Sebelum ITHB KDBB ditelaah oleh para ahli, item-item tugas gerak dan
kriteria skor yang telah disusun didiskusikan terlebih dahulu dalam satu forum
FGD (Focus Group Discusion) yang berjumlah sepuluh orang, terdiri dari lima
orang atlit PORDA, PON dan Nasional, serta lima orang pelatih yang mempunyai
lesensi tingkat dasar sampai dengan madya. Hal tersebut dilakukan untuk melihat
dan menilai secara praktis bagaimana item-item tugas gerak dan kriteria penilaian
yang telah dikembangkan dapat mengukur atau mencerminkan gerakan-gerakan
yang terdapat dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis.
Kemudian pada uji coba teoritik item–item tugas gerak atau task yang telah
dikembangkan akan ditelaah oleh para expert atau pakar-pakar dibidang
bulutangkis, biomekanika, dan tes pengukuran dalam bidang
keolahragaanberjumlah lima orang yang disebut dengan Subject Matter Experts
(SME) (Azwar, 2012, hlm.135), kelima expert tersebut yaitu 1) Dr. Komarudin,
M.Pd dosen bulutangkis jurusan pendidikan kepelatihan FPOK UPI, 2) Agus
Rusdiana, M.A., Ph.D dosen bulutangkis dan ahli biomekanika pada jurusan ilmu
keolahragaan FPOK UPI, 3) Yusuf Hidayat, M.Si dosen bulutangkis jurusan
pendidikan olahraga FPOK UPI, 4) Surya Medal Megantara, M.Pd dosen
bulutangkis STKIP Pasundan Cimahi, 5) Drs. Nurhasanexpert dalam bidang tes
dan pengukuran keolahragaan FPOK UPI.
b. Uji Coba Empirik
83
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Subjek uji coba empirik yang digunakan dalam uji coba pengembangan
ITHBKDBB adalah siswa-siswi atau atlit sekolah bulutangkis yang berasal dari
sekolah bulutangkis FPOK UPIdengan menggunakan teknik penyampelan
bertujuan (Johnson&Christensen, 2012), dengan kriteria inklusif subjek, yaitu (1)
atlet kelompok usia pemula (11-13 tahun) jenis kelaminputera maupun puteri(2)
terdaftar dan aktif mengikuti latihan di klub atau sekolah bulutangkis FPOK UPI,
(3) telah mengikuti latihan minimal 1 tahun.
Pada tahap inidilaksanakan dalam dua kali kesempatan, uji coba kesempatan
pertama dilakukan di sport hall FPOK UPI dengan subjek uji coba berjumlah 15
orang yang terdiri dari tujuh siswa atau atlit putera dan delapan siswa atau atlit
puteri. Sedangkan pada uji coba kedua berjumlah 50 subjek uji coba 25 siswa atau
atlit putera dan 25 siswa atau atlit puteri dan masih dilaksanakan digedung sport
hall FPOK UPI Jl. PHH.Mustofa no 200.Pengambilan jumlah subjek uji coba
yang berjumlah 15 orang pada uji coba pertama dan 50 orang pada uji coba kedua
didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis yang membedakan jumlah subjek atau
sampel dalam objective test dan performance test, sebagaimana telah dikemukakan
oleh Miller, Linn & Gronlund (2009. hlm. 156) menyatakan bahwa “sampling of
course content is usually limited because of the small number of tasks that can be
included in an assessment.”Secara garis besar Miller, dkk (2009) mengemukakan
bahwa dalam uji coba tes kinerjasampel yang digunakan biasanya menggunakan
sampel kecil atau terbatas.
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen Tes dan Non
tes. Instrumen tes yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar jenis tes
perbuatan (Susetyo, 2011:5), tes perbuatan ini merupakan tes keterampilan yang
bertujuan untuk mengukur penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis
para siswa atau atlit setelah mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan
(perfomance test). Sedangkan instrumen non tes digunakan sebagai alat ukur
untuk menilai tes hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis jenis
perfomance assessment yang berbentuk pedoman observasi dan rubrik penilaian
84
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
(Susetyo, 2011; Mardapi, 2008). Lembar observasi digunakan untuk melihat
keberhasilan gerakan teknik dasar bermain bulutangkis pada aspek tahapan
gerakan (Proses) yaitu pegangan raket, posisi siap, gerakan badan, gerakan kaki,
dan gerakan memukul serta hasil akurasi pukulan sebagai hasil akhir (produk)
yang ditampilkan oleh siswa atau atlitdengan dinilai oleh tiga orang observer atau
rater yang berstatus sebagai pelatih yaitu 1) Elik Nurdiansyah S.Pd (Pelatih
sekolah bulutangkis FPOK UPI), 2) Asep Aah Hidayat S.Pd (Pelatih sekolah
bulutangkis FPOK UPI), 3). Fitriyani S.Pd (Atlit Bulutangkis).
