bab 1 cepiring
DESCRIPTION
Kunjungan Industri ke Pabrik Gula Cepiring - Kendal, Jawa TengahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Pabrik Gula Cepiring
Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda
dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah
seluas 1.298.594 m2. Rehabilitasi pabrik pertama dilakukan tahun 1917 dengan
menyempurnakan proses defekasi. Rehabilitasi yang kedua dilakukan pada tahun
1926 dengan mengganti proses pemunian dari cara defekasi menjadi karbonatasi
rangkap.
Pabik gula Cepiring menjadi milik pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan
Indonesia. PG Cepiring dikoordinir oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) pada masa
transisi kemerdekaan. Pada tahun 1968, PNP diubah menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan (PNP) dan PG Cepiring di bawah pengawasan PNP XV di Semarang.
Kemudian tahun 1973, PNP XV diubah statusnya menjadi PTP XV (Persero) dan
tahun 1981, PTP XV digabung dengan PTP XVI menjadi PTP XV – XVI (Persero)
yang berpusat di Surakarta.
PG Cepiring beroperasi dan mengalami masa kejayaan, hingga pada tahun 1998
terpaksa berhenti beroperasi. Hal ini dikarenakan kekurangan bahan baku tebu akibat
persaingan lahan dengan komoditas pertanian lain, sehingga tidak memenuhi
kapasitas giling dan biaya operasional.
PG Cepiring mulai direnovasi dibawah manajemen PT Industri Gula Nusantara
(IGN) dan diresmikan pada tahun 2008, setelah berhenti beroperasi selama 10 tahun.
PT IGN merupakan perusahaan patungan antara PT Multi Manis Mandiri (MMM)
dan PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) dengan kepemilikan saham sebesar
70% untuk PT MMM dan 30% untuk PTPN IX. PG Cepiring direnovasi bangunan
dan mesinnya dengan menggunakan dua macam bahan baku, yaitu tebu dan raw
sugar. PG Cepiring melakukan giling perdana untuk kedua bahan baku tersebut pada
1
tahun 2008. Hingga saat ini PG Cepiring tetap beroperasi dengan menggiling bahan
baku tebu pada masa panen dan bahan baku raw sugar diluar masa panen tebu.
1.2 Gambaran Umum Pabrik
1.2.1 Bahan Baku yang Digunakan
1. Bahan Baku Utama
Bahan baku untuk proses produksi gula adalah tebu dan raw sugar.
Tebu
Tebu adalah tanaman yang mudah ditanam di daerah tropis. Pada umumnya
umur tebu antara 10-16 bulan, maka banyak pabrik gula di Indonesia yang
menggunakan bahan baku tebu. Tebu-tebu yang digiling di pabrik gula Cepiring
ditanam pada kebun seluas 1681 hektar atau 16.810.000 meter persegi (de
Vries.1928:203). Lokasi kebun-kebun tebu tersebut berada di 5 kecamatan, yakni
berada di kecamatan Weleri, Cepiring, Patebon, Gemuh dan Pegandon.
Tabel 1. Komposisi Penyusun Nira Tebu
Komposisi Nira Tebu % Zat terlarut
Gula Sukrosa Glukosa FruktosaGaramAsam OrganikProteinStarch / PatiGumsZat lilinZat warna dan komponen minor
75 – 9270 – 882.0 – 4.02.0 – 4.03.0 – 4.51.5 – 5.50.5 – 0.6
0.001 – 0.050.3 – 0.6
0.05 – 0.153.0 – 5.0
sumber : “Principle of Sugar Technology”, P. Honig
Raw Sugar
Raw Sugar adalah gula mentah berbentuk kristal berwarna kecoklatan dengan
bahan baku dari tebu. Untuk mengasilkan raw sugar perlu dilakukan proses seperti
berikut : Tebu - Giling - Nira - Penguapan - Kristal Merah (raw sugar). Raw Sugar ini
memiliki nilai ICUMSA sekitar 600 - 1200 IU. Gula tipe ini adalah produksi gula
“setengah jadi” dari pabrik-pabrik penggilingan tebu yang tidak mempunyai unit
pemutihan. Raw sugar diimpor dari Thailand, Filipina, dan Brazil untuk kemudian
diolah menjadi gula kristal putih.
