asas kurikulum
TRANSCRIPT
A.Pendahuluan
“Asas” atau kata lainnya “dasar” dapat diartikan sebagai
acuan ataupun sandaran suatu kegiatan. Dalam bahasa
Inggrisnya Foundation diartikan sebagi hal yang mendirikan,
dasar, landasan, kotak uang, badan wakaf atau yayasan.1
Dalam hal ini, pemakalah mengambil kata “dasar atau
landasan” yang selanjutnya akan disamakan dengan kata
‘asas”.
Dunia pendidikan dibangun berdasarkan asas atau dasar
negara yang berlaku. Di Indonesia, asas pendidikan tentunya
berkaitan langsung dengan asas negara yaitu Pancasila. Oleh
karena itu, pendidikan di Indonesia berlandaskan Pancasila.
Oleh karena itu, asas pendidikan pun tak lepas dari kurikulum
pendidikan yang sedang diterapkan. Untuk itu lahirlah “asas
kurikulum” yang menjadi dasar pelaksanaan tiap kurikulum
yang ada.
1 Atabik Ali, Kamus Inggris Indonesia Arab, Multikarya Grafika: Yogyakarta. 2003, hlm. 341
1
B.Pembahasan Asas- asas Kurikulum
Asas- asas pengembangan kurikulum dibagi menjadi
empat bagian sebagai berikut:2
1. asas filosofis
2. asas sosiologis
3. asas organisatoris
4. asas psikologis
Selanjutnya,akan dipaparkan tentang keempat asas di atas
sehingga akan menjadi lebih jelas.
1. Asas Filosofis
Asas ini berkaitan dengan tujuan pendidikan yang akan
dicapai. Tujuan pendidikan disesuaikan dengan filsafat
negara. Filsafat yang dianut negara Indonesia adalah
Pancasila, maka tujuan pendidikannya akan bersesuaian
pula dengan Pancasila. Tujuan pendidikan tiap negara
berbeda satu sama lainnya dikarenakan perbedaan filsafat
bangsa yang dianut. Yang perlu diketahui adalah adanya
kejelasan filsafat. Filsafat yang tidak jelas berimbas pada
tujuan pendidikan yang tidak jelas. Dan, konsekuensinya
kurikulum yang digunakan pun menjadi kabur.
2 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Citra Aditya Bakti: Bandung. 1993, hlm. 1
2
Pendapat yang menyatakan bahwa guru tidak perlu
mempelajari filsafat adalah salah.besar. Filsafat dipelajari
untukmeyakinkan kita tentang hakikat manusia (anak
didik), sumber kebenaran, nilai-nilai yang menjadi
pegangan, hidup yang baik, bahan yang seharusnya
diajarkan kepada anak didik,peranan sekolah dalam
masyarakat, peranan guru dalam proses belajar mengajar
dan lain sebagainya.3
Manfaat asas filosofis menjadi dasar bagi kurikulum untuk
merumuskan tujuan- tujuan pendidikan yang ingin dicapai.4
Untuk itu ada beberapa aliran filsafat yang perlu
diketahui,yaitu:
a. Aliran Perennialisme
Aliran filsafat ini bertujuan mengembangkan
kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan
yang abadi, universal dan absolut. Kurikulum yang
diterapkan terdiridari subject atau mata pelajaran
yang terpisah. Mata pelajaran yang dianggap mampu
mengembangkan kemampuan intelektual seperti
Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi yang diajarkan.
Sementara mata pelajran yang berkenaan dengan
3S. Nasution,Asas-asas Kurikulum, Cet.II. Bumi Aksara: Jakarta.2003, hlm. 224 Lias Hasibuan, Inovasi dan Pengembangan Kurikulum, Pusat penerbitan Program Akta
Mengajar IV: Jambi. 2007, hlm. 41
3
dan jasmani seperti seni rupa dan olahraga
sebaiknya dikesampingkan.5
b. Aliran Idealisme
Aliran ini berpendapat bahwa kebenaran berasal dari
Tuhan. Hampir semua agama menganut filsafat ini.
Tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan. Oleh
karena itu, kurikulum yang diterapkan di sekolah
akan berorientasi keagamaan. Namun, pendidikan
intelektual juga sangat diutamakan.6
c. Aliran Realisme
Hukum-hukum alam dapat ditemukan berdasarkan
pengamatan dan penelitian karena prinsipnya, aliran
filsafat realisme mencari kebenaran di dunia sendiri.
