bab iii

5
Binti Shofiatul Jannah RMK Akuntansi Manajemen Lanjutan BAB III PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK EFISIENSI A. Operating Activity Based Management Berikut ini adalah perbandingan antara konsep activity based costing dengan activity based management. Gambar 1. Konsep Activity based Costing Dalam gambar tersebut model activity based costing diwakili dengan model yang vertikal, dimana biaya akan dibebankan pada aktivitas, yang pada akhirnya akan dibebankan pada objek biaya. Sedangkan activity based management yang diwakili dengan model yang horizontal, dengan tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap aktivitas sehingga aktivitas- aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan lebih efisien. Dalam penerapan activity based management, maka model activity based costing yang harus dipakai adalah model activity based costing yang memisahkan antara biaya fleksibel dengan biaya committed. Tanpa pemisahan tersebut, perusahaan akan mengalami kesulitan untuk monitoring dari dampak efisiensi terhadap pengurangan biaya perusahaan. Hal ini disebabkan karena tidak semua biaya-biaya yang dikleuarkan perusahaan akan otomatis berkurang meskipun perusahaan menghilangkan semua aktivitas-aktivitas yang Resources Driver Analysis Performance Measures Cost Objects Activities Cost Dimension Process Dimension How Well? Why? What?

Upload: binti-shofiatul-jannah

Post on 14-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AML

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

Binti Shofiatul Jannah

RMK Akuntansi Manajemen Lanjutan

BAB III

PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK EFISIENSI

A. Operating Activity Based Management

Berikut ini adalah perbandingan antara konsep activity based costing dengan activity

based management.

Gambar 1. Konsep Activity based Costing

Dalam gambar tersebut model activity based costing diwakili dengan model yang

vertikal, dimana biaya akan dibebankan pada aktivitas, yang pada akhirnya akan dibebankan

pada objek biaya. Sedangkan activity based management yang diwakili dengan model yang

horizontal, dengan tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap aktivitas sehingga aktivitas-

aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan lebih efisien.

Dalam penerapan activity based management, maka model activity based costing

yang harus dipakai adalah model activity based costing yang memisahkan antara biaya

fleksibel dengan biaya committed. Tanpa pemisahan tersebut, perusahaan akan mengalami

kesulitan untuk monitoring dari dampak efisiensi terhadap pengurangan biaya perusahaan.

Hal ini disebabkan karena tidak semua biaya-biaya yang dikleuarkan perusahaan akan

otomatis berkurang meskipun perusahaan menghilangkan semua aktivitas-aktivitas yang

Resources

Driver Analysis Performance

Measures

Cost Objects

Activities

Cost Dimension

Process Dimension

How Well? Why?

What?

Page 2: BAB III

dilakukannya. Hanya biaya yang bersifat fleksibel yang akan hilang, sedangkan biaya yang

bersifat committed tidak otomatis langsung hilang.

Perbandingan aktivitas-aktivitas dalam activity based costing dan activity based

management adalah sebagai berikut.

activity based costing activity based management

a. Unit level a. Aktivitas yang memiliki nilai (value added

activity)

b. Batch level b. Aktivitas yang tidak memiliki nilai (non

value added activity)

c. Product level

d. Facility level

Value added activities adalah aktivitas-aktivitas yang memiliki nilai tambah dimata

konsumen, akibatnya konsumen mau membayar lebih karena perusahaan melakukan

aktivitas tersebut. Misalnya, aktivitas produksi (memotong kayu, merakit kursi) merupakan

aktivitas yang memiliki nilai tambah, karena konsumen merasa bahwa mereka tidak dapat

melakukannya sendiri, maka mereka mau membayar lebih karena perusahaan melakukan

aktivitas tersebut.

Sebaliknya konsumen tidak akan mau membayar untuk aktivitas-aktivitas yang tidak

menambah nilai yang dilakukan perusahaan. Karena itu, perusahaan mencoba untuk

menekan bahwa menghilangkan biaya dari aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai

tersebut. Contoh dari aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai adalah sebagai berikut.

