bab ii tinjuan proposal anggi
DESCRIPTION
diareTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian diare
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih dari biasanya. Neaonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang
air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak,
bila frekuensinya lebih dari 4 kali(1).
Penting ditanyakan pada orang tua mengenai frekuensi dan konsistensi tinja anak yang
dianggap sudah tidak normal lagi(2).
2.1.2. Jenis Diare
Diare terbagi atas 4 jenis, yaitu :
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
2) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan baerat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
3) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus.
Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4) Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita
diare tersebut diatas selain berdasarkan acuan baku tatalaksana diare juga tergantung pada
penyakit yang menyertainya.
2.1.3. Faktor Penyebab Diare
factor penyebab diare adalah sebagai berikut:
1) Faktor Infeksi
a. Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak.
Infeksi lateral ini meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shingella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enteroovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain
- Infestasi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, oxyuris,Strongyloides),Protozoa (Entamoeba
histolytica, giardia lamblia, Trichomonas Homonis), jamur (Candida Albicans).
b. Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis
Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya
(keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun).
2) Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar
Penyebab diare pada balita yang terpenting adalah :
1) Karena peradangan usus, misalnya : kholera, disentri, bakteri-bakteri lain, virus dsb.
2) Karena kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur.
3) Karena keracunan makanan.
4) Karena tak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : si anak tak tahan meminum susu
yang mengandung lemak atau laktosa.
2.1.4 Tanda dan Gejala
beberapa tanda dan gejala diare antara lain(2) :
1. Gejala Umum
a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibrio Cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis
b. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :
1. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang
atau berat
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Jika kehilangan
cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang di
sebabkan oleh berkurangnya volume darah (Hipovolemia)
3. Gangguan asam-basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh, sebagai
kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk menbantu meningkatkan pH arteri.
4. Hipoglikemia (Kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami mal nutrisi (kurang gizi).
Hipoglikemia dapat menyebabkan koma. Penyebab yang pasti belum di ketahui,
kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan
intraseluler sehingga terjadi endema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan ouput yang berlebihan. Hal ini
akan bertambah berat bila pemberian makanan di hentikan, serta sebelumnya penderita sudah
mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)
2.1.5. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaaan gasa darah
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatanin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium,kalium,kalsium dan fosfor dala
serum(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif
atau kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik
2.1.7. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hivopolemik
3. Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
el;ektrokardiogram)
4. Hipoglekimia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim lactase
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Mal nutrisi energy protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
2.1.6. Penanganan Diare
Penanganan diare adalah(3) :
A. Rencana Terapi A, Untuk Terapi diare tanpa dehidrasi
Bila terdapt dua tanda atau lebih
1. Keadaan umum baik dan sadar.
2. Mata tidak cekung.
3. Minum biasa, tidak haus.
4. Cubitan kulit perut turgor kembali segera.
Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah
1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya
Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
Anak yang mendapat ASI eklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
Anak yang tidak mendapat ASI eklusif, beri susu yang biasa di minum dan
oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang,
dsb.).
Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan lanjutkan sedikit
demi sedikit.
- Umur < 1 tahun di beri 50-100 ml setiap kali berak.
- Umur > 1 tahun di beri 100-200 ml setiap kali berak.
Anak harus di beri 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila :
- Telah di obati dengan rencana terapi B dan C
- Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan jika diare memburuk.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
2. Beri Obat Zinc.
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara
di kunyah, atau di larutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI
Umur < 6 bulan di beri 10 mg (1/2tablet) per hari
Umur > 6 bulan di beri 20 mg (1 tablet) perhari.
3. Beri makanan untuk mencegah kurang gizi
Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat.
Tambahkan 1-2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan.
Beri makanan kaya kalsium seperti buah segar, pisang, dan air kelapa hijau.
Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2
minggu.
4. Antibiotik selektif
Antibiotik hanya di berikan pada diare berdarah atau kolera.
