bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 model...

16
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Agus Suprijono, 2009:46). Menurut Joyce dan Well model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain ( Rusman, 2010:133). Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis. 2.1.2 Pembelajaran Kooperatif 2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Robert E Slavin (2005:57) pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang peserta didik pelajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang peserta didik yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga setiap kelompok ada peserta didik yang tingkat kemampuannya rendah, sedang, dan tinggi.

Upload: phunganh

Post on 18-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional di kelas (Agus Suprijono, 2009:46).

Menurut Joyce dan Well model pembelajaran adalah suatu rencana

atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan–bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain ( Rusman, 2010:133).

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran,

lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran adalah

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis.

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar

secara sistematis.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Robert E Slavin (2005:57) pembelajaran kooperatif adalah

salah satu model pembelajaran yang peserta didik pelajar dalam kelompok

kecil yang terdiri dari 4-5 orang peserta didik yang heterogen dan

dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga

setiap kelompok ada peserta didik yang tingkat kemampuannya rendah,

sedang, dan tinggi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

9

Menurut Ibrahim Muslim (2001:36) dalam pembelajaran kooperatif,

belajar dikatakan, belum selesai jika salah satu dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja

sama dan saling membantu satu sama lain.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif berasal dari

kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim

seperti yang dikemukakan Johnson (dalam Anita Lie:2004).

Menurut Isjoni (2011:14) pembelajaran kooperatif adalah salah satu

bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis dimana

pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi

siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan

saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar

biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah.

Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan

karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi

tugas yang dihadapinya. Model pembelajaran kooperatif, tidak hanya

unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga

sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja

sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat

aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif

terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat

memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam

proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan

permasalahan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

10

2.1.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2010:27) mengungkapkan tentang kelebihan dan kelemahan

pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif antra lain:

Saling ketergantungan positif, adanya pengakuan dalam merespon

perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan

kelas, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, terjalinnya hubungan

yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan gurunya, memiliki banyak

kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman yang menyenangkan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor yaitu

faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam

yaitu sebagai berikut:

1) Guru, harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan

topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang

tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Berdasarkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebelum

pembelajaran berlangsung sebaiknya guru mempersiapkan pembelajaran

secara matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses

belajar mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran

kooperatif berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas,

agar waktu yang telah ditentukan tidak melebihi batas. Ketika pembelajaran

kooperatif berlangsung guru harus berusaha menanamkan dan membina

sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya suasana sekolah kelas

harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan

kepribadian siswa yang demokratis dan dapat diharapkan suasana yang

terbuka dengan kebiasaan-kebiasaan kerjasama, terutama dalam

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

11

memecahkan kesulitan-kesulitan. Seorang siswa haruslah dapat menerima

pendapat siswa lainnya, seperti siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu

siswa yang lainnya mendengarkan dimana letak kesalahan, kekurangan atau

kelebihan, kalau ada kekurangannya maka perlu ditambah. Penembahan ini

harus disetujui oleh semua anggota dan harus saling menghormati pendapat

orang lain.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar para siswa

kearah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan

mereka dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang

sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama

pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama

temannya. Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman

haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk

mengemukakan pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain,

saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan sama lainnya.

Melalui teknik saling menghargai pendapat orang lain dan saling

membetulkan kesalahan secara bersama mencari jawaban yang tepat dan

baik, dengan cara mencari sumber-sumber informasi dari mana saja seperti

buku paket, buku-buku yang ada diperpustakaan, dan buku-buku penunjang

lainnya, dijadikan pembantu dalam mencari jawaban yang baik dan benar

serta memperoleh pengetahuan tentang pemahaman terhadap materi

pelajaran yang diajarkan semakain luas dan semakin baik.

2.1.2.3 Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah

satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Menurut (Zaenal Aqib:2007) macam pembelajaran kooperatif adalah:

1. Student Team- Achievment Division (STAD)

STAD merupakan kerja tim yang anggota kelompok heterogen dan tiap

anggota tim dan dalam kegiatan pembelajaran tim dituntut untuk selalu

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

12

melakukan perbaikan agar berhasil dalam menghadapi kuis (Zaenal Aqib:

2007).

2. Teams Game- Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure permainan dan

reinforcement (Sahiri:2009).

3. Jigsaw

Pengertian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan

mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Achmad Sudrajat:2008).

Salah satu pembelajaran kooperatif yang berpengaruh pada hasil belajar,

khususnya pelajaran matematika adalah tipe jigsaw.

2.1.2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Aronson (dalam Miftahul Huda, 2011:149) pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa,

bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan

pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,

ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara

mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk

mempelajari semua materi sendirian.

Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga

yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka–teki menyusun

potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw mengambil pola

cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan

belajar dengan bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan

bersama. (Rusman, 2011:217). Model pembelajaran Jigsaw adalah model

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

13

belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam

bentuk kelompok kecil. (Rusman, 2011:218).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga diperkenalkan Elliot

Aronson dan para koleganya (Aronson, Blaney, Stephan, Sikes, dan

Snapp,1978: Aronson, Bridgeman dan Geffner, 1978). Model ini adalah

strategi belajar kooperatif dimana setiap siswa menjadi seorang anggota

kelompok dalam bidang tertentu. Kemudian membagi pengetahuannya

kepada anggota dalam bidang tertentu. (Isjoni,2011:79)

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran yang

terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan

5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik

dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari

bagian tersebut kepada anggota tim yang lain, Robet E. Slavin (2010:237).

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilandasi oleh pemikiran bahwa

kegiatan belajar hendak mendorong dan membantu peserta didik untuk

terlibat membangun pengetahuan sehingga mencapai pemahaman yang

mendalam. Sedangkan menurut Blaney (dalam Hisyam Zaeni 2007:53)

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Sehingga dengan demikian iswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

Selain didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri

juga dituntut saling ketergantungan yang positif atau saling membantu satu

sama lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran yang mempunyai

karakter seperti ini diharapkan dapat meninggkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Achmad Sudrajat (2008:17) pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa

anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain

dalam kelompoknya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

14

Ilustrasi Kelompok Kooperatif tipe Jigsaw:

Para anggota dari kelompok asal yang mendapatkan lembar ahli

yang berbeda, bertemu dengan anggota kelompok ahli yang mendapatkan

lembar ahli, serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topic mereka

tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian

kembali pada kelompok semula (kelompok asal) dan berusaha mengajarkan

pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat

pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembelajaran, peserta didik diberi

evaluasi individu mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe

Jigsaw ini adalah interpendensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat

mengerjakan soal-soal latihan dengan baik.

Menurut Isjoni (2011:115) bahwa teknik jigsaw adalah guru

memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan

membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi

bermakna, selain itu siswa juga bekerja sama dalam suasana gotong royong

dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkanketrampilan dan komukasi yang cocok.

Pembentukan kelompok ahli (expert group), setiap anggota yang mendapat

bagian/ subtopik yang sama berkumpulan dengan anggota dari kelompok-

kelompok yang juga mendapat bagian/subtopik tersebut. Kemudian,

masing-masing dari kelompok ahli kembali ke kelompoknya yang semula,

lalu menjelaskan apa yang baru dipelajarinya (dari kelompok ahli) kepada

rekan-rekan kelompok yang semula menurut Miftahul Huda (2011:150).

1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut

Hisyam Zaeni (2007:57)

a. Pilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen atau

bagian.

b. Bagi siswa mejadi beberapa kelompok sesuai dengan segmen yang

ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara segmen 5, maka masing-

masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah terlalu banyak

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

15

bagi lagi menjadi 2, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang

setelah proses selesai gabung kembali kedua kelompok tadi.

c. Setiap kelompok mendapatkan mendapatkan tugas membaca dan

memahami materi yanmg berbeda-beda.

d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dikelompok.

e. Kembalikan suasana kelas seperti sedia kala, kemudian tanyakan

ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

f. Beri siswa pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa.

Pengecekan pemahaman siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan mereka dalam memahami teks.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menjelaskan dan membuat

langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:

1). Persiapan:

a. Membuat bahan ajar

Bahan ajar pembelajaran tipe Jigsaw dirancang sedemikian rupa

untuk pembelajaran secara kelompok sebelum menyajikan materi

pembelajaran dibuat lembar ahli yang akan dipelajari oleh peserta

didik dalam kelompok kooperatif.

b. Menentukan nilai awal (pre test)

Nilai awal diperoleh dari hasil evaluasi awal peserta didik secara individu

sebelum diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2). Tahap Pembelajaran

Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

pembelajaran matematika guna meningkatkan hasil belajar, maka dapat

ditempuh dengan tahapan sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggota 4 orang.

b. Siswa bergabung dengan tim/ anggota masing-masing yang telah

ditentukan.

c. Guru memberikan pada masing-masing kelompok dengan materi

yang berbeda.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

16

d. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

e. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub

bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan sub bab mereka.

f. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka

tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

g. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

h. Guru memberi evaluasi.

