bab 4 analisis data - uksw
TRANSCRIPT
19
Bab 4
Analisis Data
Setelah kuesioner dibagikan dan diperoleh data dari penelitian di lapangan,
kemudian dilakukan perhitungan dari data tersebut. Hasil dari penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
4.1 Statistik Deskriptif
Dari data yang didapat, nasabah yang menjadi responden berusia mulai dari 16
tahun hingga 63 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, tingkat
pendidikan mulai dari SD sampai dengan sarjana dengan berbagai macam
pekerjaan seperti pelajar/mahasiswa, pegawai swasta, pegawai negeri dan
wiraswasta dengan pola nasabah yang berbeda-beda dan juga sumber perolehan
informasi yang berbeda juga.
Tabel 4.1.1 Gambaran Responden
Karakteristik Jumlah Persentase
A. Usia
- ≤ 20
- 21 – 30
- 31 – 40
- 41 – 50
- > 50
B. Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
C. Tingkat Pendidikan
- SD
- SMP
- SMU
- D3
- Sarjana
- Lainya
45
30
13
4
4
47
49
1
4
63
3
25
46,9
31,2
13,5
4,2
4,2
49,0
51,0
1,0
4,2
65,6
3,1
26,0
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
20
Tabel 4.1.1 Gambaran Responden (Lanjutan)
Karakteristik Jumlah Persentase
D. Pekerjaan
- Pelajar/mahasiswa
- Pegawai swasta
- Pegawai negeri
- Wiraswasta
- Lainya
E. Menjadi Nasabah
- 2011
- 2012
47
28
2
17
2
43
53
49,0
29,2
2,1
17,7
2,1
44,8
55,2
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Dari tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 96 responden, jumlah responden
terbanyak yaitu pada usia ≤ 20 tahun sebanyak 46,9%. Nasabah yang menjadi
responden dalam penelitian ini didominasi oleh perempuan dengan persentase
sebanyak 51,0% dengan mayoritas tingkat pendidikan SMU yaitu sebanyak
65,6%, yang sebagian besar merupakan pelajar/mahasiswa dengan jumlah 49,0%.
Sejak berdirinya Bank Mandiri Syariah pada tanggal 17 Januari 2011, sebanyak
44,8% responden mulai menjadi nasabah pada bank tersebut pada tahun 2011 dan
sisanya memulai menjadi nasabah pada tahun 2012.
Tabel 4.1.2 Pola Nasabah
Keterangan Jumlah Persentase
A. Rutinitas Transaksi
- Ya
- Tidak
B. Nasabah produk Lain
- Ya
- Tidak
C. Motivasi menabung
- Simpanan
- Keamanan
- Investasi
44
52
18
78
66
16
14
45,8
54,2
18,8
81,2
66,8
16,7
14,6
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
21
Pada tabel pola nasabah dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
tidak rutin melakukan transaksi dengan presentase sebesar 54,2%. Hanya
sebanyak 18,8% responden yang menjadi nasabah produk lain, seperti tabungan
wadi’ah, tabungan berencana dan tabungan haji, tetapi sebagian besar diantaranya
menjadi nasabah produk tabungan haji, dan sebanyak 66,8% responden
mempunyai motifasi menabung untuk simpanan.
Tabel 4.1.3 Sumber Informasi Nasabah
Informasi Jumlah Persentase
A. Keberadaan Bank
- Teman
- Keluarga
- Petugas
- Mencari Tahu Sendiri
- Lainya
B. Usaha Mencari Tahu Prinsip dan
perhitungan
- Ya
- Tidak
C. Perolehan penjelasan mengenai prinsip
dan perhitungan
- Teman
- Keluarga
- Petugas
- Mencari Tahu Sendiri
- Lainya
32
11
23
18
12
62
34
18
5
47
20
6
33,3
11,5
24,0
18,8
12,5
64,6
35,4
18,8
5,2
49,0
20,8
6,2
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Sebanyak 33,3% nasabah memperoleh informasi keberadaan bank syariah
dari teman. Dari 96 responden tersebut, sebanyak 64,6% mengatakan berusaha
untuk mencari tahu mengenai prinsip dan perhitungan bagi hasil. Penjelasan
mengenai prinsip dan perhitungan tersebut sebagian besar mereka peroleh dari
petugas yaitu sebanyak 49,0%.