5. Nasihat ibu/pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
Berak cair lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan dan minum sangat sedikit
Timbul demam
Berak berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari
B. Rencana Terapi B, untul terapi diare dehidrasi ringan/sedang Bila terdapat dua tanda atau
lebih
1. Gelisah, rewel.
2. Mata cekung.
3. Ingin minum terus, ada rasa haus.
4. Cubitan perut/turgor kembali lambat
a. Jumlah oralit yang di berikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan
ORALIT yang di berikan = 75 ml X BERAT BADAN anak
Bila Berat badan tidak di ketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini :
Umur < 4bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat
badan
< 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah
Cairan200-400 400-700 700-900 900-1400
Bila anak ingin lebih banyak oralit, berikan.
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemebrian makan selama 3 jam, kecuali ASI dan oralit.
Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut.
b. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit :
Tunjukan jumlah cairan yang di berikan
Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.
Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
Bila kelopak mata agak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI.
Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakkan telah hilang.
c. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana
terapi A,B, atau C untuk melanjutkan terapi.
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rancana terpai A. bila dehidrasi telah hilang, anak
biasanya buang air kecil kemudian mengantuk dan tidur.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan sedang ulangi rencanan terpai A
Anak mulaim di beri makanan, susu, dan sari buah.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana terpai C.
d. Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
Tunjukkan jumlah oralit yang harus di habiskan dalam terapi 3 jam di rumah.
Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah.
Jelaskan 5 langkah rencanan terpai A untuk mengobati anak di rumah.
C. Rencana terapi C, untuk terapi dehidrasi berat di sarana kesehatan
Bila teradapat dua tanda atau lebih
1. Lesu, lunglai/tidak sadar
2. Mata cekung.
3. Malas minum.
4. Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 detik
a. Beri cairan intravena segera
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB. Di bagi sebagai
berikut :
* di ulang lagi Bilaa denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
Juga beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bias minum, biasanya setelah 3-4 jam
(bayi) atau 1-2 jam (anak).
Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut.
Setelah 6 jam (bayi), atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Rujuk penderita untuk terapi intravena.
Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara pemebriannya.
Mulai rehidrasi dengan oralit melalui nasogatrik/orogastrik. Berikan sedikit demi
sedikit, 20ml/kg/jam selama 6 jam.
Nilai setiap 1-2 jam.
- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
- Bila rehidrasi tidak tercapai dalam waktu 3 jam rujuk untuk terapi intravena.
- Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapai yang sesuai (A,B atau C)
b. Catatan
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah dehidrasi untuk memastikan
bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi
oralit.
Umur Pemberian I 30ml/kg BB Kemudian 70ml/kg BB
Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam
Anak > 1 tahun 30 menit 2,5 jam
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah saudara,
pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak
sadar.
D. Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri dari natrium Klorida (NaCl), Kalium
Klorida (KCL), sitrat dan glukosa.
Manfaat oralit adalah :
Untuk mencegah dan mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elektrolit
yang terbuang saaat diare.
Cara membuat larutan Oralit
Cuci tangan dengan air dan sabun
Sediakan satu gelas air minum yang telah di masak (200 cc)
Masukan satu bungkus oralit 200cc
Aduk sampai larut benar’berikan larutan oralit kepada balita
Cara memberikan larutan oralit :
Berikan dengan sendok atau gelas
Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus.
Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok
setiap 2 atau 3 menit.
Walau diare berlanjut oralit tetap di teruskan.
Bila larutan oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan oralit berikutnya.
2.1.7. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :
1. Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih adalah “3 tidak”, yaitu, tidak berwarna,tidak
berbau dan tidak berasa.
2. Memasak air sampai mendidih sebelum di minum untuk mematikan sebagian besar kuman
penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan dan sesudah
buang air besar (BAB)
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua
5. Menggunakan jamban yang sehat. Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia.
Jamban keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga.
Bangunan Jamban (Latrine / water closet)
Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari :
1. Rumah kakus : Syarat – syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi udara
cukup, Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar, Bangunan
dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan),
Kemudahan akses di malam hari, Ketersediaan fasilitas penampungan air dan
tempat sabun untuk cuci tangan.
2. Lantai kakus : Sebaiknya diplester agar mudah dibersihkan.
3. Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan
pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan
oleh keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat
dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu
dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
4. Closet : Lubang tempat faeces masuk.
5. Pit : Sumur penampung faeces / cubluk.
6. Bidang resapan.
Gambar 2. Bidang Resapan
Jenis – jenis jamban keluarga(4,5)
1. Jamban Cemplung (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang sempurna,
misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan
tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya.
Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3 meter saja. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
Gambar 3. Jamban Cemplung
Cara dan beberapa syarat pembuatan jamban galian (cemplungan) adalah(6,7):
1. Jauh dari tempat kediaman/perumahan
2. Lubang digali sedalam 2-3 m dengan garis tengah 80 cm.
3. Dalamnya tergantung keadaan tanah, permukaan air tanahdan lama penggunaan
4. Letaknya diusahakan pada tanah yang agak longgar tapi kokoh hingga tidak
memerlukan dinding penahan
5. Pada lubang bagian atas perlu diberi dinding dan pondasi penguat
6. Bila tanahnya terlalu longgar dan mudah runtuh, lubang bagian dalam perlu diberi
penahan atau penguat dari beton, batu-batu, kaleng atau drum, anyaman bambu atau
bahan lainnya.
7. Pondasi disekitar atas lubang dibuat dari beton, batu bata bersemen, atau balokkayu.
8. Di sekitar lantai dan pondasi ditimbun tanah agar jamban tetap kering.
9. Ditutup yang layak dan memenuhi syarat kesehatan.
2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap,
yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat
dengan bambu.
Gambar 4. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine)
3. Watersealed Laterine (Angsa Trine)
Jamban tanki septik/leher angsa: Adalah jamban berbentuk leher angsa sehingga akan
selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat bau bususk dari cubluk sehingga tidak
tercium di ruangan rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya tertampung sebentar dan bila
disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat
penampungannya (pit). Penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi
sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. Kakus ini yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
Gambar 5. Jamban leher angsa
Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh
sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami
dekomposisi(8).
Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut
tinja akan mengalami 2 proses, yakni :
a. Proses Kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat
akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-
sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup
permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi
mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-
bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada
proses berikutnya.
b. Proses Biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk
gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan
septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-
bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya
dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.
Penggunaan Jamban :
1. Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket
2. Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
3. Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran bersih
Keuntungan dari jamban ini antara lain :
1. Menghindarkan atau mengurangi gangguan lalat atau serangga dan binatang lain.
2. Mengurangi timbul dan tersebarnya bau
3. Dapat dipakai dengan aman oleh anak2
4. Kebersihan mudah dijaga
5. Dapat dipasang di luar maupun di dalam rumah
6. Mudah dibuat dan hemat
Kelemahan jamban leher angsa :
1. Memerlukan cara2 penggunaan dan pemeliharaan yg lebih baik,teliti dan teratur
2. Leher angsa bisa rusak atau pecah, memerlukan perbaikan, perlu waktu, biaya dan
tenaga
3. Leher angsa bisa tersumbat
4. Kotoran tidak langsung jatuh ke dalam tempat pengumpul, tetapi harus didorong
dengan guyuran air tersendiri
Jamban Keluarga di Pedesaan (7,9).
Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesaan di Indonesia pada
dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Jamban tanpa leher angsa. Terdapat 2 jenis antara lain :
a. Jamban cubluk, bila kotoran dibuang ke tanah.
b. Jamban empang, bila kotoran dialirkan ke empang atau kolam.
2. Jamban dengan leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara :
a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung diatas
lubang galian penampungan kotoran
b. Tempat jongkok dan leher angsa tidak berada langsung diatas lubang galian
penampungan kotoran atau pemasangan slab dan bowl tapi dibangun terpisah dan
dihubungkan oleh satu saluran yang miring ke dalam lubang galian penampungan
kotoran.
Pemilihan jenis jamban :
1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan
kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang. Setiap anggota rumah tangga harus
menggunakan jamban untuk buang airbesar/buang air kecil.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
A. Keadaan daerah datar atau lereng; Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus
dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa
di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan
atau kekiri dari letak sumur.
B. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering
digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas
lobang) dibuat lebih tinggi dari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
C. Mudah dan tidaknya memperoleh air
Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga(10).
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
a.Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
b.Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman
c.Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
d.Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
e.Pembuangan tinja sebagian dari kesehatan lingkungan maka kebiasaan masyarakat memakai
jamban harus terlaksana bagi setiap keluarga.
Pemeliharaan Jamban(10).
Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering. 1x seminggu bersihkan lantai dan
tempat jongkok dengan air dan sabun, sapu lidi dan sikat ijuk.
