bab iii metode penelitian 3.1 pendekatan dan metode...
TRANSCRIPT
40
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ketiga menjelaskan tentang metode penelitian yang mencakup tentang
pendekatan, metode, desain penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel,
variabel penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrument
penelitian, prosedur analisis data.
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, yaitu
pendekatan penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian
secara spesifik dengan menggunakan analisis statistik. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Penelitian
eksperimen menurut Creswell (2012, hlm. 229) mengungkapkan bahwa penelitian
eksperimen bermaksud meneliti ide untuk melihat pengaruh terhadap hasil atau
variabel dependen. Desain penelitian menggunakan control group design.
Peneliti memilih penelitian kuasi eksperimen karena suatu eksperimen
dalam bidang pendidikan bertujuan untuk menilai pengaruh suatu tindakan
terhadap tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan tersebut.
Tindakan dalam eksperimen disebut treatment yang artinya pemberian kondisi
yang akan dinilai pengaruhnya. Ketika pelaksanaan penelitian eksperimen,
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif
sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik yang hampir sama atau
mendekati sama. Hal yang membedakan kedua kelompok adalah kelompok
eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan
seperti keadaan biasanya.
Desain penelitian ini terdapat pengontrolan terhadap kelompok kontrol
atau pembanding, adanya pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes
akhir setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen. Ada tiga kelompok
yang dipilih secara tidak acak (non random) yaitu dua kelompok perlakuan dan
41
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok kontrol. Ketiganya memperoleh pretest dan posttest. Perbedaan hasil
dalam variabel dependen pada dua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dapat menunjukkan efektif atau tidaknya perlakuan yang diberikan. Sebagai
rincian akan digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Eksperimen O3 X2 O4
Kontrol O5 - O6
Keterangan:
X1 : Latihan Asertif
X2 : Teknik Modeling
O : Pretest – Posttest
3.2 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk pelaksanaan penelitian yaitu SMK Negeri 1
Bandung yang berlokasi di Jalan Wastukancana No. 3 Bandung. Populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas XI yang berjumlah 13 kelas. Adapun
alasan pemilihan subjek penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.
3.2.1 Peserta didik kelas XI SMK berada pada masa remaja yaitu, berusia 15-17
tahun yang merupakan termasuk masa remaja tengah. Selain itu, peserta
didik kelas XI SMK sudah ada dijurusan yang telah dipilih sehingga data-
data yang diperoleh dalam penelitian akan lebih akurat.
3.2.2 Adanya kecenderungan belum memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal yang baik.
3.2.3 Peserta didik kelas XI di Sekolah Menengah Kejuruan akan memasuki
dunia kerja dalam hal ini yaitu Praktik Kerja Lapangan.
42
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi penelitian merupakan seluruh peserta didik kelas XI di SMKN 1
Bandung Tahun Ajaran 2018/2019 yang berumlah 331 peserta didik.
Sampel dalam penelitian dilakukan secara purposif yaitu teknik penentuan
sampel yang bukan didasarkan atas tingkatan atau strata, random atau daerah
tetapi didasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu,
tenaga dan dana sehingga tidak mengambil sampel dalam jumlah besar (Arikunto,
2006, hlm. 139).
Kriteria pemilihan kelas eksperimen dan kelas control berdasarkan pada
pengambilan sampel yang ditentukan peneliti dengan mempertimbangkan kriteria
yang sesuai dengan struktur penelitian, kriteria yang dimaksud sebagai berikut.
3.2.1 Perolehan nilai kemampuan komunikasi interpersonal yang sama atu
mendekati (homogen).
3.2.2 Kelompok belajar dengan jumlah peserta didik yang sama atau tidak jauh
berbeda.
3.2.3 Kelompok belajar dengan jurusan yang sama atau tidak memiliki
perbedaan yang jauh.
3.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan spesifikasi mengenai cara peneliti
mendefinisikan serta mengukur variabel-variabel yang akan diteliti. Definisi
operasional variabel disusun untuk menghindari kesalahpahaman menafsirkan
istilah dalam penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini terdapat tiga variabel
yaitu latihan asertif (X1) dan teknik modeling (X2) sebagai variabel bebas,
sedangkan komunikasi interpersonal sebagai variabel terikat (Y). Penyusunan
definisi operasional dari setiap variabel mengacu pada teori ahli. Berikut definisi
operasional variabel.
