bab ii tinjauan pustaka a. pengertian penanaman...
TRANSCRIPT
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penanaman Nilai
Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses,
cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman
adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan
pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di
budidayakan.
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara
pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial
dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.
Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang
individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.
Berbicara tentang nilai, Milton Rokeach dan James Bank
mengemukakan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang
berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai
sesuatu yang pantas atau tidak pantas di kerjakan.22
Sedangkan EM. K. Kaswardi, berpendapat bahwa nilai adalah daya
pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada
22
H. M. Chabib Toha.(1996). Kapita SelektaPendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. hlm. 60
18
tindakan seseorang.23
Nilai merupakan realitas yang bersifat abstrak yang
dirasakan manusia sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman dalam hidup.Jadi, dari pengertian diatas nilai
merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang berhubungan dengan
subyek/manusia (dalam hal ini manusia selaku pemberi nilai).
Pengertian Nilai menurut Spranger adalah suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam pandangan
Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-
nilai kesejarahan. Meskipun menempatkan konteks sosial sebagai
dimensi nilai dalam kepribadian manusia, namun Spranger mengakui
akan kekuatan individual yang dikenal dengan istilah roh subjektif.
Sementara itu, kekuatan nilai-nilai kebudayaan merupakan roh objektif.
Kekuatan individual atau roh subjektif didudukkan dalam posisi primer
karena nilai-nilai kebudayaan hanya akan berkembang dan bertahan
apabila didukung dan dihayati oleh individu.
Penerimaan nilai oleh manusia dilakukan secara kreatif dan aktif.
Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong
orang untuk mewujudkannya. Nilai agama ialah salah satu dari macam-
macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar
23
EM. K. Kaswardi. (1993). Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta : PT.
Grasindo.hlm. 24-25
19
pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurut
ajaran agama.24
Penanaman nilai dapat diartikan sebagai wujud aplikasi dari
apa yang diperoleh dari pendidikan yang kemudian ditransformasikan
secara sadar ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman nilai
yang dimaksud dalam hal ini adalah mendorong lahirnya generasi yang
mampu memperbaharui sistem nilai yang sedang berjalan dan melawan
beberapa arus yang kini mulai menggerogoti budaya bangsa, khususnya
korupsi.
Penanaman nilai antikorupsi tentu sangat relevan sebagai
upaya edukatif mendidik generasi muda yang berkarakter jujur dan
bermoral baik. Tujuan pokoknya, mencegah berlanjutnya siklus
korupsi di masa mendatang.Asumsinya, peserta didik yang menjadi
sasaran program tersebut merupakan generasi masa depan yang
diharapkan tidak meneruskan kebiasaan korupsi.
Program ini saja tidak cukup untuk tujuan menghapus korupsi
maupun menyiapkan generasi antikorupsi. Korupsi di Indonesia telah
menjadi masalah akut dan kompleks. Korupsi tak semata terkait
buruknya sistem, tetapi juga memudarnya nilai-nilai kejujuran,
kesederhanaan, kepedulian, kegigihan, kedisiplinan, keberanian dan
tanggung jawab dalam masyarakat dan lingkungan pemerintahan.
24
Mohammad Ali, Asrori (2010). Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Dididik).
Jakarta : Bumi Aksara.
20
Secara normatif tujuan yang ingin dicapai dalam proses
aktualisasi nilai-nilai agama Islam, meliputi tiga dimensi atau aspek
kehidupan yang harus di bina dan dikembangkan oleh pendidikan.
Pertama dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia yang
tercermin dalam bentuk ibadah dan mu‟amalah.
Kedua dimensi budaya yaitu kepribadian yang mantap dan
mandiri, tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Ketiga
dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan yaitu cerdas,
kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional, inovatif dan produktif.
Dimensi kecerdasan ini berimplikasi bagi pemahaman nilai nilai al
Qur‟an dalam pendidikan.25
B. Pengertian Antikorupsi
1. Pengertian Antikorupsi
Pengertian Antikorupsi adalah sikap dan perilaku untuk tidak
mendukung adanya upaya untuk merugikan keuangan negara dan
perekonomian negara. Dengan kata lain, antikorupsi merupakan sikap
menentang terhadap adanya korupsi.
Antikorupsi adalah sikap tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang
terhadap tindakan korupsi. Antikorupsi merupakan sikap yang dapat
mencegah dan menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi.
