asosiasi pengembang perumahan seluruh indonesia (apersi) … · dikarenakan harga tanah di kota...

1
Asosiasi Pengembang Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Timur layouter: edo JUMAT, 29 SEPTEMBER 2017 HALAMAN 14 Sasar Masyarakat yang Butuh Rumah Mendesak Lebih lanjut Supratno menyebutkan, untuk peru- mahan subsidi di Kota Su- rabaya tidak ada. Hal itu dikarenakan harga tanah di Kota Pahlawan sudah membumbung tinggi. Pada hal sangat banyak ma- syarakat yang masih mem- butuhkan rumah tersebut. “Rumah subsidi di Sura- baya tidak ada. Adanya di penyangga kota Surabaya, seperti di Gresik, pinggiran Bangkalan dan Sidoarjo,” ungkapnya. Tak hanya itu, dia me- nambahkan, sebenarnya rumah bersubsidi itu sa- ngat mudah untuk menda- patkanya, karena itu me- rupakan program peme- rintah. Hanya dengan uang muka Rp 13 juta warga sudah bisa memiliki rumah dengan angsuran di bawah Rp 1 juta. Selain itu juga bebas PPN, dan PPh 1 persen. Sedangkan untuk peru- mahan kelas menengah atas, pada semester perta- ma tahun ini juga terlihat stagnan. Menurut Suprat- no, hal itu dipengaruhi oleh harga yang sangat tinggi selain daya beli yang kurang. “Untuk pen- jualan rumah kelas mene- ngah ke atas ini selain harga tinggi juga kena dampak Pilkada DKI, ka- rena pemerintah fokus ke stabilitas politik. Ekonomi sudah dinomor tigakan,” imbuhnya. Saat ini pihaknya tengah fokus mengembangkan perumahan di penyangga Kota Surabaya. Hal itu di- lakukan supaya dapat me- ngurangi backlog yang terjadi di Jawa Timur. Menurut data dari BPS, di Indo- nesia ini masih mengalami kekurangan 13 juta ru- mah. Sedangkan di Jawa Timur sendiri kurang le- bih 560 ribu perumahan. “Kenapa backlog besar di Jatim, misalnya karena harga tanah sudah tinggi dan izin pengembangan agak sulit karena antara kebijakan pusat terhalang oleh perda,” katanya. Lebih dari itu pria asal Tu- ban itu mengatakan, pi- haknya di semester dua ini akan fokus kepada kebutu- han warga terhadap rumah mendesak. Artinya pihaknya akan menyasar kepada orang yang memiliki ke- butuhan pokok berupa Berlokasi di Kawasan Penyangga Surabaya PENJUALAN rumah di Jawa Timur pada tahun ini cenderung mengalami per- lambatan. Menurut Ketua Asosiasi Pengembang dan Perumahan Seluruh Indo- nesia (Apersi) Jawa Timur Supratno, hal itu disebab- kan karena kondisi stabi- litas politik pasca Pilkada DKI Jakarta. “Tahun 2017 ini penjua- lan perumahan mengalami perlambatan karena kon- disi stabilitas politik pasca Pilkada DKI Jakarta. Ke- dua juga daya beli masya- rakat yang rendah,” kata Supratno kepada Radar Surabaya. rumah untuk tempat ting- gal, bukan untuk investasi. “Kalau kemarin sasa- rannya masih dua, inves- tasi dan kebutuhan men- desak. Tapi sekarang kami akan fokus ke kebutuhan mendesak. Jadi kami akan selektif,” ucapnya. Hal itu dilakukan supa- ya nanti dapat menangkap pasar yang pas. Karena sangat tidak mungkin di tahun-tahun ini dan dua tahun kemudian untuk pertumbuhan ekonomi membaik. Lagi-lagi ala- sannya adalah hajatan de- mokrasi. Karena pada ta- hun 2018 akan ada Pilka- da, begitu pun tahun 2019 akan ada pesta demokrasi Pileg dan Pilpres. “Jawa Timur, khususnya Surabaya sebenarnya per- mintaan perumahan sangat tinggi. Namun kami dari pengembang juga mengalami kendala karena harga tanah yang tinggi. Jadi kalau ada orang bekerja di Surabaya yang tidak bisa membeli rumah di Surabaya, pasti akan lari ke Gresik atau Si- doarjo,” katanya. Ditambahkan Supratno, belakangan ini urbanisasi di Kota Surabaya sangat tinggi, tiap tahunnya ham- pir 35 ribu orang. Dan jika dirinci, itu artinya ada 300 orang perbulannya menda- tangi Kota Surabaya un- tuk bekerja dan mem- butuhkan tempat tinggal. “Oleh sebab itu, untuk yang punya gaji besar pasti dia akan membeli ru- mah di Surabaya. Dan kalau belum punya gaji be- sar larinya pasti ke Sido- arjo dan Gresik,” ujarnya. Selain itu dia juga mene- rangkan bahwa penjualan properti naik jika ada daya beli naik. Dengan mening- katnya penjualan properti maka akan berdampak ju- ga terhadap 144 industri lain dan ekonomi akan bergerak. Karena dalam komponen dasar penyusun rumah diikuti 144 industri ikutannya. Kedepan pihaknya ber- harap bahwa pemerintah daerah mampu menjaga kestabilan ekonomi, poli- tik dan keamanan supaya penjualan properti naik. “ Dengan begitu kami ha- rap penjualan properti akan naik di semester dua ini. Karena jika po- litik tidak stabil, maka itu akan sangat mempe- ngaruhi penjualan pro- perti. Selain itu pemerin- tah daerah juga harus mempermudah izin,” pungkasnya. (rus/nur) SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA SEGMEN FIRST BUYER: pekerja melakukan pembangunan rumah di kawasan Tambak Sumur, Sidoarjo. Untuk segmen masyarakat yang butuh rumah mendesak, rumah tapak dibangun di kawasan penyangga seperti Gresik dan Sidoarjo, karena di Surabaya sudah tidak memungkinkan untuk rumah murah bersubsidi.

