bab i-vi final derin
DESCRIPTION
derinTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketika kita bicara tentang kesehatan lingkungan, yang kita maksud adalah bagaimana
kesehatan kita dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita, dan juga bagaimana kegiatan kita
mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Jika makanan, air dan udara kita tercemar, ini
akan membuat kita sendiri dan lingkungan sekitar jatuh sakit. Dengan melindungi lingkungan
sekitar, berarti kita melindungi kesehatan kita sendiri.(1)
Memperbaiki kesehatan lingkungan seringkali bermula ketika warga menyadari
bahwa masalah kesehatan tidak hanya mempengaruhi satu orang atau kelompok, melainkan
merupakan masalah bagi seluruh masyarakat. Jika masalah ini dibagi, warga akan cenderung
mau bekerja sama untuk membuat perubahan.(1)
Usaha Kesehatan Masjid adalah satu komponen upaya masyarakat untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945. Hal ini memerlukan
perhatian khusus karena upaya kegiatan kemasyarakatan dibidang kesehatan ini mempunyai
nilai dan fungsi yang cukup strategis. Oleh karenanya usaha kesehatan Masjid dan
masyarakat sekitarnya perlu dibina dan dikembangkan mengingat keberadaan Masjid
ditengah masyarakat sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pusat kegiatan kemasyarakatan.(2)
Dengan demikian dikembangkanlah Usaha Kesehatan Masjid disamping meluaskan
pelayanan kesehatan dimasyarakat oleh masyarakat juga sekaligus memperoleh hasil ganda
dalam pembangunan manusia seutuhnya yaitu sehat jasmani dan rohani.(2)
a. Arti sehat:
Di dalam undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan Bab 1
pasal 2 disebutkan: “Yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang-undang ini
adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial dan bukan hanya
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”.(1)
b. Pembangunan Kesehatan Nasional
Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat 1
yang setingi-tingginya sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
nasional. Pada kenyataannya derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh berbagai
factor; H.L Blum mengemukakan bahwa status atau derajat kesehatan dipengaruhi
oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.(1)
Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur sendiri telah melakukan
kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi pada tempat-tempat umum. Yang termasuk
sanitasi luar gedung yaitu
1. Tempat Tempat Umum dan Industri (TTU dan I):
a. Tempat-tempat Umum (TTU)
b. Lingkungan kerja industri dan lingkungan kerja perkantoran
c. Tempat Pengelolaan pestisida
2. Tempat Pengolahan Penjualan Makanan (TP2M)
3. Sarana Air Bersih dan penyehatan Lingkungan Pemukiman
a. Inspeksi sanitasi sarana air bersih/air minum
b. Inspeksi sanitasi jamban keluarga dan SPAL
c. Inspeksi sanitasi Rumah
d. Pemantauan jentik berkala
e. Inspeksi sanitasi tempat penampungan sampah (TPS/TPA)
Puskesmas Borobudur juga memiliki 20 orang bidan desa dan koordinator Kesehatan
Lingkungan. Untuk Tempat Tempat Umum yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Borobudur pada bulan Januari sampai Desember 2014 masih belum sesuai dengan target
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Jika dipersentasikan, cakupan
pelayanannya baru mencapai 78%, sedangkan menurut Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yaitu 80%. Dari hasil wawancara dengan penanggung
jawab program Kesehatan Lingkungan, permasalahan terletak pada kurangnya sanitasi pada
tempat-tempat umum (masjid) pada desa Tuksongo.
Kondisi di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur sendiri menunjukkan masih
terdapat Tempat Tempat Umum (masjid) yang sanitasinya kurang, sehingga penulis
mengambil Desa Tuksongo untuk melakukan evaluasi sanitasi Tempat Tempat Umum
(Masjid) yang belum dilakukan pemeriksaan pada Bulan Desember 2014.
2
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara
lain: apa saja penyebab yang mempengaruhi rendahnya Cakupan Tempat-Tempat Umum
(Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo?; Apa saja alternatif pemecahan
masalah terkait sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Tuksongo?
1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menganalisa faktor penyebab masalah pada Tempat Tempat
Umum (Masjid) yang masih rendah dalam hal sanitasi di Desa Tuksongo Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang pada Bulan Januari-Desember 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penyebab masalah dan upaya pemecahan belum diperiksanya
serta kurangnya (apabila terdapat masjid yang sanitasinya kurang) sanitasi Tempat
Tempat umum (masjid) di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur Kabupaten
Magelang Bulan Januari-Desember 2014
2. Untuk mengetahui jumlah Tempat Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi dan
yang belum memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur
Kabupaten Magelang Bulan Januari-Desember 2014.
1.4. MANFAAT KEGIATAN
1. Memberikan tambahan informasi mengenai penyebab masih kurangnya sanitasi yang
baik pada Tempat Tempat Umum (Masjid) di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang Bulan Januari-Desember 2014.
2. Menambah pengetahuan kepada masyarakat mengenai bagaimana menjaga kebersihan
di Tempat Tempat Umum (Masjid) agar tercipta Tempat Tempat Umum (Masjid)
yang sehat sesuai dengan syarat kesehatan.
3. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya puskesmas dan
memberikan alternatif pemecahan masalah terutama Program Kesehatan Lingkungan
yang belum memenuhi SPM terkait Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa
Tuksongo periode Januari – Desember 2014.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan masyarakat
Definisi dari Prof. Winslow, “Adalah ilmu dan seni dalam mencegah penyakit,
memperpanjang hidup manusia dan mempertinggi derajat serta efisiensi melalui usaha-
usaha masyarakat yang terorganisir dengan menciptakan lingkungan hidup yang sehat,
memberantas penyakit menular, pendidikan dalam soal kebersihan perorangan,
pengorganisasian usaha-usaha kedokteran dan perawatan serta mengembangkan
organisasi-organisasi kesejahteraan masyarakat untuk memelihara kesehatan”.(3,4)
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan aspek dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai :
aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh fakto-faktor dalam
lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam menilai dan
mengendalikan factor-faktor dalam lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi
kesehatan. Kesehatan lingkungan mencakup efek patologis langsung bahan kimia,
radiasi, dan beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di bidanng
kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, social dan estetika lingkungan
termasuk perumahan, pembangunan lahan dan transportasi.(4)
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan yang
optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor(limbah) dan sebagainya. Adapaun yang dimaksud dengan usaha
kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atua mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. (4)
Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/pengendalian semua
factor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama
yang sifatnya merugikan/berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia. (4)
4
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum
(semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan
baik secara insidentil maupu terus menerus. Suatu tempat dikatakan tempat umum bila
memenuhi kriteria seperti diperuntukan oleh masyarakat umum, mempunyai banginan
tetap atau permanen, memiliki aktivitas pengelola, pengunjung atau pengusaha, dan
tersedianya fasilitas seperti fasilitas kerja pengelola, dan fasilitas sanitasi seperti
penyediaan air bersih, nak sampah, WC/urinoir, Kamar mandi, dan pembuangan limbah.(4)
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama ynag erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Usaha-usaha yang dilakukan dalam
senitasi tempat-tempat umum dapat berupa pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor
manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. Dapat juga dilakukan
penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul di tempat-tempat umum. (3)
Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat pengembanngan
tehnologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup, misalnya pencemaran air,
udara dan tanah akan mengakibatkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah, akibatnya
akan terjadi hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian lingkungan.
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya
perubahan yang tidak diharapkan baik bersifat fisik, kimiawi maupun biologis, sehingga
mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas manusia serta organisme
lainnya.
Faktor lingkungan (fisik, biologi, dan sosiokultural) mempunyai kaitan yang erat
dengan factor perilaku misalnya kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih,
membuang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat termasuk
pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tersebut dan
penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air seperti penyakit kulit,
diare dan lain-lain. (5)
5
2.2. PHBS di tempat-tempat umum
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.(6)
Adapun yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah sarana yang
diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan
bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olah raga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.(6)
Tujuan :
Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di tempat-tempat umum.
Meningkatnya tempat-tempat umum sehat, khususnya tempat perbelanjaan, rumah
makan, tempat ibadah dan angkatan-angkatan
Sasaran PHBS di Tempat-tempat Umum(6)
- Masyarakat pengunjung/pembeli
- Pedagang
- Petugas kebersihan, keamanan pasar
- Konsumen
- Pengelola (pramusaji)
- Jamaah
- Pemelihara/pengelola tempat ibadah
- Remaja tempat ibadah
- Penumpang
- Awak angkutan umum
- Pengelola angkutan umum
2.2.1 Manfaat PHBS di Tempat-tempat Umum(7)
Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.
Masyarakat mampu mengupayakan lingungan sehat, serta mampu mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih, indah dan sehat,
sehingga meningkatkan citra tempat umum.
6
Meningkatkan pendapatkan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari
meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum.
Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah kabupaten/kota yang baik.
Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam
pembinaan PHBS di tempat-tempat umum.
2.2.2 Langkah-langkah pembinaan PHBS di tempat-tempat umum(7)
1. Analisis Sistem
Penentu kebijakan/pimpinan di tempat-tempat umum melakukan pengkajian
ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di tempat-tempat umum serta
bagamana sikap dan perilaku khalayak sasaran (pengelola, karyawan dan
pengunjung) terhadap kebijakan PHBS di tempat-tempat umum. Kajian ini untuk
memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.
2. Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat-tempat
Umum
Pihak pimpinan/penanggung jawab tempat-tempat umum mengajakn
bicara/berdialog pengelola dan karyawan di tempat-tempat umum tentang:
Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di tempat-tempat umum.
Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat
umum
Meminta masukan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat umum,
antisipasi kendala dan sekaligus alternative solusi.
Menetapkan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum dan
mekanisme pengawasannya.
Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi pengelola, karyawan dan
pengunjung
Kemudian pimpinan/penanggung jawab di tempat-tempat umum membentuk
Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di tempat-tempat umum.
3. Pembuatan Kebijakan PHBS di Tempat-tempat Umum
Kelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan cara melaksanakanya.
4. Penyiapan Infrastruktur
7
membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di
tempat-tempat umum.
Instrumen pengawasan
Materi sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum
Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-tempat umum yang
strategis
Mekanisme dan saluran pesan PHBS di tempat-tempat umum.
Pelatihan bagi pengelola PHBS di tempat-tempat umum.
5. Sosialisasi Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum
Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum di lingkungan internal
Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum
6. Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum
Penyampaian pesan PHBS di tempat-tempat umum kepada pengunjung seperti
melalui penyuluhan, enyebarluasan informasi melalui media poster, striker,
papan pengumuman, billboard, spanduk, dsb.
Penyediaan saran dan prasarana PHBS di tempat-tempat umum seperti air
bersih, jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci tangan, dsb.
Pelaksanaan pengawasan PHBS di tempat-tempat umum
7. Pengawasan dan Penerapan Sanksi
Pengawasan penerapan PHBS di tempat-tempat umum mencatat pelanggaran
dan menerapkan sanksi sesuai dengan Peraturan Daerah setempat seperti
merokok di tempat-tempat umum, membuang sampah sembarangan.
8. Pemantauan dan Evaluasi
Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodic tentang kebijakan yang
telah dilaksanakan.
Minta pendapat Pokja PHBS di tempat-tempat umum dan lakukan kajian
terhadap masalah yang ditemukan.
Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.
2.3. Sejarah masjid
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya
tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau.
Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.
8
Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar
Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut
memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. (8)
2.3.1 Etimologi
Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana
sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata
masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi.
Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".(8)
Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal
dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol. Sebelum itu, masjid juga disebut "Moseak",
"muskey" , "moscey" , dan "mos'key". Diduga kata-kata ini mengandung nada yang
melecehkan. Contohnya pada kata mezquita yang diduga berasal dari kata mosquito.
Tapi, kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara
luas. (8)
2.3.2 Sejarah
Masjid pertama
Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, beliau memutuskan untuk
membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi,
yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi
dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar
yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad saw. Masjid Nabawi menjadi jantung kota
Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota,
menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. Bahkan, di area
sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir
miskin. (8)
Saat ini, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsa adalah tiga
masjid tersuci di dunia. (8)
Bentuk Arsitektur dan Penyebaran Masjid
Masjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab, seiring dengan
kaum Muslim yang bermukim di luar Jazirah Arab. Mesir menjadi daerah pertama
yang dikuasai oleh kaum Muslim Arab pada tahun 640. Sejak saat itu, Ibukota Mesir,
Kairo dipenuhi dengan masjid. Maka dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu
9
menara. Beberapa masjid di Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah
bahkan sebagai rumah sakit. Masjid di Sisilia dan Spanyol tidak menirukan desain
arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur bangsa Moor. Para ilmuwan kemudian
memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-Islam kemudian diubah menjadi bentuk
arsitektur Islam ala Andalus dan Magribi, seperti contoh lengkung tapal kuda di pintu-
pintu masjid. (8)
Masjid pertama di Cina berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi'an. Masjid Raya
Xi'an, yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur
Cina. Masjid di bagian barat Cina seperti di daerah Xinjiang, mengikuti arsitektur
Arab, dimana di masjid terdapat kubah dan menara. Sedangkan, di timur Cina, seperti
di daerah Beijing, mengandung arsitektur Cina. (8)
Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa kerajaan Mugal
berkuasa. Masjid di India mempunyai karakteristik arsitektur masjid yang lain, seperti
kubah yang berbentuk seperti bawang. Kubah jenis ini dapat dilihat di Masjid Jama,
Delhi. (8)
Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke 11
Masehi, dimana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam. Beberapa
masjid awal di Turki adalah Aya Sofya, dimana pada zaman Bizantium, bangunan
Aya Sofya merupakan sebuah katedral. Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik
arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar
gedung yang lapang. Masjid di Kesultanan Usmaniyah biasanya mengkolaborasikan
tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang
tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam satu masjid. Sampai saat ini, Turki
merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur Utsmaniyah. (8)
Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa. Perkembangan
jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu, ketika banyak imigran
Muslim yang masuk ke Eropa. Kota-kota besar di Eropa, seperti Munich, London dan
Paris memilki masjid yang besar dengan kubah dan menara. Masjid ini biasanya
terletak di daerah urban sebagai pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para
muslim di daerah tersebut. Walaupun begitu, seseorang dapat menemukan sebuah
masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut ditinggali oleh kaum Muslim dalam
jumlah yang cukup banyak. Masjid pertama kali muncul di Amerika Serikat pada
awal abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan di Amerika Serikat adalah di daerah
10
Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun akhir 1920an. Bagaimanapun, semakin
banyak imigran Muslim yang datang ke Amerika Serikat, terutama dari Asia Selatan,
jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah secara drastis. Dimana jumlah masjid
pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada tahun 1980,
50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan. (8)
2.3.3 Fungsi keagamaan
Ibadah
Semua muslim yang telah baligh atau dewasa harus menunaikan shalat lima
kali sehari. Walaupun beberapa masjid hanya dibuka pada hari Jum'at, tapi masjid
yang lainnya menjadi tempat shalat sehari-hari. Pada hari Jum'at, semua muslim laki-
laki yang telah dewasa diharuskan pergi ke masjid untuk menunaikan shalat ke
masjid. (8)
2.3.4 Fungsi sosial
Pusat kegiatan masyarakat
Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, berlomba-
lomba untuk membangun masjid. Seperti kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di
sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat
makam Imam Husein. Kota Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imam-nya yang
menjadi pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas I dari dinasti
Safawi di Iran merubah kota Isfahan menjadi salah satu kota terbagus di dunia dengan
membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini menjadikan
kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota yang terbesar di dunia. Lapangan ini
berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga. (8)
Masjid di daerah Amerika Serikat dibangun dengan sangat sering. Masjid
biasa digunakan sebagai tempat perkumpulan umat Islam. Biasanya perkembangan
jumlah masjid di daerah pinggiran kota, lebih besar dibanding di daerah kota. Masjid
dibangun agak jauh dari pusat kota. (8)
Pendidikan
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan.
Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya
menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini
11
memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang
menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan
paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid
ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman
sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk
mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa
Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk Muslim di
daerah luar Arab, termasuk Indonesia. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang
baru masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid di Eropa dan Amerika Serikat,
dimana perkembangan agama Islam melaju dengan sangat pesat. Beberapa masjid
juga menyediakan pengajaran tentang hukum Islam secara mendalam. Madrasah,
walaupun letaknya agak berpisah dari masjid, tapi tersedia bagi umat Islam untuk
mempelajari ilmu keislaman. (8)
Kegiatan dan pengumpulan dana
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana. Masjid juga
sering mengadakan bazar, dimana umat Islam dapat membeli alat-alat ibadah maupun
buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat untuk akad nikah, seperti tempat
ibadah agama lainnya. (8)
Masjid tanah liat di Djenné, Mali, secara tahunan mengadakan festival untuk
merekonstruksi dan membenah ulang masjid. (8)
Bantuan
Negara yang dimana jumlah penduduk Muslimnya sangat sedikit, biasanya
turut membantu dalam hal-hal masyarakat, seperti misalnya memberikan fasilitas
pendaftaran pemilih untuk kepentingan pemilu. Pendaftaran pemilih ini melibatkan
masyarakat Islam yang tinggal di sekitar Masjid. Beberapa masjid juga sering
berpartisipasi dalam demonstrasi, penandatanganan petisi, dan kegiatan politik
lainnya. (8)
Selain itu, peran masjid dalam dunia politik terlihat di bagian lain di dunia.
Contohnya, pada kasus pemboman Masjid al-Askari di Irak. pada bulan Februari 2006
Imam-imam dan khatib di Masjid al-Askari menggunakan masjid sebagai tempat
untuk menyeru pada kedamaian ditengah kerusuhan di Irak. (8)
12
2.4. Usaha Kesehatan Lingkungan Masjid
2.4.1. Arti Kesehatan Masjid.
Usaha Kesehatan Masjid adalah usaha kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan di Masjid dan lingkungannya dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan lingkungan Masjid serta mencegah terjadinya penularan penyakit. Dengan
demikian yang menjadi sasaran adalah bangunan Masjid dan fasilitasnya, jamaa’ah
atau pengunjung Masjid dan pengurus Masjid. (2)
2.4.2. Dasar pemikiran Usaha Kesehatan Masjid
Masjid adalah suatu tempat dimana masyarakat pada waktu-waktu tertentu
melakukan ibadah keagamaan Islam. Dengan demikian Masjid merupakan tempat
berkumpul sejumlah orang untuk melakukan kegiatan peribadatan. (2) Usaha
Kesehatan Masjid dijalankan atas dasar pemikiran bahwa:
a. Usaha Kesehatan Masjid dapat merupakan upaya kesehatan yang mempunyai
kemungkinan lebih efektif dan efisien untuk mencapai kebiasaan hidup sehat
dari jama’ah atau pengunjung maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.
