bab i mp asi dwi

59
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi.ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan (Roesli, 2005). Akan tetapi disi lain, masih banyak ibu yang memberikan makanan tambahan pengganti ASI (MP-ASI) kepada bayi yang berumur kurang dari enam bulan. Padahal pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai dampak resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang menyusui (Prasetyono, 2009). Menurut laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2000, lebih kurang 1,5 juta anak meninggal 1

Upload: fika-tri-nanda

Post on 25-Sep-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAir Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi.ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan (Roesli, 2005). Akan tetapi disi lain, masih banyak ibu yang memberikan makanan tambahan pengganti ASI (MP-ASI) kepada bayi yang berumur kurang dari enam bulan. Padahal pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai dampak resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang menyusui (Prasetyono, 2009).Menurut laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2000, lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi di seluruh dunia diberi ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan bubur nasi(Setiawan, 2009).Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 2006). Semakin meningkat umur bayi atau anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena proses tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi atau anak (Depkes, 2006).Pada dasarnya pemberian MP-ASI dini dipengeruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan (Notoatmodjo, 2005).Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak dari kalangan ibu-ibu yang melakukan berbagai kegiatan yang dapat menguras waktu untuk bersama dengan bayinya dan memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Hal ini sebenarnya juga berkaitan dengan pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada bayinya. Pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif berakibat pada peningkatan jumlah pemberikan makanan pendamping asi (MP-ASI) secara dini, menurut mereka susu formula merupakan salah satu pengganti ASI yang sangat tepat. Selain dari pengetahuan yang kurang, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping asi dini (MP-ASI) diantaranya : ASI dianggap tidak mencukupi, anggapan bahwa susu formula lebih baik dan praktis, kekhawatiran akan bentuk tubuh ibu yang bisa menjadi gemuk, khawatir terhadap perubahan bentuk payudara, tingkat pendidikan, faktor pengetahuan, faktor kesibukan didalam maupun diluar rumah dan juga sosial budaya (Roesli, 2005).Ketidak cukupan umur seorang perempuan dapat menyebabkan terjadinya gangguan secara psikologis yang dapat mempengaruhi kesiapan untuk menjadi seorang ibu. Berdasarkan undang-undang perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 7 ayat 1 pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Jika ada penyimpangan terhadap pasal 7 ayat 1 ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria atau wanita. Berdasarkan undang undang perkawinan yang lain yaitu undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak batasan usia untuk pernikahan pertama adalah usia 20 tahun. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana juga merekomendasikan umur minimal untuk seorang perempuan menikah adalah 20 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa umur yang ideal untuk menjadi seorang ibu adalah diatas 20 tahun (BKKBN, 2010).Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Oleh karena itu, maka seorang ibu harus memiliki pendidikan yang baik untuk mendapatkan pengetahuan yang baik juga. Hal ini sangat berpengaruh pada ibu dalam memberikan yang terbaik untuk anak-abaknya.Bayi hanya membutuhkan ASI pada usia 0-6 bulan pertama dalam kehidupannya. ASI merupakan makanan yang ideal untuk diberikan pada bayi terutama di bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Roesli, 2008).Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pendidikan dan umur ibu terhadap Pengetahuan Ibu dalam pemberian MP-ASI dini di klinik Mitra Bunda Baloi Centre Periode Januari-Septenber Tahun 2013.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :1. Bagaimana hubungan umur terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dini di Klinik Mitra Bunda?2. Bagaimana hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dini di Klinik Mitra Bunda?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur dan pendidikan terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dini di klinik Mitra Bunda Baloi Centre periode Januari-September Tahun 2013.2.Tujuan Khususa. Untuk mengetahui hubungan umur terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dini.b. Untuk mengetahui hubungan pendidikan terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dini.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi PenelitiDari penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih tentang hubungan pendidikan dan umur terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dini.2.Bagi InstitusiPenelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan referensi di Perpustakaan Universitas Batam dan menambah wawasan mahasiswa FKIK mengenai hubungan pendidikan dan umur terhadap pengetahua ibu dalam pemberian MP-ASI dini.3.Bagi MasyarakatKhususnya untuk ibu-ibu, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan juga berupaya untuk memberikan ASI eksklusif dan memperbaiki pola pemberian MP-ASI sesuai dengan usia bayi.4.Bagi Tempat Penelitian12