Tabel 2. Standar Komposisi Penyusun Raw Sugar
Parameter Nilai(a) (b)
Kadar air (%b/b) < 0.3 -Kadar abu (%b/b) < 0.3 Maks. 0,05
Tingkat kemurnian (oZ) 98 Min. 95Warna (IU) 4000 Min. 600
Gula perduksi (%b/b) < 0,4 -Sumber : (a) Sekretariat Dewan Gula (1996)
(b) SNI (2001)
2. Bahan Baku Pembantu
Penambahan bahan pembantu sangat penting pada pembuatan gula terutama
pada proses pemurnian. Beberapa bahan pembantu yang digunakan di PT. Industri
Gula Nusantara yaitu:
a. Larutan kapur/susu kapur (Ca(OH)2), dibuat dari batu kapur yang
direaksikan dengan air. Tujuan pembuatan susu kapur adalah untuk
membuat suasana basa, karena sukrosa mempunyai sifat stabil pada
suasana basa dan tidak tahan pada suasana asam. Batu kapur yang
digunakan berasal dari daerah Tuban.
b. Gas karbondioksida, digunakan dalam proses pemurnian nira
(karbonatasi). Gas-gas CO2 didapat dari hasil reaksi pembakaran dari batu
bara di unit boiler dengan hebusan udara kering.
c. Flokulant, jenis flokulant yangdigunakan di PT. IGN Cepiring adalah
flokulant jenis aquaclear dan magnaflok.
d. Air imbibisi, ditambahkan dalam tahap penggilingan fungsinya adalah
untuk melarutkan nira agar dalam ampas tebu tidak ada nira yang
tertinggal.
1.2.2 Produk Utama dan Samping
1. Produk Utama
Produk Utama PT. Industri Gula Nusantara adalah Gula Kristal Putih (GKP)
hasil mixed antara tebu dan raw sugar sebanyak 500 ton per hari. Produk Gula Kristal
putih hasil produksi dibagi kedalam 2 grade berdasar kan nilai ICUMSA. Grade 1
diproses dengan menggunakan centrifugal waste sugar, sedangkan Grade 2, diproses
menggunakan molasses centrifugal. Warna mempunyai dua aspek yang penting yaitu
salah satu kriteria penilaian yang dapat dilihat dan sebagai ukuran dari derajat
kemurnian. metode ICUMSA (International Comission for Uniform Methods of
Sugar Analysis) merupakan standar internasional untuk metode analisis gula.
Semakin besar nilai maka semakin gelap warna larutan.
Tabel 1. Penggolongan produk
Jenis Produk Nilai ICUMSAGRADE 1 200 – 350 IUGRADE 2 350 – 500 IU
2. Produk Samping
1. Tetes, Kandungan gula dalam tetes harus serendah mungkin, semakin
rendah kandungan gula dan keadaan tetes kental maka produk gula yang
dihasilkan semakin banyak. Tetes tidak dibuang begitu saja melainkan
digunakan bahan baku dalam industri alkohol.
2. Ampas Tebu, ampas gilingan terakhir ddigunakan untuk sebagai bahan
bakar boiler , kemudian sisanya dijual pada pabrik kertas.
3. Blotong, tidak dibuang melainkan dimanfaatan untuk pembuatan pupuk
organik.
1.2.3 Unit-Unit yang ada dalam Pabrik.
Unit / stasiun yang ada dalam pabrik meliputi :
1. Unit penimbangan, pada unit ini bertujuan untuk menimbang tebu yang
masuk, sehingga akan diketahui berapa berat tebu, rendemen tebu dapat
diketahui dari berat tebu yang akan digiling.
2. Unit Penggilingan, terdiri dari 4 unit crusher/gilingan, Penggilingan tebu
dilakukan berulang kali, tujuannya ialah untuk mendapatkan nira mentah yang
maksimal, tidak ada nira yang tersisia pada tebu.
