askep encephalitis
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan mikroba.
Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis.
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.
Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian antibiotik, isolasi untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba, mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.
1
Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV ( Herpes Simplek Virus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh sengan gejala sisa yang berat
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan ensefalitis ?
b. Apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya ensefalitis ?
c. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?
d. Asuhan keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?
e. Apa yang dimaksud dengan legal etis dalam keperawatan serta prinsip-prinsip apa saja yang harus dipegang sebagai seorang perawat?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ensefalitis.
b. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya ensefalitis.
c. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan masalah ensefalitis.
d. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis.
2
e. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari legal dan etis dalam keperawatan serta mengetahui prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai seorang perawat profesional.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
2.2 Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
a. Infeksi virus yang bersifat endemik
1) Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
2) Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
3
b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).
2.3 Patogenesis Ensefalitis
Virus masuk kedalam tubuh klien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
a. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
2.4 Manifestasi Klinis
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Panas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah lethargi.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
2.5 Klasifikasi
Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
a. Ensefalitis Supurativa
1) Patogenesis
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis
4
cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
b. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :
1) Demam.
2) Kejang.
3) Kesadaran menurun.
4) Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.
5) Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
6) Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.
c. Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:
1) Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2) Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
b. Ensefalitis Siphylis
a. Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.
b. Manifestasi Klinis
Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Gejala-gejala neurologis
a) Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.
5
b) Afasia.
c) Apraksia.
d) Hemianopsia.
e) Penurunan kesadaran
f) Pupil Agryll- Robertson.
g) Nervus opticus dapat mengalami atrofi.
h) Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.
2) Gejala-gejala mental
a) Timbulnya proses dimensia yang progresif.
b) Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja.
c) Daya konsentrasi mundur.
d) Daya ingat berkurang.
e) Daya pengkajian terganggu.
c. Terapi pada ensefalitis siphylis
1) Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.
2) Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular + probenesid 4x500mg oral 14 hari.
3) Bila alergi pada penisilin, maka bisa diberikan :
a) Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.
b) Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.
c) Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu.
d) Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
Ensefalitis Virus
Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai berikut :
a. Virus RNA
1) Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.
2) Rabdovirus : virus rabies.
6
3) Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).
4) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).
5) Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.
b. Virus DNA
1) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.
2) Retrovirus: AIDS.
c. Manifestai Klinis
1) Demam.
2) Nyeri kepala
3) Vertigo.
4) Nyeri badan.
5) Nausea.
6) Kesadaran menurun.
7) Kejang-kejang.
8) Kaku kuduk.
9) Hemiparesis dan paralysis bulbaris.
d. Terapi pada ensefalitis karena virus
1) Pengobatan simtomatis
a) Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.
b) Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
2) Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella.
3) Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria Serebral
7
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.
Gejala-gejala yang timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.
Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi.
e. Terapi pada ensefalitis karena parasit
1) Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.
2) Toxoplasmosi
a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari.
3) Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
e. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan
8
infeksi fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.
a. Terapi pada ensefalitis karena fungus
1) Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.
2) Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
a. Terapi pada riketsiosis serebri
1) Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.
2) Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.
2.6 WOC Ensefalitis
Virus / Bakteri
Mengenai CNS
Ensefalitis
TIK
Kejaringan Susunan Saraf Pusat
Panas/sakit kepala
Disfungsi hipotalamus
Hipertermi
Kerusakan Susunan Saraf Pusat
- Gangguan penglihatan
9
- Kejang spastik
- Gangguan bicara
- Gangguan pendengaran
- Kelemahan gerak
Resiko cedera
Gangguan rasa nyaman
Inflamatorykepala
Hipertemi
Hipermetabolik
Gangguan sensorik dan motorik
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Biakan :
1) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
2) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .
4) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
10
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :
a. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :
1) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
2) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
3) Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
4) Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
1) Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
2) Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
3) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.
d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
1) Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
2) Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
3) Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
11
e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).
f. Penatalaksanaan shock septik.
g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).
