bab ii tinjauan pustaka 2.1 sarana perdagangan
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sarana Perdagangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 61/M-
DAG/PER/8/2015 tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan,
perdangan merupakan tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/ atau jasa
di dalam negeri dan luar negeri dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/ atau jasa
intuk memperoleh imbalan serta kompensasi, sedangkan sarana perdagangan merupakan
sarana berupa pasar rakyat, gudang non sistem resi gudang, dan pusat distribusi untuk
mendukung kelancaran distribusi arus barang.
Pasar rakyat adalah tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik Negara, dan atau badan usaha milik
daerah dapat berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil
dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah
dengan proses jual beli barang melalui tawar menawar. Pusat distribusi merupakan sarana
perdagangan lainnya yang berfungsi sebagai peyangga persediaan (buffer stock) barang
kebutuhan pokok dan barang penting (strategis) untuk menunjang kelancaran arus barang
baik antarprovinsi maupun antar kabupaten/kota untuk tujuan pasar dalam negeri dan atau
pasar luar negeri. Sedangkan gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang tertutup
dan atau terbuka dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum, tetapi untuk dipakai
khusus sebagai tempat penyimpanan barang yang dapat diperdagangkan dan tidak untuk
kebutuhan sendiri.
Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan, sarana perdagangan dan niaga tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan
bangunan sarana yang lain. Jenis sarana perdagangan menurut sarana perdagangan, terdiri
dari:
1. Toko/warung
Skala pelayanan toko/warung yaitu init RT atau sama dengan 250 penduduk, toko
dan warung memiliki fungsi untuk menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.
10
2. Pertokoan
Skala pelayanan pertokoan yaitu 6000 penduduk. Fungsi pertokoan yaitu untuk
menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap serta pelayanan
jasa seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya.
3. Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan
Skala pelayanan pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan yaitu unit kelurahan
atau sama dengan 30.000 penduduk. Fungsi dari pusat pertokoan dan atau pasar
lingkungan yaitu menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan,
buah-buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-barang
kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa
seperti warnet, wartel, dan sebagainya.
4. Pusat perbelanjaan dan niaga
Skala pelayanan pusat perbelanjaan dan niaga yaitu unit kecamatan atau 120.000
penduduk. Fungsi dari pusat perbelanjaan dan niaga yaitu selain menjual
kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, juga untuk
pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang tidak
menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor-
kantor, bank, industri kecil dan lain-lain.
Penyediaan sarana perdagangan berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayani,
serta mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Penempatan atau penyediaan fasilitas sarana perdagangan akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana
yang harus dipenuhi untuk melayani suatu area tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu
variasi sarana perdagangan semakin banyak salah satunya yaitu Distro dan Kafe.
2.2 Distro
A. Definisi Distro
Pada awalnya distro merupakan wadah bagi penjualan album, merchandise, serta
pernak pernik band-band indie yang memasarkan produknya secara independent. Granito
(2008:10) menjelaskan bahwa distro merupakan singkatan dari distribution store atau
distribution outlet yang berfungsi menerima titipan dari berbagai macam clothing
company lokal yang memproduksi sendiri produknya seperti t-shirt, tas, dompet, jaket, dll.
Clothing company merupakan sebuah produsen kaos yang memiliki brand dan design kaos
sendiri, namun seiring dengan berkembangnya waktu distro-distro banyak membuat merek
11
atau label sendiri selain merchandise band. Saat ini telah banyak industri besar yang
meniru konsep sampai design dari distro.
Distro merupakan sebuah konsep jaringan pemasaran yang berawal dari idealism
untuk tidak mau masuk ke jaringan-jaringan pasar besar sehingga dalam pemasarannya
mencoba untuk memasarkan sendiri. Dahulu distro-distro tidak ditemukan di toko-toko
besar, melainkan pada pelosok kota, di gang-gang, serta dikompleks perumahan. Promosi
yang dilakukan lebih banyak menggunakan penjualan pribadi atau personal selling dan
promosi dari mulut ke mulut. Namun tuntutan pasarlah yang kemudian membuat distro
membuka jaringan atau berubah menjadi distributor yang tidak menjual produknya sendiri.
Media komunikasi pemasarannya lebih beragam dari personal selling, sponsorship,
pemasaran online, sampai dengan pengadaan event.
B. Produk Distro
Produk-produk distro awalnya hanya dikonsumsi oleh komunitas (scene music, scene
design, scene extreme sport, dll). Distro berkembang menjadi distro dengan merek clothing
(segala jenis pakaian), namun tetap didasarkan pada kreativitas dan bukan mass product
yaitu produksi tetap pada jumlah yang terbatas (Wicaksono, 2012)
Terdapat pengelompokan untuk usaha distro (Granito, 2008), antara lain yaitu:
1. Pengusaha distro yang mempunyai brand clothing, mulai dari label sampai
produknya dibuat sendiri.
2. Pengusaha yang mempunyai brand clothing tapi tidak mempunyai distro,
sehingga dalam pendistribusian produknya didistribusikan ke distro-distro dan
jaringan pemasarannya.
3. Pengusaha distro yang hanya menjual kembali produk dari clothing company.
Pasar distro umumnya seputar fashion dan pernak pernik kaum muda, yang
dikarenakan jumlah produksi yang tidak terlalu banyak, produk keluaran distro terlihat
ekslusif dan unik. Distro merupakan tempat dimana mendidtribusikan produk-produk lokal
yang merupakan hasil dari desain lokal atau indie. Kegiatan usaha distro berdasarkan
kepemilikannya termasuk dalam jenis single store retail, sedangkan jika dilihat
berdasarkan dari merchandise category distro termasuk ke dalam jenis speciality store
(Charisma, 2008).