Mencegah yang dimaksud adalah upaya meningkatkan kesadaran
25
Said Agil Husin Al Munawar. (2005) Aktualisasi Nilai-Nilai Islam, Al-Qur‟an
dalam sistem Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press.
21
individu untuk tidak melakukan tindak korupsi dan berupaya
menyelamatkan uang dan asset negara. Pendidikan anti korupsi, dengan
demikian, merupakan usaha sadar untuk memberi pemahaman dan
tindakan pencegahan terhadap terjadinya perbuatan korupsi yang
dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal
pada lingkungan keluarga, dan pendidikan nonformal di masyarakat.
Pendidikan antikorupsi tidak berhenti pada pengenalan nilai-nilai
antikorupsi, akan tetapi, berlanjut pada pemahaman nilai, penghayatan
nilai dan pengamalan nilai antikorupsi menjadi kebiasaan hidup sehari-
hari.
Secara umum tujuan pendidikan anti korupsi adalah: 1.)
membentuk pengetahuan dan pemahaman mengenai bentuk korupsi dan
aspek-aspeknya; 2.) pengubahan persepsi dan sikap terhadap korupsi; dan
3.) pembentukan keterampilan dan kecakapan baru yang dituduhkan
untuk melawan korupsi.26
Manfaat jangka panjangnya dapat menyumbang pada
keberlangsungan Sistem Integrasi Nasional dan program antikorupsi.
Dalam jangka pendek adalah pembangunan kemauan politik bangsa
Indonesia untuk memerangi korupsi.
Pendidikan anti korupsi secara umum dikatakan sebagai
pendidikan koreksi budaya yang bertujuan untuk mengenalkan cara
berfikir dan nilai-nilai baru kepada peserta didik. Dalam pendidikan anti
26
Makna dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi di akses pada tanggal 5 Oktober 2015 dari
http://www.infoduniapendidikan.com/2015/01/makna-dan-tujuan-pendidikan-anti-
korupsi.html
22
korupsi harus mengintegrasikan tiga domain, yakni domain pengetahuan
(kognitif), sikap dan perilaku (afeksi), dan keterampilan (psikomotorik).
Implementasi pendidikan anti korupsi di jenjang sekolah bisa
menggunakan strategi eksklusif. Selanjutnya pendidikan anti korupsi
adalah program pendidikan yang diselenggarakan di sekolah/madrasah,
dapat berbentuk penyisipan dalam materi mata pelajaran tertentu,
diimplementasikan dalam bentuk materi kegiatan ekstra kurikuler siswa,
dan melalui pengembangan budaya madrasah.27
2. Nilai-nilai Islam tentang Anti Korupsi
Pendidikan islam harus bisa terintegratif dan berisi serta masuk
dalam seluruh relung kehidupan madrasah, nilai-nilai Islam menjadi
sebuah budaya dan peradaban. Islam mengajarkan tentang hidup santun,
menghargai,hormat, kasih dan saying kepada orang tua, guru, orang yang
lebih tua, atau sesama. Menghindar dari perbuatan tercela seperti
berbohong, tidak jujur, tidak amanah (korupsi). Selalu mendekat pada
Allah melalui kegiatan spiritual seperti banyak berdzikir, sholat
berjama‟ah, membaca al Qur‟an dan lain-lain, sehingga nilai-nilai islam
terasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian menerapkan
nilai Islam secara benar sebenarnya merupakan menjauhkan diri dari
tindakan korupsi. Hal tersebut sesuai firman Allah dan hadist
Rosulullah.
27
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Madrasah di akses pada
tanggal 11 Oktober 2015 dari https://www.kemenag.go.id
23
Dalam ajaran Islam secara gamblang mengharamkan, bahkan
mengutuk perbuatan korupsi, seperti tersirat dalam beberapa ayat Al
Quran28
, diantaranya:
1. QS. Al-Anfal ayat 27 :
سىلللهتخىنىالآمنىاالزينؤيها ياوأنتمؤماناتكمىتخىنىاوالش
تعلمىن
Artinya: "Hai orang-orang beriman janganlah kamu menghianati Allah
dan rasulnya (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui."
2. QS. Al Baqarah ayat 188 :
امئلىبهاوتذلىابالباطلبينكمؤ ثمالناسمىالمنفشيقالتؤكلىاالحك متعلمىنىأنتمبال
والكمتؤكلىاولأ
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antarakamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itukepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui.