3.3.1 Keterampilan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara
komunikan dengan komunikator, pesan yang disampaikan dari peserta didik dan
43
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang terjadi secara
langsung. Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan oleh peserta didik agar dapat mendukung aktivitasnya dalam
kehidupan sehari-hari. Terutama ketika peserta didik berada dalam lingkungan
yang formal, misalnya peserta didik yang berada dalam lingkungan sekolah.
Kemampuan komunikasi interpersonal yang efektif memiliki beberapa kriteria
yaitu, membangun hubungan positif, keterampilan dalam berbicara, kecakapan
dalam bertanya, cakap dalam membuka atau mengawali percakapan, mampu
menjaga sopan santun, meminta maaf pada saat merasa bersalah, penuh perhatian
dan kepedulian, empati yang tinggi, memberikan umpan baalik positif, cakap
dalam mendengarkan dan menyampaikan informasi, memiliki sikap tanggap cepat
dan bertanggung jawab
Komunikasi antara peserta didik secara tatap muka memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal maupun
nonverbal, bukan hanya bahasa tetapi cara berbicara seperti nada suara dan
ekspresi wajah. Merujuk pada beberapa pengertian yang telah dijelaskan,
komunikasi interpersonal dalam penelitian ini merupakan komunikasi yang
dilakukan oleh dua peserta didik atau lebih dalam proses mencari informasi yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung baik verbal
maupun nonverbal serta hasil yang diinginkan yaitu perubakan sikap, perilaku
atau keyakinan seseorang.
Aspek-aspek komunikasi interpersonal yang diungkap dalam penelitian ini
mengacu pada komponen-komponen komunikasi interpersonal sebagai berikut.
a. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication). Komunikasi
nonverbal yang dimaksud seperti ekspresi wajah, tatapan mata, gesture,
nada suara, penampilan.
b. Penguatan (reinforcement). Penguatan yang dimaksud seperti pemberian
pujian dan dukungan kepada orang lain.
c. Bertanya (questionning). Bertanya dalam hal ini yaitu seseorang bertanya
dengan jelas pada waktu yang tepat. Mengajukan pertanyaan terbuka
44
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan membolehkan seseorang untuk menjawab apapun yang
dipikirkannya, dan pertanyaan tertutup dengan bertanya untuk
mendapatkan informasi yang lebih spesifik. Pertanyaan terbukan
mendorong seseorang untuk berbicara dan mengembangkan pembicaraan.
Sedangkan pertanyaan tertutup mendorong seseorang untuk memberikan
jawaban dengan singkat.
d. Merefleksikan (reflecting). Merefleksikan dengan bertindak sebagai
isyarat untuk menjelaskan atau memperpanjang yang sudah diungkapkan.
e. Membuka dan Menutup (opening and closing). Cara seseorang untuk
mengembangkan keterampilan memulai dan menutup interaksi.
f. Mendengarkan (listening). Sikap ini berhubungan dengan mendengarkan
yang efektif dengan melibatkan komunikasi tubuh dan pemikiran internal.
g. Keterbukaan diri (self-disclosure). Keterbukaan diri mengacu pada proses
membagi informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain.
3.3.2 Latihan Asertif
Latihan asertif merupakan Teknik dalam konseling behavioral yang
berfokus pada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak
sesuai dengan kenyataannya. Perilaku asertif merupakan ekspresi secara langsung,
jujur, pada tempatnya berasal dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak
seseorang tanpa kecemasan yang beralasan. Langsung pada pengertian,
pernyataan dapat diungkapkan tanpa berbelit-belit dan dapat terfokus. Jujur berarti
pernyataan dan gerak-geriknya sesuai dengan yang diarahkan. Selanjutnya untuk
pernyataan pada tempatnya berarti perilaku yang ditampilkan memperhitungkan
hak-hak dan perasaan orang lain serta tidak mementingkan dirinya sendiri.