Menurut Soei, 2015 key success factors agar perusahaan sukses terutama untuk
industry clothing yaitu brand image, komunitas, design, harga, serta time to market.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing key success factors:
12
1. Brand image merupakan salah satu faktor penentu yang paling utama pada bisnis
clothing karena dengan brand image yang jelas dan kuat yang dapat membentuk
karakter perusahaan di persepsi masyarakat dan hal tersebut yang menjadikan
diversifikasi pada perusahaan sehingga masyarakat mudah mengenali, mengerti
dan mempercayai suatu brand seperti merek pada produk.
2. Komunitas merupakan orang-orang yang berperan sebagai konsumen atau buyer
dan juga memiliki peran sebagai pembangun brand image serta menjadi penentu
identitas perusahan clothing tersebut.
3. Design merupakan hal yang relatif dan tidak dapat dipastikan baik atau tidaknya
karena setiap orang memiliki selera, pemikiran, dan ketertarikan yang berbeda-
beda. Suatu design diharapkan memiliki karakter yang kuat dan menjadi pembeda
antara suatu perusahaan clothing satu dengan clothing lainnya karena masayarakat
dapat menentukan dengan bebas pilihannya. Suatu perusahaan dalam mendesign
juga perlu untuk mengikuti trend yang sedang berlaku namun tetap dengan
sentuhan karakter masing-masing.
4. Harga merupakan salah satu faktor yang ditetapkan pada produk perusahaan yang
ditentukan berdasarkan dampak brand image dan nilai yang dimiliki oleh sebuah
produk sehingga konsumen dapat menerima harga yang tertera pada produk
tersebut.
5. Time to market merupakan faktor yang berhubungan dengan sistem internal
perusahaan, yang terdiri dari kedisiplinan dan konsistensi jadwal mulai dari
concepting, proses produksi hingga distribusi ke tangan konsumen. Time to
market merupakan ketepatan barang jadi siap untuk dijual kepada pelanggan.
Perlunya time to market pada industri ini yaitu karena industry clothing
merupakan salah satu industri yang bergerak sangat dinamis dan penuh dengan
inovasi sehingga ketepatan waktu untuk memenuhi keinginan pasar sangat
diperlukan.
2.3 Kafe
Pada kamus besar Bahasa Indonesia, kafe diartikan sebagai 1) tempat minum kopi
yang pengunjungnya dihibur dengan musik, 2) tempat minum yang pengunjungnya dapat
memesan minuman seperti kopi, teh, bir, kue-kue; kedai kopi. Kafe adalah tempat untuk
makan dan minum saji sajian yang menyuguhkan suasana santai atau tidak resmi (Marsum,
2005).
13
Kafe pertama muncul di daerah barat. Istilah kafe berasal dari bahasa Prancis café
yang secara harfiah adalah (minuman) kopi, namun kemudian menjadi tempat seseorang
biasa minum-minum tidak hanya kopi, tetapi juga minuman lainnya. Menurut (Kusasi,
2010) dalam bukunya GLOBUCKSISASI, mulanya kafe merupakan perkembangan dari
kedai kopi. Pada tahun 1975 kopi merupakan benda yang sangat penting dan merupakan
minuman yang disajikan ditempat umum yaitu di kedai kopi Kiva Han yang berada di Kota
Konstantinopel. Pada perkembangannya minuman kopi mulai ditambahkan dengan krim
dan pemanis, serta pada kedai-kedai kopi juga menyajikan kue-kue dan kudapan lannya.
Sejak saat itu kafe menjadi popular dan menyebar di Eropa. Pada saat itu harga kopi sangat
tinggi, yang bisa menghabiskan waktu di kafe adalah orang-orang dari kelas sosial atas.
Kafe terus berkembang seiring dengan proses globalisasi yang berkembang pesat. Kafe
yang dulu hanya menjadi budaya milik kaum kelas atas, kini berubah menjadi budaya dari
semua golongan.
Di Indonesia kafe berupa tempat sederhana, tetapi cukup menarik dimana seseorang
bisa makan makanan ringan, dan kafe berbeda dengan warung. Kafe merupakan tempat
yang cocok untuk bersantai, melepas kepenatan, serta bertemu dengan kerabat. Kafe
merupakan suatu tipe restoran yang menyediakan tempat duduk didalam serta diluar
ruangan. Kafe biasanya tidak menyediakan makanan berat namun lebih berfokus pada
menu makanan ringan seperti kue, roti, dan sup. Untuk minuman biasanya disajikan seperti
teh, kopi, juice, serta susu coklat (Dimyati, 2009).
Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2014 tentang standar usaha kafe, usaha kafe merupakan penyediaan
makanan ringan dan minuman ringan yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan
untuk proses pembuatan, penyimpanan dan atau penyajiannya di dalam satu tempat tetap
yang tidak berpindah pindah. Standar usaha kafe yaitu meliputi klasifikasi usaha kafe yang
mencakup tiga aspek, antara lain:
1. Aspek produk yang meliputi unsur ruang makan dan minum sesuai dengan rasio
kapasitas tempat duduk, makanan ringan dan minuman ringan, fasilitas
penunjang, dan kelengkapan bangunan
2. Aspek pelayanan yaitu mengenai prosedur operasional standar seperti
penyambutan dan penerimaan pengunjung, pemesanan, pengolahan dan penyajian
makanan sesuai dengan standart kesehatan dan keamanan pangan, pembayaran
secara tunai dan atau non tunai, dan penanganan keluhan pengunjung
14
3. Aspek pengelolaan yaitu mengenai kelengkapan organisasi, manajemen,
penanganan produk, sumber daya manusia (karyawan), serta sarana dan prasarana
(peralatan komunikasi, fasilitas pembuangan limbah, instalasi listrik, gas, air,
ruang ibadah dan gudang).