Upload: tranngoc

Post on 28-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Asosiasi Pengembang Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Timur

layouter: edo

JUMAT, 29 SEPTEMBER 2017 HALAMAN 14

Sasar Masyarakat yang Butuh Rumah MendesakLebih lanjut Supratno

me nyebutkan, untuk peru­mahan subsidi di Kota Su­rabaya tidak ada. Hal itu dikarenakan harga tanah di Kota Pahlawan sudah mem bumbung tinggi. Pa da hal sangat banyak ma­syarakat yang ma sih mem­butuhkan ru mah ter sebut.

“Rumah subsidi di Su ra­baya tidak ada. Adanya di penyangga kota Surabaya, seperti di Gresik, pinggiran Bangkalan dan Sidoarjo,” ungkapnya.

Tak hanya itu, dia me­nambahkan, sebenarnya ru mah bersubsidi itu sa­ngat mudah untuk men da­patkanya, karena itu me­ru pakan program peme­rin tah. Hanya dengan uang muka Rp 13 juta

war ga sudah bisa m e m i l i k i r u m a h d e n g a n

angsuran di bawah Rp 1 juta. Selain itu juga bebas PPN, dan PPh 1 persen.

Sedangkan untuk pe ru­mahan kelas menengah atas, pada semester per ta­ma tahun ini juga terlihat stagnan. Menurut Su prat­no, hal itu dipengaruhi oleh harga yang sangat ting gi selain daya beli yang kurang. “Untuk pen­jualan rumah kelas me ne­ngah ke atas ini selain har ga tinggi juga kena dam pak Pilkada DKI, ka­rena pemerintah fokus ke stabilitas politik. Ekonomi sudah dinomor tigakan,” imbuhnya.

Saat ini pihaknya tengah fokus mengembangkan peru mahan di penyangga Kota Surabaya. Hal itu di­laku kan supaya d a p a t m e ­n g u r a n g i

backlog yang ter jadi di Jawa Ti mur. Me nu rut data dari BPS, di In do­nesia ini ma sih mengalami ke ku ra ngan 13 juta ru­mah. Se dang kan di Jawa Timur sendiri kurang le­bih 560 ribu perumahan.