Menjadi asertif merupakan kemampuan mengekspresikan diri dengan
percaya diri tanpa harus menunjukkan perilaku pasif, agresif, atau manipulatif
yang meliputi kesadaran diri yang besar untuk mengenal, menykai dan
bertanggung jawab secara nyata terhadap diri sendiri. Meningkatkan keterampilan
peserta didik untuk lebih dapat berkomunikasi secara efektif, mampu
45
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengendalikan stress melalui penanganan masalah yang lebih baik dan plihina
untuk mampu mengekspresikan kebutuhan, pendapat, atau perasaan, tanpa
mendominasi, mengeksploitasi atau perasaan terpaksa yang disebabkan melawan
keinginan sendiri.
Latihan asertif dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk melatih peserta
didik mengungkapkan pendapatnya, mengemukakan yang dirasakan dan dapat
menyesuaikan diri dalam berinteraksi tanpa ada rasa cemas karena setiap individu
memiliki hak mengungkapkan perasaan, pendapat, yang diyakini dan sikapnya.
Beberapa jenis prosedur latihan asertif, yakni:
a. Identifikasi terhadap keadaan khusus yang menimbulkan persoalan pada
peserta didik.
b. Memeriksa yang dilakukan atau dipikirkan peserta didik pada situasi
tersebut. Pada tahap ini, akan diberikan juga materi tentang perbedaan
perilaku agresif, asertif, dan pasif.
c. Dipilih sesuatu situasi khusus di mana peserta didik melakukan permainan
peran (role play) sesuai dengan yang ia perlihatkan.
d. Diantara waktu-waktu pertemuan, konselor menyuruh peserta didik
melatih dalam imajinasinya, respon yang cocok pada beberapa keadaan.
Peserta didik juga diminta menyertakan pernyataan diri yang terjadi
selama melakukan imajinasi. Hasil yang diperoleh dari yang dilakukan
peserta didik, dibicarakan pada pertemuan berikutnya.
e. Konselor harus menentukan apakah peserta didik sudah mampu
memberikan respon yang sesuai dari dirinya sendiri secara efektif terhadap
keadaan baru, baik dari laporan langsung yang diberikan maupun dari
keterangan orang lain yang mengetahui keadaan peserta didik.
3.3.3 Teknik Modeling
Istilah modeling merupakan istilah umum untuk menunjukkan terjadinya
proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan yang terjadi
karenanya melalui peniruan. Modeling sebagai proses belajar melalui observasi
46
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimana tingkah laku dari peserta didik, sebagai model, berperan sebagai
rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian
dari peserta didik yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan.
Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi konselor
menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Penerapan
teknik modeling menunjuk pada tingkah laku model bertindak sebagai suatu
stimulus pada pikiran, sikap, dan tingkah laku pengamat (konseli). Teknik
modeling ini relevan untuk diterapkan pada konseli yang mengalami gangguan-
gangguan reaksi emosional atau pengendalian diri, kekurangterampilan
kecakapan-kecakapan sosial, keterampilan wawancara pekerjaan, ketegasan, dan
juga mengatasi berbagai kecemasan dan rasa takut seperti phobia, kecemasan
dengan serangan-serangan panik, dan obsesif kompulsif. Teknik ini sesuai
diterapkan pada konseli yang mempunyai kesulitan untuk belajar tanpa contoh,
sehingga dia memerlukan contoh/ model perilaku secara konkret untuk dilihat/
diamati sebagai pembelajaran pembentukan tingkah laku konseli.
Modeling bukan hanya menirukan atau mengulangi perilaku yang dilakukan
atau ditampilkan oleh model atau tayangan video, film, tetapi modeling juga
melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisasi berbagai pengamatan yang melibatkan proses kognitif. Teknik
modeling dapat digunakan untuk membantu peserta didik memperoleh perilaku
baru dalam hal ini yaitu keterampilan komunikasi interpersonal melalui model
hidup maupun model simbolik, menampilkan perilaku yang sudah diperoleh
dengan cara yang tepat, mengrangi rasa takut, dan cemas, memperoleh
keterampilan sosial. Modeling simbolis membentuk gambaran peserta didik
mengenai realitas sosial sehingga peserta didik dapat melihat gambaran berbagai
hubungan yang ditampilkan dengan kegiatan yang dilakukan peserta didik.