2.4 Sebaran
Sebaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata “Sebar”
berarti bertabur, berpencar, berserak, sedangkan sebaran adalah (1) hal bersebar.
Identifikasi sebaran objek yaitu dapat teridentifikasi dari jumlah, dan lokasi terhadap objek
yang akan diteliti (Setyawarman, 2009). Sebaran pada penelitian ini yaitu berisikan
mengenai jumlah serta lokasi distro dan kafe.
2.5 Konsumen
Konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingandiri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan bukan untuk diperdagangkan. Menurut Ma’ruf, 2006 karakteristik
konsumen yaitu didasarkan pada karakteristik demografi, geografi, perilaku, dan
psikografi. Berikut merupakan penjelasan dari karakteristik konsumen:
a. Segmentasi demografi yaitu terdiri dari pengelompokan usia yang berdasarkan
atasa faktor usia, jenis kelamin, besarnya keluarga, pendidikan, siklus kehidupan
rumah tangga, suku bangsa, pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan, dan suku.
b. Segmentasi geografis yaitu pengelompokan konsumen berdasarkan penyebaran
lokasi permukiman, wilayah kota besar, kota kecil, pedesaan, bedasarkan wilayah
regional atau provinsi, berdasarkan kepadatan penduduk, berdasarkan lingkungan
tinggal.
c. Segmentasi perilaku merupakan pengelompokan konsumen berdasarkan sikap
mereka terhadap peristiwa (kebiasaan pemilihan), frekuensi kunjungan, manfaat
produk/ jasa, produk baru, atau berdasarkan pada cara penggunaan, loyalitas, serta
tahu tidaknya tentang produk yang dicarinya.
d. Segmentasi psikografis yaitu pengelompokan konsumen berdasarkan pada
motivasi, gaya hidup, dan karakteristik kepribadian.
2.6 Motivasi Konsumen
Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan dorongan yang timbul
pada diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu. Dorongan tersebut pada hakikatnya bearsal dari yang bersangkutan
15
(konsumen), baik dorongan yang berasal dari luar diri seseorang maupun dorongan yang
tidak perlu disertai dengan perangsang dari luar.
Menurut Akbar (2010) motivasi pembelian terbagi menjadi motivasi rasional dan
emosional. Motivasi rasional adalah motivasi pembelian yang didasarkan pada kenyataan-
kenyataan yang ditunjukkan oleh produk yang fungsional serta objektif keadaanya seperti
kualitas produk, harga produk, ketersediaan barang, serta efisiensi kegunaan barang.
Sedangkan motivasi emosional dalam pembeliaan yaitu berkaitan dengan peraaan,
kesenangan yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti suatu barang yang dapat
meingkatkan status sosial, peran merek yang dapat menunjukkan status ekonominya yang
pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik. Dan pada saat seseorang akan mengambil
keputusan untuk membeli produk maka akan dipengauhi oleh kedua jenis motivasi yaitu
rasional dan emosional.
Terdapat beberapa teori motivasi menurut Kotler (2008), terdapat 3 macam teori
motivasi antara lain, yaitu Teori Motivasi Freud, Teori Motivasi Hezberg, dan Teori
Motivasi Abraham Maslow
Teori Maslow dikenal juga sebagai Teori Hirarki disebutkan darimana kebutuhan
manusia dapat disusun secara hirarki. Kebutuhan paling atas menjadi motivator utama jika
kebutuhan tingkat bawah semua sudah terpenuhi. Dari teori hirarki kebutuhan tersebut,
oleh Maslow dikembangkan atas dasar tiga asumsi pokok, yaitu:
a. Manusia adalah makhluk yang selalu berkeinginan, dan keinginannya tidak selalu
terpenuhi
b. Kebutuhan yang sudah terpenuhi, tidak akan menjadi pendorong lagi
c. Kebutuhan manusia tersusun menurut hirarki tingkat pentingnya kebutuhan.
Berikut ini merupakan teori Motivasi yang digagas oleh Maslow, digambarkan dengan
piramida (Hierarchy of needs):
Gambar 2.1 Hierarki Motivasi Kebutuhan Maslow Sumber: Anggraeni. 2013
Berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow orang-orang akan berusaha memuaskan
kebutuhan terpenting terlebih dahulu, kemudian setelah terpenuhi maka akan berusaha
memuaskan kebutuhan penting berikutnya. Kebutuhan fisiologis (makanan, air, tempat
16
berlindung), kebutuhan keamanan (keamanan, perlindungan), kebutuhan sosial (rasa
memiliki, cinta), Kebutuhan penghargaan diri (penghargaan diri, pengakuan, dan status),
serta Kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan dan realisasi diri).
Motivasi yang ada pada seseorang (konsumen) akan mewujudkan suatu tingkah laku
yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi bukanlah sesuatu
yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan. Tiap kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dalam diri orang tersebut,
kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi.
