bab ii tinjauan pustaka penelitian...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Terkait dengan judul Pengaruh Persepsi Mahasiswa Ekonomi Islam
Tentang Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Dan Nilai Syariah Terhadap
Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah, tentunya terdapat penelitian-penelitian
sejenis yang pernah di lakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
A.1 Penelitian Agus Arwani dalam jurnal penelitian vol. 12, no. 1, 2015 yang
berjudul “Pengaruh Sikap Mahasiswa Muslim Terhadap Minat Pada Bank
Syariah” hasil penelitiannya yaitu Koefisien korelasi antara variabel sikap
dengan minat penabung untuk terus menabung di Bank Syariah adalah
sebesar 0,432 dengan probabilitas p < 0,01, korelasi antara variabel norma
subyektif dengan minat untuk terus menabung di Bank Syariah sebesar
0,311 dengan p < 0,01. Sehingga, antara variabel sikap dan minat dan juga
anatara variabel norma dan subyektif dengan minat, masing-masing
hubungan tersebut mempunyai tingkat keeratan yang cukup tinggi.
A.2 Penelitian Wiwin Khasanah dalam skripsinya tahun 2015 yang berjudul
“Pengaruh Persepsi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Tentang Perbankan
Syariah Terhadap Minat Menabung Di Bank Syariah Mandiri (Studi Pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam)” hasil penelitiannya yaitu
11
persepsi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga tentang perbankan syariah
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat menabung di
Bank Syariah Mandiri. Persepsi mahasiswa Uin Sunan Kalijaga terhadap
perbankan syariah memberikan sumbangan pengaruh terhadap minat
menabung di Bank Syariah Mandiri sebesar 63,9% sedangkan 36,1%
merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain.
A.3 Penelitian Nur Jannah dalam thesisnya tahun 2014 yang berjudul
“Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Bank Syariah Terhadap
Minat Menjadi Nasabah (studi kasus mahasiswa jurusan Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Walisongo)” hasil penelitiannya
yaitu pengaruh variabel independen (pengetahuan mahasiswa tentang bank
syariah) terhadap variabel dependen (minat menjadi nasabah) mampu
memberikan sumbangan sebesar 52,7%, sedangkan 43,7% sisanya
dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hasil
uji empiris pengaruh antara pengetahuan mahasiswa tentang bank syariah
terhadap minat menjadi nasabah, menunjukkan nilai t hitung sebesar
−1,700, nilai sig pada variabel pengetahuan mahasiswa tentang bank
syariah sebesar 0,000 dan nilai koefisien regresi (B) variabel pengetahuan
mahasiswa bernilai positif yakni 0,662. Hal ini berarti bahwa terdapat
pengaruh positif tidak signifikan antara pengetahuan mahasiswa tentang
bank syariah terhadap minat menjadi nasabah.
A.4 Penelitian Silvia Miftakhur Rakhmah dalam skripsinya tahun 2015 yang
berjudul “Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Bank Syariah Terhadap
12
Minat Menabung Di Perbankan Syariah (studi kasus mahasiswa
Pendidikan Ekonomi angkatan 2011 dan 2012 FKIP Universitas Jember)”
hasil penelitiannya yaitu variabel persepsi mahasiswa tentang Bank
Syariah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat menabung di
Perbankan Syariah. Hasil pengolahan data dibuktikan dengan
menggunakan uji F yaitu Fhitung = 223,335 > Ftabel = 3,991 dengan
tingkat signifikansi F = 0,000 < a = 0,05. dan koefisien determinasi
(Rsquare) sebesar 77,7%. sedangkan sisanya yaitu 22,3% dipengaruhi
variabel bebas lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dimana
seorang mahasiswa yang memiliki persepsi yang positif dan baik terhadap
Bank Syariah, maka mahasiswa tersebut akan memiliki keinginan/minat
untuk menabung pada Bank Syariah tersebut. Sebaliknya, jika persepsi
yang dimiliki oleh mahasiswa tertang Bank Syariah negatif/buruk, maka
keinginan mahasiswa untuk menabung juga akan kecil.
A.5 Selanjutnya, Ananggadipa, Andisa, dan Eka, dalam jurnal Proceeding
PESAT Vol. 5, 2013 yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Nasabah (Mahasiswa) Dalam Memilih Menabung Pada Bank Syariah
menemukan bahwa faktor-faktor seperti pengetahuan, religiusitas, produk,
reputasi dan pelayanan di Bank Syariah memiliki pengaruh positif
terhadap keputusan memilih menabung di Bank Syariah, meskipun tidak
signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai adjusted R square sebesar
45,5%. Dengan proporsi pengaruh terbesar dipegang oleh produk,
dilanjutkan oleh religiusitas, reputasi, pelayanan, dan pengetahuan.
13
A.6 Penelitian yang dilakukan oleh Faisal, tahun 2016, yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Untuk Menjadi
Nasabah Di Bank Syariah (Studi Kasus Mahasiswa Ekonomi dan
Perbankan Islam UMY)” menemukan bahwa variabel religiusitas dan
variabel vasilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk menjadi
nasabah bank syariah. Variabel pengetahuan dan promosi memilki
pengaruh yang signifikan untuk menjadi nasabah di bank syariah.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, terdapat beberapa hal yang
membedakan penelitian yang berjudul Pengaruh Persepsi Mahasiswa
Ekonomi Islam Tentang Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, dan Nilai
Syariah Terhadap Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah ini dengan penelitian-
penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Agus
Arwani lebih meneliti tentang pengaruh sikap Mahasiswa Muslim Terhadap
Minat Pada Bank Syariah sedangkan dalam penelitian ini lebih meneliti
Persepsi Mahasiswa Ekonomi Islam tentang kualitas produk, kualitas
pelayanan dan nilai syariah terhadap minat menjdi nasabah bank syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Khasanah dan Silvia Miftakhur
Rakhmah hanya meneliti pengaruh persepsi terhadap minat sedangkan dalam
penelitian ini meneliti pengaruh persepsi tentang kualitas produk, kualitas
pelayanan, dan nilai syariah terhadap minat. Penelitian yang dilakukan Nur
Jannah meneliti tentang pengaruh pengetahuan tentang bank syariah terhadap
minat dalam penelitian ini meneliti tentang pengaruh persepsi tentang kualitas
produk, kualitas pelayanan, dan nilai syariah terhadap minat. Selanjutnya
14
penelitian yang dilakukan oleh Ananggadipa, dkk., dan Faisal lebih mengarah
pada menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi minat menjadi nasabah di
bank syariah sedangkan dalam penelitian ini lebih mengarah pada bagaimana
pengaruh persepsi mahasiswa ekonomi Islam tentang kualitas produk, kualitas
pelayanan, dan nilai syariah terhadap minat menjadi nasabah bank syariah.
