bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

104
BAB II MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS KOMPETENSI DI SEKOLAH DASAR A. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Jasmani 1. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pertumbuhan dan perkembangan gerak manusia yaitu gerak yang dibutuhkan manusia dalam aktivitas kesehariannya baik untuk belajar mengenal alam sekitar maupun belajar mengenal dirinya sebagai mahluk individu dan mahluk sosial dalam usaha mengatasi dan menyesuaikan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pendidikan jasmani juga merupakan suatu pendidikan yang menggunakan fisik alau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu melalui aktivitas-aktivitas jasmani (Syarifudin dan Muhadi, 1993:6). Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Pendidikan jasmani terutama pengalaman gerak memberikan kontribusi yang dominan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara menyeluruh, sehingga pandangan terhadap kehidupan manusia antara jiwa dan raga tidak bisa dipisahkan satu sama lain benar-benar dapat dibuktikan. Pendidikan jasmani adalah proses sosialisasi atau pembudayaan via aktivitas

Upload: lecong

Post on 31-Dec-2016

241 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS KOMPETENSI

DI SEKOLAH DASAR

A. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Jasmani

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pertumbuhan dan

perkembangan gerak manusia yaitu gerak yang dibutuhkan manusia dalam aktivitas

kesehariannya baik untuk belajar mengenal alam sekitar maupun belajar mengenal

dirinya sebagai mahluk individu dan mahluk sosial dalam usaha mengatasi dan

menyesuaikan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pendidikan jasmani juga

merupakan suatu pendidikan yang menggunakan fisik alau tubuh sebagai alat untuk

mencapai tujuan pendidikan yaitu melalui aktivitas-aktivitas jasmani (Syarifudin dan

Muhadi, 1993:6).

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan yang

mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak dan karya

yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita

kemanusiaan. Pendidikan jasmani terutama pengalaman gerak memberikan

kontribusi yang dominan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik

secara menyeluruh, sehingga pandangan terhadap kehidupan manusia antara jiwa

dan raga tidak bisa dipisahkan satu sama lain benar-benar dapat dibuktikan.

Pendidikan jasmani adalah proses sosialisasi atau pembudayaan via aktivitas

Page 2: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

64

jasmani, bermain dan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan

jasmani mengandung suasana pergaulan pendidikan melalui aktivitas jasmani atau

pengalaman gerak jasmaniah (Cholik Mutohir dkk., 1998:8). Demikian pula Bûcher

dalam Supandi (1994:30) mengemukakan hal yang sama bahwa pendidikan jasmani

adalah bagian integral dari seluruh proses pendidikan yang bertujuan untuk

perkembangan fisik, mental, emosi, dan sosial melalui aktivitas jasmani yang telah

dipilih untuk mencapai hasilnya

Pendidikan jasmani memberikan tekanan tidak hanya pada asfek psikomotor

dan kognitif semata, akan tetapi menekankan pula pada aspek afektif dan sosial.

Secara realistis memang dapat dimengerti bahwa nilai-nilai pendidikan jasmani yang

menyeluruh pada perkembangan siswa tidak dapat lepas dalam koridor tiga domain

perilaku dominan yaitu kognitif, psikomotor dan afektif. Hal ini sejalan dengan

pandangan Syarifudin (1994:4) bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses

melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan

keterampilan jasmani, kecerdasan, dan pembentukan watak serta nilai dan sikap

yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Sebagai pembanding pernyataan tersebut dikemukakan oleh Nixon dan Jewett

(1980) dalam Abdoellah dan Manadji (1994:5) mengemukakan bahwa pendidikan

jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang

berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang

dilakukan atas kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respons

yang terkait langsung dengan mental, emosional, dan sosial.

Page 3: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

65

Pernyataan tersebut, menuntut program pendidikan jasmani terutama terdiri

atas lingkungan belajar yang khusus yang bercirikan banyak kondisi dan rangsang

yang dirancang secara khusus pula dengan maksud untuk memberikan kesempatan

terjadinya pengaruh yang baik terhadap jasmani, emosi, sosial, dan intelektual.

Program yang demikian dapat membawa perubahan pada diri siswa kearah yang

diinginkan.

Selaras dengan pernyataan itu, Depdiknas (2003:5-7) mensepakati bahwa

pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani,

keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan

sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian

pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu

secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.

Pandangan di atas memperkuat asumsi bahwa program pendidikan jasmani

khususnya di persekolahan terdiri dari satu lingkungan belajar yang berisikan

berbagai dan beragam kondisi dan rangsang agar memberikan kemungkinan

bereaksi secara jasmaniah, sosial, emosional dan intelektual. Melalui kondisi dan

rangsang anak didik dapat berubah atau dididik ke arah yang diinginkan. Fasilitas

yang tersedia merupakan bagian esensial dari lingkungan khusus pendidikan

jasmani. Unsur esensial lainnya adalah guru pendidikan jasmani, pelatih, instruktur,

program pendidikan jasmani dan perlombaan serta pertandingan. Hasil pendidikan

jasmani yang diperoleh siswa bergantung pada respons dan sikap yang

Page 4: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

66

mempengaruhinya, sebab pendidikan jasmani pada hakikatnya kondisi perubahan

dan penyesuaian yang terjadi pada individu sebagai akibat dari pengalaman dalam

mempelajari gerak (Frost, 1975; dalam Abdullah, 1994:6).

Gerak yang dilakukan individu merupakan inti sari dari pendidikan jasmani,

karena itu dalam pendidikan jasmani terdapat tiga faktor yang sangat mendasar

dalam gerak manusia. Pertama, faktor unjuk kerja jasmani, faktor ini sangat

berpengaruh dalam melakukan aktivitas jasmani malahan mendasari semua gerak

seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan, daya tahan, keseimbangan, kelentukan, dan

stamina. Faktor kedua adalah aktivitas universal yakni keterampilan fundamental

seperti: lari, lempar, lompat, panjat, dan menggantung. Sedangkan yang ketiga

adalah gerakan khusus yang bertingkat tinggi yang dikuasai dengan latihan dan

pengalaman khusus yakni mencakup aktivitas dalam pendidikan jasmani.

Aktivitas jasmani yang teratur dan berprogram dilaksanakan oleh peserta didik

untuk meningkatkan keterampilan motorik dan dan nilai-nilai fungsional yang

mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial. Aktivitas jasmani ini harus dipilih dan

disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa agar pesereta didik tumbuh dan

berkembang secara sehat dan harmonis. Kegiatan pendidikan jasmani merupakan

suatu proses pendidikan melalui gerak fisik sebagai alat untuk mencapai sasaran.

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan merupakan alat

pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan

yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan

(Abdulkadir, 1992:4)

J„: C . . 1 » _ , ^ / D 1 ' f 7/Tim

Page 5: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

Secara konseptual, misi program pendidikan jasmani adalah pendidikafr^gjjjj^

bersifat menyeluruh, sehingga dipandang bukan saja berkaitan dengan upaya

pengembangan kemampuan jasmaniah semata, tetapi lebih luas dari hal tersebut

mencakup dimensi fisikal, intelektual, mental, sosial, dan emosional. Hal ini sejalan

dengan pendapat Syarifudin (1997:3), Pendidikan jasmani merupakan bagian integral

dari pendidikan keseluruhan melalui berbagai aktivitas jasmani ya bertujuan

mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan

emosional. Dalam pelaksanaan sehari-hari akan tampak dalam aktivitas gerak siswa

saat melakukan tugas-tugas gerak dalam proses pembelajaran.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan dan

melaksanakan kegiatan untuk menjamin seluruh perkembangan kualitas fisik dan

moral anak-anak di sekolah dalam menyiapkan kehidupannya, bekerja dan

mempertahankan negaranya. Secara lebih spesifik, pendidikan jasmani akan

meningkatkan kesehatan, perkembangan keterampilan fisik, potensi organ-organ

tubuh, keterampilan gerak fungsional dan menanamkan kualitas moral seperti

nasionalisme, patriotisme, kerjasama, keberanian, ketekunan, dan keyakinan diri.

Intisari pengertian pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan

dengan menggunakan gerak sebagai medianya yang dilakukan secara sistematis

untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan motorik, sikap, nilai-nilai

sosial, emosional dan intelektual. Pengertian ini sejalan dengan tujuan pendidikan

jasmani yang pada intinya membina manusia seutuhnya yang meliputi aspek

jasmaniah, intelektual, emosional, sosial, dan mental spritual melalui pemanfaatan

Page 6: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

68

gerak yang teratur, terprogram, terkendali dan terarah dengan memperhatikan aspek

manusia.

Setelah tujuan pendidikan jasmani dikemukakan oleh Pangrazi dan Dauer

(1995:27) ada lima tujuan pendidikan jasmani diselenggarakan di sekolah yaitu: Ï)

motor skill and movement competences, artinya kemampuan gerak dan keterampilan

gerakan, 2) health-related physical fitness and wellness, artinya kebugaran jasmani

yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahtraan, 3) human movement

principles, artinya prinsip gerak manusia, 4) social skills and positive self concept,

artinya kemampuan berasosiasi dan perencanaan diri yang positif, dan 5) livetime

participation in aktivity, artinya keikutsertaan beraktivitas selama hidup.

Demikian pula tujuan pendidikan jasmani yang dikemukakan oleh Siedentop

(1990:216) yaitu terdiri dari empat pokok mendasar yakni: 1) physical development

objective, yaitu berkaitan dengan program aktivitas yang dapat mengembangkan

kekuatan fisik individu melalui pengembangan berbagai sistem organ tubuh, 2)

motor development objective, yakni yang berkaitan dalam mengembangkan gerak,

3) mental development objective, yakni yang berkaitan dengan pengetahuan dan

pengembangan berfikir dalam menginterpretasikan pengetahuan tersebut, dan 4)

social development objective, yakni berkaitan dengan membantu individu dalam

memahami personal, kelompok, dan anggota masyarakat lainnya.

Tampak jelas, bahwa kependidikan dalam esensi pendidikan jasmani akan

nampak terwujud penyediaan pengalaman belajar melalui tugas-tugas gerak yang

dilaksanakan oleh peserta didik yang berorientasi secara menyeluruh serta

mempunyai tujuan atau sasaran yang dicapai oleh siswa itu sendiri berdasarkan

Page 7: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

69

klasifikasi keterampilan, prinsip dan proses yang mendasari performance

keterampilan tersebut. Apabila tujuan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar

membantu siswa ke arah kedewasaan maka hendaknya program aktivitas bermain

merupakan suatu kebutuhan yang esensial. Aktivitas bermain merupakan kegiatan

pendidikan jasmani di Sekolah Dasar sebab memberikan dampak yang sangat positif

bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk perkembangan mental,

emosional, sikap dan spritual, serta intelektual dan keterampilan fisik (multilateral

skill). Rusli Lutan (1997:26) menegaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani di

Sekolah Dasar membantu peserta didik agar meningkatkan kemampuan gerak

mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam

berbagai aktivitas. Diharapkan apabila mereka memiliki fondasi pengembangan

keterampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas

jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan berkepribadian yang

mantap.

Nilai-nilai inti program pendidikan jasmani akan bermakna dalam konteks

pendidikan Sekolah Dasar, jika dapat memberikan pengalaman gerak yang

bermakna kepada siswanya. Ini dapat terwujud bukan saja pengembangan dalam

dimensi jasmaniah yakni kebugaran jasmani siswa akan tetapi juga dalam

pengembangan perubahan sikap sosial siswa. Melalui program pendidikan jasmani

yang teratur, terencana, terarah, dan terbimbing diharapkan dapat dicapai

seperangkat tujuan yang mencakup pembentukan dan pembinaan pertumbuhan dan

perkembangan jasmani maupun rohani. Cakupan tujuan ini terdiri dari pertumbuhan

dan perkembangan jasmani maupun rohani. Cakupan tujuan ini terdiri dari

Page 8: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

70

pertumbuhan dan perkembangan unsur jasmani, rohani, sosial, emosional dan

intelektual moral spritual (Cholik Mutohir dan Rusli Lutan, 1997).

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses dari pendidikan dengan maksud

untuk mengubah perilaku peserta didik, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Cholik Mutohir dan Rusli Lutan (1997:14) yaitu pendidikan jasmani adalah suatu

proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani

untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani untuk

memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan

dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang

harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas

berdasarkan Pancasila.

Pendidikan jasmani pula merupakan bagian dari keseluruhan yang pada

hakikatnya adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara anak didik

dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Aktivitas jasmani yang dimaksud

adalah kegiatan anak didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai

fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan sosial. Melalui aktivitas jasmani

diharapkan anak didik tumbuh dan berkembang menjadi bugar jasmani dengan

perkembangan yang midti lateral. Hubungannya dengan peningkatan prestasi,

pendidikan jasmani berupaya membentuk gerak yang bermanfaat dalam usaha

pembinaan olahraga melalui kegiatan ekstrakurikuler (Cholik Mutohir dan Rusli

Lutan, 1997:13).

Page 9: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

71

Fokus utama dari para guru pendidikan jasmani ialah memenuhi tugasnya

dalam membantu siswa untuk melakukan gerak secara efisien, meningkatkan

kualitas penampilan anak didik, mempertinggi kemampuan belajar, dan memelihara

kesehatan anak didiknya. Untuk memenuhi keseluruhan tugas yang ada, maka para

guru pendidikan jasmani menjadikan gerak sebagai kunci utama dalam mencapai

tujuan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar sesuai dengan karakteristik usia siswa

Sekolah Dasar.

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum yang

memberikan kontribusi terhadap pengalaman-pengalaman gerak, pertumbuhan dan

perkembangan anak didik secara menyeluruh. Seperti dikemukakan Krool (1982;

dalam Rusli Lutan, 1992:7) menyatakan "Physical education is education through,

and not of the physical", maksudnya pendidikan jasmani adalah pendidikan yang

sifatnya menyeluruh, dan bukan hanya pembentukan fisik saja. Hal yang sama,

Pangrazi dan Dauer (1988) dalam Mahendra (1997:1) menyatakan pendidikan

jasmani dipercaya sebagai suatu aktivitas yang memiliki manfaat dalam

pengembangan sifat-sifat manusia yang unggul seperti: keteguhan, daya juang,

sportivitas, kejujuran, serta kemampuan bekerja sama. Ini merupakan keunggulan

atau nilai lebih yang melekat pada pendidikan jasmani di samping atribut lain dalam

hal mengembangkan aspek-aspek psikomotor dan kognitif siswa. Keyakinan

terhadap nilai lebih ini menjadikan alasan mengapa pendidikan jasmani selalu

menjadi bidang studi wajib bagi siswa Sekolah Dasar sampai tingkat sekolah

menengah, malahan ada beberapa perguruan tinggi mata kuliah pendidikan jasmani

adalah program wajib yang harus ditempuh mahasiswa.

Page 10: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

72

Pendidikan jasmani dalam mengembangkan kawasan afektif, baru sampai pada

taraf perumusan ide-ide konseptual tentang permasalahan tersebut Hingga sekarang

manfaat yang dapat diambil dari program pendidikan jasmani dalam kaitannya

dengan penanaman afektif selalu mendapat sorotan tajam karena berbeda ketika

konseptual baik namun taraf operasional berlainan. Ternyata kendala yang dihadapi

bukan bersumber pada kelemahan guru dalam memahami bagaimana pelajaran

pendidikan jasmani dapat diandalkan sebagai alat pendidikan, melainkan lebih

berkaitan dengan masalah-masalah mendasar dari pendidikan nasional yang masih

belum memungkinkan para pendidik mampu menggali aspek-aspek unggulan dalam

proses pendidikan jasmarii.yang mengajarkan pendidikan jasmani yang berisikan

nilai-nilai kependidikan. Lebih khusus lagi ketidakmampuan siswa untuk ikut serta

dalam pendidikan jasmani termasuk penguasaan, bukan saja terkait dengan

kemampuan dasar dan faktor gender, tetapi dipengaruhi oleh atribut yang melekat

seperti faktor etnis dan cacat bawaan termasuk cacat karena sakit atau kecelakaan.

Salah satu unsur yang tidak nampak dalam pembelajaran Penjas adalah unsur

pembangkit motivasi. Masalah pengetahuan dan skill dapat dikatakan lebih mudah

dipahami dan dikaitkan dengan kehidupan. Namun masalah pembiasaan sikap perlu

penajaman lebih lanjut. Unsur pembiasaan sikap ini merupakan kunci kesuksesan

penguasaan knowledge dan skill. Tanpa keinginan yang kuat untuk mencoba belajar

setiap hari, mustahillah pengetahuan dan keterampilan itu akan menyatu dalam diri

seorang pembelajar.

Page 11: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

73

2. Tujuan Pendidikan Jasmani

Dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus memahami

secara konseptual maupun operasional tentang tujuan pendidikan jasmani di Sekolah

Dasar. Tujuan pendidikan jasmani secara khusus untuk siswa Sekolah Dasar telah

dirumuskan di dalam Kurikulum SD mata pelajaran pendidikan jasmani (Depdiknas,

2003:6-7) sebagai berikut:

a. Meletakan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai

Pendidikan Jasmani.

b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan

toferansidalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.

c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar

Pendidikan Jasmani.

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,

percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

e. Mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan

dan olahraga.

f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan

pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas

jasmani.

g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang

lain.

h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk

mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

Page 12: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

74

i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

Dari rumusan tujuan pendidikan jasmani di atas pada hakikatnya kawasan

pendidikan jasmani mencakup aspek organik, kognitif, neuromuskuler, perseptual,

sosial dan emosional. Akibatnya seorang yang terdidik dalam pendidikan jasmani,

maka ia telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan dalam

melakukan berbagai aktivitas jasmani, seperti: (1) Bergerak dengan menggunakan

kesadaran tentang tubuhnya, ruang, usaha dan hubungan, (2) Menunjukkan

penguasaan keterampilan dalam berbagai keterampilan manipulatif, lokomotor, dan

nonlokomotor, (3) Memperlihatkan kemampuan keterampilan dalam kombinasi

manipulatif, lokomotor, dan nonlokomotor yang dilakukan secara individual atau

dengan orang lain, (4) Menunjukkan kemampuan dalam berbagai bentuk aktivitas

jasmani (Abdullah, 2003).

Aspek organik berhubungan dengan sistem tubuh menjadi lebih baik sesuai

dengan tuntutan lingkungannya untuk pengembangan keterampilan seperti kekuatan

otot, daya tahan otot dan kardiovaskuler, serta peningkatan fleksibelitas persendian.

Aspek neuromuskuler yang berorientasi pada keharmonisan antara fungsi saraf dan

otot lebih tertuju pada pengembangan keterampilan gerak dasar sebagai wujud

konkrit kebutuhan nyata gerak sehari-hari, seperti mengembangkan keterampilan

lokomotor, nonlokomotor, dan keterampilan dasar manipulatif

Aspek perseptual yang lebih terfokus pada pengembangan yang berkaitan

dengan kemampuan menerima dan membedakan isyarat, tempat dan ruang,

koordinasi gerak visual, dan keseimbangan statis dan dinamis. Pada aspek kognitif

yang memiliki titik sentral pengembangan kemampuan menemukan sesuatu,

Page 13: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

75

memahaminya, memperoleh pengetahuan dan pengambilan keputusan. Aspek

kognitif lebih dominan pada garapan memahami peraturan permainan, penggunaan

taktik dan strategi dan pertimbangan mengimplementasikan aktivitas yang

terorganisasi. Sedangkan aspek sosial dalam fungsi pendidikan jasmani seseorang

akan berusaha menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana dia

berada. Aspek emosional siswa dalam pendidikan jasmani berusaha

mengembangkan respon positif terhadap aktivitas jasmani lebih kreatif dalam

mengekpresikan diri.

Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan jasmani yang berkualitas memang

diakui tidak mudah, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh guru pendidikan

jasmani, seperti minimnya fasilitas yang berupa sarana dan prasarana pendidikan

jasmani, rendahnya kemampuan guru pendidikan jasmani yang profesional,

rendahnya motivasi siswa, dan kurangnya pembinaan terhadap guru serta kondisi

yang kurang mendukung dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani di Sekolah

Dasar.

B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani Berbasis Kompetensi

1. Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran

Perbedaan antara kurikulum, pembelajaran, dan hubungannya merupakan

permasalahan yang mengundang orang untuk membahasnya, walaupun para ahli

kurikulum lebih senang menyederhanakan perbedaan definisi kurikulum dan

pembelajaran dengan menggunakan istilah "apa" dan "bagaimana". Kurikulum lebih

menekankan pada"apa" yang diajarkan, sementara pembelajaran lebih menekankan

"bagaimana" mengajarkannya. Karena itu kurikulum lebih banyak berisikan

Page 14: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

76

pembahasan tentang yang menyangkut program, perencanaan, isi, dan sejumlah

pengalaman belajar. Sementara pembelajaran lebih dominan berisikan pembahasan

tentang "interaksi" pembelajaran seperti: metode, strategi, gaya mengajar,

pendekatan, implementasi, dan penampilan mengajar.

Oliva Peter F. (1992) melihat hubungan kurikulum dan pembelajaran

berdasarkan empat katagori, yaitu dualistic model, interlocking model, concentric

model, dan cyclical model.

Pada model dualistic, pelaksanaan proses belajar mengajar yang dikendalikan

guru sama sekali tidak berkaitan dengan perencanaan program kurikulum, walaupun

sebenarnya sangat berkaitan. Pembuat kurikulum sengaja mengabaikan para

pengajar, sebaliknya para pengajar mengabaikan kurikulum. Model dualistic ini,

program kurikulum dan proses pembelajaran mungkin berubah tanpa saling

mempengaruhi satu sama lain secara signifikan.

Pada model interlocking, kurikulum dan pembelajaran memiliki posisi yang

sama, keduanya saling mempengaruhi, pemisahan dari keduanya dianggap akan

membahayakan. Keberhasilan pembelajaran dianggap dipengaruhi oleh perencanaan

kurikulum yang baik, sebaliknya perencanaan kurikulum yang baik harus

mempertimbangkan pembelajaran.

Pada model concentric, salah satu dari keduanya merupakan subsistem dari

yang lainnya. Pada model ini satu kubu berpendapat bahwa kurikulum lebih

dominan dan pembelajaran hanya sebagai subordinatnya. Sementara kubu yang lain

mengatakan bahwa pembelajaran lebih dominan dan kurikulum sebagai

subordinatnya.