Di Jawa Tengah tahun 1986 terdapat: 29.562 Masjid, 61.055 Langgar dan
3.294 Musholla. Jumlah petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan lingkungan Masjid relatif kecil, sehingga sangat diharapkan peran
serta masyarakat dalam pelaksanaannya. (2)
2.4.3. Trias Usaha Kesehatan Masjid
Secara garis besar Usaha Kesehatan Masjid mempunyai tiga program yaitu:
a. Kebersihan Lingkungan Masjid.
Didalam Al Qur’an maupun Al Hadist banyak dijumpai petunjuk tentang
kebersihan dan kesehatan sebagai bagian yang tidak lepas dari kegiatan
ibadah. (2) Salah satu Hadist Nabi Muhammad S.A.W memberikan lima prinsip
kebersihan yaitu:
1. Kebersihan rumah atau pekarangan.
2. Kebersihan badan.
3. Kebesihan pakaian.
4. Kebersihan makan atau minum.
5. Kebersihan rohani atau hati dan budi pekerti
b. Penyuluhan kesehatan masyarakat Masjid.
13
Secara fungsional Masjid selalu diramaikan oleh jama’ah untuk kegiatan
ibadah wajib maupun sunnah antara lain:
1. Shalat Fardhu 5 kali sehari dan Shalat Jumat.
Pengajian yang diberikan baik kepada umum, ibu-ibu, remaja dan sebagainya.
Dalam kegiatan tersebut maka pesan-pesan kesehatan dapat dengan mudah
diterima oleh para jama’ah apabila disampaikan dengan bahasa agama. (2)
c. Pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan primer atau
dasar dan pertolongan pertama. Sesuai dengan fungsi Masjid seyogyanya
dapat disediakan obat-obatan PPPK dan obat-obat ringan lainnya yang
sewaktu-waktu diperlukan dapat digunakan oleh jama’ah Masjid. Dapat
dipertimbangkan agar Masjid memiliki kader kesehatan yang diambil dari
pengurus Masjid untuk dapat menangani kasus-kasus sederhana. Untuk itu
perlu ada kerjasama dengan Puskesmas setempat. Untuk Masjid yang besar
dapat diusahakan adanya poliklinik sendiri. (2)
2.5 Indikator PHBS di Masjid
Perilaku hidup bersih dan sehat di masjid meliputi : menggunakan
jambansehat, memberantas jentik nyamuk, menggunakan air bersih, membuang
sampah pada tempatnya, memelihara kebersihan dan kerapihan sarana, tidak meludah
di sembarang tempat, dan tidak merokok di dalam masjid.(6)
Sedangkan untuk menilai kelayakan masjid disebut menjadi masjid yang sehat
meliputi terdapatnya sarana air bersih, peturasan, pembuangan air limbah,
pembuangan air hujan, pembuangan sampah, pencahayaan, penghawaan, kebersihan
lantai dan langit-langit, kebersihan alat sembahyang dan wudhu. (6)
1. Penggunaan air bersih yang menggunakan air bersih adalah
jamaah/pengunjung masjid menggunakan air bersih yang memenuhi syarat
fisik (tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau) untuk
kebutuhan melakukan ibadah yang berasal dari sumur galian, sumur pompa,
mata air, penampungan air hujan dan air ledeng yang terlindung dan berjarak
minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah. (6)
14
2. Penggunaan jamban sehat yang menggunakan jamban sehat adalah
jama’ah/pengunjung masjid menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa
dengan septitank yang dipisah antara laki-laki dan perempuan. (6)
3. Terdapatnya peturasan
Peturasan merupakan tempat urinoir, tempat buang air kecil untuk pria,
sehingga dapat dihindarkan pembuangan air kecil di tempat wudhu, sehingga
dapat tercipta tempat wudhu yang bersih dan terhindar dari hadast. (6)
4. Pembuangan saluran air limbah, air hujan dan sampah
Pembuangan air limbah dan hujan ini penting untuk menciptakan lingkungan
masjid yang bersih dan menghindarkan terjadinya genangan air yang dapat
menyebabkan timbulnya termpat perkembangan penyakit, selain itu harus
digalakkan usaha membuang sampah pada tempatnya, dengan membuang
sampah pada tempatnya sehingga jamaah masjid membuang sampah pada
tempat yang telah tersedia dan bagian dalamnya dilapisi plastik serta tertutup. (6)
5. Tidak merokok di dalam masjid adalah jamaah masjid tidak merokok di dalam
masjid. (6)
6. Memberantas jentik nyamuk adalah pengurus masjid dan masyarakat sekitar
melaksanakan pemberatasan sarang nyamuk di masjid dan sekitarnya satu kali
dalam seminggu, juga memeriksa tambahan lainnya seperti penampungan air,
bak mandi, talang air, dan sebagainya. (6)
2.6 Analisa Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk
mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah,
dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan
munculnya permasalahan rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum yang
memenuhi syarat sanitasi Di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan
kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut: (9)
15
Gambar 1. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak
sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah
kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab
masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input,
lingkungan maupun proses. (9)
2.7 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
a. Identifikasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indicator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,
dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indicator tertentu yang sudah
ditetapkan. (9)
b. Penentuan penyebab masalah
16
INPUT
Man, Money, Method, Material, Machine
PROSES
P1,P2,P3
OUT PUT
Cakupan Program
OUT COME
LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan
1.Identifikasi Masalah
2.Penentuan Penyebab Masalah
3.Menentukan alternative pemecahan
masalah4.Penetapan pemecahan
masalah terpilih
6.Monitoring dan evaluasi
5.Penyusunan rencana penerapan
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan
menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah
tersebut. (9)
c. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.(9)
d. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung
pada alternatif pemecahan masalah. (9)
e. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon Kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik. (9)
f. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of
Action atau Rencana Kegiatan). (9)
g. Monitoring dan evaluasi.(9)
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang
dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan. (9)
17
MASALAHMASALAH
PROSES
LINGKUNGAN
P1
P2P3
INPUT
MONEYMAN
MACHINE
METHODE
MATERIAL
Gambar 2. Siklus pemecahan masalah
2.8 Analisis Penyebab Masalah
Berdasarkan hasil analisis masalah yang telah didata dapat ditemukan penyebab-
penyebab dari kurangnya sanitasi pada Tempat-Tempat Umum (masjid) di Desa
Tuksongo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Bulan Januari-Desember 2014.
Masalah tersebut dapat disebabkan oleh input, proses dan lingkungan. Input terdiri dari
lima komponen, yaitu Man, Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada
proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Pergerakan dan Pelaksanaan) dan P3
(Pengawasan, Pengendalian, Penilaian). Untuk lingkungan sendiri dapat dilihat dari
daftar tilik pada Masjid yang dikunjungi. Penentuan penyebab masalah digali
berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Untuk menentukan
kemungkinan penyebab masalah dapat digunakan diagram fishbone. (9) Metode ini
berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem seperti yang tampak pada gambar
dibawah ini:
Gambar 3. Analisa penyebab masalah menggunakan diagram fishbone.
2.9 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Jika penyebab masalah sudah ditemukan maka dapat langsung ditentukan alternatif
pemecahan masalah.
18
2.10 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan Kriteria Matriks. (9) Berikut ini proses
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan Kriteria Matriks
menggunakan Rumus M x I x V / C :
a. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program : (9)
Magnitude (M) : Besarnya penyebab masalah yang dapat
diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan
dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
Importancy (I) : Pentingnya cara penyelesaian masalah
Vulnerability (V) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi nilai 1 – 5. Bila makin magnitude maka
nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I
dan V.
Tabel 1. Skor Matriks
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah
2=Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah
3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah
4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = mahal
5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = sangat
mahal
b. Efisiensi program
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost
(c) diberi nilai 1 – 5. Bila costnya makin kecil, maka nilainya mendekati
2.11 Penentuan Plan of Action dan Gann Chart
19
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan
pembuatan Plan of Action serta Gann Chart, hal ini bertujuan untuk menentukan perencanaan
kegiatan. (9)
BAB III
ANALISA MASALAH
3.1 DATA UMUM DESA TUKSONGO
A. Keadaan Geografis
1. Letak WilayahDesa Tuksongo secara administratif termasuk dalam wilayah kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang, terletak di arah Selatan Kabupaten Magelang, terdiri dari 7
dusun dan terdiri dari 20 RT dan 6 RW, nama-nama dusun tersebut adalah Kesuman
I, Kesuman II, Puton, Tuksongo I, Tuksongo II, Ganjuran I, Ganjuran II.
2. Batas Wilayah
Wilayah Desa Tuksongo dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Desa Borobudur
Sebelah Selatan : Desa Majaksingi
Sebelah Barat : Desa Tanjungsari dan Desa GiriTengah
Sebelah Timur : Desa Ngargogondo
3. Luas Wilayah
Luas Wilayah Desa Tuksongo adalah 228,44 Ha.
B. Keadaan Demografi
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Tuksongo tahun 2013 adalah 3.320 jiwa. Laki-laki
berjumlah 1.665 jiwa, sedangkan untuk Perempuan berjumlah 1.655. Jumlah KK
miskin 535 KK.
