bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8725/3/bab ii.pdfpengaruh...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dengan modifikasi riset dari Galistiani,
G. F., Wibowo, M. I. N. A., Gladiawati, R., & Merishandy, D. (2018), yang
berjudul “Satisfaction’s Level of Hypertensive Patients towards Pharmacy
Counseling with Al-Quran Based at Karya Sehat Pharmacy in Purwokerto,
Banyumas Regency”. Studi tersebut di dapat kesimpulkan bahwa Tingkat
kepuasan responden eksperimen secara menyeluruh yang mendapat konseling
kefarmasian berbasis Al-Quran berdasarkan perhitungan CSI sebesar 72.63%.
Maka keseluruhan atribut konseling kefarmasian ussual care sudah dapat
memuaskan responden, namun tidak ada perbedaan proporsi tingkat kepuasan
responden yang mendapat pelayanan konseling kefarmasian berbasis Al-
Quran dengan responden yang mendapankan pelayanan kefarmasian ussual
care. Modifikasi dilakukan untuk menelaah apakah terdapat perbedaan nilai
kepuasan setelah dilakukan modifikasi pada intervensi yang diberikan.
B. Landasan Teori
1. Tekanan Darah
Tekanan darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah
jantung (cardiac output) dan resistensi vaskular perifer (pheriperal
vascular resistence. Curah jantung merupakan hasil kali anyara frekuensi
denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke volume), sedangkan isi
sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return) dan kekuatan
kontraksi miokard. esistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos darah,
elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah (Gambar 1).
Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem renin- angiotensin-
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
5
aldosteron (SRAA) dan faktor lokal bahan-bahan vasoaktif yang dilipat
oleh sel endotel pembuluh darah.
Gambar 2.1. Mekanisme pengaturan darah
Sumber : Fakultas Kedokteran UI, 2007.
Obat-obat antihpertensi bekerja dengan berbagai mekanisme yang
berbeda namun akan berakhir pada penurunan curah jantung, atau
reisistensi perifer, atau keduanya (Nafrialdi, 2007).
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang
secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum.
Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang
dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti
arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh (Depkes RI, 2006)
TEKANAN DARAH
Curah Jantung
Frekuensi
Resistensi Periver
Isi Sekuncup Tonus pb.
darah
Elastisitas pb.
darah
Kontraktilitas
Miokard Volume Darah
PARASIMPATIS SIMPATIS SRAA Faktor Lokal
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
6
a. Klasifikasi hipertensi
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya TD dan
berdasarkan etiologinya. Berdasarkan tingginya TD seseorang
dikatakan hipertensi bila TD-nya > 140/90mmHg (Nafrialdi,2007).
The seventh report of the joint national committee dalam JNC7
menglasifikasikan tekanan darah untuk pasien dewasa (umur ≥ 18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih
pada dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel 2.1). Klasifikasi tekanan
darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah
sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80
mm Hg.
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur >18 tahun menurut JNC 7
Blood Pressure
Classification
SBP
MmHg
DBP
MmHg
Normal <120 And <80
Prehypertension 120-139 Or 80-89
Stage 1
Hypertension 140-159 Or 90-99
Stage 2
Hypertension ≥160 Or ≥100
Sumber : JNC 7
b. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak
diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini
tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus,
dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi
sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
7
sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.
1) Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan
hipertensi essensial (hipertensi primer). 2 Literatur lain
mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh
kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi,
namun belum satupun teori yang tegas menyatakan
patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun
temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan
bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan
gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik
dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi
essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di
dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah
ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi
aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
2) Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder
dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.5
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada
tabel 2. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
8
dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau
mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya
sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi
sekunder (Depkes RI, 2006).
NSAID: non-steroid-anti-inflammatory-drug, ACTH: adrenokortikotropik hormon
Tabel 2.2 Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi
Penyakit Obat
Penyakit ginjal kronis
Hiperaldosteronisme primer
Penyakit renovaskular
Sindroma Chusing
Pheochromocytoma
Koarktasi aorta
Penyakit tiroid atau
paratiroid
Kortikosteroid, ACTH
Estrogen (biasanya pil KB
dengan kadar estrogen
tinggi)
NSAID, cox-2 inhibitor
Fenilpropanolamine analog
Cyclosporin dan tacrolimus
Eritropoetin
Sibutramin
Antidepresan (terutama
venlafaxine)
3) Penatalaksanaan Hipertensi
Dalam penanganan hipertensi para ahli umumnya mengacu
kepada guideline-guideline yang ada. Salah satu guideline
terbaru yang dapat dijadikan acuan dalam penanganan
hipertensi di Indonesia adalah guideline Joint National
Committee (JNC) 8 yang dipublikasikan pada tahun 2014.
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
9
Tabel 2.3 Obat antihipertensi yang direkomendasikan dalam JNC 8.