Kurikulum yang disandarkan aliran filsafat ini
mengutamakan pengetahuan yang esensial,
sehingga pelajaran seperti keterampilan dan
kesenian dianggap tidak perlu.7
d. Aliran Pragmatisme
Sebutan Instrumentalisme atau Utilitarianisme juga
dipakai untuk aliran yang berpendapat bahwa
kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan
pengalamannya ini. Tidak ada kebenaran mutlak 5\S. Nasution,Asas-asas Kurikulum, Op.Cit,hlm. 236 Ibid.7 Ibid,hlm. 24
4
karena kebenaran bersifat tentative dan dapat
berubah. Untuk itu, sekolah yang berlandaskan aliran
filasafat ini memberikan kesempatan kepada anak
untuk melakukan berbagai kegiatan guna
memecahkan masalah.
Aliran ini sering sejalan dengan aliran
rekonstruksionalisme yang berpendirian bahwa
sekolah harus berada pada garis depan
pembangunan dan perubahan masyarakat karena
sekolah dipandang sebagai masyarakat kecil.8
e. Aliran Ekstensialisme
Individu dipandang sebagai faktor yang ikut
menentukan apa yang baik dan benar. Sekolah yang
berlandaskan aliran filsafat ini mendidik anak agar
dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan
sendiri dan berani menolak otoritas orang lain
sehingga kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib
dan lain sebagainya yang berasal dari pihak luar pun
ditolak.9
2. Asas Sosiologis
8 Ibid, hlm. 24-259 Ibid. hlm. 25
5
Anak dapat dididik dengan baik jika kita memahami
masyarakat tempatnya hidup. Untuk itu perlu dipelajari
keadaan, perkembangan, kegiatan dan aspirasi
masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat
membuat sekolah- sekolah harus bergerak cepat agar
tetap relevan.
Kemajuan teknologi memperbesar kebergantungan
manusia terhadap manusia lainnya.10 Semua saling
membutuhkan untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Lama- kelamaan, muncul berbagai macam masalah dalam
masyarakat. Menurut Dewey dalam Nasution, sekolah
sebagai lembaga pendidikan dapat dijadikan alat yang
paling efektif untuk merekonstruksi dan memperbaiki
masyarakat. Sementara Counts dalam buku yang sama
juga menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya
diharapkan membawa perubahan dalam masyarakat tetapi
juga mengubah tata-sosial dan mengatur perubahan sosial
tersebut. hal ini juga dipaparkan oleh Smith yaitu
pendidikan sebagai management and control of social
change and as social engineering, and of educators as
statesmen.11 Lain pula yang dipaparkan oleh Drost, yaitu
10 Ibid, hlm. 15411 Ibid, hlm. 157
6
sekolah adalah pembantu orang tua pada bidang tidak
dapat ditangani oleh orang tua sendiri yakni pengajaran.12
Masyarakat yang dinamis tidak mungkin lagi sesuai dengan
penerapan kurikulum yang konservatif, yaitu statis, kolot
dan membatu. Bangsa yang telah merdeka seperti
Indonesia tidak lagi pantas menggunakan rencana
pelajaran bercorak kolonial. Lebih tepat jika digunakan
kurikulum yang fleksibel yaitu kurikulum yang dapat
diubah menurut kebutuhan dan keadaan.
3. Asas Organisatoris
Asas ini diterapkan dalam membentuk organisasi
kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran serta
penyajiannya kepada siswa. Bentuk kurikulum turut
menentukan bahan pelajaran, urutan dan cara
menyajikannya.13
Jenis- jenis kurikulum yang banyak dipakai juga
menentukan peranan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.
4. Asas Psikologis
12 J. Drost SJ, Dari Kurikulum Bertujuan Kompetensi sampai Manajemen Berbasis Sekolah.terj.Penerbit Buku Kompas: Jakarta. 2005, hlm. 34
13 Ibid, hlm. 176
7
Pengambilan keputusan tentang suatu kurikulum
pengetahuan tentang psikologi anak dan bagaimana anak
belajar diambil atau tidak, perlu disesuaikan dengan hal-
hal berikut:
a. seleksi dan organisasi bahan pelajaran
b. menentukan kegiatan belajar yang paling serasi
c. merencanakan kondisi belajar yang optimal agar
tujuan belajar tercapai.14
Selain itu, perlu dipelajari tentang psikologi perkembangan
anak dan psikologi belajar. Hal itu dikarenakan pendidikan
yang akan dituangkan ke dalam berbagai macam bentuk
kurikulum harus disesuaikan dengan kondisi psikologis anak
didik untuk mengikuti proses belajar mengajar serta teori-
teori yang tepat untuk diterapkan.
C. Kesimpulan
Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan berikut:
1. asas- asas kurikulum adalah asas yang melandasi
suatu kurikulum.
14 Ibid, hlm. 57
8
2. asas- asas kurikulum dibagi empat yaitu asas
filosofis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas
psikologis.
Selain itu, untuk dapat memilih bentuk- bentuk kurikulum
yang akan diterapkan sepatutnya diperhatikan asas- asas
yang juga dijadikan sandaran pelaksanaannya.
9