Page 15: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

77

Model cyclical memanfaatkan pentingnya elemen feedback. Kurikulum dan

pembelajaran dipisahkan dalam judul dan lingkupnya namun memanfaatkan

feedback dari keduanya untuk saling memperbaiki. Kurikulum secara terus menerus

mempengaruhi pembelajaran, demikian juga sebaliknya pembelajaran

mempengaruhi kurikulum. Sirkulasi seperti ini terus menerus berlangsung tanpa ada

hentinya untuk saling memberikan feedbak dalam rangka penyempurnaan dari

keduanya.

Model-model hubungan kurikulum dan pembelajaran dipandang secara

berbeda-beda, walaupun diantara model tersebut terdapat beberapa pernyataan yang

banyak disepakati, yaitu 1) kurikulum dan pembelajaran merupakan sesuatu yang

berhubungan namun tetap berbeda, 2) hubungan kurikulum dan pembelajaran saling

memberi kontribusi dan saling mempengaruhi, 3) kurikulum dan pembelajaran dapat

dipelajari dan dianalisis secara terpisah namun tidak bisa berfungsi secara terpisah.

2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani

Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan, sebab diantara bidang-

bidang pendidikan seperti manajemen pendidikan, psikologi pendidikan, dan

bimbingan siswa, kurikulum merupakan bidang yang langsung menyentuh dan

menentukan terhadap maju mundurnya kualitas pendidikan Secara umum,

kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman

belajar yang disediakan bagi siswa. Konteks kurikulum terintegrasi nilai-nilai,

filsafat, manajemen, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun

oleh para ahli kurikulum, ahli pendidikan, birokrat pendidikan, pengusaha dan unsur

masyarakat lainnya, karena itu diperlukan rancangan kurikulum dengan maksud

Page 16: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

78

memberi arah pedoman bagi para pelaku pendidikan, dalam proses pembimbingan

dan perkembangan anak didik untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan peserta

didik, keluarga, maupun masyarakat (Sukmadinata, 2002:150)

Dalam pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara desain kurikulum

atau kurikulum tertulis dengan implementasi kurikulum atau kurikulum perbuatan.

Desain kurikulum mencakup seluruh bentuk rancangan dan komponen kurikulum

seperti kerangka dasar dan struktur kurikulum, sebaran mata pelajaran, silabus,

satuan pelajaran, rancangan pengembangan media, sumber dan evaluasi, tetapi dapat

juga yang berkenaan dengan salah satu bentuk desain misalkan satuan pelajaran atau

silabus.

Implementasi kurikulum berkenaan dengan seluruh kegiatan penerapan

rancangan, seperti kegiatan pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, kegiatan

kokurikuler dan ekstrakurikuler, penelitian, karyawisata, tugas mandiri, ujian dan

pengabdian pada masyarakat, atau berkenaan dengan salah satu kegiatan saja seperti

kegiatan belajar mengajar. Hal yang lumrah ketika masyarakat memandang

kurikulum dalan arti yang luas yaitu semua komponen rancangan dan implementasi

atau secara sempit struktur kurikulum saja, itupun dibatasi kumpulan mata pelajaran.

Menurut Hamid Hasan (2004:4), terdapat dimensi pengembangan kurikulum

untuk sekolah, yaitu: 1) pengembangan ide dasar untuk kurikulum, 2)

pengembangan program, 3) silabus, 4) satuan pelajaran, 5) pengalaman belajar, dan

6) hasil. Keenam dimensi kurikulum tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga

katagori, yaitu: 1) perencanaan kurikulum, 2) implementasi kurikulum, dan 3)

evaluasi kurikulum. Dimensi pertama, yaitu perencanaan kurikulum berkaitan

Page 17: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

dengan pengembangan pokok pikiran atau ide kurikulum yang diambil oleh lembaga1

pendidikan. Sedangkan implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan

kurikulum di lapangan atau lembaga pendidikan terutama yang dilakukan guru.

Evaluasi kurikulum yang berkenaan dengan penilaian apakah kurikulum tersebut

memberikan hasil yang sesuai dengan dengan apa yang sudah dirancang ataukah ada

masalah lain baik yang berkenaan dengan salah satu dimensi atau keseluruhan

Dalam konteks ini evaluasi kurikulum dilakukan oleh tim di luar tim pengembang

kurikulum dan dilaksanakan setelah kurikulum dianggap cukup waktu untuk

menunjukkan kinerja.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum terdiri dari: 1) diagnosis

kebutuhan, 2) perumusan tujuan, 3) pemilihan dan pengorganisasian materi, 4)

pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan 5) pengembangan alat

evaluasi (Susilana, 2003:3-5).

Analisis dan diagnostik kebutuhan dapat dipelajari melalui kebutuhan siswa,

tuntutan masyarakat, tuntutan dunia usaha atau dunia kerja. Sedangkan harapan

pemerintah dapat dianalisis melalui kebijakan khusus bidang pendidikan yang

dikeluarkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Pendekatan yang dapat

ditempuh dalam menganalisis kebutuhan, yaitu: survei kebutuhan, studi kompetensi,

dan analisis tugas. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan adalah

deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi

pengembangan aspek tujuan sebagai langkah lanjutan dalam pengembangan

kurikulum.

Page 18: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

80

Perumusan tujuan dalam pengembangan kurikulum berhirarki, mulai tujuan

paling umum sampai pada tujuan operasional. Jenjang tujuan tersebut meliputi:

tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan

instruksional, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Benyamin

S. Bloom (1964), membagi tujuan menjadi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan berfikir,

domain afektif berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap,

minat dan nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan pengembangan

keterampilan motorik.

Materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur tertentu yang merupakan

bagian pengembangan kurikulum secara keseluruhan khususnya berkaitan dengan

kegiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi, pokok-pokok

bahasan, juga ruang lingkup dan urutannya. Tahapan dalam pengembangan materi

kurikulum meliputi: identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum,

menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan,

menganalisis bahan, menilai bahan, membuat keputusan adopsi, menyebarkan,

mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan.

Memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik yang disesuaikan

dengan tujuan dan sifat materi yang diberikan. Pengalaman belajar dapat

diorganisasikan dengan bantuan alat peraga dan media pembelajaran, sedangkan

pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan

pembelajaran yang bervareasi metode, pendekaran, strategi dan teknik.

Page 19: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

81

Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah

kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan

Penilaian kurikulum akan terfokus pada dua hal, yaitu kegiatan yang telah

diorganisasikan memungkinkan pencapaian tujuan yang telah dicita-citakan dan

kurikulum yang dikembangkan harus dapat diperbaiki dan bagaimana

memperbaikinya.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum berbasis kompetensi hampir sama

dengan langkah-langkah pengembangan kurikulum secara umum, yaitu: I)

identifikasi kebutuhan, 2) analisis dan pengukuran kebutuhan, 3) penyusunan desain

kurikulum, 4) validasi kurikulum (ujicoba dan penyempurnaan), 5) implementasi

kurikulum, dan f) evaluasi kurikulum (Sukmadinata, 2004:80-86). Sedangkan ahli

pengembangan kurikulum lain seperti Ibrahim (2005:6-8) menjelaskan bahwa

langkah-langkah pengembangan kurikulum sebagai berikut: I) analisis kebutuhan,

2) penyusunan draf naskah kurikulum inti, 3) reviu dan validasi, 4) finalisasi, dan

sosialisasi.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah

dikemukakan para ahli kurikulum tersebut, pada hakikatnya ada kesamaan pendapat,

oleh karena itu paparan berikut peneliti akan mendeskripsikan langkah-langkah

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan kedua pendapat di atas.

1. Identifikasi kebutuhan

Pengembangan kurikulum diawali dengan identifikasi kebutuhan, yaitu

mengidentifikasi tenaga-tenaga terampil atau kompeten yang dibutuhkan untuk

melaksanakan pekerjaan dan tugas-tugas dalam unit-unit pekerjaan yang ada sesuai

Page 20: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

82

bidang keahlian dan jumlah personal. Kebutuhan yang semakin dinamis menuntut

berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Dengan demikian

kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dunia profesi atau

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perkembangan prosedur kerja atau adanya

kemampuan yang baru menghendaki adanya kompetensi baru yang harus dikuasai

oleh anak didik.

2. Analisis dan pengukuran kebutuhan

Suatu pengembangan kurikulum dilakukan di suatu jenjang pendidikan tidak

dilakukan tanpa suatu alasan, mengapa kurikulum itu dikembangkan. Setiap

pengembangan kurikulum mesti ada landasan yang menjadi dasar pertimbangan.

Dasar pertimbangan pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi dipengaruhi

oleh perkembangan masyarakat dan teknologi maka terjadi perubahan yang cukup

drastis dalam pola pekerjaan. Diversifikasi pekerjaan dan tugas-tugas dalam suatu

pekerjaan berimplikasi dengan lahirnya spesialisasi yang menuntut sikap

profesionalisme. Hal ini mengakibatkan keragaman dalam pola tugas-tugas dan

pekerjaan. Oleh karena itu, analisis kebutuhan mutlak diperlukan secara berkala

minimal 5 tahun sekali sebelum perbaikan kurikulum. Analisis kebutuhan dapat

dilakukan melalui kajian literatur, dokumen-dokumen kebijakan, dan pertemuan

dengan pihak-pihak yang berkepentingan temasuk pemakai lulusan, pakar bidang

yang bersangkutan dan wakil dari organisasi profesi.

3. Penyusunan desain kurikulum program studi

Penyusunan desain kurikulum merupakan rangkaian kegiatan dalam

merumuskan tujuan, isi atau bahan, proses atau metode, dan media serta evaluasi

Page 21: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

83

hasil pendidikan. Sukmadinata (2004:7), terdapat beberapa langkah dalam

penyusunan desain Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yaitu: 1) merumuskan

tujuan program pendidikan, 2) merumuskan kompetensi, 3) merumuskan metode

pembelajaran dan bahan ajar, 4) menghitung dan menentukan waktu, dan 5)

menentukan struktur kurikulum dan sebaran mata pelajaran.

Kepmendiknas Nomor: 045/U/2002, kurikulum inti suatu program studi

merupakan suatu rancangan program pendidikan yang berisi delapan butir pokok

sebagai berikut: 1) deskripsi program studi, 2) ciri khas kompetensi utama,

perangkat kompetensi yang harus dicapai oleh semua lulusan program studi tersebut

yang diberlakukan secara nasional, 3) subtansi kajian, perangkat bahan kajian yang

esensial dan strategis untuk mendukung pencapaian kompetensi utama, 4) proses

pembelajaran, 5) sistim evaluasi, 6) persyaratan akademik pengajar, 7) fasilitas

utama, dan 8) kelompok pemrakarsa.

Langkah-langkah penyusunan desain kurikulum yang dikemukakan kedua ahli

di atas, pada intinya dapat dirumuskan bahwa pengembangkan KBK dapat disusun

sebagai berikut: 1) merumuskan tujuan kurikulum, 2) merumuskan kompetensi, 3)

menentukan struktur program dan sebaram mata pelajaran, 4) menghitung dan

menentukan waktu, 5) merumuskan metode pembelajaran dan bahan ajar, 6)

merumuskan persyaratan akademik tenaga pengajar, 7) merumuskan sistim evaluasi,

dan 8) menentukan sarana prasarana.

4. Reviu dan validasi kurikulum (ujicoba dan penyempurnaan)

Secara ideal desain kurikulum yang telah disusun tidak langsung digunakan

tetapi terlebih dahulu divalidasikan. Kegiatan validasi dilakukan melalui uji coba

Page 22: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

84

minimal pada satu kelas tahun pertama atau beberapa kelas selama masa pendidikan

berlangsung. Selama ujicoba diselenggarakan evaluasi yang intensif dan kontinyu

sebagai pijakan penyempurnaan.

5. Implementasi kurikulum

Kurikulum yang telah disempurnakan tersebut diimplementasikan pada seluruh

kelas selama masa penyelenggaraan pendidikan. Dalam mengimplementasikan

kurikulum ini semaksimal mungkin menyediakan faktor penunjang kurikulum

mencakup personalia seperti tenaga pengajar, staf administrasi, teknisi, laboran,

pustakawan dan pesuruh, prasarana, peralatan pendidikan, media dan sumber

belajar, biaya, manajemen dan iklim pendidikanyang kondusif.

6. Evaluasi kurikulum

Evaluasi kurikulum yang telah dikembangkan perlu dilakukan secara

konprehensif dan berkelanjutan, mulai dari identifikasi dan analisis kebutuhan

hingga implementasi kurikulum di lapangan. Evaluasi yang komprehensif dan

berkelanjutan ini dilakukan untuk memperoleh feed back demi perbaikan kurikulum

yang sedang dilaksanakan. Perbaikan yang dilakukan sebagai tindak lanjut kegiatan

evaluasi terhadap bahan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum dalam rangka

pemutahiran. Menurut Ibrahim (2005:12), evaluasi dalam rangka pemutakhiran

kurikulum erat kaitannya dengan dinamika kebutuhan masyarakat maupun

globalisasi ipteks dan dilakukan melalui kajian tentang kesenjangan kurikulum yang

ada dengan perkembangan yang terjadi di lapangan.

Oemar Hamalik (2004:34), evaluasi kurikulum memiliki empat fungsi utama,

yaitu: 1) fungsi edukatif, 2) fungsi diagnostik, 3) fungsi kurikuler, 4) fungsi

i —i f..i , . / D F M T U l f

Page 23: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

85

administratif. Fungsi edukatif berarti evaluasi kurikulum berfungsi menyediakan

informasi tentang proses pendidikan yang telah terlaksana melalui prosedur

pelaksanaan kurikulum, dan memberikan informasi menyeluruh tentang

ketercapaian tujuan pendidikan baik tujuan institusional, tujuan kurikuler, maupun

tujuan instruksional. Fungsi kurikuler, berarti evaluasi dapat memberikan gambaran

yang tepat tentang pelaksanaan dan hasil kurikulum. Kebaikan dan kelemahan,

kesulitan dan masalah yang ada, keseluruhannya menjadi umpan balik bagi

perbaikan kurikulum. Fungsi diagnostik, berarti evaluasi kurikulum berfungsi

menyediakan informasi akurat tentang kesulitan yang ditemui pendidik dan masalah

yang dirasakan oleh peserta didik.

Pada masa lampau pendidikan lebih menekankan pada humanistis,

pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Konsep seperti ini ternyata tidak dapat

memberikan hasil yang pragmatis yang sesuai dengan kebutuhan dunia pekerjaan.

Oleh karena itu dengan nuansa dan hakikat pendidikan yang lebih praktis, yang

mengutamakan pengembangan domain psikomotor siswa maka timbul pendidikan

yang menekankan pada manfaat hasil yang diperoleh untuk kepentingan dunia kerja.

Hakikat pendidikan jasmani berbasis kompetensi secara pragmatis

mengutamakan keterampilan-keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan, baik

secara prosedural maupun mekanisme pekerjaan, kompetisi, di samping kerjasama.

Tujuan pembelajaran diarahkan untuk mendapatkan spesialisasi bidang pekerjaan

yang lebih baik, dapat bekerjasama dengan rekan-rekannya dari berbagai lapisan

masyarakat, disamping itu pula ia mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Kurikulum pendidikan teknologi menekankan kompetensi atau kemampuan-

Page 24: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

86

kemampuan praktis. Materi disiplin ilmu atau mata-mata pelajaran yang harus

dikuasai adalah yang mendukung penguasaan kemampuan-kemampuan. Disini yang

menjadi pengembang kurikulum tidak hanya guru akan tetapi keterlibatan para ahli

yang profesional dihidangnya mutlak diperlukan.

Subandijah (1996:228) mengemukakan karakteristik dasar kurikulum

berdasarkan kompetensi, yang lebih dikenal dengan pendidikan vokasional, yaitu:

orientasi, jastifikasi, fokus, standar keberhasilan di sekolah, standar keberhasilan di

luar sekolah, hubungan sekolah dengan masyarakat, keterlibatan di luar sekolah,

keterlibatan pemerintah daerah, responsiveness, logistik dan biaya.

Secara tradisional, orientasi pendidikan berdasarkan kompetensi adalah

product or graduate orientation. Jadi orientasi program pendidikan berdasarkan

produk, yaitu prestasi siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Justifikasi,

kurikulum berdasarkan kompetensi mengacu pada pertimbangan kebutuhan

pekerjaan (occupation). Kebutuhan ini dijabarkan secara jelas ke dalam bentuk

kurikulum. Fokus, pengembangan program pendidikan berdasarkan kompetensi

difokuskan pada pengembangan kompetensi pekerjaan tertentu, baik pengetahuan,

keterampilan, sikap maupun nilai peserta didik. Lingkungan belajar harus ditata

sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk lingkungan yang sebenarnya. Standar

keberhasilan sekolah berhubungan erat dengan penampilan yang diharapkan dari

peserta didik dalam suatu pekerjaan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru,

yang sering digunakan sebagai standar pekerjaan. Peserta didik menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik sesuai dengan perilaku yang

diperankan.

Page 25: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

87

Standar keberhasilan di luar sekolah, sebagai acuan keberhasilan pendidikan

berdasarkan kompetensi adalah prestasi kerja peserta didik di lapangan pekerjaan.

Keberhasilan kurikulum pendidikan berdasarkan kompetensi harus dinilai dari

prestasi kerja peserta didik sesuai dengan peranan yang dilakukan dalam

melaksanakan tugas pekerjaannya. Hubungan sekolah dengan masyarakat

merupakan faktor internal yang akan mempengaruhi keberhasilan sistem

pendidikan. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu sekolah memiliki hubungan

yang erat dengan masyarakat. Pendidikan berdasarkan kompetensi tidak terlepas dari

kehidupan masyarakat.

Keterlibatan pemerintah daerah dalam dunia pendidikan sangat penting

terutama dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk kelancaran sistem

pendidikan terutama dalam pengembangan pendidikan ke masa mendatang.

Responsiveness, artinya pendidikan berdasarkan kompetensi tanggap terhadap

berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat sekelilingnya, khususnya perubahan

alih teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus berputar setiap saat yang akan

mempengaruhi terhadap efisiensi program pendidikan Logistik seperti sarana dan

prasarana akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan kompetensi. Biaya merupakan variabel yang tidak dapat

dipisahkan dalam program pendidikan berdasarkan kompetensi. Agar

penyelenggaraan pendidikan baik maka alokasi biaya harus ditentukan secara cermat

dan hati-hati. Jika hal itu diabaikan, maka berdampak pada keberhasilan pendidikan.

Perkembangan dunia pendidikan berpengaruh terhadap pengembangan

kurikulum terutama pada praktik kurikulum yakni pembelajaran yang mengharuskan

Page 26: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

88

berbasis kompetensi. Mulyasa (2004:17-18) mengatakan bahwa, suatu program

pendidikan dapat dikatakan menggunakan konsep kompetensi, minimal dalam

proses pengembangan kurikulumnya melakukan tahapan-tahapan, sebagai berikut:

(1) Memilih/seleksi kompetensi yang sesuai/tepat (the selection of appropriate competencies);

(2) Spesifikasi indikator-indikator evaluasi yang sesuai untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi;

(3) Mengembangkan sistem pengajaran (the development of functional instructional delivery system).

Langkah awal dalam pengembangan kurikulum adalah memilih atau

menyeleksi kompetensi-kompetensi yang akan dikembangkan agar dapat memenuhi

tuntutan kebutuhan. Pada bidang apa kompetensi itu berada, dan seberapa tingkat

kedalaman dari kompetensi yang diharapkan. Setelah kedalaman kompetensi

ditetapkan pada tahap awal, selanjutnya diidentifikasi bentuk-bentuk perilaku yang

dapat dijadikan indikator bahwa seseorang telah atau belum memiliki kompetensi.

Jadi perlu disusun spesifikasi indikator-indikator evaluasi yang cocok untuk

menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi.

Pengembangan kurikulum pada tahap berikutnya adalah mengembangkan

sistem pengajaran yang antara lain menetapkan dan menjaga konsistensi dari

kompetensi yang diajarkan dalam kelas tanpa memandang siapa guru yang

mengajarkan mata pelajaran tersebut.

Keterkaitan pernyataan di atas dengan kurikulum 2004 yang sedang

dikembangkan saat ini di sekolah-sekolah lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Sebenarnya dalam dunia pendidikan KB K bukan hal yang baru,

Wardani (2004:1) dan Hamalik (2004:86) dalam dunia pendidikan khususnya

pendidikan guru, istilah Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK) atau

Page 27: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

89

Performance Based Teacher Education (PBTE) telah disosialisasikan pada akhir

tahun tujuh puluhan.

Secara teoritis pengembangan kurikulum berbasis kompetensi kebanyakan

merujuk pada kompetensi seseorang yang lebih berorientasi pada kemampuan-

kemampuan pekerjaan. Akan tetapi, secara umum pengembangan kurikulum

berbasis kompetensi menurut Yulaelawati (2004:17) sangat sesuai pula untuk

digunakan dalam pendidikan persekolahan. Dalam Kurikulum 2004 yang menjadi

dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi adalah:

1. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;

2. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk menjadi kompeten;

3. Kompetensi merupakan hasil belajar (leaming outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran;

4. Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur (Depdiknas, 2002).

Kompetensi dalam Kurikulum 2004 merupakan pengetahuan, keterampilan,

dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan

seseorang menjadi kompeten. Kebiasaan berfikir dan bertindak menurut Spencer dan

Spencer (1993) dalam Yulaelawati (2004:15) meliputi lima tipe kompetensi, yaitu

(1) motif, adalah sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten

atau keinginan untuk melakukan suatu aksi, (2) pembawaan adalah karakteristik

fisik yang merespon secara konsisten berbagai situasi dan informasi, (3) konsep diri,

adalah tingkah laku, nilai atau citraan seseorang, (4) pengetahuan, adalah informasi

Page 28: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

90

khusus yang dimiliki seseorang, dan (5) keterampilan, adalah kemampuan untuk

melakukan tugas secara fisik atau mental.

