bab 1

8

Click here to load reader

Upload: naeny

Post on 30-Jun-2015

448 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Defekasi atau biasa disebut dengan buang air besar sebagian merupakan

reflek, sebagian lagi merupakan aktivitas volunter yaitu dengan mengejan terjadi

kontraksi diafragma dan otot abdominal untuk meningkatkan tekanan intra

abdominal (Setiadi, 2004:56). Salah satu faktor penyebab konstipasi yaitu

kurangnya asupan cairan pada tubuh (Fauna, 2008:33). Air di dalam tubuh

manusia diantaranya berfungsi untuk menjaga kesegaran, membantu pencernaan,

dan juga mengeluarkan racun dari dalam tubuh. (Yolanda, 2007:111). Konstipasi

merupakan keadaan yang cukup banyak dijumpai, dan terkadang sering dianggap

remeh, contoh sebagian kecil yang peneliti dapatkan pada mahasiswi asrama putri

STIKes Hang Tuah Surabaya, yang sering dikeluhkan antara lain, buang air besar

tidak teratur, dan saat buang air besar fesesnya keras. Saat ini banyak buku-buku

yang membahas tentang terapi air ataupun manfaat air terhadap kesehatan, salah

satu manfaat dari terapi air tersebut adalah untuk melancarkan buang air besar,

namun penelitian-penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap kelancaran

buang air besar di luar negeri masih jarang ditemukan demikian juga di Indonesia.

Berdasarkan National Health Interview prevalensi konstipasi di Amerika

Serikat berkisar antara 2–20 %, di Cina survei yang dilakukan pada orang berusia

kurang dari 60 tahun di beberapa kota menunjukkan kejadian konstipasi kronis

sebesar 15-20 persen, di Beijing dilakukan studi acak pada orang dewasa usia 18-

Page 2: BAB 1

70 tahun dan telah ditemukan 6,07 persen menderita konstipasi. Konstipasi dapat

terjadi pada segala usia, dari bayi sampai lansia. Semakin tua semakin meningkat

pula frekuensinya. Usia diatas 65 tahun 30 – 40 % penderita mengalami masalah

dengan keluhan konstipasi ini. Berdasarkan International Database US Census

Bureau pada tahun 2003 prevalensi konstipasi di Indonesia sebesar 3.857.327 jiwa

(Friedman dan Grendell, 2003). Penelitian pada tahun 1998 sampai 2005 di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dalam jangka waktu tujuh tahun,

dari hasil 2.397 pemeriksaan usus (kolonoskopi), sebanyak 9 persen atau 216

menunjukkan adanya indikasi kasus konstipasi. yakni 129 wanita dan 87 pria.

Berdasarkan hasil wawancara pada 62 mahasiswi asrama putri STIKes Hang Tuah

Surabaya pada bulan januari 2011 didapatkan 60% mahasiswi sering mengalami

susah buang air besar. Maka dapat disimpulkan bahwa angka kejadian konstipasi

di dunia maupun di indonesia cukup tinggi namun masih sebagian besar penderita

biasanya hanya melakukan pengobatan sendiri.

Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus-menerus

pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, kemudian digerakkan sepanjang

saluran pencernaan dengan kecepatan yang sesuai agar berlangsung fungsi

pencernaan dan absorpsi (Setiadi, 2004:48). Makanan yang kita makan akan

melewati lambung dan masuk ke dalam usus, semua bahan yang baik akan diserap

ke dalam aliran darah dan bahan sisanya didorong melalui usus untuk dikeluarkan

di ujung lainnya. Pada tubuh yang normal dan sehat, proses pencernaan yaitu dari

konsumsi sampai pembuangan, seharusnya terjadi dalam delapan jam, pada tubuh

yang kurang cairan, diet yang tidak sehat, atau bahkan yang sedang bekerja terlalu

