bab ii landasan teori 2.1 perilaku ii... · pdf fileuntuk menggunakan emosi secara...
Post on 30-Apr-2019
212 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Bullying
2.1.1 Pengertian Bullying
American Psychological Association (2013) mengartikan Bullying sebagai:a
form of aggressive behavior in whichsomeone intentionally and repeatedly
causesanother person injury or discomfort. Bullyingcan take the form of physical
contact, wordsor more subtle actions.
Pengertian tersebut bermakna sebagai suatu bentuk perilaku agresif yang
dilakukan seseorang secara berulang yang menyebabkan kecederaan atau
ketidaknyamanan pada orang lain. Secara umum diartikan sebagai perilaku mengganggu
dan kekerasan. Jika makna iniyang digunakan justru tidak tepat sebab perilaku tersebut
lebih dari sekedar mengganggu dan kekerasan, oleh sebab itu sampai menunggu adaptasi
bahasa mungkin agak tepat jika kita menggunakan perkataan Buli saja. Banyak pakar
memasukan berbagai elemen untuk mendefinisikan perilaku buli (Quistgaard, 2009,
Craig & Pepler, 1999) yaitu;
a. Perilaku buli melibatkan ketidakseimbangan kuasa. Anak-anak yang Melakukan buli atau pembuli mempunyai kuasa lebih dengan faktor seperti
umur, ukuran badan,dukungan rekan sebaya, atau mempunyai status yang lebih
tinggi.
b. Perilaku buli selalunya merupakanaktivitas yang diulang-ulang yaitu seorang anak itu disisihkan lebih dari sekali, danlazimnya dalam keadaan yang kronik.
c. Perilaku buli dilakukan dengan tujuanuntuk memudaratkan korban
d. Perilaku buli termasuk agresivitas fisik,penghinaan lisan, penyebaran fitnah,
atau gosip, dan ancaman penyisihan dari kelompok sebaya.
10
Olweus (Krahe, 2005) mendefinisikan Bullying sebagai perilaku negatif dalam
waktu yang cukup panjang dan berulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih
terhadap orang lain, sehingga korbannya terus menerus berada dalam keadaan cemas dan
terintimidasi.
Olweus (1993) menspesifikan perilaku repititif dalam hal ini mengecualikan
perilaku atau kejadian-kejadian yang tidak serius yang kadang-kadang terjadi dan tidak
menyinggung perasaan korban, kejadian tersebut hanya sebagai lelucon saja dan tidak
dianggap sebagai perilaku bullying, selain itu, perilaku bullying selalu dilakukan
berulang kali karena menimbulkan perasaan senang pada pelaku karena berhasil
membuat korban malu, terluka baik secara psikologis atau fisik, dan terintimidasi,
sehingga pelaku mengulang-ulang perilaku tersebut. Perilaku bullying menggunakan
penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakseimbangan kekuatan dari pelaku yang kuat
secara fisik atau mentalnya.
Dalam penyalahgunaan kekuasaan kriteria yang diberikan tidak hanya individu
yang berbadan besar, akan tetapi bisa juga individu yang berbadan kecil tetapi kuat
secara fisik (memiliki keahlian bela diri) dan kuat secara mentalnya, individu yang lebih
tua secara umur (senior kepada junior di sekolah), mahir dalam berkata-kata (verbal),
memiliki status sosial tinggi (ketua geng di sekolah), kepada korban yang dianggap
lemah secara fisik dan mentalnya, seperti individu yang berfisik kecil dan lemah atau
bisa juga individu yang memiliki fisik terlalu besar (gendut) akan tetapi pemaludan
penakut, individu yang menutup diri dan sulit bergaul, individu yang memiliki
kepercayaan diri rendah, individu yang canggung (sering salah bicara, bertindaka, atau
berpakaian). Sedangkan, ketidakseimbangan kekuatan, Olweus (1993) menyatakan
bahwa itis not bullying when two student of about the same stranger or power argue
or fight (Bukan sebuah bullying apabila dua siswa yang memiliki persamaan kekuatan
11
berdebat atau berkelahi) dari penjelasan Olweus (1993) terlihat bahwa
ketidakseimbangan kekuatan terjadi bila perilaku bullying tersebut dilakukan individu
atau sekelompok orang kepada satu orang individu yang dianggapnya lemah, apabila
individu atau kelompok tersebut memiliki kekuatan yang sama maka bukan disebut
dengan bullying.
Bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau
kekuasaan yang dilakukan oleh seorang/sekelompok orang. Pihak yang kuat di sini tidak
hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tetapi bisa juga kuat secara mental. Korban
bullying tidak mampu membela atau mempertahankan diri karena lemah secara fisik dan
atau mental (Sejiwa, 2008).
