aspek kekerabatan dan budaya terhadap …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(jurnal pa vol.09...

12
Volume 9 / No.2, Desember 2014 Jurnal Perspektif Arsitektur ISSN 1907 - 8536 115 ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP PEMBENTUKAN PERMUKIMAN DUSUN CANDI PARI WETAN KECAMATAN PORONG, KABUPATEN SIDOARJO I Ketut Ismayana 1 , Agung Murti Nugroho 2 , Jenny Ernawati 3 . Abstraksi Permukiman bagian terpenting dari kehidupan manusia. Bentukannya dipengaruhi oleh beberapa aspek yang diantaranya alam, manusia, rumah, jaringan, kehidupan bermasyarakat dan keberadaan sebuah artefak budaya. Semua aspek membentuk karakteristik khusus yang memberikan ciri khas pada permukiman. Dusun Candi Pari Wetan memiliki candi pemujaan peninggalan kerajaan Majapahit letaknya berada di tengah-tengah permukiman warga. Candi ini diketahui sebagai candi untuk memuja Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Riwayat kesuburan wilayah diperkirakan menarik manusia untuk bermukim di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif, untuk menganalisa kondisi permukiman saat ini dengan cara studi literatur dan survey lapangan. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diketahui bahwa pola permukiman Dusun Candi Pari Wetan linier dengan jalan dan bercluster kekerabatan.Diawal pembentukan, permukiman dusun menganut konsep kosmologi yang cukup kental terhadap keberadaan candi. Terjadi perubahan konsep permukiman dimana ada pengaruh hukum Islam dan waris yang merubah bentukan permukiman. Permukiman tidak lagi berorientasi pada candi, melainkan lebih kepada keberadaan jalan dan kekerabatan. Sistem filosofi Jawa masih terlihat kuat dengan ditandai arah hadap rumah yang mematuhi konsep filosofi Jawa Kata Kunci : Candi Pari, Karakteristik, Permukiman PENDAHULUAN Manusia dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan tiga hal yaitu Penciptanya, Manusia Lain dan Lingkungan Alam Sekitar. Ketiga hal ini yang mendasarkan manusia menjadi makhluk yang memiliki kebutuhan bermukim. Sebuah pemukiman tentu memiliki berbagai macam persoalan sebagai akibat bersatunya aspek-aspek kehidupan manusia dalam satu wilayah, hal ini lah yang kemudian disebut sebagai sebuah permukiman masyarakat. Permukiman adalah sebuah bagian kecil lingkungan hunian yang aspek penyusunnya terdiri dari beberapa perumahan yang memiliki sarana-prasarana, utilitas umum, daan juga penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). Bermukim adalah bentuk dari adaptasi manusia terhadap lingkungannya dan menghasilkan budaya dalam jangka waktu yang sangat panjang(Murtiyoso & Suanda, 2007). Dengan bentuk dan berbagai macam faktor yang membentuknya sebuah permukiman akan memiliki karakter 1 Mahasiswa Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Universitas Brawijaya 2 Dosen Pascasarjana Arsitektur Universitas Brawijaya 3 Dosen Pascasarjana Arsitektur Universitas Brawijaya

Upload: tranminh

Post on 04-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Volume 9 / No.2, Desember 2014 │ Jurnal Perspektif Arsitektur

ISSN 1907 - 8536 115

ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP PEMBENTUKAN PERMUKIMAN DUSUN CANDI PARI WETAN

KECAMATAN PORONG, KABUPATEN SIDOARJO

I Ketut Ismayana1, Agung Murti Nugroho2, Jenny Ernawati3.

Abstraksi

Permukiman bagian terpenting dari kehidupan manusia. Bentukannya dipengaruhi oleh beberapa

aspek yang diantaranya alam, manusia, rumah, jaringan, kehidupan bermasyarakat dan

keberadaan sebuah artefak budaya. Semua aspek membentuk karakteristik khusus yang

memberikan ciri khas pada permukiman. Dusun Candi Pari Wetan memiliki candi pemujaan

peninggalan kerajaan Majapahit letaknya berada di tengah-tengah permukiman warga. Candi ini

diketahui sebagai candi untuk memuja Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Riwayat kesuburan wilayah

diperkirakan menarik manusia untuk bermukim di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan

metode Kualitatif deskriptif, untuk menganalisa kondisi permukiman saat ini dengan cara studi

literatur dan survey lapangan. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diketahui bahwa pola

permukiman Dusun Candi Pari Wetan linier dengan jalan dan bercluster kekerabatan.Diawal

pembentukan, permukiman dusun menganut konsep kosmologi yang cukup kental terhadap

keberadaan candi. Terjadi perubahan konsep permukiman dimana ada pengaruh hukum Islam

dan waris yang merubah bentukan permukiman. Permukiman tidak lagi berorientasi pada candi,

melainkan lebih kepada keberadaan jalan dan kekerabatan. Sistem filosofi Jawa masih terlihat

kuat dengan ditandai arah hadap rumah yang mematuhi konsep filosofi Jawa

Kata Kunci : Candi Pari, Karakteristik, Permukiman

PENDAHULUAN

Manusia dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan tiga hal yaitu Penciptanya, Manusia