3. Unit Pemurnian, pemurnian dilakukan dengan cara memanaskan nira dan
menambahkan susu atau cairan kapur atau gamping. Hasil yang diperoleh dari
stasiun pemurnian ialah nira jernih, dan limbah padat dinamakan blotong.
4. Unit Penguapan, bertujuan menguapkan, menghilangkan atau mengurangi
kadar air yang terkandung di dalam nira jernih hingga menjadi nira yang
pekat. Hasil yang diperoleh dari stasiun penguapan adalah nira kental.
5. Unit Kristalisasi / Pemasakan, pada unit ini di lakukan penghilangan air untuk
merubah nira kental menjadi kristal gula, dengan cara memanaskan nira
kental.
6. Unit Sentrifugasi, stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula
dengan larutan.Produk dari tahap pemutaran adalah benda padat, alat yang
digunakan untuk menampung benda padat berupa kristal gula adalah tabung-
drum atau tangki berukuran besar untuk memutar Kristal gula.
7. Unit Pengepakan / Pasca Produksi, merupakan akhir dari seluruh aktivitas
produksi gula meliputi kegiatan pengemasan, pendistribusian gula, serta
penanganan limbah. Gula dimasukkan ke dalam kantong-kantong yakni
karung goni atau dikarungi.
1.2.4 Struktur Organisasi
Pabrik Gula Cepiring merupakan unit produksi gula yang dimiliki oleh PT
Industri Gula Nusantara (IGN) dan PT Perkebunan Nusantara IX. Struktur organisasi
yang ada di PG Cepiring merupakan gabungan dari karyawan PG sebelum berhenti
beroperasi dan karyawan baru PT IGN. PG Cepiring dikepalai oleh seorang direktur
utama. Direktur utama membawahi beberapa direktur yaitu direktur operasional dan
direktur komersial. Adapun struktur organisasi ditunjukkan pada diagram blok
dibawah ini :
1.2.5 Kepegawaian dan Jam Kerja
Struktur organiasasi PG Cepiring dibagi kedalam beberapa bagian. Bagian
yang terdapat di PG Cepiring antara lain, Commercial, Proces and laboratory,
Teknical, Plantation (tanaman), Electrical and power plant, umum, logistik, Human
Resources Development (HRD), Information and technology system (IT),
Procurment, dan Marketing. Setiap bagian dikepalai oleh seorang manager.
Karyawan di PG Cepiring diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
1. Karyawan Staf IGN
adalah karyawan yang direkrut dan diangkat oleh bagian HRD PT IGN secara
internal.
2. Staf Perwakilan PTPN IX
3. Karyawan Outsourcing
4. Karyawan Harian Lepas, adalah karyawan yang diangkat oleh mandor
berdasarkan perjanjian antara mandor dan karyawan tersebut dalam waktu
tertentu. Banyaknya karyawan dan jangka waktu bekerja akan disesuaikan
dengan pekerjaan yang akan diselesaikan.
5. Karyawan outscourcing adalah karyawan yang diangkat oleh perusahaan
outscourcing mitra IGN, yaitu PT Dyka Konsultama (Tabel 6). Karyawan
outscourcing termasuk kedalam karyawan harian dan karyawan musiman.
Karyawan musiman biasanya memenuhi pekerjaan musiman, seperti saat
musim giling tebu.
Tabel 6. Jumlah Karyawan PG Cepiring Tahun 2011
Karyawan JumlahStaff IGN 407
Staff PTPN IX 41Harian (outsourcing) 199
Musiman (outsourcing) 134Sumber : Kantor Besar, PT. Industri Gula Nusantara
1.2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah menjamin hak keselamatan
tiap pekerja dalam melaksanakan tugas untuk kesejahteraan hidupnya dan
meningkatkan produksinya,menjamin keselamatn orang yang ada di lokasi
kerja,menjamin agar suber produksi dapat terpelihara dengan baik,dan menjamin
agar produksinya dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun.
2. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang datangnya tidak terduga dan
tidak kita harapkan sehingga menimbulkan kerugian dimana tiap kerugian dapat
menimpa manusianya atau peralatan kerja dan bangunan-bangunan lainnya
sehingga kecelakaan kerja tadi dapat mengganggu jalannya proses produksi
PT.IGN Cepiring memusatkan keselamatan kerja pada:
Melakukan pengecekan terhadap peralatan yang sifatnya berbahaya pada
setiap saat
Imusing Safety Rule yaitu menentukan langkah-langkah dalam pengoperasian
unit atau peralatan yang dimana diperhitungkan pada faktor-faktor
keselamatan pekerja maupun alatnya.
Good House Keeping yaitu menciptakan lingkungan kerja dengan tempat
yang bersih dan aman sehingga dapat dihindari kecelakaan dan kebakaran.
1.2.7 Pemasaran Hasil Produk
Tingkat komsumsi gula di Jawa tengah mencapai 360.000 ton per tahun.
Sedangkan produksinya saat ini (tidak termasuk PT. IGN) berkisar 260.000 ton.
Dengan berproduksinya PT. IGN tingkat produksi gula Jawa Tengah mencapai
380.000 ton per tahun. Namun demikian untuk pemasarannya, gula PT. IGN tidak
akan seluruhnya dipasarkan di Jawa Tengah,hal ini untuk menjaga jangan sampai
terjadi kejenuhan pasar sehingga harga gula di Jawa Tengah akan merosot.
PT. IGN mengambil kebijakan, selama musim giling tebu, gula PT. IGN akan
dipasarkan ke luar daerah khususnya ke DKI Jakarta dan Luar Jawa, sedangkan di
luar musim giling tebu dapat dipasarkan di wilayah Jawa Tengah.
1.3 Lokasi dan Lay Out Pabrik
1.3.1 Lokasi Pabrik
PT Industri Gula Nusantara Cepiring terletak dijalan raya Soekarno-Hatta
Barat KM 6 Cepiring Kendal. Cepiring adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten
Kendal, provinsi Jawa Tengah. Lokasinya strategis dan berada di wilayah Jawa
Tengah. Pertimbangan pemilihan lokasi ini antara lain :
1. Alat Angkutan. Tersedianya alat transportasi yang layak akan sangat
mempengaruhi proses produksi.
2. Sumber Energi. Secara umum sebagian perusahaan membeli energi
(listrik) daripada harus membuat instalasi pembangkit energi. Namun di
PT. IGN Cepiring juga memanfaatkan ampas tebu (bagasse) sebagai
bahan bakar.
3. Lokasi Sumber Bahan Baku, yaitu perkebunan tebu, baik kebun plantasi
dari PT. IGN Cepiring maupun kebun tebu milik penduduk sekitar dekat
dengan lokasi pabrik.
4. Pekerja dan Tingkat Upah. Pemilihan lokasi akan mempertimbangkan
tersedianya tenaga kerja yang cukup yang tidak saja dilihat dari
ketersediaan jumlah pekerja akan tetapi juga kemampuan dan
keterampilan pekerja dan tentu saja akan mempertmbangkan tingkat upah
rata-rata.
Namun lokasi strategis ini juga memiliki kendala besar bagi Pabrik
Gula yang menjadikan tebu sebagai bahan bakunya, antara lain :
1. Lahan di Pulau Jawa tidak lagi mengenal sistem ekstensifikasi.
2. Semua lahan sudah terpakai, tidak ada lagi lahan menganggur.
3. Selain lahan yang sempit, harga lahan pun melambung.
1.3.2 Lay Out Pabrik
Sumber : PG. Cepiring
Keterangan :1. Stasiun Penggilingan2. Stasiun Pemurnian3. Stasiun Penguapan
4. Stasiun Pengkristalan / Pemasakan5. Stasiun Sentrifugasi6. Stasiun Pengepakan / Finishing
a. Pintu masuk tebu menuju Pabrikb. Ketel Uap TTc. Ketel Uap TRd. Cerobong asape. Gudang karungf. Gudang gulag. Water treatment