2.7 Perilaku Keruangan
Perilaku keruangan menurut Widiastuti (2014) yaitu hasil dari fungsi suatu tempat,
yang diubah menjadi presepsi manusia mengenai tempat tersebut, melalui keterjangkauan
atau kemampuan manusia untuk sampai pada tempat tersebut. Perilaku keruangan dapat
mempengaruhi presepsi dan orientasi manusia dalam berkunjung ke suatu tempat (Bulkia,
2012). Perilaku keruangan manusia banyak ditentukan oleh beberapa faktor-faktor, berikut
merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku keruangan menurut Widiastuti (2014)
yaitu:
1. Keterjangkauan
Keterjangkauan atau dalam bahasa inggris disebut dengan accesability tidak selalu
berkaitan dengan jarak, tetapi berkaitan dengan medan atau ada tidaknya sarana dan
prasarana yang digunakan. Rintangan medan berupa pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-
rawa maupun gurun pasir yang luas merupakan penyebab suatu tempat sulit untuk
dijangkau dari tempat lain. Bahasa serta sikap penduduk yang berlainan juga dapat menjadi
penyebab terjangkau atau tidaknya suatu tempat.
2. Jarak
Jarak digunakan sebagai konsep geografi memiliki arti penting dalam kehidupan
sosial, ekonomi maupn pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami,
yang memiliki arti penting bersifat relatif sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologo. Jarak yaitu berkaitan dengan lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan,
pengangkutan barang dan penumpang.
3. Lokasi
Lokasi adalah suatu tempat, benda, peristiwa ataupun gejala dipermukaan bumi yang
berhubungan dengan tempat, benda, gejala atau peristiwa lain. Terdapat dua komponen
lokasi yaitu arah atau jarak yang menunjukkan suatu tempat bila dibandinglan dengan
17
tempat dimana kita berada sedangkan jarak yaitu ukuran jauh dekatnya dua benda atau
gejala tersebut.
4. Hubungan timbal balik (Interrelation)
Setiap gejala yang ada dipermukaan bumi pada dasarnya yaitu hasil hubungan timbal
balik antara faktor hubungan, yang dapat berubah antara faktor fisik dengan fisik, faktor
fisik dengan manusia, dan faktor manusia dengan manusia.
2.8 Orientasi dan Preferensi
Orientasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan tinjauan untuk
menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar, atau pandangan
yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. Orientasi pembelian menurut
Brown et al. (2003) dalam Yin-Fah (2013) orientasi adalah salah satu konsep yang
mengacu pada sikap dan minat terhadap tindakan pembelian. Menurut Pamungkas (2012)
orientasi pembelian merupakan bagian dari gaya hidup individu dengan menekankan pada
kegiatan pembelian yang dapat menggambarkan keinginan dan kebutuhan setiap individu
ketika melakukan kegiatan pembelian suatu produk atau jasa yang dituju atau dikunjungi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia preferensi adalah (hak untuk) didahulukan
dan diutamakan daripada yang lain (prioritas, pilihan, kecenderungan dan kesukaan).
Preferensi berasal dari bahasa Inggris preference yaitu something prefered, one’s first
choice, greter liking, giving of priority advantage to something, yang berarti sesuatu yang
lebih diminati, suatu pilihan utama, yang merupakan kebutuhan prioritas dan member
keuntungan yang lebih baik. Preferensi dapat juga diartikan sebagai kecenderungan
terhadap sesuatu hal atau pilihan yang lebih disenangi (Wambes, 2015).
Teori Preferensi konsumen didasari oleh teori perilaku konsumen (Salvatore dalam
Widodo A. J. 2014) yaitu permintaan konsumen terhadap barang dan jasa dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pendapatan, konsumen, dan harga barang disat
kondisi lain tidak berubah. Preferensi Konsumen merupakan kecenderungan seseorang
dalam memilih menggunakan barang dan jasa tertentu untuk dirasakan serta dinikmati
sehingga dapat mencapai kepuasan atas pemakaian barang dan jas yang akhirnya
konsumen dapat loyal terhadap merek tertentu. Preferensi adalah pilihan yang dibuat oleh
konsumen atas produk yang dipilih untuk dikonsumsi, kekuatan preferensi akan
menentukan produk-produk yang akan dibeli dari pendapatan mereka serta permintaan
untuk suatu produk.
18
Preferensi dapat terbentuk melalui pola pikir konsumen yang didasari oleh beberapa
alasan (Widodo, 2014), antara lain:
a. Pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu konsumen yang merasakan
kepuasan dalam membeli produk dan merasakan kecocokan dalam mengkonsumsi
produk yang telah dibeli sehingga konsumen akan terus memakai maupun
menggunakan produk dengan produk tersebut sehingga konsumen akan
mengambil keputusan untuk membeli.
b. Kepercayaan yang terjadi turun temurun akibat dari kebiasaan keluarga dalam
menggunakan suatu produk sejak lama, yaitu konsumen setia terhadap produk
yang selalu dipakainya karena merasakan manfaat dalam pemakaiannya sehingga
konsumen merasakan kepuasan dan manfaat dari produk yang telah dibeli.
Menurt Kotler (2008) preferensi konsumen terbentuk dari variabel-variabel antara lain
yaitu kebiasaan, kecenderungan, dan kesesuaian terhadap berbagai variasi produk atau
pemasok yang tersedia. Menurut Kotler (2002), keinginan, preferensi serta tingkat
pemakaian konsumen sangat berhubungan dengan variabel-variabel demografi seperti usia,
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
2.9 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan proses mengenai individu, kelompok, dan organisasi
tentang memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, serta
pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka (Kotler, 2008). Sehingga
perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok mengenai proses pengambilan keptusan untuk memilih atau menggunakan
produk yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Kotler, 2008 salah satu
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor pribadi.
Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang untuk membeli yang dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi, seperti:
a. Usia dan tahap siklus hidup
Manusia melakukan pembelian setiap orang akan membeli barang-barang yang
berbeda pada usia-usia tertentu dan tingkat manusia terhadap pakaian, perabot yang
berhubungan dengan manusia.
19
b. Pekerjaan, lingkungan ekonomi
Pekerjaan, lingkungkan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya
seperti seseorang direktur perusahaan akan memiliki pola konsumsi yang berbeda
dengan seorang dokter ataupun yang lainnya.
c. Gaya hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas
minat serta opini. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang
berinteraksi dengan lingkungan, serta mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial
seseorang, misalnya kepribadian.
d. Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian merupakan karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan
orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungannya.
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berhubungan dengan pilihan
keputusan atau preferensi konsumen. Pada kehidupan sehari-hari maka keputusan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen didasarkan pada pertimbangan yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lainnya. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui
pemasaran yang terampil karena dapat meningkatkan motivasi maupun perilaku apabila
didukung dengan produk atau jasa yang didesai semenarik mungkin untk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Keputusan pembelian konsumen adalah keputusan membeli merek yang paling
disukai dari berbagai alternatif yang ada. Proses pengambilan keputusan merupakan
perilaku yang harus dilakukan untuk dapat mencapai sasaran. Menurut Loekito (2014)
keputusan pembelian dipengaruhi oleh 7P yaitu product, price, promotion, physical
evidence, people, dan process. Berikut merupakan penjelasan dari 7P yaitu:
1. Product
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) produk merupakan segala sesuatu yang
ditawarkan produsen atau produsen untuk diperhatikan, dicari, dibeli, diminta, digunakan,
ataupun dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan baik berupa barang maupun jasa.
Produk dapat diukur melalui variasi produk, kualitas produk dah tampilan produk (Kotler,
2005)
20
2. Promotion
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) promosi merupakan aktivitas yang
menyamaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan untuk membeli. Pada hakikatnya
promosi merupakan aktivitas pemasaran dengan usaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar dapat
menerima, memberi, dan loyal pada produk yang ditawarkan. Penentuan media promosi
yang digunakan tergantung pada informasi promosi dan bentuk produk itu sendiri.
3. Price
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) price atau harga merupakan jmlah uang yang
harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Penentuan harga yaitu tergantung
kepada kebijakan masing-masing perusahaan tetapi tetap dengan mempertimbangkan
berbagai hal. Harga dikatakan mahal, murah, atau biasa-biasa saja bagi masing-masing
individu tidaklah sama tergantung latar belakan individu seperti kehidupan dan kondisi
individu. Harga sangat penting karena menentukan keuntungan dan kelangsungan hidup
perusahaan. Menurut Chandra (2002) harga dapat diukur melalui variasi, harga produk
pesaing dan diskon.
4. Place
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) place atau tempat yaitu terdiri dari kegiatan
perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan. Tempat bukan hanya lokasi
suatu perusahaan melainkan termasuk juga kondisi yang ada didalamnya, seperti
pengaturan lokasi, persediaan serta transportasi. Lokasi dapat diukur melalui seberapa
strategis tempat tersebut, fasilitas yang bisa didapatkan oleh calon konsumen (tempat
parkir), serta kemudahan dalam mengakses lokasi tersebut.
5. People
Menurut Kotler dan Amstrong (2012) people adalah orang yang memiliki andil dalam
memberikan atau menunjukkan pelayanan yang diberikan kepada konsumen selama
melakukan suatu pembelian. Karyawan merupakan orang yang memberikan pelayanan
kepada konsumen selama melakukan pembelian. Sikap dan tindakan karyawan, cara
berpakaian karyawan dan penampilan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan
penyampaian.
6. Physical Evidence
Menurut Kotler dan Amstrong (2012) physical evidence atau bukti fisik merupakan
bagian dari pemasaran yang memiliki peranan penting, karena memerlukan adanya wujud
21
nyata yang ditawarkan kepada konsumen seperti fasilitas pendukung. Adanya fasilitas
pendukung secara fisik, maka akan dapat lebih mudah dipahami oleh konsumen. Prasarana
yang berkaitan dengan konsumen harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan, seperti
gedung yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin, alat telekomunikasi yang canggih
maupun perabot yang berkualitas, dll dapat menjadi pertimbangan konsumen dalam
memilih suatu produk/jasa.
7. Process
Menurut Kotler dan Amstrong (2012), proses (Process) merupakan semua prosedur
yang dilakukan, mekanisme, dan aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa.
Proses yaitu dimulai dari konsumen memesan hingga mereka mendapatkan apa yang
mereka inginkan.
2.11 Analisis Faktor
Menurut Santoso (2015), proses pada analisa faktor yaitu mencoba untuk menemukan
hubungan (interrelationship) antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen
dengan yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih
sedikit dari jumlah variabel awal. Pada dasarnya analisis faktor yaitu mendekatkan data
pada suatu pengelompokan atau pembentukan suatu variabel baru yang berdasarkan
adanya keeratan hubungan pembentuk faktor atau adanya konfirmatori sebagai variabel
baru.