Bandura mengembangkan empat tahap belajar melalui modeling yaitu
perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasional terhadap perilaku.
a. Tahap perhatian: peserta didik memperhatikan model, mengamati,
mengingat bagaimana cara orang lain berpikir dan bertindak.
47
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Tahap retensi: peserta didik memilih informasi yang masuk, mengingat
secara imajiner dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mempraktikkan dan meniru perilaku yang ditampilkan.
c. Tahap reproduksi: peserta didik melakukan kembali perilaku yang
ditampilkan tetapi dengan adanya modifikasi, menyesuaikan diri dengan
perilaku model, dan tahap kreatif.
d. Tahap motivasional: peserta didik menirukan model karena merasakan
bahwa melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan
untuk memperoleh penguatan dan melakukan modifikasi terhadap perilaku
yang diamati.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilaksanakan menggunakan angket dalam pengumpulan
data. Pengumpulan data terlebih dahulu menentukan sumber data, jenis data,
Teknik pengumpulan data, dan instrument yang digunakan. Teknik pengumpulan
data digambarkan pada Tabel 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.2
Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Intrumen
Peserta Didik
Kemampuan
komunikasi
interpersonal
peserta didik
Tes
Instrumen
komunikasi
interpersonal
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket tertutup dalam bentuk
checklist yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden mengisi dengan cara memberikan tanda checklist pada kolom jawaban
yang sesuai (Arikunto, 2005, hlm. 27). Angket yang digunakan yaitu angket untuk
48
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengungkap kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik sebagai cara
memperoleh gambaran mengenai kemampuan komunikasi interpersonal peserta
didik sebelum dan sesudah mengikuti latihan asertif dan teknik modeling.
3.5.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrumen komunikasi interpersonal peserta didik dikembangkan
berdasarkan definisi operasional variabel. Instrumen berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai komunikasi interpersonal merujuk pada aspek-aspek yang
dikembangkan oleh Hartley (1999, hlm. 21-27) yaitu komunikasi non-verbal,
penguatan, bertanya, merefleksikan, membuka dan menutup, mendengarkan atau
pendengar yang aktif, dan keterbukaan diri. Secara rinci akan dijabarkan pada
Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Komunikasi Interpersonal
(Sebelum Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator Nomor Item
∑ (+) (-)
Komunikasi
Interpersona
l Peserta
Didik di
Sekolah 1. Komunikasi
nonverbal
(nonverbal
communicati
on)
a. Menunjukkan
ekspresi sesuai
dengan perasaannya
1,2,3 4 4
b. Menunjukkan arah
pandangan mata
ketika berkomunikasi
dengan lawan bicara
5 6 2
c. Menunjukkan
penampilan rapi dan
sopan
7,8,9 10,1
1
5
d. Menyesuaikan nada
suara dengan tepat
12 13 2
2. Penguatan
(reinforceme
nt)
a. Mampu memberikan
pujian kepada orang
lain
14,15 16 3
b. Mampu memberikan
dukungan kepada
orang lain
17,18,1
9
20 4
49
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bertanya
(questionnin
g)
a. Mengajukan
pertanyaan terbuka
dengan memberikan
kesempatan kepada
orang lain untuk
mengungkapkan
perasaan dan
pikirannya
21,22 23,2
4
4
b. Mengajukanpertanya
an tertutup dengan
memberikan
pertanyaan secara
jelas dan berfokus
pada tujuan
25,26,2
7
- 3
4. Merefleksika
n (reflection)
a. Dapat mengolah dan
menyampaikan
informasi dengan
menggunakan bahasa
sendiri
28 29 2
b. Dapat menjelaskan
kembali informasi
kepada orang lain
30,31 32 3
5. Membuka
dan menutup
(opening and
closing)
a. Mampu memulai
percakapan dengan
baik, tepat, dan
sopan
33 - 1
b. Mampu mengakhiri
percakapan dengan
baik, tepat, dan sopan
34,35 - 2
6. Pendengar
aktif (active
listenner)
a. Mampu menangkap
informasi yang
diterima dengan jelas
dan tepat
36,37 38 3
b. Mampu memberikan
respon positif kepada
orang lain
39,40,4
1
- 3
7. Keterbukaan
diri (self-
disclosure)
a. Mampu berbagi
informasi atau
terbuka mengenai
diri sendiri kepada
orang lain
42,43,4
4
45,4
6
5
Jumlah 4
6
Variabel Aspek Indikator Nomor Item ∑
50
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5.2 Pedoman Penskoran
Penelitian ini menggunakan skala pengukuran dengan skala penilaian biasa.