Lain dan Lingkungan Alam Sekitar. Ketiga hal ini yang mendasarkan manusia menjadi makhluk

yang memiliki kebutuhan bermukim. Sebuah pemukiman tentu memiliki berbagai macam

persoalan sebagai akibat bersatunya aspek-aspek kehidupan manusia dalam satu wilayah, hal ini

lah yang kemudian disebut sebagai sebuah permukiman masyarakat. Permukiman adalah

sebuah bagian kecil lingkungan hunian yang aspek penyusunnya terdiri dari beberapa

perumahan yang memiliki sarana-prasarana, utilitas umum, daan juga penunjang kegiatan fungsi

lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2011).

Bermukim adalah bentuk dari adaptasi manusia terhadap lingkungannya dan menghasilkan

budaya dalam jangka waktu yang sangat panjang(Murtiyoso & Suanda, 2007). Dengan bentuk

dan berbagai macam faktor yang membentuknya sebuah permukiman akan memiliki karakter

1 Mahasiswa Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Universitas Brawijaya 2 Dosen Pascasarjana Arsitektur Universitas Brawijaya 3 Dosen Pascasarjana Arsitektur Universitas Brawijaya

Page 2: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 9 / No.2, Desember 2014

116 ISSN 1907 - 8536

khusus yang mencerminkan kondisi di wilayah tersebut.Sebuah lingkungan permukiman sangat

dimungkinkan untuk terbentukkarena ada beberapa proses pembentukan hunian dalam

fungsinya sebagai wadah. Hal tersebut juga dilandasi oleh bentuk aktifitas manusia sebagai

makhluk sosial dan juga pengaruh dari aturan dan wajah lingkungan, fisik maupun non fisik

(sosial-budaya) dan semuanya secara langsung mempengaruhi pola kegiatan dan proses

pembentukan permukimannya (Rapoport, 1969)

Permukiman Dusun Candi Pari Wetan dibangun atas dasar keberadaan riwayat Candi yang

merupakan representasi kondisi tanah yang subur dan air yang melimpah di wilayah tersebut.

Kondisi permukiman terpencar dan saling berjauhan sebagai bagian dari kondisi topografi yang

datar dan cuaca yang cukup hangat. Fisik rumah diawal terbentuknya permukiman berupa

Rumah Plembang yang terbuat dari anyam bambu dan daun tebu yang kemudian berubah

sesuai perkembangan jaman dan pertambahan jumlah penduduk. Iklim yang hangat dan

topografi yang datar membuat pola tata letak bangunan menyebar tidak berkumpul.

Pada Candi Pari ditemukan huruf kuno yang dibaca “sri teka”. Tulisan tersebut berhubungan

dengan pendirian Candi Pari yang artinya keberuntungan atau datangnya Dewi Sri. Dewi Sri

dikenal juga sebagai Dewi Padi yang dalam bahasa Jawa padi disebut juga dengan pari

(Hermanto, Iswanto, & Wartoyo, 2013). Hal ini juga didukung oleh hiasan segitiga dengan

tonjolan setengah bulatan yang berarti pemujaan kesuburan dan cerita rakyat mengenai asal-

usul Candi Pari yang merupakan lumbung padi. Sebagai sebuah candi pemujaan, tentunya candi

ini memiliki daya pikat bagi masyarakat untuk dapat bermukim disekitar candi pari. Pengaruh dari

keberadaan sebuah bangunan candi terhadap keberadaan sebuah permukiman tentunya sesuai

dengan teori yang mengatakan bahwa tentang hubungan antara budaya, perilaku, sistem

aktivitas dan sistem setting, yang menyatakan bahwa latar belakang budaya suatu masyarakat

pada akhirnya akan mempengaruhi sistem setting-nya, yaitu pola permukiman (Rapoport, 1969).

Riwayat kesuburan tanah dan air yang melimpah dimasa lalu tidak menjadi faktor penentu bagi

warga desa dalam memilih tempat tinggal di desa ini. Alasan kuat mengapa warga desa memilih

tinggal di desa ini adalah faktor hubungan kekeluargaan (warisan) yang mereka alami dimana

hampir seluruh warga desa merupakan generasi kedua atau ketiga. Berbeda dengan pola pikir

nenek moyang yang dulu membuka lahan diwilayah ini.