“Kenapa backlog besar di Jatim, misalnya karena harga tanah sudah tinggi dan izin pengembangan agak sulit karena antara kebijakan pusat terhalang oleh perda,” katanya.

Lebih dari itu pria asal Tu­ban itu mengatakan, pi­haknya di semester dua ini akan fokus kepada kebu tu­han warga terhadap rumah mendesak. Artinya pi hak nya akan menyasar kepada orang yang me mi liki ke­butuhan pokok b e r u p a

Berlokasi di Kawasan Penyangga Surabaya

PEN JUA LAN rumah di Jawa Ti mur pada tahun ini cen derung mengalami per­lam batan. Menurut Ketua Aso siasi Pengem bang dan Perumahan Se lu ruh Indo­nesia (Apersi) Jawa Timur Su pratno, hal itu dise bab­kan karena kon disi sta bi­litas politik pasca Pilkada DKI Jakarta.

“Tahun 2017 ini pen jua­lan perumahan mengalami perlambatan karena kon­disi stabilitas politik pasca Pilkada DKI Jakarta. Ke­dua juga daya beli ma sya­rakat yang rendah,” kata Supratno kepada Radar Surabaya.

rumah untuk tempat ting­gal, bukan untuk investasi.

“Kalau kemarin sasa­ran nya masih dua, inves­tasi dan kebutuhan men­de sak. Tapi sekarang kami akan fokus ke kebutuhan mendesak. Jadi kami akan selektif,” ucapnya.

Hal itu dilakukan supa­ya nanti dapat menangkap pa sar yang pas. Karena sa ngat tidak mungkin di ta hun­tahun ini dan dua ta hun kemudian untuk per tumbuhan ekonomi mem baik. Lagi­lagi ala­san nya adalah hajatan de­mokrasi. Karena pada ta­hun 2018 akan ada Pil ka­da, begitu pun tahun 2019 akan ada pesta demokrasi Pileg dan Pilpres.

“Jawa Timur, khususnya Su rabaya sebenarnya per­mintaan perumahan sa ngat tinggi. Namun kami dari

pengembang juga mengalami kendala kare na harga tanah yang ting gi. Jadi kalau ada orang bekerja di Surabaya yang tidak bisa membeli rumah di Surabaya, pasti akan la ri ke Gresik atau Si­doarjo,” katanya.

Ditambahkan Supratno, be lakangan ini urbanisasi di Kota Surabaya sangat ting gi, tiap tahunnya ham­pir 35 ribu orang. Dan jika dirinci, itu artinya ada 300 orang perbulannya menda­ta ngi Kota Surabaya un­tuk bekerja dan mem­butuhkan tempat tinggal.

“Oleh sebab itu, untuk yang punya gaji besar pasti dia akan membeli ru­mah di Surabaya. Dan kalau belum punya gaji b e­sar larinya pasti ke Si do­arjo dan Gresik,” ujarnya.

Selain itu dia juga me ne­rangkan bahwa pen jualan

properti naik jika ada daya beli naik. Dengan mening­katnya penjualan properti maka akan berdampak ju­ga terhadap 144 industri lain dan ekonomi akan ber gerak. Karena dalam kom ponen dasar penyusun rumah diikuti 144 industri ikutannya.

Kedepan pihaknya ber­harap bahwa pemerintah daerah mampu menjaga kes tabilan ekonomi, poli­tik dan keamanan supaya pen jualan properti naik. “

De ngan begitu kami ha­rap pen jualan properti akan naik di semester dua ini. Ka rena jika po­litik tidak sta bil, maka itu akan sa ngat mem pe­ngaruhi pen jualan pro­per ti. Selain itu peme rin­tah daerah juga ha rus mem permudah izin,” pung kasnya. (rus/nur)

SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA

SEGMEN FIRST BUYER: pekerja melakukan pembangunan rumah di kawasan Tambak Sumur, Sidoarjo. Untuk segmen masyarakat yang butuh rumah mendesak, rumah tapak dibangun di kawasan penyangga seperti Gresik dan Sidoarjo, karena di Surabaya sudah tidak memungkinkan untuk rumah murah bersubsidi.