bab i pendahuluan latar belakang masalah file1 bab i pendahuluan a. latar belakang masalah undang...

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) , dan pemulihan kesehatan (rehabilatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk apotek. Berdasarkan pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan jumlah penderita diabetes melitusdidunia tahun 2010 sebanyak 306 juta jiwa, di negara-negara ASEAN 19,4 juta pada tahun 2010 dan di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 8,4 juta jiwa yang diperkirakan pada tahun 2030 dapat mencapai 21,3 juta jiwa. Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.Dari data departemen kesehatan menyebutkan bahwa pasien Diabetes melitusrawat inap di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit (Armaididarmawa, 2010). Berdasarkan data catatan rekammedik di RSUD dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas.Terdapat pasien diabetes melitusyang menjalani rawat inap tahun 2010terdapat 118 pasien.Sedangkan rawat jalan sebanyak 1290 pasien.Diabetesmelitus merupakan penyakit degeneratif, dimana terapinya sangat dilakukan hati-hati sesuai dengan penyebab utamanya.Salah satu terapi Diabetes melitus dengan ada hormonal

Upload: lephuc

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap

orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan

adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat.Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) , dan pemulihan kesehatan

(rehabilatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman

dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk

apotek.

Berdasarkan pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan jumlah

penderita diabetes melitusdidunia tahun 2010 sebanyak 306 juta jiwa, di

negara-negara ASEAN 19,4 juta pada tahun 2010 dan di Indonesia pada tahun

2000 berjumlah 8,4 juta jiwa yang diperkirakan pada tahun 2030 dapat

mencapai 21,3 juta jiwa. Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah

penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika

Serikat.Dari data departemen kesehatan menyebutkan bahwa pasien Diabetes

melitusrawat inap di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh

penyakit (Armaididarmawa, 2010).

Berdasarkan data catatan rekammedik di RSUD

dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas.Terdapat pasien diabetes

melitusyang menjalani rawat inap tahun 2010terdapat 118 pasien.Sedangkan

rawat jalan sebanyak 1290 pasien.Diabetesmelitus merupakan penyakit

degeneratif, dimana terapinya sangat dilakukan hati-hati sesuai dengan

penyebab utamanya.Salah satu terapi Diabetes melitus dengan ada hormonal

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

2

sebagai farmakologi. Untuk terapi ADO (Antidiabetik Oral) terdapat

beberapa golongan jenis berdasarkan mekanisme kerja (Budi,2010)

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti Profil

Terapi Diabetes Melitus Pasien Rawat Inap di RSUD dr. H.

SomarnoSosroatmodjo pada periode Januari sampai Juni 2011.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola peresepan terapi diabetes melitus tipe 2 di rawat inap

RSUD dr.H. SoemarnoSosroadmodjo Kuala Kapuas?

2. Obat apa saja yang banyak digunakan sebagai terapi diabetes melitus tipe

2padapasien rawat inap?

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Profil Terapi

Diabetes Melitus Pada Pasien Rawat Inap di RSUD

dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode Januari sampai Juni

2011?

D. Batasan Masalah

a. Pasien yang menderita diabetesmelitus tipe 2.

b. Pasien rawat inap di RSUD dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas

dari bulan Januari sampai Juni 2011.

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui profil terapi Diabetes Melitus pada pasien rawat inap

di RSUD dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas.

F. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dalam terapi

penyakit Diabetes Melitus serta dapat mengambarkan jenis obat dan

golongan obat yang diberikan.

2. Selanjutnya terutama untuk penelitian dengan masalah dan objek yang

sama dimasa yang akan datang dan sebagai acuan penelitian selanjutnya

dalam rasionalitas terapi diabetes tipe 2.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes Melitus(DM) merupakan penyakit yang lebih sering

disebut dengan penyakit gula. Dalam dunia kesehatan, penyakit gula lazim

disebut dengan penyakit diabetes melitus.Penyakit diabetes melitus ialah

suatu penyakit dimana, kadarglukosa sederhana yang ada di dalam darah

terlalu tinggi. Tingginya kadar gula dalam darah disebabkan tubuh tidak

dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Insulin yang

dimaksud disini adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas yang

bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang

normal. Insulin memasukan gula kedalam sel sehingga menghasilkan

energi atau disimpan sebagai energi (Rusdi,2009).

Diabetes merupakan penyakit yang sulit diketahui kapan

menyerangkorbannya, akan tetapi secara umum penyakit ini disebabkan

oleh beberapa faktor usia yang semakin menua, terlalu banyak atau bahkan

berlebihan mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung protein,

lemak, gula dan garam. Di samping itu, diabetes juga disebabkan karena

seorang mengalami stres, kelainan genetika, kurang olahraga, menderita

obesitas, kekurangan produksi hormon, insulin, kehamilan dan tidur siang

sehabis makan ( Rusdi, 2009).

2. Epidemiologi

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta

orangdi seluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2,8% dari

total populasi. Dan terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada

tahun 2003, angka iniakan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4%

dari populasi dunia. Diabetes Melitus terdapat diseluruh dunia, namun

lebih sering terutama DM tipe 2terjadi di negara

berkembang.Peningkatanprevalensi terbesar terjadi di Asia dan Afrika,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

4

sebagai akibat trenurbanisasi dan perubahan gaya hidup, seperti pola

makanan yang tidak sehat. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24,417 responden berusia

>15 tahun, 10,2% mengalami Diabetes melitus yang terdiaknosis dan 4,2%

mengalami diabetes melitus yang tidak terdiaknosis. Diabetes melitus

lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan pria, dan lebih

sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial

rendah.Daerah dengan angka penderita Diabetes melitus paling tinggi

yaitu kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, dan menjelang

tahun 2010, angka ini diperkirakan hingga 2,39,3 juta, dan diduga akan

terus meningkat hingga menyentuh angka 300 juta pada tahun 2025

(Perkini, 2006).