Ketika memberi respon, subjek diberikan lima pilihan kategori yaitu Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu (R), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Pernyataan faovorable yang direspon Sangat Sesuai (SS) diberi nilai = 5,
Sesuai (S) = 4, Ragu (R) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, dan Sangat Tidak Sesuai
(STS) = 1. Selanjutnya akan digambarkan secara rinci pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Ketentuan Pemberian Skor
Instrumen Keterampilan Komunikasi Interpersonal
Pernyataan
Skor
Sangat
Sesuai (SS)
Sesuai
(S)
Ragu
(R)`
Tidak
Sesuai
(TS)
Sangat
Tidak
Sesuai
(STS)
Favorable (+) 5 4 3 2 1
Unfavorable (-) 1 2 3 4 5
3.6 Uji Coba Instrumen
Pengembangan instrumen dilakukan melalui tiga tahap pengujian sebagai
berikut.
3.6.1 Uji Validitas Rasional
Pengujian alat ukur yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelayakan
instrumen yang telah disusun yaitu validitas rasional. Validitas rasional bertujuan
untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian dari segi isi, konstruk, dan bahasa. Uji kelayakan instrument dilakukan
oleh tiga orang ahli (expert judgement) dengan meminta pendapat dosen ahli
untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M)
dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai Memadai (M) artinya dapat
digunakan dan item yang diberi nilai Tidak Memadai (TM) dapat memiliki dua
51
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemungkinan yaitu, item tidak dapat digunakan atau masih dapat digunakan
dengan catatan revisi.
3.6.2 Uji Keterbacaan Instrumen
Uji keterbacaan instrument dilakukan sebelum instrument diuji secara
empiris kepada sampel yang setara. Uji keterbacaan bertujuan untuk memperbaiki
redaksi kata yang kurang dapat dipahami oleh subjek penelitian. Pernyataan-
pernyataan yang kurang dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat dipahami oleh peserta didik.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pengujian validitas bertujuan untuk
mengetahui instrumen tersebut mampu mengukur keterampilan komunikasi
interpersonal peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Instrumen yang
valid memiliki validitas tinggi dan menunjukkan kesahihan suatu instrumen yang
baik. Pengujian validitas item dalam penelitian melibatkan seluruh butir item yang
terdapat dalam angket yang bertujuan untuk mengetahui butir item yang
digunakan merupakan bagian dari kelompok yang diukur.
Uji validitas instrumen yang dilakukan menggunakan data yang
dikumpulkan secara built-in yang berarti responden untuk uji validitas merupakan
sampel yang akan digunakan sebagai data yang akan di analisis. Uji validitas butir
item pernyataan dilakukan menggunakan perangkat lunak program SPSS 20.0,
akan diperlihatkan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas
Kesimupulan Nomor Item Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,16,17,18,19,20,22,23,24
,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,37,38,39,40,41,42,
43,44,45,46
42
52
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tidak Valid 13,15,21,36 4
Jumlah 46
3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan untuk menunjukkan instrument
yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat konsistensi skor yang
diperoleh dari subjek penelitian dengan instrument yang sama dalam kondisi yang
berbeda. Metode yang digunakan dalam reliabilitas adalah metode alpha. Tingkat
reliabilitas dalam penelitian dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode
statistic menggunakan SPSS 20.0. apabila r hitung > r table, maka butir
pernyataan reliabel. Apabila r hitung < r table, maka butir item pernyataan tidak
reliabel. Semakin tinggi reliabilitas instrument maka semakin keccil kemungkinan
kesalahan yang terjadi. Semakin kecil reliabilitas maka semakin tinggi
kemungkinan kesalahan yang terjadi. Berikut kriteria untuk mengetahui
reliabilitas yang digunakan sebagai klasifikasi rentang koefisien reliabilitas.
