bab i pendahuluan a. latar...

30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Zubir dkk., 2006). Kebanyakan kematian pada diare akibat dehidrasi, yang mana kehilangan cairan ini diatasi dengan menggunakan cairan rehidrasi oral pada 90% kasus (Fuchs, 2001). Di negara berkembang, anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008). Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 1,5 kali per tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini menigkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan merupakan penyakit dengan frekuensi kejadian luar biasa (KLB) kedua tertinggi setelah demam berdarah dengue (DBD). Hasil survei Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor

Upload: nguyendat

Post on 05-Jun-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua

kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian

yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang,

anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini menjadi

penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Zubir dkk.,

2006). Kebanyakan kematian pada diare akibat dehidrasi, yang mana kehilangan

cairan ini diatasi dengan menggunakan cairan rehidrasi oral pada 90% kasus

(Fuchs, 2001).

Di negara berkembang, anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian

diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare

per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare

(Soebagyo, 2008). Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia

menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar

301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per

tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini menigkat menjadi 374 per 1.000

penduduk dan merupakan penyakit dengan frekuensi kejadian luar biasa (KLB)

kedua tertinggi setelah demam berdarah dengue (DBD). Hasil survei Departemen

Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

2

dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur

(Anonim, 2005).

Diare memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Secara

umum penanganan diare ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi

serta gangguan kesetimbangan asam basa, kemungkinan terjadinya toleransi,

mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah untuk menanggulangi gangguan

gizi serta mengobati penyakit penyerta (Subijanto dkk., 2005). Meskipun sebagian

besar kasus diare pada anak akan sembuh dengan sendirinya (self limiting

disease), tetapi diare yang berlangsung terus menerus dengan jumlah tinja yang

banyak sekali menyebabkan keadaan dehidrasi dan secara bermakna

meningkatkan angka kesakitan dan kematian anak (Hegar dkk., 2004).

Angka kesakitan diare sekitar 200 – 400 kejadian diantara 1000

penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian, di Indonesia dapat ditemukan

sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya. Sebagian besar (70 – 80%) dari penderita

ini adalah kelompok anak dibawah 5 tahun (balita). Sebagian dari penderita diare

(1 – 2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi, dan jika tidak segera ditolong 50 – 60%

diantaranya dapat meninggal (Suraatmaja, 2010).

Untuk menangani diare, dewasa ini direkomendasikan penggunaan

oralit/garam rehidrasi oral formula baru yang berisi glukosa dan garam dengan

konsentrasi rendah untuk mencegah dehidrasi dan penggunaan terapi infus

intravena serta pemberian suplemen zink (MOST Project, 2005). Zink elemental

adalah suatu zat mikronutrien yang penting bagi anak-anak yang sedang tumbuh

dan berkembang.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

3

Pada keadaan diare, terjadi kehilangan zink dalam jumlah besar dan

menggantikan kehilangan zink sangat penting untuk membantu kesembuhan dan

menjaga kesehatan anak di bulan-bulan yang akan datang. Pemberian suplemen

zink selama episode diare dapat mengurangi durasi dan keparahan diare dan

memperkecil kemungkinan kekambuhan diare selama 2 – 3 bulan berikutnya

(WHO, 2005).

Mengingat tingginya angka kejadian diare yang semakin meningkat dari

tahun ke tahun, maka perlu dilakukan penelitian mengenai penanganan penyakit

diare untuk mengevaluasi tingkat kesesuaian resep yang diterima pasien terhadap

formularium rumah sakit di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

(RSMTP) Jakarta, melihat gambaran penggunaan obat pasien diare sesuai dengan

standar pelayanan medis, serta mengevaluasi penggunaan suplemen zink dalam

pengobatan diare pada anak-anak.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pola penggunaan obat diare pada pasien anak di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Jakarta?

2. Bagaimana kegunaan zink sebagai obat antidiare dalam penanganan

diare pada pasien anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring Jakarta periode tahun 2012?

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

4

3. Bagaimana kesesuaian antara obat yang diresepkan dengan

formularium rumah sakit di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman

Puring Jakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pola penggunaan obat diare pada pasien anak di instalasi

rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta.

