metode metode filsafat

52
ETIKA DAN FILSAFAT ILMU “Metode – Metode Filsafat” Di Susun Oleh : Nama : Afifah Dyah Wulan Pratiwi NIM : (010215A003) Program Studi : PSIK Transfer

Upload: afifah-d-wulan-pratiwi

Post on 30-Jan-2016

312 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

filsafat

TRANSCRIPT

Page 1: METODE METODE FILSAFAT

ETIKA DAN FILSAFAT ILMU

“Metode – Metode Filsafat”

Di Susun Oleh :

Nama : Afifah Dyah Wulan Pratiwi

NIM : (010215A003)

Program Studi : PSIK Transfer

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2015

Page 2: METODE METODE FILSAFAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca

dalam pendidikan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah saya masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki

sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, 4 Oktober 2015

Penyusun

Page 3: METODE METODE FILSAFAT

METODE METODE FILSAFAT

1. Metode Zeno : Reductio ad Absurdum

a. Tokoh : Zeno

b. Metode : Reductio ad Absurdum

c. Pendapat :

Zeno adalah seorang murid perminides yang termasyhur, yang terkenal

sebagi filusuf metafisika barat yang pertama. Zeno lahir di Elea pada tahun 490

SM. Ia sangat cerdas, dan kecerdasannya begitu mengagumkan banyak orang,

termasuk para penguasa, sehingga sama seperti gurunya ia memiliki pengaruh

besar dalam kehidupan politik kota Elea. Sejak usia muda, ia telah menulis

buku-buku yang terkenal, tetapi sayang semuanya hilang. Kemasyurannya bukan

hanya diakui oleh Plato, melainkan juga oleh aristoteles, murid plato yang hidup

seratus tahun sesudah zeno. Aristoteles mengatakan bahwa dialektika, selaku

cabang logika yang mempersoalkan argumentasi berdasarkan hipotesis yang

dikemukakan oleh lawan bicara, sesungguh nya ditemukan oleh zeno. Memang,

zeno dikenal sebagai seorang pemikir jenius yang berhasil mengembangkan

metode untuk menemukan kebenaran, dengan membuktikan kesalahan-

kesalahan premis lawan, yang caranya ialah mereduksikannya menjadi suatu

kontradiksi sehingga konklusinya pun menjadi mustahil (reductio ad absurdum).

Zeno sependapat dengan permenides yang mengatakan bahwa realitas

yang sesungguhnya didalam semesta ini hanya satu. Untuk mempertahankan

monisme dari serangan pluralisme, dengan metode reduktio ad absurdum Zeno

mengatakan bahwa seandainya ada banyak titik yang terdapat diantara titik A

Page 4: METODE METODE FILSAFAT

dan B, berarti kita juga harus mengakui adanya suatu jumlah tak terbatas karena

akan senantiasa terdaat titik diantara titik-titik itu, dan demikian seterusnya. Jika

banyaknya titik itu tak terbatas, jarak yang tak terbatas antara A dan B tidak

mungkin dapat terlintasi. Akan tetapi, ternyata orang dapat berjalan dari A ke B,

dan itu berarti bahwa jarak A ke B dapat dilintasi. Jika jarak A ke B dapat

dilintasi, pastilalah jarak A ke B itu tidak terbatas. Oleh kerena itu, hipotesis

semula, yang menyatakan bahwa ada banyak titik yang terdapat diantara titik A

dan B adalah tidak benar. Jadi, jelas bahwa pluralitas itu absurd, tidak masuk

akal dan mustahil.

Parmenides juga pernah mengatakan bahwa tidak ada ruang kosong,

yang berarti bahwa yang ada tidak berada dalam ada yang lain karena yang ada

senantiasa mengisi seluruh tempat. Untuk membuktikan kata-kata gurunya itu,

Zeno mengatakan bahwa seandainya ada ruang kosong, ruang kosong itu berada

dalam ruang kosong yang lain dan ruang yang kosong itu berada dalam ruang

yang kosong pula dan dimikian seterusnya tidak terbatas. Itu berarti senantiasa

ada ruang didalam ruang. Oleh karena itu, jika dikatakan yang ada berada dalam

ada yang lain, jelaslah bahwa pernyataan itu tidak benar. Yang benar adalah

yang ada tidak berada dalam ada yang lain. Tegasnya, ruang kosong itu tidak

mungkin berada dalam ruang kosong yang lain karena yang ada itu senantiasa

mengisi seluruh tempat sehingga hipotesis yang mengatakan bahwa ruang

kosong itu ada merupakan sesuatu yang absurd.

Permanides pun pernah mengatakan bhawa jika ruang kosong itu tidak

ada, berarti bahwa gerak pun tidak ada. Ini karena jika dikatakan bahwa gerak

itu ada, berarti ruang kosong pun harus ada karena gerak hanya mungkin terjadi

Page 5: METODE METODE FILSAFAT

apabila ada ruang kosong. Untuk membuktikan kebenaran ajaran gurunya itu,

Zeno mengemukakan empat contoh sebagai berikut:

1) Dikotomi paradoks. Zeno mengatakan bahwa apabila ada ruang kosong

yang membuat suatu jarak tertentu, sesungguhnya jarak itu tidak

terbatas. Jarak itu tak terbatas karena dapat dibagi lagi kedalam jarak-

jarak tertentu yang juga tak terbatas jumlahnya karena jarak-jarak

tertentu itu pun masih dapat dibagi lagi ke dalam titik yang tidak ada

habis-habisnya. Jika memang ada gerak, pelaku gerak yang hendak

menempuh suatu jarak terlebih dahulu harus menempuh setengah jarak

dari jarak itu sehingga ketitik-titik yang tak terbatas, sehingga tentu saja

si pelaku gerak itu tidakkan pernah sampai di garis akhir dari jarak

yanng hendak ditempuhnya. Jika demikian, sesungguhnya gerak itu

merupakan suatu yang absurd.

2) Akhilles, si juara lari. Apabila Akhilles, sijuara lari dalam mitologi

yunani, hendak bertanding lari dengan seekor kura-kura yang

ditempatkan dalam jarak tertentu di depan akhilles, kendati akhilles

dapat gerlari bagaikan kilat, ia rtidak pernah dapat menyusul, apalagi

melewati kura-kura itu. Kura-kura itu senantiasa berada didepan

Akhilles. Karena seandainya akhilles dapat mengayunkan dua puluh

langkah ketika kura-kura mengayunkan satu langkah, maka sesudah

Akhilles mengayungkan dua puluh langka, si kura-kura telah berada satu

langkah didepan Akhilles. Jikalau Akhilles terus maju dua puluh langkah

lagi, si kura-kura telah berada seperdua puluh langkah di depan Akhilles

dan demikian seterusnya sampai tak terhingga. Jadi Akhilles tidak akan

Page 6: METODE METODE FILSAFAT

pernah dapat mengejar kura-kura itu. Dengan demikian, gerak itu

merupakan suatu yang absurd.