2. Data Penduduk
Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa
Tuksongo menurut jenis kelamin, usia, mata pencaharian, dan pendidikan.
20
Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Tuksongo menurut jenis kelamin
Jumlah
Penduduk
L P Total Kepala
Keluarga
Kesuman I 191 184 375 124
Kesuman II 224 216 440 21
Puton 331 324 655 212
Tuksongo I 279 306 585 160
Tuksongo II 275 274 549 190
Ganjuran I 179 172 351 110
Ganjuran II 186 179 365 125
1665 1655 3320 1042
(Sumber : Data Statistik Kantor Desa Tuksongo, tahun 2013)
Dengan data lebih rinci penduduk Desa Tuksongo dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Tuksongo berdasarkan usia
No Nama dusun
0-4 5-9 10-14
15-19
20-24
25-29
30-39
40-49
50-59
>60 jumlah
1 Kesuman I
27 34 27 25 56 27 35 42 42 60 375
2 Kesuman II
32 54 28 32 36 47 55 61 56 39 440
3 Puton 40 30 43 70 93 115 80 80 50 27 6284 Tuksongo
I 33 66 82 42 60 57 88 71 44 42 585
5 Tuksongo II
30 20 54 46 76 120 79 82 43 29 379
6 Ganjuran I
21 31 23 32 25 23 49 64 33 17 248
7 Ganjuran II
32 34 39 23 43 44 37 35 30 48 365
Jumlah 215 269 296 270 389 433 423 435 298 292 3320
Tabel 4. Jumlah KK miskin
Nama dusun Jumlah KK Jumlah KK Miskin Kesuman I 124 99
21
Kesuman II 121 79Puton 212 150Tuksongo I 160 45Tuksongo II 190 83Ganjuran I 110 40Ganjuran II 125 39Jumlah 1042 535
(Sumber : Data Statistik Kantor Desa Tuksongo, tahun 2013)
3. Sarana Kesehatan
Puskesmas induk : 1 buah
PKD : 1 buah
Bidan desa : 20 orang di 7 dusun ( dusun Kesuman I, Kesuman II, Puton,
Tuksongo I, Tuksongo II, Ganjaran I, Ganjaran II)
Posyandu : 8 tempat
Jarak Puskesmas Borobudur ke Balai Desa Tuksongo adalah ± 2 km, sedangkan
jarak RSU Muntilan ± 10 km.
4. Fasilitas Umum
TPQ/ TPA : 21 buah
TK PAUD : 2 tempat
SD/ MI : 2 tempat
SLTP/MTs : - tempat
SLTA : - tempat
PETA DESA TUKSONGO
22
3.2 HASIL INSPEKSI SANITASI
Data Tempat-Tempat Umum (masjid) di Desa Tuksongo diperoleh yaitu terdiri dari
data primer yang didapatkan dengan wawancara langsung dari responden (pengurus masjid)
dan pengisian daftar tilik melalui inspeksi/pengamatan/kunjungan langsung di lokasi serta
data sekunder yaitu data yang didapatkan dari kantor Desa Tuksongo dan laporan Puskesmas
Borobudur. Pengambilan data primer dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat, tanggal 29
dan 30 Januari 2015 pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.
Jumlah sasaran survei ini adalah Tempat-Tempat Umum (masjid) di Desa Tuksongo,
kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang yang berjumlah 5 masjid, meliputi Masjid Al-
Huda yang di Dusun Ganjuran I, Masjid Mu’inul Mujahidin di Dusun Ganjuran II, Masjid
Baiturrokhman di Dusun Kesuman I, Masjid Jami Darussalam, Dusun Tuksongo II, Masjid
Darul Najah, Dusun Puton.
Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi masjid dan seluruh isian daftar tilik
diisi langsung oleh penilik dengan melihat langsung kondisi lapangan serta menanyakan
beberapa pertanyaan melalui wawancara terpimpin kepada pengurus masjid dan masyarakat
yang tinggal disekitar masjid. Daftar tilik yang telah dibuat berisi gambaran sanitasi masjid
yang ada.
Tabel 5. Hasil Rekapitulasi masjid di Desa Tuksongo
NO NAMA MASJID DUSUN NILAI KETERANGAN
1 Jami Darussalam Tuksongo II 815 MS
2 Darul Najah Puton 695 TMS
3 Al-Huda Ganjuran I 870 MS
4 Mu’inul Mujahidin Ganjuran II 635 TMS
5 Baiturrokhman Kesuman I 700 MS
TOTAL 5 MASJID MS = 3 MASJID, TMS = 2 MASJID
KETERANGAN :
Keterangan Nilai : Keterangan Predikat :
23
Baik : 700-1000 MS : Memenuhi Syarat (nilai 700-1000)
Cukup : 500-699 TMS: Tidak Memenuhi Syarat (nilai 0-699)
Kurang : 0-499
Dari tabel 2, diperoleh bahwa nilai pemeriksaan sanitasi tertinggi yaitu pada Masjid Al-
Huda di Dusun Ganjuran I yaitu 885 dan terdapat 3 masjid yang memenuhi syarat sanitasi
dan 2 yang tidak memenuhi syarat sanitasi.
Setelah dilakukan inspeksi sanitasi kepada 9 tempat-tempat umum (masjid) di Desa
Tuksongo, didapatkan ada 2 masjid yang tidak membuhi syarat sanitasi (TMS). 2 masjid
tersebut adalah
Tabel 6. Rekapitulasi Masjid Yang Tidak Memenuhi Syarat Sanitasi
No. Nama Masjid Dusun Pengelola
1 Masjid Darul Najah Puton Tn. Ahmad Saifudin
2 Masjid Mu’inul
Mujahidin
Ganjuran II Tn. Muslih
Tabel 7. Rekapitulasi Penilaian Inspeksi Sanitasi Masjid
No Materi Masjid1 2 3 4 5
1 Penyediaan air bersiha. Kuantitas/jumlahb. Kualitas
100100
100100
100100
10025
100100
2 Jambana. Kuantitas/jumlahb. Kualitasc. Perawatan
303020
101510
303020
301510
101510
3 Peturasana. Kuantitas/jumlahb. Kualitas
1515
1515
3030
3015
1515
4 Sal pembuangan air limbaha. Kualitas 60 60 60 60 60
5 Pembuangan air hujana. Kualitas 20 20 30 20 20
6 Tempat pembuangan sampaha. Kualitas/jumlahb. Kualitas
2515
1010
1510
1010
1010
7 Pengawasan insek/vector 50 20 50 50 50
24
8 Pencahayaan a. Kualitas 20 20 20 20 20
9 Penghawaana. Kualitas 20 20 20 20 10
10 Kebersihan lantaia. Kualitasb. Penggunaan/perawatan
2020
2010
2020
1010
2020
11 Kebersihan. dinding/langita. Kualitasb. Penggunaan/perawatan
1010
1515
1515
1515
1010
12 Pengaturan baranga. Penempatan 30 30 30 30 20
13 Fasilitas PPPK 5 5 5 5 514 Kebersihan alat sembahyang
a. Kualitas 80 80 80 60 8015 Fasilitas wudhu
a. Kuantitas/jumlahb. Kualitasc. Penempatand. Perawatan
20202020
2010520
20202020
2010205
20101010
16 Karyawan/pengurus masjida. Kebersihan peroranganb. Pemeriksaan kesehatan
2020
2010
4020
1010
2030
Total 815 695 870 635 700
Tabel 8. Rekapitulasi total jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat di Desa Tuksongo
Kriteria TTU (masjid) Jumlah Persentase
Memenuhi Syarat sanitasi 3 tempat 60 %
Tidak Memenuhi Syarat sanitasi 2 tempat 40 %
Total 5 tempat 100 %
Dari tabel 3, diperoleh bahwa 3 masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan 2 yang
tidak memenuhi syarat sanitasi dengan persentase 60% : 40%.
3.3 Jumlah Cakupan TTU (Masjid) yang Memenuhi Syarat Sanitasi
Jumlah Cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU berupa masjid) yang memenuhi
syarat sanitasi di Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang :
Besar cakupan = TTU (masjid) yang memenuhi syarat x 100 %
25
Jumlah TTU (masjid) yang diperiksa
= 3/5 x 100 %
= 60%
3.4 Analisa Masalah
Masalah didapatkan dari cakupan yang tidak memenuhi target. Hal itu dapat kita
lihat dengan menghitung pencapaian. Pencapaian dapat dihitung dengan rumus berikut:
Angka Pencapaian = Besar cakupan x 100 %
Target Dinkes 2011
= 6 0 % x 100 % 80 %
= 75 %
Dari hasil di atas didapatkan besar angka pencapaian TTU berupa masjid yang
memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo periode Januari-Desember 2014 sebesar
75% (kurang dari 100%) dan dapat diangkat menjadi masalah.
