bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1622/3/bab ii_rahmalia...
TRANSCRIPT
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Kuncahyo dan Sunardi (2007) melakukan penelitian tentang
aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L.)
terhadap DPPH. Hasil penelitian menunjukkan fraksi air ekstrak metanol
buah belimbing wuluh merupakan fraksi aktif yang mempunyai aktivitas
antioksidan ditunjukkan dengan nilai IC50 sebesar 44,01 ppm.
B. Tinjauan Pustaka
1. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron
tidak berpasangan (unpaired electron) sehingga bersifat tidak stabil dan
cenderung sangat reaktif untuk mendapatkan pasangan elektron dengan
mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus maka
dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kematian sel (Winarsi, 2007).
Selama metabolisme oksidatif, banyak oksigen yang dikonsumsi akan
terkait pada hidrogen selama fosforilasi oksidatif, kemudian membentuk
air. Namun, 4-5% oksigen yang dikonsumsi saat bernapas tidak diubah
menjadi air, tetapi akan membentuk radikal bebas. Tubuh mempunyai
sistem pertahanan antioksidan yang tergantung dari asupan vitamin,
antioksidan dan mineral serta produksi antioksidan endogen seperti
glutation (Clarkson dan Thompson, 2000).
Pada keadaan normal sistem pertahanan antioksidan di dalam
tubuh dapat secara mudah mengatasi radikal bebas yang terbentuk. Selama
waktu terjadi peningkatan pemakaian oksigen, produksi radikal bebas
berperan menyebabkan penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit
Alzheimer dan Parkinson (Capelli dan Cysewski, 2006). Pada keadaan
sehat, tubuh dapat mencegah terbentuknya radikal bebas karena sistem
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
4
pertahanan natural antioksidan tubuh yang mempunyai kemampuan
melawan aksi oksigen dari radikal bebas. Menurunnya efektivitas sistem
tersebut menyebabkan defisiensi absolut atau relatif kadar antioksidan di
dalam tubuh (Iorio, 2007).
Radikal bebas berpotensi bahaya, karena cenderung mengisi orbit
terluar yang tunggal dengan elektron lain. Adanya dua elektron pada orbit
yang sama merupakan kondisi energi yang stabil secara maksimal. Ketika
radikal bebas dekat dengan target molekul yang mempunyai satu atau
lebih elektron seperti molekul dari asam lemak tidak jenuh, radikal bebas
tersebut akan segera menarik keluar elektron dari target molekul tadi.
Karena efek aksi oksigen ini, radikal bebas akan kehilangan potensi
berbahayanya (Iorio, 2007).
Mekanisme reaksi pembentukan radikal bebas terdiri atas tiga
tahap, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Tahap inisiasi merupakan
tahap awal pembentukan radikal bebas. Tahap kedua adalah propagasi,
yaitu perubahan suatu molekul radikal bebas menjadi bentuk lain
(pembentukan radikal bebas baru). Tahap yang terakhir adalah terminasi,
yaitu tahap di mana terjadi penggabungan dua molekul radikal bebas dan
membentuk produk yang stabil.
Mekanisme reaksi ketiga tahapan tersebut dapat ditulis sebagai
berikut:
Inisiasi
RH + OH R• + H2O
Propagasi
R• + O2 ROO
•
ROO• + RH ROOH + R
•
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
5
Terminasi
ROO• + ROO
• ROOR + O2
ROO• + R
• ROOR
R• + R
• RR
(Kurniawan, 2011)
2. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan,
membersihkan, menahan pembentukan Senyawa Oksigen Reaktif (SOR)
dan radikal bebas dalam tubuh. (Lautan, 1997; Sies, 1993). Fungsi utama
antioksidan yaitu untuk memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak
dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan,
meningkatkan stabilitas lemak dalam makanan, dan memperpanjang masa
pemakaian dalam industri makanan (Tahir et al., 2003).
Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan
dalam lima tipe antioksidan, yaitu:
1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu
memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal
ini memberikan atom hydrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa
fenol hingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang
termasuk dalam kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PH, TBHP, dan
tokoferol.
2. Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai
pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal
ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang
berbeda dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh
dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C, asam eritorbat,
askorbilpalminat dan sulfit.
3. Secondary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai
kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir
yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
menstabilkam poliolefin resin. Contohnya, asam tiodipropionat dan
dilauriltiopropionat.
4. Antioxidative enzyme, yaitu enzim yang berperan mencegah
terbentuknya radikal bebas. Contohnya, glukosa oksidase, superoksidase
dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan kalalase.
5. Chelators sequestrants, yaitu senyawa-senyawa yang mampu
mengikat logam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi
oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk di dalamnya adalah asam sitrat,
asam amino, ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) dan fosfolipid
(Maulida, 2010).
Antioksidan tidak hanya digunakan dalam industri farmasi, tetapi
juga digunakan secara luas seperti pada industri makanan, industri
petroleum, industri karet dan sebagainya. Antioksidan dapat ditemukan
pada zat sintetis maupun zat alami hasil isolasi. Adanya antioksidan
mampu menghambat oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan dan
degradasi komponen organik dalam bahan makanan. Beberapa senyawa
antioksidan sintetis yang umum digunakan adalah butylated hydroxytoluen
(BHT), butylated hydroxyanisole (BHA), tertbutylhydroxyquinone
(TBHQ), asam galat dan propil galat. Sedangkan, antioksidan alami
keberadaanya sangat melimpah di alam, dapat diperoleh dari makanan
sehari-hari seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, vitamin
A, vitamin C, vitamin E, asam-asam fenolat, dan senyawa flavonoid
(Pokorny et al., 2001; Rohdiana, 2001; Tahir et al., 2003).
3. Gel
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang
dibuat dari partikel anorganik berukuran kecil atau molekul organik
berukuran besar terpenetrasi oleh suatu cairan (Dirjen BPOM, 1995).
Bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket,
mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu berbentuk padat
apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok, konsentrasi bahan
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa
gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada
suhu penyimpanan (Lieberman, 1989).
Klasifikasi gel didasarkan pada pertimbangan karakteristik dari
masing-masing kedua fase gel dikelompokkan pada gel organik dan
anorganik berdasarkan sifat fase koloidal. Gel organik dibagi menjadi gom
alam (seperti gom arab, karagen, dan gom xantan), dan gom hasil sintesa
(seperti hidroksipropil selulosa dan metilhidroksipropil selulosa). Sifat
pelarut akan menentukan apakah gel merupakan hidrogel (dasar air) atau
organogel (dengan pelarut bukan air). Gel padat dengan konsentrasi
pelarut rendah dikenal sebagai xero gel, sering dihasilkan dengan cara
penguapan pelarut, sehingga menghasilkan kerangka gel (Agoes &
Darijanto, 1993).
Pemilihan bahan pembentuk gel dalam setiap formulasi bertujuan
membentuk sifat seperti padatan yang cukup baik selama penyimpanan
yang dengan mudah dapat dipecah bila diberikan gaya pada sistem.
Misalnya, dengan pengocokan botol, memencet tube atau selama aplikasi
topikal. Pertimbangan harga menyebabkan pilihan jatuh pada zat
pembentuk gel yang mampu dalam konsentrasi rendah menghasilkan
karakteristik yang diinginkan. Gel seharusnya hanya menunjukkan
perubahan viskositas yang relatif kecil pada variasi normal temperatur
kamar dan pemakaian (Agoes & Darijanto, 1993).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel
hidrofilik.
1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel
anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit
sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan
hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan
prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
2. Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik
yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya
tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak
adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik
biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih
besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen
bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).
Menurut Voigt (1994), beberapa keuntungan sediaan gel adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
2. Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
3. Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
4. Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
5. Pelepasan obatnya baik
Gel yang mengandung zat antioksidan dapat digunakan sebagai
sediaan topikal untuk menangkal radikal bebas. Apabila suatu sistem obat
digunakan secara topikal, maka obat akan keluar dari pembawanya dan
berdifusi ke permukaan jaringan kulit, ada 3 jalan masuk yang utama
melalui daerah kantung rambut, melalui kelenjar keringat, dan stratum
korneum yang terletak diantara kelenjar keringat dan kantung rambut
(Ansel, 1989).