E. Teknik Analisis Data
Dalam uji coba instrumen tes KDBB terdapat beberapa teknik analisis data
yang digunakan, terutama terkait dengan analisis pengujian reliabilitas dan
validitas instrumen. Untuk lebih jelasnya analisis yang akan digunakan dalam
penelitian dan pengembangan ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis uji coba teoritik atau validitas isi menggunakan teknik CVR (Content
validity Rasio) dari lawshe (Susetyo, 2011; Santun Naga,2012; Azwar, 2012).
Validitas isi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kepentingan item
yangtelah disusun, dalam hal ini, apakah item yang telah dikembangkan
dianggap penting atau tidak penting oleh para expert. Validitas isi akan
dilaksanakan oleh para pakar atausubject metter expert(SME)dari bidang
bulutangkis dan Biomekanika.Berikut formula CVR yang digunakan dalam
analisis validasi ini adalah sebagai berikut :
𝐶𝑉𝑅 = 𝑀𝑃 −
𝑀
2𝑀
2
= 2𝑀𝑃
𝑀 − 1
Ket : Mp = Jumlah ahli yang menyatakan penting
M = Jumlah ahli yang memvalidasi
Dengan indek rasio bekisar -1 ≤ CVR ≤ +1, dan mempunyai kriteria sebagai
berikut :
85
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Mp <12 M maka CVR < 0
Mp =12 M maka CVR = 0
Mp >12 M maka CVR > 0
Sumber : (Susetyo, 2011; Santun Naga,2012; Azwar, 2012).
2. Analisis meta rubric, analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah teknik
analisis persentasi (Ohiro, 2013), analisis tersebut digunakan untuk melihat
persentasi layak atau tidaknya rubric yang digunakan untuk menilai tes hasil
belajar keterampilan dasar bermainbulutangkis.Berikut formula yang
digunakan dalam analisis persentasi meta rubrik adalah sebagai berikut :
Persentasi (%) =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100 %
3. Pengujian estimasi reliabilitas yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan ini yaitu tipe interclass coefficientreliability dan
intraclasscoefficientreliability(Morrow, at al, 2005 ; Bresciani, Oakleaf,
Duncan, & Hickmott. 2009 ; Thomas, Nelson, Silverman.2005). Pengujian
estimasi reliabilitas tipe interclass reliability akan menggunakan model test-
retestreliability sedangkan pada tipe intraclass reliability akan menggunakan
model Croncbach’s alpha dan Interrater reliability (Morrow, at al, 2005 ;
Bresciani, Oakleaf, Duncan, & Hickmott. 2009 ; Thomas, Nelson, Silverman.
2005 ;). Asumsi digunakannya metode test-retest reliabilitybertujuan untuk
melihat kestabilanpengukuran dalam kaitannya dengan instrumen yang telah
dikembangkan (Popham. 2011. hal. 63 ; Kusaeri & Suprananto. 2012. hal.85)
dengan teknik analisis yang akan digunakan adalah person prodact moment
(PPM) yaitu melihat korelasi antara tes pertama dan tes kedua (Morrow, at al.