2. Mengetahui gambaran penggunaan zink dan kegunaannya dalam

pengobatan diare anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring Jakarta.

3. Mengidentifikasi kesesuaian antara obat yang dituliskan dalam resep

dengan formularium rumah sakit.

D. Manfaat Penelitian

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak, antara lain :

1. Sebagai salah satu informasi atau data tentang pola penggunaan obat

pada penyakit diare di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring Jakarta.

2. Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

medis khususnya pada penyakit diare di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

5

E. Tinjauan Pustaka

1. Penyakit Diare

a. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005 dan

Departemen Kesehatan RI (DepKes) tahun 2011 diare didefinisikan

sebagai kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari

biasanya, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam jangka waktu 24 jam.

Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja daripada

frekuensinya. Jika frekuensi buang air besar (BAB) meningkat namun

konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai diare. Bayi yang hanya

menerima Air Susu Ibu (ASI eksklusif) sering mempunyai tinja yang agak

cair, atau seperti pasta; hal ini juga tidak disebut diare. Ibu biasanya

mengetahui kapan anak mereka terkena diare dan dapat menjadi sumber

diagnosis kerja yang penting. Diare menyerang anak pada tahun-tahun

pertama kehidupannya. Insidensi diare tertinggi pada anak di bawah umur

2 tahun, dan akan menurun seiring bertambahnya usia.

b. Epidemiologi

Secara epidemiologi, setiap tahun diperkirakan lebih dari satu

milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai

akibatnya (Irwanto dkk., 2002). Survei morbiditas yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan

insidens naik. Pada tahun 2000 Incidence Rate (IR) penyakit Diare 301/

1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

6

2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000

penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,

dengan Case Fatality Rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun 2008

terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian

239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan

dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR

1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan

jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). Diare

pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara

langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat (Anonim,

2011).

c. Klasifikasi

Klasifikasi diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda

dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi terjadi

bila cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. Diare

tanpa tanda dehidrasi terjadi jika kehilangan <5% BB, diare dehidrasi

ringan-sedang jika kehilangan cairan 5-10% BB, dan diare dehidrasi berat

jika kehilangan cairan >10% BB (Anonim, 2009). Sedangkan berdasarkan

penyebabnya, diare dapat dibedakan menjadi 4 jenis yakni sebagai

berikut:

1) Diare akibat virus

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

7

Contoh diare akibat virus adalah influenza perut dan

traveller’s diarrhea yang disebabkan oleh rotavirus dan

adenovirus. Rotavirus merupakan penyebab diare akut yang

paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas iklim

tropis dan sedang (Smith, 2003). Virus yang masuk melalui

makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan

menyebabkan infeksi dan kerusakan vili usus halus. Enterosit

yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum

matang, vili mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi

cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan

koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga

timbul diare. Diare yang terjadi bertahan terus sampai

beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya,

biasanya dalam 3-6 hari (Irwanto dkk., 2002).

2) Diare bakterial (invasif)

Diare ini agak sering terjadi tetapi mulai berkurang

berhubung semakin meningkatnya derajat hygiene masyarakat.

Bakteri-bakteri yang terdapat pada makanan yang tidak

hygienis menjadi invasif dan menembus sel mukosa usus

halus, kemudian bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri

dan membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi kedalam

darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

8

nyeri kepala, kejang-kejang, disamping mencret berdarah dan

berlendir (Tjay dan Rahardja, 2002).

3) Diare parasiter

Diare yang disebabkan oleh parasit yang terutama terjadi

di daerah subtropis biasanya bercirikan mencret yang

intermiten dan bertahan lebih lama dari 1 minggu. Gejala

lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anoreksia, nausea,

muntah-muntah dan rasa letih umum (malaise) (Tjay dan

Rahardja, 2002).

4) Diare akibat enterotoksin

Diare jenis ini jarang terjadi, tetapi lebih dari 50%

wisatawan di negara-negara berkembang dihinggapi diare ini.

Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk

enterotoksin seperti E. coli dan Vibrio cholerae. Toksin

melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini

bersifat self limiting disease, artinya akan sembuh dengan

sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu kurang lebih 5 hari,

setelah sel-sel yang rusak diganti dengan mukosa baru (Tjay

dan Rahardja, 2002).

d. Etiologi

Secara fisiologi, menurut Tjay dan Rahardja (2002), dalam

lambung makanan dicerna menjadi bubur (chymus), kemudian diteruskan

ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

9

terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-

sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon).

Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di usus besar ini akan

mencernakan lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar

dari padanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar.

Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi

lebih padat. Adanya peningkatan peristaltik usus hingga perlintasan

chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat

meninggalkan tubuh sebagai tinja, atau terjadi bertumpuknya cairan di

usus akibat terganggunya resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi,

maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya diare.

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu :

1) Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab

utama diare pada anak.

2) Faktor malabsorpsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi

karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi

kepekaan terhadap lactoglobulis dalam suatu susu formula

dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja

berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan

malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

10

yang disebut trigliserida. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar

lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi

usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus,

diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

3) Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah

(sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi

jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.

4) Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak

balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

e. Patofisiologi

Patofisiologi diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fecal

oral. Hal ini disebabkan masukan minuman dan makanan yang

terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang

tidak matang atau yang tanpa dimasak.

Empat mekanisme patofisiologis terganggunya keseimbangan air

dan elektrolit, menyebabkan diare, dan merupakan dasar diagnosis dan

terapi, antara lain :

1) Terjadi perubahan dalam transportasi ion aktif, baik penurunan

penyerapan natrium atau peningkatan sekresi klorida

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

11

2) Perubahan motilitas usus

3) Peningkatan osmolalitas luminal

4) Peningkatan hidrostatik jaringan

Mekasnisme ini terkait dengan empat kelompok diare klinis yaitu:

sekretorik, osmotik, eksudatif, dan mengubah transit usus (Dipiro dkk.,

2008).

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare :

1) Gangguan Osmotik

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus naik

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam lumen

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga timbullah diare.

2) Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam

lumen usus dan selanjutnya timbul diare karena kenaikan isi

lumen usus.

3) Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul

diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun akan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

12

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat

timbul diare pula (Anonim, 2006).

f. Manifestasi klinis

Diare dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :

1) Kehilangan cairan (dehidrasi)

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan

elektrolit dan sering sisertai dengan asidosis metabolik karena

kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan

defisit air dan/atau keseimbangan elektrolit (Irwanto dkk.,

2002). Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang

dari 5%, dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5-

10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%, seperti

yang tercantum dalam tabel I.

Tabel I. Derajat Dehidrasi (Sandhu, 2001)

Gejala

& Tanda

Keadaan

Umum

Mata Mulut/

Lidah

Rasa

Haus

Kulit %

turun

BB

Estimasi

def.

Cairan

Tanpa

dehidrasi

Baik,

sadar

Normal Basah Minum,

normal,

tidak haus

Dicubit

kembali

cepat

<5 50%

Dehirasi

ringan-

sedang

Gelisah,

rewel

Cekung Kering Tampak

kehausan

Kembali

lambat

5-10 50-100%

Dehidrasi

berat

Letargik,

kesadaran

menurun

Sangat

cekung

dan

kering

Sangat

kering

Sulit,

tidak bisa

minum

Kembali

sangat

lambat

>10 >100%

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

13

2) Malnutrisi

Malnutrisi berat dengan dehidrasi berat akibat diare

merupakan hal yang umum terjadi di negara-negara tropis dan

subtropis (Nelson, 2000).

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang

menderita diare Shigellosis. Pada anak-anak dengan gizi cukup

atau baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi

pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP

(kekurangan kalori protein). Hal ini terjadi karena

penyimpanan atau persediaan glikogen dalam hati terganggu

dan adanya gangguan absorpsi glukosa. Gejala hipoglikemia

akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40%

pada bayi dan 50% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia

tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsangan, tremor,

berkeringat dingin, pucat, syok, kejang sampai koma (Nelson,

2000).

4) Hiponatremia

Hiponatremia juga banyak terjadi pada Shigellosis.