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Secara umum, Diabetes melitus terbagi 4 kelompok

a. Diabetes Melitus tipe 1, insulin dependent diabetes melitus(IDDM)

Diabetes ini terjadi akibat kerusakan sel β pankreas. Dahulu

DiabetesMelitus Tipe 1 disebut jugadiabetes onset – anak (atau onset-

remaja ) dan diabetes Rentan – ketosis (karena sering menimbulkan

ketosis) DM tipe1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun (tetapi

tidak selalu demikian karna orang dewasa dan lansia yang kurus juga

dapat mengalami diabetes jenis ini) sekresiinsulin mengalami difisiensi

(jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali) dengan

demikian, tanpa pengobatan insulin (pengawasan dilakukan melalui

pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), gejala biasanya

muncul secara mendadak, dan jika tidak diawasi, dapat berkembang

menjadi ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosis ditegakkan, pasien

biasanya memiliki berat badan yang rendah, hasil tes deteksi

antibodihanya bernilai sekitar 50-80%, dan kadar gula darah puasa

>140 mg/DL (Arisman,2008).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

5

b. Diabetes Melitus tipe 2,non insulin dependent diabetes

melitus(INDDM)

Diabetes Melitus jenis 2 disebut juga diabetes onset-matur

(atau onset-dewasa) dan diabetesresintan-ketosis(Istilah INDDM

sebenarnya tidak dapat karena25% diabetes, pada kenyataannya, harus

diobati dengan insulin, bedanya mereka tidak memerlukan insulin

sepanjang usia). Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit familier

yang mewakili kurang lebih 85% kasus Diabetes Melitus di negara

maju dengan prevensi sangat tinggi (35% orang dewasa) pada

masyarakat mengubah gaya hidup menjadi modern. Diabetes Melitus

tipe 2 mempunyai onset pada usia (40-an tahun) atau lebih tua lagi,

kebanyakan pengidapnyamemiliki berat badan lebih. Cara

pengendaliannya boleh jadi hanya berupa diet, olahraga atau dengan

pemberian antidiabetikoral (ADO), Namun jika hiperglikemia tetap

membandel insulin terpaksa diberikan( Arisman, 2008).

c. Diabetes Melitus Kehamilan (DMK)

Diabetes Melitus Kehamilan di definisikan sebagai setiap

intolerensiglukosa yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan

pertama, tanpa memandang derajat intoleransi serta tidak

memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau menetap selepas

melahirkan.Diabetes jenis ini muncul pada kehamilantrisemester kedua

atau ketiga.Kategori ini mencakup Diabetes Melitus yang terdiagnosis

ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita

yang sebelumnya di ketahui telah mengidap Diabetes Melitus,

Kemudian hamil, tidak termasuk didalam kategori ini (Arisman,2008)

d. Diabetes Melitus terkait malnutrisi (DMMal)

Katagori ini di usulkan oleh WHO karena kasusnya banyak sekali

ditemukan di negara-negara sedang berkembang, terutama di wilayah

tropis.Diabetes jenis ini menampakkan gejala pada usia muda antara

10-40 tahun lazim dibawah 30 tahun (Ariman, 2008).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

6

4. Cara MendiagnosaDiabetesMelitus

Seseorang dapat dikatakan terkena diabetes apabila saat dikontrol kadar

gula darah didalam tubuhnya menunjukan keadaan sebagai berikut

a. Kadar gula darah > 126 mg/dL

b. Kadar gula darah sewaktu >200mg/dL(Rusdi,2009).

5. Gejala

Penyakit diabetes melitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria (banyak

berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia(banyak makan) yang

dapat dijelaskan sebagai berikut.Disamping naiknya kadar gula darah,

gejala kencing manis bercirikan adanya gula dalam kemih (glycosuria)

dan banyak berkemihkarenaglukosa yang diekskresikan mengikat banyak

air. Akibat timbul rasa sangat haus,kehilangan energi dan turunnya berat

badan dan rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi

kebutuhan energinya, yang disertai pembentukan zat-zat perombakan,

antara lain aseton, asam hidroksibutiratdandiasetat, yang membuat darah

jadi asam. Keadaan ini disebut dengan

katoacidosis,amatberbahaya,karenaakhirnya dapat menyebabkan pingsan

(coma diabeticum).Nafas penderita yang sudah menjadi sangat kurus

sering kali juga berbau aseton(Tan dkk, 2002).

6. Komplikasi Penyakit Diabetes Melitus

Komplikasi Diabetes Melitus muncul secara akut dan secara kronik

yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap

diabetes melitus.

a. Komplikasi Akut Diabetes Melitus

Dua komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi

hipoglikemia dan koma diabetik.

