askep post kll pada sdr.a icu

27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN DIAGNOSA KECELAKAAN LALU LINTAS DAN SUSPEK TRAUMA ABDOMEN DI RUANG ICU RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO Disusun Oleh : NUNIK HARNAWANTI 32-055-08-1-2012 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Upload: umnia-ennja-nyanya-najikh

Post on 22-Nov-2015

430 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

oj

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATANPADA Sdr. A DENGAN DIAGNOSA KECELAKAAN LALU LINTAS DAN SUSPEK TRAUMA ABDOMEN DI RUANG ICU RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Disusun Oleh :NUNIK HARNAWANTI32-055-08-1-2012

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2013

ASUHAN KEPERAWATANPADA Sdr. A DENGAN DIAGNOSA KECELAKAAN LALU LINTAS DAN SUSPEK TRAUMA ABDOMEN DI RUANG ICU RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Tgl. Masuk ICU : 8 Agustus 2013Jam : 03.45 WIBNo. CM : Identitas Pasien Nama : Sdr. A Umur : 25 TahunAgama : IslamPendidikan : Tamat SMTAPekerjaan : Pegawai Swasta Status Pernikahan :Belum KawinAlamat : Paitan Rt 01/Rw 01 Kemiri Purworejo

Penanggung JawabNama: Umur: Hubungan :Alamat:

PENGKAJIANTgl. : 9 Agustus 2013 Jam : 09.00 WIB

Pengkajian Primer1. Airway: Tidak ada sumbatan jalan nafas2. Breathing: I : Tidak terlihat retraksi dada RR : 24x/mntP : Gerakan dada dan kiri sama semitris P : Tidak terkajiA : Tidak terdengar suara tambahan3. Sirkulasi: TD : 110/70 mmHg, N : 80x/mnt, teraba kuat dan tidak teratur ekteremitas teraba dingin4. Disablity: Kondisi klien dalam keadaan sadar (composmentis), komunikasi terbatas karena klien lebih terfokus pada nyeri yang dirasakan, GCS : 15.

Pengkajian sekunder

Alasan utama datang ke RS : Klien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris dextra dan pelvis terdapat hematom, dan klien mual-mual Riwayat penyakit sebelumnya :Klien sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat seperti diabetes melitus,stroke,jantung dan lain sebagainya. Keluhan Utama :Fraktur cruris dextra dan pelvis terdapat hematomRiwayat kesehatan lalu :Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga :Dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat. Riwayat Penyakit SekarangKesadaran klien composmentis, tetapi klien tampak lemah, kaki kanan terpasang spalk. TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24 x/mnt, S 36 C, GCS total 15,dan reflex pupil3/3. Alasan masuk ICUKlien post kecelakaan lalu lintas, kondisi klien lemah, kesadaran composmentis,GCS 15,reflek pupil 3/3, pengkajian tingkat nyeri P : Kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : kaki kanan, S : 8, dan T : terus menerus,kaki kanan terpasang spalk,TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24x/mnt, dan S 36 C.

Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umum :Sakit/nyeri : Skala nyeri 8Status gizi : KurangSikap : Lemah, kadang-kadang meringis kesakitan. Personal hygiene : Bersih2. Data sistematika. Sistem persepsi sensorPendengaran : NormalPenglihatan : Normal, konjungtiva : tidak anemisSklera : Tidak ikterikPengecap/pengidu : NormalPeraba : Normalb. Sitem pernafasanFrekwensi: Normal 24x/menitSuara nafas: Normal. c. Sistem cardio vaskulerTekanan darah: 100/70 mmHgDenyut nadi: 80 x/menit, irama : teraturKekuatan : Kuat, akral : hangatd. Sistem saraf pusatKesadaran: CMBicara: NormalPupil : 3/3Orientasi waktu: BaikOrientasi tempat : BaikOrientasi orang: Baike. Sistem gastrointestinalNafsu makan: NormalMulut & tenggorok: NormalKemampuan mengunyah: NormalKemampuan menelan: NormalPerut: NormalColon dan rektum: BAB 2x dalam seharif. Sistem musculosceletalRentang gerak : lemahKemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari dibantu Genggaman tangan : Kedua tangan bisa digerakkan, kaki kanan dipasang spalk. Otot kaki : lemah ketika digerakan g. Sistem integumenWarna kulit :warna kulit sawo mateng Turgor:Normal Memar:ada memarLain-lain:Normalh. Sistem perkemihanVesica urinaria:Klien menggunakan kateter sebagai alat bantu untuk BAK dan menggunakan pamper untuk BAB,sehari BAK yang dikeluarkan bisa sampai 800-1000 cc/per hari