2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih
3. Tidak ada genangan air di sekitar jamban
4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat dan kecoa
5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban
7. Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki.
6.Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
Pembuangan Tinja(9,10).
Yang dimaksud tinja adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil dari proses
pernapasan.
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin diatasi,
karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau
cara antara lain lewat air, tangan, lalat, dan tanah. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan
oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, cacingan (cacing gelang, kremi, pita, dan
tambang) serta schistosomiasis.
Pengelolaan Pembuangan Tinja
Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik yaitu harus di suatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila
memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mencemari air
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut
Gambar 1. Jarak Jamban dengan sumber air bersih
2. Tidak mencemari tanah permukaan
a. Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu.
Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang dapat menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya.
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan.
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat
oleh air.
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran.
d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara teratur.
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan bata atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang
terdapat di daerah setempat.
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
7. Lantai jamban rata dan miring dari saluran lubang kotoran.
8. Jangan membuang sampah, rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran.
9. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan
cepat penuh.
10. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100.
8. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a. Jamban harus berdinding dan berpintu.
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.
2.1.8. Penatalaksanaan diare(2)
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat
NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar
Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
a. Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4
jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg,
jenis makanan:
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2.2. Balita
2.2.1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun.
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-
5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan
masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden
age atau masa keemasan.
2.2.2. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3 tahun
(batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya
anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa
batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.
Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada
masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan
mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan
maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative
lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki
2.2.3. Tumbuh Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya
senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian
b. bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak
akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
a. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan lebih
dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu
meraih benda dengan jemarinya.
b. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-
keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain.
walaupun terdapat variasi yang besar, akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola
tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :
1. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )
2. Masa mudigah/embrio : konsepsi sampai 8 minggu2) Masa janin/fetus : 9 minggu sampai
lahirb. Masa bayi : usia 0 sampai 1 tahun
3. Masa neonatal : usia 0 sampai 28 hari yang terdiri dari masa neonatal dini yaitu 0-7 hari dan
masa neonatal lanjut yaitu 8-28 hari2) Masa pasca neonatal : 29 hari sampai 1 tahun. Masa
prasekolah (usia 1 sampai 6 tahun)
Klasifikasi umur balita yaitu:
a. Masa prenatal yang terdiri dari dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus (usia 0-9
bulan)
b. Masa neonatal (0-28 hari)
c. Masa bayi (29 hari-1 tahun)
d. Masa batita (1-3 tahun)
e. Masa balita (3-5 tahun).
DAFTAR PUSTAKA
1. FKUI, 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta,
2. Widoyono, 2002, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
3. Kemenkes RI, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita,
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.4. Dinas Kesehatan. Uji & Analisis Air Sederhana. [serial online] [cited : 27 Desember
2012]. Available From :
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/KurmodTTG/
Pengolahanairbersih/mi-2a-modul-uji-dan-analisis-air-sederhana.pdf
5. Berita. Diare Dominasi Kematian Balita di Indonesia. Update[Selasa, 16 Oktober 2012 ,
08:30:00]. [serial online] [cited : 23 Desember 2012] Available From:
http://www.jpnn.com/read/2012/10/16/143509/Diare-Dominasi-Kematian-Balita-di-
Indonesia-
6. Anonymous. Tinjauan Pustaka Diare. Unimus. [serial online] [cited : 23 Desember 2012].
Available From : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-rrdewiretn-
5701-2-babii.pdf
7. Anonymous. Tinjauan Pustaka Diare. Universitas Sumatra Utara. [serial online] [cited :
22 Desember 2012]. Available From :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19780/4/Chapter%20II.pdfv
8. Notoatmodjo. S. (2007). Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka
cipta
9. Saudin Didik. Pengaruh Akupresure Terhadap Berhentinya Diare Pada Anak . Jombang :
Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum (Unipdu). [serial online] [cited : 22 Desember
2012]. Available From :
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/download/159/106
10. Kusumawati Oktania. Hubungan Perilaku Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Usia 1-3 Tahun Studi Kasus Di Desa Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu
Grobogan. Semarang : STIKES Telogorejo. [serial online] [cited : 22 Desember 2012].
Available From:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/download/
69/108