B. Sejarah Bank Syariah di Indonesia
Di Indonesia sendiri perkembangan Perbankan Islam baru dimulai pada
tahun 1991 yaitu dengan didirikannya PT Bank Muamalat Indonesia melalui
akta pendirian yang ditandatangani pada 1 November 1991 dan mulai
beroperasi pada 1 Mei 1992. Perbankan Islam di Indonesia mendapatkan
pengakuan secara yuridis dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang memperkenalkan “sistem bagi hasil”
atau “prinsip bagi hasil” dalam kegiatan perbankan nasional. Kegiatan usaha
berdasarkan sistem bagi hasil tersebut dapat dilakukan oleh Bank Umum
maupun Bank Perkreditan Rakyat.1 Pengertian bank berdasarkan prinsip bagi
hasil dikemukakan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 1992 yang menyatakan, bahwa bank berdasarkan prinsip
bagi hasil adalah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan
kegiatan semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Dalam penjelasan atas
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 dikemukakan
1 Usman Rachmadi, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, cet. 1, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hal. 44.
15
pengertian “prinsip bagi hasil” tersebut, yaitu prinsip muamalat berdasarkan
syariat dalam melakukan kegiatan usaha bank. Pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 menegaskan bahwa prinsip bagi hasil
adalah prinsip bagi hasil berdasarkan syariat yang digunakan oleh Bank
berdasarkan prinsip bagi hasil dalam menetapkan imbalan.2
Pengertian syariat dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 1992, ditafsirkan sebagai syariat yang berdasarkan kepada
hukum Islam atau syariah Islam. Atas dasar ini, kemudian di Indonesia
lahirlah bank yang kegiatan usahanya dijalankan berdasarkan syariat Islam.3
Selanjutnya landasan hukum yang lebih memberikan ruang gerak serta
pelung bagi perbankan yaitu Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Bank Islam
tersebut tidak lagi dinamakan “Bank Berdasarkan prinsip bagi hasil”, tetapi
dengan nama baru yakni “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”.4 Dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 telah memberikan dasar
hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan
bank syariah di Indonesia.
Evolusi perundang-undangan perbankan di Indonesia sampai dengan
adanya Bank Syariah menunjukkan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
untuk mendukung kelembagaan berbasis Islam yang lebih maju. Mulai dari
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 “tidak mungkin ada bank tanpa
bunga”, selanjutnya Deregulasi 1 Juni 1983 “ dimungkinkan ada bank tanpa
2 Ibid. hal. 46. 3 Ibid, hal. 47. 4 Ibid, hal. 51.
16
bunga tapi belum ada izin mendirikan bank baru”, lalu Pakto 1988
“dimungkinkan adanya bank tanpa bunga, sudah ada izin mendirikan bank
baru (sistem bagi hasil atas dasar kesepakatan murni)”, kemudian Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 “sudah diakomodasi adanya bank tanpa bunga
dengan sistem bagi hasil”, dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1988 “di
mungkinkan adanya bank konvensional melakukan kegiatan usaha
berdasarkan sistem bagi hasil (bank tanpa bunga/prinsip syariah).”5
Dukungan melalui peraturan perundang-undangan ini membuat kian
bertumbuh kembangnya perbankan syariah di Indonesia.
C. Pengertian Bank Syariah
Bank Islam atau yang biasa disebut dengan Bank Syariah merupakan bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau
Bank Tanpa Bunga ialah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi
SAW. Atau dengan kata lain Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prisnsip Islam.6
Syafe’i Antonio dan Perwataatmadja membedakan Bank Syariah menjadi
dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
5 [Widyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia], hal. 59. 6 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPWN, 2002), hal. 13.
17
syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Sedangakan bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam
beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Tata cara tersebut
merupakan tata cara dalam bermuamalat dengan menjauhi praktek-praktek
yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba dang mengubahnya
dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan.7
D. Prinsip-prinsip Bank Syariah
Pada dasarnya prinsip-prinsip perbankan syariah adalah sebagai berikut:8
D.1 Prinsip At Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama
diantara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan
dalam Al-Qur’an:9
وا وت عاونوا على البر والت قوى وا والع و ت عاونوا على ا ت قوا الله إ العقاب ي الله ش
7 Karnaen Perwataatmadja, M. Syafe’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
(Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1997), hal. 1. 8 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarat: Azakia Publisher, 2009),
hal. 15. 9 QS. Al-Maidah [5]:2.
18
“.....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan taqwa, dan jangan tolong –menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran...” (QS. Al-Maidah:2)
D.2 Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan
membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagaimana dinyatakan di
dalam Al-Qur’an:10
تج يا أي ها الذين آم تكو بالباطل إ أ نك ب ي ارة عن نوا تأكلوا أموالك رحيما بك الله كا إ و ت قت لوا أن فسك ت راض منك
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka dianatara kamu...” (QS. An-
Nisa’:29)
Perbedaan pokok antara perbankan Syariah dengan perbankan konvensional
(bunga) adalah adanya prinsip bunga dalam perbankan konvensional. Dalam
Islam, melarang riba dan menghalalkan jual beli. Prinsip utama yang dianut
oleh Bank Islam adalah :11
a) Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi.
b) Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
perolehan keuntungan yang sah menurut syariah; dan
c) Memberi zakat.
10 QS. An-Nisa [4]:29. 11 Ibid., hal. 15.
19
E. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Syafe’i Antonio dan Perwataatmadja mengemukakan perbedaan anatara
bank syariah dengan bank konvensional, perbedaan tersebut anatar lain:12
a. Bank syariah mendasarkan perhitungan pada margin keuntungan dan
bagi hasil, sedangkan bank konvensional memakai perangkat bunga.
b. Bank sayriah tidak saja berorientasi pada keuntungan (profit) tetapi juga
pada al falah oriented. Adapun bank konvensional semata-mata profit
oriented.
c. Bank sayariah melakukan hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan. Sedangkan bank konvensional dalam bentuk
kreditur dan debitur.
d. Bank syariah meletakkan penggunaan dana secara rill (users of real
funds). Sedangkan bank konvensional sebagai creator of money supply.
e. Bank syariah melakukan investasi dalam bidang yang halal saja. Adapun
bank konvensional melakukan investasi yang halal dan haram.
f. Bank syariah dalam melakukan pergerakan dan penyaluran dana harus
sesuai dengan pendapat DSN. Adapun bank konvensional tidak terdapat
dewan sejenis yang mengawasi bank tersebut.