1) Reaksi Hipoglikemia

Reaksinya Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat

tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda, rasa lapar dan

gemetaran,keringatan, pusing dan sebagainya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

7

2) Koma diabetik

Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetikini

timbul karenakadar dalam tubuh terlalutinggi, dan biasanya lebih

dari 600mg/dL. Gejala koma diabetik yang sering timbuladalah :

a) Nafsu makan menurun (biasanya Diabetes mempunyai nafsu

makan yang besar).

b) Minum banyak kencing banyak.

c) Kemudian disusul rasa mual, muntah, nafas penderita

menjadicepat dan dalam, serta berbau aseton.

d) Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan

penderita koma diabetik harus segera dibawa kerumah sakit.

b. Komplikasi Kronik Diabetes Melitus

Komplikasi Kronik Diabetes Melitus dapat menyerang seluruh

alat tubuh,mulai dari rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat

tubuh di dalamnya. Sebaiknya komplikasi tersebut tidak akan muncul

jika perawatan diabetes melitus dilaksanakan dengan teratur

(Tjokroprawiro, 2006).

7. Terapi Diabetes Melitus

a. Non farmakologi

Penyakit diabetes sebenarnya dapat disembuhkan,

dicegah.salah satunya dengan cara mengubah pola makan. Hal

terpenting dalam mengubah pola makan dengan seimbang. Ada

baiknya sejak dini mengurangi makan yang banyak mengandung

protein, lemak, gula,dan garam apa lagi sampai mengkonsumsi secara

berlebihan. Selain itu,memperbanyak melakukan aktivitas fisik, seperti

olahraga minimal 30 menit setiap hari juga berpengaruh dalam upaya

penyembuhan diabetes. Olahraga seperti renang, bersepeda,

joging,jalan cepat, merupakan jenis olahraga yang sangatdianjurkan

untuk penderita diabetes. Namun jangan lupa untuk rajin memeriksa

kadar gula urine paling tidak setahun sekali. Penderita diabetes

dianjurkan untuk melakukan diet.Diet merupakan langkah awal dari

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

8

semua mengendalikan diabetes. Namun, sekalipun anda sudah

melakukan diet, Anda masih memerlukan olahragasecara teratur demi

mendapatkan hasil yang maksimal(Rusdi, 2009).

b. Farmakologi

1) Obat Antidiabetik Oral (ADO)

a) Pemicu Sekresi Insulin (Insulin secretagoguaes)

(1) Sulfonilurea

Cara kerja obat golongan ini masih merupakan

ajang perbedaan pendapat, tetapi pada umumnya dikatakan

sebagai

(a) Cara kerja utama adalah meningkatkan sekresi insulin

oleh sel βpankreas.

(b) Meningkatkan reseptor insulin pada otot dan sel lemak.

(c) Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi

stimuli insulintransport karbohidrat ke sel otot dan

jaringan lemak.

(d) Penurunan produksi glukosa oleh hati.

(e) Cara kerja pada umumnya melalui suatu alur kalsium

yang sensitif terhadap ATP.

Obat golongan ini merupakan pilihan untuk

pasien diabetes dewasa baru dengan berat badan normal

dan kurang,Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada

penyakit hati, ginjal. Termasuk obat golongan ini antara

lain:

(a) Khlorpropamid

(b) Glibenklamid

(c) Glikasid

(d) Glikuidon

(e) GlipisidGlimepirid

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

9

(2) Glinid

Glinid merupakan golongan generasi baru yang cara

kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan

sekresi insulin (Astrosit,2011).

Golongan ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:

(Astrosit,2011).

(a) Repaglinid

Merupakan derivat asam benzoat.Mempunyai

efek hipoglikemik ringan sampai sedang.Diabsorpsi

dengan cepat setelah pemberian secara oral dan

diekskresi secara cepat melalui hati.Efek samping yang

dapat terjadi pada penggunaan obat ini adalah keluhan

gastrointestinal.

(b) Nateglinid

Cara kerja hampir sama dengan repaglinide,

namun nateglinide merupakan derivat dari fenilalanin.

Diabsorpsi cepat setelah pemberian oral dan ekskresi

terutama melalui urine.Efek samping yang dapat terjadi

pada penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi

saluran pernapasan atas.

b) Penambah Sensitivitas terhadap Insulin (Astrosit,2011).

(1) Biguanid

Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan

menurunkan kadarglukosa darah sampai normal

(euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.

Contoh obat golongan ini adalah metformin dengan

mekanisme kelebihan sebagai berikut:

(a) Menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki

transport glukosakedalam sel ototyangdirangsang oleh

insulin. Obat ini dapat memperbaiki glukosa sebesar 10-

40%,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

10

(b) Menurunkan produksi glukosa hati dengan mengurangi

glikogenolisis dan glukoneogenesis.

(c) Juga dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 16%,

LDL kolesterol hingga 8% dan total kolesterol hingga

5%, dan juga dapat meningkatkan HDL kolesterol

hingga 2%.

(d) Berbeda dengan golongan sulfonilurea karena tidak

meningkatkan sekresi insulin, jadi tidak dapat

menyebabkan hipoglikemik, tidak menaikan berat

badan dan malah kadang-kadang dapat menurunkan

berat badan.

(e) Menurunkan kadar glukosa puasa sebanyak 60mg/dl

dan glikoHb, 1,8%. Jadi hampir sama efektif seperti

sulfonilurea.

(f) Meningkatkan jumlah reseptor insulin.

