bab ii tinjauan pustaka -...

14
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Indonesia memiliki luasan mangrove sekitar 24% dari total ekosistem mangrove di dunia, yaitu sekitar ± 3,7 juta ha. Ekosistem hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis tertinggi di dunia, terdapat sekitar 89 jenis. Sehingga, Indonesia mempunyai potensi ekosistem mangrove yang sangat besar (FAO 1992). Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta hektar dan yang telah mengalami kerusakan sekitar 5,30 juta hektar. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh konversi mangrove menjadi kawasan pertambakan, pemukiman, dan industri, padahal mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan organisme akuatik. Keseimbangan ekologis lingkungan perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan, karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap polusi. Mangrove juga merupakan tempat hidup berbagai jenis gastropoda, kepiting pemakan detritus, dan bivalvia pemakan plankton sehingga akan memperkuat fungsi mangrove sebagai biofilter alami. 2.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian Kabupaten Indramayu adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia (Lampiran 1). Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang, serta Kabupaten Subang di barat. Kabupaten Indramayu terdiri atas 31 kecamatan, 313 desa dan kelurahan. Letak geografis Kabupaten Indramayu pada 107° 52 ° - 108° 36 ° Bujur Timur dan 6° 15 ° - 6° 40 ° Lintang Selatan. Berdasarkan topografisnya sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 2 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi, maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan

Upload: truongminh

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia memiliki luasan mangrove sekitar 24% dari total ekosistem

mangrove di dunia, yaitu sekitar ± 3,7 juta ha. Ekosistem hutan mangrove di

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis tertinggi di dunia, terdapat sekitar 89

jenis. Sehingga, Indonesia mempunyai potensi ekosistem mangrove yang sangat

besar (FAO 1992).

Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta hektar

dan yang telah mengalami kerusakan sekitar 5,30 juta hektar. Kerusakan tersebut

antara lain disebabkan oleh konversi mangrove menjadi kawasan pertambakan,

pemukiman, dan industri, padahal mangrove berfungsi sangat strategis dalam

menciptakan ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan organisme akuatik.

Keseimbangan ekologis lingkungan perairan pantai akan tetap terjaga apabila

keberadaan mangrove dipertahankan, karena mangrove dapat berfungsi sebagai

biofilter, agen pengikat dan perangkap polusi. Mangrove juga merupakan tempat

hidup berbagai jenis gastropoda, kepiting pemakan detritus, dan bivalvia pemakan

plankton sehingga akan memperkuat fungsi mangrove sebagai biofilter alami.

2.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian

Kabupaten Indramayu adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia (Lampiran 1). Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Laut Jawa di

utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten

Sumedang, serta Kabupaten Subang di barat. Kabupaten Indramayu terdiri atas 31

kecamatan, 313 desa dan kelurahan.

Letak geografis Kabupaten Indramayu pada 107° 52 ° - 108° 36 ° Bujur

Timur dan 6° 15 ° - 6° 40 ° Lintang Selatan. Berdasarkan topografisnya sebagian

besar merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata

0 – 2 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup

tinggi, maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air. Kabupaten

Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

7

laut dengan panjang garis pantai 114,1 km. Kabupaten Indramayu memiliki luas

wilayah 2.040,11 km2.

Indramayu dilintasi jalur pantura, yakni salah satu jalur terpadat di Pulau

Jawa, terutama pada musim mudik. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api

lintas utara Pulau Jawa, dengan stasiun terbesar di Jatibarang. Penduduk

Indramayu di wilayah pesisir pada umumnya menggunakan Bahasa Indramayu

yang digunakan adalah dialek Dermayon. Sedangkan di bagian selatan,

menggunakan Bahasa Sunda. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah

pantai utara Jawa Barat yang sangat strategis dan berkembang sebagai daerah

penyangga kawasan industri yang mempunyai sumberdaya alam dan jalur

infrastruktur transportasi utama dari Cirebon ke Jakarta.

