bab 3 metodologi penelitian - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2008-2-00365-ka bab...
TRANSCRIPT
53
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah Audi berawal sejak seorang wirausahawan sekaligus
teknisi, August Horch bersama dengan tiga orang produsen mobil.
Wanderer , Audi & DKW mendirikan Audi pada tahun 1932.
Penggabungan ini ditandai dengan peluncuran lambing “empat cincin”
yang kemudian menjadi ‘trademark’ di tahun 1996 hingga kemudian
Audi terkenal sebagai pemimpin di bidang tekhnologi.
Komitmen Audi pada teknologi telah terlihat sebelum
penggabungan, ketika salah satu pendiri Audi, August Horch berusaha
untuk menciptakan teknologi baru untuk perusahaan mobilnya sendiri.
Pada masa awal berdirinya, August Horch, didorong oleh standar dan
hasrat yang tinggi, berkomitmen untuk menciptakan “kendaraan yang
kuat dan terbaik untuk cita rasa yang tinggi.”
Penggabungan empat produsen mobil tersebut telah menciptakan
sejarah . industri otomotif hari ini. Audi telah menjadi pelopor bidang
ateknologi dalam industri otomotif dengan memproduksi teknologi yang
sempurna.
Dalam menanggapi permintaan pasar yang tumbuh dengan pesat
dan akan berkembang secara terus menerus, Audi menempatkan lokasi
54
untuk memastikan bahwa Audi dapat memenuhi permintaan konsumen di
seluruh dunia. Audi telah mendirikan delapan lokasi produksi di tiga
kawasan: Eropa, Amerika dan Asia, yang semuanya berkiblat pada
standar kualitas internasional dan mengacu pada teknologi lingkungan.
Kantor pusat Audi berpusat di Ingolstadt, Jerman dan
mempekerjakan sekitar 30,000 karyawan pada tahun 2000. Lokasi
produksi Audi di Eropa termasuk Inggris, Hungaria dan Italia, sedangkan
di Amerika, Audi telah mendirikan unit produksi di Brazil.
Dalam memenuhi permintaan di pasar Asia, Audi telah
mendirikan unit produksi di tiga lokasi, termasuk Cina pada tahun 1989,
dimana Audi juga menjadi pemimpin di sektor pasar mobil premium,
Malaysia pada tahun 1985 dan Thailand pada tahun 2000.
Mencermati peningkatan akan pasar mobil premium, Audi
mengembangkan sayapnya dan memasuki pasar Indonesia pada tahun
1997 dengan menjalin kemitraan dengan distributor tunggalnya, PT
Garuda Mataram Motor.
PT Garuda Mataram Motor sebagai agen tunggal untuk Audi di
Indonesia pada tahun 1997. PT Garuda Mataram Motor didirikan di
Jakarta, September 1997, dibawah payung produsen mobil terbesar Grup
Indomobil. Susilo Darmawan, Chief Executive Officer, mengepalai PT
Garuda Mataram Motor dengan kegiatan berpusat di Audi Center MT
Haryono. Kini PT Garuda Mataram Motor memperkerjakan 200 orang
karyawan. PT Garuda Mataram Motor berperan sebagai agen tunggal
55
Audi dan bertanggung jawab untuk seluruh transaksi impor dan ritel di
Indonesia. Pada Juni 2000, Audi meluncurkan Audi A4 1.6 dan 1.8, Audi
TT 1.8 T. Bulan Februari 2001 selanjutnya Audi meluncurkan A3 1.8
yang sporty. Menjelang akhir tahun, Audi merilis Audi A4 2.0
multitronic yang canggih.
Tahun 2002 PT Garuda Mataram Motor kembali memasarkan
Audi terbaru untuk pasar Indonesia dengan diluncurkannya Audi A3 1.8
Turbo dan A6 2.4 pada awal tahun ini; allroad quattro dan A6 3L yang
juga menyandang teknologi quattro diluncurkan pada akhir Mei 2002
melalui kegiatan pameran di mal-mal papan atas di Jakarta, Bandung dan
Surabaya.