Dari beberapa pendapat Ahli di atas, maka penulis dan meyimpulkan bahwa
perilaku bullying adalah perilaku seseorang yang secara sengaja mengandalkan
kekuatannya kepada korban yang lebih lemah atau tidak memiliki keseimbangan
kekuatan antara pelaku bullying dan korban bully yang dilakukan pelaku secara berulang
kali pada korban. Sehingga pelaku bullying merasa lebih kuat dari korbannya karena
menganggap korban lemah dan tidak berdaya. Bullying dapat berbentuk perilaku kontak
fisik langsung maupun kontak fisik tidak langsung, bullying kontak fisik langsung
(memukul, mendorong, menendang) sedangkan kontak fisik tidak langsung
(mendiamkan, mengucilkan).
2.1.2 Bentuk-bentuk Perilaku Bullying
Berdasarkan bentuknya menurut Olweus (2003) bullying dibagi ke dalam tiga
kategori, yaitu bullying secara verbal, fisik dan relasional atau mental.
1. Verbal Bentuk bullying ini berhubungan dengan verbal atau kata-kata. Perilaku yang
termasuk di dalamnya adalah memaki, menghina, mengejek, memfitnah, memberi
julukan yang tidak menyenangkan, mempermalukan di depan umum, menuduh,
menyoraki, menyebarkan gosip yang negatif dan membentak.
2. Fisik
12
Bentuk bullying ini yang paling terlihat karena bersifat langsung dan terdapat
kontak fisik antara korban dan pelaku. Contoh perilakunya seperti memukul,
meludahi, menampar, mendorong, menjambak, menjewer, menimpuk,
menendang, dan berbagai ancam kontak fisik lainnya.
3. Relasional atau Mental Bentuk bullying ini berhubungan dengan semua perilaku yang bersifat merusak
hubungan dengan orang lain. Perilaku yang termasuk dengan sengaja mendiamkan
seseorang, mengucilkan seseorang, penolakan kelompok, pemberian gesture yang
tidak menyenangkan seperti memandang sinis, merendahkan dan penuh ancaman.
Dari beberapa bentuk perilaku bullying tersebut dapat disimpulkan bahwa
perilaku bullying dapat terjadi melalui verbal atau menggunakan kata-kata yang bersifat
menyakiti, fisik secara langsungyang dapat menyemtuh atau melukai korban dan
relasional atau mental yang dapat merusak hubungannya dengan orang lain dan
lingkungan sekitar.
2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying
Banyak ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan pelaku melakukan
perilaku Bullying .Olweus (dalam Rudi, 2010) menyebutkan terdapat faktor-faktor yang
membuat seseorang menjadi pelaku dalam perilaku Bullying diantaranya:
1. Pelaku pernah menjadi korban Bullying Terjadinya perilakuBullying bisa dikarenakan pelaku pernah menjadi korban
bullying , pelaku menaruh rasa dendam, benci, dan marah terhadap kejadian masa
lalunya, sehingga pelaku melampiaskan dendam dan rasa marah atas perilaku
yang didapatkannya di masa lalu kepada orang lain yang lemah.
2. Balas dendam Motif balas dendam terhadap kejadian masa lalu yang pernah menimpa pelaku
bullying bisa menjadi salah satu faktor penyebab bullying marak terjadi, pelaku
merasa pernah mengalami perlakuan yang menyakitkan dan kasar dari orang lain
yang telah melakukan bullying terhadapnya.
3. Menunjukan eksistensi diri Pelaku bisa juga ingin mendapatkan pengkuan dari lingkungan disekitarnya
sebagai sosok individu atau kelompok yang dianggap kuat, berkuasa
dibandingkan orang lain disekitar lingkungannya.
4. Ingin mendapatkan pengakuan Pelaku ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan bahwa dirinya adalah
orang yang kuat dan memiliki kekuasaan dilingkungannya.
5. Menutupi kekurangan yang dimilikinya Pelaku bullying melakukan perilaku bullying bisa juga dikarenakan menutupi
kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya agar tidak dianggap lemah oleh
orang lain.
13
Berdasarkan faktor-faktor penyebab bullying tersebut penulis dapat
menyimpulkan bahwa seorang pelaku bullying pernah menjadi korban bullying sehingga
menimbulkan keinginan untuk balas dendam terhadap korban untuk menunjukkan
eksistensi dirinya dan menutupi kekurangan yang dimiliki agar pelaku mendapat
pengakuan dari orang lain atau lingkungan sekitarnya bahwa dirinya adalah orang yang
kuat.
2.1.4 Karakteristik Bullying
Sebagai pelaku bullying juga mempunyai beberapa karakteristik perilaku.
Biasanya pelaku dalam melakukan bullying disertai dengan pola reaksi cemas maupun
agresif. Para pelaku sering mengalami masalah dengan konsentrasi dan prestasi belajar
di kelas. Tidak jarang beberapanya dapat masuk sebagai golongan hiperaktif (Olweus,
1993). Pelaku bullying cenderung menunjukkan beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Adanya kebutuhan untuk berkuasa, mendominasi, dan menaklukkan siswa lain dengan caranya sendiri.
b. Impulsif dan mudah marah. c. Menunjukkan sedikit empati bagi siswa yang menjadi korban. d. Sering menantang dan agresif terhadap orang dewasa, termasuk orang tua dan
guru.
e. Seri