Sejalan dengan pengertian kompetensi tersebut, secara rinci Gordon (1988)

dalam Mulyasa (2002: 38) mengemukakan aspek-aspek kompetensi yang meliputi

(1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (understanding), (3) keterampilan

(skills), (4) nilai (value), (5) sikap (attitude), dan (6) minat (interest). Kompetensi-

kompetensi yang dikembangkan dalam KBK (Depdiknas, 2002) merupakan

penjabaran dari tujuan pendidikan nasional. Penjabarannya melalui kompetensi

tamatan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan

kompetensi dasar setiap mata pelajaran.

Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-

nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah siswa

menyelesaikan suatu jenjang tertentu. Kompetensi lintas kurikulum adalah

kompetensi yang perlu dicapai melalui rumpun pelajaran dalam kurikulum.

Kompetensi lintas kurikulum merupakan pernyataan tentang pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direalisasikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan keterampilan

hidup yang dimiliki. Hasil belajar dari kompetensi lintas kurikulum dicapai melalui

pembelajaran-pembelajaran semua rumpun pelajaran. Kompetensi rumpun pelajaran

merupakan pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai

yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah

siswa menyelesaikan rumpun pelajaran tertentu. Kompetensi dasar merupakan

pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan

Page 29: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

91

nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah siswa

menyelesaikan satu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu.

Orientasi pada pengembangan sejumlah kompetensi yang mesti dimiliki oleh

peserta didik, maka KBK memiliki ciri, yaitu: (1) menekankan pada ketercapaian

kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal; (2) berorientasi

pada hasil belajar (leaming outcomes) dan keberagaman; (3) penyampaian dalam

pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; (4) sumber

belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur

edukatif; (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Menurut William Blank (1982:26-35) ada dua belas langkah pengembangan

kurikulum berdasarkan kompetensi yang pada dasarnya dapat dibagi kedalam dua

phase kegiatan yaitu phase pertama adalah kegiatan mengidentifikasi kompetensi

pada bidang okupasi spesifik. Berdasarkan hasil analisis terhadap okupasi tersebut

kemudian selanjutnya dianalisis pula pengetahuan dan keterampilan yang perlu

dimiliki untuk melaksanakan pekerjaan.

Phase kedua adalah phase kegiatan pengembangan kurikulum program

pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tadi. Pada phase ini

langkah-langkah terpisah menjadi beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah

merumuskan objektif performansi terminal terhadap kompetensi yang ditetapkan

dan mengatur urutan. Objektif performansi terminal mana yang harus dikuasai oleh

siswa sebelum mempelajari objek terminal selanjutnya. Kedua, mengembangkan

alat evaluasi (test) berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang dibuat sebelum

Page 30: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

92

materi pelajaran disusun. Tes tertulis dapat dikembangkan untuk mengukur hasil

belajar yang berkaitan dengan pengetahuan tertulis dan sikap. Tes perbuatan dibuat

apabila siswa dituntut harus mampu melakukan demonstrasi atau peragaan.

Ketiga, pengembangan paket pengajaran yang dimulai dengan draft kemudian

dilakukan uji coba ke lapangan. Hasil uji coba digunakan untuk mengevaluasi

efektivitas paket pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Paket

pembelajaran yang telah diuji, kemudian diadakan revisi dan disempurnakan

sebelum dipergunakan. Keempat, menggunakan prosedur untuk mengelola program

pembelajaran, bagaimana implementasinya dan bagaimana pula mengelola

pengadministrasian program pembelajaran. Kelima yaitu mengevaluasi program

yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana program pembelajaran pendidikan

jasmani dilaksanakan dan bagaimana efektivitas dalam mencapai tujuan kompetensi

yang ditetapkan.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Proses pengembangan keterampilan motorik anak melalui pendidikan jasmani,

anak harus dipandang sebagai anak. Maksudnya, pola pembelajaran, materi, sarana

prasarana dan alat evaluasi pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan

karakteristik anak. Fox (1984} menjelaskan bahwa aktivitas gerak anak dapat

dikembangkan mulai dari gerakan yang memerlukan energi rendah sampai gerakan

yang memerlukan energi tinggi. Hal ini mengisyaratkan untuk pengembangan gerak

dasar siswa Sekolah Dasar sebaiknya ditekankan pada peletakan gerak dasar,

kesegaran jasmani dan kesegaran motorik. Anak Sekolah Dasar yang memiliki

rentang usia enam sampai dua belas tahun telah memiliki kemampuan untuk

Page 31: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

melakukan berbagai keterampilan gerak dasar, tetapi masih memerlukan faktor

keseimbangan untuk mengendalikan tubuh terhadap ruang dan waktu sesuai dengan

karakter anak tersebut (Corbin, 1979 ; dalam Kiram, 1992). Terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keseimbangan, yaitu kekuatan dan daya tahan otot-otot tungkai.

Kekuatan dan daya tahan otot-otot tungkai akan meningkat sesuai dengan usia dan

latihan (Haywood, 1988).

Karakteristik anak merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan (integral)

dalam proses pendidikan jasmani dan olahraga, karena semua komponen yang

diperlukan dalam pendidikan jasmani harus disesuaikan dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembanganya. Karakteristik anak-anak usia enam sampai

dengan dua belas tahun sebagai berikut: (1) pertumbuhan relatif stabil; (2) anggota

badan tumbuh dengan cepat; (3) pada masa pra remaja terjadi beberapa perubahan

pinggul dan bahu baik anak laki-laki maupun perempuan; (4) pada masa pra remaja

terjadi lonjakan lemak, terutama anak laki-laki; (5) perbedaan kecepatan

pertumbuhan lebih banyak terjadi pada akhir periode, seperti percepatan

pertumbuhan pada awal kematangan; (6) keseimbangan berkembang dengan pesat,

(7) pola gerak dasar menjadi lebih terkoordinasi dengan baik; (8) koordinasi mata

tangan meningkat, begitu juga gerak manipulatif; (9) organisasi dan pengendalian

gerak membaik; (10) kekuatan dan daya tahan meningkat; (11) jangkauan atau luas

perhatian menjadi meningkat; (12) memerlukan latihan untuk peningkatan

keterampilan, memperoleh status sosial dan pengembangan daya tahan; (13) jiwa

petualangan sangat dominan; (14) kematangan untuk bersosialisasi meningkat; (15)

rasa ingin tahu dengan menggunakan akal pikiran sehat meningkat; (16) minat

Page 32: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

94

terhadap suatu kecakapan dan jiwa petualang tinggi; (17) terjadi beberapa perbedaan

penampilan dan terjadi permusuhan antara jenis kelamin (Espenchade dan Ekert,

1980).

Fakta lapangan menunjukkan bahwa anak-anak Sekolah Dasar mengalami

perkembangan di semua segi, baik dari segi fisik, psikologis maupun sosiologis.

Pada bidang keterampilan motorik anak usia Sekolah Dasar telah memasuki pola

gerak dasar dan untuk menjadi terampil diperlukan latihan. Mereka juga perlu

latihan untuk kematangan sosial dan peningkatan kesegaran jasmani.

Menurut Gallahue (1989) ada empat teori dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak yang relevan dengan tugas gerak anak usia Sekolah Dasar,

yaitu:

1. Teori Freud (1927) mengacu kepada teori pentahapan perkembangan

psikoanalitik di mana perkembangan seseorang anak tercermin dari

perkembangan psikoseksual, dan melalui bagian tersebut anak mencari

pemuasan. Perkembangan tiap tahap menekankan pentingnya aktivitas motorik.

2. Teori Erikson (1963) yang menekankan pada perkembangan anak melalui

delapan tahapan. Pada teori ini tidak menekankan perkembangan motorik secara

eksplisit, namun menekankan bahwa keberhasilan pengalaman gerak merupakan

alat untuk perkembangan seseorang pada setiap tahap yang dilaluinya.

3. Teori Havighurst (1952) yang memahami perkembangan sebagai interaksi antara

faktor biologis, sosial, dan budaya. Faktor inilah yang merupakan faktor

pendorong bagi perkembangan kemampuan anak untuk berfungsi di masyarakat

Teori ini menekankan pentingnya gerak, bermain, dan aktivitas fisik bagi

Page 33: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

95

perkembangan, terutama pada masa bayi dan masa anak-anak. Tahapan

perkembangan terdiri dari beberapa periode umur tertentu yaitu masa bayi 0-2

tahun, masa kanak-kanak 2-11 tahun, masa remaja 11-19 tahun, masa dewasa

20-81 tahun.

4. Teori perkembangan ke empat adalah bersumber dari teori kognitif Piaget (1969)

yang menekankan pada tahapan perkembangan kognitif meliputi: tahapan

sensoris motorik usia sejak lahir sampai 2 tahun, tahap praoperasional 2-7 tahun,

tahap operasional konkrit 7 - 1 2 tahun dan operasional formal usia 12 tahun ke

atas.

Keempat teori pertumbuhan dan perkembangan tersebut mengilustrasikan bahwa

perkembangan setiap individu anak mestinya melalui tahapan-tahapan tertentu dan

masing-masing periode memiliki ciri-ciri tertentu dan tahapan sebelumnya akan

mendukung tahapan berikutnya. Perbedaan pada keempat teori (Freud, Erikson,

Havighurst, dan Piaget) hanya penekanan aspeknya, tetapi sepaham dalam

penekanan terhadap gerak, perkembangan motorik dan bermain sebagai alat penting

untuk merangsang fungsi psiko-fisik. Tingkah laku dalam setiap periode

perkembangan tertentu akan berbeda dengan tingkah laku pada periode lain sesuai

dengan ciri-ciri khas kemampuan dalam setiap periode tersebut.

Pada anak usia Sekolah Dasar antara 2-7 tahun adalah masa yang paling

efisien untuk belajar keterampilan gerak dasar seperti gerak melempar, menangkap,

lari, dan melompat (Rink, 1985). Pada fase ini belum disarankan untuk melakukan

keterampilan gerak khusus, sebab anak-anak belum siap baik secara kognitif, afektif

maupun psikomotor. Alangkah lebih baik anak usia Sekolah Dasar ini diberi

Page 34: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

96

kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mengembangkan pengalaman geraknya.

Umumnya anak usia 1-6 tahun (prasekolah) suka bergerak dan bersifat

individualistis, suka ingin menang sendiri, dan dalam bermain suka gaduh. Pada usia

anak antara 6-12 tahun senang bermain dalam situasi lomba dan selalu

menginginkan persetujuan dari orang dewasa mengenai apa yang dilakukannya.

Seorang guru harus memahami tahap-tahap perkembangan anak dan memiliki

sejumlah kecakapan agar mampu menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran

sesuai dengan tuntutan mereka. Memahami perkembangan anak didik dan

mengaitkan perkembangan tersebut dengan proses belajar, sehingga metode

pengajarannya dapat dilaksanakan secara efektif. Masa usia Sekolah Dasar adalah

masa sejarah baru dalam kehidupan anak, yang antara lain ditandai dengan

perubahan dalam tingkah lakunya.

Anak Sekolah Dasar merupakan individu yang sedang berkembang dan berada

dalam perubahan fisik serta berpikir ke arah yang lebih baik, ini dapat dilihat dari

banyaknya pertanyaan yang diajukan anak, di samping tingkah laku mereka

meningkat dalam menghadapi lingkungan baik sosial maupun non sosial (Prayttno,

1992). Selanjurnya Nasunon (1992) mengatakan bahwa usia kanak-kanak awal

adalah usia permainan karena sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain.

Kemudian Haywood (1988) menyarankan agar pengembangan gerak anak sebaiknya

ditekankan pada peletakan gerak dasar yang benar secara mekanika.

Secara khusus, pertumbuhan dan perkembangan motorik merupakan fundasi

untuk mengembangkan keterampilan anak sehingga materi dan pola pembelajaran

harus disesuaikan dengan tuntutannya. Karakteristik anak usia delapan sampai

A„; V*iJiantinH/DP C3ITTDT

Page 35: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

97

sepuluh tahun sebagai berikut: (1) rata-rata tidak terdapat perbedaan tinggi dan berat

badan antara anak laki-laki dan perempuan; (2) pertumbuhan kepala dan otak mulai

stabil; (3) pertumbuhan jaringan otot dan tulang antara anak perempuan dan laki-laki

relatif tidak berbeda; (4) semua jaringan dalam proses pertumbuhan; (5) setelah usia

sembilan tahun pertumbuhan anak perempuan lebih cepat di banding dengan anak

laki-laki (Corbin, 1979).

Annarino, CowelI dan Hazelton (1980) secara khusus mendeskripsikan

karakteristik anak usia delapan sampai sembilan tahun ditinjau dari segifisiologis,

psikologis, dan sosiologis sebagai berikut: Karakteristik fisiologis adalah sebagai

berikut: (l) koordinasi keterampilan gerak dasar meningkat; (2) daya tahan

bertambah kuat; (3) pertumbuhan mantap; (4) koordinasi mata tangan membaik; (5)

keberadaan postur tubuh (terhadap ruang dan waktu) masih lemah; (6) secara

fisiologis anak perempuan lebih mantap dibanding dengan anak laki-laki; (7) mulai

tumbuh gigi permanen; (8) perbedaan jenis kelamin tidak terpengaruh; (9) sering

mengalami kecelakaan akibat mobilitas yang tinggi. Karakteristik psikologis adalah

sebagai berikut: (1) jangkauan perhatian bertambah; (2) kemampuan rasional

bertambah; (3) imajinatif, menyenangi suara dan gerak ritmik; (4) senang meniru

pujaannya; (5) minat dalam organisasi bertambah, tapi sulit untuk menerima

peraturan bermain yang kompleks; (6) menyenangi ulangan aktivitas; (7) senang

aktivitas yang bersifat kompetitif. Karakteristik sosiologis adalah sebagai berikut:

(1) mudah naik darah dan mudah tersinggung karena dikritik; (2) sesekali senang

membual; (3) senang menggoda dan mendorong satu sama yang lain; (4) kadang-

kadang berpenampilan yang tidak sebenarnya; (5) senang berteman tetapi tidak ada

Page 36: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

98

tanda-tanda adanya teman khusus; (6) berkeinginan mengetahui sesuatu yang asing

bagi dirinya; (7) ingin diakui keberadaannya oleh kelompok; (8) menjadi lebih bebas

tetapi memerlukan perlindungan yang lebih dewasa; (9) sering kelihatan bertindak

sembrono, gaduh dan cerewet; (10) menyenangi aktivitas kelompok dibandingkan

individu; (ll)senang berfikir apabila diperlukan; (12) sering menunjukkan

kontradiksi sosial; (13) mengangkat dan mengikuti pemimpin dalam organisasi

kelompok bermain; (14) cenderung membandingkan kemampuan dengan yang lain

dan sering membuat perhatian karena kurang terampil, kegagalan dan

ketidakwibawaan; (15) mulai mengenal kebutuhan; (16) dapat memonitor

permasalahan sosial dan menjaga kelompoknya agar tetap utuh; (17) teman yang

bertindak jahat terkucilkan; (18) secara sederhana ciri seksual mulai nampak.

Sehubungan dengan proses pengembangan keterampilan motorik anak, atas

dasar karakteristik-karakteristik di atas terdapat enam hal yang perlu diperhatikan

oleh guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar:

(1) Pada usia enam sampai dua belas tahun merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat, sehingga belum saatnya untuk belajar gerak

dengan menggunakan beban.

(2) Tahap perkembangan gerak yang dialami anak usia Sekolah Dasar masih tahap

perkembangan gerak mencapai fase gerak dasar.

(3) Rasio anak mulai digunakan untuk memecahkan masalah, oleh karena itu jangan

menanamkan peletakan gerak dasar yang keliru. Apabila terjadi kesalahan

peletakan gerak dasar pada masa anak-anak maka sulit diperbaiki pada masa-

masa berikutnya.

Page 37: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

99

(4) Anak-anak suka bermain maka kegiatan individu jangan dulu ditonjolkan,

mereka senang berkelompok, belajar memimpin dan dipimpin. Karena itu

permainan beregu sangat tepat sebagai materi pembelajaran.

(5) Anak-anak suka terhadap hal yang baru dan memiliki sifat kreatif, karena itu

dalam proses pembelajaran sebaiknya memberikan model-model permainan

yang menarik perhatian anak dan sesekali waktu anak-anak diberi kebebasan

untuk bermain guna mengembangkan kreativitasnya.

D. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

1. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru diharapkan mengajarkan

berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga,

internalisasi nilai-nilai (sportivitas, kejujuran, kerjasama, disiplin, tanggungjawab)

dan pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan

jasmani bukan pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis,

namun melibatkan unsur fisik, mental intelektual, emosi dan sosial. Kegiatan yang

diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik metodik,

sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran (Depdiknas,

2003).

Mata pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar mempunyai nilai strategis

untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki peran yang

semakin mantap dalam era globalisasi. Oleh karena itu peran pendidikan jasmani di

Sekolah Dasar perlu dimantapkan agar pembelajaran mempunyai makna bagi siswa

Page 38: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

100

seperti halnya dengan kemaknaan dari bidang studi lainnya. Pembelajaran

pendidikan jasmani melalui aktivitas jasmani dapat meningkatkan kesehatan jasmani

termasuk mental akan mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas, sehingga

akan diperoleh sumber daya manusia yang berkompeten untuk menunjang gerak

pembangunan yang dinamis.

Hasil yang diharapkan dari pembelajaran pendidikan jasmani, selain siswa

menguasai aktivitas jasmani yang berupa penguasaan berbagai macam keterampilan

secara otomatis juga dihasilkan kondisi tubuh yang sehat, sehingga memperoleh

tingkat kebugaran jasmani yang prima. Di samping itu pula terjadinya perubahan

perilaku gerak yang dialami peserta didik setelah menempuh program pembelajaran

tertentu.

Pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya memiliki makna bagi siswa, oleh

karena itu guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran hendaknya dapat diterima

dan dapat diserap siswa. Wujud konkrit pembelajaran pendidikan jasmani menurut

kurikulum 1994 (Depdiknas, 1995) berupa berbagai jenis kegiatan pokok dan

kegiatan pilihan seperti permainan, senam, atletik dan kegiatan pilihan yang meliputi

tenis meja, bulutangkis, renang dan lain-lain. Sedangkan menurut kurikulum 2004

(Depdiknas, 2003) bahwa ruang lingkup materi pelajaran pendidikan jasmani

meliputi permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas

ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar sekolah (Outdoor Education).

Sejumlah materi kegiatan tersebut di atas ada aktivitas yang menyenangkan

dan ada pula yang tidak menyenangkan. Sehubungan dengan itu, agar materi

pengajaran pendidikan jasmani dapat diserap oleh siswa maka guru hendaknya

Page 39: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

101

memiliki strategi untuk menentukan pembelajaran yang efektif dalam menciptakan

atmosfir pembelajaran yang menyenangkan. Atmosfir pembelajaran tidak diartikan

sekedar pengertian suasana pembelajaran dalam arti "lingkungan fisik", tetapi lebih

menekankan pada pengertian "lingkungan non fisik" seperti sosial, emosional, dan

intelektual. Suasana pembelajaran seperti itu yang dibentuk guru selama

pembelajaran berlangsung.

Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, guru hendaknya respek

terhadap integritas siswa dan menerima tanggung awab dalam mendidik para siswa

sebagai manusia seutuhnya. Dedikasi pada setiap anak sangat diperlukan karena hal

ini dapat membantu siswa mencapai potensinya secara maksimal, sehingga anak

bertambah bebas melakukan aktivitas jasmaninya, baik jasmani maupun rohaniah.

Materi pembelajaran pendidikan jasmani menurut Siti Nurochmah (1997:1)

terdiri dari berbagai macam keterampilan olahraga yang mempunyai makna

tersendiri, yaitu: 1) memenuhi tuntunan hasrat bergerak, 2) berbagai perwujudan

dari kegiatan rekreatif, 3) pengeluaran tenaga yang berlebihan. Sedangkan tujuan

utama pembelajaran pendidikan jasmani menurut Rachman (1985) dalam Siti

Nurochmah (1997:9) dikatakan bahwa: 1) mencapai perkembangan fisik yang

mencakup perkembangan organik dan keterampilan, 2) perkembangan kecerdasan,

3) membentuk sikap dan gerak tubuh yang baik 4) menambah penguasaan gerak

dasar dan unsur-unsur gerak, 5) menguasai berbagai keterampilan jasmani, 6)

meningkatkan kesegaran jasmani dan 7) memelihara dan meningkatkan derajat

sehat.

Page 40: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

102

Atas dasar tujuan pendidikan jasmani itu, tujuan pokok pembelajaran Penjas di

Sekolah Dasar dapat tercapai apabila program pendidikan jasmani dirancang dan

dilaksanakan secara profesional dan didukung pula dengan peralatan dan fasilitas

yang cukup dan alokasi waktu yang memadai diatur dalam kurikulum. Namun

kondisi sekarang ini sekolah dasar di Indonesia amat sulit tujuan dan program yang

dibuat ideal tersebut dapat tercapai.

2. Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Pada anak usia Sekolah Dasar kemampuan motorik belum sepenuhnya

berkembang secara keseluruhan, karena merupakan masa penyempurnaan

kemampuan gerak dasar periode sebelumnya. Pada masa ini biasanya mereka

memerlukan gerakan-gerakan dasar dari aktivitas jasmani seperti lompat, lempar,

lari, memanjat, berjingkat, menangkap, memukul, dan menendang. Kemampuan

gerak dasar tersebut sudah dikuasainya, walaupun belum nampak sempurna. Karena

itu proses perbaikan perlu dilakukan pada masa usia Sekolah Dasar.

Pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar harus diajarkan dengan

jelas dan ringkas sehingga anak dapat menerima sejumlah informasi yang

disampaikan dengan baik dan mempelajari gerakan-gerakan tersebut secara

langsung dan kontrol gerak penuh kesadarannya (Pangrazi dan Victor, 1995).