2.1.2 Potensi Ekosistem Mangrove di Kabupaten Indramayu

Hutan mangrove di Indramayu terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Hutan mangrove di dalam kawasan hutan lindung: tersebar di 10 desa yaitu

Desa Parean Girang Kecamatan Kandanghaur, Desa Cemara Kecamatan

Losarang, Desa Cangkring dan Lamarantarung Kecamatan Cantigi, Desa

Babadan Kecamatan Sindang dan Desa Karanganyar, Pasekan, Pagirikan,

Totoran dan Pabean Ilir Kecamatan Pasekan.

b. Hutan Mangrove di luar kawasan hutan lindung: tersebar di 22 Desa

diantaranya yaitu Ujung Gebang Kecamatan Sukra, Desa Ilir, Bulak

Kecamatan Kandanghaur, Desa Cemara Kecamatan Losarang, Desa Cangkring

dan Lamarantarung Kecamatan Cantigi, Desa Brondong, Karanganyar, Totoran

dan Pabean Ilir Kecamatan Pasekan, Desa Pabean Udik, Karangsong dan

Singaraja Kecamatan Indramayu, Desa Benda Kecamatan Karangampel, Desa

Juntinyuat Kecamatan Juntinyuat, Desa Tanjakan, Kalianyar, Luwung Gesik,

Krangkeng dan Singakerta Kecamatan Krangkeng (Gambar 2 dan 3)

(Dishutbun 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

8

Gambar 2. Peta sebaran mangrove di pesisir Kab. Indramayu tahun 2005

(Sumber : Dishutbun 2005)

Gambar 3. Peta Sebaran Mangrove tahun 2010

(Sumber : Bappeda Kabupaten Indramayu 2010)

Ket : Tanda hijau pada peta merupakan daerah tempat tumbuh ekosistem

mangrove

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

9

2.2 Definisi Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah

pantai dan di sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut

(Peraturan Menteri Kehutanan 2004). Hutan mangrove merupakan ekosistem

yang paling produktif dan merupakan sumber hara untuk perikanan pantai.

Mangrove menyokong kehidupan sejumlah besar spesies binatang dengan

menyediakan tempat berbiak, berpijah dan makan. Spesies tersebut meliputi

berbagai jenis burung, ikan, kerang dan krustasea seperti udang, kepiting (Mastra

1999).

2.2.1 Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik dan sub-tropik.

Ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan dengan

ciri-ciri ekologis sebagai berikut:

(a). Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan

yang berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang;

(b). Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya

tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan akan menentukan

komposisi vegetasi ekosistem mangrove;

(c). Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air

tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur

hara dan lumpur;

(d). Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata

di bulan terdingin lebih dari 20ºC;

(e). Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai

38 ppt;

(f). Arus laut tidak terlalu deras;

(g). Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak

yang kuat;

(h). Topografis pantai datar/landai.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

10

2.2.2 Fungsi Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi

produktivitasnya (Snedaker 1978) dan memberikan kontribusi terhadap

produktivitas ekosistem pesisir (Harger 1982). Dalam hal ini beberapa fungsi

ekosistem mangrove adalah sebagai berikut:

a) Ekosistem mangrove sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat mencari

makan (feeding ground), tempat berkembang biak berbagai jenis krustasea,

ikan, burung, biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan tumbuhan epifit

dan parasit;

b) Ekosistem mangrove sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan angin

kencang dan gempuran ombak yang kuat serta pencegahan intrusi air laut;

c) Ekosistem mangrove dapat membantu kesuburan tanah, sehingga biota

perairan dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan;

d) Ekosistem mangrove dapat membantu perluasan daratan ke laut dan

pengolahan limbah organik;

e) Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk tujuan budidaya ikan, udang

dan kepiting bakau dalam keramba dan budidaya tiram karena adanya aliran

sungai atau perairan yang melalui ekosistem mangrove;

f) Ekosistem mangrove sebagai penghasil kayu dan non kayu;

g) Ekosistem mangrove berpotensi sebagai sarana pendidikan dan rekreasi .

2.2.3 Struktur dan Adaptasi Pohon Mangrove

Pada kebanyakan spesies pohon mangrove terdapat ciri-ciri khas yang

memberikan kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang pada substrat

yang terdiri dari sedimen halus yang sering anoksik (tidak mengandung oksigen)

dan bersifat asam. Untuk adaptasi pada substrat seperti ini kebanyakan spesies

mangrove :

a) Dilengkapi dengan struktur perakaran yang khas.

b) Menerapkan cara-cara khas untuk mendapatkan oksigen serta mencegah

masuknya garam dalam jaringan pohon atau mengeluarkan garam yang masuk

ke dalam jaringan pohon.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

11

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap

lingkungan. Bengen (2001) dan Onrizal (2005) menyatakan bahwa :

1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, mangrove memiliki bentuk

perakaran yang khas, yaitu :

(a) Bertipe cakar ayam (Akar napas) yang muncul di permukaan tanah untuk

aerasi dan mempunyai pneumatofora (untuk mengambil oksigen dari udara)

misalnya : Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.