3. QS. Annisa ayat 58:
بالعذلتحكمىاأنالناسبينحكمتمىاإاللهنئن بهيعظكمنعم
إربصيشاسميعاكاناللهئن
ايعظكمبه واأنيؤمشكماللهئنئلىاللهنعم اأهلهاإلىالماناتتؤد
28
Adityo, Konsep Pendidikan Anti Korupsi Perspektif Pendidikan Agama Islam di akses
pada tanggal 12 Oktober 2015 dari http://digilib.uin-suka.ac.id/13607/1/BAB I, IV,
DAFTAR PUSTAKA.pdf
24
Artinya; “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”
4. QS An Nisa ayat 107:
اناكانمنيحبلاللهئن ؤنفسهميختانىنالزينعنتجادلىلأثيماخى
Artinya:“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang
yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang
dosa.”29
5. QS Al Hajj ayat 38:
انكليحبلاللهئن آمنىاالزينعنيذافعاللهئنكفىسخى
Artinya:“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah
beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang
yang berkhianat lagi mengingkari nikmat”
6. QS AL Anfal ayat 58:
اسىاءعلىئليهمفانبزخيانةقىمالخائنينيحبلاللهئن منتخافنىإم
Artinya:“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari
suatu golongan, Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada
29
Tafsir surat an-Nisa ayat 107 di akses pada tanggal 12 Oktober 2015 dari
http://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-107
25
mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berkhianat”.30
Selanjutnya, dalam beberapa hadist, Rasulullah SAW bersabda:
a. "Barangsiapa yang kami pekerjakan pada suatu jabatan, kemudian
kami beri gaji, malahan diambilnya selebih dari itu, berarti
penipuan". (HR. Abu Daud)"
b. Allah SWT melaknat orang yang menyuap, menerima suap, dan
yang jadi perantara"31
(HR Ahmad Hakim)
c. Terlaknatlah orang yang disuap dan yang menyuap (HR. Ahmad)
d. "Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran. Kemudian
dinyatakan: “Bagaimana maksud amanah disia-siakan itu? Rasul
menjawab: “Jika suatu perkara (amanat/pekerjaan) diserahkan pada
orang yang tidak ahli (profesional), maka tunggulah saat
kehancuran.” (HR. Bukhari)
Berdasar dari firman Allah SWT dan Hadist Rasulullah di satu sisi,
dan menyimak pengertian korupsi sisi lain, dengan demikian, korupsi
merupakan perbuatan penghianatan terhadap amanah dan tanggung-
jawab yang diberikan rakyat. Korupsi juga merupakan tindakan
memakan harta sebagian yang lain dengan jalan bathil, karena korupsi
menghabiskan kas milik negara yang seharusnya digunakan untuk
30
Tafsir surat Al-Anfal ayat 58 di akses pada tanggal 12 Oktober 2015 dari
http://tafsirq.com/8-al-anfal/ayat-58 31
Suap di akses pada tanggal 12 Oktober 2015 dari
http://www.fiqihkehidupan.com/x.php?id=318
26
kepentingan rakyat. Korupsi merupakan suatu kejahatan yang melanggar
hukum Islam.
C. Pendidikan Anti Korupsi
Belajar dari pengalaman negara lain untuk melakukan
pemberantasan korupsi ternyata tidak cukup hanya dengan penegakan
hukum, namun harus diikuti oleh pendidikan anti korupsi. Salah satu
contoh pendidikan anti korupsi adalah di negara Republik Rakyat China
(RRC). Melalui China online diketahui bahwa seluruh siswa di jenjang
pendidikan dasar diberikan mata pelajaran pendidikan anti korupsi.
Tujuannya adalah untuk memberikan "vaksin" kepada pelajar dari
bahaya korupsi.Adapun harapan jangka panjangnya adalah generasi
muda China bisa melindungi diri di tengah gempuran pengaruh kejahatan
korupsi.
Pendidikan anti korupsi, dengan demikian, merupakan usaha sadar
untuk memberi pemahaman dan pencegahan terhadap terjadinya
perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di
madrasah, pendidikan informal pada lingkungan keluarga, dan
pendidikan nonformal di masyarakat.32
Pendidikan antikorupsi tidak
berhenti pada pengenalan nilai-nilai antikorupsi saja, akan tetapi,
berlanjut pada pemahaman nilai, penghayatan nilai dan pengamalan nilai
antikorupsi menjadi kebiasaan hidup sehari-hari.