Maksudnya anak akan memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran sesuai

dengan tingkat tahapan perkembangannya dan dengan penjelasan-penjelasan

konkrit. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget (1969) dalam Sukmadinata (2003)

bahwa pada usia praoperasional, yaitu usia antara dua sampai enam tahun seorang

anak mulai berinteraksi dengan lingkungannya dan baru dapat memahami konsep­

s i . : v..l.^~,„„fT>v_Kinii>i

Page 41: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

103

konsep yang sederhana. Anak menyukai jenis-jenis permainan yang peraturannya

tidak ketat dan sulit dengan menggunakan gerakan tubuhnya yang sederhana dan

ritmis. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar seyogyanya

mampu merencanakan dan menciptakan berbagai variasi gerak dengan berbagai

ragam sarana dan prasarana dalam lingkungan belajar yang sesuai dengan tingkat

perkembangan keterampilan dan kematangan anak.

Banyak ahli sependapat bahwa bermain merupakan aktivitas jasmani yang

menyenangkan bagi manusia karena dapat memberikan rasa kepuasan tersendiri

bagi si pelakunya. Huizinga (1962) dalam Siedentop (1991) mengatakan bahwa

bermain adalah sebuah kegiatan bebas di luar kesadaran kebiasaan hidup manusia

yang kurang serius, namun pada saat yang bersamaan dapat menyerap permainan

itu. Bermain bukan hanya sebagai dasar untuk hidup, tetapi juga agar hidup dapat

bermakna. Hal-hal yang terkandung di dalamnya adalah keanggunan fisik dan

fikiran yang senang, serta klimaknya adalah saat pikiran dapat menyatu dengan

lingkungan.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani, bermain

merupakan salah satu bentuk atau cara pembelajaran yang dapat memberikan situasi

yang menyenangkan, sehingga siswa dapat menguasai beberapa keterampilan

olahraga. Variasi latihan keterampilan lebih penting, ketimbang spesialisasi. Situasi

bermain yang kondusif dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta

keterampilan gerak dasar siswa usia Sekolah Dasar. Bentuk permainan yang

berisikan unsur-unsur gerak dasar seperti lompat, lari, lempar, dan jalan dapat

diciptakan oleh guru atau dikemas dalam bentuk permainan. Oleh karena itu,

Page 42: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

104

pembelajaran pendidikan jasmani untuk siswa Sekolah Dasar harus kaya akan gerak

beragam serta memberikan tantangan yang selaras dengan tingkat perkembangan

keterampilan anak. Untuk itu guru pendidikan jasmani dituntut kreativitasnya dalam

menyusun program pembelajaran yang berisikan bentuk gerak di mana tantangannya

sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik.

Mengacu pada kerangka pembelajaran pendidikan jasmani tersebut, maka

tujuan program pendidikan jasmani seharusnya dapat mengembangkan kemampuan

dan keterampilan anak didik secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun

intelektual. Namun demikian realisasinya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani

belum efektif sebagaimana tujuan pendidikan jasmani yang antara lain

mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, persuasif, kognitif, sosial,

dan emosional.

Sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan jasmani

tersebut, maka beberapa aktivitas yang seringkah diberikan dalam suatu program

pendidikan jasmani adalah aktivitas keterampilan lokomotor, non lokomotor,

manipulatif, atletik, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, komponen

kebugaran jasmani, aktivitas sosial, permainan dan keterampilan olahraga

(Kurikulum, 2004).

Namun demikian berdasarkan pengamatan penulis dan didukung oleh

beberapa data hasil penelitian bahwa pelaksanaan pengelolaan pendidikan jasmani

terutama di Sekolah Dasar masih kurang menggembirakan (Cholik Mutohir, 1996;

Rusli Lutan, 1992; dan Maksum, 1998). Sebagai indikasi adalah rendahnya

partisipasi siswa dalam kegiatan pendidikan jasmani, belum berkualitasnya

Page 43: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

\ pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, kualifikasi tenaga pengajar yariff~"~"~~

sesuai, penggunaan waktu efektivitas belajar masih kurang, minimnya infrastruktur

di sebagian sekolah masih terbatas, dan persepsi masyarakat pendidikan kurang

menguntungkan yang menyebabkan posisi pendidikan jasmani cukup dilematis. Ini

semua berpangkal pada muara belum efektifnya pembelajaran pendidikan jasmani di

sekolah, terutama Sekolah Dasar.

Guru pendidikan jasmani sebaiknya memiliki perhatian yang tinggi terhadap

model pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar yang berorientasi pada

pengayaan pengalaman gerak dasar melalui strategi modifikasi materi, alat-alat dan

sarana lainnya. Semua ini akan dicoba digunakan pada siswa Sekolah Dasar yang

masih tingkat pemula, sehingga kemasan materi pelajaran pendidikan jasmani

beradaptasi terhadap keterampilan gerak yang efisien, efeknya belajar gerak

dilakukan secara bertahap mulai tingkat rendah menuju ke tingkat lebih kompleks.

E. Kriteria Model Pembelajaran (Konseptual)

Model pembelajaran merupakan produk dari teknologi pembelajaran. Tujuan

dari teknologi pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan

sebuah model pembelajaran itu titik beratnya pada hasil dan menjelaskan bahwa

belajar adalah tujuan, sedangkan pembelajaran adalah alat. Dalam pembelajaran

lebih banyak berisikan pembahasan tentang interaksi pembelajaran termasuk

metode, gaya mengajar, strategi, implementasi, dan penampilan mengajar (Oliva

Peter F. (1992). Bagaimanapun hebatnya suatu model, parameter keberhasilannya

terletak pada hasil belajar siswa.

Page 44: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

106

Ada beberapa asumsi penting yang menjadi parameter keberhasilan

menerapkan model pembelajaran (Seels dan Richey, 1994), yaitu sebagai berikut:

1. Kriteria tujuan

Tujuan merupakan kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan dan kegiatan

serta pengalaman belajar agar hal ini dapat dicapai secara efektif dan fungsional.

Begitu pula model pembelajaran kuantum Penjas memiliki tujuan selain mencapai

keberhasilan belajar siswa dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap dalam pelajaran Penjas juga bagaimana memberikan situasi dan kondisi saat

belajar yang menyenangkan dengan penuh kegembiraan kepada siswa, sehingga

mereka mengikuti pelajaran Penjas dengan penuh semangat, riang gembira tetapi

penuh bermakna.

Segalanya bertujuan mengandung arti bahwa guru dalam merancang tahapan

pembelajaran berorientasi pada tujuan yang jelas, fleksibel dan efisien baik dalam

proses maupun produk pencapaian keberhasilan pembelajaran. Dalam tahapan

pembelajaran pendidikan jasmani, kegiatan pemanasan bertujuan untuk merangsang

organ tubuh siap melakukan gerak, kegiatan pokok bertujuan mempelajari

keterampilan gerak apa yang harus dimiliki siswa, baik yang sudah dimiliki maupun

keterampilan gerak yang baru, sedangkan kegiatan penutup bertujuan menurunkan

tensi kegiatan pada kondisi awal sebagai persiapan menghadapi kegiatan berikutnya.

Merumuskan tujuan pembelajaran berarti menentukan kemampuan yang harus

dicapai dalam setiap kali pertemuan atau interaksi belajar mengajar. Untuk menilai

seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka perlu dilakukan penilaian

Page 45: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

107

terhadap perilaku siswa pada awal kegiatan belajar dan prosedur pengajaran. Semua

hasil penilaian itu penting dalam memberikan umpan balik bagi proses pengajaran

secara keseluruhan untuk masa berikutnya.

2. Kriteria Relevansi

Model pembelajaran yang tepat harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan

perkembangan masyarakat, karena inti model pembelajaran adalah menyiapkan

siswa untuk berkarya di masyarakat. Dewasa ini masyarakat berkembang sangat

cepat, perubahan-perubahan drastis terjadi setiap saat pada seluruh sektor

kehidupan. Oleh karena itu, agar para lulusan kelak bisa hidup di masyarakat, bisa

berkarya dan bekerja di masyarakat, perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan

profesional yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan dunia kerja.

Kesesuaian bukan hanya dalam keahliannya, tetapi juga dalam mutu atau standar

penguasaan.

Relevansi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan peserta didik, relevansi

dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang, dan relevansi dengan

tuntutan dunia kerja baik secara teoritis maupun praktis. Pembelajaran pendidikan

jasmani meliputi komponen penunjang dimana harus ada keterkaitan yang selaras

antara komponen tersebut. Komponen tujuan, bahan pelajaran, metode yang

digunakan, media alat bantu pelajaran, dan penilaian merupakan sebuah sistem yang

berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain kriteria relevansi pada

pengembangan model pembelajaran sama halnya dengan prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum yaitu prinsip-prinsip relevansi.

Page 46: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

108

3. Kriteria Konsistensi (Keajegan)

Keajegan mengandung makna bahwa pembelajaran bagi anak didik

mengandung implikasi yaitu tidak saja memberikan pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan pada saat peserta didik belajar di sekolah akan tetapi memberikan

bekal kecerdasan dan keterampilan untuk dapat menumbuhkembangkan diri sebagai

bekal menghadapi kehidupan di masa mendatang. Begitu pula model pembelajaran

kuantum pendidikan jasmani mengandung arti bahwa apa yang dipelajari,

bagaimana membelajarkan siswa, dan mengapa siswa perlu belajar sesuatu

keterampilan tertentu dalam pendidikan jasmani, karena diprediksi bahwa di masa

mendatang keterampilan tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kriteria Aplikabel

Aplikabel dalam arti sesuatu yang dapat dilakukan, diterapkan dan digunakan

oleh yang memerlukan. Hal ini berarti bahwa dalam pembelajaran pendidikan

jasmani, guru Penjas diberikan kebebasan untuk mengembangkan model

pembelajaran sesuai dengan minat, bakat dan kebutuhan lingkungannya. Begitu pula

siswa, dapat memilih cara belajar seperti apa yang sesuai dengat minat, bakat, dan

kebutuhan lingkungannya. Model pembelajaran kuantum dalam pendidikan jasmani

memberikan kemudahan bagi guru dan siswa untuk bebas berinovasi,

mengembangkan kreativitas, dan berimprovisasi karena dilaksanakan dalam situasi

yang rileks, menyenangkan, penuh gairah, tanpa beban, rasa optimis dan jauh dari

kejenuhan dalam pembelajaran berbagai keterampilan dalam pendidikan jasmani.

Page 47: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

109

5. Kriteria Efektivitas

Pembelajaran mencakup rancangan dan kegiatan pelaksanaan. Bagaimanapun

baiknya rancangan pembelajaran, akan tetapi implementasinya tidak sesuai dengan

apa yang dirancang, maka hasilnya tidak akan baik. Efektivitas model pembelajaran

menunjuk kepada sejauhmana harapan-harapan yang dirancang dalam desain dapat

dilaksanakan dan dicapai. Makin lengkap dan tinggi tingkat pencapaiannya makin

tinggi tingkat implementasinya. Ketercapaian harapan-harapan tersebut sangat

dipengaruhi oleh kesungguhan para guru sebagai pelaksana pembelajaran. Mutu

proses dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh baiknya desain

pembelajaran, akan tetapi unsur pelaksana dan fasilitas pendukung turut mewarnai

Kriteria efektivitas berkenaan dengan sejauhmana yang direncanakan dapat

dilaksanakan sehingga mencapai sasaran. Dalam pembelajaran biasanya diperlukan

kompetensi guru dalam menyesuaikan dan memilih bahan pelajaran yang sesuai

dengan minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta lingkungan. Adanya

kesesuaian suatu program pembelajaran dengan unsur waktu yang tersedia, biaya

yang dibutuhkan dan tenaga yang tersedia. Model pembelajaran kuantum Penjas

bersifat efektif karena hemat dalam biaya dan waktu. Media alat peraga pendidikan

jasmani dapat dimodifikasi dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana,

mudah dan murah, dapat dilakukan dan diusahakan oleh guru dan siswa asalkan

memiliki komitmen dalam pembelajaran Penjas. Sedangkan waktu dalam

pembelajaran, anak didik dapat melakukan baik dalam waktu pelajaran Penjas atau

di luar pelajaran Penjas seperti jam istirahat, kegiatan kokurikuler dan kegiatan

Page 48: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

110

ekstrakurikuler. Mereka dapat melakukannya karena alat tersebut mudah diperoleh

dimana saja, sekalipun barang bekas kalau berguna dapat dimanfaatkan.

F. Modet-ModeE Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Model adalah sebuah persamaan atau simulasi di mana konsepnya

berhubungan dengan alat yang telah dikenal atau pengertian dari sistem fasilitas

(Bruce Joice dan Marsha Weil, 1972). Model berguna untuk memecahkan masalah

yang dianggap rumit (Schmidt, 1991). Suriasumantri (1996) menyatakan bahwa

dengan adanya model permasalahan tidak menjadi sukar, malah dapat dipermudah.

Model itu pula dapat dijadikan sebagai teknik untuk membentuk dan membina

perilaku seseorang. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan sebaiknya guru

menggunakan suatu prototipe dari suatu teori atau model. Model merupakan garis

besar atau pokok-pokok yang memerlukan pengembangan yang sangat situasional.

Model pula merupakan gambaran tentang sesuatu, bagaimana hendaknya, dan

bagaimana adanya sesuatu itu. Model dirancang untuk menjelaskan aspek-aspek

suatu persoalan atau ruang lingkup persoalan dan dapat menjelaskan hubungan-

hubungan yang penting (Stephen P. Robbins, 1978; dalam Laurens Seba, 2005).

Model pembelajaran merupakan suatu proses pembelajaran sebagai

pengorganisasian lingkungan yang dapat menggiring siswa berinteraksi dan

mempelajari bagaimana belajar, karena itu setiap siswa memiliki cara belajar

beraneka ragam sesuai dengan perkembangan dan latar belajar sejarahnya. Karena

itu, model belajar yang mereka kembangkan disesuaikan dengan suatu rujukan yang

disebut model belajar. Dengan kata lain mereka mempunyai keyakinan bahwa

Page 49: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

I l l

model pembelajaran sebenarnya merupakan cerminan dari model belajar. Bruce

Joice dan Marsha Weil (1972) membagi model belajar menjadi empat rumpun, yaitu

rumpun sosial, proses informasi, personal, dan sistem behavioral.

Model pembelajaran pendidikan jasmani lebih banyak berkembang

berdasarkan orientasi kurikulumnya bahkan nuansa kurikulumnya selalu terbawa-

bawa pada model tersebut. Interaksi pembelajaran termasuk di dalamnya metode,

gaya, strategi dan evaluasinya akan secara otomatis berdaptasi sesuai dengan

rujukan mode! kurikulumnya. Spesifikasi simbolik nama model itu sering diberikan

pada nama pengembangannya, sistimatika isi, dan tujuan, sedangkan kesamaannya

cenderung menggunakan metodologi yang bervariasi dan berorientasi pada siswa.

Agar lebih gamblang akan dipaparkan beberapa model pembelajaran pendidikan

jasmani sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Hellison

Salah satu model pembelajaran pendidikan jasmani yang termasuk dalam

kategori model rekonstruksi sosial adalah model Hellison (1995), yang dikenal

dengan sebutan "Teaching Responsibility Throught Physical Activity". Pembelajaran

pendidikan jasmani dalam model ini lebih menekankan pada kesejahteraan individu

secara total, pendekatannya lebih berorientasi pada siswa, yaitu self-actualization

dan social reconstruction. Model pembelajaran pendidikan jasmani dari Hellison ini

diberi nama level of affective development. Tujuan model ini adalah untuk

meningkatkan perkembangan personal dan responsibility siswa dari irresponsibility,

self control, involvement, self direction and caring melalui berbagai aktivitas

pengalaman belajar gerak sesuai kurikulum yang berlaku. Hellison dalam bukunya

Page 50: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

112

mengungkapkan beberapa bukti keberhasilan modelnya dalam mengatasi masalah

pribadi dan sosial siswa. Namun demikian ia menyadari akan beberapa kritik yang

dilontarkan terhadap modelnya ini misalkan produk sosial dan personal dan model

ini walaupun penting namun tidak berhubungan secara spesifik dengan obyek materi

pendidikan jasmani seperti keterampilan olahraga atau kebugaran tetapi bersifat

umum berlaku bagi mata pelajaran lain.

Model Hellison (1995) ini sering digunakan untuk membina disiplin siswa

{self-responsibility). Untuk itu model ini sering digunakan pada sekolah-sekolah

yang bermasalah dengan kedisiplinan para siswanya. Hellison begitu yakin bahwa

perubahan perasaan, sikap, emosional, dan tanggung jawab sangat mungkin terjadi

melalui pendidikan jasmani, namun tidak mungkin terjadi dengan sendirinya.

Perubahan sangat mungkin terjadi manakala pendidikan jasmani direncanakan dan

dicontohkan dengan baik dengan merefleksikan kualitas yang diinginkan. Potensi ini

diperkuat oleh keyakinan Hellison bahwa siswa secara alami berkeinginan untuk

melakukan sesuatu yang baik dan penghargaan ekstrinsik adalah "counter

productive ". Melalui model ini guru Penjas berharap bahwa siswa berpartisipasi dan

menyenangi aktivitas untuk kepentingan sendiri dan bukannya untuk mendapatkan

penghargaan ekstrinsik. Fair play dalam pendidikan jasmani akan direfleksikan

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pada dasarnya model Hellison ini

dibuat untuk membantu siswa mengerti dan berlatih rasa tanggung jawab pribadi

(self-responsibility) melalui pembelajaran pendidikan jasmani. Rasa tanggung jawab

pribadi yang dikembangkan dalam model ini terdiri dari lima tingkatan, yaitu level

irresponsibility, self-control, involvement, self-responsibility, dan caring.

Page 51: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

113

Pada level irresponsibility anak didik tidak mampu bertanggung jawab atas

perilaku yang dibuatnya dan biasanya anak suka mengganggu orang lain dengan

mengejek, menekan orang lain dan mengganggu orang lain secara fisik.

Pada level self-control anak terlibat aktif belajar tetapi sangat minim sekali.

Anak didik akan melakukan apa-apa yang ditugaskan guru tanpa mengganggu yang

lain. Artinya anak didik nampak melakukan aktivitas tanpa usaha yang sungguh-

sungguh. Pada level involvement anak didik secara aktif terlibat dalam belajar.

Mereka bekerja keras, menghindari bentrokan dengan orang lain, dan secara sadar

tertarik untuk belajar dan untuk meningkatkan kemampuan.

Pada level self-responsibility anak didik didorong untuk mulai bertanggung

jawab atas belajarnya. Ini berarti bahwa siswa belajar tanpa harus diawasi langsung

oleh gurunya dan siswa mampu membuat keputusan secara independent tentang apa

yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Pada level ini anak didik

sudah mampu membuat permainan dan urutan gerakan bersama-sama temannya

pada kelompok kecil. Biasanya mereka menghabiskan waktu untuk berargumentasi

daripada membuat gerakan bersama-sama.

Pada level caring, anak didik tidak hanya pandai bekerjasama dengan

temannya, tetapi mereka tertarik ingin mendorong dan membantu temannya belajar.

Anak didik pada level ini akan sadar dengan sendirinya menjadi sukarelawan tanpa

disuruh gurunya untuk melakukan itu.

Hellison (1995) dalam Suherman (2005:1-10) mengemukakan terdapat tujuh

strategi pembelajaran yang digunakan Hellison dalam mengjar tanggung jawab

Page 52: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

114

pribadi melalui pendidikan jasmani, yaitu: l) penyadaran, 2) tindakan, 3) refleksi, 4)

keputusan pribadi, 5) pertemuan kelompok, 6) konsultasi, dan 7) kualitas mengajar.

Strategi penyadaran dan tindakan dimaksudkan untuk menyadarkan siswa

tentang definisi tanggung jawab baik secara kognitif maupun dalam bentuk

tindakan. Strategi refleksi dimaksudkan untuk membantu siswa mengevaluasi

sendiri mengenai komitmen dan tindakan rasa tanggung jawabnya. Strategi

keputusan pribadi dan pertemuan kelompok dimaksudkan untuk memberdayakan

siswa secara langsung dalam membuat keputusan pribadi dan keputusan kelompok.

Strategi konsultasi dan kualitas mengajar dimaksudkan untuk menyediakan beberapa

struktur dan petunjuk bagi siswa untuk dapat berinteraksi mengenai kualitas rasa

tanggung jawab yang dikembangkannya.

Kelebihan dari mode! Hellison ini dapat membantu siswa dalam penegakan

disiplin, berlatih rasa tanggung jawab, menanamkan sikap sosial yang tinggi di

kalangan siswa, dan perkembangan sosial lain yang erat kaitannya dengan aktivitas

pengalaman gerak siswa dalam pendidikan jasmani. Kelebihan lain model ini

bersifat mendasar, menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber.

Model ini menempatkan guru sebagai perencana, pelaksana, dan juga penyempurna

dari pembelajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan di kelasnya,

karena itu dialah yang paling kompeten menyusun program pengajaran.

Kelemahan dari model Hellison ini bahwa produk yang dihasilkan yaitu sikap

sosial dan personal yang mengutamakan rasa tanggungjawab, toleransi, hidup

bersama tidak langsung berhubungan dengan mata pelajaran Penjas, akan tetapi

bersifat umum berlaku pada pelajaran lain

Avi Suh*man/PKS3/VPI

Page 53: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

Kriteria model pembelajaran pendidikan jasmani Hellison ditinjau dari aspel

tujuan, relevansi, konsistensi, aplikabel, dan efektivitas sebagai berikut:

Tujuan Relevansi Konsistensi Aplikabel Efektivitas

Membina disiplin Memupuk Nilai-nilai Guru Penjas Kesesuaian dengan siswa, belajar sikap sosial, kePenjasan dapat program, waktu, bertanggung beken asama sikap sosial, menggunakan peralatan, dana jawab, dan antar siswa, tanggung model akan berdampak menanamkan dan jawab, dan pembelajaran meringankan sikap sosial yang bertanggung ken asama akan ini pada setiap pekerjaan guru dan tinggi di jawab sesuai tetap diperlukan menyajikan memudahkan kalangan siswa, dengan nilai- dalam setiap maten aktivitas siswa dan berusaha nilai yang kegiatan pembelajaran tetapi tidak belajar untuk dapat pembelajaran ketika menghilangkan meningkatkan dikembangkan Penjas baik saat memahami karakteristik model kemampuannya dalam' ini maupun betapa belajar tersebut

pembelajaran masa yang akan pentingnya malahan Penjas datang nilai-nilai tsb mengembangkan

bagi siswa kreativitas dan inisiatif

Gambar 2-1

Kriteria Model Pembelajaran Hellison

2. Model Pembelajaran Canter's Asertif

Model ini dikembangkan oleh Canter (1976) dengan maksud untuk

mengembangkan pembinaan disiplin siswa dengan sebutan Canter's Assertive

Discipline. Perbedaan model ini dengan model Hellison terutama terletak pada

motivasi yang dijadikan landasan untuk mengembangkan disiplin siswa. Model

Hellison lebih menekankan pada motivasi instrinsik yang dilandasi pada suatu

keyakinan bahwa siswa secara alami berkeyakinan untuk melakukan sesuatu yang

baik dan penghargaan ektrinsik adalah counter productive. Sementara itu model

Canter lebih menekankan pada motivasi ektrinsik, seperti penghargaan, pujian

dorongan termasuk konsekuensi.