Tabel 3.6
Klasifikasi Rentang Koefisien Reliabilitas
Rentang Nilai Keterangan
0,00 – 0,199 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 – 0,399 Derajat reliabilitas rendah
0,40 – 0,599 Derajat reliabilitas sedang/cukup
0,60 – 0,799 Derajat reliabilitas tinggi
0,80 – 1,000 Derajat reliabilitas sangat tinggi
Tabel 3.7
Tingkat Reliabilitas Instrumen Keterampilan Komunikasi Interpersonal
53
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7 menunjukkan interpretasi ketercapain tingkat reliabilitas
indtrumen. Hasil perhitungan data dengan menggunakan software SPSS 20.0 pada
42 item pernyataan diperoleh reliabilitas sebesar 0,906 pada α = 0,05.
Berdaraskan Tabel 3.7 diketahui harga reliabilitas instrument berada pada derajat
keterandalan sangat tinggi. Artinya instrument keterampilan komunikasi
interpersonal mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan knsisten
serta layak untuk digunakan dalam penelitian.
3.7.3 Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Coba
Item-item instrument yang memenuhi kualifikasi dihimpun dan diperbaiki
sesuai kebutuhan sehingga dihasilkan seperangkat instrumen yang siap digunakan
dalam pengumpulan data terhadap subjek penelitian. Berikut kisi-kisi setelah uji
coba dan memenuhi kualifikasi akan ditampilkan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Komunikasi Interpersonal
(Setelah Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator Nomor Item
∑ (+) (-)
Komunikasi
Interpersonal
Peserta Didik
di Sekolah 8. Komunikasi
nonverbal
(nonverbal
communicatio
n)
e. Menunjukkan
ekspresi sesuai
dengan
perasaannya
1,2 3 3
f. Menunjukkan
arah pandangan
mata ketika
berkomunikasi
dengan lawan
bicara
4 5 2
g. Menunjukkan 6,7,8 9,10 5
54
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penampilan rapi
dan sopan
h. Menyesuaikan
nada suara
dengan tepat
11 12 2
9. Penguatan
(reinforcement
)
c. Mampu
memberikan
pujian kepada
orang lain
13 14 2
d. Mampu
memberikan
dukungan
kepada orang
lain
15,16,17 18 4
10. Bertanya
(questionning)
c. Mengajukan
pertanyaan
terbuka dengan
memberikan
kesempatan
kepada orang lain
untuk
mengungkapkan
perasaan dan
pikirannya
19 20,21 3
d. Mengajukan
pertanyaan
tertutup dengan
memberikan
pertanyaan secara
jelas dan
berfokus pada
tujuan
22,23,24 - 3
11. Merefleksikan
(reflection)
c. Dapat mengolah
dan
menyampaikan
informasi dengan
menggunakan
bahasa sendiri
25 26 2
d. Dapat
menjelaskan
kembali
informasi kepada
orang lain
27,28 29 3
12. Membuka dan c. Mampu 30 - 1
55
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menutup
(opening and
closing)
memulai
percakapan
dengan baik,
tepat, dan sopan
d. Mampu
mengakhiri
percakapan
dengan baik,
tepat, dan sopan
31,32 - 2
13. Pendengar
aktif (active
listenner)
c. Mampu
menangkap
informasi yang
diterima dengan
jelas dan tepat
33 34 2
d. Mampu
memberikan
respon positif
kepada orang
lain
35,36,37 - 3
14. Keterbukaan
diri (self-
disclosure)
b. Mampu berbagi
informasi atau
terbuka
mengenai diri
sendiri kepada
orang lain
38,39,40 41,42 5
Jumlah 42
56
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.8 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian di SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2018/2019 sebagai berikut.
3.8.1 Pre-Test (Tes Awal)
Pada tahap ini penyebaran angket dilakukan dikelas XI SMK Negeri 1
Bandung sebagai tes awal untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum
kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik.
3.8.2 Treatment (Perlakuan)
Tahap perlakuan yaitu tahap pemberian perlakuan menggunakan latihan
asertif dan teknik meodeling terhadap peserta didik yang memiliki kemampuan
komunikasi interpersonal rendah berdasarkan hasil tes awal. Rancangan intervensi
latihan asertif dan teknik modeling dalam meningkatkan komunikasi interpersonal
peserta didik disusun berdasarkan hasil pre-test.