Selain itu, perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat
diuraikan pada tabel di bawah ini: 13
12 [Karnaen Perwataatmadja, M. Syafe’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam], hal. 53. 13 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), hal. 213-214.
20
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensioan dengan bank Syariah
No. Uraian Bank Konvensional Bank Syariah
1 Landasan
Operasional Prinsip materialisme
(bebas nilai).
Komoditas yang
diperdagangkan.
Instrumen imbalan
terhadap pemilik uang
ditetapkan di muka
menggunakan bunga.
Prinsip syariah
(tidak bebas nilai).
Uang hanya sebagai
alat tukar.
Dilarang
menggunakan sistem
bunga.
Memakai cara bagi
hasil dan keunungan
jasa atas transaksi
riil.
2 Peran dan
fungsi bank
Sebagai penghimpun
dana masyarakat dan
meminjamkan kembali
ke masayrakat dalam
bentuk kredit dengan
imbalan bunga.
Sebagai penyedia jasa
pembayaran.
Menerapkan hubungan
kreditur debitur antara
bank dengan nasabah.
Sebagai penerima
dana titipan nasabah.
Sebagai manajer
investasi.
Sebagai investor.
Sebagai penyedia
jasa pembayaran
selama tidak
bertentangan dengan
syariah.
Sebagai pengelola
dana kebijakan zis.
Menerapkan
hubungan kemitraan
(investor timbal
21
balik pengelola
investasi).
3 Risiko
Usaha
Risiko bank tidak ada
kaitannya dengan risiko
debitur dan sebaliknya
anatara pendapatan bunga
dengan beban bunga
dimungkinkan tidak terjadi
selisih negatif.
Dihadapi bersama
antara bank dan nasabah
tidak mengenai negative
spread (selisih negatif).
4 Sistem
Pengawasan
Tidak adanya nuilai-nilai
religius yang mendasari
operasional sehingga aspek
moralitas seringkali
dilanggar.
Ada Dewan Pengawas
Syariah, sehingga
operasional bank
syariah tidak
menyimpang dari
syariah. Sumber: Abdul Manan, 2012 (hal. 213-214)
F. Prinsip Operasional Perbankan Syariah
Kegiatan operasional yang dilakukan oleh perbankan Islam dapat dibagi
menjadi tiga besar. Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut:14
14 Nurul Huda, Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis Dan
Praktis, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 39-40.
22
Tabel 2.2 Kegiatan Operasional Perbankan Islam
Penghimpunan
Dana Penyaluran Dana
Jasa-jasa
Perbankan
1. Wadiah 1. Piutang Rahn
1.1 Giro
1.2 Tabungan
1.1 Qardh
1.2 Murabahah
1.3 Salam
1.4 Istishna
Wakalah
Kafalah
2. Mudharabah Hawalah
2.1 Tabungan
2.2 Deposito
Sharf
2. Investasi
a. Muarabah:
i. Mutlaqah
ii. Muqayyadah
b. Musyarakah
3. Sewa
a. Ijarah
b. Ijarah Mutahiyyah
Bittamlik Sumber: Nurul Huda, 2012 (hal. 39-40)
G. Kualitas Produk
Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap mutu atau keunggulan
suatu produk dilihat dari fungsi relatif produk dibandingkan dengan produk
lain. Produk yang dipersepsikan memiliki kualitas adalah produk yang
memiliki kesesuaian dengan yang dibutuhkan atau diinginkan oleh pelanggan
(nasabah), dan secara konsisten dapat memenuhi kepuasan pelanggan tanpa
cacat sedikitpun. Untuk menciptakan kualitas produk harus dilakukan
23
berdasarkan kombinasi antara orientasi produk, orientasi proses, dan orientasi
pelanggan yang dihitung dari persepsi nilai. Terdapat beberapa jenis kualitas
yang dapat menggambarkan suatu produk yaitu:15
i. Kualitas pencairan adalah karakteristik yang dapat lebih mudah
dikenali nilainya sebelum pembelian.
ii. Kualitas pengalaman adalah karakteristik yang hanya dapat dinilai
setelah menggunakannya.
iii. Kualitas yang dipercaya adalah karakteristik di mana konsumen sulit
menilai karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman pelanggan.
Produk dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu produk berwujud (barang)
dan produk tidak berwujud (jasa).16 Untuk lebih memahami antara barang dan
jasa, berikut ini beberapa karaketristik yang membedakan kedua jenis produk
tersebut:17
15 [Ali Hasan, Marketing Bank Syariah Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank
Syariah.] hal. 72-73. 16 Cannon Joseph, Perreault Jr. Wiliiam D., McCaerthy E. Jerome, Pemasaran Dasar
Pendekatan Manajerial Global, eds. terjemahan, (Jakarat: Salemba Empat, 2008), hal., 311. 17 Eddy Herjanto, Manajemen Operasi, eds. ketiga, (Jakarat: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2007), hal., 3.
24
Tabel 2.3 Perbedaan Barang dan Jasa
Sumber: Eddy Herjanto, 2007, hal., 3.
H. Kualitas Produk Jasa
Kualitas produk dan jasa perbankan dapat mempengaruhi persepsi dan
kepuasan nasabah melalui ketepatan waktu pelayanan penyampaian,
ketersediaan produk dan layanan saat dibutuhkan, kebenaran janji promosi
atas produk dan layanan, kesesuaian pesanan, keamanan dan keselamatan,
fleksibilitas pembayaran, ketersediaan fasilitas pelayanan dan kemudahan
pengambilan, termasuk biaya administrasi dan pemeliharaannya, serta
kemampua penyempurnaan produk layanan secara terus-menerus tanpa batas.