22
4.2 Analisis
Setelah mengetahui gambaran mengenai responden dan beberapa
informasi tambahan yang didapat dari penelitian ini, kemudian peneliti melakukan
analisis untuk menjawab ketiga pertanyaan yang sebelumnya telah peneliti ajukan
pada proposal skripsi (Bab1). Pertanyaan tersebut meliputi: (a) apakah nasabah
perbankan syariah paham mengenai prinsip-prinsip bagi hasil pada tabungan bagi
hasil (mudharabah), (b) apakah nasabah paham tentang perhitungan bagi hasil
pada tabungan tersebut dan (c) adakah perbedaan karakteristik tingkat pemahaman
nasabah terhadap tabungan bagi hasil(mudharabah).
4.2.1 Pemahaman Nasabah Terhadap Tabungan Bagi Hasil (mudharabah).
Setelah diperoleh hasil jawaban responden dari 12 pertanyaan yang terdiri
dari sembilan pertanyaan mengenai prinsip tabungan bagi hasil (mudharabah),
dan tiga pertanyaan mengenai perhitungan tabungan bagi hasil (mudharabah),
hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 4.2.1 Pemahaman Terhadap Prinsip Tabungan Bagi hasil
(Mudharabah).
No. Pertanyaan Persentase
Ya Tidak
1
2
3
Saya bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana,
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah
dengan pihak lain
Pembagian keuntungan berbentuk nisbah (perbandingan
keuntungan).
78,1
84,4
78,1
21,9
15,6
21,9
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
23
Tabel 4.2.1 Pemahaman Terhadap Prinsip Tabungan Bagi hasil
(Mudharabah) (lanjutan).
No. Pertanyaan
Persentase
Ya Tidak
4
5
6
7
8
9
Adanya kepastian besarnya nisbah keuntungan.
Besarnya nisbah (perbandingan keuntungan) bagi hasil
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak diawal kerja
sama
Adanya ketergantungan penerimaan keuntungan dengan
pihak lain.
Tidak ada potongan dalam penerimaan keuntungan,
kecuali atas persetujuan nasabah sebelumnya.
Pembayaran bagi hasil Tabungan Mudharabah pada
umumnya dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal
tutup buku setiap bulan.
Apa perbedaan nisbah dengan bunga bank
50,0
68,8
34,4
71,9
71,9
22,9*
50,0
31,3
65,6
28,1
28,1
77,1*
Rata-rata 60,3 39,7
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Keterangan : *) Ya berarti jawaban benar dan tidak berarti jawaban salah
Pada tabel diatas menunjukan pemahaman responden terhadap prinsip
tabungan bagi hasil (mudharabah) sebanyak 60,3%, ini menunjukan kurang dari
70% dari kriteria Syaripudin (2012), sehingga dapat disimpulkan bahwa
responden tidak menguasai atau tidak paham terhadap prinsip tabungan bagi
hasil(mudharabah). Hal menarik yang didapat pada penelitian mengenai prinsip
ini, dari pertanyaan terbuka mengenai perbedaan bunga dengan nisbah adalah
sebanyak 77,1% responden tidak paham. Kurangnya pemahaman mengenai
perbedaan nisbah dengan bunga bank tersebut dikarenakan kurangnya rasa ingin
tahu dari responden selain itu kurangnya penjelasan oleh petugas bank yang
24
diperoleh responden. Kemudian selain kurangnya pemahaman mengenai
perbedaan nisbah dengan bunga bank, sebagian besar responden tidak mengetahui
adanya ketergantungan penerimaan keuntungan dengan pihak lain, hanya 34,4%
saja responden yang paham mengenai hal tersebut, padahal informasi mengenai
hal tersebut sudah sangat memadai yang diberikan oleh pihak bank, seperti
penjelasan oleh petugas bank dan juga brosur yang telah disediakan.
Tabel 4.2.2 Pemahaman Terhadap Perhitungan Tabungan Bagi Hasil
(mudharabah).
No. Pertanyaan Persentase
Ya Tidak
1
2
3
Saya mengerti besarnya nisbah (perbandingan
keuntungan) bagi hasil.