3.8.3 Post-Test (Tes Akhir)
Tahap ketiga yaitu tahap tes akhir yang dilaksanakan untuk mengetahui
efektifitas teknik atau perlakuan yang sudah diberikan. Pada tahap ini juga dapat
dilihat signifikansi perbedaan kefektifan teknik yang digunakan antara latihan
asertif dengan teknik modeling.
3.9 Teknik Analisis Data
Penelitian dirumuskan atas tiga pertanyaan penelitian, secara berurutan,
masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.
3.9.1 Pertanyaan penelitian satu mengenai gambaran umum keterampilan
komunikasi interpersonal peserta didik dijawab dengan menggunakan
jumlah rata-rata dari jawaban peserta didik mengenai keterampilan
komunikasi interpersonal yang dilakukan melalui patokan skor ideal
sehingga menghasilkan tiga kategori yaitu, tinggi, sedang, dan rendah
(Sudjana, 1992, hlm.97). Perhitungan kategorisasi untuk instrumen
57
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik sebagai
berikut.
a. Menentukan skor minimal, yaitu skor minimal (1) dikali dengan
jumlah item (42).
b. Menentukan skor maksimal, yaitu skor maksimal (5) dikali dengan
jumlah item (42).
c. Menentukan rata-rata, yaitu jumlah item (42) ditambah skor maksimal
(210) dibagi dengan dua (2).
d. Menentukan standar deviasi, yaitu rata-rata dibagi dengan tiga.
Setelah diperoleh jumlah skor baku, data dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi yang akan ditampilkan pada Tabel 3.9
sebagai berikut.
Tabel 3.9
Kategori Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik
Rentang Skor Kategori
42 – 98 Rendah
99 – 155 Sedang
156 – 210 Tinggi
Hasil pengolahan data keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik
yang dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu
dilakukan pengelompokkan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Hasil pengelompokkan data berdasarkan kategori dan interpretasinya
dapat dilihat pada Tabel 3.10 sebagai berikut.
Tabel 3.10
Interpretasi Skor Kategori Keterampilan Komunikasi Interpersonal
Kategori Interpretasi
58
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tinggi Kategori tinggi, peserta didik sudah memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal yang baik. Artinya peserta didik sudah
mampu melakukan komunikasi non-verbal yang tepat da sesuai
ditandai dengan menunjukkan ekspresi wajah yang sesuai dan tepat
ketika berkomunikasi, mengarahkan pandangan mata ke lawan
bicara, menyesuaikan gerak tubuh dan menyesuaikan nada bicara
yang dapat diterima oleh orang lain atau lawan bicara. Peserta didik
juga mampu memberikan pujian kepada orang lain dan mampu
meberikan dukungan positif kepada orang lain, bukan hanya
terhadap teman akrabnya saja. Peserta didik mampu mengajukan
pertanyaan terbuka untuk mendapatkan jawaban yang luas sesuai
dengan kondisi. Kemudian peserta didik mampu mengajukan
pertanyaan tertutup untuk mendapatkan jawaban langsung sesuai
dengan situasi dan kondisi yang diperlukan. Peserta didik juga
sudah mampu merefleksikan percakapan dari beberapa aspek yang
diutarakan dan mengemukakan kembali informasi yang diperoleh
dengan tepat dan sesuai. Peserta didik juga sudah mampu membuka
dan mengakhiri percakapan sesuai dengan siapapun lawan
bicaranya. Peserta didik sudah mampu merespon dengan tepat pesan
atau informasi yang diterima dan mampu memberikan respon yang
menunjukkan perhatian ketika berkomunikasi. Peserta didik mampu
berbagi informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain bukan
kepada teman dekatnya saja.