Tahun 2003, PT Garuda Mataram Motor memancangkan tonggak
sejarah bagi perkembangan Audi di Indonesia. Pada 18 Desember 2003,
PT Garuda Mataram Motor meresmikan showroom Audi – Audi Center
MT Haryono – sebagai Audi Hangar pertama dan terbesar di Asia
Tenggara pada saat itu. Dibangun di atas tanah seluas 3.128 m2.
Selanjutnya perkembangan Audi terlihat dari upaya memasarkan
mobil terkini dan tercanggih dari jajaran produk Audi yang diluncurkan
di pasar internasional. PT Garuda Mataram Motor selalu berupaya untuk
mendatangkan model terkini Audi tidak jauh dari waktu peluncuran di
negara asalnya. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan
konsumen terhadap produk dan pelayanan Audi dan pada akhirnya
56
mampu mengukuhkan eksistensi Audi pada pasar mobil premium di
Indonesia.
3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. Garuda Mataram Motor adalah mampu mengukuhkan
eksistensi Audi pada pasar mobil premium di Indonesia.
Misi PT. Garuda Mataram Motor adalah :
1. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk AUDI dan
VW group.
2. Memberikan pelayanan terbaik untuk para konsumen produk
AUDI dan VW group.
3. Menghasilkan kendaraan dengan standar yang lebih tinggi dan
juga ramah lingkungan.
4. Mempertahankan standar kualitas internasional dan mengacu pada
teknologi lingkungan.
57
3.1.3 Struktur Organisasi Tempat Penelitian
Gambar : 3.1 Struktur PT Garuda Mataram Motor
Sumber : PT Garuda Matarm Motor
58
3.1.4 Sub. Organisasi Tempat Penelitian
Gambar : 3.2 Struktur Sub. Organisasi Bagian After Sales
Sumber : PT Garuda Mataram Motor
3.1.5 Job Description
3.1.5.1 Service Manager
Tugasnya :
1. Merencanakan, mengorganisasikan, mengontrol dan
melakukan evaluasi atas semua pekerjaan operasional
bengkel.
2. Melakukan pengawasan terhadap kemampuan bawahan,
meningkatkan tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan
tuntutan organisasi.
59
3. Mengumpulkan informasi secara akurat, mengolah dan
melakukan verifikasi informasi yang diperoleh, serta membuat
analisis dan kesimpulan agar dapat membuat perencanaan
dalam menghadapi kondisi pasar.
4. Memepertahankan hasil perbaikan sesuai dengan standart
international bengkel.
5. Mengawasi dan mengevaluasi laporan-laporan yang terkait
dengan penjualan.
3.1.5.2 Service Advisor
Tugasnya:
1. Mencatat identitas customer.
2. Mencatat semua keluhan dari customer.
3. Membuat laporan jenis kerusakan mobil customer.
4. Memberikan akumulasi biaya sementara dari jenis kerusakan
mobil customer.
3.1.5.3 Chief Mechanic
Tugasnya :
1. Mengkoordinir pembagian tugas bawahannya sesuai dengan
fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing.
2. Melakukan pengawasan terhadap kemampuan dan kinerja
bawahan.
60
3. Membantu mengatasi kendala yang dihadapi bawahnnya yang
berhubungan dengan perbaikan.
4. Melakukan pengecekan dan evaluasi laporan perbaikan.
3.1.5.4 Part Foreman
Tugasnya :
1. Mencatat pemesanan spare part.
2. Melakukan pengecekan stock spare part.
3. Melakukan pemesanan spare part baru.
4. Membuat laporan harian pemesanan.
3.1.5.5 Technical Staff
Tugasnya :
1. Membantu menyelesaikan Trouble Shooting saat terjadi
masalah yang tidak dapat diselesaikan.
2. Melakukan Quality Control atas semua pekerjaan yang telah
diselesaikan.
3.1.5.6 Workshop Administration
Tugasnya :
1. Mencatat biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan.
2. Membuat struk pembayaran.
3. Membuat laporan harian pembayaran.
61
3.1.6 Tampilan Electronic Service Information System
3.1.6.1 Tampilan Login
Gambar : 3.3 Tampilan Awal Login
Pada bagian ini user harus memasukkan id dan password, agar
dapat menggunakan Sistem Informasi Electronic Service Information
System. Login ini dilakukan agar mencegah adanya pihak yang tidak
berwenang untuk menggunakan sistem ini, sekaligus menentukan akses
ke menu utama aplikasi.