keras dan penuh stres, prosesnya bisa memakan waktu 24 jam. Ketika proses

Page 3: BAB 1

tubuh melambat usus menjadi penuh (Jane, 2007:54). Sebagian besar orang

beranggapan bahwa frekuensi buang air besar yang normal adalah 1 kali dalam 1

hari, padahal frekuensi buang air besar masih dapat dikatakan normal mulai dari 3

kali dalam sehari sampai dengan 3 kali dalam seminggu. Jika seseorang yang

biasanya buang air besar 1 kali perhari menjadi 1 kali per 3 hari (lebih jarang dari

biasanya) dan disertai pengeluaran feses yang keras dan kering, maka dapat

dikatakan bahwa orang tersebut mengalami konstipasi atau yang sering juga

disebut sembelit (Fauna, 2008:33). Beberapa faktor penyebab susah buang air

besar yaitu, kurang asupan serat, kurang olah raga, obat-obatan, perubahan

fisiologis tubuh, perubahan rutinitas, penyalahgunaan pencahar (obat urus-urus),

mengabaikan rasa ingin buang air besar, penyakit khusus (obstruksi usus, adanya

jaringan bekas luka, tumor usus, ketidak normalan bentuk dubur). (Fauna,

2008:33). Kurangnya asupan cairan merupakan salah satu penyebab susah buang

air besar atau biasa disebut konstipasi, karena kurangnya asupan cairan dapat

mengakibatkan feses yang terbentuk menjadi keras, kering dan sulit untuk

dikeluarkan. Terapi air adalah suatu metode perawatan dan penyembuhan dengan

menggunakan air untuk mendapatakan efek-efek terapis atau penyembuhan. Hal

ini seperti yang dikatakan oleh Leo Chiton, seorang pakar di bidang terapi air,

yaitu bahwa terapi air merupakan terapi alami yang didasarkan pada penggunaan

air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal sebagai pengobatan.

(Yolanda, 2007:101). Konstipasi yang diabaikan maka akan menyebabkan

obstipasi, dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang

berakibat fatal bagi penderitanya.

Page 4: BAB 1

Metode terapi air yang dapat diterapkan untuk membantu melancarkan buang

air besar adalah terapi air secara internal atau dengan cara meminum air (Yolanda,

2007:101), Jika kita minum air secara benar dapat memurnikan tubuh manusia

dan membuat usus besar bekerja dengan lebih efektif (Hamidin, 2010:57). Terapi

air dapat digunakan oleh siapa saja untuk menjaga kesegaran, membantu

pencernaan, dan juga mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Berdasarkan uraian

di atas peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh terapi air terhadap kelancaran

buang air besar pada mahasiswi asrama putri STIKes Hang Tuah Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh terapi air terhadap kelancaran buang air besar pada

mahasiswi asrama putri STIKes Hang Tuah Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh terapi air terhadap kelancaran buang air besar

pada mahasiswi asrama putri STIKes Hang Tuah Surabaya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kelancaran buang air besar tanpa diberi terapi air

pada mahasiswi asrama putri STIKes Hang Tuah Surabaya.

2. Mengidentifikasi kelancaran buang air besar setelah diberi terapi air

pada mahasiswi asrama putri STIKes Hang Tuah Surabaya.

3. Mengidentifikasi pengaruh terapi air terhadap kelancaran buang air

besar pada mahasiswi asrama putri STIKes Hang Tuah Surabaya.

Page 5: BAB 1

1.1. Manfaat Penelitian

1.1.1. Manfaat Teoritis

Terapi air dapat diterapkan sebagai salah satu metode untuk membantu

melancarkan buang air besar.

1.1.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Klien

Hasil penelitian ini dapat di jadikan informasi yang berguna dan

membantu mengatasi masalah kesehatan klien yang mengalami susah

buang air besar.

2. Bagi Iptek

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang

metode terapi air yang dapat membantu melancarkan buang air besar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi atau gambaran untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.