2005 ; Crocker & Algina. 1986 ; Popham. 2011 ; Azwar, 2011; Susetyo, 2011;
Santun Naga, 2012), metode test-retest yang akan digunakan dalam uji coba
adalah same day test retest method, yaitu pengulangan tes yang dilaksanakan
pada hari yang sama (Thomas, Nelson, Silverman. 2005. hal.201). Kemudian
pada model kedua yaitu Croncbach’s alpha digunakan untuk mengukur
86
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
konsistensi internal dengan tujuan mengukur homogenitas yang didalamnya
memfokuskan pada dua aspek penting yaitu isi (content) dan aspek
heterogenitas dari tes tersebut, semakin homogen data yang dihasilkan, maka
koefisien alpha akan semakin besar, ini artinya tes yang sudah dikembangkan
semakin konsisten (Sukardi, 2012.hlm. 50). Pada model selanjutnya yaitu
metode inter rater reliability digunakan untuk melihat kesepakatan antara
retar dalammenilai, hal tersebut dilakukan untuk mengukur konsistensi
penyekoran bila sebuah tes dinilai oleh dua orang atau lebih (Kusaeri &
Suprananto. 2012. hal.84 ; Croker & Algina. 1986. hal.143). Teknik analisis
interrater yang akan digunakan pada penelitian ini adalah teknik ICC
(Intraclass Correlation Coefficient) atau koefisien korelasi antar kelas dengan
menggunakan analisis statistic ANOVA, pengunaan ICC diasumsikan karena
jumlah rater yang menilai dalam uji coba pertama sebanyak tiga penilai,
sebagaimana pandangan Susanto (2010) yang mengemukakan bahwa ICC
digunakan “apabila jumlah rater lebih dari dua orang”, sedangkan rater yang
berjumlah 2 orang analisis hendaknya mengunakan Kappa (Goodwin, 2001).
Tipe ICC yang digunakan dalam analisis ini adalah tipe kesepakatan
(agreement) yaitu penilaian yang menekankan pada kesamaan dan kesepakatan
yang diberikan oleh para penilai (Muryanto. 2013. Hlm.53), kemudian model
yang digunakan dalam ICC yaitu model two way mixedmodel yaitu rater yang
dilibatkan dalam penelitian ini merupakan rater pilihan dan sudah ditetapkan
sejak awal serta tidak dipilih secara random dalam satu populasi penilai
(Muryanto. 2013. hlm.54). Ketiga pengujian reliabilitas pada metode test
retest, croncbach’s alpha dan interrater akan dibantu oleh program aplikasi
statistic SPSS windows versi 21.Formula yang digunakan dalam analisis
pengujian reliabilitas ITHB KDBB adalah sebagai berikut :
a. Formula Person Product Moment (PPM)
𝜌𝐴1𝐴2 = 𝑁 𝐴1𝐴2 − ( 𝐴1) ( 𝐴2)
𝑁 𝐴1 2 − ( 𝐴1)2 𝑁 𝐴2
2 − ( 𝐴2)2
𝜌𝐴1𝐴2 = Koefisien reliabilitas tes retest
87
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
𝑁 = Jumlah peserta tes
𝐴1 = Tes pertama
𝐴2 = Tes kedua
Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 108)
b. Formula Cronbach Alpha
𝜌𝜶 = 𝑁
𝑁 − 1(1 −
𝜎12
𝜎𝐴2 )
Dimana :
𝜌𝜶 = Koefisien relibilitasalpha cronbach
𝜎12 = Jumlah seluruh variansi butir
𝜎𝐴2 = Variansi skor responden
𝑁 = Jumlah butir yang setara
𝐴 = Sekor responden
Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 120&Santun Naga,2012, hlm. 234)
c. Formula Intraclass Coefisien Corelation (ICC)
𝑟𝑥𝑥 = 𝑀𝑆𝑖𝑛𝑑 − 𝑀𝑆𝑟𝑒𝑠
𝑀𝑆𝑖𝑛𝑑
Dimana :
𝑟𝑥𝑥 = Koefisien korelasi intraclass
𝑀𝑆𝑖𝑛𝑑 = Between-subject (or indivuduals) mean of squares
𝑀𝑆𝑟𝑒𝑠 =Error or residual mean of squares
Sumber : (Goodwin, 2001&Thomas, at al, 2005)
4. Motode pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan
ITHB KDBB adalah criterion related validity atau validitas berdasarkan
kriteria dengan jenis predictive validity atau validitas prediksi (Morrow, 2005
; Lacy, 2011 ; Azwar, 2011, Susetyo, 2011), kriteria yang digunakan dalam
pengujian validitas ITHB KDBB adalah tournament participation atau game
88
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
performance yaitu rangking yang dihasilkan dari skor dalam pertandingan
setengah kompetisi dengan menggunakan teknik round robin (Baumgartner &
Jackson, 1999 ; Lam & Zhang, 2002, Morrow, at al, 2005). Salah satu kriteria