62
3.1.6.2 Tampilan Menu Electronic Service Information System
Gambar : 3.4 Tampilan Menu Electronic Service Information System
Pada bagian ini user dapat memilih menu – menu yang dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaannya.
63
3.1.6.3 Tampilan identifikasi type kendaraan
Gambar : 3.5 Tampilan identifikasi type kendaraan
Pada bagian ini user harus memasukkan kode chasis, no. mesin,
jenis mobil, tahun pembuatan,dll. Sebelum menggunakan menu – menu
yang terdapat pada Sistem Informasi Electronic Service Information
System.
3.1.6.4 Tampilan Repair Operation
Gambar : 3.6 Tampilan Repair Operation
64
Pada bagian ini user dapat mengetahui standar jangka waktu
untuk penggantian oli, power transmission, running gear, dll.
3.1.6.5 Tampilan workshop manual
Gambar : 3.7 Tampilan workshop manual
Gambar : 3.8 Tampilan workshop manual
65
Pada bagian ini user dapat mengetahui langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam memperbaiki mobil AUDI dan VW.
3.1.6.6 Tampilan Dealer Portal
Gambar : 3.9 Tampilan Dealer Portal
Pada bagian ini user memasukan id dealer, id user dan password
untuk mendapatkan informasi tentang dealer – dealer AUDI dan VW
group di seluruh dunia.
66
3.1.6.7 Tampilan Direct Information System Service
Gambar : 3.10 Tampilan Direct Information System Service
Pada bagian ini user dapat mengirim klaim atas kerusakan yang
terjadi pada mobil AUDI dan VW group yang tidak dapat diselesaikan
oleh user dan dapat juga digunakan untuk melakukan pemesanan spare
part secara on-line.
3.2 Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Penelitian ini menggunakan teknik korelasional dan bersifat non
eksperimen. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner yang digunakan memiliki dua jenis instrumen yaitu instrumen Sistem
67
Informasi Electronic Service Information System dan instrumen Kinerja User,
yaitu Kinerja dari karyawan PT. Garuda Mataram Motor yang menggunakan
Sistem Informasi Electronic Service Information System.
3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Survey penelitian dilakukan pada PT. Garuda Mataram
Motor yang terletak pada Jl. MT. Haryono Kav.11 yang
dilaksanakan pada bulan februari 2008 sampai dengan selesai.
3.2.2 Konstelasi Variabel Penelitian
Sumber : Sugiyono, Statistika Penelitian, (Alfabeta, Bandung: 2007, p5)
Gambar : 3.11 Konstelasi Variabel Penelitian
Keterangan gambar
X = Electronic Service System Information (Variabel Independent).
Y = Kinerja User (Variabel Dependent )
X Y
Dari keterangan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa variabel
yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu Variabel
Independent (bebas) dan Variabel Dependent (terikat). Variabel
Independent yang dimaksudkan adalah Electronic Service System
Information dan Variabel Dependentnya adalah Kinerja User, dimana
kedua variabel ini mempunyai hubungan kausal atau hubungan sebab
68
akibat yaitu Electronic Service System Information yang efektif akan
mempengaruhi kinerja usernya.
3.2.3 Definisi Operasional
3.2.3.1 Variabel Electronic Service System Information (X)
Definisi operasional Electronic Service System
Information adalah skor dari penilaian user yang
didapatkan dari hasil pengisian instrumen Electronic
Service System Information. Pengukuran ini meliputi
indikator : (1) lengkap (2) teknologi perbaikan (3) jaringan
(4)penyediaan jasa (5) input (6) proses (7) output (8)
berarti (9) berguna (10) bebas (11) akurat dan (12) tepat
waktu.
Instrumen pada indikator memiliki bobot yang
berbeda yaitu : Sangat Setuju (SS) berbobot 5, Setuju (ST)
berbobot 4, Ragu-ragu (RR) berbobot 3, Tidak Setuju (TS)
berbobot 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) berbobot
3.2.3.2 Variabel Kinerja User (Y)
Definisi operasional Kinerja User adalah total nilai
yang diperoleh dari pengisian instrumen Kinerja User oleh
para user yang menggunakan Electronic Service System
Information.