Dari foto jaman penjajahan dahulu, tampak bahwa di kawasan ini sudah berdiri sebuah

permukiman penduduk.

Jalan setapak desa yang berada

di samping kanan candi

Permukiman di samping kiri candi Permukiman di samping kiri candi

Gambar 59. Candi Pari Tahun 1943.

Sumber : KITLV, 2014

Page 3: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Volume 9 / No.2, Desember 2014 │ Jurnal Perspektif Arsitektur

ISSN 1907 - 8536 117

Adanya jalan setapak di samping kanan candi yang merupakan jalan akses menuju hunian. Jalan

ini di identifikasi sebagai jalan yang berada di samping Candi Pari. Pada foto yang lain, ada

rumah yang terletak di samping kiri Candi Pari. Rumah itu dikonfirmasi sebagai rumah milik orang

tua dari Ibu Sri Handayani yang merupakan penduduk asli Dusun. Ibu Sri juga menambahkan

bahwa rumah tersebut dikenal sebagai Rumah Plembang yang merupakan rumah asli warga

dusun. Menurut Bapak Sahroni (Juru Kunci), permukiman di daerah Candi Pari diperkirakan

sudah ada semenjak jaman Kerajaan Majapahit dahulu. Dulu dua candi (Candi Pari dan Candi

Sumur) berada dalam satu komplek. Seiring perkembangan jaman, lahannya didirikan rumah

sehingga dua candi itu terpisah. Terpisahnya dua candi tersebut disebabkan karena

perkembangan jumlah penduduk yang membutuhkan lahan hunian.

METODOLOGI

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatifdengan mengeksplorasi teori-teori yang

berkaitan dari studi literatur dengan data yang ada. Dari variabel orientasi permukiman, akan

didapatkan dominasi arah hadap permukiman yang dapat dipengaruhi oleh kosmologi, jalan,

sawah ataupun makna yang lain. Kemudian pada observasi tata bangunan akan didapatkan

berbagai macam bentukan tatanan bangunan, arah hadap bangunan, tatanan ruang dalam

bangunan, dan makna yang terkandung didalamnya sehingga diketahui pola bangunannya.Pada

pola penggunaan lahannya, didapatkan dominasi peruntukan lahan dan alasan pembentukannya

sehingga dapat diketahui keterkaitan antara pola permukiman pola tata bangunan dan

peruntukan lahannya. Dari pola permukiman, pola tata bangunan dan pola penggunaan

lahannya, dilihat dengan bentuk pola jaringan jalan yang telah ada. Dilihat juga pada pembentuk

permukiman non fisik yang ada mulai dari pola kekerabatan, pola jaringan sosial dan organisasi

sehingga ditemukan pola pembentuk sosial masyarakatnya.Sehingga dari kesemua itu,

didapatkan pola permukiman Dusun Candi Pari Wetan yang utuh. Dengan analisa kualitatif ini,

data diolah dengan cara menganalisa proses pembentukan candi dengan berbagai faktor yang

mengikutinya, menganalisa pola permukiman terkait dengan keberadaan candi disekitar wilayah

tersebut, menganalisa pola pergeseran permukiman, menganalisa struktur ruang permukiman

warga, menganalisa perilaku bermukim masyarakat, dan juga menganalisa sistem, nilai, norma

dan juga budaya terkait dengan permukiman dan keberadaan candi. Semuanya dianalisa

sehingga didapatkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipe Hunian Di Dusun Candi Pari Wetan

Rumah di desa ini berjumlah 1037 unit dengan status kepemilikan didominasi hak milik. Usia

rumah cukup beragam, tertua yang bisa ditemui adalah di tanggal 5 Oktober 1933 dan termuda

berdasarkan informasi masyarakat adalah tahun 2006.

Page 4: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 9 / No.2, Desember 2014

118 ISSN 1907 - 8536

Rumah Plembang sebagai rumah asli penduduk dusun bertipe rumah kampung. Bentuk

menyerupai rumah kampung dengan atap pelana ditopang pilar di bagian depan dan belakang

rumah. Dinding terbuat dari anyaman bambu dengan konstruksi utama dari kayu. Penutup atap

menggunakan daun tebu yang dikeringkan dan lantai masih berupa tanah. Daun tebu sebagai

penutup atap karena tebu merupakan tanaman yang banyak ditanam warga. Dahulu Sidoarjo

merupakan lumbung gula yang ditandai dengan tersebarnya ladang tebu dan pabrik gula disudut

wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan keberadaan bahan

bangunan akan mengikuti potensi yang dimiliki daerah tersebut.