2.9 Asuhan Keperawatan Masalah Ensefalitis
2.9.1 Pengkajian
a. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan lain-lain.
f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada post imunisasi pertusis.
a. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
a) Kebiasaan : sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur, kebiasaan buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh).
b) Status Ekonomi: Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
a) Menyepelekan anak yang sakit, tanpa pengobatan yang semestinya.
12
b) Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makanan dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.
c) Pada klien dengan Ensefalitis biasanya ditandai dengan adanya mual, muntah, kepala pusing, dan kelelahan.
d) Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus, rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.
3) Pola eliminasi
a) Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis karena klien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstivasi.
b) Kebiasaan BAK sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal.
c) Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine pekat.
4) Pola tidur dan istirahat. Biasanya pola tidur dan istirahat pada klien Ensefalitis biasanya tidak dapat dikaji karena klien sering mengalami apatis sampai koma.
5) Pola Aktivitas
a) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena klien Ensefalitis mengalami kelemahan penurunan kesadaran.
b) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
c) Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada klien gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM.
d) Kekuatan otot berkurang karena klien Ensefalitis dengan gizi buruk .
e) Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi, anemia berat, aktifitas fagosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
6) Pola hubungan dengan peran. Interaksi dengan keluarga atau orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
7) Pola persepsi dan pola diri. Pada klien Ensenfalitis umur > 4, pada persepsi dan konsep diri yang meliputi Body Image, self Esteem, identitas deffusion deper sonalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.
8) Pola sensori dan kuanitif. Daya penciuman, rasa, raba, penglihatan, pendengaran tidak dapat dievaluasi.
9) Pola reproduksi seksual. Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun, fimosis ada/tidak.
10) Pola penanggulangan stres. Pada klien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
13
a) Stress fisiologi ( anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja , tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
b) Stress Psikologi tidak di evaluasi.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan. Anak umur 18 bulan belum bisa dikaji.
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
2.9.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
14
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.
Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas terhadap cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan kemudian.
Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri pasien.
Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.
Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
Kolaborasi :
Berikanan algesik sesuai indikasi.
Obat ini dapat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan /istirahat umum.
b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi.
Tujuan : Suhu tubuh normal.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri : 1
Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.
Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
15
indikasi. mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Dapat membantu mengurangi demam.
Kolaborasi :
Berikan antipiretik sesuai indikasi.
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.
Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.
Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Lihat kembali proses patologis kondisi individual.
Kesadaran akan tipe/daerah yang terkena membantu. dalam mengkaji/ mengantisipasi defisit spesifik dan keperawatan
Evaluasi adanya gangguan penglihatan
Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negatif terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan.
Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.
Menurunkan/ membatasi jumlah stimuli yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan bagi pasien.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.
Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi.
Dapat menggerakkan anggota tubuh.
INTERVENSI RASIONAL
16
Mandiri: Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.
Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan.
Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.
Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.
Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam.Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi ke Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh.
Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.
Diberi dilantin / valium , kejang / spastik hilang.
2.9.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis meliputi :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
NO IMPLEMENTASI
1 Memberikan tindakan nyaman.
2Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
3 Mengkaji intensitas nyeri.
4Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri pasien.
5Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.
6 Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi
NO IMPLEMENTASI
1 Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.
17
2Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
3Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
4 Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
NO IMPLEMENTASI
1 Melihat kembali proses patologis kondisi individual.
2 Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan
3Menciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
NO IMPLEMENTASI
1Memberikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.
2 Melakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.
3 melakukan perubahan posisi setiap 2 jam.
4Berkolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.
2.9.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan masalah ensefalitis adalah :
a. Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.
18
b. Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
c. Tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.
2.10Aspek Dan Etis
Etik adalah studi tentang prilaku, karakter dan motif yang baik, serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang (fundamental).
a. Etik dalam keperawatan
Untuk menjadi perawat yang profesional perawat tersebut harus mampu secara aktif berpartisipasi dengan klien dalam menjalankan praktik keperawatan, yaitu dengan cara bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
b. Cara pengambilan keputusan yang etis
Menunjukkan maksud dan tujuan yang baik.
Mengidentifikasi semua orang penting.