Page 54: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

116

Model Canter didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Semua siswa dapat berprilaku baik.

2. Pengawasan yang ketat atau kokoh akan tetapi tidak pasif dan tidak menakutkan

adalah layak untuk diberikan.

3. Harapan atau keinginan guru yang rasional mengenai perbuatan siswa yang

sesuai dengan perkembangan seperti peraturan harus diberitahukan kepada siswa

4. Guru harus mengharapkan siswa berperilaku secara layak dan pantas namun

harus mendapat dukungan dari orang tua, guru lain dan kepala sekolah.

5. Tingkah laku siswa yang baik harus segera didukung atau dihargai, sementara

tingkah laku yang tidak baik harus mendapat konsekuensi yang logis.

6. Konsekuensi logis akibat penyimpangan perilaku harus ditetapkan dan

disampaikan kepada siswa.

7. Konsekuensi harus dilaksanakan secara konsisten tanpa bias.

8. Komunikasi verbal dan non verbal harus disampaikan dengan kontak mata

antara guru dan siswa.

9. Guru harus melatih keinginan dan harapan serta konsekuensi secara mental

dengan konsisten kepada siswa.

Kelebihan model Canters Asertif ini adalah penanaman disiplin yang ketat

terhadap siswa dapat betul-betul dipahami oleh semua pihak termasuk guru kelas,

kepala sekolah dan orang tua siswa. Malahan guru Penjas sendiri secara konsisten

akan melakukan hal yang sama dengan memberikan contoh perilaku disiplin kepada

pihak lainnya. Model ini pula akan meningkatkan motivasi belajar siswa karena guru

Page 55: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

117

Penjas sering memberikan penguatan berupa pujian, penghargaan dan dorongan

terhadap keberhasilan belajar siswa.

Kekurangan model ini terletak ketika pembinaan disiplin diterapkan berlebihan

di sekolah, harus betul-betul adil dan konsisten sikap yang dimiliki guru Penjas dan

guru lainnya dalam menegakkan disiplin tersebut. Jika terjadi kekurang kompakan

dari unsur masyarakat sekolah tentang penanaman disiplin, maka akan merusak

mental siswa. Belum lagi kesan seakan-akan mempersiapkan siswa agar patuh, taat,

dan menuruti keinginan guru secara berlebihan akan cenderung melatih bukannya

mendidik. Hal lain dalam menggunakan waktu kurang efisien sehingga sulit

mencapai hasil yang optimal, kurang fleksibel atau keluwesan sehingga sukar

menyesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan kebutuhan.

Kriteria model pembelajaran pendidikan jasmani dari Canters Asertif dari segi

tujuan, relevansi, konsistensi, aplikabel, dan efektivitas sbb.:

Tujuan Relevansi Konsistensi Aplikabel Efektivitas

Selain membina Memupuk sikap NdJat-rrilal Guru ferjas dan Kesesuaian disiplin siswa disiplin yang keBaijasan orang tua siswa dangan program. juga rtenfceri. diikuti. dapat wakb_v apresiasi, pada pengawasan sesial juga berfcolaborasi peralatan, dana pengembangan yang ketat becfikicpcsitiS dalam akan berdampak motivasi. tafradap siswa hPipril^Vii menggunakan meringankan perghargaan yang tertesi! =pnrtif rtan model pekerjaan guru beapa pujian. diberikan menghaugai pembelahan ini dan hadiah ssbagai penghargaan teriiadap karya peda sadap memudahkan .•̂ miahi yang menjadikan orang lain akan aktivitas siswa dapat SiSWtR7T+lt dapat SiSWtR7T+lt iHdp copeduran pembelajaran namun kdtt^iidii merangkaikan padaprcsss "dalam sati^j Penjas daigan tindakan dan semangat belajar pembelajaran kegidan ^niiFii yangtrpt" siswa u t u k Penjas pembelajaran ada kesamaan dalam rrengatasL mencapai. Efenjas baik saat Fermasalahan mencapai. Efenjas baik saat persapsi dalam Fermasalahan tefcerhssilan p-Kit-if Htyi M maupun mengembangkan menjadi belajar. perkembangan masa yang akan pemberian leward tavfcaigan

pribadi, siswa datang bagi anak didik sendM

G a m b a r 2 - 2

K r i t e r i a Mode l P e m b e l a j a r a n C a n t e r s A s e r t i f

Page 56: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

118

3 . Model PembeLajaran S p o r t E d u c a t i o n

Sport education yang sebelumnya diberi nama play education (Jewet dan Bain

(1985) dikembangkan oleh Siedentop (1995). Model ini bersumber pada disiplin ilmu

dengan lebih berorientasi pada nilai kedisiplinan dan merujuk pada model kurikulum

sosial sport. Siedentop banyak membahas model ini dalam bukunya yang berjudul

"Quality Physical Education Through Positive Sport Experiences Sport Education ".

Menurut Siedentop (1995), bukunya merupakan model kurikulum dan pembelajaran

pendidikan j asmani.

Model ini muncul dilandasi kenyataan bahwa olahraga merupakan salah satu

materi Penjas yang banyak digunakan oleh guru Penjas dan siswanyapun senang

melakukannya. Di sisi lain ia melihat bahwa pembelajaran olahraga dalam konteks

Penjas tidak lengkap dan tidak sesuai diberikan kepada siswa karena nilai-nilai yang

terkandung didalamnya sering terabaikan. Para guru lebih senang mengajarkan

teknik-teknik cabang olahraga dan permainan, diikuti oleh peraturan-peraturan dan

bermain dengan menggunakan permainan yang sebenarnya seperti untuk orang

dewasa atau untuk orang yang sudah mahir, hal ini dianggapnya tidak sesuai dengan

konsep developmentalfy appropriate practices. Bahkan dalam kenyataannyapun

untuk sebagian besar siswa cara seperti ini kurang menyenangkan dan melibatkan

siswa secara aktif karena kemampuannya yang belum memadai. Model sport

education diharapkan mampu mengatasi berbagai kekurangan pembelajaran yang

selama ini sering digunakan oleh guru Penjas di sekolah.

Karakteristik model sport education (Siedentop, 1995:120-130) meliputi enam

karakteristik model sport education yang sering absen dalam pembelajaran Penjas

Page 57: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

119

yaitu, musim, anggota tim, pertandingan formal, puncak pertandingan, catatan hasil,

dan perayaan hasil kompetisi.

Musim (season) merupakan salah satu karakteristik dari model sport education

yang di dalamnya terdiri dari musim latihan dan kompetisi serta sering kali diakhiri

dengan puncak kompetisi. Dalam pendidikan jasmani pada umumnya karakteristik

musim ini jarang diperhatikan walaupun kalender pendidikan memungkinkan ada

pengaturan jadwal latihan seperti ini.

Anggota tim merupakan karakteristik model sport education yang

menitikberatkan keterlibatan semua siswa untuk menjadi salah satu anggota

perkumpulan tim olahraga dan akan tetap sebagai anggota sampai satu musim

selesai. Dalam pendidikan jasmani pada umumnya anggota tim berubah-rubah dari

satu pertemuan ke pertemuan yang lainnya.

Kompetisi formal dalam model ini mengandung arti bahwa festival, usaha

meraih kompetensi, dan mengikuti pertandingan pada level yang berurutan. Pada

kompetisi formal dilakukan secara berselang-selang dengan format latihan yang

berbeda-beda, misalkan dua lawan dua, tiga lawan tiga dan seterusnya sampai pada

tingkatan yang sesuai dengan kemampuan siswa. Penjadwalan ditetapkan dari sejak

awal pembelajaran pendidikan jasmani sehingga siswa mengetahui waktunya secara

pasti dan dari sejak kapan mereka harus mempersiapkan diri.

Puncak pertandingan merupakan ciri khas dari even olahraga untuk mencari

siapa yang terbaik pada musim itu, ciri khas ini merupakan karakteristik dari model

sport education. Dalam pendidikan jasmani pada umumnya, pertandingan semacam

Page 58: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

120

ini sering dilakukan, namun setiap siswa belum tentu masuk anggota tim sehingga

terkadang lepas dari konteksnya.

Catatan hasil merupakan karakteristik kelima dari model sport education yang

menekankan pada catatan yang dilakukan dalam berbagai bentuk dari mulai catatan

masuk goal, tendangan ke gawang, perbuatan curang, kesalahan-kesalahan dan

seterusnya. Catatan ini dilakukan siswa dan guru untuk dijadikan feedback, baik

bagi individu maupun tim.

Perayaan hasil kompetisi seperti upacara penyerahan medali dan penghargaan

lain berguna untuk meningkatkan makna dari partisipasi dan merupakan aspek sosial

dari pengalaman yang dilakukan siswa.

Tujuan utama dari model sport education adalah mengembangkan siswa

menjadi olahragawan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai olahraga dan

berusaha menerapkan fair play, baik sebagai pemain, wasit maupun sebagai

penonton. Melalui model ini diharapkan menyadari bahwa kemenangan tidak

mengandung arti apa-apa kecuali diperoleh melalui permainan yang fair play dan

selalu menjunjung tinggi nilai-nilai olahraga. Untuk itu pengarahan, latihan dan

timbal balik harus diberikan terhadap nilai-nilai ini sebagaimana diberikan terhadap

keterampilan gerak dan strategi bermain.

Kelebihan model sport education adalah guru Penjas paling senang

mengajarkan teknik-teknik olahraga dan permainan serta sejumlah peraturan karena

berorientasi pada kenyataan sebenarnya di lapangan sesuai dengan kebutuhan. Hal

ini didukung oleh keteraturan model ini seperti adanya musim latihan, musim

pertandingan dan adanya sasaran keberhasilan pencapaian prestasi. Penjas menjelma

menjadi sebuah program pelatihan dalam rangka mempersiapkan sejumlah atlit yang

akan dipersiapkan untuk sebuah kompetisi. Model ini memberikan keleluasaan bagi

Page 59: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

121

guru untuk berinovasi dan mengembangkan kreativitas yang merupakan arah

terbalik dari model konvensional (tradisional).

Kekurangan dari model ini adalah mempersiapkan anak untuk berlatih

berbagai cabang olahraga dengan peraturan seperti halnya orang dewasa

bertentangan dengan konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP).

Kenyataan di lapangan kurang melibatkan siswa secara aktif karena kemampuannya

belum memadai. Kewajaran ini tentunya dapat diterima semua pihak sebab

kompetisi adalah wadah unjuk kebolehan bagi pelaku yang sudah mahir bukan siswa

yang masih pemula. Bagi siswa yang tidak turut berpartisipasi, kondisi pembelajaran

seperti ini akan diterimanya dengan enggan dalam keadaan terpaksa, dan mungkin

akan terjadi sikap apatisme.

Kriteria model pembelajaran pendidikan jasmani dari sport education dari segi

tujuan, relevansi, konsistensi, aplikabel, dan efektivitas sbb.:

Tujuan Relevansi Konsistensi Aplikabel Efektivitas

Membina dan Memupuk NLlatnOaL Guru Eenjas Kesesuaian mengajadsn telferjasan sikap mengajadsn telferjasan sikap dty-uL dengan program, teknik-teknik se iakdir iutuk menggunakan waktu, paralaSrv

meningkatkan sportivitas model dana akan t e s a l a atutai psnampLlai kebatanian, TPla pembelajaran i r i terdampak sejak diri menjadi t e t t o t a n pada setiap meringankan sabagai kebutuhan dalam menuakan menyajikan pekerjaan guru

dunia Eenjas saat p a r m m r a n materi dan menghadapi M , apalagi sikap keberhasilan. pembelajaran memudahkan tatangan itasa siswa yarg dalam t o n i wiru r t i l s m aktivitas siswa ctewasa dengan rtiemilUdriLlaL- , peiribeOajdUJLi kegiatan tF+api tidak tetap nOaLtetESbUt Eenjass*ingga panfcanaan inenghilangkan me^ungjung sangat petiu akan tetap pffistasL untuk karakteristik tir^naaHiOai- cHamiangka dipadukan dalam memrjertahankan model telajar

m e n e g a i t i t ian setiap e w r t baik gengsi sekolah tetsabut malahan SFP=TK -fNnifly, paidldUsn egrt-irri rr-RiTpTn s e l a g i PTRlf dapat

jujup manusia masa ^ang akan sangat senang merangkaikan sportivitas PR t\ ihn^a datang dengan penghargaan 1 HMi ii Tmnsnrm permainan dan bagi sakalah di t a r t a g l i dan perlombaan samping fpfa h°rknrtvin, tarrangan

kreativitas dan inì^^tìf d=iri r p i m

G a m b a r 2 - 3

K r i t e r i a Mode l P e m b e l a j a r a n P e n j a s S p o r t E d u c a t i o n

Page 60: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

122

4. Mode l R s m b e l a j a r a n K e b u g a r a n ( H e a l t h - R e l a t e d F i t n e s s Model)

Model pembelajaran pendidikan jasmani dari perspektif Health related fitness

education, memiliki pandangan bahwa generasi penerus dapat membangun tubuh

yang sehat dan memiliki gaya hidup aktif dengan cara melakukan aktivitas fisik

dalam kehidupan sehari-hari. Namun harapan itu tidak mungkin terealisasikan tanpa

adanya usaha karena di sebagian besar generasi penerus tidak memiliki kebiasaan

hidup aktif secara teratur dan aktivitas fisik menurun secara drastis setelah dewasa.

Untuk itu program pendidikan jasmani di sekolah harus membantu generasi penerus

untuk aktif sepanjang hidupnya.

Kesempatan membantu generasi penerus untuk tetap aktif sepanjang hidupnya

menurut model ini masih tetap terbuka sepanjang merujuk pada alasan individu

melakukan aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa alasan

mengapa seseorang melakukan aktivitas fisik, diamaninya; 1) aktivitas fisik, 2}

dapat dilakukan sama-sama, 3) untuk meningkatkan keterampilan, 4) untuk

memelihara bentuk tubuh, dan 5) agar nampak lebih baik.

Karakteristik mode! ini pada dasarnya berlandaskan pada disciplinary mastery

value orientation yang sering kali merefleksikan orientasi nilai self-actualization,

sehingga beberapa program dari model ini terintegrasi ke dalam pendidikan jasmani

dalam kerangka konsep healthy lifestyle yang lebih luas dengan komponen-

komponen sosio-culture (Jewet, 1995). Peranan guru dalam menerapkan model ini

lebih menekankan untuk membimbing siswa pada program kegiatan kesegaran

jasmani, mengajar keterampilan dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan,

menanamkan komitmen terhadap gaya hidup yang aktif, dan mengadmimstrasikan

Page 61: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

123

program asesmen kesegaran jasmani individu siswa. Mengingat kritik yang

mengatakan bahwa ruang lingkup dari program ini sangat terbatas pasa aktivitas

kebugaran jasmani saja, maka program ini berisikan pengembangan berbagai variasi

keterampilan dan pengalaman yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi dalam

aneka ragam olahraga, aktivitas olahraga, dan aktivitas fisik.

Program tahapan pencapaian gaya hidup aktif pada model kebugaran

(AAHPERD, 1999) meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

Step 1: Melakukan latihan secara teratur (membiasakan berolahraga dan

mempelajari dan menyenangi olahraga)

Step 2: Perolehan status kebugaran (memenuhi status minimal sekolah dan

belajar menetapkan target sendiri)

Step 3 : Pola latihan sendiri (memilih latihan sendiri dan evaluasi program sendiri)

Step 4 : Evaluasi sendiri (tes kebugaran jasmani dan interpretasi hasil)

Step 5 : Mandiri yaitu merencanakan program dan gaya hidup aktif.

Kelebihan dari model kebugaran ini terletak pada keyakinan bahwa

keberhasilan pendidikan jasmani berawal dari keyakinan individu melakukan

aktivitas fisik dalam rangka pembentukan gaya hidup aktif, bugar dan sehat di masa

mendatang. Melakukan aktivitas fisik dengan memiliki argumentasi semata-mata

untuk kesenangan, dilakukan bersama-sama, memelihara bentuk tubuh dan

meningkatkan keterampilan merupakan investasi untuk mempersiapkan generasi

penerus yang lebih berkualitas.

Kelemahan model ini terletak pada ruang lingkup dari program ini yang sangat

terbatas pada aktivitas kebugaran jasmani saja dengan bermaterikan pengembangan

Page 62: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

124

pada berbagai variasi keterampilan dan pengalaman yang memungkinkan siswa

dapat berpartisipasi dalam aneka ragam olahraga dan aktivitas fisik. Belum lagi

kesan seakan-akan menyiksa dan merendahkan martabat siswa, program ini untuk

mempersiapkan siswa menjadi anggota militer yang berfokus melatih bukan

mendidik. Padahal, yang sebenarnya memelihara gaya hidup dan kesehatan pribadi

menghadapi era globalisasi dengan serba teknologi tinggi justru jauh lebih penting

maknanya. Kriteria model pembelajaran kebugaran jasmani ditinjau dari segi tujuan,

relevansi, konsistensi, aplikabel dan efektivitas dapat di lihat pada Gambar 2-4

berikut:

T u j u a n R e l e v a n s i K o n s i s t e n s i A p l i k a b e l E f e k t i v i t a s

Membina Menanamkan Kondisi fisik Guru tegas Kesesuaian kF+iiaswi hidup aktif telajar ^ongbjgarckn dapat dengan prgrairv sefcetdan melakukan

kesegaran gaya hidup yang serat sara

menggunakan modal

waktu, peralatan, sefcetdan melakukan

gaya hidup yang serat sara

menggunakan modal cfana akan

sefcetdan melakukan jdbaitiiii dan

gaya hidup yang serat sara

menggunakan modal cfana akan

akthatEBfiak memelihara parrtoelajacaniit berdampak jeng tetam: akan hidup sehat menuakan peda s t e p meringankan membantu separi^ng layat trer ì iong menyajikan pakezjoHiguru gaseiasi gmerrs merupakan dikembangkan maten dan memudahkan urtuk irenjaga modal^eng dalam pembelajaran aktivitas s isve keeamtengan s a r x ^ t e r n i l a i pantoelajaran ketika nemahami tBt^a. tidak hicbp, sehingga hargar^a sebagai fegas ?ralagi m a p i merighilangkan memungkinkan nilai-nilai part irgn^ nilai- karaktensak sisva menjalari nilai tsb bagi model belajar hPrrRiti^rasi niiriras tegiatan .ditanamkan siswa teta3*£ malahan dalam kegiatan danba^akn^a sejak dini akan PenjcsMab t a t a n a n karaH tercarrpak mengembangkan

kemajiandL positif bagi ktBgthatasdan sarrpng bicang teknologi patterribangan inisiatif rneningkatkan danirfoaiasL di irasajang kemampuanma akandcLiJu

G a m b a r 2-4

K r i t e r i a Mode l f t e m b e l a j a r a n F e n j a s K e b u g a r a n Jasmani

ini CLmtn/Dir VìrjsrtJ

Page 63: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

125

G . K o n s e p M o d e l B a m b e l a j a r a n K u a n t u m P e n j a s B e r b a s i s K o m p e t e n s i

Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling pokok.

Kondisi ini membawa implikasi bahwa berhasil tidaknya proses pendidikan,

khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada berhasil

tidaknya proses belajar yang dilakukan peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan

pendidikan dapat tercapai harus diupayakan agar pada diri siswa terjadi proses

belajar, yaitu proses terjadinya perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu.

Perubahan perilaku tersebut akibat pengalaman yang dialami individu setelah

melakukan interaksi dengan lingkungan. Proses belajar merupakan proses yang

disengaja, dan perubahan tersebut bersifat temporer dan bukan karena proses

pematangan, pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian di dalam proses

belajar ada dua pihak yang terlibat, yaitu individu yang belajar dan lingkungan.

Keberhasilan proses belajar yang dialami seseorang, tidak terlepas dari

beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik yang berasal dari dalam individu

maupun dari luar individu yang bersangkutan. Faktor dari dalam diri individu adalah

motivasi, organisasi, partisipasi, konfirmasi, pengulangan dan aplikasi. Adapun yang

berasal dari luar individu diperoleh dari bahan ajar, pengajar, lingkungan tempat

pembelajar.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, faktor yang berasal dari dalam diri lebih

cenderung pada faktor yang proses perubahannya tidak dapat dilakukan dalam

waktu yang relatif cepat. Hal ini dapat dipahami, mengingat faktor-faktor tersebut

menyangkut pada sesuatu yang bersifat pribadi. Faktor yang berasal dari luar

individu dapat dengan mudah diubah secara sistematik.

Page 64: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

126

Howard Gardner (1996) dalam Bobbi DePorter (2002) menyatakan bahwa

proses belajar yang terjadi pada individu yang belajar erat kaitannya dengan struktur

otak yang dimilikinya. Struktur otak manusia pada dasarnya terdiri dari tiga bagian,

yaitu batang otak reftilia, sistem limbik (otak mamalia), dan neokortek (otak

berfikir). Batang otak memiliki peranan yang berhubungan dengan fungsi motorik

sensorik, kelangsungan hidup, dan reaksi terhadap bahaya. Batang otak reftilia

memiliki peranan yang berkaitan dengan perasaan atau emosi, memori, bioritmik

dan sistem kekebalan. Otak berfikir memiliki peran yang berkaitan dengan berfikir

intelektual, penalaran, bahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi. Dengan adanya

neokortek, manusia menjadi unik karena semua kecerdasan yang lebih tinggi

tersedia. Kecerdasan khusus yang dimiliki manusia itu diantaranya bahasa,

matematika, visual, perasa, musikal, interpersonal, intra personal, dan intuisi.