(b) Bertipe penyangga/tongkat (Akar tunjang) yang berbentuk seperti jangkar,

berguna untuk menopang pohon dan mempunyai lentisel. Misalnya:

Rhyzophora spp..

(c) Akar lutut yang memberikan kesempatan bagi oksigen masuk ke sistem

perakaran. Misalnya: Bruguiera sp..

2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :

a) Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan

garam.

b) Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur

keseimbangan garam.

c) Daun memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut, dengan

cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk

jaringan horisontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar juga

berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

Beberapa tumbuhan mangrove seperti Avicennia, Acanthus dan Aegiceras

memiliki alat sekresi garam. Konsentrasi garam dalam cairan biasanya tinggi,

sekitar 10% dari air laut. Hal ini bisa dirasakan dengan mengecap daun tumbuhan

mangrove (Nybakken 1992).

Tumbuhan mangrove seperti Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora

sp., dan Sonneratia sp. tidak memiliki alat ekskresi garam, membran sel di

permukaan akar mampu mencegah masuknya sebagian besar garam dan secara

selektif menyerap ion-ion tertentu melalui proses ultrafiltrasi. Kelebihan garam

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

12

yang terserap dibuang melalui transpirasi lewat stomata atau disimpan dalam

daun, batang dan akar, sehingga seringkali daun tumbuhan mangrove memiliki

kadar garam sangat tinggi (Nontji 2005).

Tumbuhan mangrove tumbuh paling baik pada lingkungan air tawar dan

air laut dengan perbandingan seimbang (1:1). Salinitas yang tinggi pada dasarnya

bukan prasyarat untuk tumbuhnya mangrove, beberapa spesies mangrove dapat

tumbuh dengan baik pada lingkungan air tawar. Di Pulau Christmas, Bruguiera

cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di Kebun

Raya Bogor Bruguiera sexangula tumbuh selama ratusan tahun pada lingkungan

air tawar. Terhentinya penyebaran mangrove ke lingkungan perairan tawar

tampaknya disebabkan ketidakmampuan untuk berkompetisi dengan spesies lain,

sehingga mengembangkan adaptasi untuk tumbuh di air asin, sedangkan

tumbuhan lain tidak mampu bertahan (Gosalam 2000).

2.2.4 Zonasi Penyebaran Mangrove

Pertumbuhan komunitas vegetasi mangrove secara umum mengikuti suatu

pola zonasi. Pola zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah

(lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas

serta pengaruh pasang surut (Dahuri 2003).

Menurut Bengen (2002), hutan mangrove terbagi atas beberapa zonasi

yang paling umum, yaitu:

a. Daerah yang paling dekat dengan laut dan substrat agak berpasir, sering

ditumbuhi oleh Avicennia spp.. Avicennia spp. biasanya berasosiasi dengan

Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada substrat lumpur dalam yang kaya

bahan organik.

b. Lebih ke arah darat, ekosistem mangrove umumnya didominasi oleh jenis

Rhizophora spp.. Pada zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus

spp..

c. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.

d. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah, ditumbuhi

Nypa fruticants dan beberapa jenis palem lainnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

13

Gambar 4. Zonasi penyebaran jenis pohon mangrove (Bengen 2001)

2.3 Moluska

Moluska merupakan salah satu filum dari kingdom Animalia yang

didalamnya terdapat kelas terbesar yaitu bivalvia dan gastropoda (Dharma 1992).

Di Indonesia tercatat sekitar 3400 jenis moluska dan diperkirakan lebih dari 20

jenis bernilai ekonomis, dan beberapa jenis diantaranya telah dapat

dibudidayakan. Jenis-jenis tersebut sebagian besar masuk ke dalam kelas bivalvia

(Sulistijo et al. 1980). Bivalvia dan gastropoda mempunyai bentuk tubuh dan

ukuran cangkang yang beraneka ragam. Bentuk cangkang ini sangat penting

dalam menentukan spesies ke dua kelas tersebut (Nurdin et al. 2008).