Mengumpulkan informasi yang relevan.
Mengidentifikasi prinsip etis yang penting.
Mengusulkan tindakan alternatif.
Melakukan tindakan.
c. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :
a. Otonomi (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.
b. Beneficience (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
c. Justice (perlakuan adil)
Perawat hendaknya mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.
19
d. Non maleficience (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
e. Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.
f. Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.
g. Moral right
Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia. Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
a. Ensefalitis supurativa.
b. Ensefalitis siphylis.
c. Ensefalitis virus.
d. Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan sistiserkosis.
e. Ensefalitis karena fungus.
20
f. Riketsiosis serebri.
Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya ensefalitis tersebut, antara lain seperti : pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit, antivirus dan pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi.
3.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
1. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis. (online). http://bkp2011.blogspot. com /2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien_24.html, diakses tanggal 16 Oktober 2011 pukul 10.00
2. Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius3. Doengoes, Marilynn.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC4. http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=186085. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/ensefalitis/
21
LAPORAN PENDAHULUAN
ENCEPHALITIS
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KEPERAWATAN DEWASA 8
OLEH :
RIATY S
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
22
2013
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam
mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 2006).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+).
(Pedoman diagnosis dan terapi, 2002).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus
(Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Ensefalitis menurut Mansjoer dkk,(2000) adalah radang jaringan otak yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa.
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:
a. Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang
biakan virus ekstraneural yang hebat
b. Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak
lambat dan kerusakan otak ringan
c. Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hampir tidak adanya viremia,
sangat terbatasnya replikasi ekstraneural
23
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi
untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan
koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap
suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot.
a. Sel sel pada sistem syaraf
1) Neuron
Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu
bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan
lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls
menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel
neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka,
Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan
schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel
schwann.Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan
mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit
adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek
yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.
2) Neuroglial
Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi
sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.
3) Sistam komunikasi sel
Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan
dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima
rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di
sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.
b. Sistem Syaraf Pusat
1) Perkembangan Otak
24
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari
sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran
otak awal,yaitu:
a) Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus,
serta hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan
informasi mengenai kesadaran dan emosi.
b) Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubunga
dengan penglihatan dan pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum,
krus serebrium, korpus kuadriigeminus.
c) Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan
tersusun dari lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang
terlibat dalam pengontrolan pernafasan.
c. Susunan Syaraf Perifer
Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf
pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.
Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur
aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem
pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
2) Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi
pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke
otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut
fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:
a) Susunan syaraf simpatis
b) Susunan syaraf para simpatis (Setiadi,2007).
4. ETIOLOGI
a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam Encephalitis virus :
1) Infeksi virus yang bersifat epidermik :
a) Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO
25
b) Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.
encephalitis, Murray valley encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes
zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella,
pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
5. PATOFISIOLOGI
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah
masuk kedalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara:
a. Setempat virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal
berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan
kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa
Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak
26
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala klinis Encephalitis tidak spesifik, tergantung dari penyebab dan luas
dari daerah yang terkena infeksi. Umumnya didapatkan suhu yang
mendadak naik, sebelum kesadaran menurun, sering mengeluh nyeri
kepala, muntah sering ditemukan, lethargi, photofobi, kadang- kadang
desertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
Gejala klinis lainnya adalah :1) Terjadi peningkatan tekanan intarakraniaum,berupa nyeri kepala,
penurunan kesadaran, dan muntah2) Terjadi demam akibat infeksi3) Fotofobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf – saraf
kranial
27
4) Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan gerakan- gerakan abnormal (Corwin, 2001).
7. KOMPLIKASIa. Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 2004)
b. Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik
pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
c. Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare
akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri
Susilanigsih, 2004).
d. Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-
tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna
dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi
28
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal.
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan
dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam
batas normal.
b. Pemeriksaan EEG.
Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas
rendah.
c. Pemeriksaan virus.
Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang
spesifik terhadap virus penyebab.
9. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan penyebab :
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine
arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari.
b. Pengobatan suportif.
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik
yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Pengobatan tersebut antara lain :
1) ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.
2) Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral
dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan
elektrolit dan vitamin.
3) Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita
tidak bertambah jelek.
10. PEMERIKSAAN FISIK
Pada klien ensepalitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum
meliputi :
a. Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami
peruibahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran
29
dapat disebabkan oleh gangguan metablisme dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
b. Gangguan sistem pernafasan
Perubahanperubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabkan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
c. Gangguan sistem kardiovaskuler
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pad
adaerah tersebut. Hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmiter rangsang parasimpatis ke jantung.
d. Gangguan sistem gastrointestinal
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare
akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri
Susilaningsih, 1994).
11. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)
Pada penderita ensepatilitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari
antara lain : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi
penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena
penderita lemah atau tidka sadar dan cenderung tergantung pada orang lain,
perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat
hospitalisasi fisik.
ADL Sehat Sakit
30
Nutrisi Diet makan dirumah, apakah
klien pernah mengalami masalah
dalam makan, ada tidaknya nyeri
ulu hati, ada tidaknya alergi
terhadap makanan, apakah ada
keluhan dalam mengunyah, dan
berat badan
Perlu dikaji keadaan makan dan
minum pasien meliputi : porsi
yang dihabiskan susunan menu,
keluhan mual dan muntah, serta
kemandirian dalam melakukan
makan dan minum.
Istirahat
tidur
Kebiasaan tidur siang dan malam,
berapa jam sehari dan apakan ada
kesulitan waktu tidur
Bagaimana perubahannya setelah
sakit, pasien angina pectoris
sering terbangun dan susah tidur
karena nyeri dada dan sesak nafas
Aktifitas Meliputi pekerjaan klien, jenis
pekerjaan berat atau tidak.
Aktivitas selama di rumah sakit
apakah ada kesenjangan yang
berarti misalnya pembatasan
aktifitas, pada klien ini biasanya
terjadi perubahan aktifitas karena
sesak nafas saat aktifitas
Eliminasi Pola BAB di rumah, apakah klien
menggunakan laksatif,
karakter feses, apakah mengalami
konstipasi, apakah ada riwayat
hemoroid.
Pola BAK apakah lancar dalam
mengeluarkan urine, apakah ada
masalah dengan perkemihan
Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi
dan uri meliputi jumlah, warna,
apakah ada gangguan
Personal
Hygiene
Meliputi penampilan, kondisi
kulit kepala klien, kebersihan
kuku, mulut, frekuensi mandai
dalam 1 hari.
Mengkaji kebersihan personal
Hygiene meliputi mandi,
kebersihan badan, gigi dan mulut,
rambut, kuku, pakaian dan
kemampuan serta kemandirian
dalam melakukan kebersihan diri
31
12. ANALISA DATA YANG MUNGKIN MUNCUL
DataAnalisa Masalah
(Pohon Masalah)
Masalah
Keperawatan
Data Subjektif :
klein melaporkan sakit
kepala, nyeri otot,
prilaku distraksi,
perilaku berlindung,
tegangan muskuler,
perubahan TTV.
Data Objektif :
Virus,bakteri,jamur dll↓
Masuk kedalam tubuh↓
Merasngsang sistem pertahanan tubuh↓
Reaksi antigen dan antibody↓
inflamasi↓
Pelepasan Mediator kimia↓
Merangsang sel saraf nyeri↓
Nyeri
Nyeri
Data Subjektif :
Data Objektif :
Virus,bakteri,jamur dll↓
Masuk kedalam tubuh↓
Merasngsang sistem pertahanan tubuh↓
Reaksi antigen dan antibody↓
ENCEPHALITIS↓
TIK↓
Mual dan muntah↓
Intake nutrisi ↓↓
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Data Subjektif :
Data Objektif :
ENCEPHALITIS↓
TIK↓
Mual dan muntah↓
Intake nutrisi ↓
Gangguan mobilitas fisik
32
↓Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ↓
Suplai O2 ke jaringan ↓↓
Metabolisme ↓↓
Produksi energi ↓↓
ATP ↓↓
Kelemahan↓
Gangguan mobilitas fisik
13. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya intake
c. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan/ketahanan dan energi.