Apa yang dimaksud dengan nisbah 1 bulan 34:66
Saldo rata-rata Tabungan Mudharabah pada bulan
September senilai Rp 2.000.000, saldo total seluruh
nasabah Tabungan Mudharabah pada bulan September
senilai Rp 200 milyar, saldo pendapatan distribusi bagi
hasil bulan tersebut Rp 2 milyar. Diketahui nisbah bagi
hasil penabung dan bank 34:66, maka bagi hasil yang
diterima pada bulan September adalah:
17,7
17.7*
8,3*
82,3
82,3*
91,7*
Rata-rata 14,6 85,4
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Keterangan : *) Ya berarti jawaban benar dan tidak berarti jawaban salah
Dari tiga pertanyaan mengenai perhitungan tabungan bagi hasil
(mudharabah), dapat diketahui bahwa pemahaman nasabah terhadap perhitungan
tabungan bagi hasil(mudharabah) masih sangat kecil, ini terbukti bahwa
sebanyak 85,4% responden tidak paham mengenai perhitungan tabungan bagi
hasil(mudharabah). Dari ketiga pertanyaan mengenai perhitungan bagi hasil
tersebut, masing-masing memiliki persentase pemahaman yang sangat kecil, tetapi
25
jumlah persentase paling kecil yaitu pada pertanyaan yang meminta responden
untuk menjawab cara perhitungan untuk mengetahui dari mana dan berapa jumlah
bagi hasil yang didapat responden. Dari soal yang diberikan, hanya sebanyak
8,3% saja yang menjawab dengan benar, sisanya responden tidak mengetahui cara
perhitungan perolehan bagi hasil tersebut. Sama halnya dengan pemahaman
mengenai prinsip tabungan bagi hasil (mudharabah) yang sebelumnya telah
dijelaskan, informasi yang diberikan oleh pihak bank mengenai perhitungan ini
sudah sangat memadai, sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya
pemahaman mengenai perhitungan ini dikarenakan kurangnya rasa ingin tahu dari
nasabah.
Tabel 4.2.3 Hubungan Prinsip dan Perhitungan Tabungan Bagi Hasil
(Mudharabah).
Paham Perhitungan Tidak Paham Perhitungan Total
Paham Prinsip 6 42 48
Tidak Paham Prinsip 2 46 48
Total 8 88 96
Chi Square 0,140
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 96 responden hanya 6 orang
responden saja yang paham kedua-duanya, yaitu paham prinsip dan paham
perhitungan, sedangkan responden yang tidak paham kedua-duanya sebenyak 46
orang. Ini berarti bahwa banyak nasabah yang tidak paham mengenai prinsip dan
perhitungan tabungan bagi hasil (mudharabah) akan tetapi mereka menabung di
bank syariah. Sedangkan dilihat dari hasil chi square, menunjukan bahwa tidak
ada hubungan antara pemahaman prinsip dengan pemahaman perhitungan.
26
4.2.2 Pengaruh Karakteristik Nasabah terhadap Pemahaman
Setelah sebelumnya didapat hasil dari pemahaman nasabah yaitu
kurangnya pemahaman nasabah mengenai prinsip dan perhitungan Tabungan Bagi
Hasil(Mudharabah), kemudian peneliti mencoba menelusuri apakah pemahaman
tersebut dipengaruhi oleh faktor demografi. Pengujian dilakukan dengan uji
crosstab dengan menggunakan analisis chi square, untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan karakteristik nasabah dengan pemahaman mengenai tabungan
bagi hasil (mudharabah) tesebut. Hasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.4 Hubungan Faktor Demografi Nasabah Dengan Pemahaman
Prinsip Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)
karakteristik Paham prinsip
Total Ya Tidak
A. Usia
- ≤ 20
- 21 – 30
- 31 – 40
- 41 – 50
- > 50
45
30
13
4
4
45
30
13
4
4
45
30
13
4
4
Total 51 45 96
Chi square 0,050
B. Jenis Kelamin
- Laki-laki
- perempuan
27
24
20
25
47
49
Total 51 45 96
Chi Square 0,406
C. Tingkat Pendidikan
- SD
- SMP
- SMU
- D3
- Sarjana
0
4
29
2
16
1
0
34
1
9
1
4
63
3
25
Total 51 45 96
Chi square 0,119
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
27
Tabel 4.2.4 Hubungan Faktor Demografi Nasabah Dengan Pemahaman
Prinsip Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah (lanjutan)).
karakteristik Paham prinsip
Total Ya Tidak
D. Pekerjaan
- Pelajar/Mahasiswa
- Pegawai Swasta
- Pegawai Negeri
- Wiraswasta
- Lainya
20
19
1
10
1
27
9
1
7
1
47
28
2
17
2
Total 51 45 96
Chi square 0,310
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Berdasarkan signifikansi, usia memiliki signifikansi < 0,05, maka Ho
ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa usia merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap pemahaman prinsip. Berbeda dengan usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap pemahaman prinsip karena
memiliki signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.