4. Belimbing Wuluh
Belimbing wuluh ditunjukkan pada (Gambar 1.) merupakan
tanaman perdu yang dapat hidup di daerah rendah sampai dengan
ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut. Belimbing wuluh
merupakan tanaman tropis dan mudah ditanam karena mampu tumbuh
pada semua jenis tanah (Purwaningsih, 2007).
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
Gambar 1. Belimbing Wuluh
a. Klasifikasi
Klasifikasi belimbing wuluh adalah sebagai berikut (Dasuki, 1991):
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Geraniales
Familia : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L
b. Nama Daerah
Nama lain dari belimbing wuluh menurut Agromedia (2008) antara
lain: Belimbing asam (Indonesia, Malaysia), Belimbing wuluh (Jawa),
Calincing (Sunda), Asom belimbing, balimbingan (Batak), Iba (Tagalog),
Bhalimbing bulu (Madura), Balimbing (Lampung), Selimeng (Aceh),
Selemeng (Gayo), Blimbing buluh (Bali), Balimbeng (Flores), Celane
(Bugis), Takurela (Ambon), Malimbi (Nias), Balimbieng (Minangkabau),
Belerang (Sangi), Libi (Sawu), Limbi (Bima).
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
c. Morfologi Tanaman
Pohon belimbing dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai
hingga 10m. Batang utamanya pendek, berbenjol-benjol, cabangnya
rendah dan berjumlah sedikit, batangnya bergelombang atau tidak rata.
Bentuk daunnya majemuk menyirip ganjil 21-45 pasang anak daun. Anak
daun bertangkai pendek berbentuk bulat telur sampai jorong, ujungnya
runcing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 2-10 cm dan lebar 1-3 cm
berwarna hijau, permukaan daun berwarna hijau muda. Bunga belimbing
wulu berbentuk kecil berwarna ungu kemerahan , berkelompok, keluar
dari batang dan cabang-cabangnya dengan tangkai bunga berambut,
menggantung, panjang 5-20 cm, mahkota bunga biasanya berjumlah 5,
panjang kelopak 5-7 mm, helaian mahkota bunga berbentuk elips, panjang
13-20 mm, berwarna ungu gelap sedangkan bagian pangkalnya berwarna
ungu muda (Arland, 2006; Dalimartha, 2008).
Buah belimbing wuluh berbentuk bulat lonjong persegi, panjang
sekitar 4-6 cm, warnanya hijau kekuningan, bila sudah masak banyak
mengandung air dan rasanya masam. Biji belimbing wuluh berbentuk
bulat telur dan gepeng (Arland, 2006).
d. Khasiat
Menurut Arland (2006), belimbing wuluh banyak ditanam sebagai
pohon buah. Tanaman ini dapat mengobati bermacam-macam penyakit.
Kebanyakan pemanfaatan belimbing wuluh digunakan untuk sirup,
manisan atau bumbu masak. Namun, secara tradisional belimbing wuluh
dapat mengobati berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik,
sariawan, sakit gigi, gusi berdarah, jerawat hingga hipertensi.
e. Kandungan
Ekstrak buah dari belimbing wuluh terbukti mengandung
flavonoid, saponin dan triterpen. Kandungan kimianya terdiri dari asam
sitrat, asam amino, fenolat, gula, ion kalium dan sianidin-3-O-H-D-
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
glukosida. Selain itu, buah belimbing wuluh juga kaya akan vitamin C,
mineral, abu, dan protein. Penelitian tentang efek etanol belimbing wuluh
terbukti memiliki aktivitas antidiabetik dan hiplogikemik.