Perletakan Rumah Plembang melebar dari Barat ke Timur dengan arah hadap Selatan atau

Utara. Orientasi Selatan atau Utara ini mengandung makna kosmologis Jawa. Warga dusun

merupakan warga keturunan Jawa yang syarat memaknai tradisi dan juga aturan berperilaku.

Arah Selatan atau Utara merupakan arah yang paling baik sementara arah Timur khusus

dipergunakan untuk rumah bangsawan. Arah Barat bukan merupakan yang baik karena ada

anggapan bersinergi dengan kematian oleh sebab itu arah hadap Rumah Plembang lebih banyak

yang menghadap arah Selatan atau Utara. Saat ini, keberadaan Rumah Plembang sudah tidak

diketemukan lagi, semua rumah di dusun ini sudah berganti dengan bentuk dan pola yang baru.

Hanya ada satu rumah yang masih memperlihatkan sisa-sisa jejak Rumah Plembang meskipun

bahan materialnya sudah diperbaharui.

Dengan berkembangnya penduduk desa dan juga kemajuan jaman, terjadi pergeseran bentuk

rumah dan tata letak bangunan di Dusun Candi Pari Wetan. Dulu rumahmelebar dari Barat ke

Timur, saat ini rumah memanjang dari Utara ke Selatan. Hal ini disebabkan adanya pembagian

Gambar 60. Periode Rumah.

Sumber : KITLV, 2014

Gambar 61. Rumah Plembang Sumber : KITLV, 2014

Page 5: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Volume 9 / No.2, Desember 2014 │ Jurnal Perspektif Arsitektur

ISSN 1907 - 8536 119

lahan dan warisbagi keturunan dari pemilik rumah. Hubungan kekerabatan akhirnya membentuk

permukiman di wilayah ini. Saat ini mudah ditemui adanya hubungan kekerabatan antar satu

rumah dengan rumah yang lain. Antara kerabat, rumahnya saling bersebelahan. Selain

perubahan perletakan bangunan terjadi pula perubahan material bangunan dan juga bentuk

rumah.

Saat ini, bentuk rumah yang ada didominasi oleh rumah berciri khas perdesaan dengan material

bangunan berupa batu bata untuk dinding dan genteng tanah liat sebagai penutup atapnya.

Bentuk atap ada yang berupa pelana dan ada perisai. Bentuk teras depan hampir seragam

dengan 3 atau 4 penopang yang terbuat dari kayu atau beton. Tidak ada pembatas pagar antara

rumah satu dengan rumah yang lain. Pembatas pagar yang ada hanya pembatas antara wilayah

permukiman dengan jalan utama.

Jarak rumah yang satu dengan rumah yang lain cukup lebar. Setiap rumah dipisahkan oleh ruang

yang biasanya digunakan sebagai ruang sirkulasi ataupun lahan kosong. Tidak ditemukan rumah

Gambar 62. Ilustrasi Kondisi Dusun Candi Pari Wetan Dahulu dan Sekarang

Gambar 63. Bangunan Dusun Candi Pari Wetan

Page 6: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 9 / No.2, Desember 2014

120 ISSN 1907 - 8536

yang berdempetan dinding dengan dinding karena lahan yang tesedia masih sangat luas.

Kepemilikan lahan oleh warga sangat luas sehingga dalam membangun rumah untuk anak

ataupun saudara tidak membangun dengan dinding yang berdempetan. Dengan adanya ruang

sirkulasi antar rumah, maka pemilik rumah dapat memasuki rumah melalui pintu belakang,

dengan pintu masuk melalui bagian dapur atau sumur. Ruang sirkulasi ini membuat pergerakan

pemilik rumah menjadi efektif karena tidak diperlukan jalan memutar untuk menuju wilayah yang

berada dibelakang atau samping rumah.

Pengaruh Faktor Kekerabatan Terhadap Pembagian Lahan Rumah

Berdasarkan tipe kekerabatan yang terbentuk di Dusun Candi Pari Wetan, dari hasil survey

didapatkan 3 jenis kekerabatan yang tinggal di dusun tersebut.

- Tipe pertama adalah keluarga tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan tetangga sekitar.

Tipe ini merupakan tipe yang paling sedikit ditemui. Keluarga tipe ini merupakan keluarga

pendatang yang berasal dari luar desa. Salah satunya adalah keluarga Bapak Sulkan yang

menempati rumah di sisi selatan Candi Pari berasal dari desa terdampak Lumpur Lapindo.

Masyarakat Desa Candi Pari merupakan orang yang terbuka terhadap adanya pendatang dari

luar, dari hasil survey, mereka menyatakan dapat menerima pendatang dari luar.