Tabel 4.2.5 Hubungan Faktor Demografi Nasabah Dengan Pemahaman
Perhitungan Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah).
karakteristik Paham Perhitungan
Total Ya Tidak
A. Usia
- ≤ 20
- 21 – 30
- 31 – 40
- 41 – 50
- > 50
0
6
1
0
1
45
24
12
4
3
45
30
13
4
4
Total 8 88 96
Chi square 0,000
B. Jenis Kelamin
- Laki-laki
- perempuan
5
3
42
46
47
49
Total 8 88 96
Chi Square 0,424
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
28
Tabel 4.2.5 Hubungan Faktor Demografi Nasabah Dengan Pemahaman
Perhitungan Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah) (lanjutan).
karakteristik Paham Perhitungan
Total Ya Tidak
C. Tingkat Pendidikan
- SD
- SMP
- SMU
- D3
- Sarjana
0
1
2
3
2
1
3
61
0
23
1
4
63
3
25
Total 8 88 96
Chi square 0,119
D. Pekerjaan
- Pelajar/Mahasiswa
- Pegawai Swasta
- Pegawai Negeri
- Wiraswasta
- Lainya
1
5
0
2
0
46
23
2
15
2
47
28
2
17
2
Total 8 88 96
Chi square 0,177
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Berdasarkan uji chi square hubungan antara karakteristik dengan
pemahaman terhadap perhitungan tabungan bagi hasil (mudharabah), usia
memiliki signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh antara usia dengan pemahaman perhitungan. Kemudian jenis kelamin
memiliki signifikansi > 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh dengan pemahaman perhitungan.
Tingkat pendidikan memiliki signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, ini berarti
tingkat pendidikan memiliki pengaruh dengan pemahaman perhitungan.
Selanjutnya pekerjaan memiliki signifikansi > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan pemahaman nasabah karena Ho
diterima.
29
Tabel 4.2.6 Hubungan Pemahaman Prinsip dan Perhitungan Bagi
Hasil (Mudharabah) dengan Karakteristik Nasabah.
Karakteristik
Pemahaman
Prinsip saja Perhitungan
saja
Kedua-duanya Tidak kedua-
duanya
A. Usia
- ≤ 20
- 21 – 30
- 31 – 40
- 41 – 50
- > 50
15
15
7
2
3
0
1
1
0
0
0
5
0
0
1
30
9
5
2
0
Total 42 2 6 46
Chi square 0,000
B. Jenis Kelamin
- Laki- laki
- Perempuan
21
21
1
1
4
2
21
25
Total 42 2 6 46
Chi square 0,808
C. Pendidikan
- SD
- SMP
- SMU
- D3
- Sarjana
0
2
26
0
14
0
0
1
1
0
0
1
1
2
2
1
1
35
0
9
Total 42 2 6 46
Chi square 0,000
D. Pekerjaan
- Pelajar/
mahasiswa.
- Pegawai
Swasta
- Pegawai
Negeri.
- Wiraswasta.
- Lainya.
18
15
1
7
1
0
2
0
0
0
1
3
0
2
0
28
8
1
8
1
Total 42 2 6 46
Chi square 0,397
Sumber: Data yang telah diolah, 2012
Jika dilihat dari hubungan karakteristik dari nasabah dengan pemahaman
nasabah secara spesifik, yaitu paham prinsip saja, paham perhitungan saja,
pemaham kedua-duanya, dan tidak paham kedua-duanya, dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa hasil signifikansi menunjukan bahwa hanya karakteristik usia dan
pendidikan yang memiliki hubungan dengan pemahaman.
30
4.3 Pembahasan
Setelah menganalisis hasil penelitian dari tabel yang telah disajikan
sebelumnya, kemudian dilakukan pembahasan mengenai analisis tersebut untuk
menjawab ketiga pertanyaan mengenai Pemahaman Nasabah terhadap Tabungan
Bagi Hasil (Mudharbah).