Selanjurnya Bobbi DePorter (1999) menjelaskan, bahwa berdasarkan

belahannya, otak manusia terdiri dari belahan otak kanan dan otak kiri. Otak kanan

memiliki karakteristik dalam cara berfikir yang logis, sekuensial, linier, dan rasional.

Karena itu cara berfikirnya sesuai dengan tugas-tugas yang teratur, ekspresi verbal,

menulis, membaca, dan berkaitan dengan simbol-simbol. Adapun otak kiri memiliki

karakteristik dengan cara berfikir yang acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.

Dalam Cara berfikirnya, otak kiri berhubungan dengan non verbal seperti perasaan,

emosi, pengenalan bentuk dan pola, musik, warna kreativitas dan visualisasi.

Dalam proses pembelajaran yang seimbang harus diupayakan kerja otak kanan

dan otak kiri berimbang. Semua itu pada akhirnya tertuju belajar apa saja dari setiap

situasi, menggunakan apa yang dipelajari untuk keuntungan yang diperoleh,

Page 65: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

127

mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan. Gambaran ini

disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari tidak dapat melihat

adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu

pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi dan menarik diri dari kehidupan.

Model pembelajaran kuantum mengkonsep tentang "menata pentas lingkungan

belajar yang tepat". Penataan lingkungan diarahkan kepada upaya membangun dan

mempertahankan sikap positif Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar.

Peserta didik dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara

fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, para

anak didik diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur

pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu lingkungan mikro dan

lingkungan makro (Bobbi DePorter, 1999). Lingkungan mikro adalah tempat peserta

didik melakukan proses belajar yaitu bekerja dan berkreasi. Pembelajaran kuantum

menekankan penataan kondisi, musik dan desain ruang belajar karena semua itu

dinilai mempengaruhi terhadap peserta didik dalam menerima, menyerap, dan

mengolah informasi. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang

pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan

lingkungan formal dan terstruktur seperti meja, kursi, alat peraga, dan tempat

khusus. Tujuannya agar dapat menciptakan suasana yang dapat menimbulkan

kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk berkonsentrasi

sangat baik dan belajar lebih mudah. Keadaan tegang akan menghambat aliran darah

dan menghambat pula konsentrasi belajar siswa.

Page 66: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

128

Lingkungan makro ialah "dunia yang luas". Peserta didik diminta untuk

menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas

lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan

masyarakat yang diminatinya. Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan,

semakin mahir mengatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin mudah

mempelajari informasi baru. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan

mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat

pengalaman membangun dan membentuk pengetahuan baru. Pada intinya, interaksi

ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan

perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan

dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke

arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan

memperluas zona aman, nyaman, dan perasaan dihargai dari siswa.

Melalui pola yang dikembangkan tersebut, maka dalam setiap individu

diharapkan muncul sikap tanggungjawab terhadap diri, sehingga akan terus belajar

dan berupaya menggali sesuatu yang baru dan menggunakannya. Pada gilirannya,

dia akan mengenali dan memahami potensi apa yang sebenarnya dia miliki. Salah

satu potensi yang harus dikenali dan dipahami oleh seorang pembelajar adalah gaya

belajar yang dimilikinya. Gaya belajar yang dimiliki seseorang, merupakan

manifestasi dari kemampuannya dalam menyerap, mengatur dan mengolah

informasi yang diterimanya.

Lebih lanjut, Bobbi DePorter (1999) menjelaskan bahwa pembelajaran

kuantum adalah konsep pembelajaran yang diterapkan di SuperCamp oleh Eric

Page 67: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

129

Jensen. SuperCamp adalah sebuah program pelatihan dan pengembangan diri yang

intensif. Suatu model belajar cepat yang terintegrasi dengan menggunakan

kurikulum ganda yang terdiri dari: (1) Kurikulum akademis "belajar untuk belajar"

dan (2) Kurikulum untuk keterampilan dan pengembangan pribadi. Kurikulum

akademis dengan program sepuluh hari, meliputi keterampilan menulis cepat,

kreativitas, membaca cepat, persiapan ujian dan belajar untuk belajar. Sedangkan

untuk kurikulum keterampilan, berisikan nilai dan kemampuan seseorang untuk

berkomunikasi. Menurut konsep pembelajaran kuantum ini ada dua unsur utama

yang mempengaruhi proses belajar, yaitu: (I) Bagaimana menciptakan suasana yang

tepat untuk mengajar, (2) Apa topik yang akan dipelajari oleh siswa.

Pendekatan pembelajaran kuantum berpusat pada siswa dan pada masyarakat

sehingga kurikulum dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. Hal

ini berdasarkan pertimbangan bahwa otak tidak bisa memperhatikan dan mengingat

semua hal, seperti pelajaran yang tidak menarik, membosankan atau tidak

menggugah emosi. Pembelajaran kuantum menekankan pada empat aspek: (1) Citra

diri dan perkembangan diri, (2) Pelatihan keterampilan hidup, (3) Belajar tentang

cara belajar dan cara berpikir, (4) Kemampuan-kemampuan akademik, fisik, dan

artistik yang spesifik (Bobbi DePorter, 1999). Oleh karena itu, setiap siswa dari

segala umur boleh mengembangkan kurikulum sendiri dan mengakses sumber-

sumber informasi untuk mempelajari hal-hal yang mereka minati dengan cepat dan

mudah. Gairah belajar yang tinggi dan kemampuan memadukan pengetahuan

dengan kerja adalah kunci-kunci baru menuju masa depan.

Page 68: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

130

Suasana pembelajaran kuantum sangat menyenangkan sehingga membuat

siswa belajar lebih efektif. Menyenangkan berarti seluruh komponen fisik dan

nonfisik siswa bebas dari segala tuntutan dan tekanan. Konsep menyenangkan

berarti bahwa diri siswa berada dalam keadaan benar-benar lepas dan bebas dari

target harus dicapai. Karena keadaan yang menyenangkan akan melapangkan jalan

seseorang dalam mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal.

Keadaan yang menyenangkan akan mendorong seseorang untuk bersungguh-

sungguh terlibat dalam melakukan sesuatu termasuk dalam belajar. Dalam interaksi

pembelajaran kuantum, guru menjadi fasilitator dan manajer pembelajaran di pusat-

pusat pembelajaran dengan menempatkan siswa seolah-olah klien. Guru adalah

tenaga profesional yang terlatih mengelola pusat belajar untuk melayani gaya belajar

siswanya. Para guru harus memiliki pengetahuan luas tentang mata pelajaran

tertentu dan mampu membawa dunia ke dalam suasana kelas. Musik, permainan dan

kestabilan emosi merupakan kunci keberhasilan belajar siswa. Menurut Colin Rose

dan Malcolm J. Nichol (2002) dalam Hernawan (2003) dalam model pembelajaran

kuantum, siswa sangat cepat belajar karena mereka dibimbing menemukan sendiri

prinsip belajar itu. Maksudnya sangat diutamakan konsep"learning how to learn",

belajar bagaimana belajar, artinya belajar bertujuan untuk menguasai bagaimana

teknik mempelajari sesuatu, bukan hanya belajar untuk menguasai sejumlah ilmu

pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat tidak bisa diajarkan

satu persatu membutuhkan waktu yang lama.

Dengan demikian, dalam belajar pendidikan jasmani para siswa akan

termotivasi untuk belajar dan terus belajar tentang suatu keterampilan gerak sampai

Page 69: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

131

mencapai tujuan pembelajaran. Jika siswa berhasil mencapai sasaran maka motivasi

dan produktivitasnya akan meningkat. Hal ini merupakan investasi yang sangat

berharga bagi seorang siswa yang sudah tumbuh kemauan sendiri untuk belajar.

Sistem pembelajaran kuantum berorientasi pada tiga konsep utama, yaitu: (1)

Mencintakan lingkungan yang memungkinkan proses belajar berjalan maksimum

dengan membangun hubungan antar peserta dan mengembangkan rasa percaya diri

setiap siswa; (2) Mengajar siswa dalam berbagai gaya belajar sehingga mereka dapat

memahami materi yang diberikan; (3) Mengajari siswa keterampilan yang

dibutuhkan untuk mempelajari materi apa saja dan bukan hanya materi tertentu

(Bobbi DePorter, 1999). Untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan proses

belajar berjalan maksimum guru harus memilih dan mempersiapkan musik dengan

jumlah ketukan antara 50-70 per menit untuk digunakan saat memulai setiap sesi

belajar. Tujuannya adalah agar terjadi perubahan suasana sehingga siswa dapat

berganti-ganti kegiatan dari bernyanyi ke bertindak, ke berbicara, ke melihat, ke

sajak, ke peta pikiran sampai diskusi kelompok. Menurut Jeannette Vos dalam

Bobbi DePorter (1999) bahwa musik itu dapat berfungsi untuk mengurangi stress,

meredakan ketegangan, meningkatkan energi dan memperbesar daya ingat

Prinsip pembelajaran kuantum meliputi: (1) Segalanya berbicara, artinya

sesuatu yang ada di lingkungan kelas dapat digunakan sebagai media belajar, (2)

Segalanya bertujuan, artinya semua yang terjadi di kelas memiliki tujuan yang jelas,

(3) Pengalaman sebelum pemberian nama, artinya pembelajaran diawali rasa ingin

tahu sebelum mengetahui namanya, (4) Akui setiap saat, artinya pembelajaran

Page 70: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

132

merupakan proses yang mengandung resiko karena mempelajari yang baru, dan (5)

jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan (Hamalik, 2003).

Rancangan pembelajaran kuantum melalui proses mencari 'TANDUR" yaitu

suatu istilah akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan

Rayakan (Bobbi DePorter, 1999). Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan

siswa terhadap pemahaman tentang apa manfaat setiap pelajaran bagi diri siswa atau

Apakah Manfaatnya Bagi-Ku (AMBAK) yang sangat jelas dau spesifik akan dapat

memotivasi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara hebat. Apapun yang

siswa lakukan, jika yang dilakukan itu tidak memberikan manfaat, ada kemungkinan

siswa akan malas melakukannya. AMBAK akan membangkitkan minat anak didik

untuk mempelajari sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi perkembangan diri siswa,

sedangkan AMBAK bagi guru akan mempersegar ketika berhadapan dengan siswa

dikarenakan guru akan memperoleh sesuatu yang bermakna dalam proses kegiatan

belajar mengajar.

Hemawan (2003) menyarankan bahwa sebaiknya dalam

mengimplementasikan pembelajaran kuantum dapat memadukan beberapa model

kurikulum antara lain: (1) Model kurikulum perkembangan pribadi yang meliputi

rasa percaya diri, motivasi, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan menjamin

relasi; (2) Model kurikulum keterampilan hidup meliputi pengaturan mandiri dan

pemecahan masalah secara kreatif; (3) Model kurikulum keterampilan belajar untuk

belajar dan belajar berpikir; (4) Model kurikulum isi pada umumnya dengan tema-

tema terpadu.

Page 71: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

Menurut Bobbi DePorter (1999), kita belajar 10 % dari apa yang kira b ^ a r ^ T ^ '

% dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita

lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, 90 % dari apa yang kita katakan

dan lakukan. Atas dasar pertimbangan itu, maka metoda belajar pemecahan masalah

dan penemuan merupakan metoda yang banyak digunakan dalam model

pembelajaran kuantum. Dengan berpatokan pada prinsip belajar learning by doing

siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cepat dan efektif, karena mereka

melihatnya, mendengarnya, dan merasakannya. Selain itu semakin sering dan luas

siswa mengkait-kaitkan berbagai hal, semakin kaya pengalaman siswa untuk belajar.

Model pembelajaran kuantum baik secara konseptual maupun implementasi

sangat cocok digunakan, karena sesuai dengan kebutuhan siswa Sekolah Dasar.

Pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa akan membuat

pembelajaran lebih bermakna dan lebih efektif. Pembelajaran dengan

memperhatikan gaya belajar siswa membuat siswa merasa senang dalam belajar.

Pembelajam kuantum juga lebih menekankan pada learning by doing, sehingga

siswa lebih memahami apa yang dipelajarinya dan lebih kreatif karena itu mereka

belajar lebih cepat, lebih bersikap positif, percaya dirinya berkembang dan merasa

bebas dari tekanan baik tisik maupun psikologis. Pembelajaran kuantum pendidikan

jasmani memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih isi pelajaran yang

dikehendakinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Dengan demikian mereka

bebas belajar dengan lebih leluasa dalam mengembangkan potensi, bakat yang

dimilikinya dengan optimal. Misalkan dalam mata pelajaran Penjas, para siswa

Page 72: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

134

diberikan kebebasan menentukan olahraga pilihan sesuai dengan bakat dan minat

masing-masing.

Proses belajar yang terjadi pada individu yang belajar, erat kaitannya dengan

struktur otak yang dimilikinya. Struktur otak manusia pada dasarnya terdiri dari

belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Otak kanan memiliki karakteristik dalam

cara berfikir logis dan rasional. Adapun otak kiri memiliki karakteristik dalam

berfikir yang acak, tidak teratur dan holistik. Dalam cara berfikimya, otak kiri

berhubungan dengan perasaan, emosi, pengenalan bentuk, musik, seni dan

kreativitas. Agar terjadi keseimbangan, maka harus diupayakan kerja otak kanan dan

otak kiri yang seimbang. Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang

menargetkan tumbuhnya emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan

diri (Howard Gardner, 1996; dalam Bobbi DePorter, 1999).

H . P e n g e m b a n g a n M o d e l P e m b e l a j a r a n K u a n t u m P e n d i d i k a n J a s m a n i

B e r b a s i s K o m p e t e n s i d i S e k o l a h D a s a r

Model merupakan bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan

model itu, sebagai representasi suatu sistem yang dipandang dapat mewakili sistem

yang sesungguhnya, model merupakan gambaran tentang sesuatu, bagaimana

hendaknya dan atau bagaimana adanya sesuatu itu (Mills, 1989; dalam Kuswana,

2003). Model dirancang untuk menjelaskan aspek-aspek suatu persoalan atau ruang

lingkup persoalan, dan dapat menjelaskan pula hubungan-hubungan yang penting.

Model merupakan suatu gambaran tentang sesuatu yang dapat memperjelas berbagai

kaitan diantara unsur yang ada. Pembelajaran sebagai suatu sistem memerlukan

Page 73: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

135

suatu model atau beberapa model yang dapat memberikan kejelasan hubungan

diantara komponen, unsur atau elemen sistem tersebut (Laurens Seba, 2005:41-43).

Model menurut Print (1993) adalah sesuatu gambaran yang disederhanakan

dari keadaan yang sebenarnya dan sering digambarkan dalam diagram. Pandangan

lain dari Zais (1976) bahwa model sebagai gambaran kecil dari data atau fenomena,

sehingga model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk mendesain materi pelajaran dan membantu pembelajaran

(Seller & Miller, 1985).

Model pembelajaran identik dengan pola dasar mengajar, sistem, prosedur

didaktik. Pola dasar mengajar yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang

bertautan satu sama lain untuk mencapai tujuan pengajaran (Engkoswara dan

Rustiyah, 1984). Model mengajar merupakan suatu rencana atau pola yang

digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran, dan memberi

petunjuk kepada pengajar di kelas atau di di lapangan dalam setting pengajaran atau

setting lainnya (Bruce Joice dan Marsha Weil, 1972).

Model pembelajaran kuantum merupakan model pembelajaran yang

menekankan kepada pengalaman belajar yang menyenangkan dan berhasil guna bagi

siswa maka dari itu pemilihan strategi dan media pembelajaran yang bervareasi

menjadi ciri utama model ini.

Bobbi DePorter (1999) seorang pakar quantum learning and teaching

menjelaskan bahwa pembelajaran kuantum merupakan upaya perubahan bermacam-

macam interaksi yang ada di sekitar momen belajar. Pembelajaran dikiaskan sebagai

suatu simponi yang terdiri dari berbagai alat musik sebagai unsurnya dan guru

Page 74: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

136

merupakan konduktor sebuah simponi. Guru berusaha merubah semua unsur

menjadi simponi yang indah bagi semua orang di kelasnya.

Asas utama pembelajaran kuantum adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita

dan antarkan dunia kita ke dunia mereka Pandangan tersebut memberi arti bahwa

untuk melaksanakan suatu pembelajaran diperlukan pemahaman yang cukup tentang

anak didik. Dengan demikian akan memudahkan semua proses pembelajaran itu

baik bagi anak didik maupun guru. Pemahaman itu amat penting karena setiap

manusia memiliki dinamikanya sendiri.

Banyak hal yang mempengaruhi pengembangan model pembelajaran

pendidikan jasmani, oleh karena itu relevansi antara tujuan, kegiatan belajar, dan

penilaian sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran

pendidikan jasmani yang sesuai dengan karakteristik siswa tingkat pemula di

Sekolah Dasar. Implementasinya bagaimana bahan-bahan pendidikan jasmani yang

memiliki katagori gerak dasar fundamental lokomotor, nonlokomotor dan

manipulatif dikemas sedemikian rupa sehingga aktivitas siswa yang masih pemula

itu tinggi dikarenakan belajar gerak yang dilakukan disajikan dalam bentuk strategi

permainan. Itu hanya bisa terjadi manakala guru pendidikan jasmani mampu

menciptakan kondisi pembelajaran tidak kaku dan monoton, berarti guru harus

memiliki sikap profesional mengelola mata pelajaran pendidikan jasmani. Begitu

juga prasyarat lain seperti peralatan yang mendukung (sederhana), waktu yang

tersedia cukup dan dukungan orang tua siswa.

Salah satu hal yang harus mendapatkan prioritas agar mendukung proses

pembelajaran pendidikan jasmani di atas adalah mengubah suasana pembelajaran

Page 75: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

137

yang asalnya sarat prestasi menjadikan suasana bermain yang menyenangkan,

sehingga baik secara fisiologis maupun psikologis makna pembelajaran terpenuhi.

Alternatif ke arah itu adalah dengan memodifikasi peralatan olahraga baku,

peraturan bermain dan berlomba masing-masing cabang olahraga, dan

menyederhanakan sarana dan prasarana olaharaga. Ini merupakan tuntutan sebab

karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah terbatas kemampuan, wawasan, dan

pengalaman. Ini pula yang mendorong siswa agar bisa berinteraksi dengan

lingkungan sebab bahan-bahan itu bisa diperoleh dari lingkungan tempat tinggal

siswa dan mudah didapat dengan tanpa biaya sekalipun Namun siswa sendiri harus

memiliki sikap yang aktif, kreatif dan cerdas.

Model pembelajaran merupakan acuan atau pola yang dipakai oleh seseorang

untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran pendidikan

jasmani berarti pola yang digunakan oleh seorang guru Penjas dalam melakukan

latihan yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian bertambah

beban pekerjaannya. Menurut Schmidt (1991) pembelajaran gerak adalah

serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang

mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang

untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. Definisi pembelajaran yang

diajukan Schmidt mengandung tiga aspek penting, yaitu: 1) belajar merupakan

pengaruh latihan atau pengalaman, 2) belajar tidak langsung teramati, 3) belajar

mengalami perubahan yang bersifat relatif melekat

Keterampilan dasar merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir

dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang

Page 76: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

138

minimum (Schmidt, 1991). Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa

keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu

tujuan dengan efisien dan efektif. Jadi keterampilan pada hakekatnya adalah upaya

untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan lingkungan melalui cara sebagai

berikut: memaksimalkan kepastian prestasi, meminimalkan pengeluaran energi

tubuh dan energi mental dan meminimalkan waktu yang digunakan.

Kemampuan gerak dasar fundamental adalah kesanggupan seseorang dalam

melakukan gerak yang terjadi atas dasar gerak refleksi yang berhubungan dengan

badannya, yang dibawa sejak lahir dan terjadi tanpa latihan. Gerakan dasar

fundamental dibagi atas: gerakan lokomotor, gerakan nonlokomotor, dan gerakan

manipulatif (Dauer dan Pangrazzi, 1986).

Gerakan lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan

tempat, seperti: jalan, lari dan lompat. Gerakan nonlokomotor yang menyebabkan

pelakunya tidak berpindah tempat, seperti: gerak menekuk, menarik, mendorong dan

meliukkan badan. Gerakan manipulatif sebagai gerakan yang mempermainkan

obyek tertentu sebagai media yang biasanya menggunakan alat, seperti: gerak

melempar, menangkap, menendang dan memukul.

Pendekatan yang merupakan suatu usaha dalam aktivitas kajian atau interaksi,

relasi dalam suasana tertentu dengan individu atau kelompok melalui penggunaan

metode-metode tertentu secara efektif. Pendekatan pembelajaran berarti sebagai

proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu

dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan (Kuswana, 2003). Dengan

Avi Suhermnn/PK-SMIPI

Page 77: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

139

demikian pendekatan dapat dikatakan lebih luas dari metode, dan lebih konprehensif

dalam kajian, akan tetapi lebih aplikatif dalam praktek baik disadari maupun tidak.

Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa Sekolah Dasar

merupakan pendekatan yang lebih didasarkan pada unsur kesenangan dan

kegembiraan siswa. Desain proses pembelajaran lebih banyak memberikan suasana

riang gembira jauh dari sifat formalitas dan monoton dalam melakukan aktivitas

(Cholik Mutohir, 2000). Pendekatan pendidikan olahraga (konvensional) dalam

konteks pembelajaran semata-mata digunakan sebagai media sosialisasi nilai-nilai

pendidikan misalnya kepemimpinan, ketaatan, sportif, bertanggungjawab, dan

kerjasama. Sungguhpun demikian dimungkinkan siswa berpartisipasi dalam cabang

olahraga yang diminatinya secara lebih optimal

Gambaran umum tentang pembelajaran yang bermakna dalam pendidikan

jasmani ditandai oleh gurunya yang selalu aktif dan siswanya secara konsisten aktif

belajar. Dalam tatanan pembelajaran yang efektif dan efisien, siswa tidak hanya

bekerja sendirian melainkan adanya keterlibatan guru sebagai fasilitator

pembelajaran sehingga waktu yang tersedia dijalani dengan produktif. Jalannya

aktivitas belajar nampak sibuk, aktif dan menantang bagi siswa akan tetapi masih

berada antara tingkat perkembangan dan kemampuan siswanya. Pada akhirnya siswa

dapat menerima pesan dari guru dengan baik dan dapat melakukan berlatih secara

indipenden mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Graham (1992)

menggambarkan karakteristik efektivitas mengajar pendidikan jasmani yang

meliputi: 1) waktu, kesempatan belajar, dan materi yang diberikan, 2) harapan dan

peranan, 3) pengelolaan kelas dan keterlibatan siswa, 4) tugas belajar yang

Page 78: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

140

meaningful dan tingkat keberhasilan yang tinggi, 5) kelancaran dan momentum, 6)

mengajar secara aktif, 7) pengawasan yang aktif, 8) tanggungjawab, 9) kejelasan,

antusias, dan kehangatan.