Kualitas itu bertitik tolak dari proses bukan hasiil, quality comes from the
improvement of the proccess and no outcome. Oleh karenanya keterlibatan
manusia-semua orang mitra internal bank sangat diperlukan dalam mengikuti
tuntutan nasabah yang semakin lama semakin meningkat dan termasuk
Barang Jasa
Berwujud Dapat disimpan Banyak menggunakan
proses mesin Diproduksi lebih dulu baru
dikonsumsi Kontak dengan konsumen
rendah Kualitas bersifat obyektif Produk mudah
distandarisasikan Penjualan kembali bisa
dilakukan
Tidak berwujud Tidak dapat disimpan Banyak menggunakan
proses manusia Diprosuksi bersamaan
waktunya dengan dikonsumsi
Kontak dengan konsumen tinggi
Kualitas bersifat subyektif Sukar distandarisasikan Penjualan kembali tidak bisa
25
melihat dan mengungguli perkembangan kualitas jasa layanan yang
dihasilkan para pesaing lainnya.18
Penilaian nasabah terhadap jasa perbankan berkaitan dengan tingkat
subjektivitas, aspirasi emosi, kepuasan, keengganan, suasana hati, dan
pengalamannya. Ada beberapa proses dalam pengembangan operasional
bank pada kualitass layanan jasa perbankan yang baik.19
i. Acces; faktor ini mencakup letak bank yang strategis, kemampuan
untuk mencapai pasar sasaran, serta kemampuan yang mampu
memberikan pelayanan dengan cepat.
ii. Cummunication; karyawan garis lini (terdepan) di bank mampu
berkomunikasi dengan nasabah dan mutu komunikasi itu sendiri
menentukan mutu pelayanan yang diberikan kepada nasabah.
iii. Helpfulness; sikap dan perasaan senang membantu nasabah dalam
membuat keputusan untuk membeli, bersahabat, dan sopan ketika
melayani nasabah.
iv. Competence; tingkat keterampilan mitra internal menyelesaikan
pekerjaan dan kemampuan untuk meyakinkan nasabah tanpa harus
bohong.
v. Courtesy; sikap sopan dan bersahabat dari mitra internal bank ketika
melayani nasabah.
18 Ibid., hal. 88-89. 19 Ibid.
26
vi. Reliability; kehandalan produk bank dalam mewujudkan komitmen
sesuai dengan promosi tahap awaltransaksi dan konsistensi layanan dari
waktu ke waktu sesuai promosi.
vii. Security; segi kenyamanan dan keamanan bagi nasabah, baik secara
fisik maupun proses delivery serta legalitas nasional dan global yang
memberikan jaminan terhadap kehalalan operasional perbankan itu
sendiri.
viii. Tangibles; memperlihatkan wujud fisik, seperti gedung, peralatan dan
semua fasilitas yang menunjang pekerjaan dan layanan serta kualitas
mitra internal yang terlibat di dalamnya merupakan cermin kualitas
bank itu sendiri.
ix. Understanding customer; tingkat pemahaman kebutuhan, keinginan
nasabah dan kemampuan mitra internal untuk berbicara dengan bahasa
nasabah.
x. Perceived quality; kualitas yang dipersepsikan nasabah tentang citra,
reputasi dan tanggung jawab bank terhadap nasabah, persepsi nasabah
terhadap tingkat kualitas produk bank pesaing utama maupun lainnya
yang sejenis.
xi. Self perceived role; persepsi nasabah tentang tingkat keterlibatannya
dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya.
27
Didalam Al-Qur’an juga dijelaskan bagaimana produk jasa yang baik yaitu
dalam firman Allah swt:20
من الرض و ومما أخرجنا لك ت يا أي ها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسب الله ت غمضوا فيه واعلموا أ بآخذيه إ أ ولست ن ت يمموا الخبيث منه ت نفقو
حم ي “ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah: 267)
Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha yang baik berupa produk
jasa hendaknya memberikan yang berkualitas, dan jangan memberikan yang
buruk atau tidak berkualitas kepada orang lain. Sehinga kualitas produk jasa
sangat dianjurkan dalam Islam, kualitas produk jasa yang baik dapat
meningkatkan loyalitas konsumen pengguna produk jasa itu sendiri dan nantinya
akan mendatangkan keuntungan bagi perusahan (bank syariah) yang
menerapkan hal tersebut.
I. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan sebagai kemampuan merencanakan, menciptakan, dan
menyerahkan produk yang bermanfaat luar biasa bagi nasabah. Kualitas
20 QS. Al-Baqarah [2]:267.
28
pelayanan yang dirasakan nasabah merupakan penilaian global, berhubungan
dengan suatu transaksi spesifik, lebih abstraks dan ekslusif karena didasarkan
pada persepsi-persepsi kualitas yang berhubungan dengan kepuasan serta
komparasi harapan-harapan dengan persepsi-persepsi kinerja produk jasa
bank, fleksibilitas respons terhadap perubahan permintaan pasar.
Kualitas pelayanan merupakan ciri dan sifat dari pelayanan yang
berpengaruh kepada kemampuan karyawan untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan oleh pelanggan atau yang tersirat dalam diri pelanggan.
Kualitas jasa bank melekat pada karyawan dalam meberikan pelayanan jasa
kepada nasabah, kualitas karywan merupakan merupakan salah satu faktor
diferensiasi antara bank yang satu dengan bank lainnya, sekaligus sebagai
salah satu rantai nilai yang dapat mencipatakan competitive advantage bagi
bank yang bersangkutan. Sejumlah karakteristik kualitas karyawan terdiri
atas berikut ini.21
i. Competence; karyawan memilik pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan (profesional skill) dalam melayani nasabah.
ii. Courtesy; ramah, hormat, dan timbang rasa dalam mengahadapi dan
melayani setiap nasabah.
iii. Credibility; karyawan terpercaya
iv. Reliability; karyawan mampu melaksanakan layanan secara konsisten,
teliti.
21 Ibid., hal. 91-92.
29
v. Responsiveness; kemampuan merespon pelanggan dan mampu
menyelesaikan permasalahan dengan cepat.
vi. Gamesmanship; yaitu sikap dalam mengahdapi setiap keluhan nasabah
sebagai suatu permintaan dengan objek utama adalah memenangkan
kepuasan nasabah.
vii. Timeliness; yaitu sikap yang memperlihatkan untuk memberikan
pelayanan tepat waktu, cepat, dan garansi pelayanan bank.
viii. Communication; karyawan berusaha untuk memahami pelanggan dan
mampu berkomunikasi dengan jelas.
Di dalam Islam dijelaskan bagaimana kualitas pelayanan menurut Al-
Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT.:22
ليظ القلب نفضوا من حولك فاعف ولو كنت فظا فبما رحمة من الله لنت له ف المر فإذا عزمت ف ت وكل عل وشاوره واست غفر له ه الله يحب ىعن الله إ
لين ﴾٩٥١﴿ المت وك “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imran: 159)
22 QS. Ali-Imran [3]:159.
30
Baik buruknya pelayanan yang diberikan akan menentukan keberhasilan
lembaga atau perusahaan pemberi jasa pelayanan. Dengan memberikan
pelayanan yang berkualitas menjadikan rasa kenyamanan bagi konsumen dan
menimbulkan loyalitas konsumen dan dampaknya kembali lagi pada
perusahaan atau lembaga penyedia jasa pelayanan.