Tabel 9. Penjabaran Hasil Inspeksi Masjid Yang Tidak Memenuhi Syarat Sanitasi
No Materi Nilai Kategori Masjid TMS
%
1 21 Penyediaan air bersih
a. Kuantitas/jumlah
b. Kualitas
10060251006025
BaikCukupKurangBaikCukupKurang
X
X
X
X
100
50
502 Jamban
a. Kuantitas/jumlah
b. Kualitas
c. Perawatan
302010302015302010
BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang
X
X
X
X
X
X
500500010000100
3 Peturasana. Kuantitas/jumlah 45
3015
BaikCukupKurang X
X05050
26
b. Kualitas 453015
BaikCukupKurang X X
00100
4 Sal pembuangan air limbaha. Kualitas 60
4020
BaikCukupKurang
X X 10000
5 Pembuangan air hujana. Kualitas 30
2010
BaikCukupKurang
X X01000
6 Tempat pembuangan sampaha. Kuantitas/jumlah
b. Kualitas
251510251510
BaikCukupKurangBaikCukupKurang
X
X
X
X
0010000100
7 Pengawasan insek/vector 805020
BaikCukupKurang X
X05050
8 Pencahayaan a. Kualitas 20
105
BaikCukupKurang
X X 10000
9 Penghawaana. Kualitas 20
105
BaikCukupKurang
X X 10000
10 Kebersihan lantaia. Kualitas
b. Penggunaan/perawatan
2010520105
BaikCukupKurangBaikCukupKurang
X
X
X
X
0100050500
11 Kebersihan. Dinding/langita. Kualitas
b. Penggunaan/perawatan
1510515105
BaikCukupKurangBaikCukupKurang
X
X
X
X
1000010000
12 Pengaturan baranga. Penempatan 30
2010
BaikCukupKurang
X X 10000
13 Fasilitas PPPK 2010
BaikCukup
00
27
5 Kurang X X 10014 Kebersihan alat sembahyang
a. Kualitas 806010
BaikCukupKurang
XX
50500
15 Fasilitas wudhua. Kuantitas/jumlah
b. Kualitas
c. Penempatan
d. Perawatan
20105201052010520105
BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang
X
X
XX
X
X
X
X
10000010005005050050
16 Karyawan/pengurus masjida. Kebersihan perorangan
b. Pemeriksaan kesehatan
402010402010
BaikCukupKurangBaikCukupKurang
X
X
X
X
505005050
Dari data inspeksi dilihat lagi pada masjid yang bermasalah secara lebih detail dan
dianalisa. Setelah dilakukan analisa didapatkan berberapa masalah yang menyebabkan nilai
pada masjid-masjid ini rendah, antara lain:
1. Pada kuantitas, kualitas dan perawatan jamban
2. Pada kuantitas, kualitas dan perawatan peturasan
3. Pengawasan Insek/Vektor
4. Kualitas SPAL
5. Tempat pembuangan sampah
6. Perawatan lantai
7. Tidak adanya Fasilitas P3K
8. Perawatan tempat wudhu
9. Pemeriksaan kesehatan pengurus
Dari hasil kuesioner terhadap 5 responden didapatkan bahwa kelima responden
(100%) tidak mengetahui cara mewujudkan masjid sehat, walaupun semua responden
tahu masjid yang sehat itu penting. Dari 5 responden, seluruhnya mengaku belum pernah
28
mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi masjid sehat (100%). Tingkat kesadaran
pengguna masjid akan kebersihan setelah dilakukan survey masih 40% kurang begitu
memperhatikan, Hal ini memunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang sanitasi masjid.
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
4.1 Kerangka Teori
Gambar 4. Kerangka Teori
29
INPUT
MAN: Petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman I
MONEY: Dana Operasional puskesmas Salaman I
METHOD: Inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) dengan kunjungan langsung, Penyuluhan tentang masjid yang memenuhi syarat sanitasi
MATERIAL: Sarana Transportasi
MACHINE: Blanko inspeksi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi
PROCESS
P1: Jadwal Inspeksi sanitasi TTU(Masjid), jadwal penyuluhan
P2: Pelaksanaan inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid), Pelaksanaan penyuluhan
P3: Pencatatan dan Pelaporan inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) dan penyuluhan
LINGKUNGAN
Pengurus/Pengelola Tempat-tempat Umum (Masjid)
Masyarakat sekitar Tempat-tempat Umum (Masjid)
CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID)
YANG MEMENUHI SYARAT SANITASI
Gambar 5. Kerangka Konsep
30
SDM Petugas Kesehatan Lingkungan dalam menjalan peran dan fungsi berupa:
Pembuatan jadwal inspeksi dan penyuluhan kelompok
Pelaksanaan Inspeksi dan penyuluhan
Pengetahuan dan perilaku pengurus Masjid mengenai
sanitasi yang baik untuk Masjid
CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID) YANG
MEMENUHI SYARAT SANITASI 75% KURANG DARI
TARGET SPM YANG 80% DI DESA TUKSONGO
BAB V
METODE PENELITIAN
Dengan melakukan survei kunjungan langsung kepada pengelola Tempat Tempat
Umum (Masjid) dan masyarakat yang ada di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur
Kabupaten Magelang uuk mencari penyebab dari rendahnya cakupan pada TTU Masjid yang
memenuhi syarat di Desa Tuksongo pada periode Januari – Desember 2014. Survei dilakukan
dengan metode di bawah:
1. Data primer diperoleh melalui wawancara yang dilakukan dengan menggunakan
daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang ditujukan kepada para pengelola dari
masjid yang bermasalah.
2. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas
Borobudur, diperoleh dari program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur
terkait Tempat-Tempat Umum (TTU) Periode Januari-Desember 2014, dan data dari
Balai desa Tuksongo.
3. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya dilakukan analisis
penyebab masalah dalam bentuk diagram fish bone. Setelah itu ditentukan alternative
pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah
menggunakan kriteria matriks dengan rumus M.I.V/C. Setelah didapatkan
pemercahan masalah, dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah
terpilih sehingga selanjutnya dapat dilakukan monitoring dan evaluasi.
5.1. Batasan Judul
Pada Desa Karanganyar belum pernah dilakukan pendataan terhadap tempat-
tempat umum (masjid). Oleh karena itu, penulis memilih judul “ Rencana Peningkatan
Cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang Memenuhi Syarat Sanitasi di desa
Tuksongo”, dengan batasan pengertian judul sebagai berikut
1. Rencana adalah kegiatan usaha yang akan dilaksanakan dalam waktu tertentu
2. Peningkatan adalah usaha memajukan suatu rencana
3. Cakupan adalah merupakan suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan
yang kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Tempat-tempat umum
31
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau
masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara
sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik
membayar mapupun tidak membayar.
Predikat Tempat-Tempat Umum
Dalam penilaian TTU terdapat 3 kategori nilai dari seluruh daftar tilik
yang ada.
Yaitu:
Baik : 700-1000
Cukup : 500-699
Kurang : 0-499
Setelah TTU dinilai secara keseluruhan, terdapat 2 predikat TTU, ayitu
TTU yang memenuhi syarat Sanitasi (MS) dengan nilai “Baik” dan TTU
yang tidak memenuhi syarat sanitasi (TMS) dengan nilai “cukup” dan
“kurang”.
5. Desa Tuksongo
Desa Tuksongo merupakan salah satu desa dari 20 desa yang berada
dalam wilayah kerja Puskesmas Borobudur, Kecamatan Borobudur,
6. Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi
atau permasalahan yang ditemukan.
7. Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran.
8. Program Kesehatan Lingkungan adalah salah satu program di puskesmas
Borobudur yang menagani optimalisasi lingkungan hidup manusia untuk
terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di dalamnya.
9. Puskesmas Borobudur adalah Unit pelayanan kesehatan tingkat kecamatan
yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah dalam menangani
masalah kesehatan di kecamatan Borobudur.
10. Januari - Desember 2014, merupakan periode yang sedang berlangsung dalam
kegiatan puskesmas yang terdapat pada Laporan Standar Pelayanan Minimal.
32
5.2. Batasan Operasional
Definisi operasional adalah definisi secara aplikatif/operasional dari variable
yang ada didalam kerangka konsep.
Sasaran adalah tempat-tempat umum (masjid) di desa Tuksongo, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang.
Cakupan adalah presentase hasil perbandingan antara jumlah tempat-tempat umum
(masjid) yang memenuhi syarat sanitasi dengan jumlah seluruh tempat-tempat
umum (masjid) yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur.
Pencapaian adalah presentase hasil perbandingan antara cakupan tempat – tempat
umum yang memenuhi syarat dengan target dinas kesehatan Magelang tahun 2014.
Kriteria Inklusi :
Krteria inklusi adalah pengelola kesehatan lingkungan di Puskesmas Borobudur
dan pengurus/pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat sekitar
Tempat-Tempat Umum (Masjid) di dusun yang terdapat masjid tidak memenuhi
syarat sanitasi, desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, yang bersedia
diwawancara dan ada ditempat.
Kriteria Eksklusi :
Pengurus/pengelola (Takmir) Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat
sekitar Tempat-Tempat Umum (Masjid), di dusun yang terdapat Masjid
memenuhi syarat.
Pengurus/pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat sekitar
Tempat-Tempat Umum (Masjid) di dusun yang terdapat masjid tidak
memenuhi syarat sanitasi, desa Tuksongo, Kecamatan Salaman, yang tidak
bersedia diwawancara dan tidak ada ditempat.
5.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Lingkup lokasi : Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
b. Lingkup waktu : Januari sampai Desember 2014
c. Lingkup sasaran : cakupan tempat-tempat umum (masjid) yang memenuhi syarat
di Wilayah Desa Tuksongo
d. Lingkup metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan
33
BAB VI
HASIL PENELITIAN
6.4 Hasil Survey Sanitasi Masjid Desa Tuksongo(TMS)
Survei dilakukan pada hari sabtu, tanggal 30 Januari 20145 terhadap 5 responden yaitu
pengelola/pengurus masjid TMS. Setalah dilakukan survey tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 10. Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuan dan Prilaku Pengurus Masjid TMS
No. Pertanyaan 2 4 %
1. Apakah anda mengetahui arti penting
terwujudnya masjid sehat?