Bagi tempat penelitian, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan juga berupaya untuk memberikan wawasan kepada pasien agar dapat memberikan ASI secara eksklusif dan memperbaiki pola pemberian MP-ASI sesuai dengan usia bayi.24

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. ASI1. Definisi ASIAir Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi.ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistem pencernaan bayi usia dini belum berfungsi dengan baik. Maka dari itu, hanya ASI yang boleh diberikan pada bayi hingga usia 6 bulan tanpa tambahan makanan atau minuman (Roesli, 2005).WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, melanjutkannya dengan memberikan makanan pendamping ASI dari bahanbahan lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. Data Unicef (2006) menyebutkan hanya 40% bayi mendapatkan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupannya. Sedangkan menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2007-2008 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% pada 2007 menjadi 56,2% pada 2008. Sementara cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan turun dari 28,6% pada 2007 menjadi 24,3% pada 2008 dan jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9%pada tahun 2003 (World Health Organization, 2010).2. Komposisi ASIKandungan yang terdapat dalam ASI antara lain : 88,1% air, diminum selama pemberian ASI ekslusif. Hal ini sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bayi baru lahir yang hanya mendapatkan sedikit ASI pertama atau yang di sebut dengan kolostrum tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi akan keluar pada hari ketiga atau keempat. Selain dari air, ASI juga mengandung bahan larut yang rendah, yang terdiri dari : 3,8% lemak, 0,9% protein, 70% laktosa, dan 0,2 bahan-bahan lain (Yuliarti, 2010).Menurut Roesli (2000), komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian yaitu :a. Kolostrum Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali lebih dibanding ASI matur, serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah, volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan kolostrum harus diberikan pada bayi.

b. ASI transisi/ peralihanASI transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum menjadi ASI matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan lemak semakin tinggi dan volume makin meningkat.c.ASI maturASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke-14 sampai seterusnya, dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai 6 bulan (Roesli,2000).3. Manfaat ASI Beberapa Manfaat ASI menurut Arif, 2009 yaitu :a. Gratis, karena setiap ibu yang melahirkan memilikinya.b. Bisa langsung diberikan kepada bayi.c. Kandungan gizinya mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi hingga usia bayi 6 bulan.d. Enzim yang berperan adalah enzim lisozim yang berfungsi sebagai bakteriolitik (menghancurkan membrane sel bakteri enterobacter).e. Mudah dicerna karena mengandung enzim cerna ASI, dengan demikian seluruh kandungan nutrisi yang ada didalam ASI dapat diserap oleh tubuh bayi dengan sempurna.f. Mencegah obesitas pada bayi, karena ASI mampu meminimalkan timbunan lemak pada tubuh.g. Mengandung antibodi, sehingga bayi tidak mudah sakit. Antibodi yang di hasilkan dari ASI bersumber dari kolostrum yang menghasilkan immunoglobulin.h. Memperkecil kemungkinan bayi sembelit, diare, maupun masuk angin.i. Mengurangi risiko gigi berlubang (caries dentist).Menurut Arif (2009), Pemberian ASI dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan karena:1. ASI yang pertama (kolostrum) mengandung antibody untuk mencegah infeksi pada bayi.2. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis.3. Jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi.

B. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)1.Definisi MP-ASIMakanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi. Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain, baik susu formula, madu, air teh. Bayi juga tidak diberi makanan padat lain seperti pisang dan nasi lumat, bubur, susu, biskuit, nasi tim dan lain-lain. Banyaknya bayi usia 0-6 bulan yang diberi MP-ASI yang memungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, pendidikan, dan pekerjaan ibu (Juwono, 2003).Dalam deklarasi Innocenti yang dilakukan antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, mendefinisikan bahwa pemberian makan bayi yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupan. Makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif (Setiawan,2009).2.Persyaratan MP-ASIMenurut Leman (2013), kriteria yang harus dimiliki oleh MP-ASI adalah sebagai berikut:a. Nilai gizi dan kandungan proteinnya tinggi.b. Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.c. Dapat diterima dengan baik.d. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secaralokal.e. Bersifat padat gizi.Kandungan serat kasar / bahan lain sukar dicerna terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi.3. Jenis-jenis MP-ASIMenurut Dep.Kes.RI (2007), MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur, dan buah-buahan. Jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah:a. Makanan Lumat Makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saring, pepaya saring, tomat saring dan nasi tim saring.b. Makanan LunakMakanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan bubur kentang.c. Makanan PadatMakanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus dan biskuit.Saat mendiskusikan makanan yang baik, akan bermanfaat jika kita mulai dengan makanan pokok kemudian memutuskan makanan lain yang akan ditambahkan. Makanan Pokok adalah dimana semua masyarakat mempunyai makanan pokok. Makanan pokok merupakan makanan utama yang dikonsumsi. Contohnya adalah sereal : beras, gandum, jagung, dan umbi-umbian (Dep.Kes.RI, 2007).4. Prinsip Pemberian MP-ASIMenurut Leman 2013, prinsip-prinsip pemberian MP-ASI sebagai berikut :1. Beri ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan, selanjutnya tambahkan MP-ASI mulai usia 6 bulan, sementara ASI diteruskan sampai usia bayi mencapai 2 tahun.2. Terapkan perilaku hidup bersih dan higienis.3. Mulai MP-ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah sedikit, bertahap dinaikkan sesuai usia bayi, sementara ASI tetap diberikan.

4. Bertahap konsistensi dan variasi , sesuai kebutuhan dan kemampuan bayi.5. Frekuensi pemberian MP-ASI semakin sering sejalan bertambahnya usia.6. Gunakan MP-ASI yang diperkaya vitamin mineral atau berikan preparat vitamin mineral bila perlu.7. Mengandung cukup energi, protein, dan mikronutrien (Leman, 2013).5. Tahapan Pemberian ASI dan MP-ASIMenurut Dep.kes.RI tahun 2007 dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak, pemberian makanan pada bayi dan anak umur 0-24 bulan yang baik dan benar adalah sebagai berikut:1. Umur 0-6 bulana. Berikan ASI setiap kali bayi menginginkan, sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore, maupun malam.b. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI eksklusif.c. Susu dengan payudara kiri atau kanan secara bergantian 2. Umur 6-11 bulan a. Umur 6-8 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur, susu, sampai nasi tim lunak yang diberikan 2 kali dalam sehari. Pemberian MP-ASI harus diberikan sesuai umur, yaitu pada umur 6 bulan diberikan MP-ASI sebanyak 6 sendok makan, umur 7 bulan : 7sendok makan, dan pada umur 8 bulan : 8 sendok makan. b. Untuk umur 9-11 bulan, beri MP-ASI dimulai dari bubur nasi sampai nasi tim sebanyak 3 kali dalam sehari. Pada umur 9 bulan diberikan MP-ASI sebanyak 9 sendok makan, umur 10 bulan : 10 sendok makan, dan umur 11bulan : 11 sendok makan.Sebelum kita memberikan MP-ASI, kita harus memberikan ASI terlebih dahulu. Pada makanan pendamping ASI, tambahkan salah satu dari bahan makan seperti : telur, ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam, kacang hijau, dan juga santan. Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, perhatikan cara menyiapkannya, batasan umur, dan tanggal kadaluarsa dari MP-ASI tersebut (Dep.Kes.RI, 2007).6.Tujuan pemberian MP-ASITujuan pemberian MP-ASI menurut Martinus M.Leman 2013 adalah:a. Memenuhi kebutuhan zat gizinya yang meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.b. Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat.c. Melatih pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih padat dari pada susu, dan juga membiasakan bayi mengkonsumsi makanan sehari-hari menggunakan sendok.7.Efek Pemberian MP-ASI DiniBerdasarkan uraian Martinus M.Leman 2013, pemberian MP-ASI terlalu dini dapat menyebabkan terjadinya :a.Diare Dapat menyebabkan diare atau susah buang air besar.Sebelum enam bulan fungsi saluran pencernaan bayi belum siap atau mampu mengolah makanan. Ketika ada makanan masuk, maka saluran pencernaannya akan mengalami gangguan yang ditandai dengan diare atau susah buang air besar. Diare yang dialami oleh bayi dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi.1. ObesitasKetika bayi lebih dini diperkenalkan pada MP-ASI, selanjutnya bisa jadi bayi memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan tubuhnya. Bayi akan terbiasa dengan makan banyak atau berlebihan. Inilah yang membuat bayi berisiko menjadi gemuk atau obesitas. 2. AlergiSel-sel di sekitar usus pada bayi berusia di bawah enam bulan belum siap untuk menghadapi unsur-unsur atau zat makanan yang dikonsumsinya. Hasilnya, makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi imun, sehingga dapat terjadi alergi akibat makanan yang dikonsumsinya. Sebaliknya, bayi yang diberikan MP-ASI setelah enam bulan risiko mengalami alergi akibat makanan lebih rendah.3. Kram UsusKetika bayi belum siap mencerna makanan, namun dipaksa untuk mengolah MP-ASI maka menyebabkan kram usus. Saat kram usus atau biasa disebut kolik usus, bayi mungkin akan menangis lama, menjerit sambil menggerakkan tangan dan kaki (Leman, 2013).