Konsep dasar model pembelajaran pendidikan jasmani mengarah kepada

prinsip dasar kebermaknaan melaksanakan tugas sehari-hari yang berorientasi pada

proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara

sistematis dan meliputi peningkatan individu secara organik, neuromuskuler,

perseptual, kognitif, sosial dan emosional (Abdulkadir, 1992). Keterkaitan konsep-

konsep tersebut dalam hubungannya dengan pengembangan model pembelajaran

pendidikan jasmani yang bermakna tergambar sebagai berikut:

Model pembelajaran pendidikan jasmani yang diperlukan dalam kerangka

mengembangkan keterampilan dasar siswa secara umum melalui pendekatan

bermain yang mengandung unsur materi yang berbentuk tema keterampilan teknik-

teknik dasar yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi atau karakteristik

perkembangan fisik dan psikis anak didik. Selanjutnya memberikan pengayaan

gerak dasar dominan yang disenangi serta mengenalkan teknik dasar kecabangan

olahraga (Cholik Mutohir, 2000).

Model pembelajaran kuantum dalam pendidikan jasmani sebagai perubahan

dari keadaan lama yang semula menjadi keadaan baru seperti bentuk, fungsi, cara

penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan karakteristik semula.

Tujuan memodifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani adalah agar: (1)

Siswa memperoleh kesenangan dalam mengikuti pelajaran, (2) Meningkatkan

kemungkinan keberhasilan dalam berprestasi, dan (3) siswa dapat melakukan pola

Page 79: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

141

belajar secara benar (Rusli Lutan, 1996). Dengan demikian, komponen yang dapat

dimodifikasi meliputi ukuran, berat, peraturan, dan waktu.

Memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan

dijelaskan Mosston (1994) sebagai berikut: 1) perhatikan interaksi antara guru-siswa-

tujuan yang merefleksikan perilaku dalam suatu proses mencapai tujuan, 2)

perhatikan rangkaian tahap yang membentuk satu proses pembelajaran, 3) rumuskan

tujuan setiap tahap (tugas apa yang harus dilakukan siswa, standar kompetensi apa

yang harus dicapai, tingkah laku apa yang harus dikembangkan siswa, dan tingkah

laku mana yang harus dinilai), 4) tentukan apakah tugas-tugas tersebut bersifat

reproduksi, 5) tentukan perilaku apa yang dikembangkan atau apa perilaku siswa

yang dievaluasi, 6) bandingkan antara tujuan pengajaran yang dikehendaki dengan

tujuan yang telah tercapai

Kurikulum pendidikan jasmani bercirikan bahwa muatan pendidikan jasmani

tidak hanya ditekankan pada penguasaan keterampilan motorik semata, akan tetapi

pada pengembangan nilai-nilai kepribadian peserta didik, sehingga sebaiknya

kurikulum pendidikan jasmani bersifat integratif dan eklektif dengan tidak

menekankan pada satu model tertentu. Dengan demikian pendekatan pembelajaran

yang digunakan memberikan peluang yang selaras kepada siswa untuk berekpslorasi

sesuai dengan minat dan bakat, seimbang kebutuhan fisikal dan mental, verbal ski]]

dan nonverbal skill, dan integrasi dan emosi (AAPHERD, 1999).

Materi pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar pada dasarnya tidak

bisa lepas dari gerakan-gerakan dasar fundamental yang merupakan pola gerakan

yang menjadi dasar untuk ketangkasan gerak yang lebih komplek. Dauer dan

Page 80: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

142

Pangrazzi (1986), berpendapat bahwa gerakan-gerakan dasar fundamental dibagi ke

dalam tiga rumpun yaitu gerakan lokomotor, gerakan nonlokomotor, dan gerakan

manipulatif.

Realisasinya gerakan-gerakan dasar fundamental tersebut dalam kurikulum

pendidikan jasmani Sekolah Dasar dikemas dalam bentuk label yang meliputi

atletik, senam, permainan dan kemampuan dasar jasmani yang disajikan dalam

kemasan permainan dengan peralatan, ukuran lapangan, dan peraturan permainan

tidak harus mengarah pada peraturan baku seperti cabang olahraga tetapi

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Konsep tersebut tidak berarti

bahwa pembelajaran pendidikan jasmani melalaikan latihan peningkatan

keterampilan motorik, namun yang harus diperhatikan peningkatan kebermaknaan

Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan kebutuhan yang mendesak untuk

segera direalisasikan.

Model pembelajaran pendidikan jasmani yang akan dikembangkan peneliti

adalah model kuantum yang berbasis kompetensi yang memerlukan keterampilan

gerak yang efisien. Artinya seorang siswa yang masih duduk di Sekolah Dasar

yang memerlukan pembelajaran secara bertahap mulai tingkat gerakan yang masih

rendah menuju ke tingkat gerakan paling kompleks. Karena itu, dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani harus dimulai dari pemberian pola gerakan dasar,

aktivitas ritmik dan berbagai macam permainan anak-anak. Melalui belajar gerakan

yang dilakukan berulang-ulang kemungkinan besar tingkat efisiensi dalam

melakukan gerakan dapat tercapai.

Page 81: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

143

Seseorang dikategorikan pemula dalam keterampilan gerak, bila ia meniru dan

belajar suatu gerakan baru. Namun jika ia dapat melakukan gerakan-gerakan yang

baru, dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dengan mudah berarti ia telah

memiliki keterampilan tingkat menengah. Keterampilan tingkat lanjutan

dikategorikan kepada mereka yang mampu melakukan gerakan-gerakan tersebut

dengan mudah. Untuk mencapai tingkat keterampilan yang sempurna latihan-latihan

perlu dilakukan secara bertahap dimulai dari gerakan dasar. Hal ini dijelaskan oleh

Laban dan Laurence (1994) dalam Mahendra dan Mamun (1998) bahwa tingkat

keterampilan dasar meliputi: gerakan dasar tingkat pemula, tingkat intermediate,

tingkat advance, dan tingkat sempurna.

Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai dengan karakteristik

siswa Sekolah Dasar yang masih memiliki tingkat keterampilan dasar dan pemula

sebaiknya merupakan adaptasi terhadap keterampilan yang digabungkan dan

dibangun di atas efisiensi keterampilan dasar dan digabungkan dengan pengaturan

dalam penerapannya, sehingga lebih menekankan pada penyediaan kesempatan

kepada siswa seluas-luasnya untuk berpartisipasi aktif dalam setiap aktivitas sesuai

dengan minat dan kebutuhannya. Dalam konteks ini, kegiatan yang diciptakan

secara bervariasi berdasarkan prinsip maju berkelanjutan, bergerak dan bentuk

kegiatan yang sederhana menuju pada yang lebih kompleks. Sesuai dengan tahapan

pembelajaran gerak yang dijelaskan oleh Fitts and Posner (1967), bahwa tiga tahapan

belajar yang dapat diidentifikasi, yaitu 1) tahapan verbal kognitif, 2) tahapan

motorik, dan 3) tahap otonomi.

Page 82: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

144

Salah satu pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang akan

dikembangkan saat ini berupa model kuantum yang berbasis kompetensi yang dapat

dilakukan melalui memodifikasi pada alat, ukuran lapangan, aturan permainan dan

teknik pelaksanaan. Berbeda dengan pendekatan pembelajaran yang biasa

digunakan guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar yaitu model pendidikan

olahraga (tradisional) yang berorientasi pada pendekatan kecabangan olahraga

dalam konteks pendidikan semata-mata hanya digunakan sebagai media sosialisasi

nilai-nilai pendidikan (misalnya sportif, bertanggung jawab, disiplin dan

bekerjasama). Suasana pendekatan olahraga ini akan terlihat diterapkan pada semua

jenjang pendidikan, baik Pendidikan Dasar maupun jenjang menengah atas.

Pendekatan seperti ini jelas akan sulit diaplikasikan di Sekolah Dasar, mengingat

kemampuan siswa masih bertaraf rendah, sehingga harus ada pendekatan yang

mampu mengatasi kelemahan model pembelajaran yang ada selama ini.

Model pembelajaran kuantum yang dikembangkan akan lebih sesuai dengan

karakteristik siswa Sekolah Dasar. Dipilihnya model ini karena konsep kompetensi

menuntut kemampuan siswa sesuai dengan tarap perkembangan dan pertumbuhan

yang dimilikinya. Karena itu konsep model pembelajaran kuantum pendidikan

jasmani pada dasarnya relevan dengan prinsip Developmentaly Apropriate Practice

(DAP) yang berorientasi pada pembelajaran individual (individualized instructional

approach). Model ini dirancang untuk membantu anak dalam mengembangkan suatu

pengertian yang lebih baik tentang diri dan lingkungannya serta hubungannya

dengan olahraga yang digemari dan media yang digunakannya.

Ani CuAA'wnii/Pr, f t/r im

Page 83: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

145

Model pembelajaran kuantum dalam pendidikan jasmani merupakan model

pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman belajar yang menyenangkan

dan berhasil guna bagi siswa maka dari itu pemilihan strategi dan media

pembelajaran yang bervareasi menjadi ciri utama model ini (Oemar Hamalik,2003).

Karakteristik model ini dalam nuansa pendidikan jasmani yang dilakukan untuk

siswa Sekolah Dasar sangat sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran pendidikan

jasmani, yaitu: (1) pembentukan gerak, (2) pembentukan prestasi, (3) pembentukan

sosial, dan (4) pertumbuhan badan (Abdulkadir, 1992:8). Dengan demikian melalui

pendidikan jasmani, guru berupaya menyiapkan anak didik agar dapat hidup

bermasyarakat dan terampil serta berdiri sendiri tidak membebani orang lain. Karena

itu tepat sekali dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan suatu bagian dari

pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani, pertumbuhan dan

pengembangan mental, sosial, dan emosional

Langkah-langkah strategi pembelajaran kuantum dalan pendidikan jasmani

adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap pemahaman

tentang apa manfaatnya bagiku. Belajar pendidikan jasmani pada awalnya

dimulai dari melakukan kegiatan memahami teknik, taktik, strategi dan evaluasi

terus menerus dipelajari melalui fase kognitif yaitu memahami alur gerak yang

akan dilakukan, sehingga ada gambaran apa yang akan dilakukan.

2. Alami, buatlah pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa

melakukan aktivitas gerak mulai gerak yang sederhana sampai pada gerak yang

kompleks. Tujuannya agar siswa mengalami langsung bagaimana gerak yang

mesti dilakukan sehingga dapat merasakan setiap jenjang kesulitan gerak.

Page 84: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

146

3. Namai, setiap pengajar mesti menyediakan kata kunci, konsep, model dan

strategi apa yang tepat yang dilakukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani

untuk siswa Sekolah Dasar.

4. Demonstrasikan, sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi anak didik

untuk menunjukkan keterampilannya. Keterampilan yang dilakukan oleh anak

didik berupa unjuk kerja berbentuk alur gerak yang bebas sesuai dengan

kemampuan dan karakter masing-masing.

5. Ulangi, guru harus menunjukkan cara mengulangi materi gerakan yang

dilakukan oleh siswa, dan menegaskan "aku tahu bahwa aku memang tahu".

Mengulang-ngulang materi dimaksudkan agar belajar dan berlatih gerakan yang

baru menjadi sempurna untuk memperoleh gerakan secara otomatis yakni

melakukannya tanpa dipikir-pikir lagi.

6. Rayakan, guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap penyelesaian tugas,

partisipasi yang tinggi dan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan yang

ditunjukan dalam belajar dan berlatih siswa. Guru tidak segan-segan

memberikan pujian dan penghargaan ketika siswa menunjukkan hasil belajar

yang memuaskan, sehingga akan membangkitkan motivasi belajar yang tinggi

pada siswa.

I . K o m p e t e n s i P e n d i d i k a n J a s m a n i d i S e k o l a h D a s a r

Secara umum, kompetensi dapat didifinisikan sebagai sekumpulan

pengetahuan, keterampilan, sikap,- dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh

terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang. Dengan demikian,

kompetensi dapat diukur dengan standar umum serta dapat ditingkatkan melalui

pendidikan. Menurut Spencer dan Spencer (1993) dalam Yulaelawati (2004)

kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang be±ubungan timbal

balik dengan suatu kriteria efektif dan atau kecakapan terbaik seseorang dalam

pekerjaan atau keadaan.

Page 85: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

147

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2004). Sedangkan

kompetensi atau keterampilan hidup dinyatakan dalam kecakapan, kebisaan,

keterampilan, kegiatan, perbuatan atau performansi yang dapat diamati malahan

dapat diukur. Suatu kompetensi apalagi kalau kompetensi tersebut berkenaan dengan

tahap tinggi minimal aspek yaitu: pengetahuan, keterampilan, proses berfikir,

penyesuaian diri, sikap dan nilai-nilai (Sukmadinata, 2004).

Kompetensi dijabarkan melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya dapat

diukur dan diamati. Kompetensi juga dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang

dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual. Marunis

Yamin (2005) mengartikan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dasar yang

dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Kemampuan dasar akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses pembelajaran

dan penilaian siswa. Kompetensi merupakan sasaran, target, standar yang telah

digariskan oleh Benyamin S. Bloom dan Gagne dalam teori-teorinya terdahulu.

Dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa penekanannya adalah

tercapainya tujuan pembelajaran. Cakupan materi yang terkandung pada setiap

kawasan kompetensi cukup luas karena itu diperjelas dengan adanya indikator-

indikator operasional. Standar kompetensi dinyatakan dengan kata-kata operasional,

setiap standar kompetensi diuraikan menjadi tiga sampai enam kemampuan dasar,

ini diurai lagi menjadi beberapa materi pembelajaran, ditetapkan sekurang-

kurangnya satu indikator yang cakupan kemampuan dasar lebih dipersempit. Hal ini

Page 86: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

148

untuk mempermudah pencapaian sasaran pembelajaran pada setiap kali kegiatan

belajar berlangsung.

Secara mendasar dalam KBK antara kompetensi dasar dan standar kompetensi

memiliki perbedaan yang prinsip yaitu jika kompetensi dasar mengharuskan siswa

mencapai batas minimal kemampuan bagian tertentu dari mata pelajaran Penjas,

maka standar kompetensi mewajibkan siswa menguasai mata pelajaran Penjas

secara keseluruhan. Ini berarti adanya hubungan yang erat antara tujuan, materi dan

kegiatan pembelajaran, sehingga alangkah bijaknya seorang guru Penjas dalam

menyajikan bahan pelajaran Penjas menggunakan sumber belajar dari lingkungan

kehidupan anak didik. Seperti dalam kegiatan pembelajaran luar kelas (outdoor

education) berbentuk penjelajahan terbatas atau lebih luas sesuai waktu yang

tersedia.

Bahan kajian merupakan penjabaran dari standar isi yang mencakup kajian

yang dibakukan dalam bentuk kompetensi. Sedangkan mata pelajaran merupakan

seperangkat kompetensi dasar yang dibakukan dan subtansi pelajaran mata pelajaran

tertentu per satuan pendidikan dan per kelas selama masa persekolahan. Mata

pelajaran memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per

kelas dan persatuan pendidikan sesuai dengan tingkatan pencapaian hasil belajarnya.

Tolok ukur kompetensi di kemukakan dalam indikator-indikator.

Kompetensi lulusan Sekolah Dasar menurut Depdiknas (2004) adalah sebagai

berikut: (1) Mengenali dan membiasakan berperilaku sesuai dengan ajaran agama

yang didiyakini, (2) Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos

kerja, dan peduli terhadap lingkungan, (3) Berfikir secara logis, kritis, dan kreatif

Page 87: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

serta berkomunikasi melalui berbagai media, (4) Menyenangi keindahan, (5)

Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat, (6) Memiliki rasa cinta dan bangga

terhadap bangsa dan tanah air.

Berdasarkan kompetensi lulusan tersebut disusun kegiatan pembelajaran

sebagai bentuk konkrit implementasi kurikulum untuk membentuk watak,

peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Kegiatan pembelajaran

berusaha memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai sejumlah

kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk pencapaian

kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu anak didik mampu menjadi

pembelajar sepanjang hayat dan diwujudkan masyarakat belajar.

Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui,

memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasikan

diri. Dengan demikian, Depdiknas dalam menyusun kerangka dasar kurikulum 2004

menganjurkan kiat-kiat kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan berikut ini: 1)

berpusat pada anak didik, 2) mengembangkan kreativitas peserta didik, 3)

mencintakan kondisi menyenangkan dan menantang, 4) bermuatan nilai, etika,

estetika, logika, dan kinestenka, dan 5) menyediakan pengalaman belajar yang

beragam.

Berpatokan pada rambu-rambu pembelajaran tersebut, maka pelaksanaan

kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar mempertimbangkan untuk menerapkan

berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, konstektual,

efektif, efisien, dan bermakna. Kegiatan pembelajaranpun harus mampu

mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian,

Page 88: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

150

kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup

peserta didik guna membentuk watak serta pada akhirnya meningkatkan peradaban

dan martabat bangsa.

Berdasarkan pada kerangka dasar kurikulum 2004, maka ruang lingkup

program pembelajaran pendidikan jasmani dan standar kompetensi kelas 6 Sekolah

Dasar meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Permainan dan Olahraga berisikan kegiatan dari berbagai jenis permainan dan

olahraga, baik yang terstruktur maupun tidak dilaksanakan secara perorangan

atau beregu termasuk pengembangan nilai-nilai yang terkandung di dalam

permainan seperti pengembangan kerjasama, sportivitas, kejujuran, berfikir kritis

dan mengikuti peraturan yang berlaku. Adapun standar kompetensi permainan

dan olahraga adalah mengkombinasikan berbagai unsur dasar keterampilan

sepak bola, bola basket, kasti/kipers/rounders/soft ball, atletik, dan permainan

net (perorangan/berpasangan) dengan kontrol yang meningkat dan memiliki

pengetahuan/konsep serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

2. Aktivitas pengembangan berisikan kegiatan-kegiatan yang berfungsi untuk

membentuk postur tubuh yang ideal, pengembangan komponen kebugaran

jasmani, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti latihan kekuatan,

daya tahan, kelenturan, keseimbangan, dan kelentukan. Bentuk-bentuk latihan

yang dilakukan adalah senam kesegaran jasmani, senam aerobik, puli up, sit up,

back up, push up, dan lain-lain. Standar kompetensi dari aktivitas pengembangan

adalah merencanakan dan melakukan program kebugaran jasmani individu dan

memiliki pengetahuan/konsep serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Page 89: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

151

3. Aktivitas uji diri berisikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

ketangkasan seperti; senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya yang

bertujuan untuk melatih keberanian dan kapasitas diri. Standar kompetensi uji

diri/senam yaitu melakukan latihan ketangkasan dengan baik dan memiliki

pengetahuan/konsep serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

4. Aktivitas ritmik berisikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan berbagai

gerak irama, seperti gerak irama bebas, gerak irama modifikasi dan gerak irama

menetap (SKJ), senam aerobik dan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas.

Standar kompetensi aktivitas ritmik adalah mencintakan pola gerak ritmik secara

berkelompok/beregu dan memiliki pengetahuan/konsep serta nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya.

5. Aktivitas air berisikan kegiatan-kegiatan di air, seperti permainan air, berbagai

gaya renang dan keselamatan di air serta etika di kolam renang. Standar

kompetensi kegiatan aktivitas air adalah melakukan keterampilan dasar salah

satu gaya renang dengan lancar serta kontrol yang baik dan memiliki

pengetahuan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

6. Pendidikan luar kelas (outdoor education) berisikan kegiatan-kegiatan di luar

kelas dan kegiatan alam terbuka/bebas lainnya, seperti bermain di lingkungan

sekolah, bermain ke taman-taman, bermain di sela-sela perkampungan, lahan

pertanian/nelayan, berkemah, petualangan (mendaki perbukitan/gunung dan

menelusuri aliran sungai dan lain-lain), serta unsur perilaku yang berkaitan

dengan kreativitas di alam bebas. Standar kompetensi aktivitas luar sekolah

adalah melakukan keterampilan dasar berkemah dan penjelajahan di alam bebas

Page 90: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

152

berdasarkan pengetahuan dan memiliki sikap serta nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya.

J . K e r a n g k a Mode l P e m b e l a j a r a n K u a n t u m P e n j a s B e r b a s i s K o m p e t e n s i y a n g

D i k e m b a n g k a n

Kerangka pengembangan model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani

berbasis kompetensi berdasarkan pada saran-saran yang dikemukakan oleh Seels

dan Richey (2004) tentang teknologi pembelajaran yang memiliki langkah-langkah

pembelajaran yang sistimatis dan metodis. Sistimatis dalam arti menggunakan

langkah-langkah pembelajaran yang teratur sesuai dengan kebutuhan siswa dalam

pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Metodis dimaksudkan dalam

pembelajaran pendidikan jasmani, seorang guru menyajikan bahan pembelajaran

dimulai dari yang mudah kemudian berjenjang menuju pada yang sulit.

Teknologi pembelajaran memiliki kawasan yang terdiri dari: desain,

pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian baik secara teoritis

maupun praktek tentang proses dan sumber belajar (Seels dan Richey, 2004).