- Tipe kedua adalah 2 keluarga tinggal dalam satu rumah dengan hubungan kekerabatannya

berupa anak kandung dengan orang tuanya. Pembagian teritori ruang rumah adalah orang

tua menempati rumah utama atau rumah lama sedangkan keluarga anak menempati rumah

tambahan yang dibangunkan baru disisi samping rumah utama.Ruang tambahan ini

menempel disamping rumah utama dengan ukuran yang lebih kecil dan memiliki pintu masuk

sendiri untuk mempermudah sirkulasi. Terjadi pembentukan ruang teritori baru bagi keluarga

sang anak, tetapi ruang servis seperti kamar mandi, dapur dan ruang sakral mushola tetap

difungsikan sebagai ruang bersama dan tidak memiliki makna teritori bagi keluarga tertentu.

Pembentukan ruang baru hanya difungsikan sebagai ruang privat keluarga baru yaitu kamar

tidur.

Rumah

Utama

Rumah

Tambahan

800 cm

200

0

cm

a

b c

d

e

f Keterangan:

a. Ruang Tamu b. Kamar Tidur c. Rumah Tambahan d. Kamar Mandi e. Dapur f. Sumur

Gambar 64. Rumah Bapak Moadi

Page 7: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Volume 9 / No.2, Desember 2014 │ Jurnal Perspektif Arsitektur

ISSN 1907 - 8536 121

Tipe ketiga adalah kerabat tinggal tidak dalam satu rumah, tetapi tinggal dalam rumah yang

masih berdekatan dengan kerabat yang lain. Tipe ini paling banyak ditemukan. Hal ini sebabkan

karena luasnya kepemilikan lahan yang dimiliki dan sistem warisan sehingga orang tua

cenderung membangunkan rumah berdekatan dalam 1 lingkungan. Tidak ada batasan bagi

keluarga dalam membangun hunian baru untuk keluarganya. Selama tanah yang dimiliki adalah

tanah keluarga dan telah disepakati oleh keluarga yang lain. Keluarga baru diperbolehkan

membangun di samping kiri, kanan ataupun belakang rumah asalkan memenuhi aturan filosofi

Jawa.Alasan yang banyak sampaikan adanya pola kekerabatan ini adalah adanya sistem

warisan oleh keluarga. Selain itu, mahalnya harga lahan juga menjadi salah satu penyebab pola

kekerabatan ini.

Keterangan: a. Ruang Tamu b. Kamar Tidur c. Rumah Tambahan d. Mushola e. Kamar Mandi f. Dapur g. Sumur

Gambar 65. Rumah Bapak Arbai

Gambar 66. Pola Kekerabatan

Rumah Utama Rumah Tambahan

1000 cm

a

b

d

c

e

g

f

1700 cm

Keterangan : Kekerabatan 1 (Moadi, Misari, Bu Sayu, Samianik, BuSri, Astutik, Sodik) Kekerabatan 2 (Purwanto, Sujono, Ismantoni) Kekerabatan 3 (Suparto, Maliki, Heru, Suarlis) Kekerabatan 4 (Sunama, Rofiin, Dirnojo) Kekerabatan 5 (Jalal, Yudi, Djumaati, Darsono, Satimo,Eko) Kekerabatan 6 (Mansri, Mardianto, Suyitno, Tohir, Tutuk) Kekerabatan 7 (Abdul Gopur, Mahmud, Anang Widodo) Kekerabatan 8 (Mistun, Darno, Fadoli) Kekerabatan 9 (Jumadi, Kasmun, Sampun) Kekerabatan 10 (Suratman, Taman, Taib, Slamet)

Page 8: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 9 / No.2, Desember 2014

122 ISSN 1907 - 8536

Orientasi rumah tidak mengarah pada satu mata angin tertentu, beberapa rumah banyak ditemui

menghadap arah Selatan, Utara, Barat atau Timur.Berbeda dengan apa yang di adopsi oleh

nenek moyang warga dusun dimana leluhur mereka masih memegang teguh kosmologi Jawa

dalam hal orientasi rumah. Filosofi Jawa lebih banyak diadopsi dalam hal tradisi membangun

rumah untuk menghindarkan diri dari segala bentuk bencana ataupun kesialan hidup. Orientasi

arah hadap rumah sekarang lebih banyak di pengaruhi oleh keberadaan jalan yang menjadi

pusat sirkulasi warga sekitar. Jalan dianggap sebagai akses utama keluar masuk rumah yang

secara ekonomi menguntungkan, sehingga bila rumah menghadap jalan akan mempermudah

aspek kehidupan. Tetapi ada hal-hal khusus yang menyebabkan pemilihan arah hadap menjadi

berbeda terutama terkait dengan kepercayaan masyarakat Jawa. Seperti keluarga Sri Handayani

dimana rumah mereka harus membelakangi jalan utama. Hal ini disebabkan karena ada