J. Nilai Syariah
Salah satu bentuk penggalian potensi masyarakat dalam perekonomian
nasional adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan nilai-nilai (prinsip
syariah). Prinsip syariah berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,
keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin). Nilai-nilai tersebut
diterapkan dalam peraturan perbankan berdasarkan prinsip syariah yang
disebut dengan perbankan syariah. Perbankan syariah merupakan bagian dari
prinsip ekonomi Islam antara lain adalah larangan riba dalam berbagai bentuk
yang diganti dengan prinsip bagi hasil.23 Hal tersebut juga dijelaskan dalam Al-
Qur’an sebagaimana firman Allah SWT: 24
ت فل يا أي ها الذين آمنوا تأك لوا الربا أضعافا مضاعفة وات قوا الله لعلك حو “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapatkan keberuntungan.” (QS. Ali-Imran: 130)
23 Iswi Hariyani, R. Serfianto, dan Citra Yustisia, Marger, konsolidasi, Akuisisi, &
Pemisahan Perusahaan: Cara Cerdas Mengembangkan & Memajukan Perusahaan, (Jakarta: Visimedia, 2011), hal. 197.
24 QS. Ali-Imran [3]: 130.
31
Dengan menggunakan prinsip tersebut bank syariah dapat menciptakan
iklim investasi yang sehat dan adil, karena semua pihak dapat saling berbagi
keuntungan maupun kerugian yang timbul, sehingga tercipta posisi yang
berimbang antara bank dan nasabahnya. Prinsip syariah adalah ketentuan
hukum Islam yang menjadi pedoman dalam kegiatan operasional perusahaan
dan transaksi antara lembaga keuangan atau lembaga bisnis syariah dengan
pihak lain yang telah dan akan diatus oleh Dewan Syariah Nasional. Kegiatan
bisnis berbasis syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah, dengan kata lain kegiatan bisnis tersebut tidak boleh berbentuk:25
1. Perjudian dan permainan judi atau perdagangan yang dilarang.
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan jual beli risiko
yang mengandung gharar (ketidakpastian) dan maysir (judi/spekulasi).
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan
menyediakan:
3.1 barang atau jasa yang haram zatnya (haram li-dzatihi)
3.2 barang atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-
ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI
3.3 barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat
4. melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
25 Ibid., hal. 198-199.
32
dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan
kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Bank syariah dengan menerapkan prinsip syariah harus mendistribusikan,
memperdagangakan dan menyediakan barang atau jasa yang terjamin
kehalalalnnya. Sesuai dengan Firman Allah:26
وأحل الله الب يع وحرم الربا
“Dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-
Baqarah: 275)
Untuk menjamin produk jasa serta operasional bank syariah terjamin
kehalalannya maka adanya Dewan Pengawa Syariah (DPS) memberikan
kenyamanan kepada nasabah mengenai kehalalan produk jasa bank syariah.
Dewan Pengawa Syariah (DPS) adalah dewan yang keanggotaannya
direkomendasikan oleh Dewan Syariah Niasional dan ditempatkan pada bank
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dengan tugas dan
kewenangan yang diatur oleh Dewan Syariah Nasional. DPS melakukan
pengawasan terhadap penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan
syariah.27
26 QS. Al-Baqarah [2]: 275. 27 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010), hal. 240.
33
K. Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat dittarik dengan cek
bilyet giro, dan/atau alat lainya yang dipersamakan dengan itu. Tujuan dan
manfaat tabungan syariah dapat dilihat dari kepentingan bank dan juga dari
kepentingan nasabah. Dari aspek bank itu sendiri ada beberapa tujuan dan
manfaat yang dapat diperoleh antara lain:28
1. Sumber pendanaan bank baik dalam rupiah maupun valuta asing.
2. Salah satu sumber pendapatan dalam bentuk jasa (fee based income) dari
aktivitas lanjutan pemanfaatan rekening tabungan oleh nasabah.
Sedangkan dari aspek nasabah dapat dilihat beberapa manfaat yang
diperoleh sebagai berikut:
1. Kemudahan dalam pengelolaan likuiditas baik dalam hal penyetoran,
penarikan, transfer, dan pembayaran transaksi yang fleksibel.
2. Dapat memperoleh bonus atau bagi hasil.
L. Nasabah Sebagai Konsumen Bank Syariah
L.1 Pengertian Nasabah Dan Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
28 Julius R Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, jilid 1, (Jakarat: Salemba
Empat, 2011), hal. 336.
34
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.29
Konsumen yang dimaksud dalam penjelasan di atas merupakan konsumen
akhir. Pengguna jasa dalam perbankan syariah sering disebut sebagai
nasabah. Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan nasabah adalah
orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank
(dalam hal keuangan), dapat juga diartikan sebagai orang yang menjadi
tanggungan asuransi.30 Nasabah merupakan hal terpenting dalam
keberlangsungan perbankan pada umumnya dan perbankan syariah pada
khususnya. Sehingga perbankan syariah perlu menjaga loyalitas
nasabahnya agar tetap menggunakan jasa bank syariah.
Berdasarkan hasil penelitian “Potensi, Preferensi dan Perilaku
Masyarakat terhadap Bank Syariah di Pulau Jawa” yang disponsori Bank
indonesia ditujukan untuk: (1) memetakan potensi pengembangan bank
syariah yang didasarkan pada analisis potensi ekonomi dan pola
sikap/preferensi dari pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank
syariah; (2) mempelajari karakteristik dan perilaku dari pola masyarakat
pengguna atau calon pengguna jasa bank syariah sebagai dasar penetapan
strategi sosialisasi dan pemasaran bagi bank-bank syariah. Khusus wilayah
Jawa Timur penelitian dilakukan oleh Universitas Brawijaya disimpulkan
bahwa; penelitian ini mengklasifikasikan masyarakat (sebagai responden
penelitian) kedalam dua kelompok yaitu, kelompok masyarakat individual
29 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 30 Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (PN. Balai Pustaka, 2003),
hal. 775.
35
dan masyarakat perusahaan. Bagi responden individu pemahaman
terhadap bank syariah masih rendah dan sebagai konsekuensinya
sosialisasi menjadi hal yang sangat mendesak.31
L.2 Perilaku Konsumen (Nasabah Bank Syariah)
Untuk menjaga loyalitas nasabah tentunya lembaga perbankan syariah
perlu mengetahui bagaimana perilaku nasabah itu sendiri. Perilaku
konsumen (Consumer Behavior) merupakan interaksi dinamis antara
pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita yaitu tempat
manusia melakukan aspek pertukaran di dalam hidup mereka.32 Perilaku
nasabah tentunya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga
membuat nasabah tetap loyal menjadi pengguna jasa bank syariah.