Sedang Kategori sedang, peserta didik cukup mampu melakukan
komunikasi non-verbal yang tepat dan sesuai ditandai dengan
menunjukkan ekspresi wajah yang sesuai dan tepat ketika
berkomunikasi, mengarahkan pandangan mata ke lawan bicara,
menyesuaikan gerak tubuh dan menyesuaikan nada bicara yang
dapat diterima tetapi masih dilakukan pada teman akrab dan tidak
59
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selalu dilakukan setiap saat. Peserta didik juga cukup mampu
memberikan pujian kepada orang lain dan mampu meberikan
dukungan positif kepada orang lain walaupun masih dilakukan
kepada teman akrabnya saja. Peserta didik masih mengalami
kebingungan ketika mengajukan pertanyaan terbuka untuk
mendapatkan jawaban yang luas sesuai dengan kondisi dan masih
mengalami kebingungan juga ketika diminta mengajukan
pertanyaan tertutup untuk mendapatkan jawaban langsung sesuai
dengan situasi dan kondisi yang diperlukan. Peserta didik masih
bingung cara merefleksikan percakapan dari beberapa aspek yang
diutarakan dan mengemukakan kembali informasi yang diperoleh
dengan tepat dan sesuai. Peserta didik cukup mampu membuka dan
mengakhiri percakapan tetapi masih terbatas pada teman akrabnya
saja. Peserta didik cukup mampu tetapi masih mengalami
kebingungan merespon dengan tepat pesan atau informasi yang
diterima dan mampu memberikan respon yang menunjukkan
perhatian ketika berkomunikasi walaupun masih sebatas terhadap
teman akrabnya. Peserta didik mampu berbagi informasi mengenai
diri sendiri kepada teman dekatnya saja.
Rendah Kategori rendah, peserta didik belum memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal yang baik seperti kurangnya keterampilan
non-verbal yang ditandai dengan belum mampu menunjukkan
ekspresi wajah yang sesuai ketika berkomunikasi, arah pandangan
mata, gerakan tubuh dan penyesuaian nada bicara yang belum tepat.
Peserta didik belum mampu memberikan penguatan seperti masih
sulit memberikan pujian dan dukungan positif secara langsung
terhadap lawan bicara atau orang lain. Kurangnya keterampilan
mengajukan pertanyaan terbuka yang memperluas jawaban dan
pertanyaan tertutup yang mendorong orang berbicara langsung baik
60
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam forum kelas maupun percakapan dengan teman sebaya.
Peserta didik belum mampu merefleksikan seperti sulit mengajukan
pertanyaan menggunakan refleksi percakapan dari beberapa aspek
yang telah dikatakan secara langsung. Kurangnya keterampilan
memulai dan mengakhiri percakapan dengan orang lain. Belum bisa
menjadi pendengar yang aktif ketika berkomunikasi dengan orang
lain dengan menangkap pesan yang diterima dan memberikan
perhatian ketika berkomunikasi dengan memberikan respon yang
jelas yang menunjukkan perhatian terhadap lawan bicara. Peserta
didik belum mampu terbuka menegnai diri sendiri dan berbagi
informasi tentang dirinya kepada orang lain.
Kedudukan peserta didik dalam tingkat keterampilan komunikasi
interpersonal menentukan banyaknya peserta yang mendapatkan perlakukan atau
treatment. Setelah mendapatkan treatment, diadakan kembali tes yang bersifat
mengukur kembali tingkat keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik
untuk mengetahui perubahan yang dialami peserta didik.
3.9.2 Pertanyaan penelitian kedua terkait rancangan latihan asertif dan modeling
yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
interpersonal dirancang setelah penyebaran instrument pre-test. Rencana
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (RPLBK) dengan
menggunakan teknik latihan asertif dan teknik modeling didasarkan pada
skor aspek terendah, sedang, dan tinggi untuk pembiasaan perilaku. Hasil
rancangan program intervensi dan buku panduan teknik latihan asertif dan
teknik modeling untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
interpersonal peserta didik tersaji di lampiran.
3.9.3 Pertanyaan penelitian ketiga dirumuskan ke dalam hipotesis “apakah
terdapat perbedaan pengaruh latihan asertif dan modeling dalam
meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik”. Keefektivan
61
Riska Yanawati, 2019 Penggunaan Latihan Asertif dan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
treatment terhadap sampel penelitian dapat diketahui melalui pengolahan
dan dan analisis data penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif.
Uji statistik untuk dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol
yang digunakan adalah uji perbedaan analisis Anova satu faktor dan uji
Mann-Whitney dengan menggunakan SPSS 20.0 for Windows.