kepercayaan dimana rumah yang bertetangga dengan saudara kandung, tidak diperbolehkan

menghadap searah dengan rumah saudara kandung yang lain sebab menurut kepercayaan

rumah yang seperti itu akan memikul beban berat “memangku” semua beban kedua

saudaranya.Dalam prakteknya kosmologi Jawa diperlakukan oleh manusia dalam berbagai

macam aspek seperti lingkungan, fungsi ruang dan pedoman berupa perintah, anjuran dan

larangan sebagaimana diatur dalam primbon ataupun tradisi lisan lainnya. Hasilnya adalah

kemampuan menetralisir pengaruh buruk lingkungan, ketenangan dan kemudahan dalam

mencapai tujuan (Aryanti & Juwono, 2014)

Faktor Budaya Terhadap Arah Orientasi Rumah

Fisik rumah warga didominasi dengan bentuk memanjang kebelakang dengan susunan ruang

yang hampir serupa antara rumah yang satu dengan rumah yang lain. Susunan ruang dalam

rumah di wilayah ini memiliki kemiripan bentuk dan tatanan ruang yang terdiri dari ruang tamu,

ruang sirkulasi, kamar tidur, mushola, kamar mandi dan dapur. Posisi sumber air yaitu sumur

berada di belakang rumah. Sebagian besar rumah di desa ini sudah mengalami perubahan dari

bentuk awal ketika pertama kali dibangun. Perubahan banyak dilakukan dengan cara menambah

ruang dalam rumah sehingga menambah fungsi. Penambahan ini salah satunya disebabkan oleh

penambahan jumlah anggota keluarga di dalam rumah tersebut. Hal ini banyak terjadi pada tipe

warga yang memiliki 2 kepala keluarga di dalam satu rumah. Dimana setiap rumah memiliki

Gambar 67. Posisi Rumah Sri Handayani

Arah Hadap Rumah Ke Selatan

Arah Hadap Rumah Ke Utara

Arah Hadap Rumah Ke

Selatan

Arah Hadap Rumah Ke

Utara

Page 9: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Volume 9 / No.2, Desember 2014 │ Jurnal Perspektif Arsitektur

ISSN 1907 - 8536 123

posisi ruang yang hampir serupaantara yang satu dengan yang lain. Salah satu bangunan rumah

tersebut adalah rumah milik Bapak Latim.

Pembagian ruangannya adalah:

- Ruang tamu. Ruang tamu berada dibagian depan rumah yang berfungsi sebagai ruang

umum untuk menerima tamu dan juga sebagai ruang sosial keluarga. Selain sebagai ruang

menerima tamu, bagi sebagian keluarga di dusun ini, ruang tamu ini juga dapat berfungsi

sebagai ruang tempat berkumpulnya keluarga. Hal tersebut ditandai dengan keberadaan

televisi di ruang tamu tersebut.

- Kamar tidur berada di belakang ruang tamu. Akses menuju kamar tidur melalui ruang yang

difungsikan sebagai ruang keluarga ataupun sekedar lorong kosong (ruang sirkulasi).

Kecenderungan sebagai ruang keluarga ataupun lorong kosong dilihat dari luas dan lebarnya

fisik rumah, bila lebar maka kemungkinan dipergunakan sebagai ruang keluarga tetapi bila

sempit maka hanya cukup dijadikan lorong kosong saja. Jumlah kamar rumah bervariasi ada

yang 2 kamar tidur , ada juga yang 3 kamar tidur. Kamar tidur sebagai ruang privat bagi

pemilik rumah.

- Mushola. Setiap rumah, memiliki ruang yang difungsikan sebagai mushola. Posisinya berada

di tengah rumah setelah kamar tidur. Ruang ini difungsikan sebagai ruang sakral yang

merepresentasikan hubungan manusia dengan penciptanya. Ruangan disucikan sehingga

ada perbedaan level ketinggian antara ruangan mushola ini dengan ruangan yang lain.

- Dapur. Dapur menempati ruang dibelakang berdampingan dengan kamar mandi dan juga

sumur. Dapur, kamar mandi dan sumur ini difungsikan sebagai ruang servis keluarga.

Posisinya yang berdekatan dengan sumur membuat ketiga ruang ini menjadi efisien dalam hal

pergerakan dan sirkulasi.