69
Pengukuran ini meliputi indikator : (1)
keterampilan (2) sikap (3) kualitas (4) kuantitas (5)
pengetahuan (6) bekerja sama dan (7) tanggung jawab.
Instrumen pada indikator disusun dengan kategori
yang memiliki bobot berbeda yaitu: Sangat Setuju (SS)
berbobot 5, Setuju (ST) berbobot 4, Ragu-ragu (RR)
berbobot 3, Tidak Setuju (TS) berbobot 2, dan Sangat
Tidak Setuju (STS) berbobot 1.
3.2.4 Populasi dan Sampel
3.2.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para
pengguna Electronic Service System Information pada PT.
Garuda Mataram Motor. Berdasarkan data yang diperoleh
populasi secara keseluruhan berjumlah 55 orang.
3.2.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Sampel penelitian ini adalah user
yang menggunakan Electronic Service Information System
pada PT. Garuda Mataram Motor. Sampel penelitian ini
diambil dari populasi dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel yaitu sejumlah 48 responden
berdasarkan rumus Issac-Michael :
70
λ². N. P. Q
s =
d² (N - 1) + λ². P. Q
3.481 x 55 x 0.5 x 0.5
s =
0.05² (55 - 1) + 3.481 x 0.5 x 0.5
47,86375
s =
0.0025 (54) + 0.87025
47,86375
s =
0.135+ 0.87025
47,86375
s =
1.0025
s = 47,744 dilakukan pembulatan menjadi 48
3.2.5 Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan disebarkan kepada
responden digunakan untuk mengukur variable penelitian,
langkah awal yang harus dilakukan adalah mengadakan pengujian
validitas dan reliabilitas terhadap instrumen, dengan
menggunakan 5 responden yang dipilih secara acak. Instrumen
dikalibrasi dengan memakai uji validitas butir dan koesifien
reliabilitas. Validitas butir dihitung dengan memakai koefisien
71
Product – Moment sedangkan koefisien reliabilitas instrumen
dihitung dengan rumus Alpha Cronbach.
3.2.5.1 Uji Validitas Butir Penelitian
Instrumen yang diuji coba dianalisis dengan tujuan
untuk menyeleksi butir-butir yang valid untuk semua
responden, serta menginformasikan butir-butir mana saja
yang komunikatif dapat mewakili dari variabel yang
diukur.
Validitas instrumen diuji dengan menggunakan
Product-Moment (koefisien korelasi) antara skor butir soal
dengan skor total (r hitung). Hasil pengujian validitas
kemudian akan dibandingkan dengan r tabel, dimana
tingkat signifikasi 0.05 diperoleh angka 0.878 .
Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah:
1. Jika r dihitung positif, serta r hitung > r tabel, maka
butir atau variabel tersebut valid
2. Jika r dihitung tidak positif, serta r hitung < r tabel,
maka butir atau variabel tersebut tidak valid.
Dari analisis instrumen penelitian tersebut
diperoleh 21 butir yang valid untuk variabel Electronic
Service System Information dan 13 butir yang valid untuk
variabel Kinerja User.
72
Pemilihan butir dilakukan dengan cara
membandingkan rhitung. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan rtabel, jika rhit lebih besar dibandingkan rtabel,
maka butir instrumen dianggap valid, sebaliknya jika rhit
lebih kecil dari rtabel, maka butir instrumen dianggap tidak
valid dan dibuang serta tidak digunakan dalam penelitian.
3.2.5.2 Uji Realibilitas Instrumen
Koefisien reliabilitas instrumen dimaksud untuk
melihat konsistensi keakuratan jawaban yang diberikan
oleh responden dan dianalisi dengan menggunakan ”Alpha
Cronbach” Koefisien reliabilitas variabel Electronic
Service System Information dengan n sebanyak 21,
besaran koefisien alpha 0.991 (perhitungan pada lampiran
L31) menunjukan bahwa hubungan reliabilitas yang
sangat erat (sangat reliabel) sedangkan untuk variabel
kinerja user dengan n sebanyak 13, besaran koefisien
alpha 0.979 (perhitungan pada lampiran L44) menunjukan
bahwa hubungan reliabilitas yang sangat erat (sangat
reliabel). Perhitungan koefisien reliabilitas instrumen
dilakukan setelah melakukan pengujian validitas dengan
membuang butir-butir instrumen yang tidak valid.
73
3.2.6 Tabel Kisi-kisi Sebaran Butir Instrumen
Tabel : 3.1
Tabel Kisi-kisi Sebaran Butir Instrumen
Jumlah Butir No Variabel Penelitian
Sebelum Uji Coba
Sesudah Uji Coba Sebelum
Uji Coba Sesudah Uji Coba
1 Electronic Service
Information System
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, 22,23,24
1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,19,20,22,23,24
24 21
2 Kinerja User
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14
14 13
Jumlah 38 34
3.2.7 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
mengenai Electronic Service Information System, kinerja User
serta latar belakang responden mencakup jenis kelamin, usia,
pendidikan, pengalaman kerja, lama bekerja, dan banyaknya
training.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
survey dengan menggunakan Teknik Korelasional. Dalam
mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan, penulis
menggunakan Teknik Korelasional yang dilakukan dengan cara
pembagian kuesioner yang telah melalui pengujian instrumen
penelitian kepada pengguna Electronic Service Information
74
System pada PT. Garuda Mataram Motor. Sedangkan latar
belakang responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik
responden dalam kaitannya dengan pengisian instrumen. Seluruh
data ini diperoleh dengan cara menyebarkan instrumen kepada
responden yaitu pengguna Electronic Service Information System
pada PT. Garuda Mataram Motor sebagai sampel dalam penelitian
ini.
Setiap variabel pada penelitian ini dikembangkan aspek
indikatornya sebagai dasar dalam menyusun kisi-kisi. Sebelumnya
instrumen diuji coba dahulu sebelum digunakan dalam penelitian.
Pengujian instrumen tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat
validitas dan reliabilitasnya. Butir-butir yang tidak valid dibuang
dan tidak digunakan sebagai alat pengukuran dalam penelitian ini.
3.2.8 Metode Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul kemudian akan diolah dengan
menggunakan perhitungan manual, Microsoft Excel dan SPSS
15.00 for Windows.
3.2.9 Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan di
analisa dengan menggunakan teknik statistika, baik Statistika
Deskriptif maupun Inferensial. Statistika Deskriptif digunakan
untuk mendeskripsikan dan tidak membuat kesimpulan.
75
Sedangkan Statistika Inferensial digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
Statistika Deskriptif yang digunakan adalah ukuran gejala
pusat yang terdiri dari rata-rata, median, modus, dan ukuran
penyebaran atau variabelitas dengan menggunakan standar deviasi
dan rentang skor selain ukuran gejala pusat dan ukuran
penyebaran untuk keperluan penyajian data, digunakan juga table
frekuensi dan grafik yaitu histogram. Penyajian data masing-
masing variable penelitian dilakukan dengan menyajikan rata-rata
dan standart deviasi, median, modus, skor minimum, dan skor
maksimum, rentang skor, tabel frekuensi dan histogram.
Statistika Inferensial yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian adalah analisis regresi dan korelasi sederhana.
Sebelum menguji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
dan korelasi sederhana, terlebih dahulu dilakukan pengujian
persyaratan analisis, yaitu normalitas populasi (Uji Liliefors) Uji
Homogenitas (Uji Barlett), dan Uji Linieritas (Tabel Anova).
Penelitian ini menggunakan Statistik Parametris, karena
sample diambil dari populasi. Statistik Parametris digunakan
untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian
parameter melalui statistic (data sampel) tersebut dinamakan Uji
Hipotesis Statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis
76
statistik adalah penelitian yang menggunakan sample. Statistik
Parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data
interval dan rasio, dan Statitik Parametris memerlukan terpenuhi
banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan
dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam
penggunaan salah satu test mengharuskan data homogen, dalam
regresi harus terpenuhi asumsi linieritas dan signifikan.
Pada penelitian ini kami menggunakan Statistik Inferensial
yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnnya diberlakukan untuk populasi.