Y Y 100
2. Menurut anda apakah masjid ini dapat
digolongkan sebagai masjid sehat?
T T 0
3. Apakah masjid ini pernah diadakan kegiatan
pemantauan kesehatan dan kebersihan masjid?
T T 0
4. Apakah anda pernah mendapat penyuluhan
tentang masjid sehat?
T T 0
5. Penyediaan air bersih
Darimana asal penyediaan air masjid ini?
a. PDAM
b. Sumur gali
c. Lain-lain
B C 50
6. Apakah memiliki jamban? T Y 50
Apakah tahu ciri-ciri jamban sehat? T Y 50
7. Apakah memiliki peturasan? T T 0
8. SPAL
1) Apakah mempunyai SPAL? Y Y 100
34
2) Syarat SPAL sehat? Y Y 100
9. Pembuangan air hujan
1) Apakah ada permbuangan air
hujan?
Y Y 100
2) Apakah pembuangan lancar? Y Y 100
10. Tempat pembuangan sampah
Apakah terdapat tempat pembuangan sampah? T T 0
11. Pengawasan insek/vector
1) Keberadaan tikus dalam rumah: Y Y 0
2) Keberadaan lalat dalam rumah : Y Y 0
3) Keberadaan kecoa dalam rumah : Y Y 0
4) Keberadaan nyamuk dalam
rumah:
Y Y 0
5) Apakah terdapat jentik nyamuk di
penampungan air (bak mandi,
gentong, dll) (pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan
senter) ?
T T 100
12. Pencahayaan dan Penghawaan
Apakah masjid mempunyai pencahayaan
(pencahayaan alamiah)?
a. Tidak terang, tidak dapat digunakan
untuk membaca
b. Kurang terang, bila untuk membaca mata
terasa sakit.
c. Terang, enak untuk membaca dan tidak
silau.
C C 100
35
Bagaimana penghawaan di masjid ini?
a. Jendela dibuka setiap hari
b. Jendela jarang dibuka, ventilasi hanya
melalui kusen
c. Jendela tidak pernah dibuka, kusen tidak
ada
A A 100
13. Bagaiman pemeliharaan kebersihan lantai
masjid?
a. Terdapat jadwal piket dan dibersihkan
setiap hari
b. Dibersihkan 2x/minggu
c. Dibersihkan 1x/minggu
d. Hanya bila terlihat sudah kotor
C D 50
14. Pengatursn barang
Apakah barang-barang di masjid tersusun rapi? T T 0
15 Fasilitas P3K
Apakah terdapat fasilitas P3K? T T 0
16 Kebersihan alat sembahyang
Siapakah yang membersihkan alat sembahyang?
a. Pengurus masjid
b. Jamaah
c. Tidak ada
A C 50
17 9. Fasilitas wudhu
Bagaimana pemeliharaan kebersihan fasilitas
wudhu?
a. Dibersihkan setiap hari
b. Dibersihkan 2x/seminggu
c. Dibersikan 11x/minggu
d. Hanya bila terlihat sudah kotor
B D 50
36
Keterangan :
Persentase didapat dari membandingkan hasil jawaban ya(baik) dengan tidak.
Y : jawaban “YA”, berarti tahu atau ada
T : jawaban “Tidak”, berarti tidak tahu atau tidak ada
A/B/C/D : jawaban sesuai pilihan pada pertanyaan yang di ajukan:
- Pada pertanyaan no.5 yang jika jawaban A/B (baik) dan C (tidak)
- Pada pertanyaan no.12. yang diharapkan jawaban C (baik) sedang A/B (tidak)
- Pada pertanyaan no.13 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C/D (tidak)
- Pada pertanyaan no.16 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C (tidak)
- Pada pertanyaan no.17 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C/D (tidak)
Dari hasil survei dapat disimpulkan bahwa meski sebagian besar pengetahuan
pengurus sudah baik namun masih ada yang kurang pengetahuannya tentang bagaimana
sanitasi yang baik. Pengetahuan yang masih kurang yaitu tentang:
1. Syarat air bersih
2. Syarat jamban, peturasan dan SPAL yang sehat
3. Belum adanya tempat pembuangan sampah di beberapa masjid
4. Belum adanya perlengkapan P3K
Dari perilaku dapat disimpulkan masih kurangnya kesadaran untuk memelihara
kebersihan dari tempat ibadah. Hal tersebut dilihat dari :
1. Jarangnya dibahas tentang kebersihan masjid setiap ada pertemuan pengurus masjid
2. Masih kurangnya kesadaran untuk membersihkan alat sembahyang.
3. Kurangnya pengawasan terhadap vektor/insek pembawa penyakit.
4. Kurangnya perawatan dan pembersihan fasilitas wudhu, alat sembahyang, juga
pengaturan barang.
Dari hasil survey ini juga didapatkan bahwa sampai saat dilakukan survey, belum
pernah dilakukan inspeksi terhadap sanitasi masjid dan penyuluhan tentang bagaimana
sanitasi yang baik. Selain itu juga meski ada dana khusus untuk pemeliharaan masjid namun
dikatakan belum mencukupi.
37
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1 Analisis Hasil Survei TTU (Masjid) di Desa Tuksongo
Hasil survei pada Tempat Tempat Umum (Masjid) di Desa Tuksongo Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang 29 dan 30 Januari 2015 ditemukan penyebab masalah
dengan metode pendekatan sistem.
Hasil survei memberikan gambaran hal yang kurang dari Tempat Tempat Umum
(masjid) yang ada di Desa Tuksongo yaitu :
1. Penyediaan air bersih
2. Jamban
3. Peturasan
4. Tempat pembuangan sampah
5. Pengawasan insek/vektor
6. Keberhasilan lantai
7. Pengaturan barang
8. Fasilitas PPPK
9. Kebersihan alat sembahyang
10. Fasilitas wudlu
11. Karyawan/pengurus masjid
Dari hasil survei kepada 5 TTU (masjid) yang berada di Desa Tuksongo,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang dapat disimpulkan bahwa terdapat 3
masjid yang telah memenuhi syarat sanitasi dan 2 masjid yang tidak memenuhi
syarat sanitasi.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengurus masjid di Desa
Tuksongo, didapatkan informasi bahwa kurang terjaganya sanitasi masjid terkait
ketidaktahuan dari pengurus dan masyarakat tentang sanitasi TTU (masjid) yang
memenuhi syarat. Selain itu, masyarakat cenderung kurang peduli untuk menjaga
sanitasi masjid, misalnya masih ada masyarakat yang meletakkan mukena, Al-
Qur’an di sembarang tempat.
38
Tabel 11. Analisis penyebab kurangnya sanitasi pada Masjid di Desa Tuksongo
Komponen
INPUT
Kelebihan Kemungkinan hambatan
Man Sudah ada Petugas
Kesehatan Lingkungan di
Puskemas Borobudur.
Kurangnya sumber daya
manusia ( tenaga
kesehatan) yang dapat
terjun langsung
membantu melakukan
kunjungan kesehatan
lingkungan.
Money Tersedianya dana
operasional dari
Puskesmas Borobudur
untuk kegiatan di luar
gedung.
Tersedianya Bantuan
Operasional Kesehatan
dari Puskesmas
Borobudur untuk kegiatan
di luar gedung (biaya
transportasi).
Belum ada biaya khusus
untuk pengadaan acara
penyuluhan yang menarik,
efektif dan efisien tentang
TTU yang memenuhi
syarat sanitasi.
Kurangnya dana untuk
perbaikan dan
perkembangan sanitasi
lingkungan di masjid.
Method Terdapatnya metode
inspeksi secara langsung
ke Tempat-Tempat
Umum (Masjid)
Sudah ada pendataan.
Sudah memiliki daftar
tilik masjid.
Kurang optimalnya
kunjungan dan
penyuluhan berkala dari
petugas kesehatan
lingkungan ke masjid-
masjid.
Tidak ada sertifikasi bagi
masjid yang sudah
memenuhi syarat sanitasi
Kurangnya penyuluhan
secara lokal atau langsung
39
kepada pengurus Masjid.
Material - Ketersediaan kendaraan
operasional untuk
membantu program
kesehatan lingkungan.
Machine Tersedia blanko daftar
tilik untuk pemeriksaan
sanitasi masjid
Kurangnya media promosi
mengenai sanitasi di
Masjid-masjid
Process P1 Sudah adanya program
kunjungan berkala oleh
petugas Kesling.
Kurangnya perencanaan
untuk sosialisasi tentang
TTU yang memenuhi
syarat sanitasi oleh
petugas Kesling.
P2 Sudah terlaksananya
inspeksi langsung ke
masjid untuk penilaian
sanitasi oleh petugas
kesehatan lingkungan
Pendataan yang dilakukan
masih dilakukan secara
acak yang menjadikan
tidak meratanya jumlah
kunjungan dari petugas
kesehatan.
Pelaksanaan kunjungan
dan penyuluhan kurang
optimal, berkelanjutan,
dan terpadu
P3 Sudah ada Pengawasan
dan penilaian masjid oleh
petugas Kesling.