3. Data penunjang

Terapi yang diberikan RL 30 TPM fungsi Inf RL adalah untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hivopolemik termasuk perdarahan. O2 3 lpm Ceftriaxone 2x1 gr/st fungsinya untuk infeksi-infeksi berat yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif mamupun gram negatif. Ketorolac 3x30 g berfungsi untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Piracetam 3grx3 bergungsi untuk pengobatan infark serebral. Kalnex 3x500gr berfungsi untuk Pendarahan abnormal sesudah operasi secara umum. Ranitidin 2x1 Amp berfungsi untuk engobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.

POLA KEBUTUHAN GORDON1. Pola eliminasiBuang air besar : Pola 2 kali sehari, selama di rumah sakit satu dua hari sekali baru BAB. Buang air kecil : dibantu kateter , warna kuning jernih, jumlah antara 800 1000 cc/hari

2. Pola aktifitas dan latihanNoKemampuan perawatan diri01234

1Makan/minum

2Toileting

3Berpakaian

4Mobilitas di tempat tidur

5berpindah

Keterangan:0 mandiri1 dibantu sebagian2 perlu bantuan orla3 perlu bantuan orla dan alat4 tergantung/tidak mampu

3. Pola istirahat tidurSelama di rawat di ICU klien gelisah, susah untuk tertidur, tetapi kalau tertidur klien sering terbangun karena merasa kesakitan. 4. Pola persepsi diriTidak bisa dikaji 5. Pola nutrisiKlien makan dibantu dan diberi makanan tinggiserat tinggi protein dan terpasang infus 30 tpm 6. Pola perceptualTidak terkaji7. Penglihatan dan pendengaran masih baik ( normal ). 8. Pola peran dan hubungan9. Tidak terkaji10. Pola menejemen koping stressTidak terkaji 11. Sistem nilai dan kepercayaanTidak terkaji

Pengkajian tanggal 9 Agustus 2013:Klien post kecelakaan lalu lintas, kondisi klien lemah, kesadaran composmentis,GCS 15,reflek pupil 3/3, pengkajian tingkat nyeri P : Kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : kaki kanan, S : 8, dan T : terus menerus,kaki kanan terpasang spalk,TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24x/mnt, dan S 36 C.

LEMBAR ANALISIS DATA

NoDataMasalahKemungkinan Penyebab

1 DS : Klien mengatakan masaih merasa nyeri pada kaki kanannya P : Post KLL dengan fraktur cruris Q : seperti ditusuk-tusuk R : Kaki kanan S : 8 T : terus menerus DO : Tanpa menahan sakit Tanpa meringiris kesakitan

Nyeri akut Agen Cidera biologi Post KLL

2DS : Klien mengatakan sakit pada lukanya Klien mengatakan kalau kaki kanannya digerakkan sedikit saja maka akan terasa sakit. Klien mengatakan kalau bergerak sedikit saja terasa sangat sakit DO : Menahan sakit meringis kesakitan susah menggerakkan kakinya

Gannguan mobilitas fisik Post KLL dengan fraktur cruris dan terpasang spalk pada kaki kanan

3DS :

DO : Mandi dibantu Makan dibantu Kakinya kalau digerakkan terasa sakit

Defisit perawatan diri Kelemahan fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NoDiagnosa Keperawatan

1.Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen cidera fisik post KLL

2.Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan Post KLL dengan fraktur cruris dan terpasang spalk pada kaki kanan

3.Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Sdr.A No. Register : Umur : 25 ThnDiagnosa Medis : Post KLLRuang dirawat : ICUAlamat : Paitan