Analisa faktor sering dilakukan tidak hanya merupakan analisis akhir dari suatu
analisis statistika, tetapi merupakan tahapan atau langkah antara dalam analisa statistika
yang lebih kompleks. Seperti misalnya analisa faktor digunakan sebagai input untuk
analisis regresi atau analisis cluster yaitu dengan menggunakan variabel yang terbentuk
yang digunakan sebai input untuk melakuka analisis pengelompokan terhadap satu set data.
Tujuan dari analisa faktor yaitu:
1. Mereduksi sejumlah variabel asal yang jumlahnya banyak menjadi sejumlah variabel
baru yang jumlahnya lebih sedikit dari variabel asal, dan variabel baru tersebut
dinamakan faktor atau variabel laten atau konstruk atau variabel bentukan.
2. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan antarvariabel penyusun faktor atau dimensi
dengan faktor yang terbentuk, dengan menggunakan pengujian koefisien korelasi antar
faktor dengan komponen pembentuknya. Analisis faktor ini disebut analisis faktor
konfirmatori.
3. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen dengan analisis faktor konfirmatori.
22
4. Validasi data untuk mengetahui apakah hasil analisis faktor tersebut dapat
digeneralisasi ke dalam populasinya, sehingga setelah terbentuk faktor, maka peneliti
sudah mempunyai suatu hipotesis baru berdasarkan hasil analisis tersebut.
Analisa faktor dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Exploratory Factor Analysis (EFA) atau analisis faktor eksploratori yaitu suatu teknik
analisis faktor dengan beberapa faktor yang akan terbentuk berupa variabel laten yang
belum dapat ditentukan sebelum analisis dilakukan. Pada prinsipnya analisis faktor
eksploratori yaitu terbentuknya faktor-faktor atau variabel laten baru adalah bersifat
acak yang selanjutnya dapat diinterprestasi sesuai dengan faktor atau konstruk yang
terbentuk. Dalam analisis faktor eksploratori di mana peneliti tidak atau belum
mempunyai pengetahuan atau teori atau suatu hipotesis yang menyusun struktur
faktor-faktornya yang akan dibentuk atau yang terbentuk, sehingga dengan demikian
pada analisis faktor eksploratori merupakan teknik untuk membantu membangun teori
baru.
2. Confirmatory Factor Analysis (CFA) atau analisis faktor konfirmatori yaitu suatu
teknik analisis faktor berdasarkan teori dan konsep yang sudah diketahui atau
ditentukan sebelumnya. Pembentukan faktor konfirmatori (CFA) secara sengaja
berdasarkan teori dan konsep, dalam upaya untuk mendapatkan variabel baru atau
faktor yang mewakili beberapa item atau sub-variabel, yang merupakan variabel
teramati. Pada dasarnya tujuan analisis faktor konfirmatori adalah pertama untuk
mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi.
Tujuan kedua untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam pengujian
terhadap validitas dan reliabilitas instrumen atau kuesioner untuk mendapatkan data
penelitian yang valid dan reliabel dengan analisis faktor konfirmatori.
2.12 Analisis Regresi
Analisis regresi adalah sebuah metode statistik yang digunakan untuk memodelkan
fungsi hubungan diantara variabel. Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel
yang dijelaskan oleh variabel lainnya atau variabel yang kedudukannya dipengaruhi oleh
variabel independen. Setiap perubahan nilai atau skor dalam variabel dependen bergatung
pada variabel independen. Sedangkan variabel independen adalah variabel bebas, yang
berkedudukan sebagai penjelas, variabel yang mempengaruhi atau variabel prediksi bagi
variabel dependen (Yamin, 2011).
23
Terdapat dua jenis analisis regresi yaitu resgresi linier dan regresi non linier. Regresi
linier dapat digunakan oleh data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penggunaan
data kualitatif diperlukan proses lebih lanjut berupa pengelompokan data sehingga data
yang ada dapat berupa data ordinal maupun nominal. Pada data yang bersifat kuantitatif
dapat dilakukan proses regresi secara langsung sehingga dapat diketahui besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Regresi Linier, yaitu memprediksikan peranan predictor dalam persamaan linear.
Regresi linear merupakan bentuk hubungan variabel bebas X maupun variabel tergantung
Y sebagai faktor yang berpangkat satu. Regresi linear dibedakan menjadi dua antara lain:
a. Regresi linier sederhana dengan bentuk fungsi: Y = a + bX
b. Regresi linier berganda dengan bentuk fungsi: Y = a + b1X1 + … + bpXp
Pada kedua fungsi tersebut masing-masing berbentuk garis lurus (linier sederhana) dan
bidang datar (linier berganda).
2.13 Analisis Regresi Linier Berganda
Proses yang dilakukan dalam analisis regresi yaitu dengan menggunakan beberapa
serangkaian pengujian terhadap data yang diperoleh. Serangkaian uji tersebut dilakukan
untuk menguji apakah data yang digunakan sudah memenuhi syarat untuk dilakukannya
analisis regresi. Uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan uji asumsi
klasik yang meliputi uji multikoleniaritas, uji homoskedastisitas, dan uji normalitas, yang
selanjutnya yaitu dilakukan interpretasi hasil analisis (Yamin, 2011).
Regresi linier berganda merupakan teknik analisis regresi yang menghubungkan 1
(satu) variabel terikat dengan 2 (dua) atau lebih variabel bebas yang dianggap dapat
mempengaruhi perubahan variabel terikat yang kita amati (Miro, 2004:71)
Model untuk regresi linear berganda adalah sebagai berikut.