Anggota kelas bivalvia dapat hidup pada semua tipe perairan, yaitu air tawar,

estuari dan perairan laut, memiliki sepasang cangkang dengan otot yang kuat,

kepala tidak berkembang baik, dan kaki berbentuk kapak. Kelas gastropoda dapat

hidup di semua tipe perairan dari terrestrial (daratan) sampai lautan, memiliki

cangkang tunggal, berulir dan memiliki kepala yang berkembang baik (Dharma

1992). Bivalvia dan gastropoda dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan

sumber protein, pakan ternak, bahan industri, perhiasan, bahan dasar kosmetik,

obat-obatan, dan bahan pupuk.

Di alam kelimpahan dan distribusi gastropoda maupun bivalvia dipengaruhi

oleh beberapa faktor abiotik dan biotik seperti: kondisi lingkungan, ketersediaan

makanan, pemangsaan oleh predator dan kompetisi. Tekanan dan perubahan

lingkungan juga dapat mempengaruhi jumlah jenis dan perbedaan struktur dari

gastropoda dan bivalvia (Susiana 2011). Keanekaragaman bivalvia dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

14

gastropoda tidak hanya menunjukkan keanekaragaman jumlah spesies, tetapi juga

menunjukkan struktur, tingkatan tropik, dan keanekaragaman makro-mikro

habitat (Hendrickx et al. 2007).

Menurut Dobson dan Frid (1998) komunitas benthos adalah organisme yang

hidup di dasar perairan terdiri dari epifauna dan infauna. Epifauna adalah fauna

yang hidup di atas permukaan pantai, sedangkan infauna hidup di dalam partikel

sedimen. Berdasarkan ukurannya fauna benthos dibagi menjadi makrofauna (> 0,5

mm), meiofauna (10-500 μm) dan mikrofauna (< 10 μm).

Menurut Nybakken (1988) kelompok organisme dominan yang menyusun

makrofauna di dasar lunak terbagi dalam empat kelompok, yaitu Polychaeta,

Crustacea, Echinodermata dan Moluska. Berdasarkan pola makanannya, fauna

benthos dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, pemakan suspensi (suspension

feeder) yang memperoleh makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel

melayang di perairan. Ke dua, pemakan deposit (deposit feeder) yang mencari

makanan pada sedimen dan mengasimilasikan bahan organik yang dapat dicerna

dari sedimen. Ke tiga, pemakan detritus (detritus feeder) yang hanya makan

detritus. Moluska utama di habitat mangrove terdiri dari bivalvia dan gastropoda.

Menurut Giesen et al. (2006), moluska melimpah di mangrove Asia Tenggara.

Budiman (1985) menyatakan bahwa 91 jenis moluska di Seram yang terdiri atas

organisme infauna, epifauna dan melekat pada tumbuhan. Organisme yang

melekat pada tumbuhan terdiri atas fauna sessile (sebagian besar bivalvia) dan

jenis yang bersifat mobile. Gastropoda umumnya adalah epifauna dan herbivora,

sedangkan bivalvia biasanya infauna dan filter feeder (Printrakoon et al. 2008).

Moluska berperan penting dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi

bahan organik.

Komunitas moluska sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimiawi

lingkungan. Kelimpahan jenis meningkat dengan meningkatnya salinitas (Jiang

dan Li 1995). Skilleter (1996) menyatakan bahwa komposisi moluska dapat untuk

menilai kesehatan hutan mangrove kota, karena sensitivitas moluska pada

lingkungan fisika dan kimiawi sehingga menjadi bioindikator yang baik.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

15

Bivalvia, Geloina erosa dan G. expansa, kadang-kadang mengeluarkan

lembaran organik tipis di bagian dalam cangkang. Pembentukan lembaran

merupakan respon terhadap kerusakan cangkang di lingkungan mangrove yang

asam, lembaran organik hanya terdapat pada spesimen-spesimen yang sudah

mengalami kerusakan cangkang yang luas (Isaji 1993).

Beberapa jenis moluska bersifat kritis pada ekosistem dasar hutan mangrove.

Gastropoda mangrove Thais kiosquiformis memegang peran utama dalam

memelihara fungsi dan produktivitas mangrove dengan membersihkan teritip dari

sistem perakaran mangrove (Koch dan Wolff 1996). Gastropoda detritivorous

Terebralia palustris membantu daur unsur hara di hutan mangrove dengan

pengolahan serasah mangrove (Slim et al. 1997).