Tgl. JamDiagnosaRENCANATanda Tangan dan Nama

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

9 Agustus 2013 09.00 Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen cidera fisik post KLL

DS : Klien mengatakan masaih merasa nyeri pada kaki kanannya P : Post KLL dengan fraktur cruris Q : seperti ditusuk-tusuk R : Kaki kanan S : 8 T : terus menerus DO : Tanpa menahan sakit Tanpa meringiris kesakitan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x7 jam klien diharapkan dapat mengontrol rasa nyerinya dengan kriteria hasil : Klien mampu mengontrol nyeri(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan) Klien mampu melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Klien mampu mengenali skala nyeri (skala,intensitas,frekuensi,dan tanda nyeri) Klien mampu menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangPain Management 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,dan faktor presipitasi2. mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan3. menggunakan tekhnik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau

9 Agustus 201310.00Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan Post KLL dengan fraktur cruris dan terpasang spalk pada kaki kanan

DS : Klien mengatakan sakit pada lukanya Klien mengatakan kalau kaki kanannya digerakkan sedikit saja maka akan terasa sakit. Klien mengatakan kalau bergerak sedikit saja terasa sangat sakit DO : Menahan sakit meringis kesakitan susah menggerakkan kakinya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x7 jam klien dapat melakukan mobilsasi di tempat tidur dengan kriteria hasil : Klien mampu meningkatkan aktifitas fisiknya Klien mengerti tujuan peningkatan mobilitas Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah Exercise therapy: Ambulation1. Memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. Mengkaji kemampuan klien untuk mobilisasi3. Melatih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan4. Memberikan bantuan jika diperlukan 5. Mengajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

9Agustus 2013 11.00Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

DS :

DO : Mandi dibantu Makan dibantu Kakinya kalau digerakkan terasa sakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam klien diharapkan dapat meningkatkan kebersihan dirinya dengan dibantu keluarga atau perawat dengan kriteria hasil: Klien terbebas dari bau badan menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan ADLsdapat melakukan ADLs dengan bantuanSelf care asisstance : ADLs1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri atau dibantu2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,berhias,toileting dan makan3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self care4. Dorong klien melakukan secara mandiri,tapi beri bantuan ketika klien mampu melakukannya5. Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandirian,untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Sdr.ANo. Register : Alamat : PaitanUmur : 25 TahunRuang dirawat : ICU

Tgl. JamDiagnosa dan Implementasi KeperawatanEvaluasiNama & TTD

9 Agustus 2013

09.0009.1010.0013.00

Dx I Implementasi : 1. Memonitor TD,Nadi,Suhu,dan RR2. Memonitor keadaan umum Klien 3. Memberi obat sesuai advince 4. Memonitor urine output S : Klien mengatakan masih merasa nyeri

P : Post kecelakaan lalu lintasQ : seperti ditusuk-tusukR : Kaki kananS : 7T : terus menerus

O : keadaan umum masih lemah, TD132/75 mmHg, Nadi 56x/mnt, RR 18x/mnt, suhu 36,2 C.

A : masalah keperawatan belum teratasiP : lanjutkan intervensi

9 Agustus 201309.000091010.00

Dx II Implementasi 1. Memonitor TD, Nadi,Suhu,dan RR2. Memonitor keadaan umum klien3. Memberikan posisi yang nyaman bagi klien S : klien mengatakan masih nyeri, dan merasa pegel-pegel pada bagian kaki kanan.

O : keadaan umum masih lemah, TD 120/72 mmHg,Nadi 63x/mnt, RR 25x/mnt, dan Suhu 36,2 C.

A : masalah keperawatan belum teratasiP : lanjutkan intervensi

Pasien Pindah ke Bangsal Anggrek.

Trauma Abdomen

A. Defenisi Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1998).Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusukTrauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :Trauma penetrasia. Luka tembak Luka tusukb. Trauma non-penetrasi Kompres Hancur akibat kecelakaan Sabuk pengaman Cedera akselerasiTrauma pada dinding abdomen terdiri dari :1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasiKontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.2. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:1. Perforasi organ viseral intraperitoneumCedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.3. Cedera thorak abdomenSetiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).

B. EtiologiMenurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :1. Paksaan /benda tumpulMerupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.2. Trauma tembusMerupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.