1. Pengerjaan ulang (rework), aktivitas ini tidak memiliki nilai tambah, karena aktivitas

pengerjaan ulang menyebabkan perusahaan melakukan aktivitas tersebut sebanyak dua

kali untuk produk yang sama, karena aktivitas yang pertama kali dilakukan menghasilkan

produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Pembelin tidak akan akan peduli apakah

terdapat pengerjaan ulang dalam proses produksi perusahaan, yang penting bagi pembeli

adalah membeli produk perusahaan dalam keadaan baik dan berfungsi sebagaimana

menstinya.

2. Pemeriksaan atau inspeksi, merupakan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Jika

perusahaan dapat melakukan seleksi pemasok dengan baik, sehingga bahan baku yang

dipasok selalu sesuai dengan spesifikasi, maka tidak diperlukan inspeksi bahan mentah

lagi.

Page 3: BAB III

3. Penyimpanan, biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas penyimpanan, seperti biaya sewa

atau penyusutan gudang, biaya gaji orang gudang dan sebagainya merupakan biaya yang

tidak memiliki nilai tambah.

B. Efisiensi Biaya dalam Operating Activity Based Management

Dalam konsep activity based management, efisiensi aktivitas dapat dilakukan dengan

empat cara, yaitu

1. Penghilangan aktivitas (activity elimination)

Tujuan: untuk menghilangkan aktivitas yang tidak menambah nilai, dengan harapan jika

aktivitas dihilangkan maka biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas itu juga dihilangkan.

2. Pengurangan aktivitas (activity reduction)

Untuk aktivitas yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, maka perusahaan dapat

menghasilkan tingkat output yang sama dengan mempergunakan aktivitas yang lebih

seidkit.

3. Pemilihan aktivitas (activity selection)

Perusahaan akan memilih alternatif aktivitas yang lebih murah, seperti pemilihan apakah

sebaiknya perusahaan memproduksi sendiri atau melakukan outsourcing.

4. Activity Sharing

Tujuan: untuk mengurangi besarnya kapasitas menganggut perusahaan.

Bagian berikutnya dalam konsep operating activity based management adalah

mencari tolok ukur yang dapat diprgunakan untuk memonitor kemajuan dari proses efisiensi

yang dilakukan perusahaan. Tolok ukur yang digunakan sebaiknya dilihat dari tiga sisi, yaitu

biaya, waktu dan kualitas.

C. Biaya Kualitas (Cost of Quality)

Salah satu konsep konkrit operating activity based management adalah konsep biaya

kualitas. Konsep biaya kualitas ini disarankan dipergunakan oleh perusahaan yang

emngaplikasikan program gugus kendali mutu (GKM). Tujuan dari proses GKM adalah untuk

menghasilkan barang yang berkualitas. Berkualitas dalam hal ini berarti memproduksi barang

yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan perusahaan.

Biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan dapat dibagi menjadi empat bagian besar,

yaitu

1. Biaya pencegahan (prevention cost)

2. Biaya pemeriksaan (appraisal cost)

3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)

4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)

Biaya pengendalian

Biaya kegagalan

Page 4: BAB III

Biaya pencegahan (prevention cost) adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

mencegah agar perusahaan tidak memproduksi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi.

Musalnya biaya untuk melakukan pelatihan terhadap orang-orang, membeli mesin yang lebih

handal, melakukan perawatan berkala yang konsisten.

Biaya pemeriksaan (appraisal cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah

agar barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang sudah terlanjur diproduksi oleh

perusahaan agar jangan sampai diproses lebih lanjut.

Biaya kegagalan internal (internal failure cost) adalah biaya yang terpaksa dikeluarkan

oleh perusahaan, karena perusahaan telah memproduksi barang yang tidak sesuai

spesifikasi, namun kondisi barang yang tidak baik tersebut ditemukan sebelum barang

tersebut sampai ke tangan konsumen akhir. Contohnya biaya pengerjaan ulang.

Biaya kegagalan eksternal (external failure cost) pada dasarnya memiliki konsep yang

sama dengan biaya kegagalan internal. Bedanya, barang yang tidak sesuai dengan

spesifikasi tersebut baru ditemukan setelah sampai ketangan konsumen akhir.