Y = α + b1X1 + b2X2 … + bpXp………………………………………………….(2-1)
Keterangan:
Y = variabel terikat (variabel dependen)
Α = intersep atau konstanta regresi
b1, b2, dan bp = koefisien regresi
X1, X2, dan Xp = variabel-variabel bebas (variabel independen)
Tujuan dari pemodelan menggunakan regresi berganda yaitu untuk mengetahui
pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat, namun tidak sedikit pula
pada tahap pemodelan regresi linier berganda yang menghasilkan regresi tunggal karena
24
ternyata nilai dari regresi bebas tidak banyak yang mempengaruhi variabel terikat.
Permodelan untuk memperoleh hasil regresi yang terbaik yaitu harus memenuhi kriteria
statistik, antara lain lain (Miro, 2004:76):
1. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai R2 memiliki range antara 0 sampai 1 atau (0 ≤ R
2 ≤ 1). Semakin besar R
2
(mendekati satu) semakin baik hasil regresi tersebut dan semakin 0, maka variabel bebas
secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel tidak bebas. Variabel terikat akan
dinilai melalui korelasi yang nanti akan didapatkan hasil dengan variabel yang memiliki
pearson korelasi yang kuat.
2. Uji F
Uji F bertujuan untuk melihat apakah semua koefisien regresi dan variabel bebas yang
ada pada model regresi linier berganda berbeda dari nol atau nilai konstanta tertentu. Hasil
Uji F yang menunjukkan variabel independen secara bersama- sama berpengaruh terhadap
variabel dependen, jika p-value (pada kolom sig) lebih kecil dari level of significant yang
ditentukan, atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel.
3. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Nilai dari uji t dapat dilihat dari p-value lebih kecil
dari level of significant yang ditentukan atau t hitung lebih besar dari t tabel maka nilai
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
25
25
2.14 Studi Terdahulu
Tabel 2. 1
Studi Terdahulu Nama
Peneliti
Judul dan
Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian
Mustika,
R
Perbandingan
Karakteristik
Pengunjung
Ritel Modern
Skala Besar di
Pusat dan
Pinggiran Kota
Semarang
(Jurnal Teknik
PWK Vol.3 No.
4. 2014)
Karakteristik
konsumen
didasarkan
atas:
Karakteristi
k demografi
Karakteristi
k geografi
Karakteristi
k perilaku
Karakteristi
k psikografi
Mengkaji
perbandingan
karakteristik
pengunjung ritel
modern skala
besar di pusat dan
pinggiran Kota
Semarang
Penentuan minimal sampel
yaitu menggunakan rumus
Metode pengolahan dan
Analisis data:
- Karakteristik Konsumen
- Karakteristik Ritel
Modern
- Analisis perbandingan
karakteristik pengunjung
ritel modern skala besar
di pusat dan pinggiran
Kota Semarang
Terdapat perbedaan
karakteristik konsumen pada
tinggkat pendapatan
konsumen ritel modern yang
pinggir kota dan pusat kota. Jangkauan pelayanan ritel
modern pusat kota dapat
menjangkau konsumen
secara keseluruhan wilayah
Kota Semarang bahkan
dapat menjangkau sampai ke
Kabupaten sekitar Kota
Semarang.
Jangkauan pelayanan ritel
modern pinggir kota dapat
menjangkau konsumen
hanya masyarakat sekitar
ritel modern
Perbedaan penelitian yaitu
pada tujuan penelitian yang
membandingkan antara
karakteristik pengunjung ritel
modern skala besar di pusat
dan pinggiran Kota Semarang
sedangkan pada penelitian
yang akan dilakukan yaitu
salahsatunya bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik
konsumen sarana
perdagangan pada kafe dan
distro di Kota Malang.
Nugroho,
R
Pengaruh
People, Physical,
Evidence,
Product,
Promotion, Price
dan Place
Terhadap
Tingkat
Kunjungan di
Kafe Coffee
Cozies Surabaya
(Jurnal
Manajemen
Variabel yang
digunakan
untuk
mengetahui
tingkat
kunjungan
yaitu:
Product
Promotion
Price
Place
People, dan
Mengetahui
apakah product
berpengaruh
terhadap tingkat
kunjungan di
Coffee
CoziesSurabaya
Mengetahui
apakah price
berpengaruh
terhadap tingkat
kunjungan di
Analisa Regresi Linear
Berganda untuk
mengetahui ketergantungan
variabel dependent dengan
salah satu atau lebih
variabel independent
Uji Sinultan (Uji F) untuk
menguju besarnya
pengaruh semua variabel
terhadap variabel terikat.
Uji Signifikan (Uji T)
untuk menguji besarnya
Dari uji F, signifikansi di
bawah 0,05 maka, secara
silmultan product,
promotion, price, place,
people dan physical evidence
mempengaruhi tingkat
kunjungan di Coffee Cozies
Surabaya.
Dari uji t berdasarkan nilai
signifikansi variabel yang
berpengaruh yaitu product,
promotion, place, dan pada
Perbedaan penelitian yaitu
terletak pada variabel yang
digunakan yaitu untuk
mengidentifikasi tingkat
kunjungan di kafe., sedangkan
pada penelitian yang akan
dilakukan yaitu untuk
mengetahui faktor yang
mempengaruhi preferensi
masyarakat terhadap sarana
perdangan pada distro dan
kafe di Kota Malang adalah
26
26
Nama
Peneliti
Judul dan
Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian
Pemasaran Petra
Vol. 1 No.2
(2013) 1-9)
Physical
Evidence
Coffee
CoziesSurabaya.