C. Pengetahuan 1.Definisi PengetahuanPengetahuan merupakan penampilan dari hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau Kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan ibu mengenai MP-ASI adalah hasil dari tahu karena makanan yang diperlukan dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan juga zat-zat pengatur yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI dini juga dipengaruhi oleh adanya iklan pemasaran susu formula pengganti ASI yang menimbulkan anggapan bahwa formula pengganti ASI lebih unggul daripada ASI sehingga ibu akan lebih tertarik pada iklan PASI dan memberikan MP-ASI secara dini. Praktek pemberian MP-ASI secara dini juga diduga karena terjadi kesalahan teknik dalam pemberian ASI yang salah yang menyebabkan ibu mengalami nyeri, lecet pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis dapat menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Serta kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan selain itu dukungan yang kurang dari pelayanan kesehatan seperti tidak adanya fasilitas rumah sakit dan rawat gabung dan disediakannya dapur susu formula akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi yang baru lahir di rumah sakit (Setiawan, 2009).Apabila suatu pembuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :-Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). -Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu disini sikap subjek sudah mulai timbul.-Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. -Trial dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. -Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmojo, 2007).Pengetahuan juga memiliki tingkatan, tingkat pengetahuan tersebut ada 6 menurut Notoatmojo, 2003 yaitu :a. Tahu (know)Diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.b. Memahami (comprehension)Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan baik dan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.c. Menerapkan (application)Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.d. Analisa (analysis)Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya antara yang satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelomokkan, dan sebagainya.e. Sintesa (synthesis)Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sisntesis ini adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.f. Evaluasi (evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmojo, 2007).2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI diniMenurut Juwono 2003, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemberian MP-ASI dini yaitu :1.PendidikanPendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang. Dengan pendidikan yang tinggi kemungkinan seseorang akan lebih tahu dan mudah menerima informasi yang telah didapat dari pendidikannya, sehingga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru yang dapat mengubah perilaku seseorang. Dan juga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru dalam pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayi usia 6 bulan ke atas, atau sebaliknya bila pendidikan seseorang rendah kemungkinan akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan dan juga untuk menerima informasi yang baru mengenai pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayinya antara usia 6 bulan keatas (Kuncoroningrat, 2001).2.Umur ibuUmur adalah lama waktu hidup atau ada yaitu sejak dilahirkam atau diadakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2006). Menurut Notoatmodjo (2003) umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pulak pengetahuan yang dimiliki. menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) direkomendasikan umur minimal untuk seorang perempuan menikah adalah 20 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa umur yang ideal untuk menjadi seorang ibu adalah diatas 20 tahun.3. PekerjaanPekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup sehingga kebanykan ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya (Notoadmojo, 2003). 4. Sosial BudayaKebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga yang dapat mempengaruhi pengetahuan, pandangan, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Juwono, 2003).

D.Kerangka Teori

Memahami

TahuPengetahuan Ibu Dalam Pemberian MP-ASI DINI

MemahamiFaktor UmurFaktor Pendidikan

Aplikasi

Analisis

Evaluasi Sintesis

Tabel : 2.1. Kerangka Teori

Keterangan :: Variabel yang akan diteliti: Variabel yang tidak diteliti

E.Hipotesis Kerja Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah jika umur dan pendidikan ibu kurang, maka pengetahuan ibu tentang MP-ASI dini rendah.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lain, atau antara variabel satu dengan variabel yang lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).Variabel independentVariabel Dependent

Faktor Umur

Pengetahuan Ibu dalam pemberian MP-ASI dini

Faktor Pendidikan

Tabel : 3.1. Kerangka Konsep

B.Hipotesis PenelitianH01: Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan.H02: Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan.Ha1 : Ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan.Ha2 : Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan.