2.3.1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi Moluska

2.3.1.1 Sedimen

Daerah pantai merupakan zona campuran atau perbatasan yang mengalami

perubahan, baik perubahan luas areal daratan karena sedimentasi maupun

pengurangan luas areal karena pengikisan (Carter 1988 dalam Ikrab 1998).

Pembagian zona dapat pula dicirikan menurut kategori fisik (darat dan laut),

biologis atau kultur (budaya masyarakat).

Mappa dan Kaharuddin (1991) dalam Ihlas (2001), menyatakan bahwa pantai

merupakan daerah interaksi antara laut dan daratan (daerah daratan yang termasuk

pantai yang masih dipengaruhi oleh daratan seperti pengaruh sedimentasi, sungai

dan salinitas yang relative rendah (<32%) untuk daerah tropis). Dasar

pembentukan pantai berbeda-beda, ada yang terdiri dari batuan-batuan, lumpur,

tanah liat, pasir dan kerikil, atau campuran antara dua atau lebih secara bersama-

sama.

Pantai berpasir terdiri dari bagian yang paling banyak dan paling keras adalah

sisa-sisa pelapukan batu gunung didaerah tertentu dan sisa pecahan terumbu

karang. Pantai berpasir dibatasi hanya pada daerah gerakan air yang kuat

mengangkut partikel yang halus dan ringan (Dahuri et al. 1996).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

16

Nybakken (1988) menyatakan bahwa substrat dasar merupakan salah satu

faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur komunitas makrobenthos.

Penyebaran makrobenthos dapat dengan jelas berkorelasi dengan tipe substrat.

Makrobenthos yang mempunyai sifat penggali pemakan deposit cenderung

melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak yang merupakan daerah yang

mengandung bahan organik yang tinggi. Odum (1993) menyatakan bahwa

substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat penting bagi

kehidupan organisme. Substrat di dasar perairan akan menentukan kelimpahan

dan komposisi jenis dari hewan benthos. Correa dan Uieda (2008) menyatakan

bahwa komposisi dan kelimpahan fauna invertebrata yang berasosiasi dengan

mangrove berhubungan dengan variasi salinitas dan kompleksitas substrat.

2.3.1.2 Suhu

Suhu air permukaan diperairan nusantara umumnya berkisar antara 28-31°C,

dan suhu air didekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi dari pada dilepas pantai

(Nontji 2005). Hewan laut yang hidup pada batas suhu tertentu, ada yang

mempunyai toleransi luas terhadap perubahan suhu, disebut euriterm, sebaliknya

ada pula toleransinya sangat sempit disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup

pada zona pasang surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan

yang besar terhadap perubahan suhu.

Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan bahwa daerah intertidal sangat

berbahaya karena suhu tinggi akibat pemanasan dari sinar matahari. Hal ini yang

paling sering adalah resiko kemungkinan besarnya kehilangan cairan tubuh yang

cepat kehilangan air akibat penguapan.

2.3.1.3 Salinitas

Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran organisme benthos baik secara

horizintal, maupun vertikal. Secara tidak langsung mengakibatkan adanya

perubahan komposisi organisme dalam suatu ekosistem. (Odum 1993).

Gastropoda yang bersifat mobile mempunyai kemampuan untuk bergerak guna

menghindari salinitas yang terlalu rendah, namun bivalvia yang bersifat sessile

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

17

akan mengalami kematian jika pengaruh air tawar berlangsung lama (Effendi

2000). Menurut Hutabarat dan Evans (1985) kisaran salinitas yang masih mampu

mendukung kehidupan organisme perairan, khususnya fauna makrobenthos adalah

15 - 35‰.

2.3.1.4 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan faktor pembatas bagi organisme yang

hidup di suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan

mempengaruhi ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya (Odum 1993).

Nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam

air. Derajat keasaman (pH) penting sebagai informasi dasar karena perubahan pH

yang terjadi di air berasal dari masukan asam atau basa dari suatu perairan, namun

perubahan pH juga dapat dikarenakan adanya aktivitas metabolik dari biota dalam

suatu perairan.

Derajat keasaman yang tinggi lebih mendukung organisme pengurai untuk

menguraikan serasah mangrove. Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian

besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dengan kisaran sekitar 7 – 8,5.