4.3.1 Pemahaman terhadap Prinsip Tabungan Bagi hasil (Mudharabah)
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
perbankan syariah tidak memahami prinsi-prinsip tabungan bagi hasil
(mudhrabah). Ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukan jumlah
persentase yang kecil, seperti sebagian besar responden tidak mengetahui bahwa
adanya ketergantungan penerimaan keuntungan dengan pihak lain dan juga
perbedaan antara bunga bank dengan nisbah. Penelitian yang dilakukan Bank
Indonesia pada tahun 2007 mengenai Preferensi dan Perilaku Masyarakat Jawa
Tengah terhadap Perbankan Syariah juga menjelaskan bahwa nasabah tidak bisa
membedakan antara bunga dengan bagi hasil (BI, 2007). Rendanya tingkat
pemahaman prinsip ini dikarenakan kurangnya penjelasan yang diperoleh oleh
nasabah mengenai hal tersebut, seperti penelitian yang sebelumya telah dilakukan
oleh Bank Indonesia yang menjelaskan bahwa ketidak puasan nasabah terhadap
kepuasan pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah salah
satunya adalah sumber daya manusia yang tidak mampu menjelaskan produk
Bank Syariah secara baik (BI, 2007). Sumber daya manusia ini dikarenakan
kurang aktifnya nasabah dalam mencari tahu, sehingga mereka tidak berusaha
untuk mencari tahu prinsip-prinsip tersebut, karena menurut riset yang dilakukan
31
Bank Indonesia mengenai Preferensi Konsumen Bank Syariah, nasabah dalam
menabung di bank syariah hanya berdasarkan faktor keagamaan saja (BI, 2006),
sehingga konsekuensinya nasabah tidak mengetahui keuntungan bagi hasil yang
mereka dapat apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan perjanjian di
awal kerjasama, dengan demikian nasabah tidak dapat mempertimbangkan
keputusanya dalam menabung dari segi efektif dan efisiensi. Nasabah dengan
pengetahuan yang sedikit tidak dapat memberikan informasi yang baik, padahal
informasi yang baik yang diberikan nasabah kepada orang lain, dapat member
dapak yang baik pula dalam pertumbuhan perbankan syariah. Menurut Setianto
(2012), komunikasi antar masyarakat adalah sosialisasi yang paling baik untuk
mempromosikan perbankan syariah.
4.3.2 Pemahaman Terhadap Perhitungan Tabungan Bagi Hasil
(Mudharabah)
Hasil analisis menunjukan rendahnya tingkat pemahaman nasabah
mengenai perhitungan bagi hasil ditunjukan oleh ketidak tahuan nasabah
mengenai perhitungan bagi hasil pada tabungan mudharabah. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa ketidak tahuan nasabah terhadap perhitungan
tabungan bagi hasil, dikarenakan kurangnya rasa ingin tahu dari nasabah sehingga
mereka tidak aktif dalam mencari tahu. Ini menunjukan bahwa nasabah yang
menabung di Perbankan Syariah dalam memutuskan untuk menabung di bank
tersebut, tidak mempertimbangkan dari segi keuntungan yang mereka peroleh
karena tingkat keuntungan (profitability) sementara belum menjadi pertimbangan
penting bagi masyarakat (BI, 2006), akan tetapi seperti yang telah dijelaskan
32
sebelumnya, nasabah dalam menabung di bank syariah lebih pada aspek
keagamaan saja yaitu bank Islam. Menurut riset yang dilakukan oleh Bank
Indonesia menunjukan bahwa pada dekade 2000-an, faktor keagamaan menjadi
faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk menyimpan dananya di
Perbankan Syariah (BI, 2006). Rendahnya pemahaman nasabah terhadap
perhitungan bagi hasil ini dapat memberikan konsekuensi yaitu nasabah tidak
mengerti apakah perhitungan bagi hasil yang mereka peroleh sudah dilakukan
secara tepat. Sama halnya dengan pemahaman prinsip yang telah dijelaskan
sebelumnya, dengan memahamani perhitungan bagi hasil ini, nasabah dapat
mempertimbankan keputusannya dari segi efektif dan efisiensi tidak hanya karena
faktor keagamaan semata. Sedangkan hasil analisis mengenai hubungan prinsip
dan perhitungan tabungan mudharabah menunjukan tidak ada hubungan antara
pemahaman prinsip dan pemahaman perhitungan, kemudian sebagian besar
nasabah tersebut tidak paham kedua-duanya, yaitu tidak paham prinsip dan
perhitungan, sehingga dapat disimpulkan bahwa nasabah tabungan mudharabah
tidak paham prinsip dan perhitungan tetapi menabung di perbankan syariah.
