bab ii ayi

9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Umum Kepustakaan 1. Infeksi Nosokomial a. Definisi infeksi nosokomial Infeksi nosocomial menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. yang disebut infeksi nosocomial ini termasuk juga adanya tanda-tanda infeksi setelah pasien keluar dari rumah sakit dan juga termasuk infeksi pada petugas petugas yang bekerja di fasilitas kesehatan. Infeksi yang tampak setelah 48 jam pasien diterima dirumah sakit biasanya diduga sebagai infeksi nosokomial. b. insiden Berdasarkan survei prevalensi yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2005 di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 wilayah WHO (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menunjukkan

Upload: jeili-angel-worang-ii

Post on 09-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II AYI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan

1. Infeksi Nosokomial

a. Definisi infeksi nosokomial

Infeksi nosocomial menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada

pasien ketika berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana

infeksi tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. yang disebut

infeksi nosocomial ini termasuk juga adanya tanda-tanda infeksi setelah pasien

keluar dari rumah sakit dan juga termasuk infeksi pada petugas petugas yang

bekerja di fasilitas kesehatan. Infeksi yang tampak setelah 48 jam pasien diterima

dirumah sakit biasanya diduga sebagai infeksi nosokomial.

b. insiden

Berdasarkan survei prevalensi yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2005 di

55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 wilayah WHO (Eropa,

Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menunjukkan bahwa

rata-rata 8,7% dari pasien rumah sakit mengalami infeksi nosokomial. Lebih

dari 1,4 juta orang di dunia menderita komplikasi infeksi yang diperoleh di

rumah sakit dengan frekuensi tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan dari

rumah sakit di Timur Tengah dan Asia Tenggara (masing-masing sebesar

11,8% dan 10,0%), dan untuk wilayah Eropa Barat dan Pasifik masing-masing

sebesar 7,7% dan 9,0%. Infeksi nosokomial yang paling sering adalah jenis

infeksi karena luka bedah, infeksi saluran kemih dan infeksi saluran

pernafasan bawah. Penelitian WHO juga telah menunjukkan bahwa prevalensi

tertinggi infeksi nosokomial terjadi di unit perawatan intensif,  bangsal bedah

Page 2: BAB II AYI

dan ortopedi. Angka kejadian infeksi meningkat di antara pasien dengan faktor

risiko seperti faktor usia, penyakit bawaan, atau karena tindakan kemoterapi.

Jeyamohan (2010) menyebutkan bahwa di 10 RSU pendidikan di Indonesia, infeksi

nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010. Infeksi

nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia

bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan

c. Jenis-Jenis Infeksi Nosokomial

Jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi menurut WHO (2002) terbagi

atas:

1) Infeksi Saluran Kemih

Merupakan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi, 80% dari

kejadian infeksi yang berkaitan dengan penggunanaan kateter urin. Infeksi

saluran kemih memiliki tingkat morbiditas yang kenih rendah dibanding jenis

infeksi nosokomial yang lain, tetapi juga terkadang menyebabkan bakterimia dan

kematian. Infeksi selalu didefinisikan dengan beberapa kriteria mikrobiologis

yaitu kuantitas kultur urin positif ( ≥105 mikroorganisme/ml, dengan maksimus 2

jenis bakteri terisolat). Bakteri-bakteri penyebab infeksi adalah dari menigkatnyal

flora normal seperti E. coli maupun yang didapat di rumah sakit seperti

Klebsiella multiresisten.

2) Infeksi Luka Post Operasi

Infeksi luka post operasi juga sering terjadi: kejadian bervariasi mulai dari

0,5 sampai 15% tergantung tipe operasi dan keadaan pasien. Terdapat masalah

yang membatasi manfaat dari intervensi bedah yang ada, seperti meningkatnya

biaya rumah sakit dan panjangnya waktu rawat inap pasca operasi (antara 3

Page 3: BAB II AYI

sampai 20 tambahan hari). Definisi luka operasi secara klinik dilihat dengan

adanya nanah sekitar luka atau adanya selulitis di sekitar luka. Infeksi luka

operasi dapat terjadi pada bagian superfisial, deep (fasia dan otot), dan organ.