Hiponatremia muncul karena gangguan reabsorpsi natrium di

usus. Manifestasi klinik dari hiponatremia adalah hipotonia,

apati, dan jika berat dapat menimbulkan kejang (Anonim,

2004).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

14

Menurut Widjaja (2002) gejala diare adalah sebagai berikut:

1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya

pun tinggi

2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah

3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

4) Lecet pada anus

5) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang

6) Muntah sebelum dan sesudah diare

7) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)

8) Dehidrasi (kekurangan cairan)

Menurut Fischer (2000), bahwa manifestasi klinik diare pada 1-2

hari pertama yaitu demam (diatas 38°C), muntah, diare dan gejala muntah

mulai menurun pada hari kelima. Gejala diare, muntah dan demam

mengakibatkan penderita mengalami dehidrasi dan kehilangan banyak

elektrolit tubuh.

g. Diagnosis

Demi kepentingan pelayanan sehari-hari, diagnosa diare

berdasarkan gejala klinik seharusnya sudah memadai dan cukup untuk

kepentingan terapi. Namun demikian, diagnosis tetap perlu diupayakan

demi kepentingan penelitian, dan upaya pencegahan pada masyarakat.

Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil

pemeriksaan fisik. Amati konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

15

bayi atau balita. Jika tinja encer dengan frekuensi buang air besar 3 kali

atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut menderita diare.

Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis penyakit diare

adalah sebagai berikut:

1) Anamnesis

Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan

mengenai riwayat perjalanan penyakit antara lain :

a) Lamanya sakit diare

b) Frekuensi BAB

c) Banyak/ volume BAB

d) Warna tinja (biasa, kuning berlendir, berdarah, seperti

air cucian nasi, dsb.)

e) Baunya (amis, asam, busuk)

f) Ada atau tidaknya batuk, panas, flu dan kejang

sebelum, selama, dan setelah diare

g) Jenis, bentuk, dan banyaknya makana dan minuman

yang diberikan sebelum, selama, dan setelah diare

h) Ada atau tidaknya penderita diare di sekitar rumah

i) Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)

(Suraatmaja, 2010)

2) Pemeriksaan fisik

Perlu diperiksa apakah pada pasien ditemukan tanda-tanda

dehidrasi. Tanda dehidrasi antara lain kulit kering, mulut

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

16

kering, denyut jantung yang cepat, kebingungan, kelemahan,

turgor kulit abnormal. Artritis, penyakit hati, fisula perianal

dan demam mungkin merupakan komplikasi penyakit usus

inflamatorik (kolitis ulseratif, penyakit Crohn).

Demam merupakan gejala klinik dari amebiasis, limfoma, dan

tuberkulosis. Berat badan yang turun drastis dapat disebabkan

malabsorbsi, penyakit usus inflamatorik, kanker, atau tirotoksikosis.

Limfadenopati dapat disebabkan oleh limfoma, penyakit Whipple.

Neuropati biasanya berhubungan dengan diare diabetik atau amiloidosis.

Muka kemerahan (flushing), hati besar berhubungan dengan penyakit

seliak. Ulkus peptikum dapat disebabkan oleh sindrom Zollinger-Ellison,

fistula gastrokolika (Hefrindal dkk., 2000).

h. Terapi

Secara garis besar, pengobatan diare dapat dikelompokkan dalam

beberapa jenis, yaitu pengobtan cairan, pengobatan kausal, pengobatan

simptomatik dan pengobatan dietetik (Suraatmaja, 2010).

1) Pengobatan cairan

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang

penting dalam terapi efektif diare akut. Tujuan terapi rehidrasi

adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit

secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang

hilang sampai diarenya berhenti. Kehilangan cairan dapat

diganti baik melalui oral maupun parenteral (Anonim, 2009).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

17

Ada dua jenis cairan yang dapat digunakan dalam

pengobatan diare yaitu Cairan Rehidrasi Oral (CRO) seperti

oralit dan cairan rumah tangga (larutan garam-gula, larutan

tepung beras-garam, air tajin, air kelapa) dan Cairan Rehidrasi

Parenteral (CRP) seperti Ringer Laktat, KAEN3A, KAEN3B,

Asering, D5%, KCl, dan sebagainya. Keuntungan dari cairan

rehidrasi oral adalah relatif murah, tidak invasif, dan dapat

diberikan di rumah. Komponen utama dari CRO adalah

glukosa, natrium, kalium, klorida dan air. Pemberian CRP

dapat dilakukan jika pasien mengalami muntah yang hebat dan

tidak memungkinkan untuk diberikan cairan rehidrasi secara

oral (Martin dan Jung, 2008).