3) Anak panah. Apabila sebuah anak panah dilemparkan dari busurnya,

apakah anak panah itu benar bergerak? Yang terjadi ialah bahwa pada

setiap anak panah itu berada ditempat anak panah itu sedang berada. Di

setiap tempat anak panah itu berada, sesungguhnya anak panah itu

sedang berhenti dan diam di situ. Jadi, jelas bahwa setiap saat anak

panah itu berada di tempat tertentu dalam keadaan diam. Apakah

berdiamnya anak panah de setiap tempat tertentu merupakan suatu

gerak? Jika benar demikian, apa yang disebut gerak itu tidak lain

daripada rangkaian diam di tempat. Lalu, benarkah yang diam itu

bergerak? Oleh karena itu, sesungguhnya gerak merupakan sesuatu yang

absurd.

4) Benda yang bergerak bertentangan. Kondisi ini terjadi apabila dua

benda padat yang sangat kecil memiliki ukuran sama dan bergerak dalam

kecepatan sama dengan dengan arah yang saling bertentangan; di

samping itu, ada lagi benda yang sama berada dalam keadaan diam.

Kedua benda yang bergerak itu akan melewati benda yang tidak

bergerak dalam suatu unit waktu yang minimum. Kedua benda yang

bergerak itu akan saling berpapasan dalam waktu yang lebih singkat

daripada unik waktu yang minimum tersebut. Akan tetapi, kedua-duanya

merupakan unit waktu yang minimum sehingga dapat disimpulkan

bahwa yang setengah sama dengan yang satu. Oleh sebab itu gerak

adalah sesuatu yang absurd.

Page 7: METODE METODE FILSAFAT

d. Komentar :

Metode yang dikembangkan oleh Zeno sangat berguna dalam suatu

perdebatan karena dengan metode itu ia telah memberi dasar yang kokoh bagi

argumentasi-argumentasi yang rasional dan logis. Selain itu juga metode-metode

yang di temukan oleh Zeno merupakan penemuan baru yang bisa diterapkan di

kehidupan sehari-hari.

2. Metode Sokrates : Maieutik Dialektis Kritis Induktif

a. Tokoh : Sokrates

b. Metode : Maieutik Dialektis Kritis Induktif

c. Pendapat :

Sokrates (470-399 SM) dianggap sebagai salah seorang filusuf besar

sepanjang zaman, pada kenyataannya ia tidak pernah menulis sesuatu apapun

juga sehingga tidak seorangpun dapat memaparkan pemikiran-pemikiran

Sokrates berdasarkan hasil karya tulisannya sendiri Sokrates hanya dikenal lewat

berbagai karya tulis murid-muridnya, yakni Aristophanes, Xenophon, Plato dan

karya tulis murid Plato, Aristoteles. Ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan

Sokrates yang ditampilkan oleh keempat orang itupun tak begitu jelas dan begitu

lengkap.

Ada beberapa ahli yang menekankan bahwa tulisan-tulisan Xenophon

tentang sokrates dapat dijadikan sumber informasi utama, namun ada juga yang

mengatakan bahwa tulisan-tulisan plato dan Aristoteles adalah sumber utama

yang paling dapat diandalkan untuk mengenal sokrates. Saat ini, pada umumnya

para ahli menggunakan keempat sumber yang tersedia itu, namun ada

Page 8: METODE METODE FILSAFAT

kesepakatan bersama yang menunjukan bahwa pemikaran-pemikiran Sokrates

hampir lengkap ditemukan lewat berbagai karya tulis plato, teristimewa dalam

dialog-dialog yang pertama, yang disebut sebagai dialog-dialog sokratik. Dari

dialog-dialog tersebut memang harus diakui bahwa betapa sulitnya membedakan

mana yang merupakan gagasan pemikiran sokrates yang murni dan mana yang

merupakan gagasan dan pemikiran Plato. Yang jelas adalah plato, yang begitu

mengaguimi sokrates, hendak mengabadikan gurunya itu lewat dialog-

dialognya, sehingga lewat dialog-dialognya ynag pertama Plato berupaya

menampilkan Sokrates. Baru kemudian dalam dialog-dialog yang ditulisnya usia

lebih lanjut, Plato mulai mengembangkan pemikiran dan gagasannya sendiri.

Lewat berbagai karya tulis Plato, yang terlihat jelas ialah bahwa

pemikiran-pemikiran Sokrates terpusat pada manusia. Dengan kata lain, manusia

menjadi titik perhatian paling utama dalam filsafat sokrates. Sambil

menempatkan manusia di pusat perhatian filsafatnya, Sokratres berangkat dari

kehidupan sehari-hari yang konkrit. Sokrates menolak subjektivisme dan

relativisme dari kaum sofis yang menyebabkan timbulnya skeptisisme. Bagi

Sokrates, kebenaran objektif yang hendaknya dicapai bukanlah semata-mata

untuk membangun suatu ilmu pengetahuan terotis yang abstrak, tetapi justru

untuk meraih kebijakan karena, menurut sokrates, filsafat adalah upaya untuk

mencapai kebijakan. Kebijakan itu harus tampak lewat perilaku manusia yang

pantas, yang baik dan terpuji. Kebijakan mengantar manusia ke gerbang

kebahagian sejati. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa siapa mengetahui dan

oleh sebab itu memiliki kebenaran objektif dan bertingkah laku sesuai dengan

Page 9: METODE METODE FILSAFAT

kebenaran objektif itu, merekalah yang dapat mencapai kebenaran

sesungguhnya.

Untuk mencapai kebenaran objektif itu, sokrates menggunakan suatu

metode yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang amat erat digenggamnya.

Sokrates begitu yakin bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan

dalam jiwa setiap orang sejak masa praeksistensinya. Karena itu, Sokrates tidak

pernah mengajar tentang kebenaran itu, melainkan berupaya menolong untuk

mengungkapkan apa yang memang ada dan tersimpam di dalam jiwa seseorang.

Sokrates mengatakan bahwa seperti apa yang dilakukan oleh ibunya,yang sering

menolong orang melahirkan ( ibunya seorang bidang ), demikianlah pula yang

dilakukannya. Ia menolong orang untuk “melahirkan” pengetahuan kebenaran

yang dikandung oleh jiwanya. Sokrates merasa terpanggil untuk melakukan

tugas yang mirip dengan tugas ibunya itu, maka cara yang digunakannya pun

disebutnya maieutika tekhne (teknik kebidanan).

Sokrates memperaktekan teknik kebidanan itu lewat percakapan.

Sokrates senantiasa menggunakan setiap kesempatan untuk berdialog dengan

siapa saja yang berjumpa dengan dia. Lewat percakapan demikian itulah ia

melihat dengan jelas adanya kebenaran-kebenaran individual yang ternyata

bersipat universal. Dengan demikian, ia telah memperkokoh dasar berfikir

induktif yang kemudian akan kembangkan oleh para pemikir lainnya.

