bab ii pengertian metode pembelajaran think pair and share ...eprints.radenfatah.ac.id/241/2/bab...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode Pembelajaran Think Pair and Share
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi metode berasal dari kata method yang berarti suatu
cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan dalam mencapai
suatu tujuan. Apabila kata metode disandingkan dengan kata pembelajaran
maka berarti suatu cara atas system yang digunakan dalam pembelajaran yang
bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan,
dan menguasai bahan pelajaran tertentu. Dalam makna lain metode
pembelajaran diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan
mengarahkan perkembangan seseorang khususnya proses belajar mengajar.1
Sedangkan Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai “a set of
events embedded in purposeful activities that facilitate learning”.
Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.2
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi
1 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Khodijah, Metode dan Tehnik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 29 2 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2011), hlm. 9
30
yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang
ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai
upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.3
2. Pengertian Metode Pembelajaran Think Pair and Share
Metode pembelajaran think pair and share mengunakan metode
diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa
dilatih untuk mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai
pendapat orang lain tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.
Menurut pendapat Trianto “strategi think and pair and share atau
berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Senada dengan Arends ”menyatakan bahwa think pair and share
merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur
3 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), hlm. 26
31
yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak
waktu berfikir, untuk merespons dan saling menbantu”.4
Berdasarkan pendapat beberapa pakar dapat disimpulkan bahwa
metode think pair and share merupakan metode yang mudah, murah dan
sederhana dengan mengelompokkan siswa secara berpasangan yang dapat
meningkatkan interaksi siswa, kemandirian, tanggung jawab serta keaktifan
siswa dalam belajar. Siswa dilatih untuk aktif dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dan berdiskusi dengan teman pasangannya.
3. Langkah-langkah metode pembelajaran Think Pair and Share
Langkah-langkah metode pembelajaran adalah5
a. Guru menyampaikan inti materi Iman kepada Rasul Allah dan
kompetensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan Iman kepada
Rasul Allah yang disampaikan guru.
c. Siswa diminta berpasangan, dengan teman sebelahnya (kelompok dua
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya tentang Iman kepada Rasul Allah
4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: PT Fajar Interpratama
Mandiri), hlm 81 5 Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontektual dan( Inovatif),
(Bandung: Penerbit Yrama Widya 2014), hlm. 24
32
e. Berawal dari kegiatan tersebut, mengarakan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi Iman kepada Rasul Allah yang
belum diungkap oleh siswa.
f. Guru memberikan kesimpulan tentang materi Iman kepada Rasul Allah
g. Penutup.
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Think Pair and Share
Kelebihan metode think pair and share adalah sebagai berikut:6
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Pengunaan metode
pembelajaran think pair and share menuntut siswa menggunakan
waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang
diberikan oleh guru diawal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu
memahami materi dengan baiksebelum guru menyampaikan pertemuan
selanjutnya.
b. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru setiap
pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktip dalam
pembelajaran juga agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap
pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut
tidak mengerjakan tugas dan halini dapat mempengaruhi hasil belajar
mereka.
6 Jumanta Hamdayama, Model Pembelajaran kreaktif dan berkarakter, (Bogor: Ghalia
Indonesia 2014), hlm.203
33
c. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran think pair and
share diharapkan dapat memotipasi siswa dalam pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan
metode konpensional.
d. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan
siswa merasa malas karna proses belajar mengajar dikelas hanya
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Dengan melibatkan
siswa secara aktip dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran
think pair and share lebih menarik dan tidak menoton dibandingkan
metode konvensional.
e. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran
konvensioanal, siswa yang aktif idalam kelas hanyalah siswa tertentu
yang benar-benar rajin dan tepat dalam menerima materi yang
disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanya “pendengar” materi
yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran think pair and share,
hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa dapat terlibat permasalahan
yang diberikan oleh guru.
f. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter hasil proses belajar mengajar
adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran think
pair and share, perkembanagan hasil belajar siswa dapat
diidentipikasikan secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran hasil
yang diperoleh siswa dapat lebih oktimal.