Monitoring terhadap pergerakan biaya kualitas dapat dilakukan melalui perbandingan

rasio dari satu periode ke periode lainnya. Rasio yang akan dibuat adalah

1. Total biaya kualitas/penjualan

2. Biaya pencegahan/penjualan

3. Biaya pemeriksaan/penjualan

4. Biaya kegagalan internal/penjualan

5. Biaya kegagalan eksternal/penjualan

D. Biaya Kualitas Tersembunyi (Hidden Quality Cost)

Biaya ini disebut tersembunyi karena biaya-biaya tersebut tidak dapat dilihat langsung

pada catatan akuntansi perusahaan, namun diukur secara khusus. Contoh, penjualan yang

hilang akibat ketidakpuasan konsumen karena memperoleh barang yang tidak sesuai dengan

spesifikasi.

Dalam konsep Taguchi quality loss function, setiap terjadi penyimpangan terhadap

spesifikasi yang sudah ditentukan perusahaan akan menimbulkan kerugian perusahaan.

Semakin jauh penyimpangan tersebut, maka kerugian yang dialami perusahaan akan

semakin tinggi, dan kerugian tersebut akan meningkat dalam fungsi kuadratik.

Penerapan konsep biaya kualitas akan semakin mudah dilakukan apabila perusahaan

sudah memiliki sistem ABC. Hal ini disebabkan penggolongan berdasarkan charts of account

perusahaan akan menyulitkan penggolongan biaya menjadi keempat biaya kualitas tersebut.

Contohnya, dalam charts of account perusahaan yang ada adalah biaya gaji, namun untuk

Page 5: BAB III

analisis biaya kualitas maka biaya gaji tersebut harus dibebankan kepada aktivitas-aktivitas

yang dilakukan oleh perusahaan. Jika sudah diketahui biaya masing-masing aktivitas, baru

dapat digolongkan mana yang masuk dalam golongan biaya pencegahan,pemeriksaan,

kegagalan internal, ataupun kegagalan eksternal. Dengan demikian, salah satu konsep

penerapan konkrit dari operating activity based management adalah model biaya kualitas ini.

E. Lean Production

Konsep lean production juga sering disebut dengan Toyota Production System (TPS),

karena perusahaan tersebut yang memelopori penggunaan sistem ini. Berdasarkan lean

production inilah kemudian berkembang konsep baru yang disebut lean accounting.

Konsep lean production bertujuan untuk membuat perusahaan menjadi “kurus” (lean)

dengan cara membuang segala aktivitas-aktivitas dan juga biaya yang tidak memiliki nilai

tambah bagi perusahaan. Dalam konsep lean, terdapat tujuh pemborosan yang harus

dihilangkan perusahaan, yaitu

1. Kelebihan produksi

2. Persediaan

3. Motion

4. Material movement

5. Correction, termasuk rework

6. Over processing

7. Waiting

Perusahaan yang menerapkan konsep lean, biasanya mengorganisir perusahaan

mereka berdasarkan value system. Satu value system terdiri dari keseluruhan aktivitas, baik

itu yang menambah nilai maupun yang tidak menambah nilai, yang terkait dengan suatu

produk atau kelompok produk, baik dari proses pengadaan barang mentah, proses produksi,

sampai dengan produk tersebut sampai ketangan konsumen akhir. Biasanya rangkaian

aktivitas dalam satu value stream hanya diperuntukkan untuk satu produk saja.

Penggunaan value stream diharapkan dapat mempercepat proses pelaporan. Untuk

itu dalam lean accounting disarankan agar pelaporan dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. Untuk sel-sel produksi, maka laporan hasil kegiatan mereka akan dilaporkan setiap hari.

Pelaporan ini terutama menyangkut pada informasi yang bersifat non keuangan

2. Untuk laporan keuangan masing-masing value stream, akan dilakukan per minggu. Hal

ini mungkin untuk dilakukan, karena hanya berfokus pada produk atau kegiatan yang

terdapat pada value stream tersebut

3. Untuk laporan keuangan pabrik secara keseluruhan akan dilakukan setiap bulan.