Efek samping yangsering terjadi adalah muntah-

muntah, kadang-kadang diare, oleh karena itu lebih baik

diberikan kepada pasien yang gemuk, sebab tidak

merangsang sekresi, yang seperti diketahui mempunyai

efek anabolik.Sebenarnya obat ini baik sekali bila

diingat sifatnya yang hanya merupakan euglycemic

agent, jadi tidak terdapat bahaya terjadinya

hipglikemia.tetapi sayang sekali obat golongan ini dapat

menyebabkan asidosislaktat, terutama dengan preparat

fenformin dan Buformin, sehingga kedua preparat ini

tidak dipasarkan lagi (Astrosit,2011)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

11

(2) Thiazolidindion / Glitazon

Thiazolindindion berikatan pada peroxisome

proliferator activated receptor gamma (PPAR) suatu

reseptor inti di sel otot dan sel lemak

Contoh golongan ini adalah :

(a) Pioglitazon

Mempunyai efek menurunkan resistensi insulin

dengan meningkatkan jumlah pen-transport glukosa,

sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.Obat

ini dimetabolisme di hepar.obat ini di-kontraindikasikan

pada pasien-pasien dengangagal jantung karena dapat

memperberat edema dan juga pada gangguan faal hati.

saat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal

(b) Rosiglitazon

Cara kerja hampir sama dengan pioglitazon,

diekskresi melalui urin dan feces. mempunyai efek

hipoglikemik yang cukup baik jika dikombinasikan

dengan metformin. Pada saat ini belum beredar di

Indonesia

c) Penghambat Alfa Glukosidase / Acarbose

Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa

glukosidase yang terletak pada dinding usus.Enzim alfa

glukosidase adalah maltase.isomaltase, glukomaltase dan

sukrose, berfungsi untuk hidrolisisoligosakarida, trisakarida

dan disakarida pada dinding usus halus (brush borders).

Inhibisi sistem enzim ini secara efektif dapat mengurangi

digesti karbohidrat kompleks dan absorpsinya, sehingga pada

pasien diabetes dapat mengurangi peningkatan kadarglukosa

post prandialAcarbose juga menghambat alfa-amilase pancreas

yang berfungsi melakukan hidrolisa tepung-tepung

kompleksdidalam lumen usushalus.Obat ini merupakan obat

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

12

oral yang biasanya diberikan dengan dosis 150-600 mg/hari.

Obat ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan

kadarplasma glukosa puasa kurang dari 180 mg/dL. Efek

samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus

dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah

pengobatan lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi

kadarglukosa darah pada waktu makan dan tidak

mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Bila diminum

bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau insulin) dapat

terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa

murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir.

Obat ini diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikan

secara bertahap, serta dianjurkan untuk

memberikannyabersama asuapanpertama setiap kali makan

(Jadi bukan sesudah makan) (Astrosit,2011).

2) Insulin

Insulin adalah hormon yang disekresikan sel β dalam

pangkreas (atas).Berbagai stimulus melepaskan insulin dari

granule penyimpanan dalam sel β. Tetapi stimulus yang paling

kuat adalah meningkatkan glukosa plasma (hiperglikemia).

Insulin terikat pada reseptor spesifik (tengah) dalam membran

sel dan memulai sejumlah aksi (kanan bawah) termasuk

meningkatan ambilan glukosa oleh otot, hati jaringan adiposa(

Mike dkk, 2006).

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang

memiliki fungsi utama yakni untuk menghasilkan enzim

pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin dan

glukagon.Kelenjar pankreas terletak pada bagian belakang

lambung dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua

belas jari), strukturnya sangat mirip dengan kelenjar

ludah.Jaringan pancreas terdiri atas lobula dari sel sekretori

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

13

yang tersusun mengitari saluran-saluran halus.Saluran-saluran

ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari lobula

yang terletak di dalam ekor pancreas dan berjalan melalui

badannya dari kiri ke kanan (Mike dkk, 2006).

Insulin terbagi menjadi beberapa kategori yang membedakan

berdasarkan onset dan durasinya , Insulin terbagi menjadi.

a) Insulin Rapid-acting

Contoh: insulin analog lispro (Humalog), insulin analog

aspart (Novolog), (NovoRapid), dan insulin glulisin

(Apidra).

Insulin rapid-acting ini bekerja setelah makan, yaitu

dengan mengendalikan glukosa darah setelah makan. Kerja

insulin dimulai dalam 10-20 menit, mencapai kadar puncak

dalam darah setelah 30-90 menit, dan bekerja selama 1-2

hingga 3-5 jam. Biasanya insulin rapid-acting tidak

diberikan tunggal melainkan dalam kombinasi dengan

insulin lain yang masa kerjanya lebih lama. Diberikan 10

menit sebelum makan.

b) Short-Acting

Contoh: Humulin, Novolin.

Insulin jenis ini juga digunakan untuk

mengendalikan glukosa darah setelah makan, namun

dengan mula kerja lebih lambat daripada insulin rapid-

acting.Diberikan 30-60 menit sebelum makan. Mencapai

kadar puncak dalam 2-5 jam, dan lama kerja 5-8 jam.

c) Intermediate-acting

Contoh: insulin NPH, insulin lente (zinc)

Insulin jenis ini diberikan untuk mengendalikan

glukosa darah selama setengah hari atau saat akan tidur.