34
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi dan kerja sama
yang diterapkan dalam metode pembelajaran think pair and share
menuntut siswa agar dapat bekerja sama dalam tim, sehingga dituntut
untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau
mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Jadi, Kelebihan dari metode pembelajaran think pair and share yaitu
membuka kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis, dan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran, siswa lebih berpikir lebih maju dan berani, dari
pendapat diatas dapat dipahami bahwa alur pembelajaran dengan think pair
and share adalah dengan mengajak siswa memikirkan solusi dari
permasalahan yang ada dan mencoba untuk berbagi solusi tersebut dengan
teman yang lain secara berpasangan, sehingga ada pertukaran pendapat dalam
proses pembelajaran.
Sedangkan beberapa kelemahan model pembelajaran think pair and
share ini adalah sebagai berikut:7
a. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir
sistematik.
b. Lebih sedikit ide yang masuk.
c. Jika ada perselisihan tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang
bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
7Trianto, Op. Cit., hlm. 204
35
d. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok, karna
ada satu murid yang tidak mempunyai pasangan.
e. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak .
f. Mengantungkan pada pasangan.
Jadi, Kelemahan metode pembelajaran think pair and share adalah
sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah
dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak
dan kekurangan dari kelompok berpasangan ialah (kelompok yang terdiri dari
2 orang siswa) adalah: (1) banyak kelompok yang melapor dan perlu
dimonitori; (2) lebih sedikit ide yang muncul; dan (3) tidak ada penengah jika
terjadi perselisihan
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan “penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang telah diberikan oleh para guru.8
Dimyati dan Mudjiono menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu segi siswa merupakan tempat
8 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2001),
hal.895
36
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan saat sebelum belajar
dan dari segi guru merupakan saat terselesainya bahan pelajaran.9
Sedangkan menurut Djamarah, hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.10
Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu,
meliputi tiga aspek yaitu :
a. Aspek kognitif yang terdiri dari pengetahuan hapalan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintetis dan evaluasi.
b. Aspek efektif yang terdiri dari receiving/attending atau jawaban, valuing
(penilaian), organisasi atau karakteristik nilai atau internalisasi nilai.
Aspek psikomotorik terdiri dari gerakan refleks, keterampilan pada
gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan bidang fisik,
gerakan-gerakan skil dan kemampuan yang berkenaan dengan non
decursive komunikasi, seperti gerakan esprensif, intertatif.11 Zakiah
Darajat, Hasil belajar yang diharapkan meliputi tiga aspek yaitu : aspek
kognitif, aspek efektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif terdiri dari
pengetahuan berupa hapalan, pemahaman, penerapan analisis, sintesis dan
9 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Renika Cipta, 2006), hal. 5 10 Syaiful Bahri Djamarah, Loc. Cit. 11 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hal. 199
37
evaluasi. Aspek efektif terdiri dari jawaban, organisasi dan karakteristik
nilai. Dan pada aspek psikomotorik terdiri dari keterampilan, kemampuan
dalam bidang fisik atau kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
seperti gerakan intertatif.
Dari penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar adalah
proses perubahan perilaku siswa setelah mengikuti program pembelajaran dengan
tujuan tertentu. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah
laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi
segenap aspek pribadi.
2. Macam-Macam Hasil Belajar
Menurut Bloom dan kawan-kawan, hasil belajar terdiri dari tiga dominan
yaitu :
a. Hasil Belajar kognitif
Menilai kemampuan otak dan penalaran siswa atau pemahaman,
pengetahuan, hafalan, analisis, ingatan, dan penerapan siswa.
b. Hasil Belajar Efektif
Menilai perhatian siswa terhadap pelajaran, disiplin dalam belajar,
kebiasaan belajar, motivasi, emosi, dan kerja sama dari setiap peserta didik
atau siswa.
38
c. Hasil Psikomotorik
Menilai dari bentuk kemampuan bertindak setelah siswa tersebut
menerima pengalaman belajar, dan menilai keterampilan siswa.12
Sedangkan menurut Ahmad Susanto, macam-macam hasil belajar meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan keterampilan
proses (aspek psikomotorik).
a. Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)
Pemahaman konsep (aspek kognitif) menurut Bloom merupakan berapa
besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami
serta mengerti apa yang siswa baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang
siswa rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang dilakukan
oleh siswa itu sendiri
b. Sikap (Aspek Afektif)
Menurut Lange dalam Azwar mengatakan bahwa sikap tidak hanya
merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon
fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakkan antara mental dan fisik secara
serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara
jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya. Selanjutnya, Azwar
mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
12 Asep Hery Hermawan dkk, Pengembangan Kurikulum dan Hasil Pembelajaran, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), hal. 123
39
menunjang, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, konatif. Komponen
kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap; komponen afektif yaitu perasaan yang menyangkut emosional; dan
aspek konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki seseorang.