B
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
J
N
C
7
Antihypersensitive Medication
Initial
Daily
Dose, mg
Target Dose
In RCTs
Reviewed,
mg
No. of Doses
per Day
ACE inhibitor
Captopril
Enalapril
Lisinopril
Angiotensin receptor blockers
Eprosartan
Candesartan
Losartan
Valsartan
Irbesartan
β-Blockers
50
5
10
400
4
50
40-80
75
150-200
20
40
600-800
12-32
100
160-320
300
2
1-2
1
1-2
1
1-2
1
1
Atenolol
Metoprolol
Calcium channel blockers
Amlodipine
Ditiazem extended release
Nitrendipine
Thiazide-type diuretics
25-50
50
2,5
120-180
10
100
100-200
10
360
20
1
1-2
1
1
1-2
Bendroflumethiazide
Chlorthalidone
Hydrochlorthiazide
Indapamide
5
12,5
12,5-25
1,25
10
12,5-25
25-100
1,25-2,5
1
1
1-2
1
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
10
Tatalaksana pengobatan hipertensi yang dianjurkan menurut
JNC-7 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Algoritma Prinsip Pengobatan Hipertensi Bersadarkan
JNC-7
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan
bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua
pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan
perubahan gaya hidup (Depkes RI, 2006).
Berikut terapi non farmakologi terkait perubahan gaya
hidup sehat yang direkomendasikan oleh The seventh report of
Modifikasi gaya
Jika penurunan TD tidak tercapai
Tanpa faktor resiko Dengan faktor resiko
Hipertensi stage 2
TDS>160 mmHg
atau TDD>100
mmHg
Kombinasi dua obat
untuk semua pasien
(biasanya diuretik-
tiazide dan ACEI
atau ARB atau β-
blocker atau CCB)
Obat-obat untuk
pasien dengan
faktor resiko (tabel
I)
Obat-obat
abtihipertensi
lainnya (Diuretik,
ACEI, ARB, β-
blocker, CCB)
yang dibutuhkan
Hipertensi stage 1
TDS>140-159
mmHg atau TDD
90-99 mmHg
Diuretik-tiazid
untuk semua pasien
Bisa
dipertimbangkan
dari kelas lain ACEI
atau ARB atau β-
blocker atau CCB)
Optimalkan dosis atau berikan obat tambahan sampai target TD
tercapai. Pertimbangkan konsultasi dengan spesialis hipertensi
Penurunan TD tidak tercapai
Modifikasi gaya
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
11
the joint national committee dalam JNC7 adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup untuk mengontrol hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
Penurunan berat badan
(BB)
Pelihara berat badan
normal (BMI 18,5-24,9)
5-20 mmHg/10kg
penurunan BB
Adopsi pola makan
DASH
Diet kaya dengan buah,
sayur dan produk susu
rendah lemak
8-14 mm Hg
Diet rendah sodium Mengurangi diet sodium,
tidak lebih dari
100meq/L (2,4 g sodium
atau 6 g sodium klorida)
2-8 mm Hg
Aktivitas fisik Regular aktifitas fisik
aerobik seperti jalan kaki
30 menit/hari, beberapa
hari/minggu
4-9 mm Hg
Minum alkohol sedikit
saja
Limit minum alkohol
tidak lebih dari 2/hari
(30 ml etanol [mis. 720
ml beer, 300ml wine )
untuk laki-laki dan
1/hari untuk perempuan
2-4 mm Hg
Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary Approach
to Stop Hypertension
*Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
3. Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (Home Pharmacy Care)
Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker adalah
pendampingan pasien oleh apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
rumah dengan persetujuan pasien atau keluarganya. Pelayanan
kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak atau belum dapat
menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien
yang memiliki kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat
misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat,
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat, kebingungan
atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana
menggunakan obat dan atau alat kesehatan agar tercapai efek yang terbaik
(Depkes RI, 2008).
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
12
Pelayanan kefarmsian di rumah memiliki tujuan umum yaitu
tercapainya keberhasilan terapi obat. Sedangkan tujuan khususnya yaitu
terlaksananya pendampingan pasien oleh apoteker untuk mendukung
efektifitas, keamanan, dan kesinambungan pengobatan; terwujudnya
komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dengan keluarga dalam
penggunaan obat dan atau alat kesehatan yang tepat; dan terwujudnya
kerjasama profesi kesehatan, pasien dan keluarga (Depkes RI, 2008).
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah tidak dapat diberikan
pada semua pasien mengingat waktu pelayanan yang cukup lama dan
berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan seleksi pasien dengan
menentukan prioritas pasien yang dianggap perlu mendapatkan pelayanan
kefarmasian di rumah. Pasien yang perlu mendapat pelayanan kefarmasian
di rumah antara lain :
a. Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian
khusus tentang penggunaan obat, interaksi obat, dan efek samping
obat.
b. Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS,
DM, hipertensi, dan lain-lain.
c. Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih
dengan salah satu kriteria atau lebih regimen obat yang kompleks
(Depkes RI, 2008).