Fungsi yang ada di dalam rumah warga mirip dengan fungsi yang di terapkan dalam rumah khas

Jawa dimana terdapat pendopo, pringgitan dan sentong. Meskipun nama, bentuk dan peruntukan

Keterangan : 1. Pendopo 2. Peringgitan 3. Omah-Njero

a. Sentong Kiwo b. Sentong Tengah c. Sentong Tengen

Gambar 68. Perbandingan Denah Rumah Bapak Latim dan Bu Sayu Dengan Rumah Jawa

Rumah Bu Sayu

Rumah Pak Latim

b

a

b

c

e

d/f

600 cm

1700 cm

a

b

c

e

f

b

d

1500 cm

600 cm

Keterangan: a. Ruang Tamu b. Kamar Tidur c. Mushola d. Kamar Mandi e. Dapur f. Sumur

Page 10: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 9 / No.2, Desember 2014

124 ISSN 1907 - 8536

sudah tidak lagi sama persis dengan rumah Jawa tetapi prinsip dasar dan fungsi masih memiliki

kesamaan antara rumah khas Jawa dengan rumah warga. Hal ini membuktikan dibawah alam

sadarnya, warga desa masih memegang teguh budaya dan adat istiadat jawa mereka sehingga

membentuk suatu kebudayaan bermukim dan permukiman. Di dalam konsepsi arsitektur Jawa,

setiap ruang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda yang ditentukan oleh

pemikiran alam mikro dan makro kosmos, dengan demikian tentu mempunyai konsekuensi logis

terhadap kegiatan yang dilakukan di dalam ruang tersebut (Hidayatun, 1999)

Pola jaringan jalan berbentuk grid dengan 2 tipe jalan, jalan kabupaten dan jalan lingkungan.

Tata letak bangunan didominasi memanjang ke belakang dengan arah hadap mengikuti jalan

dengan bagian tengah permukiman berupa ruang terbuka hijau yang kosong. Bangunan

mengikuti jalan. Orientasi terhadap jalan dianggap sebagai orientasi yang menguntungkan.

Selain itu terdapat pula jalan sirkulasi yang terbentuk sebagai akibat terpencarnya bangunan

rumah di dusun. Orientasi bangunan tidak mengacu pada arah mata angin. Orientasi bangunan

banyak yang menghadap dan mengacu jalan. Hal ini berarti keberadaan rumah mengikuti jalan

yang ada dan jalan yang sudah terbentuk kemudian bangunan mengikuti jalan yang ada.

Warga dusun masih memegang tradisi Jawa, diantaranya tradisi ruwatan untuk meminta berkah

dan keselamatan desa dari segala macam bencana. Kepercayaan masyarakat atas filosofi jawa

dan primbon Jawa dalam mengatur tata letak rumah dan juga tradisi membangun rumah masih

tinggi. Meskipun memiliki riwayat candi berlatar belakang Hindu, tetapi tidak mempengaruhi pola

pikir dan adat istiadat setempat. Agama Islam masih agama terbesar di wilayah ini. Tradisi

Ruwatan Desa dilaksanakan di bulan ruwah (dua minggu sebelum bulan puasa). Selain tradisi

Ruwatan Desa, acara seperti syawalan, tahlilan, maulud nabi dan barikan (renungan ramadhan)

juga masih sering dilakukan oleh masyarakat sekitar. Tradisi tidakdipengaruhi oleh candi. Hal ini

disebabkan mayoritas penduduk desa sudah memeluk agama Islam sehingga acara yang

berkaitan dengan candi (agama Hindu) tidak nampak. Kalaupun ada, hanya semata-mata

kepentingan pribadi bagi orang yang melakukan. Saat ini, masih ada warga yang melakukan

ritual pribadi meminta berkah dengan cara meletakkan sesaji di dalam candi. Hal ini tampak dari

bekas sesaji dan dupa di dalam bilik Candi Pari. Bagi sebagian orang, batu Candi Pari dipercaya

mampu memberikan berkah bagi pertanian, pertambakan ataupun perdagangan dan apabila

mengambil tanpa meminta ijin maka akan membawa kesengsaraan ataupun penyakit bagi yang

melakukan.

Lahan desa di bagi menjadi 3 yaitu Kawasan Percandian yang terdiri dari 2 candi (Candi Pari dan

Candi Sumur) berada di tengah-tengah permukiman penduduk. Kawasan percandian ini sudah

ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Sidoarjo sebagai kawasan cagar budaya dan wisata

sejarah yang diharapkan dapat menarik para wisatawan untuk mengunjungi wilayah ini.

Penetapan kawasan ini bertujuan untuk memberikan jaminan keseimbangan dan keserasian

lingkungan hidup, serta pelestarian manfaat atas potensi sumber daya alam yang ada sesuai

prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kawasan permukiman

berada di tengah antara lahan persawahan. Kawasan persawahan sebarannya berada di pinggir

selatan wilayah desa dengan luas sebesar 49,8 ha atau 46,27 % dari luas wilayah keseluruhan.