c. Keterampilan Proses (Aspek Psikomotorik)
Usman dan Setiawati mengemukakan bahwa keterampilan proses
merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan
mental, fisik dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang
lebih tinggi dalam diri individu siswa.13
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam hasil
belajar menurut Bloom yaitu terdiri dari tiga dominan: hasil belajar kognitif
(pemahaman, pengetahuan, analisis, hafalan, ingatan, dan penerapan siswa), hasil
belajar efektif (motivasi, displin dalam belajar, kebiasaan dalam belajar, dan kerja
sama antara peserta didik), dan hasil psikomotorik (kemampuan bertindak, dan
menilai keterampilan siswa. Sedangkan menurut Ahmad Susanto, macam–macam
hasil belajar dibedakan menjadi tiga yaitu: pemahaman konsep (aspek kognitif),
sikap (aspek afektif), dan keterampilan proses (aspek psikomotorik). Dari dua
pendapat tersebut, jadi macam-macam hasil belajar itu terdiri dari apek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotorif
13 Asep Jihad dan Abdul Haris, Op. Cit hal. 16
40
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Djamarah yang menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
hasil belajar ialah:14
a. Faktor Lingkungan
Terdiri dari alami dan sosial budaya. Keduanya mempunyai pengaruh
yang cukup signifikan terhadap belajar dan hasil belajar siswa. Dalam
lingkunganlah siswa hidup dan berinteraksi dalam mata rantai yang disebut
ekosistem.
b. Faktor Instrumental
1) Kurikulum
Adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial
dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat
berlangsung.
2) Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan, program
pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program
pendidikan yang dirancang.
3) Sarana dan prasarana
14 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hal. 142
41
Sarana dan prasarana juga mempunyai arti penting dalam
pendidikan. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai, hasil
belajar siswa yang akan terpengaruh
4) Guru
Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalam proses belajar
mengajar. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang paling
dominan, walaupun dalam kenyataannya sudah banyak media yang
canggih, namun tanpa bantuan dan bimbingan dari guru, maka proses
belajarnya pun tidak akan berhasil.
5) Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis adalah kondisi yang menyangkut kesehatan
siswa. Menurut Naohi Nasution dkk mengatakan bahwa kondisi fisiologis
pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Orang dalam keadaan segar jasmaniahnya akan berlainan
belajarnya dari orang dalam keadaan kelelahan.
6) Kondisi Psikologis
a) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
b) Kecerdasan
Kecerdasan atau inteligensi ikut menentukan keberhasilan belajar
seseorang.
42
c) Belajar
Belajar pada bidangnya yang sesuai dengan bakat memperbesar
kemungkinan berhasilnya hasil belajar.
d) Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar.
e) Kemampuan Kognitif
Merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada siswa untuk
dikuasai, karena penguasaan kemampuan pada tingkat ini menjadi
dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Sedangkan menurut Rumadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah :
a. Faktor Internal
1) Faktor fisiologis, secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam
menerima pelajaran.
2) Faktor Psikologis, setiap peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi IQ, perhatian, minat,
bakat, motivasi dan daya nalar peserta didik.
43
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan
meliput lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan alam
meliputi suhu dan kelembapan alam.
2) Faktor instrumental. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan
dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan.
Faktor ini meliputi kurikulum,sarana dan guru.15
Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam jasmani
dan rohani siswa. Faktor ini meliputi keadaan jasmani dan keadaan psikologis
siswa. Sedangkan faktor eksternal yang merupakan faktor yang berasal dari
kondisi lingkungan disekitar yang meliputi faktor lingkungan dan faktor
instrumental. Kemudian faktor pendekatan yaitu jenis usaha belajar siswa yang
meliputi strategi, metode, media, dan berbagai bentuk model pembelajaran.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam atau At-Tarbiyah
Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
15 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme
Guru Abad 21. (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.89
44
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.16
Menurut Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan
pengertian Pendidikan Agama Islam ialah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dalam membentuk hidupnya sesuai
dengan ajaran Islam.17
Sedangkan menurut Ahmad Daradjat, Marimba (dalam Umi Uhbiyat)
pendidikan Islam adalah: bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-
hukum agama Islam, menuju terciptanya kepribadian utama menurut ukuran
Islam.18 Pendidikan agama Islam adalah suatu kegiatan yang bertujuan
menghasilkan orang-orang beragama, dengan demikian pendidikan agama
perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral dan karakter.