Mengetahui
apakah
promotion
berpengaruh
terhadap tingkat
kunjungan di
Coffee Cozies
Surabaya.
Mengetahui
apakah place
berpengaruh
terhadap tingkat
kunjungan di
Coffee Cozies
Surabaya.
Mengetahui
apakah people
berpengaruh
terhadap tingkat
kunjungan di
Coffee Cozies
Surabaya.
Mengetahui
apakah physical
evidence
berpengaruh
terhadap tingkat
kunjungan di
Coffee Cozies
Surabaya.
pengaruh semua variabel
bebas terhadap variabel
terikat.
Analisa Koefisien
DeterminasiR2 untuk
mengetahui pengaruh dari
variabel bebas terhadap
variabel terikat.
variabel people serta physical
evidence tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
tingkat kunjungan
Product memiliki pengaruh
paling besar diantara
variabel-variabel lain.
adanya penambahan variabel
yaitu process.
Setyawar
man, A.
2009
Pola Sebaran
dan Faktor-
Faktor yang
Variabel yang
digunakan
yaitu:
Tujuan dari
penelitian ini adalah
untuk mengkaji
Analisis yang digunakan
yaitu Analisis Tetangga
terdekat (Nearest Neighbour
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan
pemilihan lokasi retai modern,
Perbedaan penelitian yaitu
terletak pada tujuan penelitian
yaitu untuk mengkaji pola
27
27
Nama
Peneliti
Judul dan
Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian
Mempengaruhi
Pemilihan
Lokasi Retail
Modern (Tesis,
Universitas
Diponegoro,
2009)
Demografi
Sosioekono
mi
konsumen
Psikografis
Lokasi fisik
Harga tanah
Sewa lahan
Jarak dari
pusat kota
Aksesibilita
s
Persaingan
Perubahan
permintaan
Perubahan
organisasi
Perubahan
teknologi
Kebijakan
perencanaan
pola sebaran dan
faktor-faktor
apa yang
mempengaruhi
keputusan
pemilihan lokasi
retail modern di
Kota
Surakarta
Analysis) dengan
mengaitkan pola sebaran
retail modern dan pasar
tradisional, serta Analisa
Faktor untuk mengetahui
hubungan antar variabel
menjadi faktor yang lebih
sederhana.
yaitu:
- Sebaran pada analisis
tetangga terdekat ditemukan
pola sebaran retail modern
yang cenderung
mengelompok.
- Hasil analisis terhadap 13
variabel terseleksi menjadi 6
variabel yang berpengaruh
terhadap pemilihan lokasi
ritail, yaitu variabel
demografi, sosioekonomi
konsumen, psikografis,
aksesibilitas, persaingan, dan
perubahan permintaan.
- Dari analisis struktur kota
teridentifikasi pola sektoral
lebih menonjol dibandingkan
dengan pola konsentris, serta
struktur kota lebih
digerakkan oleh elemen arah
(directional element)
daripada elemen jarak
(distance element)
sebaran dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan
pemilihan lokasi retail modern,
serta analais yang digunakan
yaitu menggunakan analisis
tetangga terdekat atau Nearest
Neighbour Analysis. Sedangkan
pada penelitian yang akan
dilakukan yaitu hanya
mengidentifikasi lokasi sebaran
lokasi distro dan kafe yang ada
di Kota Malang.
Soei,
C.T.L,
2015
Identifikasi Key
Success Faktor
Pada Industri
Clothing di Kota
Bandung
(Lembaga
Penelitian dan
Pengabdian
kepada
Masyarakat
Universitas
Katolik
Variabel yang
digunakan
adalah:
Brand
Image
Komunitas
Design
Harga
Time to
Market
Tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Mendiskripsikan
perkembangan
usaha industry
clothing di Kota
Bandung
2. Mendiskripsikan
industry dan
keadaan
persaingan
clothing local
Analisis yang digunakan
yaitu analisis deskriptif, dan
analisis perkembangan
industry clothing di
Bandung
Hasil dari penelitian ini yaitu
dapat diketahui bahwa:
- Perkembangan industry
clothing di Bandung mulai
terkenal sejak tahun 1980an,
kemudian pada tahun
1990an yang terkenal adalah
Distro.
- Struktur industry clothing di
bandung yaitu fragmented
industry, karena perusahaan
clothing local Bandung
Perbedaan penelitian yaitu
terletak pada objek penelitian,
tujuan, dan analisis yang
digunakan, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan
yaitu mengenai karakteristik
dan preferensi masyarakat
terhadap sarana perdagangan
pada distro dan kafe di Kota
Malang.
28
28
Nama
Peneliti
Judul dan
Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian
Parahyangan.
2015)
Kota Bandung
3. Mengidentifikasi
Key Success
Factors industry
clothing local di
Bandung
4. Memberikan
masukan kepada
para pembuat
kebijakan dala
industry clothing
guna menyusun
kebijakan yang
sesuai untuk
mendorong
pertumbuhan
industry clothing
terdiri dari usaha mikro,
kecil dan menengah, dan
tidak ada perusahaan
clothing yang mendominasi
pasar.
- Strategi bisnis perusahaan
clothing local merupakan
differentiation strategy dan
focus competitive
advantages karena
perusahaan dikelola secara
desentralisasi yang ketat.
- Key success factors
perusahaan clothing local
Kota Bandung adalah Brand
Image, Komunitas, Design,
Harga, dan Time to Market
29
2.15 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
30
“Halaman ini sengaja dikosongkan”