Kurangnya evaluasi dari
kegiatan pendataan,
penilaian dan penyuluhan
tentang sanitasi masjid
Lingkungan Sudah adanya warga
yang berperan sebagai
pengurus masjid
Kurangnya kesadaran
berperilaku hidup sehat
dan kepedulian pengurus
masjid dan masyarakat
untuk memelihara fasilitas
40
masjid yang sudah ada
dan menciptakan sanitasi
masjid yang baik.
Kurangnya jadwal
pertemuan pengurus
masjid untuk
membicarakan masalah
kesehatan masjid
Kurangnya pengetahuan
akan pentingnya sanitasi
masjid sehat
Pembangunan masjid
yang berkesinambungan
(butuh waktu lama).
7.2. Daftar penyebab masalah
Setelah dilakukan analisis penyebab masalah, didapatkan daftar penyebab
masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya sumber daya manusia (tenaga kesehatan) yang dapat terjun langsung
membantu melakukan kunjungan kesehatan lingkungan.
2. Belum ada biaya khusus untuk pengadaan acara penyuluhan yang menarik, efektif
dan efisien tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi.
3. Kurangnya dana untuk perbaikan dan perkembangan sanitasi lingkungan di masjid.
4. Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan
lingkungan ke masjid-masjid.
5. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi.
6. Kurangnya media promosi mengenai sanitasi di Masjid-masjid.
7. Kurangnya perencanaan untuk sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat
sanitasi oleh petugas Kesling.
8. Pendataan yang dilakukan masih dilakukan secara acak yang menjadikan tidak
meratanya jumlah kunjungan dari petugas kesehatan.
9. Pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, berkelanjutan, dan terpadu
41
10. Kurangnya pengawasan dan penilaian sanitasi masjid yang memenuhi syarat sanitasi
yang baik oleh petugas Kesling.
11. Kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan tentang
sanitasi masjid.
12. Kurangnya kepedulian pengurus masjid dan masyarakat untuk memelihara fasilitas
masjid yang sudah ada dan menciptakan sanitasi masjid yang baik.
13. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat
14. Pembangunan masjid yang berkesinambungan (butuh waktu lama).
7.3. Penyebab Masalah Paling Mungkin
Setelah dilakukan konfirmasi kepada petugas Kesehatan Lingkungan (Kesling)
di Puskesmas Borobudur, dari kemungkinan penyebab masalah di atas maka didapatkan
penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu:
1. Kurangnya sumber daya manusia (tenaga kesehatan) yang dapat terjun
langsung membantu melakukan kunjungan kesehatan lingkungan.
2. Kurangnya dana untuk perbaikan dan perkembangan sanitasi lingkungan di
masjid, serta pengadaan acara penyuluhan tentang TTU yang memenuhi syarat
sanitasi.
3. Kurangnya penyuluhan secara lokal atau langsung kepada pengurus Masjid.
4. Kurangnya kesadaran berperilaku hidup sehat dan kepedulian pengurus masjid
dan masyarakat untuk menciptakan sanitasi masjid yang baik.
5. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat.
42
44
Cakupan TTU (masjid) di Desa
Tuksongo periode Januari-Desember 2014 sebesar 75%
dari 80% target DinKes Kab Magelang
Kurangnya kesadaran dan kepedulian pengurus masjid dan masyarakat untuk menciptakan sanitasi masjid yang baik.
Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat
Belum tersedianya sarana sanitasi yang baik.
Kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan masjid
Pembangunan masjid yang berkesinambungan (butuh waktu lama).
Kurangnya pengawasan dan penilaian sanitasi masjid yang memenuhi syarat sanitasi yang baik oleh petugas Kesling.
Kurangnya evaluasi dari kegiatan yang dilakukan (penyuluhan) tentang sanitasi TTU (masjid).
P3
P2
Pendataan yang dilakukan masih dilakukan
secara acak yang menjadikan tidak meratanya
jumlah kunjungan dari petugas kesehatan.
Pelaksanaan penyuluhan kurang berkelanjutan dan terpadu
PROSES
P1
Kurangnya perencanaan untuk sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh petugas Kesling.
Machine
Kurangnya media promosi mengenai sanitasi di Masjid-masjid.
Method
Kurangnya penyuluhan secara lokal
atau langsung kepada pengurus
Masjid
Money
Belum terdapat biaya khusus untuk pengadaan acara penyuluhan yang menarik, efektif dan efisien tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi.
Kurangnya dana untuk perbaikan dan perkembangan sanitasi lingkungan di masjid
Ketersediaan kendaraan operasional untuk membantu program kesehatan lingkungan
Kurangnya sumber daya manusia (tenaga kesehatan) yang dapat terjun langsung membantu melakukan kunjungan kesehatan lingkungan.
Man
Material
LINGKUNGAN
INPUT Gambar 5. Diagram tulang ikan (fish bone)
7.4. Alternatif Pemecahan Masalah
7.4.1 Analisis Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 12. Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan
1. Kurangnya sumber daya manusia
(tenaga kesehatan) yang dapat terjun
langsung membantu melakukan
kunjungan kesehatan lingkungan
Bekerja sama dengan petugas lain
seperti petugas promosi kesehatan
dan para dokter muda dalam
melaksanakan program sosialisasi
sanitasi masjid.
2. Kurangnya dana untuk perbaikan dan
perkembangan sanitasi lingkungan di
masjid, serta pengadaan acara
penyuluhan tentang TTU yang
memenuhi syarat sanitasi.
Mengusulkan kepada kepala desa
untuk mengadakan iuran bulanan.
Menjalankan kotak amal.
3. Kurangnya penyuluhan secara lokal
atau langsung kepada pengurus
Masjid.
Pelaksanaan Program penyuluhan
yang diselenggarakan oleh petugas
kesehatan lingkungan mengenai
syarat-syarat sanitasi mesjid sehat.
4. Kurangnya kesadaran berperilaku
hidup sehat dan kepedulian pengurus
masjid dan masyarakat untuk
menciptakan sanitasi masjid yang
baik.
Memberikan informasi berupa
penyuluhan secara berkala kepada
para pengurus masjid serta para
masyarakat.
Mengadakan program kerja bakti
yang dilakukan secara rutin oleh
pengurus masjid dan masyarakat
tiap seminggu sekali.
Melakukan Program penyuluhan
oleh petugas Kesling mengenai
syarat-syarat sanitasi mesjid
sehat.
5. Kurangnya pengetahuan akan
pentingnya sanitasi masjid sehat
Pengadaan penyuluhan tentang
sanitasi masjid sehat.
45
7.4.2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 13. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Penyebab masalah Alternatif penyebab masalah
1. Kurangnya sumber daya manusia
(tenaga kesehatan) yang dapat
terjun langsung membantu
melakukan kunjungan kesehatan
lingkungan,
2. Kurangnya dana untuk perbaikan
dan perkembangan sanitasi
lingkungan di masjid, serta
pengadaan acara penyuluhan
tentang TTU yang memenuhi
syarat sanita
3. Kurangnya penyuluhan secara
lokal atau langsung kepada
pengurus Masjid
4. Kurangnya kesadaran berperilaku
hidup sehat dan kepedulian
pengurus masjid dan masyarakat
untuk menciptakan sanitasi masjid
yang baik.
5. Kurangnya pengetahuan akan
pentingnya sanitasi masjid sehat
a. Bekerja sama dengan petugas lain
seperti petugas promosi kesehatan,
para dokter muda dalam
melaksanakan program sosiaalisasi
sanitasi masjid
b. Mengusulkan kepada kepala desa
untuk mengadakan iuran bulanan.
c. Pelaksanaaan Program penyuluhan
yang diselenggarakan oleh petugas
kesehatan lingkungan mengenai
syarat-syarat dan pentingnya
sanitasi mesjid sehat
d. Mengadakan program kerja bakti
yang dilakukan secara rutin oleh
pengurus masjid dan masyarakat
tiap seminggu sekali
7.4.3. Rekapitulasi Alternatif Pemecahan Masalah
a) Berkerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan, para dokter
muda dalam melaksanakan program sosiaalisasi sanitasi masjid
b) Mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan untuk
perbaikan sarana dan prasarana masjid.
c) Pelaksanakan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan
46
lingkungan mengenai syarat-syarat dan pentingnya sanitasi mesjid sehat.
d) Mengadakan program kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh pengurus
masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali.
Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Tabel 14. Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah
Penyelesaian
Masalah
Nilai Kriteria Hasil akhir Urutan
M I V C (M x I x V) / C
A 1 2 2 2 2 IV
B 1 3 4 2 6 II
C 4 4 3 2 24 I
D 1 4 2 2 4 III
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah
dengan menggunakan metode kriteria matriks rumus MIVC maka didapatkan urutan prioritas
alternatif pemecahan masalah tempat-tempat umum sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan
lingkungan mengenai syarat-syarat dan pentingnya sanitasi mesjid sehat,
2. Mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan untuk
perbaikan sarana dan prasarana masjid.
3. Mengadakan program kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh pengurus
masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali.
4. Bekerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan, para
dokter muda dalam melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid.
.
47
Tabel 15. Plan Of Action penyelesaian masalah tempat-tempat umum di Desa Tuksongo
No Kegiatan Tujuan Sasaran TempatPelaksana Kegiatan
Waktu Biaya
Metode Kriteria Keberhasilan
1. Pelaksanaan program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai syarat syarat dan pentingnya sanitasi masjid sehat.