Dalam dialog-dialog yang dilakukannya, Sokrates melibatkan diri secara

aktif dengan menggunakan argumentasi rasional yang didukung oleh analisis

yang cermat tentang apa saja, dalam menunjukian perbedaan, pertentangan,

penolakan, menyaring, membersihkan, serta menjelaskan keyakinan dan

Page 10: METODE METODE FILSAFAT

pendapat demi lahirnya kebenaran objektif. Lewat dialog-dialog kritis serupa

itulah, Sokrates berupaya mengiring orang untuk menemukan kebenaran yang

sesungguhnya.

Karena sokrates selalu mengajak orang untuk bercakap-cakap. Metode

yang digunaknnya itu disebut metode dialektik. Istilah dialektika berasal dari

kata kerja yunani dialegesthai, yang berarti bercakap-cakap. Kata dialektik

sdalam ungkapan metode dialektik Sokrates memiliki arti yang sangat dekat

dengan arti harfiah kata yunani tersebut. Ada pula yang menyebut metode

dialektik sebagai metode intorogasi (interrogation method). Kendati metode

dialektik bukanlah ciptaan sokrates, dapat dikatakan Sokrates yang

memperaktekan dan mengembangkan metode tersebut dengan baik.

d. Komentar :

Saya setuju cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas

satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki

melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya.

Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan

sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah

sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran

tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan

epistemologis di kemudian hari.

Page 11: METODE METODE FILSAFAT

3. Metode Plato : Deduktif Spekulatif Transendental

a. Tokoh : Palto

b. Metode : deduktif spekulatif transcendental

c. Pendapat :

Sebenarnya dapat dikatakan bahwa metode Soktares adalah juga metode

Plato. Akan tetapi, cukup banyak ahli yang menganggap bahwa Plato jauh

melampaui Sokrates dalam filsafat. Memang, Plato ingin mengabdikan gagasan

dan pemikiran gurunya yang amat dikasihinya, tetapi tidak berarti bahwa Plato

tidak memiliki gagasan dan pemikiran yang orosinil. Bahkan, ada yang

menganggap bahwa Plato meminjam nama Soktares untuk mengabadikan

gagasan dan pemikiranya sendiri. Yang pasti, Sokrates adalah Sokrates dan Plato

adalah Plato.

Jika Soktates memusatkan perhatiannya pada persoalan manusia,

Khususnya masalah-masalah etis, Plato memusatkan perhatiannya pada bidang

yang amat luas, yaitu mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Dari berbagai ilmu

pengetahuan yang diminatinya itu, eksaktalah yang memeperoleh tempat yang

istinewa. Kaena itu tidak heranlah apabila Plato ikut serta dalam menetapkan

dasar bagi penalaran deduktif yang terlihat jelas lewat argumentasi-argumentasi

deduktif yang amat cermat dan sistematis.

Pada umumya para ahli membagi dialog-dialog Plato kedalam tiga

periode:

1) Priode dialog-dialog awal, disebut juga sebagi peride

penyelidikan (inquiri);

Page 12: METODE METODE FILSAFAT

2) Priode dialog-dialog pertengahan, disebut juga sebagai prode

spekulasi/pemikiran(speculation)

3) priode dialog-dialog akhir, disebut juga sebagai prode kritisisme,

penilaian, dan aplikasi (critisem, apparasial, and application).

Dalam dialog-dialog awal, khususnya Hippias, Gorgias, Protagoras,

Euthydemus, Meno, minor dan Cleitophon, Plato menyanggah para sofis yang

menolak spekulasi, sains, teori etika dan tradisi.

Dalam dialog-dialog pertengahan terlihat berkembang suatu filsafat

sistematis. Hasil-hasil pemikiran yang begitu abstrak melahirkan teori-teori

yangdituangkan kedalam enam tema pokok, yaitu:

1) Teori tentang bentuk-bentuk ( the theory of forms ), yang dikenal juga

sebagai teori tentang ide-ide;

2) Sifat cinta ( The nature of Love )

3) Metode Dialektika ( The methode of Dialectic );

4) Bentuk atau ide tentang Kebaikan ( The form of Good )

5) Sifat jiwa ( The Nature of saul );

6) Masyarakat Ideal ( The Ideal society ).

Memperhatikan keenam teori tersebut diatas, tepatlah apabila dikatakan

bahwa periode dialog-dialog pertengahan disebut sebagai periode spekulasi.

Adapun dialog dialog pada periode akhir merupakan suatu upaya untuk

mengaplikasikan secara rinci sistem spekulatif yang agung itu (detailed

aplication of the great speculative system).

Inti dan dasar seluruh filsafat Plato ialah ajaran tentang ide-ide. Plato

percaya bahwa ide yang terungkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-objek

Page 13: METODE METODE FILSAFAT

material yang terlihat oleh mata. Keberadaan bunga, pohon, burung, manusia,

dan sebagainya bisa berubah-ubah dan akan berakhir. Adapun ide tentang bunga,

pohon, burung dan manusia tidak akan berubah dan kekal adanya. Karena itu,

hanya ide yang merupakan realitas yang sesungguhnya dan abadi. Dunia indrawi

adalah suatu realitas yang tidak tetap dan berubah-ubah, dan ituylah yang

dihadapi manusia. Adapun dunia ide suatu realitas yang tidak bisa dilihat, dirasa,

dan didengar, dunia yang benar-benar objektif dan diluar pengalaman manusia.

Apa yang disebut pengetahuan sebenarnya hanya merupakan ingatan terhadap

apa yang telah diketahuinya di dunia ide konon sebelum berada di dunia

indrawi, manusia pernah berdiam di dunia ide. Jelas bahwa dunia ide itu berada

diluar pengalaman manusia di dunia, mengatasi realitas yang tampak, dan

keberadaannya terlepas dari dunia indrawi. Karena itu, sistem permikiran Plato

bersifat transendental. Karena itu pula, secara menyeluruh dapat dikatakan

metode filsafat Plato adalah metode deduktif spekulatif transendental.

d. Komentar :

Dengan pandangan plato tersebut menjadi acuan dan referensi

perkembangan tentang filsafat ilmu hingga kini. Dengan teori dan pandangannya

maka kita bisa mempelajari dan mengembangkan agar bermanfaat bagi

kehidupan yang akan dating.

4. Metode Aristoteles : Silogistis Deduktif

a. Tokoh : Aristoteles

b. Metode : Silogistis Deduktif

Page 14: METODE METODE FILSAFAT

c. Pendapat :

Aristoteles (384-322 SM) mengatakan bahwa ada dua metode yang dapat

digunakan untuk menarik kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan

kebenaran baru. Kedua metode ini disebut metode induktif dan deduktif. Induksi

(epagogi) ialah cara menarik konklusi yang bersifat umum dari hal-hal yang

khusus. Adapun deduksi (apodiktik) ialah cara menarik konklusi berdasarkan

dua kebenaran yang pasti dan tidak diragukan, yang bertolak dari sifat umum ke

khusus. Indsuksi berangkat dari pengamatan dan pengetahuan indrawi yang

berdasarkan pengalaman, sedangkan deduksi sebaliknya terlepas dari

pengamatan dan pengetahuan indrawi yang berdasarkanpengalaman itu.

Sebenarnya Aristoteles menerima baik induksi maupun deduksi, akan

tetapi dikenal sebagi filusuf barat pertama yang secara rinci dan sistematis

mneyusun ketentuan-ketentuan dalam penalaran deduktif. Ia senantiasa

dihubungkan dengan pengalaman deduktif.

Baik induksi maupun deduksi di paparkan oleh aristoteles di dalam

logika. Tidak dapat disangkal bahwa logika adalah salah satu karya filsafati

besar yang dihasilkan oleh Aristoteles, yang menyebabkan ia sering disebut

sebagai pelopor, penemu, atau bapak logika kendati itu tidak berarti sebelum

Aristoteles belum ada logika.

Sebenarnya istilah logika tidak pernah digunakan oleh Aristoteles. Untuk

meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi-proposisi yang

benar, dipakainya istilah analitika. Asapun untuk untuk meneliuti berbagai

argumentasi-argumenatsi yang bertolak dari dari proposisi-proposisi yang

diragukan kebenarannya, dipakainya istilah dialektika. Logika sebagaimana

Page 15: METODE METODE FILSAFAT

dalam arti yang kita kenal sekarang mulai digunakan oleh Alexander

Aphodisisas pada awal abad ke-3 SM.

Inti logika adalah siligisme, dan silogisme sebagai suatu alat dan

mekanisme penalaran untuk menarik konklusi yang benar berdasarkan premis-

premis yang benar adalah suatu bentuk formal dan penalaran deduktif. Bagi

Aristoteles, deduksi merupakan metode terbaik untuk memperoleh konklusi

demi meraih pengetahuan dan kebenaran baru. Itulah sebabnya mengapa metode

Aristoteles disebut metode silogistis deduktif.

Silogisme adalah penemuan Aristoteles yang murni dan terbesarb dalam

logika. Aristoteles tidak menggunakan silogisme semata-mata untuk menyusun

argumentasi-argumentasi bagi suatu perdebatan, namun terutama sebagai

metode dasar bagi pengembangan suatu bidang ilmu pengetahuan. Karena itu,

Aristoteles tidak memasukkan logika keda;lam salah satu kelomok dari ketiga

kelompokmenurut pembagian ilmu pengetahuan yang disusunnya.

Silogisme sebagai suatu bentuk formal dari deduksi, terdiri atas tiga

proposisi. Proposisi pertama dan proposisi kedua disebut sebagai premis,

sedangkan proposisi ketiga disebut sebagai konklusi yang ditarik dari proposisi

pertama dengan bantuan proposisi kedua. Jadi setiap silogisme terdiri atas dua

premis dan satu konklusi. Tiap-tiap proposisi itu harus memiliki dua term. Jadi

setiap silogisme harus memiliki enam term. Akan tetapi, dalam setiap terma

dalam suatu silogisme senantiasa disebut dua kali, sebenarnya dalam setiap

silogisme hanya terdap tiga term. Apabila proposisi yang ketiga, yaitu proposisi

yang disebut konklusi, diperhatikan dengan seksama, pada proposisi ketiga itu

terdapat dua term dari ketiga term yang disebut tadi. Yang menjadi subjek

Page 16: METODE METODE FILSAFAT

konklusi disebut term minor, dan yang menjadi predikat konklusi disebut term

mayor. Term yang terdapat pad kedua proposisi disebut terma tengah (terminus

medius).

Berikut ini contoh silogisme:

1) Semua anjing adalah hewan berkaki empat.

2) Si hitam adalah seekor anjing.

3) Si hitam adalah hewan berkaki empat.

Pola kerja yang ditempuh dalam penalaran silogistis-deduktif adalah

sebagi berikut. Pertama-tama, ditetapkan suatu kebenaran universal dan

kemudian menjabarkannya pada hal-hal yang khusus. Dengan kata lain,

sesudahsuatu ketentuan umum yang ditetapkan, barulah kemudian berdasarkan

ketentuan umum itu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus atas kasus tertentu.

Immanuel kant mengatakan bahwa logika yang diciptakan oleh

Aristoteles sejak semula sudah begitu sempurna sehiongga tidak mungkin

bertambah sedikit pun. Kendati demikian, perlu juga diperhatikan kecaman

betrand Russell yang mengatakan:

“Aristoteles bersikeras mengatakan bahwa wanita mempunyai gigi yang

lerbih sedikit daripada pria, padahal kendati dia pernah dua kali kawin, tidak

pernah terlintas dibenaknya untuk menguji pendapatnya dengan meneliti mulut-

mulut istrinya itu.”

Tentu saja itu tidak berarti mengecilkan jasa Aristoteles yang harus

diakui memang luar biasa bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 17: METODE METODE FILSAFAT

d. Komentar :

Menurut pendapat saya, apa yang dijelaskan oleh Aristoteles lebih

realistis karena ia menekankan pada bukti fakta, hal yang konkret atau nyata.

Selain itu ide lahir dari pengamatan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Ide

tentang bentuk kursi muncul ketika manusia melakukan pengamatan dan

menyimpulkan seperti apa bentuk kursi itu. Realita menurut Aristoteles adalah

apa yang tertangkap oleh indra dan inilah yang mewakili bentuk sebenarnya.

Akal tidak mengandung ide bawaan, tetapi akal lah yang mengabstrasikan ide

dalam benda yang ditangkap oleh panca indra. Cara berpikir ilmiah itu selaras

dengan metode logia, sebab logika tidak lain dari berpikir secara teratur menurut

urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab akibat.

5. Metode Plotinos : Kontemplatif Mistis

a. Tokoh : Plotinos

b. Metode : Kontemplatif mistis

c. Pendapat :

Platinos (205-270) yang berumur 65 tahun adalah seorang filsuf

Neoplatonis. Bahkan, sesungguhnya Plotinoslah yang mendirikan neoplatonisme

dan sekaligus merupakan tokoh pemikir neoplatonisme yang terbesar. Plotinos

lahir di Mesir sejak tahun 231 sampai 242 belajar filsafat pada Ammonius

Sakkas. Kemudian pada tahun 245 Plotinus mulai mengajar filsafat di Roma

sampai pada tahun 268. Karya-karyanya ditulis sejak tahun 253 sampai 270,

yang meliputi semua cabang filsafat kecuali politik. Karya-karya tulisnya itu

kemudian diterbitkan oleh muridnya, Porphyrios, yang menyusunnya menjadi

Page 18: METODE METODE FILSAFAT

enam buah buku, dan setiap buku terdiri dari sembilan bab. Oleh sebab itu

bentuk yang digunakan Porphyrios untuk menerbitkan karya tulis

gurunya disebut Enneades (enna = 9).