C. PatofisiologiJika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer, 2001).

D. Manifestasi KlinikMenurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :1. NyeriNyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.2. Darah dan cairanAdanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.3. Cairan atau udara dibawah diafragmaNyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.4. Mual dan muntah5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi

E. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan diagnostik1. Foto thoraksUntuk melihat adanya trauma pada thorak.2. Pemeriksaan darah rutinPemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.3. Plain abdomen foto tegakMemperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.4. Pemeriksaan urine rutinMenunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.5. VP (Intravenous Pyelogram)Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).1. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnyao Trauma pada bagian bawah dari dadao Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelaso Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)o Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)2. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :o Hamilo Pernah operasi abdominalo Operator tidak berpengalamano Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan7. Ultrasonografi dan CT ScanSebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.b. Pemeriksaan khusus1. Abdomonal ParacentesisMerupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.2. Pemeriksaan LaparoskopiDilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.c. Penatalaksanaan Medis1. Abdominal paracentesisMenentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.2. Pemeriksaan laparoskopiMengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.3. Pemasangan NGTMemeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.4. Pemberian antibiotikMencegah infeksi.5. Laparotomi

PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITALPre HospitalPengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.1. AirwayDengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakanteknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.2. BreathingDengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).3. CirculationDengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)1. Stop makanan dan minuman2. Imobilisasi3. Kirim kerumah sakit.

Penetrasi (trauma tajam)1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.4. Imobilisasi pasien.5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.7. Kirim ke rumah sakit.Hospital1. Trauma penetrasiBila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.a. Skrinning pemeriksaan rontgenFoto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.b. IVP atau Urogram Excretory dan CT ScanningIni di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.c. Uretrografi.Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.d. SistografiIni digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada :o fraktur pelviso trauma non-penetrasi

2. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :a. Pengambilan contoh darah dan urineDarah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.b. Pemeriksaan rontgenPemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.c. Study kontras urologi dan gastrointestinalDilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).

PATHWAYTrauma(kecelakaan)Penetrasi & Non-PenetrasiTerjadi perforasi lapisan abdomen(kontusio, laserasi, jejas, hematom)Menekan saraf peritonitisTerjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen NyeriMotilitas ususDisfungsi usus Resiko infeksiRefluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang daridan eloktrolit kebutuhan tubuhKelemahan fisikGangguan mobilitas fisik(Sumber : Mansjoer,2001)

ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIANDasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah :1.Aktifitas/istirahatData Subyektif: Pusing, sakit kepala, nyeri, mulasData Obyektif: Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).2.SirkulasiData Obyektif: Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).3.Integritas egoData Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)Data Obyektif: Cemas, bingung, depresi.4.EliminasiData Subyektif: Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.5.Makanan dan cairanData Subyektif: Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen6.NeurosensoriData Subyektif: Kehilangan kesadaran sementara, vertigoData Obyektif: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh7. Nyeri dan kenyamananData Subyektif: Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.Data Obyektif: Wajah meringis, gelisah, merintih.

8.PernafasanData Subyektif : Perubahan pola nafas9. KeamananData Subyektif: Trauma baru / trauma karena kecelakaan.Data Obyektif: Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.

DIAGNOSA KEPERAWATANDefisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahanTujuan: Terjadi keseimbangan volume cairan.Intervensi :1. Kaji tanda-tanda vitalR/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitaminR/ mengidentifikasi keadaan perdarahan3. Kaji tetesan infusR/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.4. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.5. Tranfusi darahR/ menggantikan darah yang keluar.

Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.Tujuan: Nyeri teratasiIntervensi:1. Kaji karakteristik nyeriR/ mengetahui tingkat nyeri klien.2. Beri posisi semi fowler.R/ mengurngi kontraksi abdomen3. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksiR/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian4. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.5. Managemant lingkungan yang nyamanR/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh.Tujuan: Tidak terjadi infeksiIntervensi:1. Kaji tanda-tanda infeksiR/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.2. Kaji keadaan lukaR/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi.3. Kaji tanda-tanda vitalR/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi.4. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasiR/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial5. Kolaborasi pemberian antibiotikR/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar

DAFTAR PUSTAKA

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGChttp://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10,17,2009,13.10amHudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGCMansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : JakartaSjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGCSuddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC