askep luka bakar
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
LUKA BAKAR
OLEH:MUHAMMAD LATTIIFUR ROOFII
AKADEMI KEPERAWATAN PERINTAH KABUPATEN PONOROGO
2009
Luka Bakar
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis.
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibanding dengan cedera oleh sebab lain.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena
api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga.
Patofisiologi Luka bakar
Luka bakar disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal,
radiasi dan kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein
dan ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami
kerusakan karena karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen
penyebab (burning agen). Nekrosis atau kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen penyebab luka bakar tersebut. Suhu yang kurang
dari 400C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan
luka bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan
dalamnya, kemudian perawatannya dilakukan dengan tiga fase luka
bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediate dan fase
rehabilitasi.
Fase Durasi Prioritas
Fase resusitasi
yang
darurat/segera
Dari awitan
cedera hingga
selesainya
resusitasi cairan
Pertolongan pertama
Pencegahan syok
Pencegahan gangguan
pernapasan
Deteksi dan penanganan
cedera yang menyertai
Penilaian luka dan
perawatan pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya
diuresis hingga
hamper
selesainya proses
penutupan luka
Perawatan dan penutupan
luka
Pencegahan/penanganan
komplikasi termasuk
infeksi
Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dari penutupan
luka yang besar
hingga
kembalinya
kepada tingkat
penyesuaian fisik
dan psikososial
yang optimal
Pencegahan
parut&kontraktur
Rehabilitasi fisik,
oksupasional&vokasional
Rekonstruksi
fungsional&kosmetik
Konseling psikologi
Derajad Luka bakar
Kedalaman luka bakar tergantung oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu
tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, bajuyang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari
bulu domba (wol). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar
juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat
derajat kedalaman.
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut jaringan yang rusak:
Kedalaman
& derajat
luka bakar
Bagian
kulit yang
terkena
Gejala Penampilan
luka
Perjalanan
kesembuhan
Derajat satu
(superficial)
Tersengat
matahari
Terkena api
dengan
intensitas
rendah
Epidermis Kesemutan
Hiperestesia
(supersensitive)
Rasa nyeri mereda bila
didinginkan
Memerah,
menjadi
putih bila
ditekan
Minimal
atau tanpa
edema
Kesembuhan
lengkap dalam 1
minggu
Pengelupasan kulit
Derajat dua
(Partial
Thickness)
Tersiram air
mendidih
Terbakar
oleh nyala
api
Epidermis
dan bagian
dermis
Nyeri
Hiperestesia
Sensitif terhadap udara
yang dingin
Melepuh
dasar luka
berbintik-
bintik
merah,
epidermis
retak,
permukaan
luika basah
Edema
Kesembuhan dalam
2-3 minggu
Pembentukan
parut&depigmentasi
Infeksi dpt
mengubahnya mjd
derajat tiga
Derajat tiga
(Full
Thickness)
Terbakar
Epidermis,
keseluruhan
dermis dan
kadang-
Tidak terasa nyeri
Syok
Hematuria&kemungkinan
Kering, luka
baker
berwarna
putih seperti
Pembentukan esker
Diperlukan
pencangkokan
Pembentukan
nyala api
Terkena
cairan
mendidih
dalam
waktu yang
lama
Tersengat
arus listrik
kadang
jaringan
subkutan
hemolisis
Kemungkinan terdapat
luka masuk dan keluar
(pada luka baker listrik)
bahan kulit
atau gosong
Kulit retak
dengan
bagian
lemak yang
nampak
Edema
parut&hilangnya
kontur serta fungsi
kulit
Hilangnya jari
tangan atau
ekstremitas dapat
terjadi
Umumnya luka bakar memiliki kedalaman yang tidak seragam. Ketika
dinilai, luka bakar biasabya mencakup daerah-daerah cedera superfisial pada
bagian perifer luka dengan peningkatankedalaman di sebelah proksimal. Setiap
daerah memiliki 3 zona cedera. Daerah yang sebelah dalam mengalami kerusakan
yang paling parah, sedangkan zona yang sebelah luar kerusakannya paling ringan.
Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kerusakan
seluler. Daerah yang tengah disebut zona statis tempat terjadinya gangguan suplai
darah, inflamasi dan cedera jaringan. Daerah ini masih dapat diselamatkan sampai
derajat tertentu dengan resusitasi cairan yang berhasil baik. Daerah sebelah luar
merupakan zona hyperemia. Zona ini merupakan luka baker derajat satu yang
harus sembuh dalam waktu 1 minggu dan lebih khas untuk cedera terbakar atau
tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat cairan yang panas.
Dalam menentukan dalamnya luka bakar, yang harus diperhatikan yaitu faktor-
faktor:
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit
Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Pada orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kiri, paha kanan paha
kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%,
sisanya 1% adalah daerah genetalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan dewasa digunakan rumus lain karena luas relative
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relative permukaan kaki lebih
kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda
dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, bagian depan dan belakang masing-
masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas
bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
Selain dalamnya dan luas permukaan, prognosis dan penanganan
ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita.
Daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena
mudah mengalami kontraktur.
Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka
bila terbakar, digolongkan dalam golongan berat.
Perawatan Luka Bakar
Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban
luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut
mengalami luka bakar.
1. Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat
menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya bagian pakaian
yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri
missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke
air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka
bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik harus dipadamkan.
2. Mendinginkan luka baker
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan
suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang
terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk
menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan
pada derajat I atau luka yang menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau
II. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang
dingin sekurang-kurangnya 15 menit.
3. Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan, pakaian
lain dan semua barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan
penilaian serta mencegah terjadinya kontriksi sekunder akibat edema yang
timbul dengan cepat.
4. Menutup luka bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkevil kemungkinan
kontaminasi bakteri dan mengurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar
tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.
5. Mengirigasi Luka bakar kimia
Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air
mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang
sejuk.
Penatalaksanaan Kehilangan Cairan dan Syok
Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah
mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit
yang hilang.
Perubahan cairan dan Elektrolit Pada Fase Emergensi/Resusitasi dalam Perawatan
Luka Bakar
Fase Akumulasi Cairan (Fase Syok)
Plasma menuju cairan interstisial (Edema pada tempat yang
terbakar)
Observasi Penjelasan
Dehidrasi yang
menyeluruh
Berkurangnya
volume darah
Plasma mengalir keluar (bocor) lewat
pembuluh darah kapiler yang rusak
Terjadi sekunder akibat hilangnya plasma
penurunan tekanan darah dan berkurangnya
Berkurangnya
haluran urin
Kadar K+ yang
berlebihan
Kadar Na+ yang
kurang/deficit
Asidosi metabolic
(deficit basa
bikarbonat)
Hemokonsentrasi
(Kenaikan
hematokrit)
curah jantung
Terjadi sekunder akibat:
kehilangna aliran darah renal
kehilangan cairan
Retensi Na&air karena peningkatan
kortek adrenal (hemolisis sel darah merah
yang menyebabkan
hemoglobinuria&mionekrosis/mioglobinuria)
Trauma seluler yang massif menyebabkan
pelepasan ion K+ ke dalam cairan
ekstraseluler
Sejumlah besar ion Na+ hilang dalam cairan
edema yang terperangkap dan mengalami
eksudasi serta berpindah ke dalam sel ketika
ion K+ dilepas dari dalam sel
Kehilangan ion-ion bikarbonat menyertai
kehilangan natrium
Komponen darah yang cair mengalir ke
dalam ruang ekstravaskuler
Selang infus dan kateter urin harus sudah terpasang sebelum resusitasi
cairan dimulai. Hasil pengukuran BB dan tes laboratorium juga dicatat dan
dipantau secara ketat.
Penggantian Cairan
Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung oleh dokter
berdasarkan luas luka baker. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan
(1) koloid-whole blood, plasma serta plasma ekpander, dan (2)
kristaloid/elektrolit-larutan natrium klorida fisiologik atau larutan ringer laktat.
Resusitasi cairan yang adequate menghasilkan sedikit penurunan volume darah
selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma dalam
nilai yang normal pada akhir periode 48 jam.
Pedoman Rumus untuk Penggantian Cairan Pada Pasien Luka Bakar
Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml X kg BB X
% luas luka baker.
Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
selanjutnya.
Rumus Evans
1. Koloid: 1ml X kg BB X % luas luka baker
2. Elektrolit (saline): 1ml X kg BB X % luas luka baker
3. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam
selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari
sebelumnya, seluruh penggantian cairan insensible.
Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III yang melebihi
50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
Rumus Brooke Army
1. Koloid: 0,5ml X kg BB X % luas luka baker
2. Elektrolit (larutan ringer laktat): 1,5ml X kg BB X % luas luka baker
3. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam
selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan koloid, separuh elektrolit, seluruh penggantian
cairan insensible.
Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh
dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
Rumus Parkland/Baxter
Larutan ringer laktat: 4ml X kg BB X luas luka baker
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam
selanjutnya.
Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid
Larutan Salin Hipertonik
Larutan pekat natrium klorida dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq
natrium perLiter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk
mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan
kecepatan infuse selama 8 jam pertama pasca luka baker. Kadar natrium serum
harus dipantau dengan ketat. Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan
osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.
Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang
banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan
uji kepekaan kuman. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress dan
antipiretik diberikan bila suhu tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak
2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan
diberikan melalui pipa lambung atau ditambah parenteral.
Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
Penderita luka baker harus dipantau terus-menerus, keberhasilan
pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya
1ml/kgBB/jam. Yang penting juga apakah sirkulasi normal/tidak