Berdasarkan hassil penelitian “Potensi, Preferensi dan Perilaku
Masyarakat terhadap Bank Syariah di Pulau Jawa” yang disponsori Bank
indonesia khusus wilayah Jawa Timur penelitian dilakukan oleh
Universitas Brawijaya ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi
masyarakat individu untuk memilih bank syariah yaitu; informasi dan
penilaian, humanisme dan dinamis, ukuran dan fleksibilitas pelayanan,
kebutuhan, lokasi, keyakinan dan sikap, materialisme, keluarga, peran dan
status, kepraktisan dalam menyimpan kekayaan, perilaku pasca
31 Bank Indonesia, Ringkasan Laporan Pokok-pokok Hasil Penelitian “ Potensi, Preferensi
dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syari’ah di Pulau Jawa” (Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2000), dikutip oleh Muhammad, “ Manajemen Bank Syari’ah”, (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2002), hal. 203-207.
32 Paul Peter, Jerry C. olson, 1996, hal. 6, dikutip oleh Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, ed. ke-5, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), hal. 233.
36
pembelian, promosi langsung, dan agama. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi perusahaan untuk memilih bank syariah adalah; progresif
dan efisien, promosi, keamanan dan kecepatan pelayanan, harga,
kebutuhan kredit dan faktor pembayaran, barnd name, bentuk produk
(features), keyakinan dan sikap, peran dan status, mitra usaha, norma etika
masyarakat, lokasi, materialisme, usia dan tahapan perusahaan.33
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen
diantaranya;34
i. Budaya (Culture); sekumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan
perilaku tertentu yang diperoleh dari lingkungan keluarga,
kebangsaan, ras, dan geografis.
ii. Kelas Sosial (Social Class); masyarakat memiliki stratifikasi atau
kelas sosial tertentu. Kelas sosial adalah pembagian kelompok
masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun
secara sistematis, anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku
yang serupa.
iii. Kelompok Acuan (Reference Groups); adalah seseorang dalam
kelompok tertentu yang memiliki pengaruh langsung terhadap sikap
dan perilakunya (keanggotaan kelompok).
iv. Keluarga (Family); merupakan organisasi kecil yang penting dalam
mempengaruhi perilaku anggotanya yang bersumber dari orang tua.
33 Ibid. 34 [Ali Hasan, Marketing Bank Syariah Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank
Syariah.] hal. 51-53.
37
Suami - isteri – anak memiliki peran yang beebeda dalam
mempengaruhi perilaku pembelian mereka.
Selain faktor di atas hasil penelitian dari Harif A. Rifai, dkk. bekerja
sama dengan Bank Indonesia dan Center for Banking Research (CBR)
Andalas University, pada tahun 2007 tentang identifikasi faktor penentu
keputusan konsumen dalam memilih jasa perbankan (bank syariah vs bank
konvensional) memperlihatkan bahwa faktor internal lebih dominan
dibandingkan faktor eksternal bagi konsumen di dalam memilih bank
syariah dan konvensional. Artinya, bahwa perilaku konsumen dalam
memutuskan penggunaan produk perbankan lebih didominasi oleh
pengendalian dari dalam diri (internal locus of control). Faktor internal
tersebut muncul dari kesadaran (awareness) konsumen terhadap produk
yang dikomunikasikan pada tingkat yang lebih tinggi, dan selanjutnya
awareness tersebut akan memperkuat keyakinan (belief) konsumen.35
Tabel 2.4 Faktor Penentu Perilaku Konsumen
Bank Syari’ah Bank Konvensional
Dimensi Faktor Dimensi Faktor
1 Persepsi Internal Motivasi
Keuntungan
Internal
2 Biaya dan Manfaat Internal Biaya dan Manfaat Internal
3 Agama/Keyakinan Internal Gaya Hidup Internal
4 Personal Selling Eksternal Promosi Eksternal
5 Keluarga Eksternal Keluarga Eksternal Sumber: Ali Hasan, 2010, (hal. 78)
35 Ibid, hal. 78.
38
M. Persepsi Terhadap Bank Syariah
M.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan penilaian individu mengenai kesamaan dan
ketidaksamaan diantara seperangkat objek yang dikarenakan adanya
perbedaan daya tangkap, tingkat kecerdasan dan harapan yang dimiliki
oleh individu yang bersangkutan.36 berikut ini merupakan proses
pembentukan persepsi secara sederhana:
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Persepsi Secara Sederhana
Dari gambar konsep pembentukan persepsi diatas. Jika dikaitkan
dengan Perbankan Syariah maka, dapat diambil kesimpulan bahwa :
“Perbankan Syariah berada pada posisi sebagai stimulus (pemberi
rangsangan). Hal ini dikarenakan Perbankan Syariah dapat diaktakan
36 Andriyani, “Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Akuntansi Syariah,” Jurnal Ekonomi,
Akuntansi dan Organisasi, Vol. IV No. 3 (Desember, 2007), hal. 3-4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi :
Faktor intern Faktor ekstern Faktor budaya
Stimulan
Seleksi,
Pengaturan
Penyimpulan
& Reaksi
Penerima
Stimulan
(Mahasiswa
Ekonomi
Islam)
Perilaku Sikap
39
sebagai obyek pengamatan nyata yang akan ditafsirkan oleh stimulan (alat
panca indera manusia) secara langsung melalui proses-proses metode-
metode ilmiah yang berurutan, saling berhubungan dan tidak dapat
dipisah-pisahkan antara metode yang satu dengan yang lainnya.37 Berikut
ini merupakan definisi dari persepsi:
a. Persepsi adalah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan
informasi sensoris agar informasi terssebut menjadi bermakna.
Persepsi terlihat seperti proses yang sama ketika menjalani kehidupan,
namun persepsi merujuk pada pengalaman itu sendiri (hal yang
dilakukan oleh otak terhadap bahan mentah yang ada).38
b. Persepsi adalah kegiatan menyortir, menginterpretasikan,
menganalisis, dan mengintegrasikan rangsangan yang dibawa oleh
organ indra dan otak.39
c. Persepsi adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran;
sedangkan subyek dan obyeknya belum terbedakan satu dari yang
lainnya (baru ada proses “memiliki” tanggapan).40
d. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului dengan
penginderaan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses
tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus itu
37 Ibid. 38 Laura A King, Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2016), hal. 225. 39 Robert S Feldman, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hal. 119. 40 Kartini Kartono, PSIKOLOGI UMUM, cet. ke-2, (CV. Maju Mundur, 1990), hal. 61.