Page 11: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Volume 9 / No.2, Desember 2014 │ Jurnal Perspektif Arsitektur

ISSN 1907 - 8536 125

Iklim desa yang berada di kisaran suhu 32ºc cukup membuat warga desa nyaman untuk tinggal

diwilayah ini. Kondisi ini membuat warga membangun permukimannya tidak saling

berdekatan/berdempetan dalam rangka mempertahankan suhu. Sehingga rumah-rumah yang

ada, terbangun dalam kondisi berjarak (tidak saling berdempetan) dan lebih terbuka antara

rumah yang satu dengan rumah yang lain.

Dugaan awal bahwa Candi Pari mempengaruhi permukiman sekitar ternyata tidak terbukti. Tidak

ada satu bagian pun dari permukiman dusun yang mengarah pada keberadaan candi. Orientasi

bangunan, tata letak dan tata permukiman tidak mencerminkan keberadaan candi yang

disakralkan ini. Dari hasil survey, analisa dan wawancara yang dilakukan ternyata Candi Pari

hanya dimaknai sebagai sebuah peninggalan bersejarah dari masa lampau yang mampu

mendatangkan potensi wisata budaya di wilayah tersebut. Candi Pari hanya dianggap sebagai

bangunan sejarah yang patut dilestarikan keberadaannya tanpa harus mengikuti makna

keberadaannya. Pengaruh Agama Islam yang kuat dan dominan merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan pola pikir warga dusun tidak terpengaruh keberadaan candi.

KESIMPULAN

Permukiman Dusun Candi Pari Wetan memiliki bentuk linier dengan keberadaan jalan dan

tersusun atas bangunan rumah yang bercluster kekerabatan. Diawal pembentukan, riwayat

permukiman dusun menganut konsep kosmologi yang cukup kental terhadap keberadaan candi.

Arah hadap rumah plembang (rumah nenek moyang) berorientasi ke arah Candi Pari, letak

rumah melebar dari barat ke timur dan jarak antar rumah berjauhan. Kemudian terjadi perubahan

konsep permukiman dimana rumah berorientasi terhadap jalan. Pengaruh hukum Islam,

kepemilikan lahan dan hukum waris yang merubah bentukan permukiman. Permukiman dusun

saat ini memiliki bentukan rumah yang memanjang disebabkan karena luasnya kepemilikan

lahan dan hukum warisan kepada anak sehingga terbentuk pola kekerabatan dimana antar

tetangga masih memiliki hubungan persaudaraan.Pengaruh filosofi Jawa masih terlihat kuat.

Kepatuhan dalam mengatur arah hadap rumah dalam rangka untuk kesejahteraan keluarga juga

masih terjadi. Adanya rumah mangku menjadi salah satu bukti ketaatan masyarakat dusun

terhadap konsep filosofi Jawa. Dalam hal membangun rumah juga masih memegang teguh adat

Gambar 69. Ilustrasi Dusun Candi Pari wetan

Page 12: ASPEK KEKERABATAN DAN BUDAYA TERHADAP …jurnalperspektifarsitektur.com/download/(Jurnal PA Vol.09 No.02... · aktivitas dan sistem setting, ... permukiman non fisik yang ada mulai

Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 9 / No.2, Desember 2014

126 ISSN 1907 - 8536

Jawa dimana masih memperhitungkan hari baik dan “slamatan” untuk menghindarkan pemilik

rumah dari bahaya. Tatanan ruang dalam rumah memiliki bentuk yang hampir sama antar rumah.

Candi Pari sebagai faktor utama berdirinya permukiman tidak mempengaruhi pembentukan pola

permukiman. masyarakat memandang candi pari hanya sebagai peninggalan sejarah dan tempat

wisata budaya yang dapat meningkatkan perekonomian warga.

DAFTAR PUSTAKA.

Aryanti, D., & Juwono, S. (2014). Laku Dan Energi Dalam Metafisika Arsitektur Jawa. Proceding Seminar Nasional Arsitektur Merah Putih. Ruang dan Latar Arsitektur Indonesia. Jogjakarta: Universitas Kristen Duta Wacana.

Hermanto, M., Iswanto, M., & Wartoyo, F. (2013). Arsitektur Dan Fungsi Candi Pari Dengan Candi Rimbi Pada Masa Majapahit. Jurnal Genta ISSN 2337-9707 Volume 1.

Hidayatun, M. I. (1999). Pendopo Dalam Era Modernisasi; Bentuk, Fungsi dan Makna Pendopo pada Arsitektur Tradisional Jawa dalam. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 27, No. 1, 37-47.

Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). UU Nomor 1 Tahun 2011. Kementerian Pekerjaan Umum.

Murtiyoso, S., & Suanda, E. (2007). Permukiman. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Rapoport, A. (1969). Housee Forms and Culture. USA: Prentice Hall, Inc Englewood Cliffs USA.