Biasanya diberikan 1 jam sebelum makan. Mulai bekerja 1-

2 jam, kadar puncak tercapai pada 3-12 jam, dan lama

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

14

kerjanya 18-24 jam. Sering dikombinasikan dengan insulin

rapid-acting atau short-acting

d) Long-acting

Contoh: ultralente (extended zinc), insulin analog glargine

(Lantus), detemir (Levemir)

Insulin long-acting lebih ditujukan untuk

mengendalikan glukosa darah puasa/basal.Kemampuannya

dalam menyediakan kebutuhan insulin selama sehari penuh

kadang perlu dibantu oleh insulin rapid-acting atau short-

acting.Dapat diberikan 1-2 kali sehari tanpa tergantung

pada waktu makan. Mula kerja dalam 30-120 menit, kadar

puncak tercapai dalam 10-20 jam (ultralente), 6-8 jam

(detemir), ataupun tanpa kadar puncak/stabil sepanjang hari

(glargine). Durasi kerja insulin ini adalah 20-24 jam.

e) Pre-mixed

Contoh: Humulin 70-30, Novolog 70-30, Humalog

75-25.ada lebih dari satu jenis insulin yang dikombinasikan

dalam sediaan ini. Biasanya, yang satu berasal dari

golongan intermediate-acting, dan yang lain dari golongan

short-acting. Sebagai contoh, insulin premixed 70-30

mengandung 70% insulin tipe intermediate-acting dan 30%

insulin tipe short-acting. Keunggulan kombinasi ini adalah

memiliki onset kerja cepat namun bertahan lebih lama

dalam darah. Biasanya diberikan dua kali sehari (Siebel Ja

dkk)

8) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat

hipoglikemikoral

a. Dosis harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian

dinaikansecarabertahap.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

15

b. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja,lama kerja dan efek

samping obat-obat tersebut. (Misalnya Klorpropamid,jangan diberikan

3 kali 1 tablet, lama kerjanya 24 jam).

c. Bila memberikannya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya

interaksi obat.

d. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral,

usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal, baru

beralih kepada insulin.

e. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh orang dengan

diabetes(Astrosit,2011)

9) Indikasi Pemakaian Obat Hipoglikemik Oral

a. Sesudah umur 40 tahun

b. Diabetes kurang dari 5 tahun

c. Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unti sehari

d. DM tipe 2, berat normal atau lebih.

10) Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus

a. Glukosa darah puasa(mg/dL) 80 – 109 110 – 125 ≥ 126

b. Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 110 – 144 145 – 179 ≥ 180

c. Kolesterol total (mg/dL) > 200 200 – 239 ≥ 240

d. Koleterol LDL (mg/dL) 100 – 129 ≥130

e. Kolesterol HDL (mg/dL) > 45

f. Trigliserida (mg/dL) 150 – 199 ≥ 200

g. Tekanan darah (mmHg) <130/80 130 – 140 / 80-90 >140/90

Pasien berumur kurang lebih 60 tahun, sasaran kadarglukosa darah

lebih tinggi daripada biasa (puasa).Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat

khusus pasien usia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan

timbulnya efek samping dan interaksi obat(Astrosit,2011)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

16

B. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang merupakan

tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaankesehatan(promotif), pencegahan penyakit (preventif)

penyembuhan penyakit (kuratif)dan memelihara kesehatan

(rehabilitative)yang dilaksanakan secara menyeluruh,sesuaiperaturan

perundang-undangan.

1. Sejarah Singkat RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo

Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. SoemarnoSosroatmodjo Kuala

Kapuas berdiri sejak tahun 1939, rumah sakit ini pertama kali berlokasi di

Desa Barimba, Kecamatan Kapuas Hilir, dengan nama Rumah Sakit

HanggulanSinta yang di dirikan oleh Zending Basle. Sejak tahun 1993

sampai dengan 1966 rumah sakit tersebut di pimpin oleh Dr. CM Vischer

(1939), dr. H. SoemarnoSostroatmodjo. Sejak tahun 1966, Zending Basle

ingin memakai bangunan mereka, maka Pemerintah Daerah memindahkan

rumah sakit dari Desa Barimba ke Jalan Kapten PiereTendean Kelurahan

Kecamatan Selat yang berfungsi sejak Mei 1966 dengan di pimpin oleh dr.

Henry Darsono yang khusus melayani pasien rawat jalan. Pada tahun 1966

rumah sakit di bawah pimpinan dr. Irum J Sawong (1969- 1972) membuka

pelayanan rawat inap dengan kapasitas 20 tempat tidur yang melayani

penduduk kota Kuala Kapuas dan sekitarnya di samping pelayanan rawat

jalan yang sudah ada sebelumnya. Untuk selanjutnya rumah sakit di

pimpin olehdr.QomaruddinSukhemi (31 Oktober 1988- 28 Februari

1996).Sejak tanggal 9 Juni 2006 dr. H. Bawa BudiRaharja menjadi

Direktur RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo sampai sekarang dan

berlokasi di Jl. Tambun Bungai no.16 Kab. Kapuas.Fasilitas atau ruangan

yang terdapat RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjomeliput Rawat Jalan,

Rawat Inap (VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III), Unit Gawat Darurat,

Intensive Care Unit, Kamar Operasi Reguler dan Cito, Radiologi,

Ultrasonografi Medis, Fisioterapi, Laboratorium, Instalasi Gizi, dan

Instalasi Jenazah, Instalasi Farmasi, Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

17

2. Struktur Organisasi RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo

RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo di pimpin oleh dr. H. Bawa

Budi Raharja sebagai direktur utama rumah sakit. RSUD dr. H.

SoemarnoSoemarno memiliki 223 tenaga kesehatan yang meliputi Dokter

spesialis 4 orang Dokter umum 14 orang, Dokter gigi 1 orang, perawat

114 orang, teknik gigi 1 orang, bidan 31 orang, farmasi 6 orang, gizi 8

orang, fisioterafi 4 orang, eloktromedik 7 orang, refraksioptisi 1 orang,

Analis/lab 10 orang, senitasi 13 orang.

3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi Farmasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik,

pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan,

pendidikan, pelatihan, dan pemeliharaan sarana rumah sakit.

Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang

dilakukan di suatu rumah sakit.Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

adalah suatu bagian unit divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat

penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan

untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan

kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Berdasarkan hal-hal tersebut, definisi yang umum dari instalasi farmasi

rumah sakit adalah sebagai berikut :

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai

suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah

pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang

memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

kompeten secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

18

yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan;

produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing

obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan;

pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh

perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan

spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan

klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.

4. Tujuan IFRS

Tujuan kegiatan harian IFRS antara lain :

a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi

kesehatan dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang

kompeten dan memenuhi syarat.

b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker

rumah sakit yang memenuhi syarat.

c. Menjamin praktik professional yang bermutu tinggi melalui penetapan

dan pemeliharaan standar etika professional, pendidikan dan

pencapaian, dan melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi.

d. Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan dalam

ilmu farmasetik pada umumnya.

e. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran

informasi antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi, dan

spesialis yang serumpun.

f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit untuk

1) Secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang

terorganisasi.

2) Mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik.

3) Melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan farmasi

dan dalam program edukasi untuk praktisi kesehatan, penderita,

mahasiswa, dan masyarakat.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

19

g. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktik farmasi rumah sakit

kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industry farmasi, dan

professional kesehatan lainnya.

h. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutuIFRS.

i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. H

SoemarnoSosroatmodjo.Pengambilan data dilakukan di

RekamMedikRSUDdr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas pada tanggal

20 Mei sampai20 Juni 2012, dengan melihat data

RekamMedikpasienpenderita Diabetes Militus Tipe 2 dan

resepobatdiabetesmilitus yang telah diberikan.

B. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif

Menurut Notoatmodjo 2005, Metode deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1) Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita Diabetes

Melitusdi RSUD dr.H.SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode

Januari sampai Juni 2011

2) Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien Diabetes Militustipe 2

yang di Rawat Inap di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo selama

periode bulan Januari sampai Juni 2011 yang memenuhi kriteria tertentu,

antara lain pasien terdiagnosis Diabetes.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan

data berupa dokumentasi, yaiturekammedik .

E. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi

serta dibuat pembahasan dan kesimpulannya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

21

Page 22: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan jenis kelamin penderita diabetes melitus tipe 2 yang

dirawat inap paling banyak adalah pasien perempuan sebanyak 14 pasien.

Dilihat dari periode Januari sampai Juni 2011, peningkatan jumlah pasien

terjadi pada bulan Februari dan Mei 2011 seperti yang dapat dilihat pada tabel

1 berikut.

Tabel 1. Jumlah pasien rawat inap penderita penyakitDiabetesMelitus tipe 2 periode bulan Januari Sampai Juni 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjoKuala Kapuas

Bulan Jenis Kelamin

Jumlah Persentase

L P (%)

Januari 1 3 4 18,2

Februari 2 4 6 27,3

Maret - - - -

April - 2 2 9,1

Mei 2 4 6 27,3

Juni 3 1 4 18,2

Jumlah 8 14 22 100

Page 23: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Gambar 1. Diagram batang jumlah pasien rawat inap penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. H. Soemarno

Berdasarkan usia penderita diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak

di rawat inap adalah pasien dewasa yaitu sejumlah 21 pasien seperti yang

dijabarkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Penggolongan usia pasien rawat inap penderitap

melitustipe 2 Kapuas.

No Penggolongan Usia

(Tahun)

1 Dewasa (19-64)

2 Lansia (> 65)

Jumlah

Januari Februari

0

5

10

15

20

25

30

Diagram batang jumlah pasien rawat inap penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjokualakapuas.

Berdasarkan usia penderita diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak

di rawat inap adalah pasien dewasa yaitu sejumlah 21 pasien seperti yang

dijabarkan dalam tabel 2.

Penggolongan usia pasien rawat inap penderitapenyakittipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo Kuala .

Penggolongan Usia Jenis Kelamin Jumlah

Persentase

(Tahun) L P

64) 8 13 21

65)

1 1

Jumlah 8 14 22

Februari Maret April Mei Juni

Jenis Kelamin L

Jenis Kelamin P

Jumlah

Persentase (%)

23

Diagram batang jumlah pasien rawat inap penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. H.

Berdasarkan usia penderita diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak

di rawat inap adalah pasien dewasa yaitu sejumlah 21 pasien seperti yang

enyakitdiabetes osroatmodjo Kuala

Persentase

(%)

95.5

4.5

100

Jenis Kelamin L

Jenis Kelamin P

Jumlah

Persentase (%)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Gambar 2. Diagram batang kondisi pasien rawat inap penderita Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo periode bulan Januari sampai Juni 2011.

Profil terapi yang paling banyak digunakan pada pasien rawat inap

diabetes melitus tipe 2 periode Januari sampai Juni 2011 adalah terapi

menggunakan insulin dengan jumlah penggunaan 10, sedangkan yang paling

sedikit adalah antidiabetik oral golongan sulfonilurea dengan kuantitas

peresepan selama periode tersebut 8 resep.

Tabel 3. Golongan obat dan insulin yang diberikan p

inappenderita penyakit diabetes melitus tSoemarnoSosroatmodjoJuni 2011

No Terapi

1 Sulfonilurea

2 Biguanid

3 Insulin

Total

0

5

10

15

20

25

1

Diagram batang kondisi pasien rawat inap penderita Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo periode bulan Januari sampai Juni 2011.

Profil terapi yang paling banyak digunakan pada pasien rawat inap

tipe 2 periode Januari sampai Juni 2011 adalah terapi

menggunakan insulin dengan jumlah penggunaan 10, sedangkan yang paling

sedikit adalah antidiabetik oral golongan sulfonilurea dengan kuantitas

peresepan selama periode tersebut 8 resep.