2) Pengobatan kausal

Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan

setelah kita mengetahui penyebabnya yang pasti. Jika kausa ini

penyakit parenteral, diberikan antibiotik sistemik. Jika tidak

terdapat infeksi parenteral, sebenarnya antibiotik baru boleh

diberikan jika pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

bakteri patogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan

bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang

terlambat, antibiotik dapat diberikan dengan memperhatikan

umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya.

Pemberian antibiotik kepada pasien hanya boleh diberikan jika

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

18

(i) ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopis

pada biakan, (ii) pada pemeriksaan makroskopis dan

mikroskopis ditemukan darah pada tinja, (iii) di daerah

endemik kholera (Suraatmaja, 2010).

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan

dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri

(self limiting) (Hegar dan Kadim, 2003). Antibiotik hanya

diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya

kholera shigella, karena penyebab terbesar diare pada anak

adalah virus (rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2

bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri

mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada

anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat

serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah

dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Jenis antimikroba yang

sering digunakan pada penanganan kasus diare anak tercantum

pada tabel II.

Tabel II. Jenis Antimikroba yang Digunakan pada Diare Anak (Armon dkk., 2001)

Jenis Diare Jenis Antimikroba yang Digunakan pada Pasien Anak

Kolera Tetrasiklin 50 mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari), atau

Furasolidon 5 mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella Trimetoprim 5-10 mg/kg/hari

Sulfametoksazol 25-50 mg/kg/hari

Dibagi 2 dosis (5 hari), atau

Asam Nalidiksat 55 mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5 hari)

Amoebiasis Metronidazol 30 mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5-10 hari)

Untuk kasus berat :

Dehidroemetin hidroklorida 1-1,5 mg/kg (maks 90 mg) (im) s/d 5

hari tergantung reaksi

Giardiasis Metronidazol 15 mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5 hari)

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

19

3) Pengobatan simptomatik

a) Obat-obat antidiare : obat-obat yang berkhasiat

mengehentikan diare secara cepat, seperti

antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak

belladon, loperamid, kodein dan sebagainya) justru akan

memperburuk keadaan karena akan menyebabkan

terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan

terjadinya berlipatgandaan (overgrowth) bakteri, gangguan

digesti dan absorpsi. Obat-obat ini hanya berkhasiat untuk

menghentikan peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat

berbahaya karena baik si pemberi obat maupun penderita

akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi, tetapi perut

akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat

yang akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita

(Suraatmaja, 2010).

b) Adsorben : obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin,

charcoal dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada

manfaatnya (Suraatmaja, 2010).

c) Stimulan : obat-obat stimulan seperti adrenalin,

nikotinamid, dan sebagainya tidak akan memperbaiki

rejatan atau dehidrasi, karena penyebab dehidrasi ini

adalah kehilangan cairan (hypovolemic shock) sehingga

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

20

pengobatan yang paling tepat adalah pemberian cairan

secepatnya (Suraatmaja, 2010).

d) Antiemetika : obat antiemetika seperti klorpromazin

terbukti selain mencegah muntah, juga dapat mengurangi

sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian

dalam dosis adekuat (sampai dengan 1 mg/kgBB/hari)

kiranya cukup bermanfaat, tetapi perlu juga diingat efek

samping dari obat ini. Penderita akan menjadi ngantuk dan

intake cairan akan berkurang (Suraatmaja, 2010)

e) Antipiretika : obat antipiretika seperti preparat salisilat

(asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/tahun/kali)

ternyata selain berguna untuk menurunkan panas yang

terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi

penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar

bersama tinja (Suraatmaja, 2010).