Filsafat Plotinos didasarkan pada ajaran Plato, khususnya mengenai

ide kebaikan selaku ide yang tertinggi dalam dunia ide Plato, yang juga menjadi

sumber dan dasar segala ide yang lain. Karena Plotinos menggunakan istilah-

istilah dan mengembangkan dasar-dasar pemikiran Plato, filsafat Plotinos

disebut neoplatonisme. Akan tetapi, tidak berarti Platinos hanya mengenal

filsafat Plato. Platinos telah mempelajari seluruh filsafat yang sudah ada dan

yang sedang berkembang pada masa itu, dan bahkan sesungguhnya filsafat

Platinos merupakan sintesis dari semua filsafat yang mendahuluinya kendati

memang terlihat dengan jelas bahwa pengaruh Platonisme sangat dominan.

Ide kebaikan atau yang sangat baik, selaku ide tertinggi bagi Plato, oleh

Platinos disebut to hen (yang esa/the one). Yang esa itu adalah yang

awal atau yang pertama, yang palingbaik, yang paling tinggi, dan yang kekal.

Yang esa itu tidak dapat dikenal oleh manusia karena ia tidak dapat

dibandingkan atau disamakan dengan apapun juga. Yang esa itu adalah pusat

daya dan pusat kekuatan. Seluruh realitas berasal dari pusat itu lewat suatu

proses mengalir keluar atau pencaran. Proses mengalir keluar atau pancaran itu

disebut emanasi. To hen itu bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya,

dan pemancaran sinar itulah yang serupa dengan proses emanasi. Kendati telah

terjadi proses emanasi, yang esa itu tidak pernah berkurang atau berubah. Yang

esa itu tidak pernah terpengaruh oleh proses emanasi.

Page 19: METODE METODE FILSAFAT

Menurut Platinos, dalam proses emanasi, yang pertama mengalir keluar

dari yang esa itu ialah –nous. Nous sangat sulit diterjemahkan. Ada yang

menerjemahkannya dengan budi, ada pula yang menyebutnya dengan akal, dan

ada pula yang menyebutnya roh. Nous itu berada paling dekat dengan to hen.

Nous merupakan gambaran atau bayang-bayang dari to hen.

Kemudian dari nous mengalir keluar sesuatu yang oleh Platinos

disebut psykhe atau jiwa. Psykhe merupakan sesuatu yang memiliki tingkatan

lebih rendah dari nous. Psykhe berada di perbatasan antaranous dan materi.

Oleh sebab itu dapat juga dikatakan bahwa psykhe merupakan

penghubung antara nous yang terang dengan materi yang gelap, atau

penghubung roh dan materi sehingga dapat dikatakan pula

bahwa psykhe adalah penghubung dan penggabung antara yang

rohani dengan yang jasmani.

Psykhe kemudian disusul oleh me on (materi/zat) sebagai pengaliran

lingkaran ketiga. Akan tetapi, menurut Platinos, me on itu hanya merupakan

suatu potensi atau suatu kemungkinan bagi perwujudan suatu keberadaan dalam

suatu bentuk. Kemudian psykhe manusia bertemu dengan materi,lalu melahirkan

suatu tubuh, yang pada hakikatnya berlawanan dengan nous dan dengan to hen.

Tentu saja hal itu merupakan penyimpangan dari yang semestinya.

Penyimpangan dari yang semestinya itu berarti penyimpangan dari kebenaran.

Untuk mencapai kebenaran, manusia harus kembali kepada to hen dan menyatu

dengannya. Itulah yang harus menjadi tujuan hidup manusia. Jika oleh proses

emanasi, manusia meninggalkan terang yang mutlak dan masuk ke

dalam kegelapan yang mutlak, maka untuk mencapai kebenaran manusia harus

Page 20: METODE METODE FILSAFAT

menempuh jalan sebaliknya. Yaitu meninggalkan kegelapan yang mutlak, lalu

berjalan menuju terang yang mutlak.

Bagi Plotinos, kesatuan mistis dengan to hen merupakan kebenaran

sejati. Agar kesatuan mistis itu dapat terwujud, manusia harus berani berfikir

tanpa berorientasi pada hal-hal indrawi yang merupakan penghambat dalam

upaya pembebasan dari ketertarikan dengan materi yang gelap. Lewat

kontemplasi, tercapainya kesatuan mistis dengan to hen.

Filsafat Plotinos merupakan suatu sistem yang hendak menjelaskan asal

mula dan tujuan seluruh realitas, termasuk manusia. Oleh sebab itu, filsafatnya

bukan hanya merupakan suatu doktrin, melainkan juga merupakan suatu way of

life. Filsafat Plotinos merupakan jalan pembebasan dari keterikatan dengan

materi yang merupakan penyimpangan dari kebenaran, menuju kesatuan mistis

dengan to hen yang adalah kebaikan dan kebenaran mutlak, lewat kontemplasi.

Karena itu, metode Plotinos disebut metode kontemplatif mistis.

d. Komentar :

Menurut saya pendapat Plotinus benar karena manusia harusnya

mencapai kebenaran dengan meninggalkan kegelapan yang mutlak, lalu berjalan

menuju terang yang mutlak.

6. Metode Descartes : Skeptis

a. Tokoh : Descartes

b. Metode : skeptic

Page 21: METODE METODE FILSAFAT

c. Pendapat :

Satu hal yang membuat Descartes sangat terkenal adalah bagaimana dia

menciptakan satu metode yang betulbetul baru didalam berfilsafat yang

kemudian dia beri nama metode keraguan atau kalau dalam bahasa aslinya

dikatakan sebagai Le Doubte Methodique. Berdasarkan metode ini, berfilsafat

menurut Descartes adalah membuat pertanyaan metafisis untuk kemudian

menemukan jawabannya dengan sebuah fundamen yang pasti, sebagaimana

pastinya jawaban didalam matematika.

Keraguan sendiri adalah keadaan seimbang antara penegasan (affirmasi)

dan pengingkaran (negasi). Dalam kehidupan seharihari, keraguan lebih sering

ditemui saat kita akan mengambil sebuah keputusan. Walaupun praktik yang

dilakukan filsuf dengan kita berbeda namun pengambilan keputusan itu pada

dasarnya berada pada level yang sama sebagai suatu jalan dalam menemukan

kebenarankebenaran sebuah putusan.

Meragukan sesuatu adalah berpikir tentang sesuatu, dengan demikian

bisa dikatakan bahwa kepastian akan eksistensi kita bisa dicapai dengan

berpikir. Descartes kemudian mengatakan cogito ergo sum atau kalau dalam

bahasa aslinya dikatakan Je pense donc je suis yang artinya adalah aku berpikir

maka aku ada.

Dengan metode keraguan ini, Descartes ingin mengokohkan kepastian

akan kebenaran, yaitu “cogito” atau kesadaran diri. Cogito adalah sebuah

kebenaran dan kepastian yang sudah tidak tergoyahkan lagi karena dipahami

sebagai hal yang sudah jelas dan terpilahpilah ( claire et distincte).