3.3.3 Hubungan Karakteristik Nasabah terhadap Pemahaman
Dari hasil uji chi square, usia memiliki hubungan yang signifikansi dengan
pemahaman, karena usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik (Notoatmodjo, 2007). Jika dihubungkan dengan karakteristik dari
33
nasabah yang paham mengenai prinsip dan perhitungan tabungan bagi hasil
(mudharabah) didomonasi oleh nasabah yang berusia 21 – 30 tahun. Nasabah
pada usia ini merupakan nasabah pada usia produktif. Menurut Sarwono (2010),
usia 25-29 tahun merupakan golongan usia produktif, dimana pada usia ini
seseorang memiliki pemikiran yang lebih kritis, sehingga cenderung untuk
mencari tahu. Sikap kritis diperlukan agar kita mampu mengambil keputusan yang
tepat dalam berbagai aspek kehidupan (Molan, 2010).
Hasil pengujian dengan crosstab analysis, mendukung bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pemahaman
nasabah baik pemahaman mengenai prinsip dan juga perhitungan. Dengan
demikian dapat disimpulakn bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan dalam memahami prinsip dan perhitungan tabungan bagi
hasil (mudharabah), karena pada zaman sekarang ini tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan karena apapun jenis kelamin seseorang, bila dia masih
produktif, berpendidikan, atau berpengalaman maka ia akan cenderung
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi (Mubin, 2006).
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang denga pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini pemahaman mengenai
prinsip lebih banyak pada tingkat pendidikan SMU, hal ini mungkin dikarenakan
jumlah nasabah pada penelitian ini banyak didomonasi oleh nasabah dengan
tingakat pendidikan SMU. Dalam hubungannya dengan pemahaman prinsip, tidak
ada hubungan yang signifikan dengan tingkat pendidikan. Ini berarti tidak ada
34
perpedaan antara tingkat pendidikan yang lebih rendah dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi dalam memahami prinsip tabungan bagi hasil (mudharabah),
Akan tetapi, jika dilihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman
perhitungan memiliki hubungan yang signifikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah seseorang tesebut untuk menerima informasi
(Notoatmodjo, 2007). Karena untuk mengetahui perhitungan bagi hasil,
diperlukan pengetahuan yang lebih, tidak hanya sekedar mengetahui prinsip
syariah saja, tetapi juga mengetahui cara perhitungan bagi hasil tersebut.
Perhitungan bagi hasil pada bank syariah memiliki perbedaan dengan perhitungan
pada bank konvensional yang lebih sederhana, sehingga nasabah perlu
mempelajari mengenai perhitungan tersebut. Jika bank konvensional pembagian
keuntungan diatur lewat suku bunga yang ditentukan oleh bank, maka lain halnya
dengan Bank Syariah. Di Bank Syariah, keuntungan ditentukan dengan bagi hasil.
Perhitungannya, semakin besar keuntungan yang diperoleh Bank Syariah, maka akan
semakin besar pula keuntungan yang diperoleh nasabah (Putra, 2012).
Penelitian ini juga memberikan informasi bahwa, pekerjaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman Tabungan Bagi Hasil. Ini berarti
tidak ada pengaruh seseorang dalam memahamani prinsip dan perhitungan
Tabungan Bagi Hasil dengan pekerjaan mereka. Memang secara tidak langsung
pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini
dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan
kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan
35
proses pertukaran informasi. Dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang (Humam, 2003). Namun dalam kenyatannya, salah satu
kendala seseorang untuk memahami bank syariah, dari hasil penelitian yang
dilakukan Bank Indonesia adalah sumber daya manusia yang tidak mampu
menjelaskan produk Bank Syariah secara baik. Selain itu, tidak berpengaruhnya
pekerjaan terhadap pemahaman tersebut juga dikarenakan tujuan dari nasabah
menabung mayoritas hanya untuk simpanan. Berbeda halnya jika tujuan mereka
untuk berinvestasi, nasabah akan lebih kritis dalam perolehan keuntungan,
sehingga mereka cenderung untuk mencari tahu. Investasi pada hakikatnya
merupakan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan
keuntungan dimasa depan (Halim,2005), sehingga nasabah memerlukan info-info
yang merupakan faktor penting sebagai dasar nasabah memutuskan untuk
berinvetasi.