yang ada dalam teknikround robin game performanceadalah harus pada
olahraga yang bersifat individual, hal tersebut sepadan dengan pandangan
yang dikemukakan oleh Morrow, at.al, (2005, hlm.98)“tournament partici-
pation is rangking of abilities can be determined when everyone participates
with everyone else best used when the skilled event is an individual
sport.”Atas dasar tersebut, kriteria roun robin game performancedipilih
dengan asumsi bahwa permainan bulutangkis merupakan olahraga yang
bersifat individual. Teknik analisis data yang digunakan dalam validitas
prediktif adalahkorelasi perbedaan peringkat(sperman rank order), hal
tersebut diasumsikan karena data yang dikorelasikan dalam pengujian
validitas ini adalah peringkat dari hasil skor pengukuran KDBB yang diukur
menggunakan ITHB KDBB yang dikembangkan dengan peringkat dari hasil
skor penampilan bermain dengan teknik round robin atau pertandingan
setengah kompetisi(Baumgartner& Jackson, 1999 ; Lam & Zhang,
2002).Berikut Formula yang digunakan dalam analisis validitas prediksi ITHB
KDBB sebagai berikut :
𝑟𝑥𝑦 = 1 6 𝐷2
𝑛 (𝑛2 − 1)
Dimana :
𝐷2= Jumlah selisih perbedaan peringkat subjek yang sudah dikuadratkan
𝑛 = Jumlah sampel
Sumber : (Furqon, 2009 ; Corder & Foreman, 2009)
5. Pengujian konsistensi pukulan, Analisis yang digunakan dalam pengujian ini
adalah reliabilitas konsistensi dengan model alpha cronbach, hal tersebut
didasarkan pada asumsi dasar bahwa konsistensi pukulan dapat didasarkan
oleh besaran koefisien reliabilitas, salah satunya adalah dengan model alpha
89
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
cronbach, analisis yang digunakan dalam alpha cronbachdapat melihat variasi
yang dihasilkan dari subjek tes antar trail atau percobaan pukulan, sehingga
menemukan satu nilai konsistensi pada pukulan keberapa subjek sudah bisa
menampilkan keterampilan yang sebenarnya (Morrow, at.al, 2005, hlm.89),
oleh sebab itu, dengan analisis ini penulis dapat mengetahui pada kesempatan
keberapa subjek sudah konsisten dalam menampilkan perfomanya sehingga
dapat menjadi rujukan dan rekomendasi untuk uji coba tahap dua. Formula
yang dapat digunakan dalam pengujian konsistensi pukulan adalah sebagai
berikut :
𝜌𝜶 = 𝑘
𝑘 − 1(1 −
𝜎𝑡𝑟𝑖𝑎𝑙𝑠2
𝜎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙2 )
Dimana :
𝜌𝜶 = Koefisien relibilitasalpha cronbach
𝜎𝑡𝑟𝑖𝑎𝑙𝑠2 = Jumlah seluruh variansi dalam percobaan
𝜎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙2 = Variansi skor untuk penjumlahan seluruh percobaan
𝑘 = Jumlahpercobaan
Sumber : (Morrow, at al, 2005, hlm. 90)
6. Pengujian terakhir dalam penelitian dan pengembangan ini adalah penentuan
kriteria penilaian (norma penilaian), penentuan kriterian penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah metode Penilaian
Acuan Patokan (PAP), hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk membuat
kriteria atau klasifikasi keterampilan dalam penguasaan keterampilan dasar
bermain bulutangkis dan menentukan batas penguasaan minimum yang harus
dikuasi oleh siswa atau atlit (Nurhasan, 2007, hlm. 408). Selain itu pemilihan
metode PAP diasumsikan mengingat bahwa acuan kriteria memiliki focus pada
pendefinisian kemampuan, oleh karena itu, PAP kebanyakan digunakan pada
tes hasil belajar atau tes lain untuk menilai kemampuan siswa (Kusaeri &
Suprananto, 2012, hlm. 47). Penentuan batas penguasaan minimum ditetapkan
oleh para SME melalui proses standard settingdengan menggunakan metode
angoff. Hal tersebut bertujuan untuk menentukan batas kelulusan pada suatu
90
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
keterampilan, dan melihat sejauh mana probabilitas persentasi item–item tugas
gerak yang telah disusun dapat kuasai oleh para siswa menurut subject
matterexpert (SME).