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker,
meliputi :
a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan.
b. Identifikasi kepatuhan dan kesepahaman terapetik.
c. Penyediaan obat dan/atau alat kesehatan.
d. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misal cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin, dan lain-lain.
e. Evaluasi penggunaan alat bantu pengobatan dan penyelesaian masalah
sehingga obat dapat dimasukkan ke dalam tubuh secara optimal.
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
13
f. Pendampingan pasien dalam penggunaan obat melalui infus/obat
khusus.
g. Konsultasi masalah obat.
h. Konsultasi kesehatan secara umum.
i. Dispensing khusus (misalnya : obat khusus, unit dose).
j. Monitoring pelaksanaan, efektifitas, dan keamanan penggunaan obat
termasuk alat kesehatan pendukung pengobatan.
k. Pelayanan farmasi klinik lain yang diperlukan pasien.
l. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah (Depkes
RI, 2008).
4. Kepuasan Model SERVQUAL
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi spesifik terhadap
keseluruhan pelayanan yang diberikan pemberi jasa, sehingga kepuasan
pelanggan hanya dapat dinilai berdasarkan pengalaman yang pernah
dialami saat proses pemberian pelayanan.
Kepuasan pelanggan terutama dibidang jasa menjadi keharusan
agar perusahaan tetap sukses. Perbedaan antara harapan konsumen
mengenai kinerja dari perusahaan dan penilaian konsumen mengenai
kinerja aktual memberikan suatu persepsi konsumen atas kualitas jasa.
Perbedaan tersebut terjadi karena adanya gap (kesenjangan) antara harapan
pelanggan dan kenyataan (kinerja) pelayanan yang diterima; kesenjangan
tersebut ada sebagai akibat tidak terpenuhinya harapan para pelanggan
(Astuti, H. J. 2007).
Dimensi kualitas jasa dalam model SERVQUAL didasarkan pada
skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi
pelanggan, serta gap diantara keduanya dalam dimensi-dimensi kualitas
jasa. Terdapat 5 dimensi SERVQUAL menurut Parasuraman et al (1988)
yaitu:
a. Bukti langsung (tangibles); meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
14
b. Keandalan (reliability); yakni kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
c. Daya tanggap (responsiveness); yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap.
d. Jaminan (assurance); mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas
dari bahaya, risiko, atau keraguraguan.
e. Empati (empathy); meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
para pelanggan.
Terdapat 5 gap dalam analisis SERVQUAL, kelima gap (kesenjangan)
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kesenjangan antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen
perusahaan; kesenjangan tersebut tercipta akibat manajemen
perusahaan salah mengerti terhadap apa yang diharapkan pelanggan.
b. Kesenjangan antara persepsi manajemen perusahaan atas harapan
pelanggan dan spesifikasi kualitas pelayanan; kesenjangan tersebut
terjadi akibat kesalahanpenerjemahan persepsi manajemen perusahaan
yang tepat atas harapan para pelanggan perusahaan ke dalam bentuk
tolok ukur kualitas pelayanan.
c. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan pemberian
pelayanan kepada pelanggan; keberadaan kesenjangan tersebut lebih
diakibatkan oleh ketidakmampuan sumber daya manusia perusahaan
untuk memenuhi standar kualitas pelayanan yang telah ditetapkan.
d. Kesenjangan antara pemberian pelayanan kepada pelanggan dan
komunikasi eksternal; kesenjangan tersebut tercipta karena perusahaan
ternyata tidak mampu memenuhi jani-janjinya yang dikomunikasikan
secara eksternal melalui berbagai bentuk promosi.
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
15
e. Kesenjangan antara harapan pelanggan dan kenyataan pelayanan yang
diterima; kesenjangan tersebut ada sebagai akibat tidak terpenuhinya
harapan para pelanggan.
Gambar 2.3 Model GAP (Parasuraman dkk, 1985)
Diagram kartesius menggambarkan indikator-indikator
yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Perhitungan awal yang
dilakukan untuk penempatan, indikator- indikator yang dianggap
penting oleh konsumen, serta tingkat kepuasan konsumen adalah
pengukuran nilai rata-rata dari rata-rata kemudian dibagi menjadi
empat bagian atau kuadran.
GAP 5
GAP 3
GAP 2
GAP 1
GAP 4
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
17
Pasien hipertensi
Home pharmacy care
Kepuasan
Konseling Kepuasan
Perbandingan kepuasan
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Terdapat perbedaan antara tingkat kepuasan pasien pada intervesi home
pharmacy care dengan konseling kefarmasian ussual care di Puskesmas
Kecamatan Purwokerto Utara dan Timur
Pengaruh Intervensi Home…, Kharisma Fajar Saputra, Fakultas Farmasi, UMP, 2018