Kandungan kimia pada tanaman belimbing wuluh secara lebih rinci
yaitu pada daunnya mengandung tanin, sulfur, asam format, kalium sitrat
dan kalsium oksalat. Sedangkan ibu tangkai daunnya mengandung
alkaloid dan polifenol. Batang pada tanaman belimbing mengandung
senyawa saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format,
peroksidase, dan buahnya mengandung senyawa flavonoid dan
triterpenoid (Permadi, 2006). Menurut Ardananurdin (2004), bunga
belimbing wuluh mengandung golongan senyawa kimia yang bersifat
antibakteri seperi saponin, flavonoid dan polifenol.
5. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan campurannya
dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh
dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tetentu dan
menggunakan medium pengekstraksi (menstrum) yang tertentu pula
(Agoes, 2007).
Pada dasarnya terdapat dua prosedur untuk membuat sediaan obat
tumbuhan, salah satunya dengan cara ekstraksi. Cara ekstraksi yaitu bahan
segar yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diproses dengan suatu cairan
pengekstraksi. Jenis ekstraksi yang digunakan tergantung dari kelarutan
bahan yang terkandung dalam tanaman serta stabilitasnya (Voigt, 1995).
Menurut Harborne (1987), ekstraksi yang tepat tergantung pada tekstur
dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis
senyawa yang diisolasi.
Proses ekstraksi merupakan proses penarikan zat pokok yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang
dipilih dengan zat yang diinginkan larut (Voigt, 1995). Kandungan kimia
dari suatu tanaman yang berkhasiat obat umumnya mempunyai sifat
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu untuk memisahkan secara
selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Serbuk simplisia
diekstraksi berturut-turut dengan pelarut yang berbeda polarisnya
(Harborne, 1987).
Pada penelitian ini, metode ekstraksi yang digunakan adalah
soxhlet. Soxhlet adalah alat ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Wadah gelas yang mengandung kantong diletakan diantara labu
suling dan suatu pendingin balik melalui pipa pipet dan berkondensasi di
dalamnya menetes ke atas bahan yang diekstraksi membawa keluar bahan
yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan mencapai
tinggi maksimal secara otomatis di tarik ke dalam labu, dengan demikian
zat yang terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinyu dari bahan
pelarut murni (Voigt, 1995).
Ekstraksi sinambung dengan menggunakan alat soxhlet merupakan
suatu prosedur ekstraksi konstituen kimia tumbuhan dari jaringan
tumbuhan yang telah dikeringkan. Prosedur ini biasanya digunakan untuk
ekstraksi konstituen kimia yang relatif tahan terhadap pengaruh
pemanasan dan hanya dapat digunakan untuk simplisia tumbuhan dalam
jumlah kecil oleh karena terbatasnya daya tampung dari soxhlet tersebut
(Voigt, 1995).
6. Hidroksi Propil Metilselulose (HPMC)
HPMC merupakan turunan dari metilselulosa yang memiliki ciri-
ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar
larut dalam eter, etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas
dan akan segera menggumpal dan membentuk koloid. Mampu menjaga
penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi
produk kosmetik dan aplikasi lainnya (Rowe et al., 2005). Struktur HPMC
ditunjukkan pada (Gambar 2.)
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
Gambar 2. Struktur HPMC (Rowe et al., 2005)
HPMC digunakan sebagai agen pengemulsi, agen pengsuspensi,
dan sebagai agen penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep.
Sebagai koloid pelindung yaitu dapat mencegah tetesan air dan partikel
dari penggabungan atau aglomerasi, sehingga menghambat pembentukan
sedimen (Rowe et al., 2005).
7. Propilenglikol
Propilenglikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa
dalam pembuatan sediaan farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat
yang yang tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air. Propilen gilkol
adalah cairan bening, tidak berwarna, kental, dan hampir tidak berbau.
Memiliki rasa manis sedikit tajam menyerupai gliserol. Dalam kondisi
biasa, propilen glikol stabil dalam wadah yang tertutup baik dan juga
merupakan suatu zat kimia yang stabil bila dicampur dengan gliserin, air,
atau alkohol. Propilen glikol juga digunakan sebagai penghambat
pertumbuhan jamur. Data klinis telah menunjukkan reaksi iritasi kulit pada
pemakaian propilen glikol dibawah 10% dan dermatitis dibawah 2%
(Lodėn, 2009). Struktur propilenglikol ditunjukkan pada (Gambar 3.)