C.Variabel Penelitian1. Variabel BebasDalam penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor umur dan pendidikan ibu.2.Variabel TerikatDalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dini.

D. Definisi OperasionalTabel 3.2 Definisi OperasionalVariabelDefinisi OperasionalAlat UkurCara UkurSkalaHasil

pengetahuanPengetahuan merupakan penampilan dari hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia (Notoadmodjo, 2003).Kuesioner

AngketOrdinal0 = Kurang (bila didapat 20 tahun(Notoadmodjo,2003).

E.Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan metode Cross Sectional yaitu variabel sebab akibat di ukur dalam waktu yang bersamaan. F.Populasi dan Sampel Penelitian1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini populasinya adalah 200 ibu yang melahirkan di Klinik Mitra Bunda Baloi centre Tahun 2013.

2. SampelSampel penelitian ini adalah data pasien yang tercatat sebagai pasien yang memiliki bayi di Klinik Mitra Bunda Baloi centre periode Tahun 2013 dengan teknik pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik penilaian, dimana data yang diambil dilihat dari data rekam medik pasien yang memenuhi syarat. Metode ini digunakan dengan melihat sampel agar sesuai dengan ciri-ciri sampel yang dikehendaki peneliti.Menurut Notoastmodjo (2005), rumus yang digunakan untuk menghitung sampel adalah seperti berikut :

Keterangan :N: Besar Populasin: Besar Sampeld: Tingkat ketepatan yang diinginkan 90%, jadi d=0,1.

Berdasarkan rumus dan angka-angka tersebut diatas, maka didapatkan sampel minimal dalam penelitian ini adalah 67 ibu.G. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian akan dilakukan berdasarkan alamat pasien yang tercatat pada rekam medis di Klinik Mitra Bunda Baloi Centre Tahun 2013.

H. Metode Pengumpulan DataPenelitian ini menggunakan jenis data primer dan pengambilan data sekunder. Adapun pengambilan data primer dengan memberikan kuesioner kepada ibu yang mempunyai bayi yang tercatat pada rekam medis di Klinik Mitra Bunda Baloi Centre periode Januari-September 2013.I. Pengolahan DataPengolahan data dilakukan dengan cara berikut (Notoatmodjo, 2010):a. Penyuntingan Data (Editing)Hasil angket yang dikumpulkan melaui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.b. Pemberian kode (Coding)Setelah melakukan penyuntingan kuesioner, selanjutnya mengubah data bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.c. Memasukan Data (Entry)Memasukan data yang telah diperoleh menggunakan program komputer. Program yang sering digunakan adalah paket program SPSS for windows.d. Pembersihan Data (Cleaning)Data dari semua sember yang telah dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan koreksi.

J. Analisis Dataa. Analisis Univariate Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel.b.Analisis BivariatAnalisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yaitu variable independent (tingkat pengetahuan, tingkat umur dan pendidikan ibu) dan variable dependent (pemberian MP-ASI dini). Dilakukan pengujian dan analisa Chi Square yang berguna untuk mengetahui hubungan antara dua buah variabel dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain.

BAB IVHASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisa Univariat1. Karateristik Responden Berdasarkan UmurTabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur RespondenNoUmurFrekuensi (n)Persentase (%)

1Umur 20 tahun4465,7

2Umur> 20 tahun2334,3

Total67100

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki umur 20 tahun sebanyak 44 orang (65,7%), sedangkan yang memiliki usia > 20 tahun sebanyak 23 orang (34,3%).2. Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan IbuTabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu NoPendidikanFrekuensi (n)Persentase (%)

1Rendah (TidakSekolah, SD dan SMP)4465,7

2Tinggi (SMA dan PT)2334,3

Total67100

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki pendidikan rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP) sebanyak 44 orang (65,7%), sedangkan yang memiliki pendidikan tinggi (SMA-PT) sebanyak 23 orang (34,3%).3. Karateristik Responden Berdasarkan Pengetahuan IbuTabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan IbuNoPengetahuanFrekuensi (n)Persentase (%)

1Kurang4465,7

2Baik2334,3

Total67100

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 44 orang (65,7%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 23 orang (34,3%).