40
diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses
psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang
ia dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi.41
e. Persepsi merupakan proses saat seseorang mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka. Menurut Young (1956), persepsi
merupakan aktivitas mengindra, mengintegrasikan, dan memberikan
penilaian pada objek-objek fisik maupun objek sosial. Penginderaan
tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada
di lingkungannya.42
f. Persepsi merupakan serangkaian proses rumit yang melaluinya kita
memperoleh dan mnginterpretasikan informasi inderawi. Interpretasi
ini memungkinkan kita mencerap lingkungan secara bermakna.43
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang maknanya berkaitan
dengan panca indera yang dimiliki manusia yaitu:44
ئ شي ت علمو أمهاتك والله أخرجك من بطو السمع ا وجعل لك
تشكرو ة لعلك والبصار والفئ
41 Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum, cet. ke-2, ed. revisi, (Yogyakarta: Andi Offset,
1990), hal. 53. 42 Kusnawa Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, cet. ke-1, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 220. 43 Ling Jonathan, Catling Jonathan, Psikologi Kognitif, ed. terjemahan, (Erlangga, 2012),
hal. 6. 44 QS. An-Nahl [16]: 78.
41
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun dan Dia memberikanmu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)
Jadi, proses persepsi yang dilalui dari adanya stimulus yang diterima
oleh reseptor yaitu panca indera akan berfungsi sejalan dengan
perkembangan fisiknya. Sehingga persepsi mahasiswa ekonomi Islam
yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu pendapat atau
tanggapan terhadap bank syariah sehingga mahasiswa memutuskan
menjadi nasabah atau tidak menjadi nasabah di bank syariah.
M.2 Proses Terbentuknya Persepsi
Persepsi tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui proses. Walgito
menyatakan bahwa terbentuknya persepsi melalui suatu proses, dimana
secara alur proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut:45 Berawal
dari objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra
atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian
stimulus yang di terima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke
otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu
proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima
dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.
Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang
dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses
persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat
45 [Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum], hal. 54-55.
42
indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi
dan merupakan persepsi yang sebenarnya.
M.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Selain itu Kreatch dkk membagi faktor yang mempengaruhi persepsi
menjadi dua yaitu faktor fungsional dan struktural yang mana keduanya
saling mempengaruhi persepsi pada diri individu.46
a. Faktor fungsional; faktor ini menjelaslkan bahwa yang menentukan
persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus melainkan karakteristik
orang yang memberikan respon pada stimulus tersebut. Jadi faktor
personal yang menentukan sebuah persepsi yang ada.
b. Faktor struktural; faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan
fisik dan proses neuro fisiologi.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah faktor personal yang dimiliki individu (faktor fungsional).
Menurut Davidoff persepsi dibagi menjadi dua macam yaitu:47
a. Persepsi positif adalah jenis persepsi yang dilatarbelakangi oleh
pengalaman-pengalaman serta identitas diri yang positif. Dengan kata
lain persepsi positif adalah persepsi yang menggambarkan segala
pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang
ditentukan ada manfaatnya.
46 Feny Dwi Febriningrum, Kaswari.HP, dan Istiqomah, “Persepsi Nasabah Terhadap
Layanan Jasa Tabungan Bersama Pada Bank Syari’ah Mandiri Cabang Jember,” Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologis, Vol. VIII, No. 1, (April, 2012), hal. 31.
47 Ibid.
43
b. Persepsi negatif adalah persepsi yang dilatarbelakangi oleh identitas
diri yang salah dari pengalaman pribadinya yang tidak
menyenangkan. Kata lain persepsi negatif yaitu persepsi yang
menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal
tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan obyek yang
dipersepsikan.
M.4 Persepsi terhadap Bank Syariah
Hasil kajian empiris yang dilakukan oleh Jazim Hamidi dkk., persepsi
masyarakat yang dilihat dari faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis
masyarakat dalam mempercepat pemahaman serta merekomendasikan
perlunya masyarakat muslim untuk lebih akrab dengan perbankan syariah.
Dengan membagi masayarakat menjadi empat golongan yaitu aktor Islam,
pelajar Islam, pengusaha Islam, dan masyarakat luas ditemukan bahwa
faktor budaya dan psikologi memiliki pengaruh terbesar terhadap persepsi
dan sikap masyarakat Jawa Timur terhadap bank syariah.48
Dan faktor terbesar yang mempengaruhi persepsi pelajar Islam terhadap
bank syariah adalah faktor budaya sebesar 70,7%. Budaya ini diperoleh
dari sekumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku tertentu yang
diperoleh dari lingkungan keluarga, agama, kebangsaa, ras, dan geografis.
Teredapat beberapa persepsi yang harus diperhatikan dalam pemilihan
bank syariah. Kuat tidaknya persepsi pada konsumen sangat tergantung
48 Jazim Hamidi, dkk, Persepsi dan Sikap Masyarakat Jawa Timur terhadap Bank Syari’ah,
(Jawa Timur: 2007), dikutip oleh [Ali Hasan, Marketing Bank Syariah Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah.] hal. 53-54.
44
pada berbagai daya tarik dan kesesuaian objek dengan individu yang
bersangkutan. Menuut Ali Hasan Persepsi dapat digunakan sebagai model
riset persepsi nilai dan dapat juga sebagai teori persepsi nilai dan
keputusan pembelian, diantaranya:
1. Product Quality adalah ukuran persepsi konsumen terhadap
keunggulan kinerja (performance), keandalan (reliability),
kesesuaian (comformance), dan keistimewaan (features) dari
sebuah produk.49
keunggulan kinerja (performance), hal ini berkaitan dengan
aspek fungsional suatu produk dan merupakan karakteristik
utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli
produk tersebut.
keandalan (reliability), kehandalan produk bank dalam
mewujudkan komitmen sesuai dengan promosi tahap
awaltransaksi dan konsistensi layanan dari waktu ke waktu
sesuai promosi.
kesesuaian (comformance), hal ini berkaitan dengan tingkat
kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
49 Dalam produk jasa, hasil riset yang menunjukkan bahwa keistimewaan atraktif
memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan keistimewaan langsung. Keistimewaan atraktif adalah layanan 24 non stop 24 jam tanpa tambahan biaya, pembelian produk lewat telepon, penyerahan dirumah, home banking service dan sebagainya. Keistimewaan langsung misalnya produk tanpa cacat.(Vincent Gaspersz, Manajemen Kualitas: Konsep dan Aplikasi dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarata: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal. 4, dikutip oleh [Ali Hasan, Marketing Bank Syariah Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah.] hal. 68.