Page 22: METODE METODE FILSAFAT

Metode Keraguan (Skeptisisme) berawal dari pemikiran bahwa untuk

menemukan basis yang kuat bagi filsafat, ia meragukan (skeptis) terlebih dulu

terhadap segala seuatu yang dapat diragukan. Mulamula ia meragukan semua

yang dapat diindera, obyek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah

langkah pertama metode skeptis terebut. Dia meragukan adanya badannya

sendiri, keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi,

halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang

sebenarnya tidak jelas. Di dalam mimpi seolaholah seseorang mengalami

sesuatu yang sungguhsungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi. Jika orang

ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keraguraguan itu jelas ia ada sedang

berfikir. Sebab yang sedang berfkir itu tentu ada dan jelas terang benderang

“Corgito Ergo Sum” (saya berfikir, maka jelaslah saya ada).

Metode keraguan Descartes bukanlah tujuannya. Tujuan metode ini

bukanlah untuk mempertahankan keraguan, sebaliknya metode ini bergerak dari

keraguan menuju kepastian. Keraguan Descartes hanya digunakan untuk

menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak

dapat diragukan.

Lebih lanjut descartes mengatakan bahwa sumber kebenaran ialah rasio.

Hanya rasio sajalah yang dapat membawa seseorang kepada kebenaran, yang

benar hanyalah tindakan akal yang terang benderang yang disebutnya Ideas,

Claires at Distinctes (pemikiran yang terang benderang dan terpilahpilah). Idea

terang benderang ini pemberian Tuhan sebelum dlahirkan Idea innatal = ide

bawaan).

Page 23: METODE METODE FILSAFAT

Descartes mengembangkan metode filsafat keraguan ini dengan tahap-

tahap rinci yang bisa kita lewati. Oleh karena itu, metode yang dikembangkan

oleh Descartes ini biasa disebut juga sebagai skeptikmetodik, artinya keraguan

yang didasarkan atas suatu metode sistematis untuk sampai pada kebenaran.

Metode itu dimulai melalui beberapa tahapan, diantaranya: 1. mulai meragukan

segala sesuatu yang selama ini diterima sebagai suatu kebenaran; 2.

mengklasifikasikan persoalan dari hal yang sederhana hingga hal yang rumit; 3.

melakukan pemecahan masalah dari hal yang rumit hingga hal yang paling

rumit; dan 4. memeriksa kembali secara menyeluruh barangkali masih ada hal-

hal yang masih tersisa atau terabaikan.

d. Komentar :

Berdasarkan metode yang dikemukakan oleh Descartes member kita

sebuah pelajaran bahwa metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian.

Keraguan hanya digunakan untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat

diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan.

7. Metode Bacon : Induktif

a. Tokoh : Bacon

b. Metode : induktif

c. Pendapat :

Secara umum induksi dijelaskan sebagai proses berpikir di mana orang

berjalan dari yang kurang universal menuju yang lebih universal, atau secara

lebih ketat lagi dari yang individual/ partikular menuju ke yang umum/

Page 24: METODE METODE FILSAFAT

universal. Induksi bisa mengantarkan manusia pada tingkatan inderawi dan

individual menuju ke tingkatan intelektual dan universal.

Dalam segala bentuknya yang lebih khusus induksi merupakan persoalan

generalisasi empiris, yakni kita berargumen bahwa karena sesuatu telah terbukti

benar dalam sejumlah kasus yang diamati, besar kemungkinan yang diperoleh

tidak bersifat pasti (kecuali dalam kasus-kasus khusus), tapi bisa menjadi sangat

besar kemungkinannya dan seluruh prediksi rasional kita mengenai masa depan

tergantung pada referensi ini. Pengambilan kesimpulan dengan induksi sudah

pasti tidak sekedar masalah empiris karena kita menggunakannya untuk

menyimpulkan apa yang belum kita amati.

Merujuk pada pernyataan David Hume bahwa argumentasi yang bersifat

induktif bersandar pada suatu keaneka ragaman, kebiasaan dan pengalaman, hal

ini sesuai dengan apa yang menjadi stressing point Francis Bacon dengan

menekankan aspek eksperimen sebagai hal penting untuk menaklukan alam

dengan rahasianya (to torture nature for her secrets). Dalam hal ini Bacon

menyebutnya sebagai komposisi sejarah alamiah dan eksperimental (the

composition of a natural anda experimental history). Menurutnya, eksperimen

sangat penting karena jika kita dengan sederhana mengamati tentang apa-apa

yang terjadi di sekitar kita, maka kita dibatasi dalam data- data yang kita

kumpulkan; ketika kita menampilkan sebuah percobaan kita mengendalikan

keadaan pengamatan sejauh mungkin dan memanipulasi keadaan dari percobaan

untuk melihat apa yang terjadi dalam lingkungan-lingkungan di mana hal

sebaliknya tidak pernah terjadi. Eksperimen memungkinkan kita untuk

menanyakan “apa yang terjadi jika …?”. Bacon menyatakan bahwa dengan

Page 25: METODE METODE FILSAFAT

mengadakan percobaan-percobaan kita mampu menaklukan alam dan

rahasianya. Satu hal yang terpenting adalah bahwa ‘banyak hal-hal’ yang

terpelihara/ terjaga. Jadi, apa yang orang-orang perlu pelajari dari alam ini ialah

bagaimana menggunakannya secara penuh untuk mendominasi dengan

keseluruhan alam tersebut dan juga atas orang lain.

Berdasarkan pemikirannya tersebut, Bacon merumuskan dasar-dasar

berpikir induktif modern. Menurutnya, metode induksi yang tepat adalah induksi

yang bertitik pangkal pada pemeriksaan yang diteliti dan telaten mengenai

data-data partikular, yang pada tahap selanjutnya rasio dapat bergerak maju

menuju penafsiran terhadap alam (interpretatio natura). Untuk mencari dan

menemukan kebenaran dengan metode induksi, Bacon mengemukakan ada dua

cara yang harus dilakukan, yaitu:

1) Rasio yang digunakan harus mengacu pada pengamatan inderawi yang

partikular, kemudian mengungkapnya secara umum.

2) Rasio yang berpangkal pada pengamatan inderawi yang partikular digunakan

untuk merumuskan ungkapan umum yang terdekat dan masih dalam

jangkauan pengamatan itu sendiri, kemudian secara bertahap mengungkap

yang lebih umum di luar pengamatan.

Dalam filsafat Whitehead induksi bukanlah proses menarik

hukum-hukum dari observasi yang diulang-ulang tetapi dengan cara membuat

dugaan tentang ayat-ayat masa depan yang didasarkan pada sifat-sifat masa

lampau dari benda-benda yang diobservasi. Maka hal ini melibatkan imajinasi

dan akal. Menurutnya, generalisasi ide harus sampai pada suatu sistem ide yang

koheren, logis dan niscaya. Untuk menghindari penggunaan metode induksi

Page 26: METODE METODE FILSAFAT

yang keliru, Bacon menyarankan agar menghindari empat macam idola atau

rintangan dalam berpikir, yaitu:

1) Idola tribus (bangsa) yaitu prasangka yang dihasilkan oleh pesona atas

keajekan tatanan alamiah sehingga seringkali orang tidak mampu

memandang alam secara obyektif. Idola ini menawan pikiran orang banyak,

sehingga menjadi prasangka yang kolektif.