Berdasarkan pengembangan model pembelajaran yang mengacu pada teknologi

pembelajaran tersebut, maka kajian setiap kawasan secara rinci sebagai berikut:

1. Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar, bertujuan untuk

menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program, sedangkan

pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul. Dalam konteks pembelajaran desain

didefinisikan sebagai proses dan sistem. Desain sebagai proses yaitu pengembangan

sistimatika pembelajaran yang spesifik dengan menggunakan teori pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Desain sistem pembelajaran adalah

Page 91: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

153

prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah - langkah penganalisaan,

perancangan, pengembangan, pengaplikasian, dan penilaian pembelajaran (Oemar

Hamalik. 2006).

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani penganalisaan adalah proses

perumusan tujuan apa yang akan dipelajari, sedangkan perancangan adalah proses

penjabaran bagaimana caranya tujuan tersebut akan dicapai. Pengembangan adalah

proses pembuatan atau produksi bahan - bahan pembelajaran yang akan sisajikan

dalam Penjas, sedangkan pelaksanaan adalah pemanfaatan bahan dan strategi yang

dijalankan dalam pembelajaran Penjas. Penilaian adalah proses penentuan ketepatan

pembelajaran Penjas sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan siswa Sekolah Dasar.

Desain pesan model pembelajaran kuantum Penjas merupakan suatu proses

membuat rancangan pesan pembelajaran yang meliputi perencanaan untuk

merekayasa bentuk fisik dari pesan Desain pesan berhubungan dengan penjabaran

bahan belajar yang harus disesuaikan dengan prinsip - prinsip belajar seperti

perinsip perhatian, apersepsi, daya serap untuk menghasilkan proses komunikasi

antar komunikator dengan komunikan. Dalam pembelajaran Penjas pesan dirancang

dan dibuat dalam bentuk media pembelajaran seperti diperkenalkan beragam bentuk

bola yang dimodifikasi baik itu yang terbuat dari kertas, plastik, sabut kelapa, dan

busa. Desain pesan ini juga akan berhubungan dengan apakah materi tersebut

merupakan pembentukan konsep atau sikap, pengembangan keterampilan, atau

bentuk hafalan.

Strategi pembelajaran merupakan spesifikasi penyeleksian serta

mengurutkan langkah - langkah peristiwa belajar dalam suatu proses pembelajaran.

Page 92: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

154

Hal ini dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2001:201), bahwa strategi pembelajaran

adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa

dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi

pembelajaran pendidikan jasmani dalam implementasinya akan berbeda setiap

waktu bergantung pada situasi dan kondisi seperti kebutuhan belajar siswa,

karakteristik, materi yang akan disampaikan, dan jenis belajar yang diinginkan.

Setiap strategi pembelajaran pendidikan jasmani memiliki karakteristik dan

keunggulan tersendiri dalam implementasinya, penentuan strategi pembelajaran

akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi belajar siswa. Misalnya dalam

pembelajaran individual strategi pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani adalah penugasan pada siswa secara individu atau

kelompok. Diharapkan melalui strategi pembelajaran tersebut mempelajari suatu

materi secara individu atau melalui arahan dan bimbingan guru.

2. Kawasan Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke

dalam bentuk fisik. Dalam hal ini pengembangan berhubungan erat dengan

pengembangan bervariasinya teknologi dalam pembelajaran yang tidak lepas dari

kajian teori dan praktek yang berhubungan dengan belajar. Dalam kawasan

pengembangan terdapat hubungan yang kompleks antara teknologi pembelajaran

dan teori yang mendorong pada pembuatan desain pesan maupun strategi

pembelajaran karena pada dasarnya kawasan pengembangan dapat diartikan sebagai

pesan yang didorong oleh isi, strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, dan

manifestasi fisik dari teknologi sebagai perangkat keras perangkat lunak, dan bahan

pembelajaran. Kawasan pengembangan mencakup empat aspek yang meliputi: (1)

Page 93: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

155

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan seperti

buku dan bahan visual statis melalui proses percetakan mekanis atau fotografis; (2)

Teknologi audiovisual merupakan teknik memproduksi dan menyampaikan bahan

dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronik untuk menyampaikan pesan

individual; (3) Teknologi berbasis komputer cara memproduksi dengan

menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor untuk menyampaikan

pesannya; (4) Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan

menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan

komputer.

Teknologi cetak yang akan dikembangkan dalam pengembangan model

pembelajaran kuantum pendidikan jasmani ini berupa buku paket yang bersumber

dari kurikulum Penjas tahun 2004 untuk sekolah dasar sebagai bahan ajar utama.

Sedangkan sumber penunjang berupa paket-paket modul yang disusun berdasarkan

hasil Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) Penjas sekabupaten Sumedang.

Dalam pengembangan model pembelajaran kuantum Penjas dalam bentuk tercetak

menggunakan sumber belajar yang disusun berdasarkan kompetensi Penjas siswa di

sekolah dasar.

3. Kawasan Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk

belajar. Bagi seorang guru Penjas melaksanakan pemanfaatan harus secara sadar

mengetahui bagaimana menyesuaikan antara tujuan, karakteristik siswa, materi yang

akan diberikan, dan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini dilakukan

supaya siswa berinteraksi dengan bahan dan kegiatan yang dipilih, sehingga tujuan

dapat tercapai. Kawasan pemanfaatan memiliki empat unsur yang selalu

Page 94: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

156

mempengaruhinya meliputi: pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan

institusional.

Pemanfaatan media adalah penggunaan sumber-sumber untuk belajar yang

dilakukan secara sistimatis. Ragam media yang berada di sekolah adalah media by

design dan media by utilization (Oemar Hamalik, 2006). Model pembelajaran

kuantum Penjas menggunakan media by design adalah media yang dirancang khusus

sesuai dengan kebutuhan pembelajaran guna mencapai tujuan, misalkan media

pembelajaran modifikasi peralatan Penjas, tape recorder, casete video, dan televisi

edukasi. Media by utilization dalam pembelajaran Penjas adalah menggunakan

media yang sudah ada dimanfaatkan oleh sekolah guna menunjang pelaksanaan

proses pembelajran, misalkan media di lingkungan sekitar sekolah (Kantin, UKS,

Museum).

Difusi dan inovasi merupakan suatu proses berkomunikasi melalui strategi

yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tahap pertama dalam proses ini

adalah membangkitkan kesadaran melalui kegiatan desiminasi informasi. Proses

komunikasi dalam pembelajaran Penjas sangat penting, karena tanpa proses

komunikasi maka difusi inovasi tersebut tidak berarti apa-apa. Artinya ketika proses

pembelajaran Penjas berlangsung saling berkomunikasi antar siswa, siswa dengan

guru, siswa dengan lingkungan masyarakat. Implementasi adalah strategi

pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya, sedangkan pelembagaan

merupakan penggunaan rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu

struktur atau budaya organisasi. Tujuan implementasi adalah menjamin penggunaan

yang benar oleh individu dalam organisasi, sedangkan tujuan dari pelembagaan

Page 95: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

157

untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur dan kehidupan organisasi (Seels dan

Richey, 1994). Kebijakan dan regulasi suatu aturan dan tindakan dari masyarakat

yang mempengaruhi difusi dan penggunaan teknologi pembelajaran Kebijakan dan

regulasi biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Keduanya timbul

sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok.

4. Kawasan Pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang kajian teknologi

pembelajaran yang meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi. Kawasan

pengelolaan terdiri dari: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan

sistim penyampaian, dan pengelolaan informasi.

Pengelolaan proyek dalam pembelajaran Penjas meliputi perencanaan,

momtoring, pengendalian, dan pengembangan. Perencanaan yang disusun

berdasarkan strategi model pembelajaran kuantum yang meliputi tumbuhkan, alami,

namai, demontrasikan, ulangi dan rayakan. Monitoring dalam pengelolan proyek

harus melakukan kegiatan seperti menyusun anggaran, membentuk sistem

pemantauan informasi dan menilai kemajuan pembelajaran. Pengelolaan sistem

penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian bagaimana distribusi

bahan pembelajaran diorganisasikan, hal itu merupakan gabungan media dan cara

penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada siswa.

Pengelolaan informasi dalam pembelajaran Penjas meliputi aspek-aspek

perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman atau

pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber belajar. Pengelolaan

informasi dalam pembelajaran Penjas penting untuk memberikan akses dan

Page 96: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

158

kejelasan bagi interaksi guru dan siswa bagaimana pengelolaan pembelajaran agar

mencapai tujuan. Pentingnya pengelolaan informasi bagi guru dan siswa karena

bahan, sumber, dan metode yang digunakan sebagai bahan untuk mengadakan

evaluasi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran yang dikembangkan.

5. Kawasan Evaluasi adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran

bahkan evaluasi merupakan proses penentuan pada tingkatan mana seseorang

berubah perilakunya. Unsur-unsur yang terkait dalam kawasan evaluasi, yaitu:

analisis masalah, pengukuran acuan patokan, penilaian formatif dan sumatif (Tyler

dalam Oemar Hamalik, 2006). Analisis masalah dalam model pembelajaran

kuantum Penjas mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah yang

dihadapi dalam berbagai materi pembelajaran Penjas sesuai dengan kurikulum

berbasis kompetensi dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan

pengambilan keputusan. Kegiatan penilaian meliputi identifikasi kebutuhan,

penentuan sejauhmana masalah dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik

siswa, penentuan tujuan dan skala perioritas. Analisis kebutuhan diadakan bukan

untuk melaksanakan penilaian yang berorientasi agar model pembelajaran kuantum

Penjas ini tetap dipertahankan, melainkan untuk perencanaan ke depan yang lebih

memadai.

Penilaian acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan

kemampuan pembelajar dalam menguasai materi pembelajaran Penjas yang telah

ditentukan sebelumnya. Penilaian acuan patokan memberikan informasi kepada

siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai sasaran sesuai dengan standar yang

telah ditentukan. Penggunaan PAP (Penilaian Acuan Patokan) membawa implikasi

Page 97: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

159

tertentu terhadap pelaksanaan pembelajaran. Penilaian yang menggunakan patokan

lebih menuntut keterpaduan antara pelaksanaan program pengajaran dan penilaian,

karena penilaian yang menggunakan PAP lebih didasarkan pada penguasaan materi

atau penguasaan kompetensi sesuai dengan tujuan instruksional, sehingga guru harus

hati-hati dalam mengembangkan kompetensi-kompetensi atau penguasaan materi

yang merupakan prasyarat untuk mengikuti program berikutnya.

Penilaian formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang

kecukupan apakah bahan pembelajaran yang diberikan dapat diserap oleh siswa atau

belum. Hasil dari penilaian sumatif dapat dijadikan bahan sebagai penggunaan

informasi bersifat menyeluruh bagi pengembangan program pembelajaran

selanjurnya. Jika penilaian formatif dilaksanakan pada saat perbaikan program untuk

kepentingan, perbaikan kinerja guru pendidikan jasmani di sekolah, maka penilaian

sumatif berhubungan dengan pengumpulan informasi tentang cukup tidaknya untuk

mengambil keputusan selanjutnya dalam hal pemanfaatan. Oleh karena itu penilaian

sumatif dilaksanakan selesai suatu program pembelajaran dan bagi kepentingan para

pengambil keputusan.

Kerangka model pembelajaran kuantum Penjas berbasis kompetensi

merupakan perpaduan antara konsep teknologi pembelajaran yang disarankan Seels

dan Richey (1994), yang meliputi rancangan, pengembangan, pemanfaatan,

pengelolaan, dan evaluasi dengan kerangka perancangan pembelajaran model

kuantum yang meliputi tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan

rayakan (Bobbi DePorter, 1999). Perpaduan antara rancangan teknologi

pembelajaran dengan rancangan model pembelajaran kuantum melahirkan sebuah

Page 98: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

160

model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis kompetensi bertujuan

tidak semata-mata menterjemahkan kurikulum ke dalam langkah-langkah

pembelajaran yang praktis, akan tetapi mampu menterjemahkan kebutuhan siswa

yang terus tumbuh dan berkembang.

Rancangan model pembelajaran kuantum Penjas menggunakan langkah-

langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) Tumbuhkan melalui pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan untuk mengungkap pengalaman belajar siswa yang

berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, (2) Namai merupakan tahapan

kegiatan mengadakan penyelidikan melalui pengumpulan, pengorganisasian,

interprestasi dan menentukan alternatif terbaik, (3) Demonstrasikan melalui kegiatan

percobaan tentang materi belajar sehingga menemukan sendiri alternatif terbaik, (4)

Ulangi bahan pelajaran yang telah dipelajari sehingga dilakukan secara otomatis, (5)

Rayakan terhadap keberhasilan yang telah diraih sebagai bahan penguat kesuksesan

mencapai tujuan dan revisi terhadap belajar yang belum berhasil.

Pengembangan model pembelajaran kuantum Penjas merupakan produksi

bahan-bahan pembelajaran mulai dari sumber belajar, media pembelajaran dan

sarana prasarana yang dikembangkan dalam pembelajaran Penjas. Buku paket

Penjas yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dimiliki oleh setiap siswa

ditambah poster dan gambar aktivitas Penjas yang ditugaskan guru kepada siswa.

Media dan sarana prasarana belajar yang dimiliki sekolah dikembangkan melalui

modifikasi berbagai peralatan Penjas yang dilakukan oleh guru bersama siswa

sehingga secara kuantitas memadai sesuai dengan karakteristik fisik siswa SD.

Page 99: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

Pemanfaatan model pembelajaran kuantum Penjas yang merupakan-

kesesuaian antara kondisi siswa dengan materi dan strategi pembelajaran pendidikan

jasmani menurut kurikulum berbasis kompetensi. Materi pembelajaran permainan,

uji diri, atletik, akuatik dan outdor education dikemas dalam bentuk game sesuai

dengan karakteristik siswa SD gemar bermain, sehingga peraturan, lapangan, dan

peralatan Penjas dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kemampuan siswa

tersebut.

Pengelolaan model pembelajaran kuantum Penjas yang berorientasi pada

sistem penyampaian implementasi pembelajaran meliputi kegiatan pokok, yaitu

kegiatan pendahuluan, pengembangan fisik, inti kegiatan, dan penutup. Kegiatan

pendahuluan berisikan kegiatan pemanasan, penyesuaian, dan melakukan kegiatan

menuju pada inti. Sedangkan kegiatan pengembangan fisik untuk meningkatkan

kondisi kebugaran tubuh sebagai jawaban dirmlikinya unsur-unsur gerak dasar

seperti kekuatan, kelincahan, kecepatan, keseimbangan, kelenturan, dan daya tahan.

Tahapan kegiatan inti mengulang bahan pelajaran yang sudah dan mempelajari

materi pelajaran baru melalui pengulangan belajar yang memdai sehingga memiliki

kompetensi tertentu. Selanjutnya dilakukan kegiatan penutup setelah pelaksanaan

tugas-tugas pokok diberikan yang berisikan umpan balik dan penguat agar siswa

belajar pendidikan jasmani lebih giat di masa mendatang.

Penilaian yang merupakan penentuan seorang siswa berada pada tingkatan

mana terjadi perubahan perilaku dalam model pembelajaran kuantum pendidikan

jasmani khususnya kemampuan gerak dasar, pemahaman materi pelajaran, dan sikap

positif terhadap aktivitas jasmani yang sedang dilakukan. Alat penilaian dalam

Page 100: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

f.*- ° 7 162

'9

pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya bersifat kuantitatif akan tetapi

kualitatif dengan menggunakan observasi dan penjelasan pada setiap deskriftor yang

dibuat sesuai karakteristik tingkatan gerak yang dimilikinya.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani

sebagai berikut:

1. Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap pemahaman

tentang apa manfaatnya bagiku. Belajar Pendidikan jasmani sejak awal

melakukan kegiatan memahami teknik, taktik, strategi dan evaluasi pada awalnya

dipelajari melalui fase kognitif yaitu memahami alur gerak yang akan dilakukan,

sehingga ada gambaran apa yang akan dilakukan.

2. Alami, buatlah pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa

melakukan aktivitas gerak mulai gerak yang sederhana sampai pada gerak yang

kompleks. Tujuannya agar siswa mengalami langsung bagaimana gerak yang

mesti dilakukan sehingga dapat merasakan setiap jenjang kesulitan gerak.

3. Namai, setiap pengajar mesti menyediakan kata kunci, konsep, model dan

strategi apa yang tepat yang dilakukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani

untuk siswa Sekolah Dasar.

4. Demonstrasikan, sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi anak didik

untuk menunjukan keterampilannya. Keterampilan yang dilakukan oleh anak

didik berupa unjuk kerja berbentuk alur gerak yang bebas sesuai dengan

kemampuan dan karakter masing-masing.

5. Ulangi, guru harus menunjukkan cara mengulangi materi gerakan yang dilakukan

oleh siswa, dan menegaskan "aku tahu bahwa aku memang tahu". Mengulang-

Page 101: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

163

ngulang materi dimaksudkan agar belajar dan berlatih gerakan yang baru

menjadi sempurna untuk memperoleh gerakan secara otomatisasi yakni

melakukannya tidak lagi dipikir-pikir lagi.

6. Rayakan, guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap penyelesaian tugas,

partisipasi yang tinggi dan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan yang

ditunjukan dalam belajar dan berlatih siswa. Guru tidak segan-segan

memberikan pujian dan penghargaan ketimenunjukkan hasil belajar yang

memuaskan, sehingga akan membangkitkan motivasi belajar yang tinggi bagi

siswa.

Kerangka model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani yang berbasis

kompetensi cenderung memiliki pedoman yang jelas dalam hal menentukan tujuan,

subtansi materi, metode pembelajaran dan penilaian. Tujuan yang ingin dicapai

dalam pembelajaran Penjas disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai

sesuai dengan kondisi pembelajaran. Guru diperkenankan menambah dan

mengurangi kompetensi dasar itu dengan asumsi standar kelulusan mencapai 75%.

Subtansi materi ditetapkan pemerintah baik standar kompetensi maupun kompetensi

dasar dan materi pokok, sekolah menyesuaikan berdasarkan perkembangan siswa

dan kebutuhan lapangan.

Model pembelajaran kuantum Penjas berbasis kompetensi lebih berorientasi

pada pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan

berfikir dan bertindak yang hasilnya bermanfaat bagi kehidupan nyata anak didik.

Pembelajaran Penjas berbasis kompetensi pada hakekatnya memungkinkan seluruh

kegiatan didominasi oleh siswa, artinya siswa berbuat, melakukan sendiri, mencari

Page 102: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

164

tahu dan mengambil kesimpulan. Peran guru sebatas sebagai fasilitator, motivator,

dan mediator yang selalu memberikan arahan atau masukan ketika siswa mengalami

kesulitan dalam memecahkan maasalah.

Kriteria keberhasilan kompetensi Penjas ditentukan oleh faktor-faktor: 1)

berfikir secara logis, kritis, kreatif inovatif dan memecahkan masalah berbagai

keterampilan gerak yang dipelajari, 2) menyenangi kondisi pembelajaran Penjas

dengan penuh antusias dan kegembiraan melakukannya, 3) produk pembelajaran

Penjas bagi anak didik dapat membiasakan memelihara dan menjalankan pola hidup

bugar, bersih dan sehat, dan 4) berpartisipasi aktif dalam melakukan aktivitas

pendidikan jasmani baik perorangan maupun kelompok, sehingga aktivitas gerak

yang dilakukannya tinggi.

Berdasarkan analisis di atas pada hakekatnya, isi mata pelajaran pendidikan

jasmani yang berbasis kompetensi ternyata memiliki kesesuaian dengan karakteristik

pembelajaran kuantum, antara lain: Pertama, pembelajaran kuantum

menitikberatkan pada kemampuan berfikir (otak kiri dan otak kanan),

memaksimalkan kemampuan motorik (gerak), dan menyalurkan perasaan emosi

dalam suasana menyenangkan. Kedua, pembelajaran kuantum mempunyai dampak

pembelajaran penguasaan sejumlah bahan ajar dan prestasi belajar secara optimal

karena belajar melalui pengalaman. Hal ini sangat dibutuhkan dalam pembelajaran

pendidikan jasmani, karena belajar pendidikan jasmani melahirkan manusia yang

utuh, artinya tidak hanya cerdas akan tetapi terampil dan mampu mengatasi

tantangan zaman yang semakin hari semakin kompleks. Di masa modem sekarang

ini diperlukan generasi yang sehat jasmani, rohani, dan sosial serta berani

Page 103: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

165

menantang tantangan 2aman. Ketiga, pembelajaran kuantum mempunyai dampak

pengiring yang berupa kemampuan berinteraksi, saling menghargai,

bertanggungjawab, berani mengambil keputusan dan meningkatkan kemampuan

berfikir dan memecahkan masalah. Sikap-sikap positif tersebut perlu ditanamkan

sedini mungkin kepada anakdidik sejak dari Sekolah Dasar, sebagai bagian dari

tujuan pendidikan jasmani yang harus dipelajari dan dilaksanakan di Sekolah Dasar.

Keempat, pembelajaran kuantum secara konseptual memberikan kesempatan untuk

diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu dan berbagai jenjang pendidikan, sehingga

memungkinkan diimplementasikan pada jenjang Sekolah Dasar.

Atas dasar pertimbangan kesesuaian karakteristik pembelajaran kuantum

dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, maka secara konseptual model

pembelajaran kuantum dapat diimplementasikan dalam pembelajaran pendidikan

jasmani. Namun pembelajaran kuantum seperti apa yang cocok diimplementasikan

dalam pembelajaran pendidikan jasmani? Jika diimplementasikan, apakah

pembelajaran kuantum meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut? Jika efektif,

apakah kefektifannya lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional yang saat ini diterapkan?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul

untuk mendukung dan mendorong dilakukan penelitian tentang pengembangan

model pembelajaran kuantum dalam meningkatkan pembelajaran pendidikan

jasmani.

Perpaduan antara rancangan teknologi pembelajaran dengan strategi

pembelajaran kuantum melahirkan sebuah model pembelajaran kuantum pendidikan

jasmani berbasis kompetensi bertujuan meningkatkan kinerja guru dan peningkatan

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar

terangkum dalam bagan kerangka model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani

berbasis kompetensi sebagai berikut:

Page 104: bab ii model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

166

KERANGKA MODEL PEMBELAJARANKUANTUM PENJAS

B a g a n 2 -5

K e r a n g k a M o d e l P e m b e l a j a r a n Kuantum P e n j a s