2.3.2 Hubungan Moluska dengan hutan mangrove

Menurut Hogarth (2007) invertebrata yang hidup di ekosistem mangrove

diwakili beberapa filum, termasuk Moluska, Arthropoda, Sipuncula, Nematoda,

Nemertean, Platyhelminthes, dan Annelida. Kennish (1990) dalam Fitriana (2006)

menyatakan bahwa Moluska dan Crustacea mendominasi komunitas fauna

benthik pada kebanyakan ekosistem mangrove. Menurut Hogarth (2007)

Crustacea yang paling berlimpah dan beragam adalah Brachyura, atau kepiting

sejati, dan di antara jenis Brachyura mangrove yang dominan adalah famili

Grapsidae dan Ocypodidae.

Golongan invertebrata merupakan komponen penting ekosistem mangrove,

menyediakan berbagai sumber makanan bagi hewan lain yang lebih tinggi tingkat

trofiknya (Chaudhuri dan Choudhury 1994). Fungsi ekologis invertebrata benthos

dapat dilihat dari produksi larva invertebrata dalam bentuk meroplankton (hidup

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

18

sebagai plankton hanya pada stadium larva), larva ini merupakan sumber

makanan bagi ikan. Disamping itu, invertebrata benthos juga menjaga

keseimbangan ekosistem dengan membuat lubang pada substrat, sehingga air dan

udara dapat masuk ke dalam substrat sehingga dapat menambah oksigen dan

unsur hara ke dalam substrat.

2.4 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman

Odum, 1971 menyatakan bahwa dalam stuktur komunitas terdapat 5

karakteristik yang dapat diukur yaitu, keanekaragaman, keseragaman, dominansi,

kelimpahan, relatif dan pola pertumbuhan. Keanekaragaman dan keseragaman

selain merupakan kekayaan jenis, juga keseimbangan pembagian jumlah individu

tiap jenis. Pengertian keanekaragaman jenis bukan hanya sinonim dari banyaknya

jenis, melainkan sifat komunitas yang ditentukan oleh banyaknya jenis serta

kemerataan hidup individu tiap jenis.

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis adalah dengan menghitung

kelimpahan relatif masing-masing jenis dalam suatu komunitas (South-World

1976 dalam Ina 1989). Nilai indeks keanekaragaman (H’) terbesar didapatkan jika

semua individu yang didapatkan berasal dari jenis yang berbeda-beda dan

keanekaragaman mempunyai nilai kecil atau sama dengan 0, jika suatu individu

berasal dari satu jenis.

Komposisi hewan makrozoobenthos yang meliputi keanekaragaman,

keseragaman dan kelimpahan, erat hubungannya dengan kualitas suatu perairan.

Kategori yang dikemukakan oleh Shannon-Wiener (1949) dalam Dahuri (1994)

Bahwa bila :

a) H’ < 1 : Keanekaragaman spesiesnya rendah, penebaran jumlah individu

tiap spesies rendah, kestabilan komunitas rendah dan keadaan perairan

tercemar berat.

b) 1 < H’ < 3 : Keanekaragaman sedang penyebaran jumlah individu tiap spesies

atau genera sedang, kestabilan komunitas sedang dan keadaan perairan

tercemar sedang.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090081_2_1138.pdf · cylindrica tumbuh selama ribuan tahun pada danau air tawar, sedangkan di

19

c) H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies

atau genera tinggi dan perairannya masih bersih/ belum tercemar.

Dahuri (1994) menyatakan bahwa indeks keseragaman (E) digunakan untuk

melihat apakah didalam komunitas jasad akuatik yang diamati, terdapat pola

dominansi oleh satu atau beberapa kelompok jenis. Apabilah nilai E mendekati 1,

maka sebaran individu-individu antar (spesies) relatif merata. Tetapi jika nilai E

mendekati 0, terdapat sekelompok jenis spesies tertentu yang jumlahnya relatif

berlimpah dari pada jenis lainnya.

Menurut Daget (1976) dalam Dahuri (1994) mengelompokan nilai indeks

kesamaan komunitas sebagai berikut :

a) 0,00 < E ≤ 0,50 : komunitas berada pada kondisi tertekan

b) 0,50 < E ≤ 0,75 : komunitas berada pada kondisi labil

c) 0,75 < E ≤ 1,00 : komunitas berada pada kondisi stabil

Keseragaman hewan benthos dalam suatu perairan dapat diketahui dari indeks

keseragamannya. Semakin kecil nilai suatu indeks keseragaman (E) semakin kecil

pula keseragaman jenis dalam komunitas, artinya penyebaran jumlah individu

tidak sama ada kecenderungan didominasi oleh jenis tertentu (Odum 1971).