2) Idola cave (cave/specus = gua), maksudnya pengalaman dan minat pribadi

kita sendiri mengarahkan cara kita melihat dunia, sehingga dunia obyektif

dikaburkan.

3) Idola fora (forum = pasar) adalah yang paling berbahaya. Acuannya adalah

pendapat orang yang diterimanya begitu saja sehingga mengarahkan

keyakinan dan penilaiannya yang tidak teruji.

4) Idola theatra (theatra = panggung). Dengan konsep ini, sistem filsafat

tradisional adalah kenyataan subyektif dari para filosofnya. Sistem ini

dipentaskan, lalu tamat seperti sebuah teater.

d. Komentar :

Dengan memahami metode pendekatan Induktif Bacon, kita bisa belajar

untuk memulai dengan bagian-bagian yang bisa diamati dan kemudian berpikir

ke dalam pernyataan-pernyataan umum ataupun hukum-hukum, karena induksi

tersebut menuntut verifikasi bagian-bagian spesifik sebelum sebuah keputusan

dibuat.

Page 27: METODE METODE FILSAFAT

8. Metode Eksistensialisme : Eksistensial

a. Tokoh : Soran Kierkegaar

b. Metode : eksistensial

c. Pendapat :

Kierkegaar dilahirkan pada tanggal 5 mei 1813 dan wafat pada tanggal

18 november 1855. Ia memperkenalkan istilah “Kristensi” dalam suatu arti yang

mempunyai peranbesar pada abad ke 20. Hanya manusia yang mampu

bereksistensi. menurut Kierkegaar filsafat harus mengutamakan manusia

individual.

Kehidupan secara konkret berarti kehidupanku. Kebenaran yang konkret

berarti kebenaran bagi saya. Pengaruh kierkegaar belum tampak ketika Ia masih

hidup, bahkan bertahun tahun namanya tidak dikenal orang di luar negerinya.

Karena sebagian karyanya ditulis dalam bahasa Denmark. Barulah pada akhir

abad ke19 karya-karya kierkegaar diterjemahkan kedalam bahasa Jerman.

Karyanya menjadi sumber yang sangat penting sekali untuk filsafat abad ke20,

yang di sebut eksistensialisme. Karenanya sering disebut bahwa Kierkegaar

adalah bapak filsafat eksistensialisme. Tetapi anehnya eksistensialiseme abad

ke20 tidak jarang beraliran ateis padahal kiergar seorang penganut Kristen.

Sebagai bapak Eksistensialisme pandangan filsof kierkegaar tentunya

banyak membahas manusia, khususnya eksistensinya. Beberapa poin penting

dalam filsafatnya:

1) Individu tidak di tetapkan pada ketiadaan, melainkan di hadapan Tuhan

2) Dia menganggap Hegelianisme sebagai ancaman besar untuk individu, untik

manusia selaku persona

Page 28: METODE METODE FILSAFAT

3) Yang harus di persoalkan terutama subjektifitas dari kebenaran, yaitu

bagaimana kebenaran dapat menjelma dalam kehidupan individu. Kebenaran

objektif termasuk agama, harus mendarah daging dalam individu.

4) Yang terpenting ialah bahwa aku mwmahami diriku sendiri bahwa ku lihat

dengan jelas apa yang Tuhan kehendaki sungguhsungguh agar aku perbuat.

5) Dia membedakan manusia dalam stadium estetis, etis, dan religius.

6) Kebosanan, kekurangsensngan kecemasan dapat memimpin seseorang

kearah stadium etis

7) Manusia bisa merasa dirinya kecil dan tidak berdaya sambil mendambakan

tapangan serta bantuan Tuhan.

Hal yang paling menonjol dari kierkegaar adalah bahwa dia

membedakan batasbatas antara fikiran dan ratio. Bapak eksistensialisme ini

secara langsung mempertimbangkan Catigo cartesian tersebut. Jika ‘Aku’ dalam

kaidah itu, menunjikkan pada manusia dalam kaidah maujud personal, ini tidak

membuktikan suate apa pun, ”jika ‘Aku berfikir adakah geranganaku ini

sungguh Aku.

d. Komentar :

Saya setuju dengan pendapat Soran Kierkegaar karena manusia

merupakan individu yang hidup sendiri dan merupakan satu kesatuan dengan

lingkungan dan habitatnya secara keseluruhan. Manusia (individu) tidak

mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari dunianya dan dunia tidak mungkin

ada tanpa ada individu yang memaknakannya.

Page 29: METODE METODE FILSAFAT

9. Metode Fenomenologi : Fenomenologis

a. Tokoh : Edmund Husserl

b. Metode : Fenomenologi

c. Pendapat :

Edmund Husserl (1859-1938) mengembangkan metode fenomenologis

dalam filsafat. Menurut Husserl dalam usaha kita mencapai hakekat –pengertian

dalam aslinya- harus melalui proses reduksi. Reduksi adalah proses pembersihan

atau penyaringan dimana objek harus disaring dari beberapa hal tambahannya.

Obyek penyelidikan adalah fenomena. Dan yang kita cari adalah kekhasan

hakekat yang berlaku bagi masing-masing fenomena.

Fenomena adalah yang menampak. Yaitu data sejauh disadari dan sejauh

masuk dalam pemahaman. Obyek justru dalam relasi dengan kesadaran. Jadi

fenomena adalah yang menampakkan diri menurut adanya didalam diri manusia.

Fenomenologis mengadakan refleksi mengenai pengalaman langsung.

Melakukan penerobosan untuk mencari pengertian sebenarnya atau yang hakiki.

Kita harus menerobs gejala-gejalanya yang menampakkan diri sampai pada

hakekat obyek. Jalan yang ditempuh adalah reduksi yang menurut Husserl ada

tiga macam :

1) Reduksi fenomenologis, kita berupaya untuk mendapatkan fenomen dalam

bentuk semurni-murninya. Cara yang ditempuh adalah dengan jalan

menyaring pengalaman-pengalaman kita. Obyek kita selidiki sejauh kita

sadari. Kita pandang obyek menurut hubungannya dengan kesadaran.

Mengenai fakta-fakta kita tidak melakukan refleksi. Dalam proses ini ada

segi-sehi yang sementara kita singkirkan. Ditempatkan diantara tanda

Page 30: METODE METODE FILSAFAT

kurung. Atau menurut istilah yang menurut Husserl –Einklamerung-. Segi-

segi yang sementara disingkirkan ini adalah: pandangan adat, agama,

pandangan umum dan ilmu pengetahuan. Kalau langkah-langkah tersebut

berhasil kita akan bisa mengenal gejala dalam dirinya sendiri atau yang

disebut fenomen.