45
keistimewaan (features), aspek performansi yang berguna
untuk menambah fungsi dasar , berkaitan dengan pilihan-
pilihan produk dan pengembangannya.
2. Service Quality adalah ukuran persepsi konsumen terhadap
kemampuan perusahaan dalam menyampaikan produk jasa kepada
konsumen dengan ramah (friendliness), kesediaan membantu
(helpfilness), kemampuan untuk mencapai pasar sasaran (Acces),
ketanggapan (responsiveness), dan ketepatan waktu (timeliness)
yang melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan.50
ramah (friendliness), pelayanan yang baik harus disertai
dengan sikap keramahan, kesopanan kepada publik yang
dilayani.
kesediaan membantu (helpfilness), sikap dan perasaan
senang membantu nasabah dalam membuat keputusan untuk
membeli, bersahabat, dan sopan ketika melayani nasabah.
kemampuan untuk mencapai pasar sasaran (Acces), faktor ini
mencakup letak bank yang strategis, kemampuan untuk
mencapai pasar sasaran, serta kemampuan yang mampu
memberikan pelayanan dengan cepat.
50 Thomas Petro, Closing The Quality: Product and Service Gap, (New Jersey: Prentice-Hall,
Ince.), P 52, dikutip oleh [Ali Hasan, Marketing Bank Syariah Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah.] hal. 69.
46
ketanggapan (responsiveness), kemampuan merespon
pelanggan dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan
cepat.
ketepatan waktu (timeliness), yaitu sikap yang
memperlihatkan untuk memberikan pelayanan tepat waktu,
cepat, dan garansi pelayanan bank.
3. Nilai syariah merupakan ukuran persepsi konsumen terhadap nilai-
nilai syariah atau prinsip Islam yang diterapkan dalam bank syariah
diantaranya:
Bank Syariah merupakan bank yang beroperasi sesuai
dengan ketentuan Al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional
dan operasionalnya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
Tidak terdapat unsur riba dan bunga dan terbebas dari unsur
judi (maysir) dan ketidakpastian (gharar) dalam
operasionalnya.
Terhindar dari bisnis yang haram
Menggunakan sistem bagi hasil atau prinsip bagi hasil
sebagai pengganti sistem bunga dan terbebas dari unsur
riba.
47
N. Minat menjadi Nasabah Bank Syariah
N.1 Pengertian Minat
Minat ialah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian
individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang.
Minat berhubungan dengan sumber motivasi untuk melakukan apa yang
diinginkan. Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan
dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi minat yaitu; kebutuhan fidik, sosial, dan egoistis, serta
pengalaman.51
Jame F. Engel, Roger D. Blackwell, dan Paul W. Miniard menyebutkan
bahwa tahap kepuasan atau minat melibatkan aktivitas yang mengahsilkan
suatu pilihan antara mengadopsi atau menolak inovasi.52
Menurut Winkel minat adalah kecenderungan yang menetap dan subyek
untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam hal itu. Perasaan senang akan menimbulkan pula
minat yang diperkuat oleh sikap positif yang sama.53
Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan minat dalam
penelitian ini adalah daya tarik yang timbul oleh obyek tertentu yang
menimbulkan kesan positif sehingga membuat nasabah (mahasiswa
ekonomi Islam) bank syariah merasa senang dan mempunyai keinginan
51 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, ed. 1, cet. ke-1, (Jakarta: Kencana. 2011), hal. 63. 52 James F. Engel, Roger D. Blackwell, dan Paul W. Miniard, Perilaku Konsumen, jilid 2,
alih bahasa Budijanto, eds. ke-6, (Jakarta: Karisma Publising, 2012), hal. 394. 53 WS Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hal. 212-215.
48
untuk berkecimpung menjadi nasabah bank syariah (membuka rekening
tabungan di bank syariah).
N.2 Faktor Pembentuk Minat
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu; kebutuhan fisik,
sosial, dan egoistis, serta pengalaman.54 Selain itu ada beberapa faktor ang
mempengaruhi minat, yitu:55
a. Dorongan dari dalam inividu, misalnya dorongan untuk makan akan
membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat
terhadap produksi makanan, dan lain-lain.
b. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu.
c. Faktor emosional, minat mepunyai hubungan yang erat dengan emosi.
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa minat adalah
dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam
mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi
keinginannya.
O. Kerangka Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan tentang pengaruh
persepsi mahasiswa ekonomi Islam tentang kualitas produk, kualitas
pelayanan, dan nilai syariah terhadap minat menjadi nasabah bank syariah.
54 [Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, 2011], hal. 63. 55 Abdul Rahman Shaleh, Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (Dalam
Perspektif Islam), (Jakarta: Kencana, 2001), hal. 264.
49
Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar
gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti.
Reaksi seseorang terhadap suatu objek dapat diwujudkan dalam bentuk sikap
atau tingkah laku seseorang tentang apa yang dipersepsikan. Persepsi ini
tentunya di pengaruhi oleh beberapa faktor yang nantinya mempengaruhi
minat menjadi nasabah bank syariah.
Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan variabel minat menjadi nasabah
bank syariah dengan indikator-indikatir meliputi: Kualitas Produk, Kualitas
Pelayanan, Niali Syariah.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
P. Hipotesis
Dari judul penelitian ini di temukan rumusan masalah bagaimana pengaruh
persepsi masiswa ekonomi Islam tentang kualitas produk, kualitas pelayanan,
Persepsi Tentang
Kualitas Produk
(X1)
Persepsi Tentang
Kualitas
Pelayanan (X2)
Persepsi Tentang
Nilai Syariah (X3)
Minat menjadi
nasabah Bank Syariah
(Y)
50
dan nilai syariah terhadap minat menjadi nasabah bank syariah. Kemungkinan
jawaban dari rumusan masalah tersebut adalah
H1 : Persepsi mahasiswa Ekonomi Islam tentang Kualitas Produk
berpengaruh terhadap minat menjadi nasabah bank syariah.
H2 : Persepsi mahasiswa Ekonomi Islam tentang Kualitas Pelayanan
berpengaruh terhadap minat menjadi nasabah bank syariah.
H3 : Persepsi mahasiswa Ekonomi Islam tentang Nilai Syariah berpengaruh
terhadap minat menjadi nasabah bank syariah.