Infeksi ini biasanya diperoleh selama operasi itu sendiri, baik eksogen (misalnya

dari udara, peralatan medis, ahli bedah dan staf lainnya), secara endogen dari

flora di kulit atau di daerah operasi dan jarang pada darah yang digunakan pada

saat operasi. Mikrooorganisme yang menginfeksi bervasiasi, tergantung tipe dan

lokasi operasi, dan antibiotik yang diterima oleh pasien. Faktor risiko utama

adalah sejauh mana kontaminasi selama prosedur operasi (bersih, bersih

terkontaminasi, terkontaminasi, dan kotor). Kontaminasi yang ada dipengaruhi

oleh lama operasi dan kondisi umum pasien. Faktor yang lain adalah kualitas

teknik operasi, benda asing, virulensi mikroorganisme, dan pengalaman dari tim

bedah.

3) Pneumonia Nosokomial

Pneumonia nosokomial terjadi di beberapa kelompok pasien. Yang paling

penting adalah pasien dengan pemasangan ventilator di unit perawatan intensif,

dimana persentase pneumonia adalah 3 % per hari. Pneumonia karena

pemasangan ventilator memiliki tingkat fatalitas yang tinggi, meskipun risiko

bronki dan menyebabkan infeksi pada paru (pneumonia)

4) Bakteremia Nosokomial

Angka kejadian bakterimia nosokomial tergolong kecil (sekitar 5%), tetapi

fatalitasnya tinggi. Insidensinya meningkat, utamanya untuk mikroorganisme

tertentu seperti Staphylococcus dan Candida spp. Infeksi dapat terjadi pada tempat

masuknya infus, atau di subkutan. Organisme yang berkolonisasi pada kateter

infus di pembuluh darah bisa menyebabkan bakteremia tanpa infeksi eksternal.

Page 4: BAB II AYI

Flora di kulit menjadi sumber infeksi. Faktor risiko utama adalah lamanya

pemasangan kateter infus, prosedur asepsis pada saat insersi kateter, dan

perawatan pada pemasangan infus.

d. cara penularan infeksi nosokomial

cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab

yang paling utama infeksi nosokomial. Penularan melalui tenaga perawat

dapat secara langsung melalui peralatan yang invasive. dengan tindakan

mencuci tangan secara benar saja, infeksi nosokomial dapat dikurang 15%

peralatan yang kurang steril, air yang terkontaminasi kuman, cairan

desinfektan yang mengandung kuman, sering meningkatkan resiko infeksi

nosokomial. ( Hidayat, 2006 ).

e. Pencegahan infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial berasal dari proses penyebaran dari pelayanan kesehatan

salah satunya rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat berbagai macam penyakit

yang berasal dari pasien maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman

penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti: udara,

air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis (Darmadi, 2008).

Salah satu sumber penularan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah perawat, yang

dapat menyebarkan melalui kontak langsung kepada pasien. Cara penularan

terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun tenaga kesehatan yang

lain, jarum infeksi, kateter urine, kateter intravena, perban, dan cara keliru

menangani luka ataupun peralatan operasi yang terkontaminasi (Hidayat, 2008).

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang

terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk :

Page 5: BAB II AYI

a. Membatasi transmisi organisme dari atau antara pasien dengan cara mencuci

tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan

desinfektan.

b. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.

c. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik yang adekuat, nutrisi yang

cukup, dan vaksinasi.

d. Membatasi risiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.

e. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

2. Infeksi Luka Operasi ( ILO )

kejadian infeksi luka operasi menempati posisi ke-3, dengan angka kejadian

mencapai 14-16% dari infeksi nosokomial keseluruhan (Beldi et al, 2008).

Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah infeksi yang terjadi pada daerah pembedahan

setelah tindakan pembedahan. Infeksi pada luka operasi manifestasinya berupa

adanya inflamasi, pus, discharge. Bakteri aerob merupakan bakteri patogen

penyebab dominan pada kasus infeksi nosokomial khususnya pada infeksi luka

operasi (Reksoprawiro, 2005 ; Soeparman, 2006).

a. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Luka Operasi