32
Latar Belakang Masalah di akses pada tanggal 12 Oktober 2015 dari http://elc.stain-
pekalongan.ac.id/1179/8/11 BAB I.pdf
27
Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai antikorupsi yang dipandang
baru tersebut merupakan sebuah misiyang harus diemban madrasah
dalam upaya melakukan pencerahan, pembaruan, perubahan kehidupan
masyarakat sesuai yang diinginkan. Anti korupsi di madrasah dapat
diterapkan melalui penanaman nilai kejujuran, kedisiplinan,
keterbukaan, kepedulian, tanggung jawab, mengintegrasikan tiga
domain, yakni domain pengetahuan (kognitif), sikap dan perilaku
(afeksi), dan keterampilan (psikomotorik).
Ada tiga hal yang dapat dilakukan madrasah untuk berpartisipasi
dalam gerakan pemberantasan korupsi. Pertama, memproses pendidikan
yang mampu menumbuhkan kepedulian yang tulus, membangun
penalaran obyektif dan mengembangkan perspektif universal pada
individu. Kedua, memproses pendidikan yang mengarah pada
penyemaian kualitas diri pribadi individu yang konsekuen dan kokoh
dalam keterlibatan peran politik. Ketiga, membangun integritas yang
bukan mensyaratkan kedewasaan semata, tetapi yang mampu
membangun keberanian individu untuk mempertahankan kejujuran dan
kesederhanaan sebagai prinsip dasar keterlibatan politik.33
Implementasi pendidikan anti korupsi di jenjang sekolah/madrasah
bisa menggunakan strategi eksklusif yang menyajikan pendidikan
antikorupsi sebagai sebuah mata pelajaran namun tidak bersifat kurikuler
atau dalam kurikulum muatan lokal (institusional).
33
Nilai-nilai Pendidikan Anti Korupsi dalam Pendidikan Agama Islam di akses pada
tanggal 12 Oktober 2015 dari http://elc.stain-pekalongan.ac.id/112/7/12. BAB II.pdf
28
D. Pembelajaran Akidah-Akhlak
1. Pengertian Pembelajaran Akidah
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan
siswa yang saling bertukar informasi.
Akidah adalah Ilmu pengetahuan dalam memahami perkara-
perkara yang berkaitan keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat
kesempurnaanNya. Akidah yang benar adalah akidah yang berdasarkan
pada al-Quran dan As-Sunnah.
Akidah adalah pokok (ushul) dan dasar dalam agama. Ajaran
Islam meliputi tiga hal, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah adalah
hal yang pertama dan utama yang harus kita miliki. Akidah adalah
pondasi dari segala amal yang akan kita lakukan. Amal dan akhlak tidak
ada nilainya bila tidak didasarkan pada akidah atau keimanan yang
benar.34
Oleh karena itu untuk membekali diri dan menjaga kualitas
keimanan, maka setiap mukallaf memiliki kewajiban memahami hakikat
akidah Islam beserta ruang lingkupnya secara benar. Pemahaman dan
komitmen yang benar terhadap akidah Islam akan menjadi penuntun
setiap mukallaf dalam berperilaku.
Akidah berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu dengan
yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
34
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah: Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 7.
29
Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus
berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur akidah
diartikan sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan.
Dalam kajian Islam, akidah berarti tali pengikat batin manusia
dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah
dan Pencipta serta Pengatur alam semesta ini. Abdul Ghani memeberi
pengertian akidah sebagai sebuah keyakinan kepada hakikat yang nyata
yang tidak menerima keraguan dan bantahan. Apabila kepercayaan
terhadap hakikat sesuatu itu masih ada unsur keraguan dan kebimbangan,
maka tidak disebut akidah. Jadi akidah itu harus kuat dan tidak ada
kelemahan yang membuka celah untuk dibantah.
Sedangkan M. Syaltut menyampaikan bahwa akidah adalah
pondasi yang di atasnya dibangun hukum syariat. Syariat merupakan
perwujudan dari akidah. Oleh karena itu hukum yang kuat adalah hukum
yang lahir dari akidah yang kuat. Tidak ada akidah tanpa syariat dan
tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak ada akidah.35
Ilmu yang membahas akidah disebut ilmu akidah. Ilmu akidah
menurut para ulama‟ adalah sebagai berikut:
a. Syekh Muhammad Abduh mengatakan ilmu akidah adalah ilmu
yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang
wajib tetap ada pada-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul-Nya,
meyakinkan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada mereka,
35
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah:Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 10.