Dapat meningkatkan pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat dan meningkatkan perilaku hidup sehat dan kepedulian pengurus masjid dan masyarakat untuk menciptakan sanitasi masjid sehat
Pengurus dan pengelola masjid
Balai desa / di tiap-tiap Masjid
Kordinator program Kesling beserta para dokter muda yang sedang praktek lapangan.
6 bulan sekali
Bantuan Operasional Kesehatan
Pemberian materi, diskusi dan Tanya jawab tentang sanitasi masjid
Proses Di laksanakannya
penyuluhan sanitasi masjid sehat .
Hasil Meningkatnya
pengetahuan serta perilaku hidup bersih pengelola dan pengurus masjid
2. Pengajuan proposal perbaikan sarana dan prasarana masjid.
Untuk perbaikan dan pengembangan sarana sanitasi dilingkungan sekitar masjid, serta pengadaan acara penyuluhan
Kepala desa Balai desa Pengurus masjid
1x(Akhir tahun/awal tahun)
Swadaya masyarakat
Pembuatan proposal oleh pengurus masjid
Proses Diterimanya
permohonanHasil
Tersedianya dana
3. Mengadakan program kerja bakti rurin yang diselenggarakan oleh pengurus masjid dan
Untuk mewujudkan lingkungan masjid dan lingkungan di sekitar masjid yang bersih dan sehat
Pengurus masjid dan masyarakat
Di tiap-tiap masjid
Koordinator program Kesehatan Lingkungan
1 minggu sekali
Swadaya masyarakat
ProsesDiadakannya
program kerja bakti rutin 1 minggu sekaliHasil
Terwujudnya
48
masyarakat setempat
lingkungan masjid dan sekitar masjid yang sehat.
4. Kerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan, para dokter muda dalam melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid sehat
Meningkatkan optimalisasi kinerja petugas kesehatan lingkungan dengan kerjasama antar lintas program
Petugas promosi kesehatan dan para dokter muda
Puskesmas Kordinator program kesehatan Lingkungan
6 bulan sekali
Dana Operasional Kesehatan
Pertemuan dan diskusi pembuatan jadwal bersama
Proses : Terlaksananya
kerjasama antar lintas program denagn pembuatan program bersama
Hasil : Optimalnya kinerja
petugas kesehatan pada program kesehatan lingkungan
Tabel 29 Gann ChartNo Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
1. Dilaksanakan program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai syarat dan pentingnya sanitasi masjid sehat2. Mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan untuk perbaikan sarana dan prasarana masjid3. Mengadakan program kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh pengurus masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali.4. Kerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan atau para dokter muda dalam melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid
sehat.
49
BAB VIII
PENUTUP
8.1. KESIMPULAN
Berdasarkan data analisis data, didapatkan presentase cakupan Tempat-Tempat
Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo 75%, lebih rendah dari
target dinkes 80%.
Setelah dilakukan survei kepada pengelola/pengurus Tempat-Tempat Umum (Masjid)
dan analisis dari hasil data didapatkan penyebab masalah rendahnya cakupan Tempat-Tempat
Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo Januari-Desember 2014
antara lain jumlah petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Borobudur hanya 1 orang
untuk luas wilayah puskesmas; belum ada biaya khusus untuk Program Kesehatan
Lingkungan Tempat-Tempat Umum terutama untuk penyuluhan; kurang optimalnya
kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid;
tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi; kurangnya media
penyuluhan seperti pamflet, poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat
sanitasi; kurangnya perencanaan sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh
petugas kesehatan lingkungan; pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, dan
tidak berkelanjutan; kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan
tentang sanitasi masjid; kurangnya kualitas dan pemeliharaan fasilitas masjid yang sudah
ada; kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan
masjid; dan kurangnya dana swadaya masyarakat dan alokasi dana pemeliharaan sarana
sanitasi masjid.
Sebagai penyelesaian masalah terhadap penyebab masalah yang disebutkan di atas,
dilaksanakan rencana kegiatan berupa pelaksanaan program penyuluhan yang
diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai syarat-syarat dan pentingnya
sanitasi mesjid sehat; mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan
untuk perbaikan sarana dan prasarana masjid; mengadakan program kerja bakti yang
dilakukan secara rutin oleh pengurus masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali;
bekerjasama dengan petugas lain seperti promosi kesehatan dan para dokter muda dalam
melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid.
50
8.2. SARAN
Dari kesimpulan diatas, saran yang perlu diperhatikan antara lain :
Bagi Puskesmas Borobudur:
Perlu dilakukan peningkatan kinerja petugas Puskesmas, khususnya Program
Kesehatan Lingkungan agar lebih optimal dalam melakukan kunjungan, evaluasi dan
penyuluhan kelompok supaya dapat terjadi peningkatan cakupan Tempat-Tempat
Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang.
Bagi dokter muda / peneliti periode selanjutnya
Perlunya penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama dalam hubungan antar
penyebab yang dapat mempengaruhi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang
memenuhi syarat di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Dokter muda selanjutnya diharapkan dapat membantu program kesehatan lingkungan
terutama Tempat Tempat Umum (Masjid) melalui pelaksanaan penyuluhan dan survei
sanitasi masjid yang baik.
Bagi masyarakat
Diharapkan kepada pengurus atau pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid) dan
masyarakat di sekitarnya untuk bekerjasama dalam menjaga sanitasi masjid agar
terciptanya masjid yang memenuhi syarat sanitasi. Pengelola atau pengurus masjid
diharapkan untuk dapat melanjutkan dan mengembangkan rencana kegiatan yang
telah dibuat. Mengadakan pertemuan bulanan untuk membahas kerja bakti, iuran, dan
musyawarah masyarakat desa untuk meningkatakan keadaan sanitasi pada masjid.
Pengelola atau pengurus masjid diharapkan dapat melakukan peran aktif untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik pada
Tempat-Tempat Umum (Masjid) kepada pengurus yang lain dan masyarakat sekitar
sehingga dapat tercipta kesadaran bersama dan terwujudnya masjid serta lingkungan
yang sehat.
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartoyo. Handout Pemberdayaan Masyarakat melalui SMD dan Intervensi
Masyarakat dalam Bentuk Pendekatan Kemasyarakatan. Magelang. 2014
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Proyek Pendidikan Petugas Puskesmas.
Pedoman Usaha Kesehatan Masjid. 1987/1988. Dinkes Jateng.
3. Wime. TeorI H.L Bloem. Available at: http//wimee.wordpress.com/2011/06/20/teori-
h-l-blum/. Accessed on January 29 2015
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kesehatan Lingkungan. Available
at: http//repository.usu.ac.id/bitstream/../5/Chapter%20I.pdf. Accessed on January 29
2015
5. Hartoyo. Handout Konsep Puskesmas: Magelang. 2014
6. Dinkes propinsi Jawa Barat. PHBS di tempat umum. Available at:
http://diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=53
Accessed in January 29 2015
7. DEPKES RI. Pengetahuan dan perilaku Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten / Kota Sehat. Kepmenkes Nomor: 1202/Menkes/SK/VIII/2003.
Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/download/is2010/indikator.pdf.
Accessed on January 29 2015.
8. Masjid: Sejarah dan fungsinya, Available at: http://wikipedia.org/wki/masjid.
Accessed in January 29 2015.
9. Hartoyo. Handout Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah. Magelang; 2014
10. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Tingkat I jawa Tengah. Pedoman Usaha Kesehatan
Masjid. 1987. Bakti Husada.
52
Daftar Gambar
Gambar 1. Analisa Penyebab Masalah Menggunakan Pendekatan Sistem.............................16
Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah....................................................................................17
Gambar 3. Analisa Penyebab Masalah Menggunakan Diagram Fishbone..............................18
Gambar 4. Kerangka Teori.......................................................................................................29
Gambar 5. Kerangka Konsep...................................................................................................30
Gambar 6. Fishbone.................................................................................................................44
Daftar Tabel
Tabel 1. Skor Matriks...............................................................................................................19
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Tuksongo menurut Jenis Kelamin.......................................21
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Tuksongo berdasarkan Usia................................................21
Tabel 4. Jumlah KK Miskin.....................................................................................................21
Tabel 5. Hasil Rekapitulasi di Desa Tukongo..........................................................................23
Tabel 6. Rekapitulasi Total Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Tidak Memenuhi Syarat di Desa Tuksongo.........................................................................................................24
Tabel 7. Rekapitulasi Penilaian Inspeksi Sanitasi Masjid Tuksongo.......................................24
Tabel 8. Rekapitulasi Total Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat di Desa Tuksongo......................................................................25
Tabel 9. Penjabaran Hasil Inspeksi Masjid yang Tidak Memenuhi Syarat Sanitasi................26
Tabel 10. Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Pengguna Masjid di Desa Tuksongo..................................................................................................................................32
Tabel 11. Analisis Penyebab Kurangnya Sanitasi pada Masjid di Desa Tuksongo.................35
Tabel 12. Alternatif Pemecahan Masalah................................................................................44
Tabel 13. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah........................................................45
Tabel 14. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah.............................................46
Tabel 15. Plan of Action Penyelesaian Masalah Tempat-Tempat Umum di Desa Tuksongo.47
Tabel 16. Gann Chart...............................................................................................................4853
LAMPIRAN
54
Kebersihan Tempat Wudhu dan Jamban yang Baik dan sehat. (Masjid
Al-Huda, Ganjuran I)
Kebersihan Tempat Wudhu dan Jamban yang kurang sehat. (Masjid
Mu’inul Mujahidin, Ganjuran II)