B. Hasil Analisa BivariatTabel. 4.4. Hubungan Antara Umur Responden dengan Pengetahuan Pemberian MP-ASI DiniUmur Pengetahuan Pemberian MP-ASI DiniTotalp value

Kurang Baik

n%n%n%0,000

( 20 tahun)4295,524,544100

(>20 tahun)28,72191,323100

Jumlah4465,72334,367100

Hasil analisis pada tabel 4.4. responden umur ( 20 tahun) yang memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian MP-ASI dini sebanyak 42 (95,5%) dari 44 orang responden dan umur (> 20 tahun) sebanyak 2 orang (8,7%) dari 23 responden. Dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan antara umur responden dengan pemberian MP-ASI dini.

Tabel. 4.5. Hubungan Antara Umur Responden dengan Pengetahuan Pemberian MP-ASI Dini

PendidikanPengetahuan Pemberian MP-ASI DiniTotalp value

Kurang Baik

n%n%n%0,000

Rendah (TidakSekolah, SD dan SMP)

441000044100

Tinggi (SMA dan PT)002310023100

Jumlah441002310067100

Responden umur ( 20 tahun) yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian MP-ASI dini sebanyak 2 orang (4,5%) dari 44 responden sedangkan umur (> 20 tahun) sebanyak 21 orang (91,3%) dari 23 orang. Dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan antara umur responden dengan pemberian MP-ASI dini.

BAB VPEMBAHASAN

A. Hubungan umur responden dengan pengetahuan pemberian MP-ASI dini Hubungan umur dengan pemberian MP-ASI dini menunjukan pada umur ( 20 tahun) yang memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian MP-ASI dini sebanyak 42 (95,5%) dari 44 orang responden dan umur (> 20 tahun) sebanyak 2 orang (8,7%). Responden umur ( 20 tahun) yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian MP-ASI dini sebanyak 2 orang (4,5%) dari 44 responden sedangkan umur (> 20 tahun) sebanyak 21 orang (91,3%) dari 23 orang. Dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan antara umur responden dengan pemberian MP-ASI dini.Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2006). Menurut Notoatmodjo (2003) umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Notoatmojo, 2003).

B.Hubungan pendidikan responden dengan pengetahuan pemberian MP-ASI diniHubungan pendidikan dengan pemberian MP-ASI dini menunjukan pendidikan rendah (Tidak sekolah, SD, SMP) yang memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian MP-ASI dini sebanyak 44 orang (100%) dari 44 responden, sedangkan pendidikan tinggi (SMA-PT) tidak ada. Respoden pendidikan rendah (Tidak sekolah, SD, SMP) yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian MP-ASI dini tidak ada (0%) dan yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebanyak 23 orang (100%). Dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan antara pendidikan responden dengan pemberian MP-ASI dini.Hasil yang didapat pada skripsi ini menunjukkan bahwa pendidikan seorang ibu sangatlah penting. Seorang ibu sebaiknya memiliki pendidikan yang cukup yang dapat menunjang pengetahuannya dalam merawat bayi dan sebaiknya tidak memberikan MP Asi dini ketika bayi masih berusia kurang dari enam bulan.Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang. Pendidikan yang tinggi kemungkinan seseorang akan lebih tahu dan mudah menerima informasi yang telah didapat dari pendidikannya, sehingga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru yang dapat mengubah perilaku seseorang. Dan juga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru dalam pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayi usia 6 bulan ke atas, atau sebaliknya bila pendidikan seseorang rendah kemungkinan akan menghambat seseorang untuk menerima informasi yang baru mengenai pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayinya antara usia 6 bulan keatas (Kuncoroningrat, 2001).Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan masyarakat atau manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003).Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan pada bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. (Yenrina, 2008 ). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikam ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Krisnatuti, 2000).Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Umur dan Pendidikan Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Di Klinik Mitra Bunda Baloi Centre Periode Januari September Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Skripsi ini menjelaskan bahwa ada hubungan antara Umur dan Pendidikan terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Dini. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu terdapat 67 orang ibu. 44 orang responden yang memberikan makanan pendamping dini sedangkan 23 orang responden tidak memberikan makanan pendamping air susu ibu dini Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi usia dan pendidikan ibu maka semakin besar pengetahuan ibu untuk tidak memberikan makanan pendamping air susu ibu dini. Hal tersebut diatas didukung pula dengan hasil uji statistik SPSS Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,000