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan.19 Pendidikan Agama islam yang pada hakikatnya merupakan proses
itu, dalam pengembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran
yang diajarkan disekolah maupun perguruan tinggi.
16 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 86 17 Bukhari Umar, Op. Cit., hlm. 27 18 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 9 19 Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran (Implementasi Konsep, Karateristik dan
Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum), (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2013), hlm. 8
45
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam berpijak pada firman Allah SWT
Q.S. Al-Mujaadilah ayat 11 yang menerangkan bahwa seseorang yang
memiliki ilmu pengetahuan dan beriman akan memperoleh nilai di mata
masyarakat.
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
Berlapang-lapanglah dalam majelis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.20
Dengan demikian, sebagai seorang muslim hendaknya menuntut ilmu
setinggi dan seluas-luasnya karena Allah swt. Akan memberikan kemudahan
bagi orang yang memiliki ilmu pengetahuan serta Allah swt akan
meninggikan derajat bagi hambanya yang berilmu pengetahuan.
20 Departemen Agama, Al- Qur’an Dan Terjemahan, ( Jakarta: Darus Sunnah , 2002), hlm.,
395
46
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi, Al-Qur‟an-Hadits,
Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Tarikh dan Kebudayaan Islam.21Ruang lingkup
dalam Pendidikan Agama Islam sangatlah banyak, sehingga perlu dibatasi
dalam hal penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan
mengambil materi Iman Kepada Rasul Allah.
4. Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotor. Pendidik juga berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangnan jasmani
dan ruhaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu
melaksanakan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu
yang mandiri.22
Dengan demikian, pendidik dalam Islam tidak hanya berperan sebagai
pengajar tetapi juga pendidik berperan sebagai orang dewasa yang
bertanggung jawab atas perkembangan potensi yang ada pada peserta didik.
21Nazarudin Rahman, Op. Cit., hlm. 53 22 Bukhari Umar, Op. Cit. hlm. 83
47
Menurut Hasbullah pendidik terbagi tiga yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.23 Sedangkan menurut Bukhari Umar pendidik terbagai dua, yaitu
pendidik kodrat dan pendidik jabatan.
Menurut Hasbullah keluarga merupakan pendidik pertama, karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan
bimbingan. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup.24
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang
merupakan juga lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu,
kehidupan disekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubugkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak.25 Sedangkan
masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu
daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah
persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk
mencukupi krisis kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, masyarakat
merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang
dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa
waktu lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah.26
23 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 37 24 Ibid., hlm. 38 25 Ibid., hlm. 46 26 Ibid., hlm. 55
48
Adapun pendidik yang dimaksud Bukhari Umar yaitu sebagai berikut
ini:
a. Pendidik Kodrat
Orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap
anak adalah orang tuanya. Orangtua disebut pendidik kodrat karena mereka
mempunyai hubungan darah dengan anak. Namun, karena orangtua kurang
memiliki kemampuan, waktu, dan sebagainya untuk memeberikan
pendidikan yang diperlukan anaknya, maka mereka menyerahkan sebagian
tanggung jawabnya kepada orang dewasa lain untuk membimbingnya
seperti guru, guru agama di masjid, pemimpin pramuka, dan tokoh-tokoh
masyarakat.27
Dengan demikian, pendidik kodrat adalah semua orang yang
mempunyai ikatan keluarga. Orangtua merupakan pendidik kodrat yang
mempunyai peran penting dalam proses perkembangan yang terjadi pada
peserta didik.
Orang tua sebagai pendidik kodrat menerima amanah dan tugas
mendidik secara langsung dari Allah maha pendidik. Hal ini dapat
dipahami dari firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6 :
27 Bukhari Umar, Op.Cit., hlm. 83-84
49
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.28
a. Pendidik Jabatan
Pendidik disekolah, seperti guru, konselor dan administrator
disebut pendidik karena jabatan. Sebutan ini disebabkan mereka di
tugaskan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yaitu mentranspormasikan.
Kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta
didik, khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.29
Dengan demikian pendidik jabatan adalah semua orang yang tidak
mempunyai ikatan keluarga dengan peserta didik. Sedangkan konsep
guru dalam firman Allah Al-Qur‟an surat Ali-„Imron ayat 104 :
Artinya:”dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
28 Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 561 29 Bukhari Umar, Op.Cit., hlm. 85
50
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. 30
Ayat di atas menjelaskan bahwasannya guru termasuk kedalam
salah satu golongan yang ma‟ruf atau berbuat kebaikan dan tugas guru
yang selnjutnya yaitu mencegah kemunkaran salah satu cara yang harus
dilakukan adalah mendidik. Mendidik salah satu perbuatan yang
mencegah kemunkaran, karena dengan mendidik maka akan
mengurangi tingkat kebodohan yang ada di masyarakat.
5. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Menurut Oemar Hamalik peserta didik merupakan suatu komponen
masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasiolal.31
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Undang-Undang
Sisdiknas, Pasal I ayat 4). Dalam pendidikan Islam, yang menjadi peserta
didik bukan hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa yang masih
berkembang baik fisik maupun psikis, hal itu sesuai dengan prinsip bahwa
pendidikan Islam berakhir setelah seorang meninggal dunia.
30 Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 64 31 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), hlm. 7
51
Dengan demikian, peserta didik adalah manusia yang senantiasa selalu
berusaha mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk
menjadi manusia yang berkualitas melalui lembaga-lembaga pendidikan
yang ada di Indonesia.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi Iman kepada rasul
Allah dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang pengertian
Iman kepada Rasul Allah, Fungsi beriman kepada Rasul Allah, tanda-tanda
beriman kepada Rasul Allah.
a. Pengertian Iman kepada Rasul Allah
Allah mengutus Rasul bertujuan untuk membimbing seluruh umat
manusia kejalan yang benar. Mempecayai adanya Rasul merupakan salah
satu rukun Iman dalam Islam. Oleh karna itu umat Islam harus menyakini
terhadap utusan Allah itulah yang membimbing manusia agar selamat
dunia dan akhirat. Kewajiban mempercayai Rasul dijelaskan di dalam Al-
Qur‟an yang berbunyi:
Artinya : “Rasul (Muhammad) beriman keapad apa yang diturunkan
kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula dengan
52
orang-rang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S Al-Baqarah ayat 285)
Iman kepada Rasul Allah adalah mempercayai allah bahwa allah
mengutus para nabi dan rasul untuk keselamatkan umat manusia di dunia
dan di akhirat, Iman keapada rasul merupakan rukun iman keempat. Orang
islam wajib mengimani para nabi dan rasul.32
b. Fungsi Beriman Kepada Rasul Allah
a) Fungsi beriman kepada rasul itu sendiri sehingga tidak ragu-ragu lagi
bahwa ajaranyang di bawanya adalah benar-benar untuk keselamatan
dunia dan akhirat.
b) Menjadikan teladan perilaku rasul dalam kehidupan sehari-hari, karena
Rasul tidak ada rasul yang mengajarkan sesuatu yang menyesatkan
yang berbunyi:
Artinya : “Sesungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu.....(Q.S. al-Ahzab ayat 21)
Menjadi jembatan untuk menuju kebahagiaan yang hakiki, karna para
rasul senantiasa diberikan wahyu dan dipelihara segala tindakanya sehari-
hari. Perilaku rasul itu semata-mata karena perintah dan ajaran Allah, bukan
dari hawa nafsunya.
32 Sofwan Iskandar, Muhammad Luthfi Ubaidillah, Pendidikan Agama Islam Untuk SMP
Kelas VIII (Bogor: CV Arya Duta, 2011), hlm 118
53
c. Tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah
Tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT adalah33
a) Teguh keimananya kepada Allah SWT
b) Mempercayai ajaran yang disampaikan para Rasul
c) Mengamalkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul
d) Menjadikan Rasul sebagai teladan hidup, baik sebagai pribadi ataupun
pemimpin umat
Allah Berfirman yang berbunyi :
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab[33] : 21)
e) Mencintai para Rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan
Sunnah-sunnahnya
f) Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan untuk mengabdi
kepada Allah SWT
33 Choeroni, M.Ag, Pendidikan Agama Islam, Untuk SMP Kelas VIII, (JakartaHak Cipta
penerbit Erlangga 2013), hlm 84
54
Allah Berfirman yang bunyi :
Artinya:“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS.Ad-Dzariyat : 56)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Iman kepada Rasul Allah termasuk
rukun Iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap
umat Islam. Yang dimaksud Iman kepada para Rasul ialah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa para Rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh
Allah SWT. untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.