aspirin

5
Aspirin Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.[1] Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Indikasi Aspirin termasuk dalam golongan anti-inflamasi non-steroid yang memiliki fungsi penurun panas, anti-nyeri, dan anti-radang. Komponen yang terdapat dalam aspirin adalah asam salisilat yang pada awalnya hanya dipakai sebagai obat luar. Obat ini diindikasikan untuk mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan, dan dismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, aspirin juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan nyeri – nyeri otot. Fungsi lain yang kerap kali berguna adalah efek anti-trombotik (menghambat aktivasi trombosit) yang merupakan efek yang sangat berguna sebagai pencegah serangan berulang pada pasien dengan nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung, dan juga pada pasien yang sedang mengalami kejadian nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung. Kontraindikasi Aspirin dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas / alergi terhadap komponen dari aspirin, jenis salisilat lain, atau obat – obatan anti-inflamasi non-steroid lain, asma, ulkus peptik yang aktif / riwayat sakit maag, kelainan

Upload: more-amo

Post on 22-Jun-2015

18 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aspirin

Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.[1]

Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini.

Indikasi

Aspirin termasuk dalam golongan anti-inflamasi non-steroid yang memiliki fungsi penurun panas, anti-nyeri, dan anti-radang. Komponen yang terdapat dalam aspirin adalah asam salisilat yang pada awalnya hanya dipakai sebagai obat luar.

Obat ini diindikasikan untuk mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan, dan dismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, aspirin juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan nyeri – nyeri otot.

Fungsi lain yang kerap kali berguna adalah efek anti-trombotik (menghambat aktivasi trombosit) yang merupakan efek yang sangat berguna sebagai pencegah serangan berulang pada pasien dengan nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung, dan juga pada pasien yang sedang mengalami kejadian nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung.

Kontraindikasi

Aspirin dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas / alergi terhadap komponen dari aspirin, jenis salisilat lain, atau obat – obatan anti-inflamasi non-steroid lain, asma, ulkus peptik yang aktif / riwayat sakit maag, kelainan perdarahan, gangguan fungsi hati yang berat, gangguan fungsi ginjal yang berat, gagal jantung yang berat, kehamilan pada trimester ke 3, anak dibawah 16 tahun (kecuali secara spesifik diindikasikan seperti pada penyakit Kawasaki).

Selain itu, penggunaan obat ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus pada pasien dengan asma di mana dapat memicu serangan pada pasien dengan hipersensitivitas, polip nasal, penyakit saluran napas kronik, anemia, gagal jantung, dehidrasi, defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, gout (asam urat tinggi), pasien dengan gejala perdarahan tertentu, pasien dengan reaksi kulit yang berlebihan.

Efek samping

Efek samping yang umum terjadi adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya perdarahan spontan dan rasa tidak enak pada lambung. Efek samping lain yang mungkin terjadi seperti sesak napas, serangan

Page 2: Aspirin

asma, perdarahan menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran cerna, mual, muntah, ulkus peptik, gangguan fungsi hati, biduran, sindrom Steven-Johnsons, gangguan fungsi ginjal dan keracunan salisilat.

Dosis

Terdapat beberapa sediaan tablet dari aspirin yaitu 81 mg, 325 mg, sampai 500 mg.

Dosis dewasa :

Nyeri dan demam : 325 – 600 mg tiap 4 – 6 jam per hari.

Penyakit jantung koroner :

Akut : 160 – 325 mg saat serangan.

Dosis Pemeliharaan : 81 mg per hari.

Stroke : 50 – 325 mg / hari dalam waktu 48 jam pertama sejak serangan stroke, kemudian dilanjutkan 75 – 100 mg / hari.

Radang tulang dan sendi (osteoarthritis) : sampai 3 gram / hari dengan dosis terbagi.

Terdapat penyesuaian dosis pada pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu.

Pada pasien dengan fungsi hati terganggu, obat ini tidak direkomendasikan.

Dosis anak :

Nyeri dan demam :

Usia < 12 tahun : 10 – 15 mg/kg tiap 4 jam, sampai maksimal 60 – 80 mg/kg/hari.

Usia ≥ 12 tahun : 325 – 650 mg tiap 4 – 6 jam per hari.

Radang sendi reumatik pada usia muda :

Berat badan < 25 kg : 60 – 100 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 – 4 kali pemberian.

Berat badan ≥ 25 kg : 2,3 – 3,6 gram/hari.

Farmakologi

•Salisilat mempunyai efek analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi.

•Mempunyai potensi yang kuat untuk menghambat sintesis prostaglandindengan asetilasi cyclo-oxygenase yang merupakan enzim penting pada jalur sintesis prostaglandin

Page 3: Aspirin

.Farmakokinetik

•Aspirin diabsorbsi cepat pada penggunaan oral.

•Aspirin terhidrolisis menjadi asam salisilat selama absorbsi dandidistribusikan ke seluruh tubuh dan cairan.

•Asam salisilat dieliminasi oleh ginjal dengan proses oksidasi dankonjugasi saat dimetabolisme.

•Waktu paruh aspirin 15-20 menit. Waktu paruh asam salisilat 2-3 jam pada dosis rendah.

Efek farmakodinamik

Semua obat mirip-aspirin bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya: parasetamol (asetaminofen) bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali.

Efek analgesik.

Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeridengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia dan nyerilain yang berasal dari integumen, juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan denganinflamasi. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opiat. Tetapi berbeda dengan opiat, obat mirip-aspirin tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Obat mirip-aspirin hanya mengubah persepsi modalitas sensorik nyeritidak mempengaruhi sensorik lain. Nyeri akibatterpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan obat mirip-aspirin. Sebaliknya nyerikronis pasca bedah dapat diatasi oleh obat mirip-aspirin.

Efek antipiretik.

Sebagai antipiretik, obat mirip-aspirin akan menurunkan suhu badanhanya pada keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro,tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik biladigunakan secara rutin atau terlalu lama. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut.

Efek anti-inflamasi.

Kebanyakan obat miri-aspirin, terutama yang baru, lebihdimanfaatkan sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal, sepertiartritis reumatoid, osteoartritis dan spondilitis ankilosa. Tetapi harus diingat bahwa obatmirip-aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegahkerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal ini

Page 4: Aspirin

Special precaution

•Sindrom reye’s

•Efek otic seperti pusing, telinga berdenging yang menunjukkan bahwaaspirin telah mencapai atau diatas batas kadar

• Pasien setelah pembedahan selama satu minggu setelah dibedah karenakemungkinan terjadi perdarahan.

•Mengurangi fungsi ginjal

•Menyebabkan iritasi sal GI, gastrik ulcer, gout, perdarahan.

•Tidak digunakan pada penderita anemia, atau yang mengkonsumsiantikoagulan

•Terapi jangka lama harus dimonitoring kadar aspirin dalam darah

•Pelepasan aspirin yang dikontrol terhadap onset tidak direkomendasikansebagai antipiretik atau analgesik jangka pendek

•Benzil alkohol menyebabkan fatal gasping sindrom pada kehamilan prematur

•Rekasi hipersensitifitas –Bereaksi dengan makanan seperti paprika, likorice, benedictine,liqueur, prunes, teh,

•Sensitif tartrazin

•Penurunan fungsi hati•