2) Reduksi eidetis atau penilaian. Dalam proses ini kita akan melihat hakekat

sesuatu atau pengertian sejatinya. Semua gejala kita tinjau lagi untuk

membedakan mana yang intisari dan mana yang tidak. Yang kitacari adalah

hakekat fenomenologis yang bersifat luas bukan arti umum, bukan arti yang

tersembunyi. Bukan hakekat yang spesifik, tetapi struktur dasariah yang

meliputi isi fundamental, sifat hakiki, relasi hakiki dengan kesadaran.

Prosesnya mulai dengan titik tolak intuisi praprediktif. Digambarkan, diteliti,

dan dianalisa dengan berdasarkan pengalaman pertama dan tekhniknya

adalah :

a) Kelengkapan, analisa harus melihat segala suatu yang ada dalam data

secara eksplisit dan sadar. Dalam analisa harus kita temukan kembali

unsur maupun segi dalam fenomena.

b) Diskripsi, segala yang terlihat harus bisa diuraikan dalam analisa. Kita

gambarkan satu-persatu semua unsur daro objek dan dibentangkan.

Hubungan satu sama lain harus tergambar dan diketahui perbedaan-

perbedaan pentingnya dalam penjelasan yang tuntas sehingga jelas

aspek-aspeknya.

c) Variasi Imajinasi, apakah sifat-sifat tertentu memang hakiki bisa

ditentukan dengan mengubah contoh-contoh, menggambarkan contoh

Page 31: METODE METODE FILSAFAT

tertentu yang representatif. Misalnya manusia dengan panca inderanya.

Sitambah dan dikurangi salah sau sifat. Hanya dengan tiga indera

misalnya, apakah dia masih person. Apakah diskripsi itu masih mengenai

macam objek yang sama seperti yang pertama.

d) Kriterium Koherensi, kita dapat mengukur tepatnya analisa

fenomenologis dengan kriterium koherensi; Pertama, harus ada

kesesuaian antara subjek, objek intensional dan sifat-sifat. Observasi

yang beturut-turut harus dapat disatukan dalam satu horizon yang

konsisten. Kedua, harus ada koherensi dalam deretan kegiatan. Setiap

observasi memberi harapan akan tindakan-tindakan yang sesuai dengan

yang pertama atau yang melangsungkan. Harus ada kontinuitas diantara

tindakan yang dapat dilakukan subjek. Fenomenologis harus melakukan

analisa internasional yaitu menjelaskan dan merumuskan horizon-

horizon bagi tindakan-tindakan intensional tertentu. Hasil proses reduksi

eidetis kita akan mencapai intuisi hakekat. Ketiga, Reduksi

Transendental. Reduksi Transendental ini adalah pengarahan ke subjek.

Jadi fenomenologi itu diterapkan kepada subjeknya sendiri dan kepada

perbuatannya. Kepastian akan kebenaran pengertian kita bisa peroleh

dari pengalaman yang sadar yang disebut erlebnisse. Didalamnya kita

bisa mengalami diri kita sendiri. Aku-kita selalu berhubungan dengan

dunia benda diluar kita dalam situasi jasmaniah tertentu.

d. Komentar :

Dari Husserl kita belajar bahwa dunia kehidupan bisa dipahami kurang

lebih dunia sebagaimana manusia menghayati dalam spontanitasnya, sebagai

Page 32: METODE METODE FILSAFAT

basis tindakan komunikasi antar subjek. Dunia kehidupan ini adalah unsur-unsur

sehari-hari yang membentuk kenyataan seseorang, yakni unsur dunia sehari-hari

yang ia alami dan jalani, sebelum ia menteorikannya atau merefleksikannya

secara filosofis.

10. Metode Analitik : Verifikasi Dari Klarifikasi

a. Tokoh : Ludwig Von Wittgenstein

b. Metode : analitik

c. Pendapat :

Menurut Ludwig Von Wittgenstein (1889-1951) filsafat adalah hanya

merupakan metode Critique of Language. Analisa bahasa adalah metode netral.

Tidak mengandaikan epistemology, metafisika, atau filsafat. Metode

Wittgenstein mempunyai maksud positif dan negatif. Positif maksudnya bahasa

sendirilah yang dijelaskan. Apakah memang dapat dikatakan dan bagaimanakah

dapat dikatakan.

Segi positif diarahkan pada segi negatif dengan jalan poositif mempunyai

efektherapeutis (penyembuhan) terhadap kekeliuran dan kekacauan. Dengan

ditampakkan jalan bahasa dan diperlihatkan sumber-sumber salah paham, orang

akan terbuka untuk melihat hal-hal menurut adanya.bukan dengan mengajukan

teori-teori, tidak dengan menetapkan peraturan bahasa dan juga bukan dengan

membuktikan kesalahan ucapan-ucapan yang dipersoalkan.

Untuk menganalisa makna bahasa, Wittgenstein mempergunakan teknik-

teknik khusus. Wittgenstein membedakan bahasa dalam unit-unit paling dasariah

: sesuatu tata bahasa dan susunan logis.

Page 33: METODE METODE FILSAFAT

Dalam bahasa struktur logis dan struktur tata bahasa sering menimbulkan

kesulitan. Dua ucapan yang mempunyai struktur tata bahasa sama, bisa berbeda

menurut struktur logisnya. Wittgenstein mencontohkan kata ‘is’ dalam bahasa

inggris bisa berarti sama dengan, bisa berarti ada.

Konsep nyata dan konsep formal berbeda. Orang sering terdorong untuk

memakai konsep formal. Seakan-akan itu konsep nyata. Hal ini mengacaukan.

Konsep formal hanya merupakan suatu nama, harus diisi dengan konsep nyata.

Teknik kedua adalah usaha menentukan bahasa ideal. Bahasa itu bersifat

tepat dan logis. Titik tolaknya atom-atom logis yang paling sederhana. Bahasa

mempunyai unit-unit dasariah yang bisa dijelaskan menurut struktur yang tepat.

Wittgenstein tidak memisahkan bahasa natural dan bahasa ideal secara

tegas. Dan ia memakai beberapa teknik logis yang khas untuk menentukan

hubungan intern antara ucapan-ucapan. Ia menyusun suatu jenjang kemungkinan

benar salah.

Menurut Wittgenstein batas bahasa juga merupakan batas dunia. Kita

hanya bisa bicara mengenai hal-hal didalam dunia dan didalam pikiran. Tidak

dapat keluar dari bahasa dan dunia. Hal-hal yang dapat dibicarakan dalam

bahasa adalah apa yang nyata didalam dunia. Tidak mungkin bicara hal-hal

metafisis, logika psikologi, metafisika dianggap tidak punya makna. Benar dan

salah tidak bisa dipertimbangkan.

d. Komentar :

Berdasarkan metode yang dikemukakan oleh witgenstein bahwa hal yang

penting bukanlah mengatur bagaimana suatu ungkapan bahasa itu harus

Page 34: METODE METODE FILSAFAT

berarti/bermakna, tetapi kita harus mendengar apa arti yang terkandung

dalam suatu ungkapan bahasa itu.