30
apa yang boleh dihubungkan pada diri mereka dan apa yang
terlarang menghubungkan kepada diri mereka.
b. Sedang Ibnu Khaldun mengartikan ilmu akidah adalah ilmu yang
membahas kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-dalil akal
dan mengemukakan alasan-alasan untuk menolak kepercayaan
yang bertentangan dengan kepercayaan golongan salaf dan
ahlissunnah.
c. Kemudian Syekh Husin mengartikan ilmu akidah adalah ilmu yang
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan
keagamaan (Islam) dengan bukti-bukti yang yakin.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu akidah
adalah ilmu yang membicarakan segala hal yang berhubungan dengan
rukun iman dalam Islam dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang
meyakinkan.36
Dalam suatu hadis Nabi saw. menjawab pertanyaan Malaikat Jibril
mengenai iman dengan mengatakan:
ذسخيشهىششنتؤمنباللهىملئكتهىكتبهىسسلهىاليىمالخشوتؤمنبالقا
Artinya :“Bahwa engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat. Dan juga engkau
beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk.”
Sebagaimana telah kita diketahui bahwa agama Islam itu berasal
dari empat sumber: al-Qur‟an, hadis/sunnah nabi, ijma‟ (ijmak) dan
qiyas. Akan tetapi untuk akidah Islam sumbernya hanya dua saja, yaitu
al-Qur‟an dan hadis mutawatir (yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang
36
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah:Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 7.
31
banyak yang tidak mungkin mereka itu sepakat untuk berdusta dalam
meriwayatkan hadis itu).
Hal itu berarti akidah mempunyai sifat keyakinan dan kepastian
sehingga tidak mungkin ada peluang bagi seseorang untuk
meragukannya. Dan untuk sampai pada tingkat keyakinan dan kepastian
ini, akidah Islam harus bersumber pada dua warisan tersebut yang tidak
ada keraguan sedikitpun bahwa ia diketahui dengan pasti berasal dari
nabi. Tanpa informasi dari dua sumber utama al-Qur‟an dan sunnah nabi,
maka sulit bagi manusia untuk mengetahui sesuatu yang bersifat gaib
tersebut.37
2. Dalil / Argumentasi dalam Akidah
Dalam membahas akidah harus diajukan argumentasi yang benar
yang memadai disebut Dalil. Dalil dalam akidah ada dua yaitu:
a. Dalil Aqli
Dalil yang berdasarkan akal pikiran. Yaitu cara berfikir yang sehat
dan benar. Dalil Aqli dapat digunakan untuk memperbincangkan
ilmu Akidah karena Akidah Islam itu berlaku bagi orang-orang
yang mempunyai akal yang sehat. Orang yang tidak mampu
mempergunakan akalnya karena ada gangguan, maka tidak
dibebani untuk memahami Akidah. Segala yang menyangkut
dengan Akidah, kita tidak boleh meyakini secara ikut-ikutan,
37
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah:Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 10.
32
melainkan berdasarkan keyakinan yang dapat dipelajari sesuai
dengan akal yang sehat.38
b. Dalil Naqli
Walaupun akal manusia dapat menghasilkan kemajuan ilmu dan
teknologi, namun harus disadari bahwa betapapun kuatnya daya
pikir manusia, ia tidak akan sanggup mengetahui hakekat zat Allah
yang sebenarnya. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk
menyelidiki yang ghaib, untuk mengetahui yang ghaib itu kita
harus puas dengan wahyu Allah. Wahyu itu yang disebut dalil
Naqli.
Kebenaran Dalil Naqli ini bersifat Qoth‟iy (pasti), kebenarannya
mutlak serta berlaku untuk semua ruang dan waktu. Dalil Naqli ada
dua yaitu Al-Qur‟an dan hadis Rasul. Hal-hal yang tidak dapat
dijangkau oleh akal, cukup diyakini kebenarannya tanpa harus
membuktikan dengan akal. Termasuk ke dalam bagian ini adalah
hakekat hal-hal yang ghaib, seperti kiamat, alam barzakh, alam
makhsyar, surga, neraka, malaikat,dan lain sebagainya.
3. Tujuan Akidah Islam
38
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah:Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 11.