Gambar 3. Struktur Propilenglikol (Rowe et al., 2005).
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan
pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan nonparenteral. Propilen
glikol secara umum merupakan pelarut yang lebih baik dari gliserin dan
dapat melarutkan berbagai bahan, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obatan
sulfa, barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid, dan banyak anestesi lokal
(Rowe et al., 2005).
8. Metil Paraben
Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna
putih, hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak
membakar diikuti rasa tebal (Rowe et al., 2005). Struktur metil paraben
ditunjukkan pada (Gambar 4.)
Gambar 4. Struktur Metil Paraben (Rowe et al., 2005).
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan
antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan
digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau
dengan antimikroba lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet
antimikroba yang paling sering digunakan. Jenis paraben lainnya efektif
pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba yang kuat.
Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan panjangnya
rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air, sehingga
paraben sering dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi
meningkatkan kelarutan. Kemampuan pengawet metil paraben
ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol (Rowe et al., 2005).
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
9. Uji Aktivitas Antioksidan
Reagen DPPH pertama kali ditemukan oleh Goldschmidt dan Renn
pada tahun 1942. DPPH merupakan senyawa radikal bebas berwarna
ungu, dan pada awalnya digunakan sebagai reagen kolorimetri. Selain itu,
reagen DPPH juga berfungsi untuk investigasi reaksi inhibisi polimerasi,
uji antioksidan (amina, fenol, dan vitamin), serta inhibisi reaksi homolitik
(Kurniawan, 2011).
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan
sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa
senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal
hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi
antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal
hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.
Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH berpasangan, maka warna
larutan berbah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada
panjang gelombang 517nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara
stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang
ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Mun’im et
al., 2008)
Metode DPPH secara umum digunakan untuk screening berbagai
sampel dalam penentuan aktivitas antioksidan. Metode DPPH dapan
digunakan untuk sampel padatan maupun larutan, dan tidak spesifik untuk
komponen antioksidan partikular, tetapi dapat digunakan untuk
pengukuran kapasitas antioksidan secara keseluruhan pada suatu sampel
(Kurniawan, 2011).
Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan
adalah harga konsentrasi efisiensi atau Efficient Concentration (EC50) atau
Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan
50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%. Zat yang
mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
IC50 yang rendah. Hal ini dapat diacapai dengan cara menginterpretasikan
data eksperimental dari metode tersebut (Andarwulan et al., 1996).
Gambar 5. Struktur DPPH (Kurniawan, 2011).
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
17
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian formulasi gel fraksi air ekstrak metanol buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) dan aktivitas penangkapan radikal
bebas dengan metode DPPH ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian
Gel fraksi air ekstrak metanol buah
belimbing wuluh dengan perbedaan
konsentrasi memiliki aktivitas
penangkapan radikal bebas yang
berbeda-beda
Gel dengan
konsentrasi fraksi
air 0,45%
Uji aktivitas antioksidan buah belimbing wuluh diperoleh nilai IC50 fraksi
air ekstrak metanol buah belimbing wuluh sebesar 44,01 ppm. (Kuncahyo
dan Sunardi, 2007)
Diformulasikan dalam bentuk sediaan gel menggunakan HPMC
sebagai gelling agent dengan variasi konsentrasi fraksi air
ekstrak metanol buah belimbing wuluh
Gel dengan
konsentrasi fraksi
air 0,9%
Gel dengan
konsentrasi fraksi
air 1,8%
Gel tanpa fraksi
air
Uji aktivitas
penangkapan
radikal bebas
Pengujian sifat
fisik
Data sifat fisik
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
18
D. Hipotesis
Fraksi air ekstrak metanol buah belimbing wuluh bila
diformulasikan ke dalam sediaan gel mempunyai sifat fisik yang baik dan
mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas.
Formulasi Gel Fraksi…, Rahmalia Hapsari, Fakultas Farmasi UMP, 2017