4) Pengobatan dietetik

Selama anak diare, terdapat gangguan gizi yang

disebabkan intake dan absorpsi yang kurang, dan metabolisme

yang terganggu. Untuk memenuhi kebutuhan cairan, selain

dari infus juga tetap diberikan ASI karena dengan pemberian

ASI akan memperpendek masa diare, mempunyai nilai gizi

tinggi dan mudah dicerna, serta mengandung faktor proteksi

yaitu antibodi, sel-sel darah putih, enzim dan hormon yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

21

melindungi permukaan usus bayi terhadap invasi

mikroorganisme patogen dan protein asing. Selain itu juga

dapat ditambah susu rendah laktosa (Low Lactose Milk) tiap

kali sesudah buang air besar pada pasien yang mengalami

intoleransi laktosa (Anonim, 2009). Pada anak yang lebih besar

makanan yang direkomendasikan meliputi tajin, kentang,

pisang, gandum dan sereal. Makanan yang harus dihindarkan

adalah makanan dengan kandungan tinggi gula sederhana yang

dapat memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari

buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi

karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung (Putra,

2008).

Selain keempat macam pengobatan diatas, pemberian edukasi

kepada keluarga pasien juga penting dilakukan dalam pengobatan diare.

Dalam aspek edukasi dilakukan pemberian informasi mengenai

pentingnya menjaga kebersihan diri dan alat-alat makan/minum (dot)

dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan menggunakan alat-

alat makan/minum yang sudah dicuci bersih atau direbus dahulu. Perlu

pemahaman mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel, kehausan,

mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila anak diare

disertai muntah berulang, anak tampak kehausan sebaiknya segera dibawa

ke rumah sakit atau poliklinik terdekat (penting bila setelah pulang dari

RSDK anak sakit lagi). Menganjurkan menjaga kebersihan lingkungan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

22

dan kebersihan pribadi contohnya tidak membuang sampah sembarangan,

buang air besar di jamban, mencuci tangan sebelum membuat susu atau

membuang kotoran. Menganjurkan untuk menggunakan air bersih untuk

membuat susu, air harus dimasak sampai mendidih serta memberikan

informasi cara melakukan sterilisasi dot yang benar (Anonim, 2009).

i. Manfaat zink dalam penanganan diare

Penggunaan suplemen zink merupakan strategi baru dalam

penanganan diare dan menjanjikan manfaat yang besar dalam manajemen

diare. Suplemen zink telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF

dan digunakan dibanyak negara untuk pengobatan diare pada anak-anak

(WHO, 2005). Zink merupakan mikronutrien yang sangat penting dalam

mempertahankan fungsi normal sistem imun dan merupakan elemen

penting yang sangat dibutuhkan untuk fungsi berbagai enzim dan juga

untuk pembelahan sel.

Zink banyak terkandung di dalam makanan, tapi pada kebanyakan

anak-anak di negara berkembang, memiliki intake makanan yang rendah,

terutama makanan yang mengandung zink seperti hati, daging, ikan,

unggas, tiram dan kepiting. Kekurangan zink dapat mengakibatkan diare

kronik, gangguan pertumbuhan dan defisiensi imunitas tubuh (Lukacik

dkk., 2008).

Pemberian zink sedini mungkin pada saat diare dapat mengurangi

durasi dan keparahan dehidrasi, dan dengan meneruskan pemberian

suplemen zink selama 10 – 14 hari, kehilangan zink selama diare dapat

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

23

digantikan dan dapat mengurangi kambuhnya diare pada 2 – 3 bulan

berikutnya. Suplemen zink juga bisa meningkatkan nafsu makan dan

membantu pertumbuhan (WHO, 2005).

2. Anak (Pediatrik)

Pediatric berasal dari bahasa Yunani yakni Paedes = anak dan iztric =

pengobatan. Penggunaan obat pada anak merupakan sesuatu yang bersifat

khusus karena berkaitan langsung dengan laju perkembangan organ, sistem

dalam tubuh juga masih belum sempurna seperti enzim yang bertugas dalam

metabolisme serta proses eskresi obat (Aslam dkk., 2003).