Golongan obat dan insulin yang diberikan pada pasien rawat penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUDd

SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode Januarini 2011

Terapi Nama obat Jumlah KulitasPeresepan

(%) lurea Glicab 8 8

nid Metformin 4

9 Gliformin 5

Insulin Novorapid 2

10 Novamix 2 Actrapid 6

Total 27

2 3

Dewasa (19

Lansia (> 65)

24

Diagram batang kondisi pasien rawat inap penderita Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo

Profil terapi yang paling banyak digunakan pada pasien rawat inap

tipe 2 periode Januari sampai Juni 2011 adalah terapi

menggunakan insulin dengan jumlah penggunaan 10, sedangkan yang paling

sedikit adalah antidiabetik oral golongan sulfonilurea dengan kuantitas

pasien rawat di RSUDdr. H.

periode Januari sampai

KulitasPeresepan Persentase (%) 29,7

33, 3

37,0

100

Dewasa (19-64)

Lansia (> 65)

Page 25: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Dalam penatalaksanaan terapi diabetes melitus tipe 2, sesuai dengan

derajadkeparahan atau kontrol

dengan perubahan gaya hidup, terapi tunggal (insulin/ADO) serta kombinasi

antara ketiganya. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini diperoleh

jumlah pasien yang paling banyak adalah diterapi menggunakan terap

yaitu 13 pasien seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 3 dibawah ini

Tabel 4. Macam t

penyakit diabetes mSoemarno

Macam Terapi

Tunggal

Tanpa obat

Kombinasi

Total

Gambar 3. Diagram batang macam terapi yang diberikan pada pasienrawatinap yang menderita penyakit diabetes melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoJuni 2011

0

2

4

6

8

10

12

14

Tunggal

Dalam penatalaksanaan terapi diabetes melitus tipe 2, sesuai dengan

derajadkeparahan atau kontrol kadar gula darahnya terapi bisa dilakukan

dengan perubahan gaya hidup, terapi tunggal (insulin/ADO) serta kombinasi

antara ketiganya. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini diperoleh

jumlah pasien yang paling banyak adalah diterapi menggunakan terap

yaitu 13 pasien seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 3 dibawah ini

Macam terapi yang diberikan pada pasien rawat inap akit diabetes melitus tipe 2 di RSUD d

SoemarnoSosroatmodjoperiodeJanuari sampai Juni 2011

Macam Terapi Jumlah Pasien % Pasien

13 59.1

2 9.1

7 31.9

otal 22 100

Diagram batang macam terapi yang diberikan pada pasienrawatinap yang menderita penyakit diabetes melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmdjo periode Januari sampai Juni 2011

Tampa obat Kombinasi

Jumlah Pasien

25

Dalam penatalaksanaan terapi diabetes melitus tipe 2, sesuai dengan

kadar gula darahnya terapi bisa dilakukan

dengan perubahan gaya hidup, terapi tunggal (insulin/ADO) serta kombinasi

antara ketiganya. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini diperoleh

jumlah pasien yang paling banyak adalah diterapi menggunakan terapi tunggal

yaitu 13 pasien seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 3 dibawah ini

nap penderita ipe 2 di RSUD dr. H.

2011.

% Pasien

59.1

9.1

31.9

100

Diagram batang macam terapi yang diberikan pada pasienrawatinap yang menderita penyakit diabetes melitus Tipe 2

Sosroatmdjo periode Januari sampai

Jumlah Pasien

Page 26: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

26

Tabel 5. Profil 22 pasien rawat inap yang menderita penyakit diabetesmelitus tipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjoperiodebulan Januari sampai Juni 2011

Jenis Kelamin

Umur (Tahun)

Penyakit Macam Terapi

L P Dewasa Lansia

DM 1 DM 2 Tunggal Tanpa

Kombinasi (28-64) (> 65) Obat

8 14 21 1

22 13 2 7

22 22 22 22

Page 27: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

27

B. Pembahasan

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit dengan relatif banyak di

derita masyarakat. Selain dapat disebabkan karena faktor fisiologis dalam

tubuh yang abnormal diabetes melitus juga disebabkan karena gaya hidup

yang tidak sehat, terutama di Indonesia Diabetes melitus pada umumnya

merupakan penyakit mematikan pada urutan ke 4. Perlu adanya perhatian yang

cukup tinggi bagi tenaga medis untuk menangani hal tersebut. Pengobatan

diabetes melitus secara garis besar bisa dilakukan dengan

terapinonfarmakologidan farmakologi.

Non farmakologi mencakup salah satunya dengan cara mengubah pola

makan atau gaya hidup. Ada baiknya sejak dini mengurangi makan yang

banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam apa lagi sampai

mengkonsumsi secara berlebihan. Selain itu, memperbanyak melakukan

aktifitas fisik, seperti olahraga renang, joging, jalan cepat minimal 30 menit

setiap hari.Sedangkan farmakologi yaitu menggunakan obat-obatan

antidiabetik oral dan terapi hormon (Insulin).Pemilihan terapi diabetes melitus

tergantung dari tipe diabetes yang diderita yaitu diabetes melitus tipe 1 atau

diabetes tipe 2.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui profil terapi yang

digunakan dalam penanganan diabetes melitus tipe 2 yang di rawat inap di

RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo selama periode Januari sampai Juni

2011. Berdasarkan hasil penelitian diketahuijumlah pasien rawat inap

penderita penyakit Diabetes melitusTipe 2 di RSUD dr. H.

SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas periode bulan Januari sampai Juni

2011 berjumlah 22 pasien dimana seluruhnya dijadikan sebagai sampel untuk

mewakili populasipenelitian dengan jumlah laki-laki 9 orang( 40.90%) dan

perempuan 13 orang (59.1%).Kondisi pasien menurut kategori umur yang

paling banyak menderita penyakit Diabetes melitus adalah pasien usia

dewasa(19-64) tahun sebanyak 21 orang(95,45%), Sedangkan usia lanjut(≥65)

tahun sebanyak 1 orang(4,5%).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

28

Menurut Park et al (2002) dalam Zahtamal dkk (2007), diabetes

melitus merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh

(degeneratif) terutama gangguan organ pangkreas dalam menghasilkan

hormon insulin, sehingga Diabetes Melitus akan meningkat kasusnya sejalan

dengan pertambahan usia. Zahtamal dkk (2007) menambahkan, pada dewasa

dan usia lanjut terjadi perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan atau jenis

makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini

terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial

ekonomi.

Dalam penatalaksanaan terapi pada Diabetes melitus tipe2 diberikan

terapi tunggal ataupunkombinasi. Karena Diabetes melitus tipe 2 jika terapi

tunggal dengan pemberian obat antidiabetik oral (ADO) tidak efektif atau gula

darah masih tak terkendali maka dapat diberikan terapi kombinasi dengan 2

jenis ADO ataupun terapi tunggal dan kombinasi dengan 2 jenis ADO dan

insulin. Dalam mengkombinasikan obat antihiperglikemik lebih dari satu

macam perlu diperhatikan bahwa masing-masing obat mempunyai cara dan

tempat kerja yang berbeda. Ada obat yang bekerja mempengaruhi produksi

glukosadihepar, ada yang berpengaruh pada ambilan glukosadiotot.Ada obat

yang bekerja terhadap hiperglikemia pada keadaan puasa dan ada yang bekerja

pada hiperglikemia postprandial.Penting juga diperhatikan efek samping dan

interaksi masing - masing obat. Keuntungan dari pemakaian obat kombinasi

adalah kita memberi obat dengan mekanisme kerja yang berbeda, yang

bersifat potensiasiseperti diketahui patofisiologi Diabetes melitustipe 2 adalah

kompleks; efek samping dari masing-masing obat akan berkurang karena dosis

obat yang diberikan lebih kecil (Arifin, 2011).

ADO (Obat Antidiabetik Oral) yang banyak digunakan adalah

golongan biguanid yaitu Metformin atau gliformin sebanyak 9 kuantitas

peresepan (33,4%) karena obat ini bekerja langsung pada hati (hepar)

menurunkan produksi glukosa hati dan dapat menurunkan A1C sebesar 1,5%,

tidak merangsang sekresi insulin oleh kelenjar hati pankreas (Arifin,2011).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

29

Golongan Sulfonilurea yaitu Glicabsebanyak 8 kuantitas peresepan

(29,7%) Sedang obat diabetes melitus paling banyak digunakan adalah Insulin

yaitu Actrapid sebanyak 10 kuantitas peresepan (37,1%). Actrapid merupakan

jenis insulin yang bekerja secara cepat untuk menurunkan kadar gula dalam

darah. Terapi yang diberikan pada pasien rawat inap yang menderita Diabetes

melitusTipe 2 di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo yang paling banyak

digunakanadalah terapi tunggal dengan jumlah 13 orang pasien

(59.1%).Terapi tunggal terapi yang diberikan dengan 1 ADO yaitu Metformin

atau hanya insulin yaitu Noporavid.

Pasien Diabetes melitus yang menjalani rawat inap di di RSUD dr. H.

SoemarnoSosroatmodjo periode bulan Januari sampai Juni 2011 berdasarkan

data perolehan. Dari 22 pasien terdapat 4 pasien dengan kondisi membaik, dan

15 diantaranya pulang atas permintaan sendiri dan dokter memberi ijin karena

penyakit Diabetsmelitus yang diderita pasien tidak terlalu parah dan dapat

dilanjutkan dengan berobat jalan, 2 pasiendirujukan RSUD dr.DorisSylvanus

dan 1 pasien dirujukanRs Ulin.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang -Undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Profil pemberian terapi Diabetes MelitusTipe 2 Pada Pasien Rawat

Inap di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo Kuala Kapuas Periode Januari

sampai Juni 2011 antara lain:

1. Pasien yang dirawat inap di RSUD dr. H. SoemarnoSosroatmodjo yaitu

Diabetes Melitus tipe 2.

2. Berdasarkan jenis kelamin pasien yang paling banyak menggunakan

golongan obat dan jenis obat adalah perempuan sebanyak 14 orang dan

laki-laki sebanyak 8

3. Berdasarkanpenggolonganusia yang paling banyak, pasien usia dewasa

(28-63) tahun sebanyak 21 orang sedangkan usia lanjut (≥65) tahun 1

orang.

4. Berdasarkan bentuk sedian yang paling banyak digunakan adalah terapi

insulin dengan jumlah 10 peresepan (37.0%).

5. Berdasarkan penggolongan obat yang paling sedikit adalah golongan

Sulfonilurea (29,7%)

6. Terapi yang banyak digunakan adalah terapi tunggal

B. Saran

1. Dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat profil terapi Diabetes

Melituspada bulan dan tahun selanjutnya.

2. Pasien seharusnya menjaga pola hidup lebih sehat agar tidak terjadi

komplikasi