14. ASUHAN KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi
Tujuan: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol ditandai dengan :
menunjukkan postur rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat
Rencana intervensi Rasional
Berikan lingkungan yang tenang, ruangan
agak gelap sesuai dengan indikasi
Letakkan kantung es pada kepala, pakaian
dingin diatas mata
Tingkat tirah baring, bantulah kebutuhan
Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari
luar atau sensitifitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/rileksasi
Meningkat kan vasokonstriksi, menumpulkan
resepsi sensorik yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri
Menurunkan gerakan yang dapat
33
perawatan diri yang penting
Dukung untuk menemukan posisi yang
nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit
pada meningitis
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif
secara tepat dan masase otot daerah leher dan
bahu.
Berikan analgetik seperti asetaminofen,
kodein
meningkatkan nyeri
.Menurunkan iritasi meningeal, resultan
ketidaknyamanan lebih lanjut
Dapat membatu merelsasikan ketegangan
otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
rasa tidak nyaman tersebut.
Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
nyeri yang berat, catatan : narkotik mungkin
merupakan kotra indikasi sehingga
menimbulkan ketidakakuratan dalam
pemeriksaaan neurologis
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya intake
Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat dengan
criteria : BB dalam batas normal, nafsu makan baik/meningkat, tidak
ditemukan defisiensi nutrisi
Rencana intervensi Rasional
Kaji riwayat nutrisi, makanan yang disukai
Kaji antropometri setiap hari
Berikan intake makanan TKTP, mineral atau
vitamin
Mengidentifikasi defisiensi serta pemberian
intervensi
Perubahan antropometri mengindikasikan
perubahan status nutrisi
Diet TKTP mineral dan vitamin dapat
memenuhi kebutuhan gizi bagi klien
34
Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet
halus, rendah serat. Hindari makan
pedas/terlalu asam
Berikan anti jamur/pencuci mulut, anestetik
jika diperlukan
Berikan suplemen nutrisi, misalnya ensure
bila diindikasikan
Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe
makanan yang dapat ditoleransi klien
Stomatitis biasanya ada pada PEM, untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan mulut
dan memudahkan masukan diet
Meningkatkan masukan protein dan kalori
c. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan/ketahanan.
Tujuan : mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional
optimal yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.
Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.
Rencana intervensi Rasional
Kaji derajat imobilisasi pasien dengan
menggunakan skala ketergantungan (0-4)
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk
menghindari kerusakan karena tekanan. Ubah
posisi pasien secara teratur dan buat sedikit
perubahan posisi antara waktu perubahan
posisi tersebut.
Pasien mampu mandiri(nilai 0), atau
memerlukan bantuan peralatan yang
minimal(nilai 1); memerlukan bantuan
sedang/dengan pengawasan/diajarkan(nilai
2); memerlukan bantuan/peralatan yang
terus-menerus dan alat khusus(nilai 3);
tergantung secara total pada pemberi
asuhan(nilai 4).
Perubahan posisi yang teratur menyebabkan
penyebaran terhadap berat badan dan
meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian
tubuh. Jika ada paralysis atau keterbatasan
kognitif, pasien harus diubah posisinya
35
Berikan/Bantu untuk melakukan rentang
gerak
Berikan matras udara/air, terapi kinetic sesuai
dengan kebutuhan.
secara teratur dan posisi dari daerah yang
sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat
terbatas.
Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal ekstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis.
Menyeinbangkan tekanan jaringan,
meningkatkan sirkulasi, dan membantu
meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan risiko terjadinya trauma
jaringan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu
Nursalam, et al.(2007). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak .Jakarta: EGC.
Wong, D.(2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC
http://askepyoelisyam.blogspot.com/2013/01/laporan-pendahuluan-ensefalitis.html
http://askep-askep-motivasi.blogspot.com/2010/06/askep-encephalitis.html
37