The British Pediatric Association (BPA) membagi waktu

perkembangan biologis masa anak-anak untuk menentukan dosis obat sebagai

berikut :

a. Neonatus : Awal kelahiran sampai usia 1 bulan (dengan

subseksi tersendiri untuk bayi yang lahir saat usia kurang dari 37

minggu dalam kandungan)

b. Bayi : 1 bulan sampai 2 bulan

c. Anak : 2 sampai 12 tahun (dengan subseksi: anak dibawah

6 tahun memerlukan bentuk sediaan yang sesuai)

d. Remaja : 12 sampai 18 tahun (Aslam dkk., 2003)

Anak-anak terutama neonatus mempunyai respon yang berbeda

terhadap pemberian obat dibanding orang dewasa. Perhatian perlu dilakukan

pada masa neonatus (umur 0-30 hari) karena dosis harus selalu dihitung

dengan cermat (Anonim, 2008a).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

24

Identifikasi pelaporan dari reaksi obat yang tidak diinginkan sangat

penting mengingat :

a. Kerja obat dan profil farmakokinetika obat pada anak mungkin

berbeda pada orang dewasa

b. Obat tidak secara ekstensif diujikan pada anak sebelum diijinkan

untuk beredar

c. Formula yang sesuai mungkin tidak tersedia untuk dosis yang tepat

yang diperbolehkan untuk anak

d. Sifat dan jenis penyakit dan efek samping yang tidak diinginkan

mungkin berbeda antara anak dan orang dewasa (Anonim, 2008a).

Keberhasilan terapi dengan obat sangatlah bergantung pada rancangan

aturan dosis. Aturan dosis yang tepat dirancang untuk mencapai konsentrasi

optimum obat pada reseptor, sehingga menghasilkan respon terapetik yang

optimal dengan efek merugikan yang minimal (Shargel dan Yu, 2005).

3. Penggunaan Obat Rasional

Pengobatan yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat yang

efektifitasnya terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah

harga, yaitu dengan harga yang paling menguntungkan dan sedapat mungkin

terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan keamanan, pemberian obat harus

dilakukan secara rasional, berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat,

pemilihan obat yang tepat, serta obat dengan dosis, cara, interval serta lama

pemberian yang tepat (Anonim, 2002).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

25

Pengobatan rasional merupakan suatu tindakan pengobatan terhadap

penyakit berdasarkan interpretasi gejala dan pemahaman aksi fisiologik yang

benar dari suatu penyakit. Obat yang digunakan harus tepat dosis, tepat cara

pemakaian, tepat untuk penyakitnya dan tepat informasi serta waspada

terhadap efek sampingnya. Suatu pengobatan yang baik dan benar akan

sangat menguntungkan bagi pasien, baik dari kesehatan, kekambuhan

penyakit yang diderita, biaya yang harus dikeluarkan, dan kepatuhan pasien

dalam mengkonsumsi obat tersebut (Siregar dan Amalia, 2004).

Penerapan penggunaan obat yang rasional akan memberi manfaat

yaitu optimalisasi tujuan pengobatan yang ingin dicapai dengan

meminimalkan efek samping obat dengan rasio antara manfaat dan resiko

yang optimal serta berkurangnya beban biaya pengobatan (Aslam dkk.,

2003).

Informasi obat pada dasarnya merupakan awal dari implementasi

preskripsi yang rasional maupun penggunaan obat yang rasional melalui

formularium maupun standar pengobatan, tanpa informasi obat yang

memadai maka penggunaan obat yang rasional tidak akan tercapai.

Pemberian informasi obat harus dilakukan secara profesional oleh mereka

yang yang memiliki kualifikasi, keahlian, dan terikat kode etik profesi

(Sampurno, 2001).

Penggunaan obat yang tidak rasional mempunyai beberapa dampak

negatif, yaitu berdampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan, dampak

terhadap biaya pengobatan dampak terhadap efek samping dan efek lain yang

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

26

tidak diharapkan, serta dampak psikososial yang berupa ketergantungan

pasien terhadap intervensi obat atau persepsi yang keliru, misal kebiasaan

memberikan injeksi (Friedman dan Papper, 2000).

4. Formularium Rumah Sakit

Formularium Rumah Sakit adalah dokumen berisi kumpulan produk

obat yang dipilih oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) disertai informasi

tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan

prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut, yang terus

menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf

profesional pelayanan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data

morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik rumah sakit itu (Siregar dan

Amalia, 2004).