2.1 Bagan Pembentukan Kelompok Jigsaw:

Kelompok

Asal 1

Kelompok

Asal 2

Kelompok

Asal 3

Kelompok

Asal 4

Kelompok

Asal 5

Kelompok

Ahli

1

Kelompok

Ahli

2

Kelompok

Ahli

3

Kelompok

Ahli

4

Kelompok

Ahli

5

Belajar

Materi 1

Belajar

Materi 2

Belajar

Materi 3

Belajar

Materi 4

Belajar

Materi 5

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

17

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Sudjana,

Nana, 2011:22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu (a) keterampilan

dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita, yang

masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang ada pada

kurikulum sekolah. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dapat dibedakan menjai dua jenis yaitu sebagai berikut a)

Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia Faktor ini dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis.

Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan. Sedangkan

faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan

kebiasaan belajar. b) Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia

Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non

manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Jadi hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari

proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar

yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang

diperoleh siswa.

Seorang siswa dikatakan telah belajar apabila terlihat adanya

perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada siswa tersebut. Dengan

demikian dikatakan bahwa perubahan tingkah laku pada siswa tersebut

merupakan hasil dari belajar. Hal ini sesuai yang dinyatakan Sudjana

(2011:3) bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku.

Menurut pendapat Hudojo (1988:44) hasil belajar adalah penguasaan

hubungan yang telah diperoleh sehingga orang itu dapat menampilkan

pengalaman dan penguasaan bahan pelajaran yang telah dipelajari.

Menurut W. James Popham dan Eva L. Baker yang diterjemahkan oleh

Amirul (2008:113) jika seorang guru menginginkan punya dasar yang

memadai untuk menentukan kualitas pengajarannya, ia harus menggunakan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

18

tes yang secara teliti dan representatif mengungkapkan tercapai butir-butir

tes yang sudah jadi tidak dapat digunakan, maka ia harus menyusun tes

sendiri. Untuk mengukur prestasi belajar siswa dibutuhkan suatu alat ukur

yang akurat, yang dapat diandalkan. Jika tidak maka informasi yang

diperoleh tidak dapat dipercaya dan mungkin tidak memberikan gambaran

yang sebenarnya tentang hasil belajar siswa.

Masidjo (1995:39) mendefinisikan tes hasil belajar atau Achievment

Test adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang

sebagai hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan secara sengaja dalam

bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai.

Dengan demikian disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil usaha

yang diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan, yang diukur melalui tes.

Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini mengenai hasil belajar

matematika adalah penguasaan yang diperoleh siswa, melalui suatu tes yang

mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses

belajar yang khas, yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk

pengetahuan, pemahaman (kognitif).

2.1.4 Pengertian Matematika

Menurut Ruseffendi (1991), matematika adalah bahasa simbol; ilmu

deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan

akhirnya ke dalil.

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa

perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam

memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola

tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperluan adanya pembelajaran

melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau

mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

19

Menurut Hasan Shadyli (Ensiklopedia Indonesia: 1983) istilah

”matematika” (dari yunani: mathematikos ialah ilmu pasti, dari kata

mathema atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu

pengetahuan). Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua, terbentuk

dari penelitian bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu

yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan

alam.

Dalam pembelajaran matematika, diharapkan terjadi reinvention

(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah penemuan suatu cara

penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun

penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah

mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa penemuan tersebut merupakan

sesuatu hal yang baru.

Bruner (Heruman, 2007:4) metode penemuannya mengungkapkan

bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri

berbagai pengetahuan yang diperlukannya. „Menemukan‟ disini terutama

adalah „menemukan lagi‟ (discovery), atau dapat juga menemukan yang

sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan

bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya.

Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai

pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Sepintas konsep matematika yang diberikan pada siswa sekolah dasar

(SD) sangatlah sederhana dan mudah, tetapi sebenarnya materi matematika

SD memuat konsep-konsep yang mendasar dan penting serta tidak boleh

dipandang gampang. Diperlukan kecermatan dalam menyajikan konsep-

konsep tersebut, agar siswa mampu memahaminya secara benar, sebab

kesan dan pandangan yang diterima siswa terhadap suatu konsep di sekolah

dasar dapat terus terbawa pada masa-masa selanjutnya, sebab kesan yang

pertama kali ditangkap oleh siswa akan terus terekam dan menjadi

pandangannya di masa-masa selanjutnya. Antonius Cahya Prihandoko

(2006:1).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

20

2.1.5 Pengertian Efektivitas Jigsaw

Efektivitas adalah sesuatu yan memiliki pengaruh atau akibat yang

ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari

suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari

tercapai tidaknya tujuan intruksional khusus yang telah dicanangkan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 219).

Mnurut Said (dalam Yuliastini, 2010:21) efektivitas berarti berusaha

untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan

kebutuhan yang diprlukan, sesuai juga dengan rencana, dalam penggunaan

data, sarana maupun waktunya atau berusaha melalui aktifitas tertentu baik

secara fiik maupun nonfisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik

secara kualitatif maupun kuantitatif.

Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga

yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka–teki menyusun

potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw mengambil pola

cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan

belajar dengan bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan

bersama. (Rusman, 2011:217). Model pembelajaran Jigsaw adalah model

belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam

bentuk kelompok kecil. (Rusman, 2011:218).

Jadi efektivitas jigsaw dapat disimpulkan apakah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw mendapatkan suatu hasil baik positif atau negatif.

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini siswa dibentuk

menjadi kelompok dan bertukar pengalaman antara kelompok ahli ke

kelompok asal dan akan membuahkan hasil.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian tentang model pembelajaran tipe Jigsaw telah dilakukan peneliti

lain, penelitian tersebut berbentuk skripsi, dengan judul ” Pengaruh

Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Matematika Kelas V SDN Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten

Semarang Semester I Tahun Ajaran 2009/ 2010” yang dilakukan oleh

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

21

Laila Mardhiyah (2007) bahwa berdasarkan analisis data dengan uji beda

rata- rata 2 populasi diperoleh t hitung = 3,872 dengan signifikan sebesar

0,002 < 0,05, yang berarti kedua rata-rata hasil belajar tidak sama, artinya

terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok

bahasan luas bangun datar Terhadap Hasil Belajar Matematika siswa kelas

V SD N Purworejo, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester I

Tahun Ajaran 2009/ 2010. Hal ini juga diperkuat dari nilai rata-rata kelas

kontrol adalah 70,45. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap Hasil Belajar

Matematika siswa kelas V SDN Purworejo, Kecamatan Suruh Kabupaten

Semarang Semester I Tahun Ajaran 2009/ 2010.

2. Menurut Ayu Merlisa Nubatonis (2006), dengan judul skripsi “Efektivitas

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar

Bagi siswa kelas X SMA Efata Soe Kabupaten TTS Propinsi NTT

semester I Tahun Ajaran 2010/2011. Bahwa berdasarkan analisis data

dengan uji beda rata- rata 2 populasi diperoleh t hitung = 3,382 dengan

signifikan sebesar 0,001 < 0,05, yang berarti kedua rata-rata prestasi

belajar tidak sama, artinya terdapat efektivitas pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw pada pokok bahasan system persamaan linear dua variabel

Terhadap Prestasi Belajar Bagi siswa kelas X SMA Efata Soe Kabupaten

TTS Propinsi NTT semester I Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini juga

diperkuat dari nilai rata-rata kelas kontrol adalah 64,95 sehingga dapat

disimpulkan bahwa kelas yang diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelas yang

diberi pembelajaran konvensional.

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini peneliti akan menguji suatu hipotesis yang

memiliki variabel bebas yaitu model pembelajaran jigsaw dan variabel

terikat yaitu hasil belajar. Model pembelajaran jigsaw adalah model dengan

cara belajar kelompok dimana siswa mempunyai tanggung jawab untuk

kelompoknya supaya materi yang telah didapatkan menyeluruh dan semua

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

22

siswa aktif. Sedangkan hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh

setelah mendapatkan pembelajaran.

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka penguasaan

materi ajar yang diberikan akan lebih mudah ditangkap oleh siswa karena

sebenarnya pembelajaran kooperatif ini memanfaatkan siswa untuk dapat

aktif dan menguasai materi serta mengajarkannya kembali pada teman-

temannya, hal ini tidak akan hanya meningkatkan hasil belajar siswa akan

tetapi juga meningkatkan kerjasama antar kelompok. Selain itu siswa

biasanya akan lebih mengerti dengan bahasa yang dijelaskan oleh teman-

temannya.

2.2 Bagan Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari perumusan masalah di atas adalah terdapat perbedaan

yang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil

belajar matematika kelas V SD 1 Maduretno semester II tahun pelajaran

2011/2012.

Kegiatan

Belajar

Mengajar

Kelas V

Pembelajaran

Koopertif tipe

Jigsaw

Pembelajaran

konvensional

1.Penyajian materi

2.Pembagian Kelompok

3. Kerja Kelompok

4.Presentasi Kelompok

5.Evaluasi Individu

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Evaluasi

Hasil Belajar

Pembelajaran

Kooperatif

Tipe Jigsaw

Hasil Belajar

Pembelajaran

Konvensional

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2203/3/T1_292008526_BAB II… · biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

23

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis.

Sugiyono (2010:96) menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat.

Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji

statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun

hipotesis pada penelitian ini yaitu:

Ho : “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (X2)

tidak efektif terhadap hasil belajar matematika kelas V SD Negeri

01 Maduretno Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo”

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (X1).

H1 : “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (X2)

efektif terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas V SD

Negeri 01 Maduretno Kecamatan Kalikajar Kabupaten

Wonosobo” dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional (X1).