33
Menurut Syaikh Utsaimin Akidah Islam mempunyai banyak tujuan
yang baik yang harus dipegang, yaitu:
a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah satu-satunya.
Karena Dia adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka
tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan kepada-Nya satu-
satunya.39
b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari
kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari
akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta
menyembah materi yang dapat diindera saja dan adakalanya
terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.
c. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak
goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan
orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai
Tuhan yang mengatur. Hakim yang Membuat tasyri‟. Oleh karena
itu hatinya menerima takdir, dadanya lapang untuk menyerah lalu
tidak mencari pengganti yang lain.
d. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam
beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain.
Karena di antara dasar akidah ini adalah mengimani para rasul
39
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah:Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 12.
34
yang mengandung mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan
dan perbuatan.40
e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak
menghilangkan kesempatan beramal baik kecuali digunakannya
dengan mengharap pahala serta tidak melihat tempat dosa kecuali
menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena di antara dasar
akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap
seluruh perbuatan.
f. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki
individu-individu maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala
dan kemuliaan.
4. Pengertian Akhlak
Secara lugahwi kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak,
yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang
berarti;
a. Tabiat, Budi Pekerti.
b. Kebiasaan atau Adat.
c. Keperwiraan, Kesatriaan, Kejantanan, dan
d. Agama.
Sedangkan pengertian secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan
yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-
40
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah:Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 12.
35
perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan
atau penelitian.41
Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang
baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara‟ (hukum Islam),
maka disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu
tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk. Sebagian ulama‟ memberi
definisi mengenai akhlak, yaitu:“Akhlak adalah sifat manusia yang
terdidik”.
Adapun ciri-ciri akhlak Islam adalah:
1) Kebaikannya bersifat Mutlak, artinya kebaikan yang terkandung
dalam akhlak islam merupakan kebaikan yang murni, baik untuk
individu maupun untuk masyarakat.
2) Kebaikannya bersifat Menyeluruh, artinya kebaikan yang
terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat
manusia di segala zaman dan di seluruh dunia;
3) Tetap, Langgeng dan Mantap, artinya kebaikan yang terkandung di
dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan
tempat atau perubahan kehidupan masyarakat;
4) Kewajiban yang harus dipatuhi, itu artinya kebaikan yang
terkandung dalam akhlak Islam merupakan hukum yang harus
dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang
yang tidak melaksanakannya; dan42
41
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah:Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 29. 42
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah: Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 31.
36
5) Pengawasan yang menyeluruh; Akhlak Islam bersumber dari
Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia.
sehingga seseorang tidak berani melanggar kecuali setelah ragu-
ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk selanjutnya
bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan perbuatan
yang salah lagi. Ini terjadi karena agama merupakan pengawas
yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup
didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama
serta diberi petunjuk.
5. Persamaan antara Akhlak, Etika, Moral dan Budi Pekerti
Etika berasal dari bahasa Yunani ethicos ethos artinya karakter,
kebiasaan, kebiasaan, watak, sifat. Sedang secara istilah etika ialah ilmu
pengetahuan yang menetapkan ukuran atau kaidah-kaidah yang
mendasari pemberian tanggapan atau penilaian terhadap perbuatan-
perbuatan.43
Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin mores artinya mengenai
kesusilaan. Secara istilah moral adalah ajaran tentang baik dan buruk
yang diterima secara umum. Sedangkan budi pekerti berarti tabiat, akhlak
dan watak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara akhlak, etika,
moral dan budi pekerti memiliki persamaan, yaitu berbentuk perilaku
43
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah: Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 31.
37
yang sifatnya netral. Misalnya ada orang yang berbuat jelek, maka tidak
tepat jika dikatakan bahwa orang tersebut tidak mempunyai akhlak.
Sebab akhlak itu sendiri adalah perilaku. Orang itu sudah berperilaku,
namun berperilaku jelek. Akan lebih pas kalau dikatakan bahwa orang
tersebut berakhlak tercela.
Jika watak, karakter, perilaku dan kebiasaan itu diarahkan kepada
hal-hal yang baik, maka ia akan menjadi akhlak terpuji. Sebaliknya, jika
semua itu diarahkan kepada hal-hal yang jelek, maka ia akan menjadi
akhlak tercela.44
44
Khamzah, Roli Abdul, Buku Siswa kelas X Madrasah Aliyah: Menjaga Akidah dan
Akhlak (Solo:2015), hal. 32.