Sistem pembuatan formualrium merupakan sarana yang kuat untuk

meningkatkan kualitas dan mengawasi biaya obat yang digunakan untuk

pengobatan di rumah sakit. Yang menjadi pokok dari pelaksanaan sistem

pendataan obat ini ialah adanya Formularium Rumah Sakit, merupakan

kumpulan produk obat yang secara terus menerus ditinjau ulang. Obat-obatan

tersebut dipilih oleh PFT. Tujuan utama pembuatan formularium tersebut

adalah menyediakan sarana bagi para staf rumah sakit, meliputi (Siregar dan

Amalia, 2004) :

a. Informasi tentang produk obat yang telah disetujui oleh PFT

digunakan di rumah sakit.

b. Informasi terapi dasar tiap produk obat yang disetujui.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

27

c. Informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit yang

menguasai penggunaan obat.

d. Informasi khusus tentang obat seperti pedoman menetapkan dosis

dan monogram, singkatan yang disetujui untuk penulisan resep/

order dan kandungan natrium dari berbagai obat formularium.

5. Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya (Anonim, 2009).

Sejalan dengan amanah pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar

Negara RI Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak

memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam pasal 34 ayat (3)

dinyatakan negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Fungsi rumah sakit selain yang diatas juga merupakan pusat

pelayanan rujukan medik spesialistik dan sub spesialistik dengan fungsi

utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitas pasien). Maka sesuai

dengan fungsi utamanya tersebut perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

28

rumah sakit mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan

berdaya guna dan berhasil guna (Ilyas, 2000).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap rawat jalan, dan gawat darurat. Dimana terbagi atas dua, yaitu :

a. Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayanan terbagi atas :

a. Rumah Sakit Kelas A

Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,

12 (dua belas) Pelayan Medis Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayan

Medik Subspesialis Dasar.

b. Rumah Sakit Kelas B

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

29

Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medikm 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua)

Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

c. Rumah Sakit Kelas C

Rumah Sakit Kelas C adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik.

d. Rumah Sakit Kelas D

Rumah Sakit Kelas D adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar (Anonim, 2010).

Sekarang ini rumah sakit adalah suatu lembaga komunitas yang

merupakan instrumen masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, rumah sakit

dapat dipandang sebagai suatu struktur terorganisasi yang menggabungkan

bersama – sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik, alat dan

perbekalan serta fasilitas fisik kedalam suatu sistem terkordinasi untuk

penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dulu rumah sakit

dianggap hanya sebagai suatu lembaga yang giat memperluas layanannya

kepada penderita di mana pun lokasinya (Siregar dan Amalia, 2004).

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64473/potongan/S1-2013... · cairan dan makanan dengan baik, ... sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

30

Diluar tiga dasar pokok kebutuhan manusia (pangan, sandang,

naungan), rumah sakit telah menjadi sebuah instrumen yang perlu untuk

mengadakan unsur dasar keempat, yaitu kelangsungan hidup dan kesehatan.

Rumah sakit berlaku sebagai suatu instrumen utama yang dengannya profesi

kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan. Disebabkan meningkatnya

kerumitan pelayanan kesehatan – diagnosis – pencegahan dan terapi – maka

diperlukan personel terlatih, fasilitas dan alat yang digabung menjadi apa

yang dikenal sebagai rumah sakit, untuk memberikan pelayanan bermutu

yang diharapkan, diminta, dan diperoleh masyarakat. Pelayanan kesehatan

sudah ditetapkan menjadi hak bagi semua (Siregar dan Amalia, 2004).

F. Keterangan Empirik

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan mengevaluasi

gambaran pengobatan diare pada pasien anak rawat inap di Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring Jakarta selama periode Tahun 2012 ditinjau dari

kesesuaian pemberian obat kepada pasien yang dibandingkan dengan formularium

pada rumah sakit tersebut dan juga menilai manfaat zink elemental yang cukup

penting dan sudah cukup banyak penggunaannya tetapi belum masuk ke dalam

standar pelayanan medis Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta.